• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Pertanggungjawaban Atas Hilangnya Objek Jaminan Fidusia (Studi Kasus Pada Pt. Bank) Muamalat Indonesia, Kantor Cabang Medan-Sudirman)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Pertanggungjawaban Atas Hilangnya Objek Jaminan Fidusia (Studi Kasus Pada Pt. Bank) Muamalat Indonesia, Kantor Cabang Medan-Sudirman)"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP

PERTANGGUNGJAWABAN ATAS HILANGNYA OBJEK

JAMINAN FIDUSIA (STUDI KASUS PADA PT. BANK)

MUAMALAT INDONESIA, KANTOR CABANG

MEDAN-SUDIRMAN)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

DINDA ANWAR NIM : 110200133

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP

PERTANGGUNGJAWABAN ATAS HILANGNYA OBJEK

JAMINAN FIDUSIA (STUDI KASUS PADA PT. BANK)

MUAMALAT INDONESIA, KANTOR CABANG

MEDAN-SUDIRMAN)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

DINDA ANWAR NIM : 110200133

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

NIP. 196603031985081001 Dr. H. Hasim Purba, SH., M.Hum

Pembimbing I Pembimbing II

NIP. 196603031985081001 NIP. 195902051986012001 Dr. H. Hasim Purba, SH. M.HumRabiatul Syahriah.SH. M.Hum.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, Amin. Penulisan skripsi ini berawal dari ketertarikan penulis terhadap dunia hukum perbankan dan perjanjian.Adapun judul skripsi ini adalah “Tinjauan Yuridis Terhadap Pertanggung Jawaban Atas Hilangnya Objek Jamninan Fidusia (Studi Pada : PT Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Medan Sudirman).” Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MH, DFM, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

(4)

5. Bapak Dr. H. Hasim Purba, SH, M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan serta arahan-arahan kepada penulis di dalam proses penulisan skrispi ini;

6. Ibu Rabiatul Syahriah, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah sabar mengajari penulis untuk menulis dengan tata cara yang baik, dan banyak meluangkan waktunya di dalam memberikan bimbingan dan arahan-arahan di dalam proses penulisan skripsi ini;

7. Bapak Azwar Mahyuzar, SH selaku Dosen Penasehat Akademik penulis; 8. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis

selama berada di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ini serta segenap staf administrasi fakultas yang telah banyak membantu dalam proses perkuliahan;

9. Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan juga penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada kedua orang tua penulis tercinta yang sangat luar biasa, Ir. H. Danil Anwar Sauti dan Hj. Ihdina Nida Marbun SH, Mkn. Ayah dan Mama yang selalu menjadi inspirator dan motivator terbesar dalam hidup penulis. Yang telah membesarkan, mendidik, membimbing serta memberikan kasih sayang yang tak terhingga nilainya serta juga selalu memberikan pembelajaran hidup kepada penulis, yang selalu memberikan segalanya demi kebutuhan, dan memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menjadi yang terbaik bagi Ayah dan Mama;

(5)

Anwar, dan Debby Liana Anwar, untuk selalu berbagi candatawa memberi semangat dan sabar kepada penulis;

11.Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Sherhan S.H M.H, Selaku abang senior sekaligus membantu dalam penulisan skripsi ini serta membagi ilmu kepada penulis agar bisa selalu menjadi yang terbaik;

12.Terima kasih penulis ucapkan kepada abang dan kakak seniorRobert Simon

Joshua Maail, Fahmi Anggia Lubis S.H, Agung Satria Sitepu S.H, Barita

News Lumbanbatu S.H, Yamitema T Laoly S.H,M.H, Zola Sondra Siregar

S.H, Nanda Simangunsong, Briyanka Syafiq S.H, Wira Amsal, Riri Sofia

Lubis S.H, yang selalu memberikan semangat dan kenangan yang indah

kepada penulis selama berada di kampus maupun di luar kampus;

13.Terima kasih juga penulis ucapkan kepada para sahabat penulis yang juga

sedang berkutat dengan skripsi, Nabila Fadhlan, sahabat penulis yang selalu

ada untuk penulis dan memberikan solusi yg cepat agar penulis tidak sedih

dan kebingungan. Natasya Rehulina Bangun S.H, sahabat penulis yang

bersifat dewasa dan keras kepala dan masih tetap sok tegar padahal sedikit

lemah tapi dia selalu sepaham dan sepemikiran dengan penulis. Fitri Apriliani,

sahabat penulis yang selalu membuat penulis tertawa dengan kepolosannya,

teman pertama kali meginjakkan kaki di kelas waktu pertama kali masuk

kuliah semester 1 dan masih culun-culunnya, sahabat penulis yang paling

geger sejagad raya. Muhammad Febriyandri SH, yang selalu memasakkan

(6)

kami lewati pada saat jam matakuliah berlangsung. Fachreza Maulana S.H ,

senior dan sahabat penulis yang selalu mendengarkan curhatan penulis tentang

masalah pribadi maupun kampus, selalu jailin penulis dan tidak pernah

membuat penulis berhenti tertawa, Depi Harahap S.H, sahabat yang selalu ada

pada saat malam hari dan mengajak penulis begadang hingga larut, tapi tak

hentinya mentraktir penulis makan di manapun penulis inginkan;

14.Teman terbaik penulis yang terbentuk sejak awak kuliah tahun angkatan 2011

yang diberi nama Loveable terdiri dari Rizky Chairunisya R S.H, Azizah

Hasanah S.H, Aina Dwi Utari, Sabilla Dien Dien Tharra, Fitri Apriliani,

thankyou for everything my girls , sampai ketemu di kehidupan yang sukses;

15.Teman-teman penulis yang tergabung dalam wolverine, Naomi Manurung,

Grace Dina Mariana S. SH, Stevany Claudia, T.Azlanshah Alsani SH, M. Ibnu

Hidayah SH, Azaria Tobing, Assyfa Humairah, Muhammad Zuhdi Lubis.

Kalian yang terbaik dan tak terlupakan. Teman-teman penulis yang juga

menambah keceriaan kehidupan penulis di Kampus, Nida S. Nasution SH,

Wahyu D Farasi, Boy CT, Tondi Harahap, Aldillah, Daniel Ferdoli, Fauzan

Zaki, Calvin Panjaitan SH, Yudifri SH, Ader Siregar, Fadel Hasibuan, Said

Fadheil Saifan, Jerickho Hutagalung, Fachri, Aulia Zikri, Boy Clinton

Sihombing, Alfonso Bangun, Reno Frits;

16.Saudara penulis terkasih, Dekilz yang terdiri dari Ishrih Ifdhillah Marbun, Irsa

Izriyani Marbun, Isywalsyah Lani Putri Marbun, yang selalu mengajak penulis

(7)

memberian nasehat agar menjadi orang yang berguna serta fokus dalam dunia

perkerjaan;

17.Keluarga HMI komisariat Fakultas Hukum USU , yang tak henti-hentinya

mengajarkan penulis arti kehidupan dan membantu penulis memperluas

wawasan dalam diri penulis, terimakasih telah memberikan yang terbaik untuk

penulis;

18.Terimakasih penulis kepada KOBAKUM (komunitas basket hukum) Rana

Syahrawi harahap, Cia Andrian, Friska, Chintami Sihombing SH, Lie Yona

Yosephin, Rahmadani Pardede SH, Novi Aritonang, Johan Williem, David

Christian, Iqbal S Manurung, Anes Siringo-ringo, yang telah memberikan

gelar juara 3 kali berturut-turut dalam Liga Basket USU yang diadakan setiap

tahunnya oleh UKM Basket USU.Kalian luar biasa guys, untuk teman-teman

yang tergabung dalam UKM Basket USU Gahara Bastari, Miftah Fadhil

Nasution, Dennis Glorius, Aulia Jamil, Anggie Maulida , Andri Nugraha,

Nickyta Maris,Sarah Shaira, Debora Agnes, Julia Tarigan, Chairin Zudhistira,

terimakasih telah membantu saya dalam kepengurusan selama menjabat

sebagai ketua UKM Basket USU Tahun 2013/2014;

19.Untuk junior Fakultas Hukum USU, William Hutabart, Reza Petayosa,

Anggara Faisal, Stefano Sibuea, Muhammad Fatur, Raka Aulia Rambe, Abdul

Harits, Acha Rouyas, yang selalu menghormati dan menghargai penulis;

20.Untuk anak tenda kampus yang selalu menjadi pelampiasan dan tempat

(8)

kita lewati bersama dan bunda kantin serta umi yang selalu ada memberikan

penulis makanan dan minuman enak sehingga penulis menjadi gendut;

21.Untuk terakhir kalinya penulis mengucapkan terimakasih yang mendalam

kepada Joshua Caesar Maloma Siringo-ringo. Sebagai orang yang spesial di

kampus karena selalu ada untuk penulis dalam keadaan sakit, suntuk, sedih,

senang, dan selalu memberikan apapun yang penulis inginkan baik itu

kepentingan kampus maupun di luar kampus. I will always miss fire you made

me by smashing a chair in the afternoon towards evening;

Dan semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat

disebutkan namanya satu per satu.

Penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua

pihak yang telah membantu.Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak

luput dari berbagai kekurangan dan ketidak sempurnaan.Oleh sebab itu, penulis

sangat mengharapkan kritik, dan saran serta sumbangan pemikiran yang bersifat

membangun bagi pengembangan ilmu.Besar harapan penulis bahwa skripsi ini

nantinya dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk

memperluas cakrawala dan pengetahuan kita semua.

Medan, 14 September 2015

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vii

ABSTRAK ... ix

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 13

C. Tujuan Penulisan ... 13

D. Manfaat Penulisan ... 13

E. Metode Penelitian ... 14

F. Keaslian Penulisan ... 18

G. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA... ... 22

A. Pengertian Dan Pengaturan Jaminan Fidusia ... 22

B. Sejarah Jaminan Fidusia ... 26

C. Asas-Asas Jaminan Fidusia ... 29

D. Fidusia Sebagai Jaminan Hutang ... 41

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG PT. BANK MUAMALAT, Tbk. ... 55

A. Tinjauan Umum Tentang PT. Bank Muamalat, Tbk... . 55

(10)

Pembiayaan Pada PT. Bank Muamalat,

Tbk... ... 83

D. Pelaksanaan Perjanjian Pinjaman Pembiayaan Pada PT. Bank Muamalat, Tbk... ... 92

BAB IV : PERTANGGUNGJAWABAN ATAS HILANGNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA... ... 97

A. Kedudukan Hukum Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Pembiayaan Pada PT. Bank Muamalat, Tbk. .. ... 97

B. Perlindungan Hukum Bagi Bank Terhadap Hilangnya Benda Jaminan Fidusia ... 106

C. Upaya Dan Tata Cara Penyelesaian Terhadap Hilangnya Objek Jaminan Fidusia ... 109

D. Pertanggungjawaban Debitur Terhadap Hilangnya Objek Jaminan Fidusia ... 113

BAB V : PENUTUP ... 120

A. Kesimpulan ... 120

B. Saran ... 121

(11)

ABSTRAK

hukum jaminan.Hukumjaminanmemilikikaitan yang eratdenganbidang hukum bendadanperbankan.Salah satujenisjaminankebendaan yang dikenaldalam hukum positifadalahjaminanfidusia.Dalamtulisaninipenulismengangkatpermasalahan bagaimana pertanggungjawabanatashilangnyaobjekjaminanfidusia yang telahdidaftarkan di KEMENKUMHAMdanmengkajitentang bagaimanakah jaminanfidusiaterhadap hukum positifserta bagaimana pelaksanaantentangjaminanfidusia di PT. Bank MuamalatIndonesia, Tbk. Cabang Medan.

mendapatkaninformasimengenai data yang diperoleh.Pengumpulanjenis data yang digunakanadalahdengancarastudikepustakaansertadidukungolehwawancaradanpengumpal an data dari PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

Didalampenelitianinididapatihasilbahwajaminan fidusia diharapkan dapat memberikan kepastian hukum bagi para pihak dengan menjadikan jaminan fidusia sebagai salah satu sumber lembaga penjaminan bagi benda bergerak guna menunjang dinamika kegiatan usaha. Namun ternyata yang terjadi malah sebaliknya, dinamika didapati ketidakteraturan dan ketidakpastian hukum atau “legal uncertainty”. Perlindunganhukum kepada pemegang Fidusia tidak berjalan secara efektif khususnya bagi kreditur.Kemudianjaminan fidusia dalam praktek di PT.Bank Muamalat Indonesia,Tbk saat ini sudah berjalan efektif dan relevan yang mana Bank Muamalat dalam menyalurkan pembiayaan dengan memiliki jaminan benda bergerak seperti kendaraan, mesin, tagihan dan lain sebagainya menggunakan Lembaga Jaminan Fidusia namun halnya dalam pelaksanaan eksekusi terhadap debitur yang wanprestasi tidak jarang juga Bank Muamalat mendapati masalah-masalah hukum seperti hilangnya objek dari jaminan fidusia tersebut. Olehkarenaituatashilangnyaobjekjaminanfidusia yang telah di daftarkan di KEMENKUMHAM dalamsuatuperjanjianpembiayaan bank

menurutUndang-UndangNomor 42 Tahun 1999

walaupunbendajaminanfidusiahilangkarenaapabiladebitur ingkar maka hal tersebut diklasifikasikandalamtindakanpidanasepertipenggelapan.

Kata Kunci :JaminanFidusia, Perbankan, TanggungJawab

*

) MahasiswiFakultasHukum Universitas Sumatera Utara

**

(12)

***

) DosenFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah satu masalah hukum yang masih belumtuntas penanganannya dan

memerlukan perhatian sampai sekarang adalah bidang hukum jaminan.Hukum

jaminan memiliki kaitan yang erat dengan bidang hukum benda dan perbankan.

Di bidang perbankan kaitan ini terletak pada fungsi perbankan yakni sebagai

penghimpun dan penyalur dana masyarakat dalam bentuk kredit.Selain itu, bagi

pembangunan ekonomi negara, kredit merupakan tulang punggung bagi

pembangunan bidang ekonomi.Ini berarti perkreditan mempunyai arti penting

dalam berbagai aspek pembangunan seperti bidang perdagangan, perindustrian,

perumahan, transportasi,dan sebagainya.1

Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai lembaga jaminan fidusia Secara garis besar, dikenal dua macam bentuk jaminan yaitu jaminan

perorangan dan jaminan kebendaan.Jaminan yang paling popular dilakukan oleh

bank adalah jaminan kebendaan.Salah satu jenis jaminan kebendaan yang dikenal

dalam hukum positif adalah jaminan fidusia.Sebagai lembaga jaminan atas benda

bergerak, jaminan fidusia banyak dipergunakan oleh masyarakat bisnis.Dahulu

eksistensi fidusia didasarkan kepada yurisprudensi.Sekarang jaminan fidusia

sudah diatur dalam undang-undang tersendiri.Dalam perjalanannya sebagai

lembaga jaminan yang dibutuhkan masyarakat, fidusia dapatmenimbulkan

persoalan hukum.

1

(13)

menjadi semakin penting. Setidaknya karena beberapa hal, antara lain kejelasan

konsep mengenai objek jaminan fidusia, masih kaburnya karakter fidusia, belum

sinkronnya prinsip-prinsip perundang-undangan yang mengatur lembaga jaminan,

kesimpangsiuran hak kreditur manakala nasabah debitur wanprestasi, kewenangan

pemberi fidusia dan perlindungan hukum bagi pihak ketiga, dan jika terjadi

likuidasi bank atau kepailitan nasabah debitur.2

a. Fiducia cum creditora (zaman Romawi)

Para pengarang menyebut lembaga fidusia ini dengansebutan

bermacam-macam, tergantung pada penekanannya, yaitu :

b. Bezitloos pand (gadai tanpa bezit), karena yang menguasai benda gadai

tetap Debitur, tetapi tidak sebagai eigenaar dan tidak sebagai bezitter

hanya sebagai houder atau detentor

c. Een verkapt pandrecht (gadai yang terselubung)

d. Uitbow (perluasan dari gadai)

e. Zekerheidseigendom (hak milik hanya sebagai tanggungan) atau

Fiduciaire eigendom (hak milik atas kepercayaan) atau Uitgeholde

eigendom (hak milik yang sudah dikurangi)

f. Bezitloos zekerheidsrecht (hak jaminan tanpa penguasaan)

g. Verruimd pandbegrip (pengertian gadai yang diperluas)

h. Eigndomsoverdracht tot zekerheid (penyerahan hak milik sebagai jamian)

i. Voorraadpand

j. Pandrechtverruiming (gadai yang diperluas)

2

(14)

k. Hypotheek of roerend goed (Bezitloos pandrecht)

Jaminan fidusia telah digunakan di Indonesia sejak zaman penjajahan

Belanda sebagai suatu bentuk jaminan yang lahir dari yurisprudensi, yang semula

berasal dari zaman Romawi.Di negeri asalnya tersebut, selain bentuk jaminan juga

lembaga titipan.

