• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

26 A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Perusahaan

Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk diawali pada tahun 1975 dengan rampungnya pendirian pabrik Indocement yang pertama di Citereup, Bogor, Jawa Barat. Pabrik yang didirikan PT Distinct Indonesia Cement Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan 500.000 ton ini mulai beroperasi.

Selama kurun waktu sepuluh tahun setelah beroperasinya pabrik pertama, Perseroan membangun tujuh pabrik tambahan sehingga kapasitas produksi terpasangnya meningkat menjadi sebesar 7,7 juta ton per tahun. Peningkatan tersebut turut membantu penyediaan pasokan semen bagi pembangunan di Indonesia yang semula merupakan negara importir semen, berubah menjadi negara yang mampu mengekspor semen. Kedelapan pabrik tersebut dikelola dan dioperasikan oleh enam perusahaan yang berbeda.

Perkembangan Perseroan berlanjut dengan didirikannya PT Indocement Tunggal Prakarsa pada tanggal 16 Januari 1985. PT Indocement Tunggal Prakarsa didirikan untuk melebur keenam perusahaan tersebut dan mengelola serta mengoperasikan kedelapan pabriknya dalam satu manajemen yang terpadu. PT Indocement Tunggal Prakarsa melakukan Penawaran Umum Saham Perdana dan menjadi perusahaan publik pada tahun 1989. Kantor

(2)

pusat Perseroan berlokasi di Wisma Indocement, lantai 13 Jl. Jenderal Sudirman, Kav. 70-71, Jakarta Selatan.

Entitas induk terakhir Perseroan saat ini adalah HeidelbergCement AG, yang berbasis di Jerman dan pemimpin pasar global di bidang agregat dan pemain terkemuka di bidang semen, beton, dan aktivitas hilir lainnya. Guna mengantisipasi pertumbuhan pasar yang semakin kuat, Indocement terus berupaya menambah jumlah pabriknya untuk meningkatkan kapasitas produksi.

Perseroan mengoperasikan 12 pabrik dengan total kapasitas produksi tahunan sebesar 20,5 juta ton semen pada saat ini. Perseroan juga sedang membangun satu pabrik baru yang dijadwalkan akan selesai dalam Triwulan II 2016. Selama kurun waktu 40 tahun operasinya, Indocement telah berkembang menjadi salah satu produsen semen terdepan di Indonesia. Perusahaan semen yang dikenal dengan merek kenamaan “Tiga Roda” digunakan untuk membangun jalan, jembatan, gedung pencakar langit dan rumah di seluruh negeri.

Perseroan memiliki lima entitas anak pemilikan langsung dan sembilan entitas anak pemilikan tidak langsung serta tiga entitas asosiasi. Perseroan dan entitas anaknya bergerak dalam beberapa bidang usaha yang meliputi pabrikasi dan penjualan semen sebagai inti usaha dan beton siap pakai, serta tambang agregat dan trass. Ruang lingkup kegiatan usaha Indocement antara lain, pabrikasi semen dan bahan-bahan bangunan, pertambangan, konstruksi dan perdagangan.

(3)

2. Visi, Misi, Moto dan Budaya Perusahaan a. Visi

Menjadi produsen semen terkemuka di Indonesia dan pemimpin di pasar beton siap pakai (RMC) di Pulau Jawa yang terdepan dalam mutu, serta mampu memenuhi kebutuhan agregat dan pasir untuk bisnis RMC secara mendiri.

b. Misi

Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan semen dan bahan bengunan berkualitas dengan harga kompetitif dan tetap memerhatikan pembangunan berkelanjutan.

c. Moto

Turut membangun kehidupan bermutu. d. Budaya Perusahaan

Nilai-nilai inti merupakan pengejawantahan dari budaya perusahaan Indocement, yang terdiri dari:

1. Accountability

Kewajiban dan keinginan individu untuk menerima dan melaksanakan tugas serta mengemban tanggung jawab.

2. Stive for Excellence

Semangat untuk bekerja melebihi apa yang diharapkan agar mencapai hasil terbaik.

(4)

3. Integrity

Keyakinan untuk bertindak secara benar, jujur, transparan dan penuh integritas.

4. Service Mindedness

Kemauan untuk melayani dan memenuhi kebutuhan pelanggan. 5. Teamwork

Semangat untuk bekerja sebagai sebuah tim dan mengesampingkan konflik pribadi demi mencapai tujuan Perseroan.

B. Langkah Analisis dan Pembahasan

1. Mengitung Rata-rata Industri Perusahaan Sub Sektor Semen

Menghitung rata-rata industri perusahaan yang bergerak pada sub sektor semen untuk mencari rata-rata industri dari rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, serta aktivitas. Sub sektor semen tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis industrinya yang bergerak pada industri semen. Sub sektor semen merupakan turunan dari sektor industri dasar dan kimia menurut pengelompokkan dari Bursa Efek Indonesia. Perusahaan yang ada dalam sub sektor semen adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, PT Semen Baturaja Tbk, PT Holcim Indonesia Tbk, PT Semen Indonesia Tbk, serta PT Wijaya Karya Beton.

Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data sebagai pembanding terhadap rasio yang dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, sehingga dapat diketahui bagaimana kinerja dari perusahaan bersangkutan terhadap perusahaan lain dalam industri yang sama yaitu sub

(5)

sektor semen berdasarkan perbandingan tersebut. Rata-rata industri dihitung dengan cara mencari setiap rasio terkait dari seluruh perusahaan yang ada kemudian menambah seluruh rasio tersebut, dan membaginya berdasarkan jumlah perusahaan yang bergerak pada sub sektor semen tersebut. Rata-rata industri setiap rasio adalah sebagai berikut:

a. Rasio Likuiditas 1) Rasio Lancar

Tabel 3.1 Rata-rata Industri Rasio Lancar

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 6,15 + 10,88 + 0,62 + 1,88 + 1,06 5 4,12 2014 4,93 + 12,99 + 0,60 + 2,21 + 1,41 5 4,43 2015 4,89 + 7,57 + 0,65 + 1,60 + 1,37 5 3,22

Berdasarkan data pada tabel 3.1 rata-rata industri mencapai angka 4,12 pada tahun 2013. Tahun 2014 rata-rata industri perusahaan sub sektor semen untuk rasio lancar mengalami kenaikkan dibandingkan tahun lalu, yakni berada pada angka 4,43. Kenaikkan tersebut manandakan bahwa beberapa perusahaan yang bergerak pada industri semen mengalami peningkatan kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang dimiliki. Tahun 2015 rata-rata industri perusahaan sub sektor semen untuk rasio lancar mengalami penurunan.

(6)

Rasio lancar oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila rasio lancar yang dimiliki melebihi angka rata-rata industri tersebut selama kurun waktu tiga tahun terakhir. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk termasuk perusahaan yang memiliki kemampuan yang baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang dimiliki, karena memiliki rasio di atas rata-rata industri.

2) Rasio Sangat Lancar

Tabel 3.2 Rata-rata Industri Rasio Sangat Lancar

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 5,54 + 10,01 + 0,42 + 1,35 + 0,48 5 3,56 2014 4,31 + 11,88 + 0,37 + 1,61 + 1,03 5 3,84 2015 4,19 + 5,04 + 0,47 + 1,15 + 0,89 5 2,35

Berdasarkan tabel 3.2 rata-rata industri untuk rasio sangat lancar pada tahun 2013 berada pada angka 3,56. Kenaikkan terjadi pada tahun 2014 yang memiliki rata-rata industri sebesar 3,84. Penurunan terjadi pada tahun 2015, angka rata-rata industri untuk rasio sangat lancar berada pada angka 2,35.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila rasio sangat lancar yang dimiliki berada di atas angka rata-rata industri selama kurun waktu tiga tahun terakhir. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk termasuk perusahaan yang memiliki kemampuan yang baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya

(7)

yang segera jatuh tempo menggunakan aset sangat lancar (kas + sekuritas jangka pendek + piutang) yang dimiliki oleh perusahaan, karena memiliki rasio di atas rata-rata industri.

3) Rasio Kas

Tabel 3.3 Rata-rata Industri Rasio Kas

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 4,60 + 9,83 + 0,11 + 0,78 + 0,23 5 3,11 2014 3,45 + 11,43 + 0,06 + 0,94 + 0,69 5 3,31 2015 3,22 + 4,89 + 0,16 + 0,60 + 0,46 5 1,87

Berdasarkan tabel 3.3 rata-rata industri rasio kas dari perusahaan yang bergerak pada industri semen mengalami kenaikkan pada tahun 2014. Tahun 2015 rata-rata industri untuk rasio kas mengalami penurunan yang cukup signifikan. Tahun 2013 rata-rata industri untuk rasio kas berada pada angka 3,11. Tahun 2014 rata-rata industri barada pada angka 3,31. Tahun 2015 rata-rata industri untuk rasio kas menunjukkan angka 1,87.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila memiliki rasio kas yang berada di atas rata-rata industri selama kurun waktu tiga tahun terakhir. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk termasuk perusahaan yang memiliki kemampuan yang baik dalam melunasi kewajiban lancar yang segera jatuh tempo menggunakan kas dan setara kas yang ada, karena memiliki rasio di atas angka rata-rata industri.

