• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KESERAGAMAN SUHU RUANG FREEZER DAN PENENTUAN POSISI OPTIMAL UNTUK PEMBEKUAN DAN PENYIMPANAN IKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT KESERAGAMAN SUHU RUANG FREEZER DAN PENENTUAN POSISI OPTIMAL UNTUK PEMBEKUAN DAN PENYIMPANAN IKAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KESERAGAMAN SUHU RUANG FREEZER DAN PENENTUAN POSISI OPTIMAL UNTUK PEMBEKUAN DAN PENYIMPANAN IKAN

Luthfi Assadad* dan Putri Wullandari

Loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan *e-mail: mekanisasikp@kkp.go.id

Abstrak

Penggunaan alat pembeku (freezer) merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan mutu dan kesegaran ikan. Penyimpanan produk pada freezer dengan target suhu tertentu dengan posisi berbeda seringkali menghasilkan produk dengan kualitas yang berbeda. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat keseragaman suhu di dalam ruang freezer dan menentukan posisi penyimpanan yang tepat. Rangkaian penelitian meliputi pengaturan data logger suhu, perekaman kelembapan lingkungan selama percobaan berlangsung, pengujian dengan beban kosong dan pengujian dengan menggunakan beban. Pengukuran suhu dilakukan pada 4 titik sebagai perlakuan (T1: bagian tengah kiri freezer, T2: bagian tengah atas freezer, T3: bagian tengah bawah freezer, T4: bagian tengah kanan freezer) di dalam ruang freezer yang mewakili bentuk tiga dimensi bangun ruang, dengan menggunakan variasi dua suhu setting tertinggi (knop 5 dan knop 7). Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2016. Hasil

percobaan menunjukkan bahwa kelembapan udara berkisar antara 44,95 – 48,59%, dengan

rata-rata untuk masing-masing suhu setting (knop 5 dan knop 7) berturut-turut sebesar 46,57% dan 46,57%. Hasil uji-t menunjukkan bahwa kelembapan udara tidak berbeda nyata antar suhu setting. Rata-rata suhu saat pengujian beban kosong berturut-turut untuk probe T1, T2, T3 dan

T4 sebesar -14,35oC, -13,07oC,-18,45oC dan -14,10oC untuk knop 5; dan -15,20oC, -13,93oC,

-19,30oC dan -15,20oC untuk knop 7. Rata-rata suhu saat pengujian dengan beban berturut-turut

untuk probe T1, T2, T3 dan T4 sebesar -7,12oC, -7,15oC, -13,72oC, -9,42oC untuk knop 5; dan

-7,75oC, -7,78oC, -14,50oC, -10,12oC untuk knop 7. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa

perbedaan posisi memberikan pengaruh yang berbeda nyata, baik untuk pengujian beban kosong maupun pengujian dengan beban. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa posisi T3 merupakan perlakuan yang terbaik (suhu paling rendah pada semua setting suhu) dan berbeda nyata dengan 3 perlakuan lain. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ruang penyimpanan/ruang pembekuan pada freezer yang diuji coba memiliki suhu yang tidak seragam. Hasil pengujian baik tanpa beban maupun dengan beban menunjukkan bahwa posisi yang baik untuk meletakkan sampel dengan deviasi terendah antara suhu yang diukur dan suhu setting yaitu pada titik T3.

Kata kunci: freezer, keseragaman, pembekuan, penyimpanan, suhu Pengantar

Ikan merupakan salah satu komponen penting bahan pangan bagi manusia. Hal ini disebabkan karena kandungan gizinya (Ababouch, 2012; Anene et al., 2015). Sebagaimana produk hayati lainnya, ikan merupakan bahan pangan yang cepat mengalami kerusakan (highly perishable food). Suhu merupakan faktor penting yang dapat mempercepat proses kerusakan, serta menurunkan mutu dan kesegaran ikan. Mutu dan kesegaran ikan dapat dipertahankan jika ikan ditangani dengan hati-hati, cepat, bersih dan disimpan pada suhu rendah (Jain et al., 2005; Munandar et al., 2009; Irianto, 2011). Salah satu upaya penanganan pascapanen suhu rendah yang dapat dilakukan yaitu dengan cara pembekuan.

