• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II RONA WILAYAH PESISIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II RONA WILAYAH PESISIR"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

V-13

BAB II

RONA WILAYAH PESISIR

2.1 Geo-Administrasi

Kelurahan Namosain merupakan salah satu kelurahan dalam wilayah Kecamatan Alak Kota Kupang. Kelurahan Namosain berada di kawasan pesisir dan memiliki potensi dalam bidang kelautan, perikanan serta wisata bahari dan memproduksi ikan cakalang sebanyak 1.490 Ton/tahun.

Jarak dari Kelurahan Namosain ke Kantor Camat Alak 3 Km, sedangkan jarak ke Kota Kupang adalah 6,5 Km. Secara geografis luas wilayah kelurahan Namosain 2,16 km2. Kelurahan Namosain memiliki batasan wilayah yaitu:

* Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Teluk Kupang Kecamatan Alak * Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Oeleta Ponkase * Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Nun Baun Sabu * Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Alak

Kondisi Perairan Namosain yang agak curam terdapat di dasar perairan di sebelah barat Teluk Namosain (sekitar Tanjung Bululutung) dimana daerah tersebut memiliki variasi kedalaman yang tinggi. Di perairan sekitar Tanjung Bululutung, kurang lebih jarak 100 meter dari pantai terdapat tebing karang, dimana variasi kedalaman dari arah laut menuju darat berubah dari kedalaman ±50 meter menjadi ±2 meter dalam rentang jarak hanya kurang 100 meter. Untuk itu diharapkan agar para nelayan berhati-hati saat melintas di perairan di sekitar Tanjung Bululutung untuk menghindari kandasnya kapal karena menabrak karang.

Dasar perairan dengan tipe bergelombang (berbukit-bukit) salah satunya terdapat di daerah bagian tengah Teluk Namosain. Pada jarak kurang dari 100 meter dari garis pantai daerah tersebut memiliki kedalaman yang bervariasi antara 1 – 9 meter. Untuk daerah dengan jarak lebih dari 100 meter dari garis pantai memiliki variasi kedalaman antara 9 – 58 meter. Pada daerah ini juga terdapat slope dengan variasi kedalaman antara 9 – 24 meter. Daerah slope ini terletak pada jarak + 200 – 250 meter dari garis pantai.

(2)

V-14 Daerah tengah dari Teluk Namosain ini memiliki variasi kedalaman antara 1 – 78 meter di bawah permukaan laut dalam jarak ± 2 km dari garis pantai.

Suhu perairan pesisir Kelurahan Namosain (26,10C) berada pada kisaran umum suhu perairan tropis. Tidak ada pencemaran termal di Kelurahan Namosain.

Salinitas laut di pesisir Kelurahan Namosain menunjukkan ciri khas perairan laut (340/00). Pengukuran yang dilakukan pada akhir Bulan September dimana pada saat tersebut Kelurahan Namosain sedang mengalami musim kemarau menyebabkan pengaruh air tawar sangat rendah terhadap laut. Akibatnya salinitas perairan pesisir cenderung tinggi.

Kecerahan perairan laut di pesisir Kelurahan Namosain pada jarak sekitar 100-200 meter dari garis pantai umumnya rendah (4 m). Rendahnya tingkat kecerahan ini karena keping sechi masih terlihat sampai dasar perairan. Namun bila dibandingkan dengan nilai kekeruhan (0,00 NTU), maka lokasi kajian menunjukkan kualitas perairan yang masih baik berdasarkan Kep.Men.LH No.51/2004 untuk wisata bahari dan biota air laut karena tingkat kekeruhan belum melewati ambang batas baku mutu kualitas air bagi kelayakan hidup biota peraian yaitu maksimal 5 NTU.

Sebagaimana nilai kekeruhan, pada nilai partikel padatan terlarut (Total Suspended

Solid/TSS) sebesar 15,8 mg/l menunjukkan bahwa kondisi perairan pesisir Teluk Kupang

pada wilayah Kelurahan Namosain masih layak dalam mendukung kehidupan biota perairan berdasarkan Kep.Men.LH No.51/2004 untuk wisata bahari dan biota air laut.