Dalam hukum Romawi lembaga fidusia ini dikenal dengan namafiducia

cum creditore contracta (artinya janji kepercayaan yang dibuat kreditur). Isi janji

yang dibuat oleh debitur dengan krediturnya adalah debitur akan mengalihkan

kepemilikan atas suatu benda sebagai jaminan utangnya dengan kesepakatan

bahwa debitur akan tetap menguasai secara fisik benda tersebut dan kreditur akan

mengalihkan kembali kepemilikan tersebut kepada debitur bilamana utangnya

sudah dibayar lunas.3

3

Rachmadi Usman., Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal.151 Dengan demikian berbeda dari pignus (gadai) yang mengharuskan

penyerahan secara fisik benda yang digadaikan.Dalam hal fiducia cum creditore

pemberi fidusia tetap menguasai benda yang menjadi objek fidusia.Dengan tetap

menguasai benda tersebut, pemberian fidusia dapat menggunakan benda

dimaksudkan dalam menjalankan usahanya.

Fidusia ini berasal dari kata fiduciair atau fides, yang artinya kepercayaan,

yakni penyerahan hak milik atas benda secara kepercayaan sebagai jaminan

(agunan) bagi pelunasan piutang kreditur. Penyerahan hak milik atas benda ini

dimaksudkan hanya sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, di mana

(15)

terhadapkreditur lainnya.4

1. Perjanjian Fidusia Merupakan Perjanjian Obligator.

Ketentuan dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 199

tentangJaminan Fidusia menyebutkan yang dimaksud dengan jaminan fidusia

sebagai berikut:

Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberian fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.

Berdasarkan pengertian di atas, jaminan fidusia merupakan lembaga

jaminan (agunan) yang bersifat kebendaan (zakelijk zekerheid, security right in

rem) yang memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului kepada

penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.Sebagai hak kebendaaan (yang

memberikan jaminan), dengan sendirinya sifat dan ciri-ciri hak kebendaan juga

melekat pada jaminan fidusia.Dia bukan perjanjian obligatoir yang bersifat

perorangan (persoonlijk).

Perjanjian fidusia menimbulkan hak-hak yang bersifat zakelijk, merupakan

pendapat yang banyak diikuti oleh pengarang, sesuai dengan pertumbuhan

kehidupan perkreditan modern sekarang ini. Sesuai dengan pertumbuhan sistem

Anglo Amerika, dalam hal ini menurut sistem equity, di mana analog dengan

pinjaman dengan hipotek, pemegang hipotek (morgagee) memperoleh hak-hak

jaminan yang bersifat zakelijk dan tidak memperoleh hak eigendom atas

4

(16)

benda jaminan. Demikian juga menurut pertumbuhan hukum di Inggris, Amerika

Utara, Belgia, Prancis, dan Nederland. Di Inggris di dalam law of property Act

1925 mulai diintrodusir change by way of legal morgagee yang secara teoretis

dikonstruksikan sebagai zakelijkrecht. Di Amerika Serikat dalam pertumbuhan

hukumnya juga mulai memberi tempat pada lien theory yang memberikan hak

yang bersifat zakelijk. Pertumbuhan hukum di Nederland, menurut sebagian besar

pengarang, yurisprudensi maupun Nieuw Burgerlijk Wetboek, mengakui

perjanjian fidusia itu sebagai perjanjian yang melahirkan hak-hak zakelijk, yang

dirumuskan dengan bezitloospandrecht, yakni perjanjian penjaminan yang bersifat

zakelijk yang diatur dalam rangka jaminan gadai.5

5

Ibid, hal 163

Perjanjian fidusia bersifat zakelijk berarti hak yang diperoleh penerima

fidusia (kreditur), merupakan hak kebendaan (yang terbatas), sehingga dapat

dipertahankan terhadap siapa pun juga, karenanya pasal-pasal gadai dapat

diterapkan terhadapnya. Selanjutnya perjanjian fidusia tidak menimbulkan hak

milik sepenuhnya bagi kreditur, karena ia tidak menguasai bendanya, tidak

berwenang untuk menikmati bendanya, hanya mempunyai kewenangan terhadap

benda tersebut sesuai dengan tujuan yang telah diperjanjikan, yaitu sebagai

jaminan. Jika debitur tetap memenuhi kewajibannya, ia tetap dapat memakai dan

menguasai bendanya, tetap dapat mempertahankan bendanya, juga terhadap pihak

ketiga, yaitu terhadap kreditur dari penerima fidusia,jika seandainya terjadi

penyitaan terhadap penerima fidusia. Bahkan debiturtetap dapat mempertahankan

(17)

2. Sifat Accessoir dari Perjanjian Jaminan Fidusia

Undang-undang fidusia menyatakan bahwa pembebanan jaminan fidusia

diperuntukkan sebagai agunan bagi pelunasan utangnya debitur (pemberi fidusia)

yang berarti perjanjian jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan, butut, atau

ekor dari perjanjian pokoknya.6

3. Sifat Droit de Suite dari Fidusia: Fidusia sebagai Hak Kebendaan

Ketentuan dalam Pasal 4 Undang-Undang Jaminan Fidusia beserta

penjelasannya menegaskan, bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan

dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk

memenuhi suatu prestasi yang berupa memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau

tidak berbuat sesuatu, yang dapat dinilai dengan uang. Dengan demikian ini

berarti adanya perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban dan sekaligus

tanggungjawab para pihak untuk memenuhi suatu prestasi sebagai akibat

terjadinya suatu perikatan.

Sifat droit de suite, juga dianut jaminan fidusia di samping jaminan hipotek

dan hak tanggungan. Hal ini ditegaskan oleh ketentuan dalam Pasal 20

Undang-Undang Jaminan Fidusia menentukan:

Jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia

dalam tangan siapa pun benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas

benda persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia.

Penjelasan atas Pasal 20 Undang-Undang Jaminan Fidusia menyatakan:

Ketentuan inimengakui prinsip “droit de suite” yang telah merupakan

6

(18)

bagian dari peraturan peraturan perundang-undangan Indonesia dalam

kaitannya dengan hak mutlak atas kebendaan (in rem).

Pemberian sifat hak kebendaan di sini dimaksudkan untuk memberikan

kedudukan yang kuat kepada pemegang hak kebendaan.Hal ini berangkat dari

pikiran, bahwa benda jaminan tetap menjadi milik pemberi jaminan dan pemberi

jaminan pada asasnya selama penjaminan berlangsung tetap berwenang untuk

mengambil tindakan pemilikan atas benda jaminan miliknya. Dengan memberikan

sifat droit pada fidusia, maka hak kreditur tetap mengikuti bendanya ke dalam

siapapun ia berpindah, termasuk terhadap pihak ketiga pemilik baru, yang

berkedudukan sebagai pihak ketiga pemberi jaminan.7

4. Fidusia Memberikan Kedudukan Diutamakan (Sifat Droit de Preference)

Sifat droit de preference atau diterjemahkan sebagai hak (mendahului atau

diutamakan) juga melekat pada jaminan fidusia. Sifat droit de preference ini dapat

kita baca dari perumusan pengertian yuridis jaminan fidusia yang disebutkan

dalam ketentuan Pasal 1 angka 22 Undang-Undang Jaminan Fidusia dan lebih

lanjut diatur dalam Pasal 27 dan Pasal 28 Undang-Undang Jaminan Fidusia.

Ketentuan dalam Pasal 27 Undang-Undang Jaminan Fidusia menyatakan:

a. Penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap kreditur lainnya. b. Hak yang didahulukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah hak

penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia.

c. Hak yang didahulukan dari penerima fidusia tidak hapus karena adanya kepailitan dan/atau likuidasi pemberi fidusia.

Dari ketentuan Pasal 27 Undang-Undang Jaminan Fidusia di atas, dapat

diketahui bahwa penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan atau

7

(19)

diutamakan terhadap krediturnya lainnya, yaitu hak penerima fidusia untuk

mengambil pelunasan piutang ini mendahului dari kreditur lainnya yang tidak

dijamin dengan fidusia, walaupun penerima termasuk orang yang pailit atau

dilikuidasi. Hak utama dari penerima fidusia tidak dihapus karena adanya

kepailitan dan/atau likuidasi dan pemberi fidusia, berhubung benda yang menjadi

objek jaminan fidusia tidak termasuk dalam budel kepailitan pemberi

fidusia.Ketentuan ini berhubungan dengan ketentuan bahwa jaminan fidusia

merupakan hak agunan atas kebendaan bagi pelunasan utang. Hal ini sejalan

dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang sebagaimana

diterangkan di atas, yang menentukan bahwa benda yang menjadi objek jaminan

kebendaan, termasuk jaminan fidusia berada di luar kepailitan dan/atau likuidasi.8

Fidusia.

Pasal 2 Undang-Undang Fidusia menentukan ruang lingkup berlakunya

Undang-Undang Fidusia. Bunyi ketentuan dalam Pasal 2 Undang-Undang Fidusia

sebagai berikut:

Undang-undang ini berlaku terhadap setiap perjanjian fidusia yang

bertujuan untuk membebani benda dengan jaminan fidusia.