(8)

b. Rasio Solvabilitas

1) Rasio Utang terhadap Aset

Tabel 3.4 Rata-rata Industri Rasio Utang terhadap Aset

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 0,14 + 0,10 + 0,42 + 0,29 + 0,76 5 0,34 2014 0,15 + 0,08 + 0,50 + 0,27 + 0,42 5 0,29 2015 0,14 + 0,10 + 0,51 + 0,28 + 0,49 5 0,30

Berdasarkan tabel 3.4 rata-rata industri rasio utang terhadap aset atas perusahaan dalam industri semen mengalami penurunan sejak tahun 2013. Hal tersebut berarti bahwa perusahaan yang bergerak pada industri semen sumber pembiayaan atas aset perusahaan yang berasal dari utang mengalami penurunan. Tahun 2013 besaran rasio utang terhadap aset adalah sebesar 0,34. Tahun 2014 besaran rasio utang terhadap aset adalah 0,29. Tahun 2015 besaran rasio utang terhadap aset adalah 0,30.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila besaran rasio utang terhadap aset berada di bawah rata-rata industri selama kurun waktu tiga tahun terakhir tersebut. Hal tersebut dikarenakan jika rasio utang terhadap aset rendah maka berarti proporsi aset perusahaan yang dibiayai oleh utang juga kecil. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong baik, karena jumlah aset yang dibiayai oleh utang tergolong kecil dibandingkan dengan rata-rata industri.

(9)

2) Rasio Utang terhadap Modal

Tabel 3.5 Rata-rata Industri Rasio Utang terhadap Modal

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 0,17 + 0,11 + 0,72 + 0,42 + 3,10 5 0,90 2014 0,18 + 0,09 + 1,00 + 0,37 + 0,73 5 0,47 2015 0,16 + 0,11 + 1,05 + 0,39 + 0,97 5 0,54

Berdasarkan tabel 3.5 rata-rata industri mengalami penurunan tahun 2014 dan 2015 jika dibandingkan dengan tahun 2013. Rata-rata industri rasio utang terhadap modal tahun 2013 berada pada angka 0,90. Tahun 2014 rata-rata industri rasio utang terhadap modal adalah 0,47. Tahun 2015 rata-rata industri rasio utang terhadap modal adalah 0,54. Penurunan tersebut berarti bahwa proporsi modal terhadap utang mengalami peningkatan.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila besaran rasio utang terhadap modal berada di bawah rata-rata industri selama kurun waktu tiga tahun tersebut. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk termasuk perusahaan yang memiliki proporsi modal yang lebih besar dibandingkan utang, karena memiliki rasio di bawah rata-rata industri.

(10)

3) Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Modal

Tabel 3.6 Rata-rata Industri Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Modal

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 0,05 + 0,03 + 0,33 + 0,17 + 0,58 5 0,23 2014 0,04 + 0,02 + 0,56 + 0,16 + 0,04 5 0,17 2015 0,05 + 0,02 + 0,58 + 0,15 + 0,18 5 0,19

Berdasarkan tabel 3.6 rata-rata industri rasio utang jangka panjang terhadap modal mengalami penurunan pada tahun 2014 dan 2015 jika dibandingkan dengan tahun 2013. Tahun 2013 rata-rata industri rasio utang jangka panjang terhadap modal adalah 0,23. Tahun 2014 rata-rata industri rasio utang jangka panjang terhadap modal adalah 0,17. Tahun 2015 rata-rata industri rasio utang jangka panjang terhadap modal adalah 0,19.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila besaran rasio utang jangka panjang terhadap modal berada di bawah rata-rata industri selama kurun waktu tiga tahun terakhir. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk termasuk perusahaan yang memiliki proporsi utang jangka panjang terhadap modal yang rendah, karena rasio yang dimiliki berada di bawah rata-rata industri.

(11)

4) Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan

Tabel 3.7 Rata-rata Industri Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 130,39 + 6.221,32 + 3,56 + 21,34 + 36,25 5 1.282,57 2014 317,60 + 2.582,84 + 4,28 + 19,48 + 9,60 5 586,76 2015 213,68 + 2.939,00 + 1,62 + 16,81 + 4,27 5 635,08

Berdasarkan tabel 3.7 rata-rata industri rasio kelipatan bunga yang dihasilkan mempunyai rasio yang cukup tinggi. Tahun 2013 rata-rata industri rasio kelipatan bunga yang dihasilkan adalah 1.282,57. Tahun 2014 rata-rata industri rasio kelipatan bunga yang dihasilkan adalah 586,76. Tahun 2015 rata-rata industri rasio kelipatan bunga yang dihasilkan adalah 635,08. Rata-rata industri untuk rasio kelipatan bunga yang dihasilkan memiliki rasio yang cukup tinggi karena salah satu perusahaan yang berada pada sub sektor semen memiliki rasio yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan rasio kelipatan bunga yang dihasilkan oleh perusahaan dalam sub sektor semen lainnya.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan cukup baik apabila besaran rasio kelipatan bunga yang dihasilkan berada di atas rata-rata industri yang ada. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk termasuk perusahaan dengan kemampuan membayar bunga yang baik, meskipun rasio yang dimiliki berada di bawah rata-rata industri.

(12)

Rata-rata kemampuan perusahaan untuk membayar bunga sebesar 220,56 kali.

5) Rasio Laba Operasional terhadap Kewajiban

Tabel 3.8 Rata-rata Industri Rasio Laba Operasional terhadap Kewajiban

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 1,57 + 1,18 + 0,30 + 0,78 + 0,15 5 0,80 2014 1,39 + 1,03 + 0,15 + 0,77 + 0,26 5 0,72 2015 1,34 + 1,01 + 0,04 + 0,56 + 0,11 5 0,61

Berdasarkan tabel 3.8 rata-rata industri untuk rasio laba operasional terhadap kewajiban terus mengalami penurunan selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Tahun 2013 rata-rata industri rasio laba operasional terhadap kewajiban adalah 0,80. Tahun 2014 rata-rata industri rasio laba operasional terhadap kewajiban adalah 0,72. Tahun 2015 rata-rata industri rasio laba operasional terhadap kewajiban adalah 0,61. Penurunan tersebut menandakan bahwa telah terjadi penurunan jumlah laba operasional semua perusahaan dalam industri semen.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila besaran rasio laba operasional terhadap kewajiban berada di atas rata-rata industri. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong perusahaan yang memiliki kemampuan yang baik dalam melunasi

(13)

kewajiban, karena PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki rasio diatas rata-rata industri.

c. Rasio Profitabilitas

1) Hasil Pengembalian atas Aset

Tabel 3.9 Rata-rata Industri Hasil Pengembalian atas Aset

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 0,20 + 0,12 + 0,07 + 0,19 + 0,08 5 0,13 2014 0,18 + 0,11 + 0,03 + 0,16 + 0,08 5 0,11 2015 0,15 + 0,11 + 0,01 + 0,12 + 0,04 5 0,09

Berdasarkan tabel 3.9 Rata-rata Industri rasio hasil pengembalian atas aset mengalami penurunan selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Tahun 2013 rata-rata industri untuk hasil pengembalian atas aset menunjukkan angka 0,13. Tahun 2014 rata-rata industri hasil pengembalian atas aset adalah 0,11. Tahun 2015 rata-rata industri hasil pengembalian adalah 0,09. Hal tersebut menandakan bahwa kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih mengalami penurunan.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila besaran rasio yang dimiliki berada di atas rata-rata industri. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk termasuk perusahaan yang memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menghasilkan laba dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset, jika dibandingkan dengan angka rata-rata industri yang ada.

(14)

2) Hasil Pengembalian atas Ekuitas

Tabel 3.10 Rata-rata Industri Hasil Pengembalian atas Ekuitas

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 0,23 + 0,13 + 0,12 + 0,27 + 0,34 5 0,22 2014 0,21 + 0,12 + 0,07 + 0,23 + 0,14 5 0,15 2015 0,18 + 0,12 + 0,02 + 0,17 + 0,07 5 0,11

Berdasarkan tabel 3.10 rata-rata industri hasil pengembalian atas ekuitas mengalami penurunan selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Tahun 2013 rata-rata industri hasil pengembalian atas ekuitas adalah 0,22. Tahun 2014 rata-rata industri hasil pengembalian atas ekuitas adalah 0,15. Tahun 2015 rata-rata industri hasil pengembalian atas ekuitas adalah 0,11. Penurunan tersebut menandakan bahwa kontribusi modal dalam menciptakan penjualan semakin menurun setiap tahun.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila memiliki rasio di atas rata-rata industri. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong perusahaan yang memiliki kontribusi total ekuitas yang tinggi dalam menciptakan laba, karena memiliki besaran rasio diatas angka rata-rata industri.

