• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPEDISI VALDIVIA ( ): RINTISAN PENELITIAN LAUT-DALAM DI BAGIAN NUSANTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSPEDISI VALDIVIA ( ): RINTISAN PENELITIAN LAUT-DALAM DI BAGIAN NUSANTARA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPEDISI VALDIVIA (1898-1899): RINTISAN

PENELITIAN LAUT-DALAM DI BAGIAN BARAT

NUSANTARA

enjelang akhir abad 19, beberapa negara maritim di Eropa saling berlomba untuk melaksanakan ekspedisi-ekspedisi ilmiah untuk mengungkapkan rahasia laut-dalam, yang memang saat itu masih merupakan frontier of science yang masih diselubungi kegelapan dan sangat menantang. Tercatat sekitar 30 ekspedisi ilmiah dari Eropa dan Amerika yang berkunjung ke Nusantara selama periode abad 18 hingga akhir abad 19 (van Aken, 2005). Namun kebanyakan tidak menjadikan Indonesia sebagai tujuan utama, tetapi sekedar lewat dalam pelayaran ekspedisi dari Samudra Hindia ke Samudra Pasifik atau sebaliknya. Keutamaan melalui perairan Nusantara adalah karena kawasan perairan ini merupakan satu-satunya kawasan yang menghubungkan kedua samudra raya itu di lintang rendah atau di katulistiwa. Kemudian barulah Belanda yang berinisiatif melaksanakan Ekspedisi Siboga (1899) yang khusus dipusatkan di perairan Nusantara bagian timur. Pada era itu ekspedisi laut-dalam ke bagian barat Nusantara belum mendapat perhatian.

Gambar 1. Kapal Valdivia.

(http://www.planet-wissen.de/natur/meer/tiefsee/valdivia-exp)

M

EKSPEDISI VALDIVIA (1898-1899): RINTISAN

PENELITIAN LAUT-DALAM DI BAGIAN BARAT

NUSANTARA

enjelang akhir abad 19, beberapa negara maritim di Eropa saling berlomba untuk melaksanakan ekspedisi-ekspedisi ilmiah untuk mengungkapkan rahasia laut-dalam, yang memang saat itu masih merupakan frontier of science yang masih diselubungi kegelapan dan sangat menantang. Tercatat sekitar 30 ekspedisi ilmiah dari Eropa dan Amerika yang berkunjung ke Nusantara selama periode abad 18 hingga akhir abad 19 (van Aken, 2005). Namun kebanyakan tidak menjadikan Indonesia sebagai tujuan utama, tetapi sekedar lewat dalam pelayaran ekspedisi dari Samudra Hindia ke Samudra Pasifik atau sebaliknya. Keutamaan melalui perairan Nusantara adalah karena kawasan perairan ini merupakan satu-satunya kawasan yang menghubungkan kedua samudra raya itu di lintang rendah atau di katulistiwa. Kemudian barulah Belanda yang berinisiatif melaksanakan Ekspedisi Siboga (1899) yang khusus dipusatkan di perairan Nusantara bagian timur. Pada era itu ekspedisi laut-dalam ke bagian barat Nusantara belum mendapat perhatian.

Gambar 1. Kapal Valdivia.

(http://www.planet-wissen.de/natur/meer/tiefsee/valdivia-exp)

M

EKSPEDISI VALDIVIA (1898-1899): RINTISAN

PENELITIAN LAUT-DALAM DI BAGIAN BARAT

NUSANTARA

enjelang akhir abad 19, beberapa negara maritim di Eropa saling berlomba untuk melaksanakan ekspedisi-ekspedisi ilmiah untuk mengungkapkan rahasia laut-dalam, yang memang saat itu masih merupakan frontier of science yang masih diselubungi kegelapan dan sangat menantang. Tercatat sekitar 30 ekspedisi ilmiah dari Eropa dan Amerika yang berkunjung ke Nusantara selama periode abad 18 hingga akhir abad 19 (van Aken, 2005). Namun kebanyakan tidak menjadikan Indonesia sebagai tujuan utama, tetapi sekedar lewat dalam pelayaran ekspedisi dari Samudra Hindia ke Samudra Pasifik atau sebaliknya. Keutamaan melalui perairan Nusantara adalah karena kawasan perairan ini merupakan satu-satunya kawasan yang menghubungkan kedua samudra raya itu di lintang rendah atau di katulistiwa. Kemudian barulah Belanda yang berinisiatif melaksanakan Ekspedisi Siboga (1899) yang khusus dipusatkan di perairan Nusantara bagian timur. Pada era itu ekspedisi laut-dalam ke bagian barat Nusantara belum mendapat perhatian.