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 2 Undang-Undang Jaminan Fidusia

sepanjangperjanjian itu bertujuan untuk membebani benda dengan jaminan

fidusia, perjanjian tersebut tunduk pada dan mengikuti Undang-Undang Jaminan

9

Sebagaimana telah disebutkan bahwa yang dimaksud dengan benda

8

Ibid,hal.172

9

(20)

bergerak (roerende zaken, movable goods) adalah setiap benda yang karena

sifatnya memang bergerak, dapat bergerak atau dapat digerak-gerakkan atau

karena undang-undang digolongkan kedalam benda-benda bergerak, kecuali

benda yang karena sifatnya dapat bergerak atau digerakkan tetapi oleh

undang-undang telah dikategorikan sebagai benda tidak bergerak.

Kapal laut yang besar (yang volumenya minimal 20 meter kubik)

hakikatnya adalah benda bergerak, tetapi oleh undang-undang telah dinyatakan

sebagai benda tidak bergerak, sehingga hukum tentang benda tidak bergerak yang

harus diterapkan kepada benda berupa kapal laut tersebut.Mesin-mesin atau

rumah sebenarnya merupakan benda bergerak, tetapi oleh Hukum Perdata (sesuai

KUH Perdata) telah dianggap sebagai benda yang menyatu dengan tanah sehingga

karenanya dikategorikan sebagai benda tidak bergerak. Akan tetapi, binatang,

sebesar apa pun binatang itu tetap dianggap sebagai benda bergerak. Di samping

itu, hak atas benda bergerak oleh undang-undang juga dikategorikan sebagai

benda bergerak. Kemudian, saham-saham dalam sebuah perusahaan terbatas atau

badan hukum lainnya, maupun surat berharga lainnya, oleh undang-undang

(KUHPerdata) juga dikategorikan sebagai benda bergerak. Terkadang dalam

bahasa Inggris untuk benda bergerak ini disebut juga dengan istilah movable

goods atau personal property, sementara untuk benda tidak bergerak berup

tanah disebut dengan istilah immovablegoods atau real property.

Kemudian, setiap hak atas benda pada umumnya dapat juga dilekatkan ke

atas benda bergerak, kecuali hak-hak yang oleh undang-undang memang tidak

(21)

Hak Guna Bangunan untuk benda bergerak, karena oleh undang-undang kedua

hak tersebut memang dimaksudkan khusus untuk benda tidak bergerak berupa

tanah saja. Sebaliknya, terhadap benda bergerak dikenal hak-hak seperti Hak

Milik, Hak Pakai, Hak Bagi Hasil, Hak Sewa, Hak Penguasaan (Bezit), Hak

Jaminan (dalam bentuk Gadai dan Fidusia), dan sebagainya. Sama seperti hak atas

tanah (benda tidak bergerak), maka yang paling kuat di antara hak-hak atas benda

bergerak tersebut adalah hak milik.10

10

Munir Fuady I, Konsep Hukum Perdata, Divisi Buku Perguruan Tinggi Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hal. 33

Kemudian, sistem hukum seperti yang diatur dalam KUHPerdata

mengenal apa yang disebut Hak Penguasaan (Bezit). Seperti juga telah dijelaskan

bahwa yang dimaksud dengan hak bezit adalah suatu penguasaan atas benda untuk

menikmati hasil dari benda tersebut yang oleh hukum dianggap benda tersebut

seolah-olah sebagai miliknya sendiri sehingga haknya tersebut dapat

dipertahankan kepada setiap orang, tanpa mempersoalkan siapa sebenarnya secara

yuridis yang memiliki benda tersebut.

Pemegang bezit ada yang beritikad baik dan ada juga yang tidak beritikad

baik. Seorang pemegang bezit dikatakan beritikad baik jika benda objek hak bezit

tersebut diperolehnya seperti memperoleh hak milik tanpa mengetahui jika

sebenarnya dalam hak tersebut atau dalam tata cara perolehan hak tersebut

terdapat cacat hukum. Sebaliknya, seorang pemegang bezit dikatakan sebagai

pemegang yang beriktikad tidak baik jika dia sesungguhnya mengetahui bahwa

(22)

putusan hakim yang menyatakan bahwa dia bukanlah pemilik benda tersebut.11

1. Setelah berlakunya masa kadaluwarsa, sehingga benda tersebut telah resmi

menjadi milik dari pemegang bezit tersebut, asalkan pemegang bezit

tersebut beritikad baik.

Hak penguasaan (bezit) atas benda bergerak berakhir manakala terjadi

salah satu di antara hal-hal sebagai berikut:

2. Setelah adanya putusan pengadilan yang menetapkan siapa sebenarnya

pemilik benda tersebut.

3. Jika benda tersebut lepas dari kepemilikan dan kekuasaannya, misalnya

karena dicuri orang lain.

4. Jika benda tersebut hilang sehingga tidak diketahui lagi keberadaannya.

5. Prinsip-prinsip yuridis dalam hukum jaminan.

Ada beberapa prinsip yuridis yang berlaku terhadap suatu jaminan utang,

prinsip mana bervariasi, bergantung kepada jenis jaminan utang atau kredit itu

sendiri. Di antara prinsip-prinsip yuridis dari suatu jaminan kredit dapat

disebutkan sebagai berikut:

1. Prinsip territorial

2. Prinsip acessoir

3. Prinsip hak prefrensi

4. Prinsip nondistribusi

5. Prinsip disclosure

6. Prinsip eksistensi benda

11

(23)

7. Prinsip eksistensi kontrak pokok

8. Prinsip larangan eksekusi untuk diri sendiri

9. Prinsip formalisme

10. Prinsip ikutan objek (mengikuti benda atau mengikuti orang)

11. Prisip ikutan piutang 12

Fidusia sebagai lembaga perjanjian yang menjamin benda bergerak yang

jadi jaminan khususnya di lembaga keuangan yaitu bank.Bank dalam menjalankan

kredit membutuhkan jaminan untuk menjamin pembayaran terhadap kredit

tersebut, oleh karena itu lembaga penjaminan hak tanggungan, fidusia, gadai,

hipotik diperlukan untuk menjadi perlindungan hukum.

Dalam perbankan ingin memberikan pembiayaan atau kredit untuk benda

bergerak atau pada saat perbankan mendapatkan jaminan berupa benda bergerak

maka bank membutuhkan fidusia untuk mengikat jaminan tersebut agar memiliki

landasan hukum.

Namun permasalahannya di dalam jaminan fidusia objek tidak dikuasai,

berbeda dengan gadai objek barang dikuasai penerima gadai.Oleh karena itu objek

jaminan tidak dikuasai oleh penerima fidusia.Hal tersebut menimbulkan

konsekuensi hukum apabila sewaktu-waktu objek jaminan hilang, dimana pada

saat yang bersamaan debitur wanprestasi.

Pada saat tersebut maka objek jaminan fidusia dibutuhkan untuk dapat

dijual sebagai suatu pengembalian hutang, namun di sini timbul permasalahan

12

(24)

apabila objek tersebut hilang.

B. Permasalahan

Adapun yang menjadi permasalahan pada skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah tinjauan umum tentang jaminan fidusia terhadap hukum

positif?

2. Bagaimanakah pelaksanaan tentang jaminan fidusia di PT. Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. Cabang Medan?

3. Bagaimana Pertanggungjawaban atas hilangnya objek jaminan fidusia

yang telah didaftarkan di KEMENKUMHAM?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui secara jelas dan terperinci mengenai hukum jaminan

fidusia yang ada dan diatur dalam hukum positif.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan tentang jaminan fidusia di PT.Bank

Muamalat Indonesia,Tbk. Cabang Medan.

3. Untuk mengetahui tentang pertanggungjawaban debitur atas akibat

hilangnya objek jaminan fidusia yang berstatus hukum telah di daftarkan

di KEMENKUMHAM.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Penulisan secara Teoretis

Hasil penulisan ini diharapkan akan memperluas dan menambah ilmu

pengetahuan tentang lembaga jaminan fidusia dalam menjamin kredit

(25)

pula memberikan sumber pengetahuan khususnya jaminan hukum

fidusia.

2. Manfaat Penulisan secara Praktis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu dan memberikan jalan

keluar kepada para pihak yang terlibat langsung dalam masalah fidusia.

Manfaat penulisan ini akan memberikan input kepada beberapa pihak

khususnya terhadap para praktisi dan pelaku usaha perbankan atau bank

dalam memberikan kredit atau pembiayaan dengan jaminan benda

bergerak yang dijaminkan dan dilindungi oleh fidusia.

E. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian hukum yang dilakukan adalah yuridis normatif dengan

pertimbangan bahwa titik tolak penelitian analisis terhadap peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang hilangnya objek jaminan fidusia dari lembaga

penjaminan jaminan fidusia. Namun demikian, penelitian kepustakaan tidak hanya

terhadap bahan perundang-undangan di Indonesia yang mengandung celah yang

dapat dimanfaatkan dalam praktek penyelenggaraan jaminan fidusia tersebut, akan

tetapi juga terhadap doktrin-doktrin para sarjana terdahulu dan didukung oleh

dokumen-dokumen yang nyata di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, Cabang

Medan.

Sifat Penelitian merupakan deskriptif analitis yang berorientasi pada

pemecahan masalah karena penelitian dilakukan setelah kejadian

(26)

berkembang didalam masyarakat tentang hilangnya objek jaminan fidusia dengan

melakukan survey normative dari aturan norma-norma hukum jaminan fidusia itu

sendiri.

Kemudian dilakukan analisis terhadap fakta-fakta yang terjadi dalam hal

hilangnya atau musnahnya objek jaminan fidusia yang dijaminkan, baik itu bagi

bank sebagai lembaga perbankan yang memegang jaminan fidusia, selanjutnya

Notaris sebagai pejabat yang ditunjuk oleh negara sebagai pelaksana pemasang

jaminan fidusia, dan terakhir Pengadilan Negeri sebagai pelaksana eksekusi

jaminan fidusia.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan,

kemudian dilakukan penelitian dan dicatat gejala-gejala hukum yang

terjadi yang berasal dari hasil wawancara dengan pihak terkait.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi dokumentasi

dan studi kepustakaan, serta berbagai dokumen tertulis lainnya baik

berupa peraturan perundang-undangan, definisi para ahli hukum yang

berhubungan dan mendukung proses penelitian serta untuk melengkapi

data primer yang telah diperoleh.

3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dari penelitian kepustakaan yang didukung

(27)

a. Studi Kepustakaan (Library Research), yaitu menghimpun data dengan

melakukan penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi

bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertieryaitu:13

1) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan yang berhubungan dengan

peraturan perundang-undangan, yaitu:

a. Undang-Undang Dasar 1945.

b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

c. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

d. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

e. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan-bahan hukum primer yaitu karangan ilmiah, buku-buku

referensi dan informasi, akta perjanjian pembiayaan dan sertifikat fidusia.

3) Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk

danpenjelasan-penjelasan terhadap bahan hukum sekunder, yakni kamus

umum,kamus hukum, jurnal, artikel, majalah dan lain sebagainya.

b. Studi Dokumen yaitu pengumpulan data dengan menghimpun dokumen yang

berkaitan dengan pembiayaan bermasalah dan akta-akta jaminan fidusia

beserta sertifikat jaminan fidusia terhadap objek jaminan yang hilang di PT.

Bank Muamalat Indonesia, Tbk, Cabang Medan.

13

(28)

Selain dengan metode teknik pengumpulan data di atas, penelitian ini juga

melakukan wawancara secara mendalam (indepth interview) ke beberapa pihak

yang mengetahui secara langsung terkait dengan pembiayaan bermasalah dan

pelaksanaan jaminan fidusia antara lain kepada :

a. Pejabat dan Pegawai bagian hukum di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk,

Cabang Medan.

b. 2 orang Notaris dan PPAT di wilayah kerja Medan yang memiliki kriteria

sebagai notaris rekanan di beberapa Bank, baik Bank Pemerintah maupun

Swasta dan juga sering melakukan pengikatan atas Jaminan Fidusia.

c. Advokat yang sering menangani kasus eksekusi fidusia di Wilayah Medan.

d. Juru Sita di Pengadilan Negeri Medan

e. Kepolisian Resort Kota Medan

f. Kasi Lelang KPKLN Medan.

4. Analisis Data

Setelah pengumpulan data dilakukan baik dengan melakukan studi

kepustakaan maupun dengan studi lapangan maka data tersebut dianalisa secara

kualitatif.14

sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.

Penelitian kualitatif dimaksud adalah jenis penelitian yang temuan-

temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau dalambentuk hitungan

lainnya. Selanjutnya digunakannya penelitian kualitatif karena kemantapan

peneliti berdasarkan pengalaman penelitiannya dan metode kualitatif dapat

memberikan rinciankaidah yang lebih kompleks tentang fenomena yang akan

14

(29)

Setelah seluruh proses pengumpulan data dilakukan, data disusun dan

kemudian dikelompokkan dihubungkan dan dibandingkan dengan ketentuan yang

berkaitan dengan masalah kekuatan objek jaminan fidusia yang hilang, dimulai

dari ketentuan ketentuan yang bersifat umum mengenai ketentuan Undang-undang

Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan UU Nomor 42 Tahun 1999

tentang Fidusia selanjutnya kepada ketentuan khusus yang tercantum pada

ketentuan ketentuan bank Indonesia kemudian di sinkronisasikan dengan

ketentuan PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk, Cabang Medan dalam prosedur

umum penyelesaian pembiayaan bermasalah, dan akhirnya dapat disimpulkan

jawaban mengenai tinjauan yuridis terhadap pertanggung jawaban atas hilangnya

objek jaminan fidusia.

F. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian terdahulu,

penelitian terhadap “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERTANGGUNG JAWABAN JAMINAN FIDUSIA YANG OBJEKNYA HILANG” belum pernah dilakukan sebelumnya pembahasan dan permasalahan yang sama. Jadi

penelitian ini dapat disebut “asli” sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur,

rasional, dan objektif secara terbuka dan jelas semua ini merupakan implikasi etis

dari proses penemuankebenaran ilmiah yang diperoleh dari kasus atau fakta asli di

lapangan sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya

secara ilmiah.

Beberapa penelitian sebelumnya ada ditemukan mengenai pertanggung

(30)

bidang kajiannya berbeda dengan penelitian ini, peneliti tersebut antara lain :

1. Yuslinda Lestari, NIM : D1A010340, Fakultas Hukum Universitas

Mataram Tahun 2014, “Tinjauan Yuridis Objek Jaminan Yang Dirampas

Oleh Negara”.

Substansi permasalahan adalah:

a. Bagaimana status objek jaminan fidusia yang dirampas oleh negara?

b. Bagaimana akibat hukum dirampasnya objek jaminan fidusia terhadap

perjanjian jaminan fidusia?

2. Desi Irawan Hsb, NIM : 040200117, Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara Tahun 2008, “Tinjauan Yuridis Eksekusi Benda Sebagai

Objek Perjanjian Jamnian Fidusia Menurut UU No. 42 Tahun 1999”.

Substansi permasalahan adalah:

a. Bagaimana proses pelaksanaan eksekusi objek fidusia?

b. Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam melakukan eksekusi?

c. Bagaimana akibat hukum musnahnya objek fidusia?

3. Lanang Galuh Pratyaksa WP, NIM : C100050134, Fakultas Hukum

Universitas Muhamadiyah Tahun 2013, “Tinjauan Yuridis Tentang

Pelaksanan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia”.

Subtansi permasalahan adalah :

a. Bagaimana pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan fidusia?

b. Permasalahan-permasalahan apa saja yang timbul dalam pemberian

(31)

G. Sistematika Penulisan

Setelah diperoleh data dan bahan-bahan yang diperlukan dalam penulisan

skripsi ini, langkah selanjutnya adalah merangkai seluruh temuan dalam suatu

sistematika penulisan. Adapun gambaran isi dari skripsi ini adalah sebagai

berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan mengenai Latar Belakang, Rumusan Permasalahan,

Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian

Penulisan, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA

Bab ini lebih menjelaskan tentang gambaran umum mengenai

Jaminan Fidusia diantaranya pengertian, Sejarah, Asas, Fidusia

serta Fidusia sebagai Jaminan Hutang.

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG PT BANK MUAMALAT,

TBK

Bab ini menjelaskan tentang gambaran tentang PT. Bank Muamalat

Indonesia, Tbk, secara umum dimulai dari sejarah lahirnya PT.

Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

BAB IV : PERTANGGUNGJAWABAN ATAS HILANGNYA OBJEK

FIDUSIA

Bab ini menjelaskan tentang bagaimana pertanggungjawaban atas

hilangnya Objek Jaminan Fidusia pada saat telah menjadi Jaminan

(32)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan Kesimpulan dan Saran. Untuk memenuhi

persyaratan Akademis penulisan Skripsi maka Skripsi akan

dilengkapi dengan Lampiran-lampiran serta Daftar Kepustakaan

(33)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA

A. Pengertian Dan Pengaturan Jaminan Fidusia

Fidusia merupakan istilah yang sudah lama dikenal dalam bahasa

Indonesia.Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia sudah

menggunakan istilah “Fidusia”.Dengan demikian, istilah “Fidusia” sudah

merupakan istilah resmi dalam dunia hukum kita. Akan tetapi, kadang-kadang

untuk Fidusia ini dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan istilah “penyerahan

hak milik secara kepercayaan”. Dalam terminologi Belandanya sering disebut

dengan istilah lengkapnya yaitu fiduciare eigendom overdracht, sedangkan dalam

bahasa Inggrisnya secara lengkap sering disebut fiduciary transfer of ownership.