(15)

3) Margin Laba Kotor

Tabel 3.11 Rata-rata Industri Margin Laba Kotor

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 0,46 + 0,40 + 0,35 + 0,45 + 0,15 5 0,36 2014 0,46 + 0,31 + 0,29 + 0,43 + 0,15 5 0,33 2015 0,44 + 0,34 + 0,23 + 0,40 + 0,12 5 0,31

Berdasarkan tabel 3.11 rata-rata industri margin laba kotor mengalami penurunan selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Tahun 2013 rata-rata industri margin laba kotor adalah 0,36. Tahun 2014 rata-rata industri margin laba kotor adalah 0,33. Tahun 2015 rata-rata industri margin laba kotor adalah 0,31. Penurunan tersebut menandakan bahwa presentase laba kotor atas penjualan bersih semakin menurun.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila memiliki besaran rasio di atas rata-rata industri. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong perusahaan yang memiliki presentase laba kotor yang tinggi yang dihasilkan dari penjualan bersih.

4) Margin Laba Operasional

Tabel 3.12 Rata-rata Industri Rasio Margin Laba Operasional

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 0,32 + 0,28 + 0,19 + 0,29 + 0,13

5

(16)

2014 0,30 + 0,21 + 0,14 + 0,26 + 0,13 5 0,21 2015 0,28 + 0,22 + 0,04 + 0,22 + 0,09 5 0,17

Berdasarkan tabel 3.12 rata-rata industri margin laba operasional perusahaan dalam industri semen mengalami penurunan. Tahun 2013 rata-rata industri margin laba operasional adalah 0,24. Tahun 2014 rata-rata industri margin laba operasional adalah 0,21. Tahun 2015 rata-rata industri margin laba operasional adalah 0,17. Penurunan tersebut menandakan bahwa rata-rata perusahaan dalam industri semen mengalami penurunan laba operasional atas penjualan bersih.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan baik apabila rasio margin laba operasional berada di atas rata-rata industri. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk termasuk perusahaan yang memiliki laba operasional yang dihasilkan dari penjualan bersih yang tergolong tinggi, karena memiliki besaran rasio di atas rata-rata industri yang ada.

5) Margin Laba Bersih

Tabel 3.13 rata-rata industri margin laba bersih

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 0,28 + 0,27 + 0,10 + 0,24 + 0,09 5 0,20 2014 0,26 + 0,27 + 0,06 + 0,21 + 0,10 5 0,18 2015 0,24 + 0,24 + 0,02 + 0,17 + 0,06 5 0,15

(17)

Berdasarkan tabel 3.13 rata-rata industri margin laba bersih mengalami penurunan selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Tahun 2013 rata-rata industri margin laba bersih adalah 0,20. Tahun 2014 rata-rata industri margin laba bersih adalah 0,18. Tahun 2015 rata-rata industri margin laba bersih adalah 0,15. Penurunan tersebut menandakan bahwa telah terjadi penurunan presentase laba operasional atas penjualan.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan baik apabila mempunyai margin laba operasional berada di atas angka rata-rata industri selama kurun awktu tiga tahun terakhir. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk termasuk perusahaan yang memiliki laba bersih yang dihasilkan dari penjualan bersih yang tergolong tinggi, karena memiliki besaran rasio di atas rata-rata Industri.

d. Rasio Aktivitas

1) Perputaran Piutang Usaha

Tabel 3.14 Rata-rata Industri Perputaran Piutang Usaha

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 6,01 + 51,86 + 8,77 + 6,94 + 5,78 5 15,87 2014 6,17 + 16,72 + 7,61 + 7,05 + 5,84 5 8,68 2015 5,47 + 19,49 + 7,02 + 6,30 + 4,06 5 8,47

(18)

Tabel 3.15 Rata-rata Industri Lamanya Rata-rata Penagihan Piutang

Tahun Perhitungan

Rata-rata Industri 2013 60,70 + 7,04 + 41,64 + 52,61 + 63,11 5 45,02 2014 59,20 + 21,84 + 47,94 + 51,79 + 622,48 5 48,65 2015 66,72 + 18,73 + 51,97 + 57,95 + 89,94 5 57,06

Berdasarkan tabel 3.14 rata-rata industri perputaran piutang usaha mengalami penurunan selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Tahun 2013 rata-rata industri perputaran piutang usaha adalah 15,87. Tahun 2014 rata-rata industri perputaran piutang usaha adalah 8,68. Tahun 2015 rata-rata industri perputaran piutang usaha adalah 8,47. Perusahaan dalam industri semen rata-rata mengalami penurunan perputaran piutang usaha yang menyebabkan rata-rata industri yang menurun.

Penurunan perputaran piutang usaha tersebut mengakibatkan peningkatan lamanya rata-rata penagihan piutang usaha. Peningkatan lamanya rata-rata penagihan piutang usaha tersebut juga meningkatkan risiko tidak tertagihnya piutang tersebut. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan baik apabila mempunyai perputaran piutang usaha di atas rata-rata industri, dan memiliki tingkat lamanya penagihan berada di bawah rata-rata industri. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki perputaran piutang usaha serta lamanya rata-rata penagihan piutang usaha yang tergolong

(19)

lambat, karena memiliki besaran rasio di bawah rata-rata industri untuk rasio perputaran piutang usaha, serta berada di atas rata-rata industri untuk lamanya rata-rata penagihan piutang usaha.

2) Perputaran Persediaan

Tabel 3.16 Rata-rata Industri Perputaran Persediaan

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 12,70 + 9,39 + 16,36 + 9,94 + 3,06 5 10,29 2014 12,74 + 7,60 + 16,85 + 9,89 + 5,03 5 10,42 2015 11,17 + 7,83 + 15,63 + 10,32 + 4,91 5 9,97

Tabel 3.17 Rata-rata Industri Lamanya Rata-rata Perputaran piutang usaha

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 28,74 + 38,88 + 22,31 + 36,73 + 119,23 5 49,18 2014 28,65 + 48,03 + 21,67 + 36,91 + 72,60 5 41,57 2015 32,68 + 46,62 + 23,35 + 35,36 + 74,31 5 42,46

Rata-rata industri perputaran piutang usaha mengalami kenaikkan pada tahun 2014 dan mengalami penurunan pada tahun 2015. Tahun 2013 rata-rata industri perputaran persediaan adalah 10,29. Tahun 2014 rata-rata industri perputaran persediaan adalah 10,42. Tahun 2015 rata-rata industri perputaran persediaan adalah 9,97. Kenaikkan dan penurunan rata-rata industri untuk perputaran

(20)

persediaan berpengaruh pada rata-rata industri lamanya rata-rata persediaan.

Rata-rata perputaran persediaan yang tinggi akan mengakibatkan lamanya rata-rata persediaan rendah, yang berarti bahwa perputaran persediaan tergolong cepat. Rata-rata perputaran persediaan yang rendah akan mengakibatkan lamanya rata-rata persediaan rendah, yang berarti bahwa perputaran persediaan tergolong lambat.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong baik apabila rata-rata industri untuk perputaran persediaan berada di atas rata-rata industri, serta lamanya rata-rata persediaan berada dibawah rata-rata industri. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong perusahaan dengan perpuutaran persediaan yang cepat, karena besaran rasio yang dimiliki berada di atas rata-rata industri untuk perputaran piutang usaha, sedangkan untuk rasio lamanya rata-rata perputaran persediaan berada di bawah rata-rata industri.

3) Perputaran Modal Kerja

Tabel 3.18 Rata-rata Industri Perputaran Modal Kerja

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 1,37 + 0,84 + 4,56 + 2,69 + 1,43 5 2,18 2014 1,21 + 0,55 + 4,38 + 2,50 + 1,63 5 2,05 2015 1,22 + 0,68 + 3,81 + 2,43 + 1,16 5 1,86

(21)

Berdasarkan tabel 3.18 rata-rata industri perputaran modal kerja mengalami penurunan selam kurun waktu tiga tahun terakhir. Penurunan tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadi penurunan efektifitas aset lancar yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan, karena terjadi penurunan kontribusi aset lancar yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan. Tahun 2013 rata-rata industri untuk perputaran modal kerja adalah sebesar 2,18.

Tahun 2014 rata-rata industri untuk perputaran modal kerja adalah 2,05. Tahun 2015 rata-rata industri perputaran modal kerja adalah 1,86. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan baik apabila mempunyai perputaran modal kerja berada di atas rata-rata industri. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong perusahaan yang memiliki kelebihan modal kerja, karena memiliki rasio yang berada di bawah rata-rata industri.

