• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut (Hansen dan Mowen [1997]). Proses

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut (Hansen dan Mowen [1997]). Proses"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anggaran merupakan salah satu komponen penting dalam perencanaan perusahaan, yang berisikan rencana kegiatan di masa datang dan mengindikasikan kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut (Hansen dan Mowen [1997]). Proses penyusunan anggaran memotivasi manajer untuk mengembangkan arah bagi organisasi, meramalkan kesulitan, dan mengembangkan kebijakan masa depan, serta di sisi lain proses tersebut mempunyai kemungkinan dampak fungsional dan disfungsional terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi (Milani [1975]).

Mekanisme anggaran pada perusahaan akan berpengaruh terhadap perilaku bawahan, apakah bawahan akan merespon anggaran secara positif atau negatif. Bawahan akan berperilaku positif apabila tujuan pribadi atasan dan bawahan sesuai dengan tujuan perusahaan dan mereka memiliki dorongan untuk mencapainya, hal ini disebut dengan keselarasan tujuan (Anthony dan Govindarajan [2007]). Namun bawahan akan berperilaku negatif apabila anggaran tidak diadministrasikan dengan baik, sehingga bawahan dapat menyimpang dari tujuan perusahaan yang disebut dengan perilaku disfungsional (Hansen dan Mowen [1997]).

Dalam struktur organisasi yang terdesentralisasi dimana kondisi administratif, tugas dan tanggung jawab yang semakin kompleks, manajer atau bawahan diberikan

(2)

wewenang dan tanggung jawab lebih besar dalam pengambilan keputusan, salah satunya diwujudkan ke dalam partisipasi anggaran. Brownell (1986) mengatakan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan proses dimana individu, yang kinerjanya dievaluasi dan memperoleh penghargaan berdasarkan pencapaian target anggaran, terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan target anggaran. Hal ini didukung dengan penelitian Gul dkk (1995) bahwa partisipasi anggaran terhadap kinerja akan berpengaruh positif dalam organisasi yang pelimpahan wewenangnya bersifat desentralisasi.

Masalah yang sering muncul dari adanya keterlibatan bawahan dalam proses penyusunan anggaran terjadi ketika bawahan ingin kinerjanya terlihat baik oleh atasan dan anggaran dianggap sebagai suatu tekanan untuk mencapai prestasi tersebut (Siegel dan Marconi [1989]). Hal ini mendorong bawahan menciptakan kesenjangan anggaran (budget slack) sebagai upaya untuk melindungi risiko tidak tercapainya target anggaran. Budget slack biasanya dilakukan bawahan dengan meninggikan biaya dan menurunkan pendapatan dari yang seharusnya agar anggaran lebih mudah dicapai.

Penelitian tentang partisipasi anggaran terhadap budget slack telah banyak dilakukan, namun bukti-bukti empiris menunjukkan hasil yang bervariasi dan tidak konsisten. Dunk (1990) dan Nouri (1994) menemukan bahwa partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran akan mengurangi budget slack. Hal ini terjadi karena bawahan membantu memberikan informasi yang tidak bias tentang prospek masa depan sehingga anggaran yang disusun menjadi lebih akurat. Young (1985)

(3)

memberikan hasil berbeda, yaitu ketika adanya partisipasi dari bawahan dalam penyusunan anggaran, maka budget slack akan tercipta melalui partisipasinya dalam dalam persiapan anggaran.

Teori agensi atas proses penganggaran berasumsi bahwa dalam hal tidak ada kontrak truth-inducing1, bawahan akan menyajikan dengan salah informasi pribadi yang mereka miliki untuk kepentingan dirinya, terlepas dari dampak pada perusahaan. Perilaku oportunistik seperti yang dilakukan bawahan sangat mengurangi nilai dari proses penganggaran (Baiman dan Evans [1983], Melumad dan Reichelstein [1987]). Sebaliknya, penelitian Chow dan Waller (1988), Evans dkk (2001), Hannan dkk (2006) mengenai penganggaran menemukan bahwa individu tidak memberikan informasi yang salah atas informasi pribadinya meskipun ada insentif material yang cukup untuk melakukannya. Evans dkk (2001) menunjukkan bahwa jika bawahan enggan untuk membuat penegasan faktual yang tidak benar, maka kontrak yang mempertimbangkan perilaku ini akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar daripada kontrak yang berdasarkan pada asumsi agensi.