Namun demikian, kadang-kadang dalam literatur Belanda kita jumpai pula

pengungkapan Jaminan fidusia ini dengan istilah-istilah sebagai berikut:15

1. Zakerheids-eigendom (hak milik sebagai jaminan )

2. Bezitloos zkerheidsrecht (jaminan tanpa menguasai)

3. Verruimd pand begrip (gadai yang diperluas)

4. Eigendomsoverdracht tot zekerheid (penyerahan hak milik secara jaminan )

5. Bezitloos pand (gadai berselubung)

6. Een verkapt pand recht (gadai berselubung)

7. Uitbaouw dari pand (gadai yang diperluas)

Pada prinsipnya, jaminan fidusia adalah suatu jaminan utang yang bersifat

kebendaan (baik utang yang telah ada maupun utang yang akan ada), yang pada

15

(34)

prinsipnya memberikan barang bergerak sebagai jaminannya (tetapi dapat juga

diperluas terhadap barang-barang tidak bergerak) dengan memberikan penguasaan

dan penikmatan atas benda objek jaminan hutang tersebut kepada debitur (dengan

jalan pengalihan hak milik atas benda objek jaminan tersebut kepada kreditur)

kemudian pihak kreditur menyerahkan kembali penguasaan dan penikmatan atas

benda tersebut kepada debiturnya secara kepercayaan (fiduciary). Dalam konteks

ini, apabila utang dijamin dengan jaminan fidusia sudah dibayar lunas sesuai yang

diperjanjikan, maka titel kepemilikan atas benda tersebut diserahkan kembali oleh

kreditur kepada debitur. Sebaliknya, apabila utang tidak terbayar lunas, maka

benda objek fidusia tersebut harus dijual, dan dari harga penjualan itu akan

diambil untuk dan sebesar pelunasan utang sesuai perjanjian, sedangkan

kelebihannya (jika ada) harus dikembalikan kepada debitur. Sebaliknya, apabila

dari hasil penjualan benda objek jaminan fidusia ternyata tidak menutupi utang

yang ada, maka debitur masih berkewajiban membayar sisa utang yang belum

terbayarkan tersebut.16

1. Meskipun hukum positif di Indonesia menganut teori kepemilikan (title

theory), tetapi unsur-unsur teori penjaminan (lien theory) juga tetap

diberlakukan, sehingga dalam beberapa kondisi (secara riil) pemegang fidusia

hanya berfungsi sebagai pemegang jaminan saja (bukan sebagai pemilik yang

sebenarnya).

Karena itu, prinsip-prinsip utama dari jaminan fidusia dapat disebutkan

sebagai berikut :

16

(35)

2. Debitur harus memelihara objek jaminan fidusia dengan baik, tidak boleh

dialihkan, disewakan, digadaikan, dan sebagainya.

3. Kreditur penerima fidusia adalah kreditur preferens.

4. Berlaku prinsip droit de suite. Dalam konteks ini, suatu jaminan fidusia

mengikuti benda yang menjadi objek jaminannya, kemanapun atau kepada

siapapun benda tersebut berpindah.

5. Jaminan fidusia merupakan jaminan ikutan (accessoir), dengan konsekuensi

antara lain :

a. Jaminan fidusia mengikuti perjanjian pokoknya, yaitu perjanjian

utang piutang.

b. Apabila utangnya hapus atau lunas dibayar, maka fidusia pun hapus

dan barang jaminan fidusia harus diserahkan kembali kepemilikan

dan penguasaan kepada debitur.

c. Apabila utang yang dijamin dengan fidusia beralih ke pihak lain,

maka jaminan fidusia pun ikut beralih juga.

6. Hak pemegang fidusia untuk mengeksekusi barang jaminan baru ada jika ada

wanprestasi dari pihak debitur.

7. Apabila utang sudah dilunasi, maka titel kepemilikan atas jaminan fidusia

harus dikembalikan kepada pihak pemberi fidusia.

8. Jika hasil penjualan (eksekusi) barang fidusia melebihi jumlah utangnya, maka

sisa hasil penjualan harus dikembalikan kepada pemberi fidusia.

9. Jaminan fidusia dapat diletakkan baik atas utang yang sudah ada maupun atas

(36)

10. Jaminan fidusia dapat diikat atas benda yang sudah ada maupun benda yang

baru akan ada di kemudian.

11. Jaminan fidusia dapat diikat atas bangunan atau rumah yang terletak di atas

tanah milik orang lain.

12. Pemberi jaminan fiduisia haruslah pihak yang memiliki kewenangan hukum

atas objek jaminan fidusia .

13. Jaminan fidusia tidak dapat dipisah-pisah (onsplitsbaarheid). Dalam konteks

ini, meskipun fidusia dapat diikat untuk beberapa kreditur sekaligus (contohnya

untuk semua atau sebagian kreditur dalam suatu pembiayaan sindikasi) tetapi

benda objek jaminan fidusia dari satu fidusia untuk seluruh kreditur tersebut

tidak dapat dibagi-bagi maksudnya, menentukan bahwa bagian tertentu dari

objek jaminan adalah untuk kreditur tertentu juga.

14. Objek jaminan fidusia tidak dapat dipecah-pecah (split) ataupun digabung.

Maksudnya, setelah diikatnya satu jamninan fidusia terhadap satu atau lebih

objek jaminan fidusia, maka di kemudian hari fidusia tersebut tidak dapat

dipecah menjadi dua fidusia, atau tidak dapat dipecah menjadi dua atau lebih

fidusia di kemudian hari digabung menjadi satu.

15. Berlaku asas publisitas yaitu suatu jaminan fidusia harus didaftar ke Kantor

Pendaftaran Fidusia agar dapat dilihat oleh publik.

16. Fidusia terdaftar mendapat prioritas pembayaran lebih dahulu dari pada fidusia

(37)

17. Tidak boleh dieksekusi secara mendaku artinya benda objek jaminan fidusia

tidak dapat dieksekusi menjadi langsung milik kreditur, meskipun

diperjanjikan seperti itu oleh para pihak.

Selain itu, agar peralihan hak dalam konstruksi hukum tentang fidusia ini

sah maka harus memenuhi syarat-syarat berikut.17

a. Tedapat perjanjian yang bersifat zakelijk

b. Adanya titel untuk suatu peralihan hak

c. Adanya kewenangan untuk menguasi benda dari orang yang menyerahkan

benda

d. Cara tertentu untuk penyerahan yakni, dengan caraconstitutum possessorium

bagi benda bergerak yang berwujud, dan dengan cara cessie untuk utang

piutang.

Unsur-unsur jaminan fidusia adalah :

1. Adanya hak jaminan.

2. Adanya objek, yaitu benda bergerak baik yang berujud maupun yang tidak

berujud dan benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani

hak tanggungan. Ini berkaitan dengan pembebanan jaminan rumah susun.

3. Benda menjadi objek jaminan tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia

4. Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur.

B. Sejarah Jaminan Fidusia 1. Sejarah Fidusia.

Dalam sejarah terlihat bahwa sebenarnya lembaga fidusia dalam bentuk klasik

17

(38)

sudah dibentuk sejak zaman Romawi. Dalam konteks ini, di Romawi terdapat

istilah fiducia cum creditore. Dalam konstruksi hukum ini, barang-barang debitur

diserahkan kepemillikannya kepada kreditur, tetapi dimaksudkan hanya sebagai

jaminan utang. Sehubungan dengan itu, di Romawi terdapat pula istilah fiducia

cum amico, tetapi hanya dimaksudkan sebagai pengangkatan seorang wakil untuk

memelihara kepentingannya. Jadi, tidak ada penyerahan hak milik atau jaminan

utang sebagaimana dilakukan dalam pengikatan fidusia saat ini.18

18

Munir FuadyII, op.cit., hal.108

Kemudian, dalam sejarah hukum di Romawi (dipenghujung zaman klasik)

berkembang pula lembaga pand (gadai) dan hipotek (hak tanggungan) sehingga

peranan lembaga fidusia sebagai jaminan utang mulai berkurang, sampai

kemudian peranan dan eksistensinya lenyap sama sekali sejak zaman sesudah

zaman klasik di bawah pemerintahan Justianus.

Karena lembaga fidusia sudah lenyap pada saat hukum Romawi diadopsi

oleh negara-negara Eropa Kontinental (contohnya Prancis dan Belanda) pada saat

itu, dalam kitab undang-undang mereka juga tidak dikenal lembaga yang disebut

dengan fidusia tersebut.Waktu itu, yang ada hanyalah pand (gadai) untuk benda

bergerak dan hipotek (hak tanggungan) untuk benda tidak bergerak.