4) Perputaran Aset Tetap

Tabel 3.19 Rata-rata Industri Perputaran Aset Tetap

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 1,54 + 2,05 + 0,85 + 1,25 + 3,25 5 1,79 2014 1,77 + 2,03 + 0,68 + 1,24 + 2,43 5 1,63 2015 1,30 + 1,52 + 0,62 + 1,07 + 1,44 5 1,19

Berdasarkan tabel 3.19 rata-rata industri perputaran aset tetap mengalami penurunan pada tiga periode terakhir. Tahun 2013 rata-rata industri perputaran aset tetap adalah sebesar 1,79. Tahun 2014

(22)

rata-rata industri perputaran aset tetap adalah sebesar 1,63. Tahun 2015 rata-rata industri perputaran aset tetap adalah sebesar 1,19. Penurunan tersebut menandakan bahwa telah terjadi penurunan efektifitas aset tetap yang dimiliki oleh rata-rata perusahaan dalam industri semen dalam menghasilkan penjualan.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan baik apabila memiliki perputaran aset tetap yang berada di atas angka rata-rata industri perputaran aset tetap. PT Indocement Tunggal Prakarsa dikatakan cukup baik dalam perputaran aset tetap, karena besaran rasio yang berada di atas angka rata-rata industri, walaupaun pada tahun 2013 berada di bawah rata-rata industri namun untuk tahun 204 dan tahun 2015 berada di atas rata-rata industri.

5) Perputaran Total Aset

Tabel 3.20 Rata-rata Industri Perputaran Total Aset

Berdasarkan tabel 3.20 rata-rata industri perputaran total aset mengalami penurunan selama kurun awktu tiga tahun terakhir. Tahun 2013 rata-rata industri untuk perputaran total aset adalah 0,77. Tahun 2014 rata-rata industri untuk perputaran total aset adalah sebesar 0,71. Tahun 2015 rata-rata industri untuk perputaran total aset adalah

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 0,76 + 0,60 + 0,72 + 0,80 + 0,99 5 0,77 2014 0,72 + 0,43 + 0,59 + 0,83 + 0,98 5 0,71 2015 0,63 + 0,47 + 0,54 + 0,74 + 0,64 5 0,60

(23)

sebesar 0,60. Penurunan tersebut berarti bahwa telah terjadi penurunan efektifitas total aset dalam menciptakan penjualan terhadap rata-rata perusahaan yang ada dalam industri semen.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan baik apabila mempunyai perputaran total aset di atas rata-rata industri selama kurun waktu tiga tahun terakhir tersebut. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan cukup baik untuk setiap penjualan yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset, karena memiliki besaran rasio di atas rata-rata industri, walaupun tahun 2013 berada di bawah rata-rata industri namun pada tahun 2014 dan tahun 2015 berada di atad rata-rata industri

e. Rasio Pasar

1) Price Earning Ratio

Tabel 3.21 Rata-rata Industri Price Earning Ratio

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 14,69 + 8,92 + 18,35 + 14,96 + 3,36 5 12,06 2014 17,46 + 11,55 + 25,11 + 17,29 + 32,34 5 20,75 2015 18,86 + 8,08 + 43,26 + 15,64 + 41,35 5 25,44

Berdasarkan tabel 3.21 rata-rata industri Price Earning Ratio mengalami kenaikkan. Tahun 2013 mempunyai Price Earning Ratio sebesar 12,06. Tahun 2014 mempunyai Price Earning Ratio sebesar 20,75. Tahun 2015 mempunyai Price Earning Ratio sebesar 25,44.

(24)

Peningkatan Price Earning Ratio tersebut menandakan bahwa industri semen mempunyai prospek pertumbuhan yang baik.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan mempunyai prospek yang baik apabila Price Earning Ratio mengalami pertumbuhan, karena rasio pasar hanya digunakan untuk mengukur nilai intrinsik perusahaan. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi, karena memiliki PER yang mengalami kenaikkan selama kurun waktu tiga tahun terakhir.

2) Dividend Yield Ratio

Tabel 3.22 Rata-rata Industri Dividend Yield Ratio

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 0,02 + 0,28 + 0,01 + 0,19 + 0,54 5 0,21 2014 0,04 + 0,02 + 0,02 + 0,15 + 0,02 5 0,05 2015 0,06 + 0,03 + 0,07 + 0,16 + 0,01 5 0,07

Berdasarkan tabel 3.22 rata-rata industri Dividend Yield Ratio mengalami penurunan pada tahun 2014 dan meningkat kembali pada tahun 2015. Rata-rata industri Dividend Yield Ratio pada tahun 2013 menunjukkan angka 0,21. Tahun 2014 rata-rata industri Dividend Yield Ratio adalah 0,05. Tahun 2015 rata-rata industri Dividend Yield Ratio adalah 0,07.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan mempunyai prospek pertumbuhan yang baik apabila mempunyai Dividend Yield

(25)

Ratio yang rendah, karena harga dividen yang tinggi (PER yang tinggi) yang mengakibatkan dividend yield akan menjadi kecil. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan yang baik, karena memiliki Dividend Yield Ratio yang rendah, yang berarti memiliki harga dividend yang tinggi.

3) Dividend Pay-out Ratio

Tabel 3.23 Rata-rata Industri Dividend Pay-out Ratio

Tahun Perhitungan Rata-rata

Industri 2013 0,33 + 2,52 + 0,26 + 2,86 + 1,82 5 1,56 2014 0,63 + 0,24 + 0,39 + 2,58 + 0,75 5 0,92 2015 1,14 + 0,23 + 2,83 + 2,46 + 0,59 5 1,45

Berdasarkan tabel 3.23 rata-rata industri Dividend Pay-out Ratio mengalami penurunan pada tahun 2014 dan mengalami kenaikan kembali pada tahun 2014. Rata-rata industri Dividend Pay-out Ratio tahun 2013 adalah sebesar 1,56. Tahun 2014 rata-rata industri Dividend Pay-out Ratio adalah sebesar 0,92. Tahun 2015 rata-rata industri Dividend Pay-out Ratio adalah 1,45. Hal tersebut berarti bahwa bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor mengalami penurunan pada tahun 2014, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2015.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan mengalami pertumbuhan yang tinggi apabila Dividend Pay-out Ratio yang

(26)

dimiliki tergolong rendah. Hal tersebut dikarenakan dividen sebagian besar akan diinvestasikan kembali. Dividen yang diperoleh dari laba biasanya digunakan untuk diinvestasikan kembali serta dibagikan kepada para pemegang saham. Dividend Pay-out Ratio yang kecil menandakan bahwa dividen yang diinvestasikan kembali untuk operasional perusahaan semakin tinggi, sehingga perusahaan dapat lebih berkembang. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk termasuk perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang tinggi, karena memiliki Dividend Pay-out Ratio yang rendah

2. Menghitung dan Menganalisis Rasio PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Menghitung rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, profitabilitas, serta rasio pasar yang dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Melalui rasio keuangan tersebut dapat diketahui bagaimana kondisi perusahaan dilihat berdasarkan laporan keuangan antara tahun 2013 sampai tahun 2015. Hasil analisis dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah sebagai berikut:

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Rasio likuiditas memiliki tiga jenis rasio, yaitu:

(27)

1) Rasio Lancar

Tabel 3.24 Perhitungan Rasio Lancar (disajikan dalam jutaan rupiah) Tahun Aset Lancar

Kewajiban Lancar Rasio 2013 16.846.777 2.740.089 6,15 2014 16.087.370 3.260.559 4,93 2015 13.133.854 2.687.743 4,89

Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Perseroan mengelola likuiditasnya untuk dapat membiayai pengeluaran modalnya dan membayar utang yang jatuh tempo dengan menjaga kecukupan kas dan setara kas, serta ketersediaan pendanaan. Berdasarkan tabel 3.24 rasio lancar tahun 2013 lebih baik jika dibandingkan dengan rasio lancar tahun 2014 dan rasio lancar tahun 2015 yaitu sebesar 6,15.

Aset lancar mengalami penurunan dari Rp 16.846,8 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp 16.086,4 miliar pada 2014. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan kas dan setara kas sebesar Rp 759,4 miliar. Aset lancar lainnya pada umumnya stabil jika dibandingkan dengan tahun 2013. Aset lancar pada tahun 2015 juga mengalami penurunan, hal tersebut dikarenakan telah terjadi penurunan kas dan setara kas sebesar Rp 2.953,5 miliar. Penurunan yang cukup signifikan utamanya terjadi karena aktivitas pendanaan yang meningkat

(28)

dibandingkan tahun 2014 yakni karena pembayaran dividen tunai yang meningkat dari tahun sebelumnya sebesar Rp 1.656 miliar.

Penurunan rasio lancar pada tahun 2015 juga dikarenakan oleh Kewajiban lancar yang merupakan komponen pembaginya juga mengalami penurunan pada tahun 2015 yakni sebesar Rp 572,8 miliar dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan telah terjadi penurunan beban akrual Perseroan. Beban akrual merupakan jumlah yang belum dibayarkan kepada para kontraktor dan pemasok sehubungan dengan pembangunan, pembelian, perbaikan dan pemeliharaan aset tetap.

Secara keseluruhan rasio lancar dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan cukup baik, yakni untuk rata-rata rasio lancar PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sebesar 5,32. Perusahaan memiliki rata-rata aset lancar sebanyak 5,32 kali dari total kewajiban lancar, atau dengan kata lain bahwa setiap Rp 1 kewajiban lancar dijamin oleh Rp 5,32 aset lancar.