Nilai pH di perairan Kelurahan Namosain menunjukkan ciri khas perairan laut yaitu 8,32. Untuk konsentrasi oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) di perairan pesisir Kelurahan Namosain menunjukkan kondisi perairan yang masih baik (8,13 mg/l). Syarat perairan laut yang layak bagi kehidupan organisme harus memiliki nilai oksigen terlarut minimal 5 mg/l.

Batas baku mutu perairan laut yang layak bagi kehidupan organisme laut dilihat dari sisi hara berdasarkan Kep.Men.LH No.51/2004 untuk wisata bahari dan biota air laut yaitu maksimum 0,008 mg/l untuk nitrat, 0,3 mg/l untuk amonia, dan 0,015 mg/l untuk fosfat. Pada Kelurahan Namosain konsentrasi nitrat sebesar 0,000 mg/l, amoniak 0,001 mg/l,

(3)

V-15 dan orthofosfat 0,027 mg/l. Dilihat dari sisi konsentrasi orthofosfat, Kelurahan Namosain telah mengalami pencemaran perairan.

Klorin merupakan salah satu bahan dasar yang digunakan sebagai desinfektan dan pemutih pakaian. Meskipun pemakaian klorin memberikan dampak yang baik sebagi desinfektan dan pemutih pakaian, namun konsentrasi klorin yang berlebih dapat memberi efek toksik, malformasi, bahkan lethal (mematikan) terhadap organisme lain yang bukan sasaran, seperti ikan dan organisme bentik. Beberapa penelitian menunjukkan efek mematikan dari keberadaan klorin bagi mikroorganisme dari 0,25 mg/l (GESAMP, 1984), 1,5 mg/l (Davis dan Jensen, 1975), dan 0,75-0,90 mg/l pada suhu lebih tinggi dari 25-300C (Latimer et al., 1975). Nilai klorin yang masih cukup rendah di perairan pesisir Kelurahan Namosain yaitu 0,09 mg/l untuk Cl total dan 0,18 mg/l untuk Cl bebas menunjukkan masih rendahnya pemakaian berbagai merek cairan pemutih pakaian berbahan dasar klorin.

2.2 Kondisi Sosial Budaya 2.2.1 Kependudukan

Berdasarkan data Monografi Kelurahan Namosain dibagi dalam 6 kawasan wilayah Rukun Warga (RW), 24 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk sebanyak 13.034 jiwa yang terdiri dari 6.495 Laki-laki dan 6.539 Perempuan.

Di Kelurahan Namosain terdapat 4 agama. Mengenai komposisi keberadaan umat beragama berdasarkan sensus penduduk kelurahan Namosain tahun 2015 tercatat sebanyak 50,62 % penduduk memeluk agama Kristen Protestan, 5,97% agama Katolik, 43,15% memeluk agama Islam dan yang memeluk agama Hinduk sebanyak 0,07%.

2.2.2 Budaya

Heterogenitas adalah karakter sosio-kultural masyarakat Namosain. Kebhinekaan, ras, agama dan etnis merupakan bagian dari kehidupan bermasyarakat di Namosain, dimana terdapat masyarakat dari suku Rote Flores, Alor, Sabu, Timor, Sulawesi (Bugis/Buton), Jawa, Bali serta daerah- daerah lain di Indonesia. Dari beragam suku dan Budaya yang ada dalam masyarakat Namosain, ada 4 etnis daerah yang dominan, yakni

(4)

V-16 Rote dengan sebutan Rumah Tujuh, Buton/Bugis dengan sebutan Namosain Tengah, Solor Flotim dengan sebutan Kampung Meleset serta Timor Namosain dengan sebutan Osmok.

2.3 Aktivitas Ekonomi Masyarakat

Berdasarkan status sosial, masyarakat Namosain tergolong masyarakat menengah keatas, karena berdasarkan data, dari 24,75% penduduk dengan profesi petani dan nelayan, hanya sekitar 5% penduduk yang berprofesi sebagai Nelayan. Dari data statistik menunjukan total masyarakat yang mendapat bantuan berupa raskin dan PKPS-BBM sebanyak 555 orang (Tabel 5.2.1).