Ada berbagai macam peralatan untuk pembekuan yang dilakukan selama ini, salah satunya yaitu menggunakan alat pembeku komersial yang lazim dikenal sebagai freezer. Penggunaan freezer sangat populer, baik untuk skala rumah tangga, industri maupun untuk kegiatan penelitian. Pada kegiatan penelitian misalnya, freezer digunakan untuk menyimpan sampel atau produk yang memerlukan pengujian atau proses lebih lanjut. Salah satu titik kritis terjadi pada proses ini, dimana ruang penyimpanan beku ternyata tidak memiliki suhu yang seragam antar posisi (Fukuyo et al., 2003) serta memiliki suhu yang berbeda dengan suhu setting. Padahal,

(2)

diharapkan produk yang disimpan memiliki kualitas sebagaimana pada saat awal dimasukkan ke dalam freezer, serta memiliki kualitas yang seragam meskipun diletakkan pada posisi yang berbeda tergantung ketersediaan slot pada freezer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keseragaman suhu di dalam ruang freezer dan menentukan posisi penyimpanan produk yang tepat berdasarkan deviasi antara suhu terukur dengan suhu setting.

Bahan dan Metode Peralatan dan bahan

Peralatan yang digunakan meliputi chestfreezer merk RSA seri CF-1200 dengan kapasitas 1050 l, termometer 4 channel merk Lutron seri TM-946 dengan probe merk Krisbow seri KW0600301 dan termohigrometer merk Krisbow seri KW06-561. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Gambar 1, 2 dan 3. sedangkan spesifikasi chestfreezer yang digunakan disajikan pada Tabel 1. Bahan yang digunakan yaitu ikan dan produk olahan lainnya yang berada di dalam freezer pada saat penelitian.

Gambar 1. Chestfreezer

(3)

Gambar 3. Termohigrometer Tabel 1. Spesifikasi freezer yang digunakan.

Parameter Nilai Dimensi 2250 mmx820 mmx880 mm Volume 1050 l Daya 380 W Tegangan 220 V Frekuensi 50 Hz Suhu (-15)-(-25)oC

Media pendingin R134a

Berat bersih 114 kg

Kapasitas beku/24 jam 67 kg

Kapasitas simpan 520 kg

Waktu dan tempat

Penelitian ini berlangsung pada bulan April 2016. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengolahan, Loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan Bantul, Yogyakarta.

Prosedur kerja

Rangkaian penelitian meliputi pengaturan data logger suhu, perekaman kelembapan lingkungan selama percobaan berlangsung, perekaman suhu ruang freezer pada 4 titik (T1: bagian tengah kiri freezer, T2: bagian tengah atas freezer, T3: bagian tengah bawah freezer, T4: bagian tengah kanan freezer) dengan 2 suhu setting tertinggi pada freezer (knop 5 dan knop 7) untuk pengujian dengan beban kosong dan pengujian pembekuan dengan menggunakan beban.

Prosedur pemetaan suhu harus:

1. Menunjukkan profil suhu udara di seluruh area penyimpanan, saat kosong (tanpa beban)

dan dalam kondisi dengan beban;

2. Menentukan zona yang tidak boleh digunakan untuk penyimpanan, misalnya daerah di

dekat dengan gulungan pendingin, dekat dengan aliran udara dingin atau dekat dengan sumber panas; dan

3. Menunjukkan waktu yang dibutuhkan untuk suhu untuk melebihi batas yang ditentukan

untuk mencegah power failure (World Health Organization, 2014).

Dalam penelitian ini, yang digunakan yaitu metode poin pertama, melakukan pengujian dengan dan tanpa beban (beban kosong).

(4)

Pengaturan data logger suhu

Data logger menggunakan termometer 4 channel merk Lutron seri TM-946 dengan empat buah probe merk Krisbow seri KW0600301. Pengambilan data diatur setiap 5 menit sekali selama 30 menit.

Pengujian beban kosong

Probe untuk mengukur suhu ruang freezer diletakkan sedemikian rupa sehingga tetap berada pada titik/posisi yang telah ditetapkan sebagaimana Gambar 4. Freezer diatur pada suhu setting pertama (knop 5). Data logger kemudian dinyalakan selama 30 menit dengan selang waktu pengambilan data setiap 5 menit. Setelah selesai pengujian satu suhu setting pertama, data logger dimatikan. Selanjutnya dilakukan pengujian untuk suhu setting yang lain, dengan menggunakan prosedur seperti di atas. Selama pengujian beban kosong dilakukan juga perekaman kelembapan lingkungan (dalam hal ini yaitu ruangan laboratorium) untuk memastikan bahwa faktor lingkungan adalah seragam dan dapat diabaikan terhadap performa freezer.

Gambar 4. Skema pengukuran suhu tampak depan (a) chestfreezer; (b) thermometer T1, T2, T3, T4: posisi probe.