Kejujuran merupakan suatu konsep yang bersifat abstrak namun seberapa jujur seseorang bertindak dapat diketahui dari banyaknya ketidakjujuran atau

1

Kontrak truth-inducing adalah kontrak yang melibatkan atasan dan bawahan yang secara bersamaan meringankan masalah insentif mengenai motivasi dan komunikasi informasi pribadi yang dimiliki bawahan. Model skema pembayaran truth-inducing Weitzman (1976, dalam Chow dan Waller, 1988) memberikan insentif kepada bawahan untuk melaporkan hasil yang diharapkan dengan jujur karena bawahan tidak termotivasi untuk merendahkan standar kinerja perusahaan. Skema pembayaran tersebut juga menyediakan insentif kepada bawahan untuk tidak meninggikan standar kinerja dalam rangka mencapai kompensasi yang lebih tinggi.

(4)

kebohongan yang dilakukannya. Semakin jarang ia berbohong maka ia dapat dikatakan sebagai orang yang bertindak jujur. Oleh karena itu, budget slack juga dapat diindikasikan sebagai akibat dari tindakan ketidakjujuran dari seorang bawahan karena dengan informasi yang dimilikinya ia dengan sengaja merendahkan (underestimate) kapabilitas produksinya dan melebihkan (overestimate) sumber daya yang diperlukan (Dunk dan Nouri [1998]).

Penelitian tentang pengaruh kejujuran pada penganggaran yang dilakukan oleh Evans dkk (2001) dan Hannan dkk (2006) memiliki kesulitan mengisolasi pengaruh kejujuran karena perilaku pelaporan dari bawahan secara langsung mempengaruhi distribusi kekayaan antara atasan dan bawahan. Evans dkk (2001) mengakui perlunya penelitian lebih lanjut mengenai kekhawatiran bawahan terhadap distribusi kekayaan antara atasan dan bawahan dan untuk memperbaiki pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kejujuran.

Rankin dkk (2008) telah melakukan penelitian yang menggunakan definisi kejujuran dengan memanipulasi cara komunikasi anggaran, dimana anggaran ditempatkan pada satu kondisi adanya penegasan faktual dan perlakuan lain anggaran tanpa penegasan faktual. Teori pembingkaian keputusan (Cialdini [1996]; Tenbrunsel dan Messick [1999]; Fehr dan Gachter [2002]) mengemukakan ketika komunikasi anggaran mengharuskan penegasan faktual, bawahan bisa membingkai tugas penganggaran sebagai penyampaian informasi kepada atasan. Sebaliknya, ketika komunikasi anggaran tanpa adanya penegasan faktual, komunikasi ini mendorong

(5)

bawahan untuk membingkai tugas penganggaran sebagai semata-mata mengusulkan alokasi keuntungan. Oleh karena komunikasi anggaran dengan penegasan faktual menjadikan kejujuran lebih relevan, maka dalam penelitian ini kejujuran dapat dilihat dari bentuk komunikasi anggaran.

Hampir semua studi tentang kejujuran dalam penganggaran partisipatif menunjukkan bawahan memiliki wewenang akhir atas keputusan anggaran. Karena atasan tidak memiliki kemampuan untuk menolak pendanaan, proposal anggaran yang diajukan bawahan dan kontrak yang dilakukan akan menentukan distribusi keuntungan. Ada kemungkinan bahwa pendekatan ini mendorong subjek untuk membingkai proses penganggaran sebagai dilema etis untuk bertindak jujur.

