• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan edafik. Parameter klimatik meliputi suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan edafik. Parameter klimatik meliputi suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kondisi Fisik Lingkungan

Parameter yang diukur dari kondisi fisik lingkungan adalah kondisi klimatik

dan edafik. Parameter klimatik meliputi suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas

cahaya. Parameter edafik meliputi pH dan suhu media tanam.

a. Kondisi Klimatik

Pengukuran kondisi klimatik dilakukan pada pagi hari pukul 08.00-09.00

WIB, siang hari pukul 12.00-13.00 WIB, dan sore hari pukul 15.00-16.00

WIB. Data dari hasil pengukuran dapat dibaca pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Klimatik

Parameter Satuan Hasil

Rata-Rata Pagi Siang Sore

Suhu Udara oC 29 33 33 31.7 Kelembaban Udara % 60 48 50 52.7 Intensitas Cahaya Lux 6100 10300 8700 8367 b. Kondisi Edafik

Pengukuran kondisi edafik dilakukan bersamaan dengan kondisi klimatik.

(2)

Tabel 2. Hasil Pengukuran Edafik

Paramater Hasil

Kontrol Lumut Lumut+Sekam Lumut+Cocopeat SekamArang Cocopeat

Ph 6.82 6.62 6.67 6.32 5.81 6.82

Suhu Media 25oC 23oC 24oC 25oC 24oC 25oC

2. Kandungan Media Tanam dan Variasinya

Media tumbuh merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang

pertumbuhan tanaman, karena sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman

dipasok melalui media tumbuh, selanjutnya diserap dan digunakam oleh akar untuk

pertumbuhan serta tempat memperkokoh berdirinya tanaman. Sehingga di dalam

media tumbuh harus tersedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman. (Hanafiah, 2012:

13-15)

Pada penelitian ini dilakukan juga pengujian kandungan hara yang terkandung

dalam media tanam yang digunakan yaitu tanah sebagai kontrol, media lumut, media

lumut + cocopeat, dan media lumut + sekam, media sekam, dan media cocopeat.

Unsur-unsur yang diujikan antara lain adalah N, P, K, C- Organik, kandungan air,

serta pH. Analisis kandungan media tanam dilakukan di Laboratorium Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta

(3)

Tabel 3. Hasil Analisis Kandungan Media Tanam No. Parameter Uji Tanah (Kon trol) Lumut (A) Sekam (C) Cocopeat (E) Lumut + Cocopeat (D) Lumut + Sekam (B) Satuan 1 Kadar Air 12.24 22.52 56.40 79.22 38.36 24.66 % 2 pH 6.82 6.62 5.81 6.82 6.32 6.67 3 C-Organik 2.4 4.48 41.13 9.54 7.94 5.27 % 4 N-Total 0.11 0.6 0.52 0.49 0.49 0.42 % 5 P2O5 293 210 293 210 205 226 mg/100 gr 6 K2O 36 56 67 56 181 190 mg/100 gr

3. Pertumbuhan Tanaman Sawi

a. Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan seminggu sekali atau 7 hari sekali

selama 6 minggu, mulai dari minggu 1 hingga minggu ke-6. Waktu pengukuran

disamakan yaitu pada pukul 09.00 WIB. Tinggi tanaman sawi diukur dengan

menggunakan penggaris dari permukaan media tanam hingga ujung daun yang

(4)

Tabel 4. Rerata Tinggi Tanaman Sawi Umur 1-6 Minggu

Jenis Media Satuan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Rata-Rata Kontrol Cm 7,3 9,67 11,13 13,51 17,41 21,2 13,37 A (lumut) 8,48 11,22 13,64 17,95 21,73 24,74 16,29333 B (lumut+sekam) 8,96 12,46 14,71 17,25 20,79 24,53 16,45 C (arang sekam) 3,91 4,96 5,9 7,06 8,95 11,07 6,975 D (lumut+cocopeat) 9,22 11,18 14,83 16,87 16,81 21,43 15,05667 E (cocopeat) 5,9 7,26 8,2 8,9 9,1 12,63 8,665

Gambar 7. Diagram Batang Rerata Tinggi Tanaman Sawi Umur 1-6 Minggu

Dapat dilihat pada gambar 7, rerata tinggi tanaman sawi minggu

pertamaterdapat perbedaan tinggi tanaman dengan perlakuan media tanam

terhadap tinggi tanaman sawi. Kelompok tanaman D yaitu perlakuan media 0 5 10 15 20 25 30

MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 5 MINGGU 6

KONTROL A (lumut) B (lumut+sekam) C (arang sekam) D (lumut+cocopeat) E (cocopeat)

(5)

lumut+cocopeat menunjukkan hasil rerata paling maksimal pada umur

tanaman 1 minggu yaitu 9.22 cm. Berdasarkan analisis uji kandungan zat

hara yang telah dilakukan, media D yaitu lumut+cocopeat memiliki kadar air

38.36 %, N 0.49%, P 205 mg/100gr, K 181 mg/100gr, dan C-Organik

7.94%. Walaupun bukan merupakan media dengan kandungan N tertinggi,

adanya prosentase unsur N yang cukup besar dalam media lumut+cocopeat

dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Nitrogen merupakan

unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang pada umumnya sangat

diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif

tanaman seperti daun, batang, dan akar, tetapi jika jumlahnya terlalu banyak

akan menimbulkan terhambatnya pembungaan dan pembuahan pada

tanaman. (Hanafiah, 2007)

Dari gambar 7, terlihat bahwa adanya perbedaan tinggi tanaman yang

diberikan perlakuan media tanaman. Tanaman sawi yang ditanam pada

media B (lumut+arang sekam) dengan kandungan N 0.42%; P 226

mg/100gr; dan K 190mg/100gr menghasilkan rerata tinggi tanaman sebesar

12.46 cm per tanaman. Jumlah tersebut merupakan rerata tinggi maksimal

tanaman sawi pada 2 minggu.