Tabel 5.2. 1. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Total

1 PNS 65 74 139 2 TNI 125 124 3 PNS TNI/Polri 25 11 36 4 Guru/Dosen 5 5 10 5 Dokter 1 1 2 6 Mantri/Bidan 2 3 5 7 Petani/Nelayan 381 199 580 8 Pengemudi 76 76 9 Montir/Tukang servis 20 20 10 Pedagang 27 30 57 11 Pendeta 5 4 9 12 Pembantu 6 6 12 13 Pemulung 24 22 46 14 Buruh 207 206 413 15 Swasta 407 r407 814 Jumlah 1.378 968 2343

2.4 Potensi Sumberdaya Alam dan Jasa Lingkungan 2.4.1 Ekosistem Mangrove

Ekosistem mangrove tidak ditemukan di Perairan Namosain.

2.4.2 Ekosistem Terumbu Karang

Luasan terumbu karang pada Kelurahan Namosain sebesar 34,26 Ha dengan penutupan karang keras sebesar 31,4% yang mengindikasikan kondisi ekosistem masih cukup bagus. Terumbu karang dari Namosain ke arah barat ini dicirikan dengan lereng

(5)

V-17 terumbu yang landai (15-450). Jenis karang yang mendominasi adalah Acropora tabulate.Lebih lanjut dilaporkan bahwa terumbu karang di perairan Kota Kupang yang dalam kondisi bagus” dengan persentase penutupan karang keras (hard corals) sebesar 50,0 ± 74,9 %, dijumpai di lokasi pengamatan stasiun I di kelurahan Alak dan lokasi pengamatan di kelurahan Kelapa Lima. Terumbukarangdalamkondisicukupbagus” denganpersentasepenutupankarangkeras (hard corals) sebesar 25,0-49,9%, dijumpai di lokasipengamatanstasiun II dan III kelurahanNamosaindan di lokasipengamatanstasiun I dan II kelurahanOesapa Barat (Tim UKAW, 2013).

2.4.3 Ekosistem Lamun

Luas padang lamun di kelurahan ini sebesar 9,1 Ha dengan persentase penutupan sebesar 43,30%. Jenis-jenis yang ditemukan adalah Syringodium isoetifolium, Halophila

minor, Halodule uninervis, dan Halophila ovalis. Keberadaan lamun ini dapat menyokong

suplai perikanan karena lamun merupakan salah satu tempat memijah bagi hewan perairan.Kelurahan Namosain terdapat 4 jenis: Syringodium isoetifolium, Halophila

minor, Halodule uninervis, dan Halophila ovalis dengan tingkat penutupan rata-rata

(6)

V-18

BAB III

PERENCANAAN PENGELOLAAN

3.1 Isu-isu Prioritas Pengelolaan Pesisir dan Laut Aspek SDA dan Lingkungan Pesisir dan Laut

a. Hasil penangkapan ikan yang melimpah b. Pencemaran laut

c. Konflik daerah penangkapan

d. Rusaknya terumbu karang serta biota laut lainnya karena penggunaan obat, bom, dlll

e. Kurangnya modal usaha

Aspek Sosial Budaya

a. Budaya masyarakat pesisir yang heterogen dari berbagai etnis: Solor, Rote, Sulawesi Jawa, dan lainnya.

b. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pengendalian pengelolaan pesisir dan laut.

Aspek Sosial-Ekonomi

a. Belum memiliki sarana pengawetan ikan

b. Tidak memiliki tambat labu akibat reklamasi pantai

c. Keterbatasan akses pemasaran ikan yang dialami oleh pedagang ikan d. Rendahnya inovasi multi produksi pasca panen sumberdaya laut.

e. Belum adanya perencanaan pengolahan sumberdaya pesisir dan laut berbasis ekonomi dan wisata (ekowisata)

Aspek Kelembagaan

a. Kebingungan masyarakat terkait kelengkapan administrasi nelayan b. Kesulitan pembayaran biaya operasi SLO sekali seminggu