Pengujian dengan beban

Freezer diisi dengan beban berupa ikan dan olahan ikan dengan kapasitas 95% volume ruang freezer. Probe untuk mengukur suhu ruang freezer diletakkan pada 4 titik sebagaimana untuk pengujian beban kosong (Gambar 4). Freezer diatur pada suhu setting sebagaimana pengujian beban kosong (knop 5 dan knop 7), lalu data logger dinyalakan selama 30 menit, dengan selang waktu pengambilan data setiap 5 menit. Setelah selesai pengujian, data logger dimatikan. Selanjutnya dilakukan pengujian untuk suhu setting yang lain, dengan menggunakan prosedur seperti di atas.

Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan perbedaan posisi probe. Data yang diperoleh (selain data kelembapan) dianalisis dengan menggunakan metode sidik ragam. Apabila diantara perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata maka dilakukan pengujian lanjut dengan uji Duncan. Data kelembapan dianalisis menggunakan uji-t untuk mengetahui apakah kelembapan udara lingkungan berbeda atau tidak berbeda antar suhu setting (Gaspersz, 1991). Seluruh proses analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft® Office Excel 2007 dan SPSS 17.0 for Windows.

Hasil dan Pembahasan Kelembapan udara lingkungan

Kelembapan udara merupakan salah satu parameter fisik yang dapat mempengaruhi performa peralatan (Mustajab, 2012). Pengaruh yang dapat diberikan diantaranya yaitu terkait dengan peningkatan suhu udara lingkungan dan mempengaruhi siklus yang terjadi pada sistem

(5)

refrigerasi. Hal ini terjadi karena adanya perpindahan panas antara udara di dalam sistem refrigerasi dengan udara di luar sistem tersebut (Mustajab, 2012; Poernomo, 2015).

Hasil percobaan menunjukkan bahwa kelembapan udara lingkungan berkisar antara 44,95 –

48,59%. Rata-rata kelembapan udara lingkungan pada saat percobaan untuk masing-masing suhu setting (knop 5 dan knop 7) berturut-turut sebesar 46,57% dan 46,57% (Tabel 2). Hasil uji-t menunjukkan bahwa kelembapan udara lingkungan uji-tidak berbeda nyauji-ta anuji-tar suhu seuji-tuji-ting. Dengan demikian, kelembapan udara lingkungan tidak mempengaruhi pelaksanaan percobaan yang bersifat time series dan pengaruhnya terhadap performa freezer dapat diabaikan.

Tabel 2. Kelembapan lingkungan selama percobaan.

Suhu Setting Kelembapan Udara (%)

Rata-rata Deviasi

Knop 5 46,57 0,0417

Knop 7 46,57 1,8576

Pengujian beban kosong

Suhu pada saat pengujian beban kosong berkisar antara -13oC sampai dengan -19,5oC,

sebagaimana disajikan pada Gambar 5. Rata-rata suhu saat pengujian beban kosong

berturut-turut untuk probe T1, T2, T3 dan T4 sebesar -14,35oC, -13,07oC, -18,45oC dan -14,10oC untuk

knop 5; dan -15,20oC, -13,93oC, -19,30oC dan -15,20oC untuk knop 7 (Tabel 3). Hasil analisis

ragam menunjukkan bahwa perbedaan posisi probe memberikan pengaruh yang beda nyata. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa posisi probe T3 merupakan perlakuan yang terbaik (suhu paling rendah pada semua setting suhu) dan berbeda nyata dengan 3 perlakuan lain. Hal ini disebabkan karena aliran udara bersuhu rendah dengan massa jenis yang lebih berat memiliki kecenderungan untuk bergerak ke bawah, sedangkan udara yang bersuhu lebih tinggi akan bergerak ke arah atas (Fukuyo et al., 2003; Laguerre et al., 2007). Tipe aliran udara seperti ini dijumpai untuk perpindahan panas dengan konveksi alami, tanpa adanya paksaan seperti menggunakan kipas (konveksi paksa) (Laguere et al., 2008).

Gambar 5. Grafik suhu pada pengujian beban kosong.

Tabel 3. Rata-rata suhu pada titik pengukuran yang berbeda untuk pengujian beban kosong. Setting Suhu T1 (oC) T2 (oC) T3 (oC) T4 (oC)

Knop 5 -14,35a -13,07b -18,45c -14,10d

Knop 7 -15,20a -13,93b -19,30c -15,20a

Keterangan: Angka pada baris yang sama, diikuti huruf superscript yang berbeda, menunjukkan perlakuan yang berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.