2) Rasio Sangat Lancar

Tabel 3.25 Perhitungan Rasio Sangat Lancar (disajikan dalam jutaan rupiah)

Tahun Kas + Sekuritas Jangka Pendek + Piutang Kewajiban Lancar Rasio 2013 12.595.187 + 67.444 + 2.529137 2.740.089 5,54 2014 11.256.129 + 128.678 + 2.672.996 3.260.559 4,31

(29)

2015 8.655.562 + 72744 + 2.544.260 2.687.743

4,19 Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Rasio sangat lancar digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan aset sangat lancar (kas + sekuritas jangka pendek + piutang). Berdasarkan perhitungan pada tabel 3.25 tahun 2013 merupakan angka tertinggi dari rasio sangat lancar PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yakni sebesar 5,54. Hal tersebut berarti bahwa setiap Rp 1 kewajiban lancar dapat dijamin dengan Rp 5,54 aset sangat lancar, atau dengan kata lain perusahaan memiliki aset sangat lancar 5,54 kali dari total kewajiban lancar.

Tahun 2014 rasio sangat lancar PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mengalami penurunan menjadi 4,31. Penurunan tersebut dikarenakan peningkatan aktivitas pendanaan yang terjadi pada tahun 2014, sementara peningkatan aktivitas operasi dan aktivitas investasi cenderung stabil. Penurunan ini menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo, namun penurunan tersebut tidak terlalu berpengaruh, karena aset sangat lancar perseroan masih tergolong aman untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Penurunan jumlah kas dan setara kas pada tahun 2015 utamanya disebabkan karena peningkatan aktivitas pendanaan yaitu pembayaran dividen tunai, sedangkan untuk aktivitas operasi dan investasi

(30)

kenaikkannya cenderung stabil. Aset keuangan lancar lainnya yang dimiliki mengalami peningkatan dan penurunan karena meningkatnya piutang lain-lain yang dimiliki oleh perseroan kepada pihak ketiga, namun secara keseluruhan jumlahnya tidak material. Piutang usaha mengalami kenaikkan dan penurunan yang tidak terlalu signifikan. Kewajiban lancar sebagai unsur pembaginya mengalami peningkatan dan penurunan yang tidak terlalu signifikan.

Secara keseluruhan untuk rasio sangat lancar, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan cukup baik karena setiap Rp 1 kewajiban jangka pendeknya dapat ditutup dengan rata-rata Rp 4,68 aset sangat lancar. Kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dapat dikatakan cukup baik. 3) Rasio Kas

Tabel 3.26 Perhitungan Rasio Kas (disajikan dalam jutaan rupiah) Tahun Kas dan Setara Kas

Kewajiban Lncar Rasio 2013 12.595.187 2.740.089 4,60 2014 11.256.129 3.256.129 3,45 2015 8.655.562 2.687.743 3,22

Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Rasio kas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan kas dan setara kas yang merupakan aset yang paling likuid. Rasio kas pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mengalami penurunan selama

(31)

kurun waktu tiga tahun terakhir. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2014 jumlah kas dan setara kas menurun karena peningkatan aktivitas pendanaan yaitu pembagian dividen yang meningkat.

Peningkatan kewajiban lancar sebagai pembaginya juga dikarenakan telah terjadi peningkatan utang usaha pada pihak ketiga serta beban akrual yang meningkat. Beban akrual merupakan jumlah yang belum dibayarkan kepada para pemasok sehubungan dengan pembangunan, pembelian, perbaikan dan pemeliharaan aset tetap. Tahun 2015 jumlah kas dan setara kas juga mengalami penurunan. Hal tersebut juga dikarenakan telah terjadi peningkatan aktivitas pendanaan yakni pembayaran dividen tunai yang meningkat dari tahun sebelumnya.

Jumlah kewajiban lancar justru mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan berkurangnya beban akrual yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan pos-pos kewajiban lancar lainnya cenderung stabil. Beban akrual tersebut mengalami penurunan sebesar Rp 572,8 miliar pada tahun 2015. Secara keseluruhan, rasio kas untuk PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dikatakan cukup baik, karena perusahaan memiliki rata-rata kas sebanyak 3,76 kali dari total kewajiban lancar.

b. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan utang. Rasio solvabilitas mempunyai lima jenis rasio, yaitu:

(32)

1) Rasio Utang Terhadap Aset

Tabel 3.27 Perhitungan Rasio Utang terhadap Aset (disajikan dalam jutaan rupiah)

Tahun Total Utang Total Aset Rasio 2013 3.852.446 26.610.663 0,14 2014 4.307.622 28.884.635 0,15 2015 3.772.410 27.638.360 0,14

Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh utang, atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pembiayaan aset. Berdasarkan tebel 3.27 dapat terlihat bahwa pada tahun 2013, 14% aset perusahaan dibiayai oleh utang dan sisanya sebanyak 86% oleh modal. Tahun 2014 rasio utang terhadap aset mengalami kenaikkan. Pada tahun 2014, 15% aset perusahaan dibiayai oleh utang dan sisanya sebanyak 85% oleh modal. Kenaikkan yang terjadi pada tahun 2014 tidak terlalu signifikan, yakni hanya meningkat sebesar 1%.

Kenaikkan tersebut dikarenakan total kewajiban perusahaan yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kewajiban perusahaan mengalami kenaikkan karena kewajiban jangka pendeknya yang mengalami peningkatan yaitu pada pos utang usaha pihak ketiga, utang lain-lain pihak ketiga, beban akrual serta liabilitas imbalan kerja jangka pendek, dimana beban akrual mengalami

(33)

peningkatan yang cukup signifikan dibanding dengan pos-pos lain yang cenderung mengalami kenaikkan namun tidak terlalu material. Sebaliknya untuk liabilitas jangka panjang perusahaan mengalami sedikit penurunan.

Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan liabilitas pajak tangguhan dari Rp 462,2 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp 386,8 pada 2014. Total aset sebagai unsur pembaginya mengalami kenaikkan sebesar Rp 2.274 miliar pada tahun 2014. Kenaikkan tersebut terjadi karena kenaikkan aset tidak lancar sebesar Rp 3.037,2 miliar. Kenaikkan tersebut utamanya disebabkan oleh kenaikkan jumlah aset tetap sebesar Rp 2.838,7 miliar.

Tahun 2015 rasio utang terhadap aset mengalami penurunan kembali dikarenakan terjadinya penurunan jumlah kewajiban perusahaan sebesar Rp 1.246,3 miliar dibandingkan pada tahun 2014. Penurunan tersebut disebabkan karena penurunan jumlah liabilitas jangka pendek perusahaan yang disebabkan oleh berkurangnya beban akrual. Total aset sebagai unsur pembaginya mengalami penurunan yang disebabkan karena penurunan kas dan setara kas yang diakibatkan oleh meningkatnya aktivitas pendanaan perusahaan yakni pembayaran dividen tunai yang meningkat dari tahun sebelumnya.

Secara keseluruhan rasio utang terhadap aset PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong baik. Hal tersebut dikarenakan jumlah aset yang dibiayai oleh utang tergolong kecil yakni 14%, meskipun

(34)

terjadi peningkatan pada tahun 2014, akan tetapi peningkatan tersebut hanya sekitar 1%.

2) Rasio Utang terhadap Modal

Tabel 3.28 Perhitungan Rasio Utang terhadap Modal (disajikan dalam jutaan rupiah)

Tahun Total Utang Total Modal Rasio 2013 3.852.446 22.758.217 0,17 2014 4. 307.622 24.577.013 0,18 2015 3.772.410 23.865.950 0,16

Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Rasio utang terhadap modal ini berfungsi untuk mengetahui berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai jaminan utang. Tahun 2013 perusahaan memiliki utang sebanyak 0,17 kali dari total modal, atau dengan kata lain bahwa setiap Rp 1 utang dijamin oleh Rp 5,88 modal. Tahun 2014 perusahaan memiliki utang sebanyak 0,18 kali dari total modal, atau dengan kata lain bahwa setiap Rp 1 utang dijamin oleh Rp 5,55 modal. Hal tersebut berarti bahwa telah terjadi penurunan terhadap jumlah modal yang dapat dijadikan sebagai jaminan utang, namun penurunan tersebut tidaklah signifikan karena hanya mengalami penurunan sebesar 1% saja.

Penurunan tersebut dikarenakan telah terjadi peningkatan jumlah utang yang dimiliki perusahaan seperti yang telah dijelaskan pada rasio utang terhadap aset. Sementara pembaginya yakni modal mengalami

(35)

kenaikkan sebesar Rp 1.818,8 miliar pada tahun 2014. Kenaikkan tersebut utamanya disebabkan oleh kenaikan saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sebesar Rp 1.932,8 miliar. Tahun 2015 perusahaan mengalami kenaikkan terhadap jumlah modal yang dapat dijadikan sebagai jaminan utang.