(7)

V-19

3.2 Strategi Pengelolaan

Isu SDA dan Lingkungan Pesisir dan Laut

Tujuan:

a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang teknik transplantasi karang dan rehabilitasi kerusakan mangrove

b. Manufakturisasi hasil perikanan

c. Menurunnya pencemaran laut, baik yang berasal dari limbah domestik (rumah tangga) atau pun dari kapal motor yang bersandar di Pelabuhan Rakyat NBS. d. Relokasi atau zonasi penangkapan di Perairan Namosain.

e. Rehabilitasi terumbu karang Strategi:

a. Pelatihan pemantauan dan rehabilitasi mangrove berbasis masyarakat. b. Membuat pabrik pengolahan ikan

c. Menetapkan tata tertib dan penegakkan aturan terkait pengendalian sampah pesisir dan laut.

d. Menetapkan zonasi penangkapan di wilayah perairan Kelurahan Namosain.

e. Pemetaan dan penentuan lokasi prioritas transplantasi karang atau metode lainnya.

Indikator:

a. Kemampuan masyarakat untuk melakukan transplantasi ekosistem terumbu karang dan rehabilitasi mangrove

b. Tersedianya tata tertib dan penegakkan aturan terkait pengendalian sampah pesisir dan laut.

c. Terbentuknya zonasi penangkapan di wilayah perairan Kelurahan Namosain. d. Teridentifikasi titik-titik kerusakan terumbu karang.

e. Menyusun rencana/program rehabilitasi terumbu karang.

(8)

V-20

Aspek Sosial Budaya

Tujuan:

a. Revitalisasi nilai-nilai lokal masing-masing etnis (Solor, Rote, Sulawesi Jawa, dan lainnya) sebagai kesepakatan kearifan lokal di Kelurahan Namosain.

b. Keterlibatan seluruh lapisan masyarakat perencanaan dan pengendalian pengelolaan pesisir dan laut.

Strategi:

a. Menyebarluaskan konsep Perencanaan dan Pengendalian Pengelolaan Pesisir dan Laut berbasis masyarakat.

b. Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Pengendalian Pengelolaan Pesisir dan Laut berbasis masyarakat, dengan melibatkan semua unsur stakeholders.

c. Pembentukan Lembaga Adat Multi Etnis, melalui kolaborasi berbagai etnis: Solor, Rote, Sulawesi Jawa, dan lainnya, dalam mendukung pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut.

d. Penyediaan data dan informasi spasial pesisir yang akurat dan mudah diakses.

Indikator:

a. Berkurangnya konflik sosial di wilayah pesisir dan laut

b. Meningkatnya kerjasama dan koordinasi antar sector baik pemerintah maupun swasta.

c. Meningkatnya peran masyarakat dari berbagai etnis dalam perencanaan dan pengendalian pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut.

d. Meningkatnya peran masyarakat adat dalam perencanaan dan pengendalian pengelolaan wilayah pesisir dan laut.

Aspek Sosial Ekonomi

Tujuan:

a. Terbentuknya jaringan dan akses pasar yang luas dalam mensuplai ikan dan hasil manufakturisasinya.

b. Keamanan berlabuh kapal/perahu

(9)

V-21 d. Multiproduksi dari manufakturisasi ikan hasil tangkapan

e. Model ekowisata berbasis sumberdaya pesisir dan laut.

Strategi:

a. Pengadaan pabrik es mini.

b. Pelatihan-pelatihan pengolahan multiproduk pasca panen perikanan

c. Penyusunan masterplan pengembangan ekowisata berbasis sumberdaya pesisir dan laut.

Indikator:

a. Peningkatan pendapatan rata-rata masyarakat pesisir di Kelurahan Namosain. b. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat tentang multiproduk hasil

perikanan.

c. Masterplan pengembangan ekowisata berbasis sumberdaya pesisir dan laut.