Sebaliknya, di beberapa organisasi anggaran ditetapkan melalui proses yang meliputi negosiasi antara bawahan dan atasan (Fisher, dkk [2000], Anthony dan Govindarajan [2007]). Dari sudut pandang bawahan, hal ini mungkin membingkai penganggaran sebagai interaksi strategik, di mana masing-masing pihak bertindak untuk kepentingan pribadinya, dan mungkin mengurangi motivasi intrinsik untuk bertindak jujur. Rankin dkk (2008) menangani masalah ini dalam penelitiannya dengan memanipulasi anggaran ke dua tingkat wewenang, yakni bawahan memiliki wewenang akhir atas anggaran dan atasan wewenang akhir atas anggaran.

Hasil penelitian Rankin dkk (2008) yang menggabungkan bentuk komunikasi anggaran dan tingkat wewenang akhir anggaran terhadap berkurangnya budget slack

(6)

menunjukkan bahwa ketika atasan memiliki wewenang akhir atas anggaran, bawahan memiliki kekhawatiran akan penolakan proposal anggaran dan memiliki perhatian yang lebih sedikit terhadap kesejahteraan atasan. Meskipun wewenang atasan mengurangi dampak inkremental kejujuran, budget slack akan lebih sedikit terjadi dan atasan memperoleh laba lebih besar daripada ketika wewenang akhir di pihak pada bawahan, terlepas dari bentuk komunikasi anggaran.

Dalam konteks hubungan antara atasan dan bawahan, kepercayaan (trust) penting karena kepercayaan dapat meningkatkan kerjasama dan meringankan masalah agensi (Jones, 1995) yaitu, dengan meningkatkan pertukaran informasi dan mengurangi keinginan persepsian bawahan untuk terlibat dalam perilaku oportunistik jangka pendek (Fisher dkk [2005]). Dengan adanya pertukaran informasi antara atasan dan bawahan maka akan mengurangi asimetri informasi, sehingga akan menurunkan budget slack (Onsi [1973], Dunk [1990]).

Oleh karena itu, kepercayaan juga dapat mengurangi budget slack, yang dalam penelitian ini diproksikan sebagai kepercayaan bawahan terhadap atasan (interpersonal trust). Secara empiris, hasil penelitian Desriani (2011) mendukung penelitian ini dengan menunjukkan bahwa kepercayaan bawahan terhadap atasan terbukti dapat menurunkan budget slack.

(7)

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian mengenai pengaruh kejujuran terhadap budget slack dengan menggunakan definisi kejujuran masih relatif jarang dilakukan di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, penulis terusik mereplikasi dan mengekstensi penelitian Rankin dkk (2008) dengan menambahkan variabel kepercayaan terhadap berkurangnya budget slack. Dalam penelitian ini, kejujuran direfleksikan dengan memanipulasi bentuk komunikasi anggaran, yakni bentuk komunikasi anggaran yang membutuhkan penegasan faktual dimanipulasi dengan menyajikan beberapa informasi tambahan dalam laporan laba rugi perusahaan, sedangkan bentuk anggaran yang tidak membutuhkan penegasan faktual dimanipulasi dengan menyajikan laporan laba rugi perusahaan tanpa informasi tambahan.

Sehingga dalam penelitian ini penulis berusaha mengetahui apakah komunikasi anggaran yang memerlukan penegasan faktual, dan wewenang yang dimiliki atasan dalam mendorong perilaku jujur, serta kepercayaan bawahan kepada atasan memiliki peran sehingga dapat mengurangi budget slack. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ketika wewenang akhir di pihak bawahan, budget slack akan menjadi lebih sedikit ketika anggaran dengan penegasan faktual daripada ketika anggaran tidak memerlukan penegasan faktual?

(8)

2. Apakah dalam anggaran tanpa penegasan faktual, budget slack akan menjadi lebih sedikit ketika wewenang akhir anggaran dimiliki atasan daripada wewenang akhir anggaran dimiliki bawahan?

3. Apakah ketika anggaran dibuat dengan penegasan faktual, penurunan budget slack akan lebih sedikit ketika wewenang akhir dimiliki atasan daripada ketika wewenang akhir dimiliki bawahan?