Rasio utang terhadap modal menunjukkan angka 0,16 pada tahun 2015. Hal tersebut berarti bahwa perusahaan memiliki utang sebanyak 0,16 kali dari total modal, atau dengan kata lain bahwa setiap Rp 1 utang dijamin oleh Rp 6,25 modal. Peningkatan tersebut dikarenakan menurunnya jumlah utang perusahaan sebesar Rp 1.246,3 miliar pada tahun 2015 seperti yang telah dijelaskan pada rasio utang terhadap aset. Modal sebagai unsur pembaginya mengalami penurunan sebesar Rp 711,1 miliar. Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh penurunan saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya.

Secara keseluruhan, rasio utang terhadap modal PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk cukup baik. Proporsi utang terhadap total modal yang dimiliki PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk relatif kecil. Diketahui bahwa struktur pembiayaan perusahaan lebih banyak menggunakan modal daripada utang.

(36)

3) Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Modal

Tabel 3.28 Perhitungan Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Modal (disajikan dalam jutaan rupiah)

Tahun Utang Jangka Panjang Total Modal Rasio 2013 1.112.357 22.758.217 0,05 2014 1.047.063 24.577.013 0,04 2015 1.084.667 23.865.950 0,05

Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Rasio utang jangka panjang terhadap modal merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai jaminan utang jangka panjang. Tahun 2013 dan tahun 2014, perusahaan memiliki utang jangka panjang sebanyak 0,05 kali dari total modal, atau dengan kata lain bahwa setiap Rp 1 utang jangka panjang dijamin oleh Rp 20 modal.

Tahun 2014 perusahaan memiliki utang jangka panjang sebanyak 0,04 kali dari total modal, atau dengan kata lain bahwa setiap Rp 1 utang jangka panjang dijamin oleh Rp 25 modal. Penurunan yang terjadi pada tahun 2014 disebabkan karena penurunan jumlah utang jangka panjang yang dimiliki oleh perusahaan sebesar Rp 65,3 miliar. Penurunan tersebut dikarenakan penurunan pos liabilitas pajak tangguhan yang menurun sebesar Rp 75,4 miliar, untuk beberapa pos utang jangka panjang cenderung stabil.

(37)

Kenaikkan tersebut juga disebabkan karena peningkatan jumlah modal yang dimiliki oleh perusahaan. Modal mengalami kenaikkan sebesar Rp 1.818,8 miliar pada tahun 2014. Kenaikkan tersebut utamanya disebabkan oleh kenaikan saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sebesar Rp 1.932,8 miliar. Rasio utang jangka panjang terhadap modal pada tahun 2014 lebih baik jika dibandingkan dengan rasio utang jangka panjang terhadap modal tahun 2013 dan 2015, karena jumlah modal pemilik di tahun 2014 yang dijadikan sebagai jaminan utang jangka panjang adalah lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah modal pemilik di tahun 2013 dan 2015.

Secara keseluruhan, rasio utang jangka panjang terhadap modal PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong cukup baik. hal tersebut dikarenakan setiap Rp 1 utang jangka panjang dijamin oleh rata-rata Rp 21,67 modal. Berdasarkan hasil perhitungan rasio di atas dapat disimpulkan bahwa struktur pembiayaan perusahaan lebih banyak menggunakan modal dibanding pinjaman jangka panjang.

4) Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan

Tabel 3.29 Perhitungan Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan (disajikan dalam jutaan rupiah)

Tahun Laba sebelum Bunga dan Pajak Beban Bunga Rasio 2013 6.646.125 50.971 130,39 2014 6.837.005 21.527 317,60 2015 5.671.654 26.543 213,68

(38)

Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan menunjukkan sejauh mana atau berapa kali kemampuan perusahaan dalam membayar bunga. Tahun 2013 rasio kelipatan bunga yang dihasilkan PT Indocerment Tunggal Prakarsa Tbk menunjukkan angka 130,39. Berarti beban bunga dapat ditutup 130,39 kali dari laba sebelum bunga dan pajak, atau dengan kata lain bahwa perusahaan memiliki kemampuan dari laba sebelum bunga dan pajak untuk membayar beban bunga sebanyak 130.29 kali.

Tahun 2014 rasio kelipatan bunga yang dihasilkan mengalami kenaikkan yang cukup signifikan. Tahun 2014 perusahaan memiliki kemampuan dari laba sebelum bunga dan pajak untuk membayar beban bunga sebanyak 317,60 kali. Peningkatan rasio tersebut disebabkan karena peningkatan jumlah laba sebelum bunga dan pajak. Jumlah laba sebelum bunga dan pajak mengalami peningkatan disebabkan oleh kenaikkan pendapatan sebesar Rp 1.305 miliar. Pendapatan tersebut meningkat diakibatkan karena peningkatan penjualan dari semua sektor usaha, utamanya semen yang menyumbang sekitar 85% dari total pendapatan perusahaan.

Pendapatan yang meningkat tersebut disebabkan karena penjualan semen yang meningkat sebesar Rp 1.246,8 miliar, penjualan beton siap pakai sebesar Rp 800,6 miliar, serta penjualan tambang agregat dan trass mengalami kenaikkan sebesar Rp 193 miliar. Kenaikkan rasio kelipatan bunga yang dihasilkan tersebut juga dikarenakan adanya penurunan

(39)

jumlah beban bunga sebagai pembaginya. Beban bunga mengalami penurunan sebesar Rp 29,4 miliar yang diakibatkan karena menurunnya jumlah kewajiban jangka panjang perusahaan selama tahun 2014. Jumlah kewajiban jangka panjang tersebut mengalami penurunan karena penurunan pos liabilitas pajak tangguhan.

Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan tahun 2015 mengalami penurunan. Tahun 2015 perusahaan memiliki kemampuan dari laba sebelum bunga dan pajak untuk membayar beban bunga sebanyak 213,68 kali. Penurunan tersebut disebabkan karena penurunan laba sebelum bunga dan pajak. Laba sebelum bunga dan pajak menurun disebabkan menurunnya pendapatan perusahaan sebesar Rp 2.198,2 miliar.

Penurunan pendapatan tersebut utamanya dikarenakan penurunan penjualan semen yang menyumbang sekitar 85% total pendapatan. Semen mengalami penurunan penjualan sebesar Rp 2.073 miliar, untuk beton siap pakai mengalami penurunan penjualan sebesar Rp 270 miliar, sedangkan untuk tambang agregat dan trass mengalami penurunan sebesar Rp 15,4 miliar.

Beban bunga sebagai pembaginya juga mengalami peningkatan sekitar Rp 5 miliar rupiah yang diakibatkan karena jumlah utang jangka panjang perusahaan yang meningkat. peningkatan jumlah kewajiban jangka panjang perusahaan disebabkan oleh peningkatan liabilitas imbalan kerja jangka panjang dan liabilitas pajak tangguhan masing-masing sebesar Rp 317.642 juta dan Rp 268.926 juta. Secara keseluruhan

(40)

rasio kelipatan bunga yang dihasilkan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk cukup baik. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah rasio yang tinggi, sehingga besar kemunkinan perusahaan mampu untuk membayar bunga.

5) Rasio Laba Operasional terhadap Kewajiban

Tabel 3.30 Perhitungan Rasio Laba Operasional terhadap Kewajiban (disajikan dalam jutaan rupiah)

Tahun Laba Operasional Kewajiban Rasio 2013 6.064.100 3.852.446 1,57 2014 6.000.869 4.307.622 1,39 2015 5.056.930 3.772.410 1,34

Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Rasio laba operasional terhadap kewajiban merupakan rasio yang menunjukkan (sejauh mana atau berapa kali) kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh kewajiban. Berdasarkan tabel 3.30 rasio laba operasional terhadap kewajiban yang dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir. Tahun 2013 setiap Rp 1 kewajiban mampu ditutup oleh Rp 1,57 laba operasional.

Rasio laba operasional terhadap kewajiban yang tinggi pada tahun 2013 disebabkan karena jumlah laba operasional dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2014 dan 2015. Laba operasional yang tinggi pada tahun 2013 tersebut

(41)

disebabkan karena kewajiban sebagai unsur pembaginya memilikisaldo yang kecil jika dibandingkan dengan tahun 2014.

Tahun 2014 rasio laba operasional terhadap kewajiban PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mempunyai rasio sebesar 1,39 yang menurun dari tahun sebelumnya. Hal tersebut berarti setiap Rp 1 kewajiban mampu ditutup oleh Rp 1,39 laba operasional. Penurunan tersebut diakibatkan karena kewajiban sebagai unsur pembaginya mengalami peningkatan sebesar Rp 1.818,8 miliar dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kenaikkan jumlah kewajiban perusahaan tersebut dikarenakan peningkatan jumlah kewajiban lancar karena bertambahnya jumlah utang usaha pihak ketiga sebesar Rp 167,1 miliar.