Aspek Kelembagaan

Tujuan:

a. Pemahaman masyarakat nelayan tentang kelengkapan administrasi nelayan. b. Pembayaran biaya operasi SLO secara teratur.

c. Efektifitas status area DPL di Kelurahan Namosain.

d. Meningkatkan peran peserta masyarakat menjadi Anggota Koperasi Bahari Sejahtera.

Strategi:

a. Sosialisasi secara terbuka kelengkapan administrasi nelayan dan jangka waktu berlakunya melalui papan himbauan yang terpasang di tengah pemukiman nelayan.

b. Pembayaran Biaya operasi SLO sekali sebulan c. Pelatihan SKK

d. Tindak lanjut rencana kerja di area DPL dari pokmaswas, terutama di area RT. 06, 07, 08 Kelurahan Namosain.

(10)

V-22 Indikator:

a. Semua nelayan menjadi anggota Koperasi Bahari Sejahtera

b. Pemahaman masyarakat nelayan tentang kelengkapan administrasi nelayan. c. Pembayaran biaya operasi SLO secara teratur.

(11)

V-23

3.3 Rencana Aksi

Tabel 5.2. 2. Tabel Tabulasi Isu, Program dan Kegiatan Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Pesisir dan Laut di Kelurahan Namosain

Issue Prioritas Program Kegiatan

Pelaksana Waktu Pelaksanaan Pembiayaa

n

2016 2017 2018 2019 2012

0

Isu Sumberdaya Alam dan Lingkungan:

a) Hasil penangkapan ikan yang melimpah a) Fasilitasi jejaring pemasaran hasil-hasil perikanan a) Pelatihan multi produk berbahan

baku ikan dan

manajemen pemasaran DKP Propinsi, DKP Kota Kupang, dan CCDP-IFAD, industri di Kota Kupang. √ √ √ √ √ APBD, APBN, dan Dana Hibah

b) Pencemaran laut b) Pantai Namosain sadar

sampah

b) Menetapkan tata

tertib dan penegakkan

aturan terkait

pengendalian sampah pesisir dan laut.

√ √ √ √ √

APBD, APBN, dan Dana Hibah c) Rusaknya terumbu karang

serta biota laut lainnya karena penggunaan obat, bom, dlll c) Rehabilitasi terumbu karang c) Pelatihan trasnplantasi karang dan rehabilitasi mangrove berbasis masyarakat. √ √ √ √ √ APBD, APBN, dan Dana Hibah

d) Konflik daerah penangkapan d) Pengaturanzonasi

penangkapan di Perairan Namosain.

d) Pemetaan dan

penentuan lokasi

prioritas transplantasi karang atau metode lainnya. √ √ √ √ √ APBD, APBN, dan Dana Hibah

Isu Sosial Budaya:

a) Budaya masyarakat pesisir yang heterogen dari berbagai etnis: Solor, Rote, Sulawesi Jawa, dan lainnya.

b) Rendahnya partisipasi

masyarakat dalam

perencanaan dan

a) Revitalisasi nilai-nilai lokal masing-masing etnis (Solor, Rote, Sulawesi Jawa, dan

lainnya) sebagai

kesepakatan kearifan lokal di Kelurahan Namosain. b) Pengelolaan kawasan a) Menyebarluaskan konsep Perencanaan dan Pengendalian Pengelolaan Pesisir dan Laut berbasis masyarakat. DKP Propinsi, DKP Kota Kupang, dan CCDP-IFAD APBD, APBN, dan Dana Hibah

(12)

V-24

Issue Prioritas Program Kegiatan

Pelaksana Waktu Pelaksanaan Pembiayaa

n

2016 2017 2018 2019 2012

0

pengendalian pengelolaan

pesisir dan laut.