Akan tetapi, dalam praktik hukum di negara-negara Eropa Kontinental

tersebut (contohnya di negeri Belanda) kemudian dirasakan bahwa eksitensi pand

dan hipotek belum cukup, khususnya jika ada pembebanan jaminan terhadap

barang bergerak yang fisik bendanya tidak perlu dialihkan kepada pihak kreditur.

(39)

kembali lembaga fidusia (dalam bentuk yang modern) sebagai jaminan utang

lewat konstruksi yang unsurnya rekayasanya sangat kental. Kemudian, jaminan

fidusia dalam bentuknya yang modern ini diterima dengan baik dalam praktik

hukum dan diakui oleh yurisprudesi. Akhirnya, dewasa ini banyak negara yang

bahkan sudah mempunyai undang-undang yang mengatur tentang Fidusia ini,

termasuk di dalamnya Indonesia dengan Undang-Undang No.42 Tahun 1999

tentang Jaminan Fidusia.

Jadi, munculnya konsep fidusia di mana-mana bermula dari adanya

pemisahan benda menjadi benda bergerak (movable) dan benda tidak bergerak

(immovable).Terhadap benda bergerak tersedia gadai yang bendanya diserahkan

penguasaan dan penikmatnya kepada kreditur, sedangkan atas benda tidak

bergerak tersedia hipotek yang bendanya tidak diserahkan penguasaan dan

penikmatannya kepada pihak kreditur.

Jadi, dalam sistem hukum Eropa Kontinental yang konvensional tidak

dikenal jaminan atas benda bergerak yang penguasaan dan penikmatan atas

bendanya tidak diserahkan kepada kreditur, di samping juga tidak dikenal jaminan

atas benda tidak bergerak yang penguasaan dan penikmatannya diserahkan kepada

pihak kreditur, yaitu seperti gadai tanah dalam sistem hukum adat Indonesia.

Memang, di dalam hampir setiap sistem hukum di dunia ini dikenal

pembedaan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak, terutama dalam sistem

Eropa Kontinental seperti yang diterapkan di Perancis (meuble dan immeuble),

Belanda (roeren de zaken dan onroeren de zaken).Di Jerman juga terjadi

(40)

berasal dari hukum Jerman. Demikian juga yang terjadi negara-negara Anglo

Saxon, (contohnya Inggris, AS, atau Australia) dengan konsep “movable” dan

immovable” atau “real property” dan “personal property” (chattel).

C. Asas-Asas HukumJaminan Fidusia

Salah satu unsur yuridis dalam sistem hukum jaminan adalah asas

hukum.Hal ini menunjukkan betapa pentingnya asas hukum dalam suatu

undang-undang.Sebelum menguraikan lebih lanjut mengenai asas-asas jaminan fidusia,

perlu dijelaskan pengertian asas. Istilah asas merupakan terjemahan dari bahasa

Latin “principium” dan, bahasa Inggris “principle” dan bahasa Belanda

beginsel”, yang artinya dasar yaitu sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau

berpendapat.

Kata “principle” atau asas adalah sesuatu, yang dapat dijadikan sebagai alas,

sebagai dasar, sebagai tumpuan, sebagai tempat untuk menyandarkan, untuk

mengembalikan sesuatu hal yang hendak dijelaskan.

Principle is a fundamental truth or doctrine, as of law, a comprehensive

rule or doctrine which furnishes a basis or origin for others. Pengertian ini belum

memberikan kejelasan dalam ilmu hukum, tetapi sudah memberikan arahan

tentang hal yang menjadi esensi dari asas yakni ajaran atau kebenaran yang

mendasar untuk pembentukan peraturan hukum yang menyeluruh.19

Pengertian asas dalam bidang hukum yang lebih memuaskan dikemukakan

oleh para ahli hukum antara lain antara lain “A principle is the board reason

which lies at the base of a rule of law”. Ada dua hal yang terkandung dalam

19

(41)

makna asas tersebut yakni pertama, asas merupakan pemikiran, pertimbangan,

sebab yang luas atau umum, abstrak (the board reason), kedua, asas merupakan

hal yang mendasari adanya norma hukum (the base of rule of law). Oleh karena

itu, asas hukum. Karakter asas hukum yang umum, abstrak itu memuat cita-cita,

harapan (das sollen), dan bukan aturan yang akan diperlakukan secara langsung

kepada subjek hukum. Asas hukum bukanlah suatu perintah hukum yang konkret

yang dapat dipergunakan terhadap peristiwa konkret dan tidak pula memiliki

sanksi yang tegas.Hal-hal tersebut hanya ada sudah dituangkan dalam wujud

pasal-pasal perundang-undangan.Dalam peraturan-peraturan (pasal-pasal) dapat

ditemukan aturan yang mendasar berupa asas hukum yang merupakan cita-cita

dari pembentuknya. Asas hukum diperoleh dari proses analitis (kontruksi yuridis)

yaitu dengan menyaring (abstraksi) sifat-sifat khusus yang melekat pada

aturan-aturan yang konkret, untuk memperoleh sifat-sifatnya yang abstrak.20

Pertama, asas bahwa kreditur penerima fidusia berkeduduan sebagai

kreditur yang diutamakan dari kreditur-kreditur lainnya.Asas ini dapat ditemukan

dalam Pasal 1 angka 2 UUJF. Lebih lanjut UUJF tidak memberikan pengertian Dalam UUJF, pembentuk undang-undang tidak mencantumkan secara tegas

asas-asas hukum jaminan fidusia yang menjadi fundamen dari pembentukan

norma hukumnya. Oleh karena itu, sesuai dengan teori dari asas hukum tersebut di

atas, maka asas hukum jaminan fidusia dapat ditemukan dengan mencarinya

dalam Pasal-Pasal UUJF.

Asas-asas hukum jaminan fidusia yang terdapat dalam UUJF adalah:

20

(42)

tentang apa yang dimaksud dengan kreditur yang diutamakan dari

kreditur-kreditur lainnya. Namun, di bagian lain yakni Pasal 27 UUJF dijelaskan

pengertian tentang hak yang didahulukan terhadap kreditur-kreditur lainnya. Hak

yang didahulukan adalah hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan

piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia.

Berbeda halnya dengan hak kebendaan lainnya seperti hak tanggungan.

Dalam hak tanggungan, pengertian kreditur yang diutamakan terhadap

kreditur-kreditur lain dijelaskan sebagai berikut:

Penjelasan umum angka 4 UUHT.

Bahwa jika debitur cedera janji, kreditur hak tanggungan berhak menjual melalui pelelangan umum tanah yang dijadikan jaminan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan, dengan hak mendahulu daripada kreditur-kreditur lain. Kedudukan diutamakan tersebut sudah barang tentu tidak mengurangi prefensi piutang-piutang negara menurut ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku.21

Dalam hal jaminan gadai (pand) tidak secara tegas dikatakan tentang

kreditur yang diutamakan dari kreditur-kreditur lainnya, tetapi disebutkan bahwa

gadai memberikan kekuasaan kepada si berpiutang untuk mengambil pelunasan

dari barang tersebut secara didahulukan dari pada berpiutang lainnya.

Asas tersebut dalam ilmu hukum disebut dengan droit de preference.Asas

ini dianut juga dalam jaminan hipotik.Kedudukan yang diutamakan merupakan

hak istimewa yang diberikan undang-undang kepada pemegang hipotik.

22

21

Penejelasan umum angka 4 UUHT

22

Pasal 1150 KUH Perdata.

(43)

dikaitkan dengan piutang negara, kedudukan hak tersebut lebih rendah dari

piutang negara. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah kedudukan yang

didahulukan dari pemegang hak jaminan fidusia juga lebih rendah dari piutang

negara? Jawaban ini terletak kepada pendekatan sistem hukum jaminan

kebendaan, artinya apabila jaminan fidusia merupakan sub sistem hukum jaminan

kebendaan, secara analogi piutang negara memiliki kedudukan yang lebih tinggi

dari kreditur pemegang jaminan fidusia.

Kedua, asas bahwa jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi

objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada.Dalam ilmu

hukum, asas ini disebut dengan “droit de suite atau zaaksgevolg). Pengertian droit

de suite dijelaskan sebagai the right of a creditor to pursue debtors property into

the hands of third persons for the enforcement of his claim.