Gambar 1. Kapal Valdivia.

(http://www.planet-wissen.de/natur/meer/tiefsee/valdivia-exp)

M

(2)

Di lain pihak, saat kebanyakan ekspedisi laut ditujukan ke kawasan timur Indonesia, Jerman justru memberikan perhatiannya pada laut-dalam di perairan Nusantara bagian barat, disebelah barat Sumatra, di perairan sekitar Kepulauan Mentawai dengan meluncurkan ekspedisi dengan kapal Valdivia (Gambar 1).

Gambar 2. Lintas layar kapal Valdivia, 1898-1899. (http://www.planet-wissen.de/natur/meer/tiefsee/valdivia-exp)

Ekspedisi Jerman dengan kapal Valdivia dilaksanakan tahun 1898-1899, sebenarnya bertujuan mengeksplorasi beberapa bagian laut-dalam dunia, mulai dari perairan sekitar Afrika, sampai ke Antartika dan Samudra Hindia (Gambar 2). Masuknya Ekspedisi Valdivia ke perairan Nusantara merupakan bagian dari ekspedisi besar itu. Ekspedisi ini bertujuan utama untuk mengkaji karakteristik berbagai perairan laut-dalam dunia dalam aspek-aspek kimia, fisika, biologi dan geologi. Selain mengoleksi sampel-sampel biota laut, ekspedisi ini juga mengoleksi biota darat di pulau-pulau yang disinggahi, termasuk di Kepulauan Mentawai, di sebelah barat Sumatra.

Kapal Valdivia dalam ekspedisi ini dinakodai oleh Kapten Krech, sedangkan pemimpin ekspedisinya adalah Carl Chun, seorang biologist yang mempunyai kepakaran dalam bidang plankton dan juga cumi-cumi laut-dalam. Carl Chun adalah ilmuwan yang dikenal luas tentang konsepnya yang mengaitkan hubungan plankton di permukaan dan kehidupan di laut-dalam.

Kehadiran ekspedisi ini di perairan sebelah barat Sumatra telah menambah pengetahuan baru tentang lingkungan laut-dalam di kawasan ini. Lubuk-lubuk laut-dalam (deep-sea basin) di

(3)

sekitar Kepulauan Mentawai dapat dipetakan dengan lebih baik. Lubuk-lubuk ini merupakan bagian dari Palung Jawa (Java Trench) yang terentang memanjang mulai dari sebelah barat Sumatra, melengkung sampai ke selatan Jawa dan Nusa Tenggara.

Gambar 3. Kiri: Carl Chun, Pemimpin Ekspedisi. Kanan: Kapten Krech, nakoda kapal Valdivia.

(http://www.planet-wissen.de/natur/meer/tiefsee/valdivia-exp)

Gambar 4. Pengambilan sampel plankton dan bentos dalam Ekspedisi Valdivia. (NOAA Photo Library)

(4)

pada Melanostomias melanops misalnya, yang diperoleh dari kedalaman 1.024 m di sebelah barat-daya Sumatra (Gambar 5). Di sepanjang tubuhnya terdapat sederetan bintik-bintik yang berpendar (bioluminiscense).

Gambar 5.Ikan Melanostomias melanops dari kedalaman 1.024 m, dari sebelah barat-daya Sumatra. (wikimedia.org).

Gambar 6. Beberapa jenis biota laut-dalam dari Ekspedisi Valdivia. a. Vampiroteuthis infernalis; b. Melanocetus johnsoni; c. Opisthoproctus

soleatus; d. Anoplogaster cornuta.

(http://www.planet-wissen.de/natur/meer/tiefsee/valdivia-exp)

Dalam ekspedisi ini memang banyak ditemukan jenis-jenis ikan laut-dalam yang bentuknya aneh, seperti Melanocetus johnsoni yang umum dikenal sebagai “pemancing” (angler fish) karena mempunyai tangkai di bagian kepalanya, bagaikan joran pancing yang

(5)

Gambar 7. Karya monumental Carl Chun hasil Ekspedisi Valdivia:Aus den Tiefen des Weltmeeres”

(1903)

Gambar 7. Masjid di Padang yang terekam dalam Ekspedisi Valdivia 1898-1999.