Pesisir dan laut berbasis masyarakat

b) Penyusunan Dokumen

Perencanaan dan

Pengendalian

Pengelolaan Pesisir

dan Laut berbasis

masyarakat, dengan melibatkan semua unsur stakeholders. DKP Propinsi, DKP Kota Kupang, dan CCDP-IFAD √ √ √ √ √ APBD, APBN, dan Dana Hibah c) Pembentukan Lembaga Adat Multi Etnis, melalui kolaborasi berbagai etnis: Solor, Rote, Sulawesi Jawa, dan lainnya, dalam mendukung pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut. DKP Propinsi, DKP Kota Kupang, dan CCDP-IFAD, Dinas Pariwisata √ √ √ √ √ APBD, APBN, dan Dana Hibah

d) Penyediaan data dan informasi spasial pesisir yang akurat

dan mudah diakses. √ √ √ √ √

APBD, APBN, dan Dana Hibah

Isu Sosial Ekonomi:

a) Belum memiliki sarana

pengawetan ikan

b) Tidak memiliki tambat labu akibat reklamasi pantai

a) Pengembangan Teknologi pasca panen

b) Pembuatan Marine Buoy

c) Peningkatan volume a) Pengadaan pabrik es mini. DKP Propinsi, DKP Kota Kupang, dan CCDP-IFAD, √ √ √ √ √ APBD, APBN, dan Dana Hibah

(13)

V-25

Issue Prioritas Program Kegiatan

Pelaksana Waktu Pelaksanaan Pembiayaa

n

2016 2017 2018 2019 2012

0

c) Keterbatasan akses pemasaran ikan yang dialami oleh pedagang ikan

d) Rendahnya inovasi multi

produksi pasca panen

sumberdaya laut.

e) Belum adanya perencanaan

pengolahan sumberdaya

pesisir dan laut berbasis

ekonomi dan wisata

(ekowisata)

f) Kurangnya modal usaha

penjualan melalui jejaring pasar.

d) Multiproduksi dari

manufakturisasi ikan hasil tangkapan

e) Pengembangan Model

ekowisata berbasis

sumberdaya pesisir dan laut. b) Pelatihan-pelatihan pengolahan multiproduk pasca panen perikanan a) Penyusunan masterplan pengembangan ekowisata berbasis Dinas Pariwisata √ √ √ √ √ APBD, APBN, dan Dana Hibah b) sumberdaya pesisir dan laut. DKP Propinsi, DKP Kota Kupang, dan CCDP-IFAD, Dinas Pariwisata √ √ √ √ √ APBD, APBN, dan Dana Hibah

Isu Sosial Ekonomi:

a) Belum memiliki sarana

pengawetan ikan

b) Tidak memiliki tambat labu akibat reklamasi pantai

c) Keterbatasan akses pemasaran ikan yang dialami oleh pedagang ikan

d) Rendahnya inovasi multi

a) Pengembangan Teknologi

pasca panen

b) Pembuatan Marine Buoy

c) Peningkatan volume

penjualan melalui jejaring pasar.

d) Multiproduksi dari

manufakturisasi ikan hasil

a) Pengadaan pabrik es mini. DKP Propinsi, DKP Kota Kupang, dan CCDP-IFAD, Dinas Pariwisata √ √ √ √ √ APBD, APBN, dan Dana Hibah

(14)

V-26

Issue Prioritas Program Kegiatan

Pelaksana Waktu Pelaksanaan Pembiayaa

n

2016 2017 2018 2019 2012

0

produksi pasca panen

sumberdaya laut.

g) Belum adanya perencanaan

pengolahan sumberdaya

pesisir dan laut berbasis

ekonomi dan wisata

(ekowisata)

h) Kurangnya modal usaha

tangkapan

e) Pengembangan Model

ekowisata berbasis

sumberdaya pesisir dan laut. b) Pembangunan Tambat Labuh/Kola Labuh di Kawasan rumah tujuh c) Pelatihan-pelatihan pengolahan multiproduk pasca panen perikanan √ √ √ √ √ APBD, APBN, dan Dana Hibah c) Penyusunan masterplan pengembangan ekowisata berbasis sumberdaya pesisir dan laut. √ √ √ √ √ APBD, APBN, dan Dana Hibah Aspek Kelembagaan Perlindungan Sumberdaya Perairan melalui DPL

Pengembangan DPL Tindak lanjut rencana

kerja di area DPL dari pokmaswas, terutama di area RT. 06, 07, 08 Kelurahan Namosain DKP Propinsi, DKP Kota Kupang, dan CCDP-IFAD, Dinas Pariwisata √ √ √ √ √ APBD, APBN, dan Dana Hibah