Pengakuan asas ini dalam UUJF menunjukkan bahwa jaminan fidusia

merupakan hak kebendaan (zakelijkrecht) dan bukan hak perorangan

(persoonlijkrecht). Dengan demikian, hak jaminan fidusia dapat dipertahankan

terhadap siapapun juga dan berhak untuk menuntut siapa saja yang mengganggu

hak tersebut.23

Hak perorangan tidak memiliki karakter droit de suite, sebagaimana yang

dikatakan “persoonlijk recht heeft geens zaaksgevolg”.Selanjutnya, ditegaskan

bahwa “het zakelijk recht heeft zaaksgevolg (droit de suite), het persoonlijk recht

neit”.Dalam karakter droit de suite terdapat prinsip hak yang tua didahulukan dari

hak yang muda.Hal ini berarti apabila terdapat beberapa hak kebendaan diletakkan

23

(44)

atas sesuatu benda, kekuatan hak itu ditentukan oleh urutan waktunya.Pengakuan

asas bahwa hak jaminan fidusia mengikuti bendanya dalam tangan siapapun

benda itu berada memberikan kepastian hukum bagi kreditur pemegang jaminan

fidusia untuk memperoleh pelunasan hutang dari hasil penjualan objek jaminan

fidusia apabila debitur pemberi jaminan fidusia wanprestasi.Kepastian hukum atas

hak tersebut bukan saja benda jaminan fidusia masih berada pada debitur pemberi

jaminan fidusia bahkan ketika benda jaminan fidusia itu telah berada pada pihak

ketiga.

Hak kebendaan jaminan fidusia baru lahir pada tanggal dicatatnya jaminan

fidusia dalam buku daftar fidusia.Karena itu, konsekuensi yuridis adalah

pemberlakukan asas droit de suite baru diakui sejak tanggal pencatatan jaminan

fidusia dalam buku daftar fidusia. Maksud penegasan ini tidak lain adalah kalau

jaminan fidusia tidak dicatatkan dalam buku daftar fidusia berarti hak jaminan

fidusia bukan merupakan hak kebendaan melainkan memiliki karakter hak

perorangan. Akibatnya, bagi pihak ketiga adalah tidak dihormatinya hak jaminan

fidusia dari kreditur pemegang jaminan fidusia.24

Pemberlakuan asas droit de suite tidak dapat berlaku terhadap semua objek

jaminan fidusia, tetapi terdapat pengecualiannya yakni tidak berlaku bagi objek Apabila terjadi peralihan benda jaminan fidusia, kreditur pemegang jaminan

fidusia tidak dapat dilindungi berdasarkan asas droit de suite. Dengan perkataan

lain, kreditur pemegang jaminan fidusia berkedudukan sebagai kreditur konkuren

bukan kreditur preferen.

24

(45)

jaminan fidusia berupa benda persediaan. Pembentuk UUJF tidak menjelaskan

benda-benda apa saja yang termasuk dalam kategori benda persediaan. Hanya

dijelaskan dengan memberi contoh tentang benda-benda yang tidak merupakan

benda persediaan, antara lain mesin produksi, mobil pribadi atau rumah pribadi.

Sementara itu, dijelaskan bahwa sebelum UUJF dibentuk, pada umumnya benda

yang menjadi objek jaminan fidusia adalah benda bergerak yang terdiri dari benda

dalam persediaan (inventory), benda dagangan, piutang, peralatan mesin, dan dan

kendaraan bermotor. Yang menjadi permasalahan adalah apakah barang dangan

(stock barang) bukan termasuk benda persediaan, atau apakah mesin dari suatu

perusahaan bukan tergolong dalam benda persediaan.Ketidakpastian tentang

penentuan benda persediaan dapat menimbulkan kelemahan dalam pelasanaan

UUJF.Seharusnya untuk mencegah hal tersebut, pembentuk UUJF memberikan

pengertian benda persediaan dan diikuti dengan contoh-contohnya yang bersifat

tidak limitatif.

Dalam kamus Black’s law Dictionary dijelaskan arti inventory adalah

sebagai :

a detailed list of article of prosperty; a list or schedule of property and other assets, containing a designation or description of each specific article; quantity of goods or materials on hand or in stock; an itemized list of the various items or article constituting a collection, estate stock in trade, etc.25

25

Ibid, hal 163

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa benda persediaan

adalah benda yang diuraikan dalam suatu daftar secara detail, spesifik baik

(46)

Debitur pemberi jaminan fidusia dapat mengalihkan benda persediaan sesuai

dengan cara dan prosedur yang lazim dalam usaha perdagangan. Misalnya,

terhadap objek jaminan fidusia dijual pada pihak ketiga, berarti peralihan objek

jaminan fidusia adalah sah dan pihak pembeli benda jaminan fidusia sebagai

pemilik yang sempurna. Pada prinsipnya, pemberi jaminan fidusia dilarang untuk

mengaihkan, menggadaikan atau menyewakan kepada pihak lain objek jaminan

fidusia, tetapi terhadap benda persediaan, prinsip tersebut dikecualikan.26

Dalam UUJF, asas tersebut secara tegas dinyatakan bahwa jaminan fidusia

merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok. Sesuai dengan sifat

assesor ini, berarti hapusnya jaminan fidusia juga ditentukan oleh hapusnya

hutang atau karena pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh kreditur penerima

jaminan fidusia.Dengan demikian, perjanjian jaminan fidusia merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari perjanjian hutang piutang.Asas assesoritas juga

dikenal dalam perjanjian hak tanggungan.

Ketiga, asas bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan yang lazim

disebut asas assesoritas. Asas ini mengandung arti bahwa keberadaan jaminan

fidusia ditentukan oleh perjanjian lain yakni perjanjian utama atau perjanjian

principal. Perjanjian utama bagi jaminan fidusia adalah perjanjian hutang piutang

yang melahirkan hutang yang dijamin dengan jaminan fidusia.

27

Pencantuman asas assesoritas adalah untuk menegaskan atau

menghilangkan adanya keragu-raguan mengenai karakter jaminan fidusia apakah

bersifat assesor atau merupakan perjanjian yang berdiri sendiri

26

Pasal 23 ayat (2) UUJF

27

(47)

(zelfstandig).Sebelum keluarnya UUJF, sifat perjanjian jaminan fidusia yang

berdiri sendiri pernah dikemukakan oleh Stein dan Jarolimek.

Stein berpendapat bahwa perjanjian Fidusia bersifat berdiri sendiri, tidak

bergantung kepada piutangnya.

Jarolimek mengatakan:

Hak eigendom yang diperoleh kreditur tidak bergantung kepada piutang yang ada, melainkan diperolehnya dari debitur sebagai jaminan dari piutang, dengan syarat bahwa hak eigendom akan kembali kepada debitur jika piutangnya hapus. Debitur memperoleh hak eigendom dengan syarat menunda, yaitu bahwa ia setelah peunasan hutangnya otomatis menurut hukum akan memperoleh hak eigendomnya kembali.28

Jaminan atas hutang yang akan ada mengandung arti bahwa pada saat

dibuatnya Akta Jaminan fidusia, hutang tersebut belum ada tetapi sudah di Dengan keluarnya UUJF, ajaran bahwa perjanjiaan jaminan fidusia

bersifat berdiri sendiri sudah ditinggalkan.

Asas assesoritas membawa konsekuensi hukum terhadap pengalihan hak

atas piutang dari kreditur pemegang jaminan fidusia lama kepada kreditur

pemegang jaminan fidusia baru.Hal ini berarti terjadi pemindahan hak dan

kewajiban dari kreditur pemegang jaminan fudisia lama kepada direktur

pemegang fudisia baru.Pihak yang menerima peralihan hak jaminan fudisia

mendaftarkan perbuatan hukum (cessie) tersebut ke Kantor Pendaftaran Fidusia.

Keempat, asas bahwa jaminan fidusia dapat dietakkan atas hutang yang baru

akan ada (kontinjen). Dalam UUJF ditentukan bahwa objek jaminan fidusia dapat

dibebankan kepada hutang yang telah ada dan akan ada .

28

Referensi

Dokumen terkait

Banyak peluang usaha dan ide bisnis yang dapat diperoleh oleh mahasiswa, salah satunya yaitu dengan usaha kedai kopi dengan konsep angkringan

Untuk melakukan telaah terhadap data hasil penelitian, maka pada bab ini dipaparkan beberapa metode penelitian dengan rincian sebagai berikut: a) rancangan penelitian, b)

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin pada ibu setelah melahirkan adalah memberikan sensasi rileks pada ibu yaitu

Namun sejauh apa seorang mahasiswa memiliki pendapat dan pandangan terhadap smartphone yang dimilikinya, sehingga sejauh apa memberi umpan-balik positip

[r]

Teknologi dan Industri Pertanian saat ini telah berkembang pesat, dan untuk merespon perkembangan teknologi pangan dalam mempersiapkan sumberdaya manusia tersebut,

Kedua hasil tersebut nampak berbanding lurus dengan penelitian yang dilakukan dimana, anggaran berbasis kinerja berpengaruh secara positif dan simultan terhadap

faktor yang mempengaruhi sikap makan pada remaja secara langsung adalah faktor individu dan faktor lingkungan. Asupan gizi seimbang dapat diperoleh dari makanan yang