(NOAA Photo Library)

panjang dengan“umpanberpendar” di ujungnya, untuk mengundang calon mangsanya (Gambar 6). Ada pula ikan dengan mata teleskopik seperti pada Opisthoproctus soleatus. Selain ikan dan plankton, berbagai jenis cumi-cumi/sotong (Cephalopod) laut-dalam pun dapat dikoleksi, banyak diantaranya mempunyai bentuk dan warna yang indah.

Ekspedisi Valdivia sempat menyinggahi pelabuhan Padang, dan juga Pulau Siberut yang merupakan pulau terbesar di Kepulauan Mentawai, serta Sabang di Pulau Weh (Aceh). Data dan informasi mengenai daratan yang dikunjungi juga mendapat perhatian dari ekspedisi ini. Kedalaman Lubuk Mentawai (Mentawai Basin) terekam maksimum sedalam 1.760 m, tetapi kedalaman ambangnya (sill depth), yang menentukan sirkulasi di lapisan dalam, hanya sekitar 900 m.

Dalam Ekspedisi Valdivia ini ditemukan ikan laut-dalam sebanyak lebih dari 180 spesies yang baru bagi science, yang hidupnya di bawah kedalaman 1.000 meter. Dari ekspedisi ini, August Breuer, seorang iktiologist (ahli ikan) menerbitkan buku Die Tiefseefische (Ikan-ikan Laut-Dalam) tahun 1908, dalam dua jilid yang kaya dengan ilustrasi, yang kelak merupakan rujukan baku dalam kajian-kajian ikan laut-dalam. Carl Chun sendiri, sebagai pimpinan ekspedisi ini, menulis buku yang sangat populer, Aus den Tiefen des Weltmeeres (Dari Kedalaman Laut-Laut Dalam Dunia) tahun 1903, yang berisikan laporan umum Ekspedisi Valdivia, yang juga sangat populer diperkaya dengan ilustrasi dan foto yang mengagumkan. Gambar 7. Karya monumental Carl

Chun hasil Ekspedisi Valdivia:Aus den Tiefen des Weltmeeres”

(1903)

Gambar 7. Masjid di Padang yang terekam dalam Ekspedisi Valdivia 1898-1999.

(NOAA Photo Library)

panjang dengan“umpanberpendar” di ujungnya, untuk mengundang calon mangsanya (Gambar 6). Ada pula ikan dengan mata teleskopik seperti pada Opisthoproctus soleatus. Selain ikan dan plankton, berbagai jenis cumi-cumi/sotong (Cephalopod) laut-dalam pun dapat dikoleksi, banyak diantaranya mempunyai bentuk dan warna yang indah.

Ekspedisi Valdivia sempat menyinggahi pelabuhan Padang, dan juga Pulau Siberut yang merupakan pulau terbesar di Kepulauan Mentawai, serta Sabang di Pulau Weh (Aceh). Data dan informasi mengenai daratan yang dikunjungi juga mendapat perhatian dari ekspedisi ini. Kedalaman Lubuk Mentawai (Mentawai Basin) terekam maksimum sedalam 1.760 m, tetapi kedalaman ambangnya (sill depth), yang menentukan sirkulasi di lapisan dalam, hanya sekitar 900 m.

Dalam Ekspedisi Valdivia ini ditemukan ikan laut-dalam sebanyak lebih dari 180 spesies yang baru bagi science, yang hidupnya di bawah kedalaman 1.000 meter. Dari ekspedisi ini, August Breuer, seorang iktiologist (ahli ikan) menerbitkan buku Die Tiefseefische (Ikan-ikan Laut-Dalam) tahun 1908, dalam dua jilid yang kaya dengan ilustrasi, yang kelak merupakan rujukan baku dalam kajian-kajian ikan laut-dalam. Carl Chun sendiri, sebagai pimpinan ekspedisi ini, menulis buku yang sangat populer, Aus den Tiefen des Weltmeeres (Dari Kedalaman Laut-Laut Dalam Dunia) tahun 1903, yang berisikan laporan umum Ekspedisi Valdivia, yang juga sangat populer diperkaya dengan ilustrasi dan foto yang mengagumkan. Gambar 7. Karya monumental Carl

Chun hasil Ekspedisi Valdivia:Aus den Tiefen des Weltmeeres”

(1903)

Gambar 7. Masjid di Padang yang terekam dalam Ekspedisi Valdivia 1898-1999.