(15)

V-27

3.4 Rencana Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dari pelaksanaan rencana pengelolaan ini dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah kelurahan untuk menilai kegiatan dan hasil capaian dari setiap kegiatan. Proses dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi ini telah diintegrasikan dalam dokumen rencana pembangunan dan pengelolaan. Review tahunan dilaksanakan oleh masyarakat dengan atau tanpa bantuan atau dukungan pemerintah setempat, dan dilaksanakan sebelum siklus pendanaan tahun anggaran berikutnya dimulai sebagai masukan bagi rencana kegiatan tahunan berikutnya.

Berdasarkan rencana pengelolaan ini maka akan dibuat rencana aksi tahunan oleh badan pengelola dimana penentuan prioritas kegiatan dan rencananya ditetapkan dan disetujui oleh masyarakat desa secara transparan dan terbuka yang dikoordinasi oleh badan pengelola, sedangkan petunjuk, kebijakan dan bantuan teknis serta dananya diperoleh dari pemerintah daerah (dinas dan instansi yang berkepentingan), APBD/APBN langsung, LSM, perguruan tinggi dan donatur, serta dari pendapatan dan usaha yang sah dari desa maupun lewat swadaya masyarakat.

Dalam memantau pelaksanaan kegiatan dalam rencana pengelolaan perlu dilakukan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan. Kegiatan monitoring dan evaluasi ini dilaksanakan oleh pemerintah kelurahan dan Badan Pengelola, satu tahun sekali dan melaporkan hasilnya dalam suatu rapat musyawarah desa.

Laporan tersebut berisi meliputi :

a. Laporan keuangan, penerimaan dan pembelanjaan b. Laporan kegiatan

c. Laporan hasil yang dicapai

Tujuan Monitoring dan Evaluasi

Tujuan pelaksanaan monitoring dan evaluasi tersebut meliputi: a. Sejauh mana rencana Pengelolaan sudah dilaksanakan.

b. Kelemahan dan kekurangan dari rencana pengelolaandan untuk mengadakan perbaikan selanjutnya.

c. Efektifitas dari kegiatan yang dipilih dan dilaksanakan.

(16)

V-28 e. Aspek pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat.

f. Aspek masyarakat dapat menilai dan melihat pelaksanaan rencana pengelolaan di desa.

g. Merancang program dan strategi pelaksanaan untuk tahun selanjutnya.

Hasil Yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan berupa hasil yang dapat dirasakan secara fisik dan non-fisik, misalnya bangunan prasarana fisik yang telah dibangun (adanya daerah perlindungan laut, tanggul banjir, MCK, sarana air bersih, penyuluhan yang telah dilakukan, kelompok usaha yang dibentuk, dll.). Secara non-fisik hasil yang diharapkan adalah adanya kesadaran, kepedulian dan perubahan hidup masyarakat terhadap lingkungan dan sumberdaya alam yang ada di sekitar mereka.

Indikator

Indikator berupa penilai pencapaian hasil yang diharapkan misalnya luas daerah perlindungan laut, jumlah ikan di DPL dan sekitarnya, jumlah MCK yang dibangun, panjang tanggul yang dibangun, jumlah bak penampungan air bersih dan pompa yang sudah dibangun, banyaknya penyuluhan yang telah dilakukan, pendapatan, produksi, jumlah penduduk, dan lain-lain.

(17)

V-29

Tabel 5.2. 3. Matriks Rencana Aksi Kelurahan Namosain No. Rencana Monitoring Tujuan Monitoring dan

Evaluasi

Hasil Yang Diharapkan Indikator Waktu Pelaksa√naan

2016 2017 2018 2019 2020 1

Laporan keuangan, penerimaan dan pembelanjaan

Untuk Mengetahui Realisasi keuangan dan Fisik yang disesuaikan dengan target

Tertatanya manajemen keuangan

Penyampaian laporan

keuangan tiap bulan √ √ √ √ √

2 Laporan kegiatan

a. Menhetahui Sejauh mana

rencana Pengelolaan

sudah dilaksanakan.