-22 -20 -18 -16 -14 -12 -10 -8 -6 -4 -2 0 1 2 3 4 5 6 Su h u (o C )

Pengambilan Data ke-

T1 - knop 5 T2 - knop 5 T3 - knop 5 T4 - knop 5

(6)

Pengujian dengan beban

Suhu pada saat pengujian dengan beban berkisar antara -7oC sampai dengan -14,8oC

sebagaimana disajikan pada Gambar 6. Rata-rata suhu saat pengujian dengan beban

berturut-turut untuk probe T1, T2, T3 dan T4 sebesar -7,12oC, -7,15oC, -13,72oC, -9,42oC untuk knop 5;

dan -7,75oC, -7,78oC, -14,50oC, -10,12 oC untuk knop 7 (Tabel 4). Hasil analisis ragam

menunjukkan bahwa perbedaan posisi probe memberikan pengaruh yang beda nyata. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa posisi probe T3 merupakan perlakuan yang terbaik (suhu paling rendah pada semua setting suhu) dan berbeda nyata dengan 3 perlakuan lain. Namun demikian posisi T1 yang merupakan kebalikan dari posisi T4 pada level ketinggian yang sama menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata. Hal ini diduga diakibatkan oleh perbedaan beban yang ada sehingga menghambat sirkulasi udara dingin di dalam ruang pembeku.

Perpindahan panas pada sistem tertutup dengan konveksi alami sebagaimana pada freezer yang digunakan dalam percobaan ini mendapatkan hambatan dari produk atau beban yang digunakan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai-nilai suhu yang terukur pada T1, T2, T3 dan T4 lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengujian beban kosong. Hal ini disebabkan karena produk didinginkan oleh konveksi alami, radiasi antara permukaan produk dan dinding internal freezer dan melalui konduksi dan radiasi antara produk (Laguerre et al., 2007).

Gambar 6. Grafik suhu pada pengujian dengan beban.

Tabel 4. Rata-rata suhu pada titik pengukuran yang berbeda untuk pengujian dengan beban. Setting Suhu T1 (oC) T2 (oC) T3 (oC) T4 (oC)

Knop 5 -7,12a -7,15a -13,72b -9,42c

Knop 7 -7,75a -7,78a -14,50b -10,12c

Keterangan: Angka pada baris yang sama, diikuti huruf superscript yang berbeda, menunjukkan perlakuan yang berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.

Tabel 5. Rata-rata selisih (deviasi) antara suhu terukur pada tiap titik dengan suhu setting. Setting Suhu T1 (oC) T2 (oC) T3 (oC) T4 (oC)

Knop 5 tanpa beban 11,82 13,10 7,72 12,07

Knop 7 tanpa beban 11,80 13,07 7,70 11,80

Knop 5 dengan beban 17,88 17,85 11,28 15,58

Knop 7 dengan beban 17,92 17,88 11,17 15,55

-16 -14 -12 -10 -8 -6 -4 -2 0 1 2 3 4 5 6 Su h u (o C )

Pengambilan Data ke-

T1 - knop 5 T2 - knop 5 T3 - knop 5 T4 - knop 5

(7)

Penentuan posisi peletakkan sampel

Penentuan posisi peletakkan produk yang tepat untuk penyimpanan dapat ditentukan dengan melihat kepada hasil uji lanjut Duncan sebagaimana telah diulas dan disajikan pada Tabel 3 dan 4. serta melihat selisih (deviasi) antara suhu terukur dengan suhu setting sebagaimana

disajikan pada Tabel 5. dan suhu standar pembekuan (-18oC) (BSN, 2006). Berdasarkan hal

tersebut, maka peletakkan produk yang optimal pada chestfreezer yang digunakan pada percobaan ini yaitu pada T3. Hal ini disebabkan karena posisi T3 berada pada bagian tengah-bawah ruang freezer sehingga mendapatkan aliran udara dingin yang disirkulasikan oleh sistem refrigerasi; serta bebas dari pengaruh penutup freezer yang kemungkinan mengalami proses buka-tutup yang dapat mempengaruhi suhu ruang freezer, terutama pada bagian atas (T2). Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Fukuyo et al. (2003) serta yang dinyatakan oleh Anonim (2013) dan Laguerre et al. (2008) dimana udara dengan suhu rendah dengan massa jenis yang lebih berat memiliki kecenderungan untuk bergerak ke bawah.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa ruang penyimpanan/ruang pembekuan pada chestfreezer yang diujicoba memiliki suhu yang tidak seragam pada lokasi yang diukur. Hasil pengujian baik tanpa beban maupun dengan beban menunjukkan bahwa posisi yang baik untuk meletakkan produk dengan deviasi terendah antara suhu yang diukur dan suhu setting yaitu pada titik T3, yaitu pada bagian tengah-bawah ruang freezer yang diuji coba.