Laba operasional perusahaan pada tahun 2014 juga sedikit menurun dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar Rp 63,2 miliar. Hal tersebut dikarenakan peningkatan beban usaha sebesar Rp 553,1 miliar. Beban usaha tersebut meningkat utamanya disebabkan karena peningkatan beban penjualan sebesar Rp 311,7 miliar dibandingkan dengan tahun 2013.

Tahun 2015 perusahaan memiliki rasio laba operasional terhadap kewajiban sebesar Rp 1,34. Hal tersebut berarti setiap Rp 1 kewajiban mampu ditutup oleh Rp 1,34 laba operasional. Penurunan rasio tersebut disebabkan karena penurunan jumlah laba operasional perusahaan yang menurun sebesar Rp 944 miliar walaupun kewajiban perusahaan menurun sebesar Rp 1.246,3 miliar dibandingkan pada tahun 2014. Hal

(42)

tersebut dikarenakan penurunan pendapatan sebesar Rp 2.073 miliar yang diakibatkan karena penurunan penjualan semen, beton siap pakai, agregat tambang dan trass.

Secara keseluruhan, rasio laba operasional terhadap kewajiban PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat dikatakan cukup baik. Hal tersebut dikarena setiap Rp 1 kewajiban sudah dapat ditutup oleh lebih dari Rp 1 laba operasional.

c. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya. Rasio profitabilitas memiliki lima jenis rasio, yaitu:

1) Hasil Pengembalian atas Aset

Tabel 3.31 Perhitungan Rasio Hasil Pengembalian atas Aset (disajikan dalam jutaan rupiah)

Tahun Laba Bersih Total Aset Rasio 2013 5.217.953 26.610.663 0,20 2014 5.165.458 28.884.635 0,18 2015 4.258.600 27.638360 0,15

Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Hasil pengembalian atas aset merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Berdasarkan tabel 3.9 rasio hasil pengembalian atas aset mengalami penurunan selama tiga periode terakhir. Tahun 2013 rasio hasil

(43)

pengembalian atas aset sebesar 0,20. Hal tersebut berarti bahwa setiap Rp 1 total aset turut berkontribusi menciptakan Rp 0,20 laba bersih.

Tahun 2014 rasio hasil pengembalian atas aset menunjukkan angka 0,18. Hal tersebut berarti bahwa setiap Rp 1 total aset turut berkontribusi menciptakan Rp 0,18 laba bersih. Hasil pengembalian atas aset tahun 2013 lebih baik jika dibandingkan dengan hasil pengembalian atas aset tahun 2014, karena kontribusi total aset terhadap laba bersih di tahun 2013 lebih besar jika dibandingkan dengan kontribusi total aset terhadap laba bersih di tahun 2014.

Penurunan yang terjadi pada tahun 2014 disebabkan karena penurunan laba bersih perusahaan. Laba bersih perusahaan menurun disebabkan oleh meningkatnya beban usaha sebesar Rp 553,1 miliar dibandingkan dengan tahun 2013. Beban usaha yang meningkat tersebut diakibatkan oleh peningkatan beban penjualan. Penurunan jumlah laba bersih juga disebabkan oleh kerugian atas nilai lindung arus kas sebesar Rp 160,3 miliar dibandingkan dengan tahun lalu.

Jumlah aset yang dimiliki perusahaan meningkat pada tahun 2014 sebesar Rp 2.274 miliar dibandingkan dengan tahun lalu. Aset yang bertambah sementara laba bersih menurun, mengindikasikan bahwa telah terjadi penurunan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Tahun 2015 hasil pengembalian atas aset juga mengalami penurunan. Penurunan tersebut disebabkan karena penurunan jumlah laba

(44)

bersih perusahaan dibandingkan dengan tahun 2014 dan 2013, walaupun jumlah beban pokok pendapatan berhasil turun sebesar Rp 1.001 miliar.

Penurunan beban pokok pendapatan tersebut dikarenakan turunnya beban pabrikasi misalnya bahan baku yang digunakan, upah buruh langsung, bahan bakar dan listrik, serta beban pabrikasi. Penurunan beban pokok pendapatan tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan mampu mengoptimalkan beban operasionalnya. Penurunan laba bersih perusahaan utamanya disebabkan oleh penurunan pendapatan bersih perusahaan akibat menurunnya penjualan.

Semen yang menyumbang sekitar 85% dari pendapatan mengalami penurunan penjualan sebesar Rp 2.073 miliar. Penjualan beton siap pakai juga mengalami penurunan sebesar Rp 270 miliar. Penjualan agregat tambang serta trass juga mengalami penurunan sebesar Rp 15,4 miliar. Total aset sebagai pembaginya juga mengalami penurunan sebesar Rp 1.246,3 miliar.

Penurunan penjualan tersebut mengindikasikan aktivitas penjualan yang belum optimal. Secara keseluruhan rasio hasil pengembalian atas aset PT Indocement Tungal Perkasa Tbk cenderung kurang baik, hal tersebut karena terjadinya penurunan rasio selama tiga tahun terakhir. Penurunan rasio tersebut mengindikasikan bahwa belum dimanfaatkannya total aset secara maksimal untuk menciptakan penjualan.

(45)

2) Hasil Pengembalian atas Ekuitas

Tabel 3.32 Perhitungan Rasio Hasil Pengembalian atas Ekuitas (disajikan dalam jutaan rupiah)

Tahun Laba Bersih Total Ekuitas Rasio 2013 5.217.953 22.758.217 0,23 2014 5.165.458 24.577.013 0,21 2015 4.258.600 23.865.950 0,18

Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Hasil pengembalian atas ekuitas merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi ekuitas dalam menciptakan laba bersih. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas. Berdasarkan tabel 3.10 rasio hasil pengembalian atas ekuitas mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir. Penurunan tersebut disebabkan oleh menurunnya laba bersih selama tiga tahun terakhir.

Hasil pengembalian atas aset pada tahun 2013 adalah setiap Rp 1 ekuitas turut berkontribusi menciptakan Rp 0,23 laba bersih. Ekuitas sebagai pembaginya mengalami kenaikkan pada tahun 2014. Kenaikkan jumlah ekuitas pada tahun 2014 tersebut utamanya disebabkan oleh kenaikkan jumlah saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sebesar Rp 1.932,8 miliar. Ekuitas yang mengalami peningkatan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan jumlah laba bersih perusahaan. Tahun

(46)

2014 rasio hasil pengembalian atas aset dapat dikatakan mengalami penurunan.

Rasio hasil pengembalian atas aset pada tahun 2014 adalah sebesar 0,21. Hal tersebut berarti setiap Rp 1 ekuitas turut berkontribusi menciptakan Rp 0,21 laba bersih. Ekuitas yang mengalami peningkatan sementara laba bersih yang mengalami penurunan, mengindikasikan bahwa belum maksimalnya penggunaan modal untuk menciptakan penjualan. Tahun 2015 rasio hasil pengembalian atas ekuitas mempunyai besaran rasio 0,18, hal tersebut berarti setiap Rp 1 ekuitas turut berkontribusi menciptakan Rp 0,18 laba bersih.

Penurunan rasio tersebut dikarenakan jumlah laba bersih yang menurun serta jumlah ekuitas sebagai unsur pembaginya juga mengalami penurunan. Penurunan tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas penjualan yang belum optimal. Aktivitas penjualan yang belum optimal tersebut berkaitan dengan persaingan usaha yang semakin ketat, yaitu dengan masuknya pemain baru di industri semen. Selain hal tersebut, turunnya harga semen yang terjadi pada awal tahun 2015 juga mempengaruhi pendapatan yang diperoleh perusahaan. Meskipun pada tahun 2015, beban operasional perusahaan menurun namun laba bersih yang dihasilkan tetap menurun karena pendapatan bersih perusahaan menurun.

Kesimpulannya adalah hasil pengembalian atas ekuitas tahun 2013 lebih baik jika dibandingkan dengan hasil pengembalian atas ekuitas

(47)

tahun 2014 dan tahun 2015 karena kontribusi total ekuitas terhadap laba bersih di tahun 2013 lebih besar jika dibandingkan dengan kontribusi total ekuitas terhadap laba bersih di tahun 2014 dan 2015. Secara keseluruhan rasio hasil pengembalian atas ekuitas PT indocement Tunggal Prakarsa Tbk kurang baik, karena pada tahun 2014 walaupun terjadi kenaikkan jumlah ekuitas tetapi tidak diikuti dengan laba bersih perusahaan, padahal jumlah beban operasional pada tahun 2014 tidak mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

3) Margin Laba Kotor

Tabel 3.33 Perhitungan Rasio Margin Laba Kotor (disajikan dalam jutaan rupiah)

Tahun Laba Kotor Penjualan Bersih Rasio 2013 8.654.654 18.691.286 0,46 2014 9.106.227 19.996.264 0,46 2015 7.909.136 17.798.055 0,44

Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Margin laba kotor merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba kotor atas penjualan bersih. Berdasarkan tabel 3.33 margin laba kotor PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mengalami penurunan pada tahun 2015, namun penurunan tersebut tidaklah terlalu signifikan. Margin laba kotor tahun 2013 besaran rasionya adalah 0,46. Hal tersebut berarti besarnya laba kotor adalah 46%

(48)

dari total penjualan bersih. Besarnya harga pokok penjualan adalah 54% dari total penjualan bersih.