b. Mengetahui Kelemahan

dan kekurangan dari

rencana pengelolaandan

untuk mengadakan

perbaikan selanjutnya.

c. Sejauh mana tujuan telah

tercapai dan keinginan masyarakat telah terpenuhi

1. Diketahui jenis kegiatan dan lokasi kegiatan yang telah dilaksanakan 2. Mengetahui waktu

pelaksanaan dan berakhir suatu kegiatan 3. Diketahui komponen

dari suatu kegiatan

1. Adanya TOR dan RAB 2. Adanya Matrik pelaksanaan kegiatan 3. Laporan kemajuan √ √ √ √ √

3 Laporan hasil yang

dicapai

a. Mengetahui efektifitas

dari kegiatan yang dipilih dan dilaksanakan. b. Mengetahui ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan c. Mengetahui prosentase /tingkat keberhasilan suatu kegiatan. 1. Diketahui tingkat keberhasilan 2. Di ketahui permasalahan dan langkah tindak lanjut yang telah dilkasanakan

1. Laporan akhir 2. Laporan pelaksanaan kegiatan 3. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan √ √ √ √ √

(18)

V-30

BAB IV LAMPIRAN-LAMPIRAN

(19)

V-31 Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan (Lokasi Kegiatan : Tempat Pemasaran Ikan yang

dibangun IFAD di Kelurahan Namosain)

(20)

V-32 Penyampaian Materi Konsultasi Publik Kelurahan Namosain oleh Tim Leader

(21)

V-33 Diskusi Kelompok Masyarakat dalam kegiatan Konsultasi Publik Kelurahan Namosain

(22)

V-34 Presentasi Hasil Diskusi Kelompok dalam kegiatan Konsultasi Publik Kelurahan Namosain

(23)

V-35

DAFTRA PUSTAKA

Davis, C. C. 1955. The marine and freshwater plankton. Michigan State University Press. USA

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009,

Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 17 Tahun 2000, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan dalam wilayah Kota Kupang

Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 13 dan 14 Tahun 2001 tentang Penjabaan Tugas Pokok dan Fungsi Pemerintah Kecamatan dan Kelurahan Lingkup Pemerintah Kota Kupang

Kep.Men.LH No.51/2004 tentang baku mutu wisata bahari dan biota air laut

Tim Peneliti FPIK UKAW, 2013, Survai dan pemetaan sumberdayaPesisir dan laut kota kupang,Nusa Tenggara Timur, Fakultasi Ilmu Kelautan dan Perikanan UKAW, 2013.

Gambar

Tabel 5.2. 1. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Tabel 5.2. 2. Tabel Tabulasi Isu, Program dan Kegiatan Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Pesisir dan Laut di Kelurahan Namosain

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah yang mempelajari kejiwaan manusia yang dipelajari dari gejala- gejala tingkah

Data primer yang di dapat berupa laju infiltrasi air ke dalam tanah dan nilai laju infiltrasi sebelum dan sesudah adanya lubang resapan biopori dan jumlah

Risiko kredit Kelompok Usaha terutama terhadap piutang dagang. Perusahaan dan Entitas Anak memiliki kebijakan, hanya akan bertransaksi dengan pihak ketiga yang memiliki

Program Delphi digunakan komputer untuk mengirim data kendali dan memonitor data yang dikirim oleh mikrokontroler, yang ditampilkan secara grafis sebagai

Syaiful Anwar, Wakil Rektor III UIN Raden Intan Lampung, wawancara , dicatat pada tanggal 13/05/2018.. kepemimpinan yang demokratis. Teori ini ternyata diaplikasikan oleh Prof.

Jadi, kesimpulan dari pengakuan nasab anak menurut Hukum Islam maupun Hukum Positif dalam menetapkan asal-usul anak yang tidak diketahui nasabnya mempunyai

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. ©

Rencana Pembelajaran Aktivitas Ritmik Terstruktur Bebas Menggunakan Pendekatan Formal-Informal Melalui Media Musik Siklus II .... Rencana Pembelajaran Aktivitas