4. Apakah kepercayaan bawahan terhadap atasan dapat mengurangi keinginan bawahan menciptakan budget slack?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menginvestigasi:

1. Pengaruh komunikasi anggaran dengan penegasan faktual dan tanpa penegasan faktual terhadap berkurangnya budget slack.

2. Pengaruh tingkat wewenang akhir anggaran ketika wewenang milik atasan atau milik bawahan terhadap berkurangnya budget slack.

3. Pengaruh tingkat wewenang atasan terhadap berkurangnya penurunan budget slack daripada wewenang bawahan ketika anggaran dibuat dengan penegasan faktual.

4. Pengaruh kepercayaan bawahan kepada atasan terhadap berkurangnya budget slack.

(9)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Memberikan gambaran mengenai pengaruh komunikasi anggaran dan tingkat wewenang keputusan anggaran terhadap inkremental kejujuran yang pada akhirnya dapat mengurangi budget slack, serta pengaruh kepercayaan bawahan kepada atasan sehingga dapat mengurangi budget slack. Sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan bukti empiris yang komprehensif mengenai aspek kejujuran dalam literatur akuntansi manajemen.

2. Dengan menggabungkan bentuk komunikasi anggaran, tingkat wewenang anggaran, dan kepercayaan bawahan kepada atasan, akan efektif dalam mengurangi budget slack dan dapat menghindari dampak negatif dari budget slack sehingga tujuan utama perusahaan atau organisasi dapat dicapai dengan maksimal.

3. Menunjukkan pada pimpinan organisasi atau perusahaan (prinsipal) bahwa partisipasi anggaran dapat menimbulkan perilaku disfungsional terhadap bawahan. Sehingga diharapkan perusahaan atau organisasi menciptakan hubungan yang berlandaskan kepercayaan agar dapat memotivasi bawahan lebih jujur dalam mengajukan anggaran dan pada akhirnya akan dapat mengurangi bahkan menghilangkan keinginan bawahan untuk melakukan budget slack.

(10)

1.5 Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I Pendahuluan

Menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Telaah Literatur dan Pengembangan Hipotesis

Membahas tinjauan literatur dan pengembangan hipotesis.

Bab III Metodologi Penelitian

Membahas subjek/partisipan penelitian, desain penelitian, variabel dan instrumen penelitian, definisi operasional dan metoda analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Menyajikan hasil pilot test dan pengolahan data dalam rangka menguji hipotesis yang diajukan dan pembahasan terhadap hasil analisis.

Bab V Penutup

Menjelaskan mengenai simpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan kompetensi peserta PEDAMBA: Kelas Pemanfaatan Software Tracker dalam pelajaran Fisika Tahap ke-I” dapat dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan

Berkaitan dengan tingkat literasi masyarakat, pada tahun 2019 Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Denpasar telah menyelenggarakan

* Melapor mengenai kendala yang terjadi menggunakan fitur live chat yang ada pada https://kursusvmlepkom.gunadarma.ac.id/, aktif mulai pukul 10 WIB * Harap memperhatikan dengan

 Untuk penerima yang sudah menjadi nasabah bank Mega akan tetapi belum menggunakan M-Smile dapat melakukan install dan melakukan registrasi M-Smile terlebih

Standar dan sasaran kebijakan, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang berhak menerima kartu BPJS Subsidi tersebut sesuai dengan ukuran atau kriteria yang

Disini terlihat bahwa bukan hal yang mudah untuk membangun kesadaran dan kecintaan terhadap lingkungan karena untuk membangun kesadaran dan kecintaan terhadap lingkungan

Berdasarkan kesimpulan tersebut, disarankan kepada RSUD Panembahan Senopati Bantul untuk memberikan makanan diet dengan modifikasi kacang merah untuk pasien Diabetes

Urt NAMA MADRASAH KEC KODE Jenis Hari Hari Kelas Tempat. 1 Khilyatul Khoiriyah,