Beban pokok penjualan mengalami peningkatan sebesar Rp 873 miliar pada tahun 2014. Beban produksi tersebut meliputi upah buruh langsung, bahan bakar dan listrik, bahan baku yang digunakan. Tahun 2015 margin laba kotor PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, besaran rasionya adalah 0,44. Hal tersebut berarti bahwa besarnya laba kotor adalah 44% dari total penjualan bersih. Berarti telah terjadi penurunan rasio margin laba kotor PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2015. Penurunan tersebut disebabkan karena penurunan pendapatan bersihnya. Beban pokok penjualan sebenarnya menurun pada tahun 2015. Rasio margin laba kotor, walaupun mengalami penurunan, akan tetapi penurunan tersebut tidak terlalu besar.

Secara keseluruhan margin laba kotor PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk kurang baik, karena kontribusi beban pokok penjualan lebih dari 50%. Perusahaan dapat dikatakan belum mampu mengoptimalkan beban pokok penjualannya. Hal tersebut terlihat dari peningkatan beban pokok penjualan pada tahun 2014 meskipun pendapatan bersih perusahaan naik.

(49)

4) Margin Laba Operasional

Tabel 3.34 Perhitungan Rasio Margin Laba Operasional (disajikan dalam jutaan rupiah)

Tahun Laba Operasional Penjualan Bersih Rasio 2013 6.064.100 18.691.286 0,32 2014 6.000.869 19.996.264 0,30 2015 5.056.930 17.798.055 0,28

Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Margin laba operasional merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya presentase laba operasional atas penjualan bersih. Berdasarkan tabel 3.12 margin laba operasional PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mengalami penurunan pada tiga periode terakhir. Tahun 2013 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mempunyai besaran rasio 0,32. Hal tersebut berarti bahwa besarnya laba operasional adalah 32% dari total penjualan bersih.

Tahun 2014 besaran rasio margin laba operasional adalah 0,30. Hal tersebut berarti bahwa besarnya laba operasional adalah 30% dari total penjualan bersih. Tahun 2015 besaran rasio margin laba operasional adalah 0.28. Hal tersebut berarti bahwa besarnya rasio margin laba operasional adalah 28% dari total penjualan bersih. Penurunan pada tahun 2014 disebabkan karena laba operasional perusahaan mengalalami penurunan, meskipun pendapatan bersih meningkat.

(50)

Penurunan laba operasional pada tahun 2014 disebabkan karena meningkatnya beban usaha perusahaan sebesar Rp553 miliar. Beban usaha tersebut terdiri dari beban penjualan dan beban umum dan administrasi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan belum mampu mengoptimalkan beban operasionalnya. Penurunan pada tahun 2015 disebabkan karena penurunan penjualan. Penurunan penjualan tersebut mengakibatkan laba operasional menurun. Laba operasional yang menurun tersebut juga diikuti oleh beban usaha yang menurun sebesar Rp 346,7 miliar.

Secara keseluruhan, rasio margin laba operasional yang dimiliki PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk kurang baik. Hal tersebut dikarenakan besaran rasionya yang terus menurun selama tiga periode terakhir, dengan demikian telah terjadi penurunan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba bagi perusahaan.

5) Margin Laba Bersih

Tabel 3.35 Perhitungan Rasio Margin Laba Bersih (disajikan dalam jutaan rupiah)

Tahun Laba Bersih Penjualan bersih Rasio 2013 5.217.953 18.691.286 0,28 2014 5.165.458 19.996.264 0,26 2015 4.258.600 17.798.055 0,24

(51)

Margin Laba Bersih merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba bersih atas penjualan bersih. Berdasarkan tabel 3.13 Margin laba bersih PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mengalami penurunan. Tahun 2013 besaran rasio margin laba bersih PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah 0,20. Hal tersebut berarti besarnya laba bersih 28% dari total penjualan bersih.

Tahun 2014 rasio margin laba bersih berada pada angka 0,26. Hal tersebut berarti besarnya laba bersih adalah 26% dari total penjualan bersih. Penurunan tersebut diakibatkan karena laba bersih yang menurun meskipun penjualan bersih mengalami peningkatan. Penurunan laba bersih tersebut diakibatkan karena adanya kerugian atas lindung nilai arus kas sebesar Rp 160,3 miliar dibandingkan tahun lalu. Sebenarnya jumlah laba perseroan mengalami kenaikkan sebesar Rp 261,8 miliar dibandingkan dengan tahun 2013. Akan tetapi meskipun terjadi penurunan rasio namun hal tersebut dikarenakan penurunan jumlah laba oleh kerugian atas lindung nilai arus kas bukan merupakan akibat aktivitas operasional perusahaan.

Tahun 2015 rasio margin laba bersih berada pada angka 0,24. Hal tersebut berarti besarnya laba bersih adalah 24% dari total penjualan bersih. Penurunan tersebut diakibatkan karena penjualan yang mengalami penurunan dibanding dengan tahun lalu. Hal tersebut berpengaruh pada diperolehnya laba bersih tahun 2015.

(52)

Secara keseluruhan margin laba bersih tahun 2013 lebih baik jika dibandingkan dengan margin laba bersih tahun 2014 dan 2015 karena kontribusi penjualan bersih terhadap laba bersih tahun 2013 lebih besar jika dibandingkan dengan kontribusi penjualan bersih terhadap laba bersih di tahun 2014 dan 2015. Akan tetapi penurunan jumlah laba bersih tahun 2014 bukan dikarenakan oleh peningkatan beban operasional perusahaan melainkan karena kerugian nilai lindung arus kas, sehingga tidak dapat dikatakan bahwa kinerja manajemen mengalami penurunan pada tahun 2014.

Sebaliknya, kinerja manajemen mengalami penurunan pada tahun 2015. Disebut demikian karena penurunan penjualan yang menurun pada tahun 2015. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan belum mampu mengoptimalkan penjualan. Rasio margin laba bersih perusahaan dapat dikatakan kurang baik.

d. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aset yang dimilikinya, termasuk untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Rasio aktivitas mempunyai lima jenis rasio, yaitu:

(53)

1) Perputaran Piutang Usaha

Tabel 3.36 Perhitungan Rasio Perputaran Piutang Usaha (disajikan dalam jutaan rupiah)

Tahun Penjualan Kredit Rata − rata piutang usaha

Rasio 2013 ∗ 14.953.029 2.486.703 6,01 2014 ∗ 15.997.011 2.594.791 6,17 2015 ∗ 14.238.444 2.602842 8,47

Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk *) asumsi penjualan kredit 80% dari total pendapatan bersih

Tabel 3.37 Lamanya Rata-rata Penagihan Piutang

Tahun 365 hari

Rasio Perputaran Piutang Usaha

Total 2013 365 hari 6,01 60,70 2014 365 hari 6,17 59,20 2015 365 hari 5,47 66,72

Sumber: Laporan Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Perputaran piutang usaha merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam piutang usaha akan berputar dalam satu periode atau berapa lama (dalam hari) rata-rata penagihan piutang usaha. Perputaran piutang usaha yang dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tergolong lambat.

Persyaratan kredit yang sebagian besar digunakan pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah N/30, maka berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa lamanya rata-rata penagihan piutang

Gambar

Tabel 3.5 Rata-rata Industri Rasio Utang terhadap Modal
Tabel 3.6 Rata-rata Industri Rasio Utang Jangka Panjang terhadap  Modal
Tabel 3.7 Rata-rata Industri Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan
Tabel  3.8  Rata-rata  Industri  Rasio  Laba  Operasional  terhadap  Kewajiban
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan tebal berbanding lurus dengan daya serap air karena setiap penambahan komposisi perekat akan terjadi penurunan nilai pengembangan tebal, seperti

Universitas Udayana yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan fasilitas yang memadai dalam menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Namun demikian, jika dibandingkan antara ketertarikan model belajar daring dan luring (offline), mahasiswa cenderung memilih jawaban netral (36%). Maknanya adalah

mendapatkan nilai tertinggi dapat dilihat pada hasil ketersediaan tenaga pelaksana dengan nilai 230 kategori “A”, untuk urutan kedua pada hasil kerja dengan nilai 210 kategori

Adakah informasi tentang abu batubara dari public relations/pegawai PLTU Suralayaa. Tidak, lanjut

Hasil pengujian baik tanpa beban maupun dengan beban menunjukkan bahwa posisi yang baik untuk meletakkan produk dengan deviasi terendah antara suhu yang diukur

Siswa memberikan komentar atau saran dengan alasan yang logis dan bahasa yang santun melalui kegiatan tanya jawab dan latihan..

Keadaan ini menunjukkan bahwa alat penukar kalor tipe shell and tube yang dianalisa wajib dibersihkan karena memiliki kualitas yang kurang baik, dimana nilai