Daftar Pustaka

Ababouch, L. 2012. Fish utilization and trade. Dalam: Ryder, J.; L. Ababouch; M. Balaban. (ed). FAO Fisheries and Aquaculture Proceedings No. 22 (Second International Congress on Seafood Technology on Sustainable, Innovative and Healthy Seafood). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. 9-31

Anene, A., O.I. Mba, O.C.A. Anene & E. Nwanguma. 2015. Proximate and mineral quality changes in fillets of three fish species (Mugil cephalus, Chrysichthys nigrodigitatus and Oreochromis niloticus) at frozen storage (sub 0°C). Int. J. Nutr. Food Sc. 4(3): 402-408 Anonim. 2013. Sistem dan instalasi refrigerasi 2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Jakarta. 180 p.

Badan Standardisasi Nasional. 2006. SNI 01-2372.1-2006. Cara Uji Fisika-Bagian 1: Penentuan suhu pusat pada produk perikanan. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

Fukuyo, K., T. Tanaami & H. Ashida. 2003. Thermal uniformity and rapid cooling inside refrigerators. Int. J. Refri. 26: 249–255

Gaspersz, V. 1991. Metode perancangan percobaan untuk ilmu-ilmu pertanian, ilmu-ilmu teknik dan biologi. CV. Armico. Bandung.

Irianto, H.E. 2011. Strategi pengembangan produk indikasi geografis berbasis komoditas perikanan budidaya. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur Edisi Pascapanen, Bioteknologi dan Sosial Ekonomi 2011. 1059-1067

Jain, D., S.M. Ilyas, P. Pathare, S. Prasad & H. Singh. 2005. Development of mathematical model for cooling the fish with Ice. J. Food Engine. 71: 324–329

Laguerre, O., S.B. Amara, J. Moureh & D. Flick. 2007. Numerical simulation of air flow and heat transfer in domestic refrigerators. J. Food Engine. 81: 144–156

(8)

Laguerre, O., S.B. Amara, M.C.C. Mojtabi, B. Lartigue & D. Flick. 2008. Experimental study of air flow by natural convection in a closed cavity: Application in a domestic refrigerator. J. Food Engine. 85: 547–560

Munandar, A., Nurjanah, & M. Nurilmala. 2009. Kemunduran mutu ikan nila (Oreochromis niloticus) pada penyimpanan suhu rendah dengan perlakuan cara kematian dan penyiangan. J. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 12 (2): 88-101

Mustajab, I. 2012. Pengaruh kelembaban, debit udara dan debit bahan terhadap kinerja spray dryer. Tesis. Jurusan Teknik Mesin Universitas Indonesia.

Poernomo, H. 2015. Analisis karakteristik unjuk kerja sistem pendingin (Air Conditioning) yang menggunakan Freon R-22 berdasarkan pada variasi putaran kipas pendingin kondensor. Jurnal Kapal 12 (1): 1-8

World Health Organization. 2014. Temperature mapping of storage areas. Technical supplement to WHO Technical Report Series No. 961 2011.

Tanya Jawab:

1. Penanya : Sukoso

Saran :

Gambar

Gambar 1. Chestfreezer
Gambar 3. Termohigrometer
Tabel 2. Kelembapan lingkungan selama percobaan.
Gambar 6. Grafik suhu pada pengujian dengan beban.

Referensi

Dokumen terkait

langkah-langkah pembentukan trip pertama pada rute keempat sebagai berikut. 1) Pada langkah ini, karena truk mengawali perjalanan dari BLH Kota Yogyakarta (0), maka dipilih TPS

lanjut Dardjowidjojo membagi bahan kajian psikolinguistik menjadi empat topik utama (1) komprehensi yaitu proses-proses mental yang dilalui manusia sehingga mereka

Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan Pemeriksaan Pajak, Penagihan Pajak, Norma Moral dan Kebijakan Sunset Policy terhadap Peningkatan

Tujuan umum kegiatan ini adalah untuk percepatan pemberdayaan ekonomi daerah dalam rangka percepatan sektor rill melalui pengembangan UMKM peternakan Kambing Peranakan Etawah dalam

Dalam penelitian ini terlihat bahwa para akuntan maupun mahasiswa akuntansi telah menyadari sepenuhnya bahwa akuntansi syariah bukan hanya sekadar instrumen laporan

Mengidentifikasi parameter masalah yaitu dengan merubah waktu proses pengerjaan produk menjadi fungsi kendala dan produk – produk serta kontribusi keuntungannya ke

Beswan Djarum Malang angkatan 27 adalah angkatan yang peneliti lihat memiliki tingkat loyalitas yang cukup tinggi dibanding dengan angkatan sebelumnya atau sesudahnya,

[r]