(NOAA Photo Library)

panjang dengan“umpanberpendar” di ujungnya, untuk mengundang calon mangsanya (Gambar 6). Ada pula ikan dengan mata teleskopik seperti pada Opisthoproctus soleatus. Selain ikan dan plankton, berbagai jenis cumi-cumi/sotong (Cephalopod) laut-dalam pun dapat dikoleksi, banyak diantaranya mempunyai bentuk dan warna yang indah.

Ekspedisi Valdivia sempat menyinggahi pelabuhan Padang, dan juga Pulau Siberut yang merupakan pulau terbesar di Kepulauan Mentawai, serta Sabang di Pulau Weh (Aceh). Data dan informasi mengenai daratan yang dikunjungi juga mendapat perhatian dari ekspedisi ini. Kedalaman Lubuk Mentawai (Mentawai Basin) terekam maksimum sedalam 1.760 m, tetapi kedalaman ambangnya (sill depth), yang menentukan sirkulasi di lapisan dalam, hanya sekitar 900 m.

Dalam Ekspedisi Valdivia ini ditemukan ikan laut-dalam sebanyak lebih dari 180 spesies yang baru bagi science, yang hidupnya di bawah kedalaman 1.000 meter. Dari ekspedisi ini, August Breuer, seorang iktiologist (ahli ikan) menerbitkan buku Die Tiefseefische (Ikan-ikan Laut-Dalam) tahun 1908, dalam dua jilid yang kaya dengan ilustrasi, yang kelak merupakan rujukan baku dalam kajian-kajian ikan laut-dalam. Carl Chun sendiri, sebagai pimpinan ekspedisi ini, menulis buku yang sangat populer, Aus den Tiefen des Weltmeeres (Dari Kedalaman Laut-Laut Dalam Dunia) tahun 1903, yang berisikan laporan umum Ekspedisi Valdivia, yang juga sangat populer diperkaya dengan ilustrasi dan foto yang mengagumkan.

(6)

tetapi juga kondisi alam dan lingkungan di daratan Pulau Sumatra bagian barat di akhir abad 19. Secara keseluruhan Ekspedisi Valdivia menghasilkan laporan ilmiah yang luar biasa, sampai berjumlah 24 volume, yang diterbitkan antara tahun 1902 hingga 1940.

PUSTAKA

Nontji, A. 2009. Penjelajahan dan Penelitian Laut Nusantara dari Masa ke Masa. Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: 433 hlm.

van Aken, H. 2005. Dutch oceanographic research in colonial times. Oceanography 18 (4): 30-41.

Valdivia Expedition. https://de.wikipedia.org/wiki/Valdivia-Expedition.

---Anugerah Nontji

Gambar

Gambar 1. Kapal Valdivia.
Gambar 2. Lintas layar kapal Valdivia, 1898-1899. (http://www.planet-wissen.de/natur/meer/tiefsee/valdivia-exp)
Gambar 3. Kiri: Carl Chun, Pemimpin Ekspedisi. Kanan: Kapten Krech, nakoda kapal Valdivia.
Gambar 6. Beberapa jenis biota laut-dalam dari Ekspedisi Valdivia. a. Vampiroteuthis infernalis; b
+2

Referensi

Dokumen terkait

terintegrasinya negara2 miskin ke dalam sistem perekonomian dunia/ global, tetapi justru karena terlalu intensifnya negara2 maju terintegrasi ke dalam sistem. ekonomi dunia

yang segera jatuh tempo menggunakan aset sangat lancar (kas + sekuritas jangka pendek + piutang) yang dimiliki oleh perusahaan, karena memiliki rasio di

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah terbukti bahwa harga, keragaman produk dan lokasi secara individu dan bersama-sama memiliki pengaruh

Rezultati ispitivanja otpornosti na otiranje ljubičasto-plavih i CMY otisaka koji su lakirani UV lakom na različitim tiskovnim podlogama. Krutost pri savijanju (Taber ure đ aj

1) Stimulus (rangsangan) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak, berarti stimulus itu tidak

Manfaat secara praktis yang diperoleh dalam penelitian ini, bahwa dapat dijadikan rujukan oleh para pembuat kebijakan ataupun analis lingkungan untuk melihat pola mengenai proses

Maka disimpulkan R- Square pada model regresi bernilai 0,679 menunjukan ada pengaruh produk, harga, promosi, dan tempat secara simultan terhadap keputusan pembelian sebesar

Just like what the teacher and colaborator have done in the first cycle, in Cycle II, they still gave them narrative reading texts. However, now the texts were in the form