Apabila dilihat, rata-rata tinggi tanaman pada 2 minggu mengalami

peningkatan dari rata-rata tinggi tanaman pada usia1 minggu, akan tetapi

(6)

minggu. Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan unsur K (kalium) yang

pada media B (lumut + arang sekam), kandungan unsur K tercatat lebih

tinggi dari media lainnya. Secara umum, fungsi K (kalium) berfungsi dalam

metabolisme nitrogen dan sintesis protein, pengaturan pemanfaatan berbagai

unsur hara utama, netralisasi asam-asam organik, aktivasi berbagai enzim,

percepatan pertumbuhan dan perkembangan jaringan meristem, pengaturan

membuka dan menutup stomata, serta pengaturan penggunaan air (Hanafiah,

2007).

Dari gambar 7, terlihat bahwa adanya perbedaan tinggi tanaman yang

diperikan perlakuan media tanam. Tanaman sawi yang ditanam pada media

D (lumut+cocopeat) menghasilkan rerata tinggi tanaman sebesar 14.83 cm

per tanaman.Jumlah tersebut merupakan rerata tinggi maksimal tanaman

sawi pada usia 3 minggu.

Rerata tinggi tanaman maksimal tanaman sawi pada usia 4 minggu,

dari gambar 7 dapat dilihat bahwa adanya perbedaan tinggi tanaman yang

diberikan perlakuan media tanam. Tanaman sawi yang ditanam pada media

A (lumut) menghasilkan rerata tinggi tanaman paling tinggi yaitu sebesar

17.95 cm per tanaman. Berikutnya pada tanaman sawi usia 5 dan 6 minggu,

berturut-turut tanaman sawi yang ditanam pada media A (lumut)

menghasilkan rerata tinggi tanaman sebesar 21.73 cm dan 24,74 cm per

(7)

prosentase tersebut merupakan nilai terbesar diantara kandungan unsur N

pada media lainnya. Fungsi nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk

meningkatkan pertumbuhan tanaman, dapat menyehatkan pertumbuhan

daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau dan meningkatkan

kualitas tanaman penghasil daun-daunan (Sutedjo, 2010).

Hasil pengukuran tinggi tanaman sawi pada umur 1 sampai dengan 6

minggu kemudain dianalisis statisik dengan menggunakan analisis ragam

(ANOVA) data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman Sawi

F Sig.

Tinggi tanaman 1 minggu 170.901 .000

Tinggi tanaman 2 minggu 22.838 .000

Tinggi tanaman 3 minggu 22.625 .000

Tinggi tanaman 4 minggu 20.139 .000

Tinggi tanaman 5 minggu 22.414 .000

Tinggi tanaman 6 minggu 28.830 .000

Hasil yang dapat ditarik dari tabel analisis ragam di atas adalah bahwa nilai

signifikansi dari tinggi tanaman usia 1 sampai dengan 6 minggu = .000, sesuai

dengan ketetapan α = 0.05. Hasil analisis menunjukkan nilai signifikansi semua tanaman 1-6 minggu menunjukan nilai sig = 0.000 <0.05 yang berarti Ho

ditolak, artinya ada interaksi antar media dan tinggi tanaman sawi pada

(8)

Setelah hasil pengukuran tinggi tanaman sawi dianalisis menggunakan uji

One Way Anova dan diperoleh hasil yang signifikan, selanjutnya hasil yang

signifikan tersebut diuji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT).

1) Tinggi Tanaman Sawi 1 Minggu

Hasil uji jarak berganda Duncan pada tinggi tanaman sawi 1 Minggu

menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan

(Tabel 6)

Tabel 6. Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 1 Minggu

PJGTNMN Duncan

MEDIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5 C 10 2.6300a E 10 5.3100b K 10 7.3000c A 10 7.6200cd 7.6200cd B 10 8.9600de 8.9600de D 10 9.2200e Sig. 1.000 1.000 .666 .075 .726

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 6menunjukkan adanya perbedaan rata-rata tinggi tanamanusia1

minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan D menghasilkan rerata

tinggi tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan lain. Apabila dilihat

(9)

nyata terhadap perlakuan B, A, K, E, dan C. Perbedaan tersebut dapat

disebabkan oleh kemampuan respirasi dan fotosintesis masing-masing

tanaman yang berbeda sehingga dapat menyebabkan perbedaan laju

pertumuhan tanaman.Berdasarkan analisis uji kandungan zat hara yang telah

dilakukan, media D yaitu lumut+cocopeat memiliki kadar air 38.36 %, N

0.49%, P 205 mg/100gr, K 181 mg/100gr, dan C-Organik 7.94%. Walaupun

bukan merupakan media dengan kandungan N tertinggi, adanya prosentase

unsur N yang cukup besar dalam media lumut+cocopeat dapat

mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Nitrogen merupakan unsur

hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang pada umumnya sangat

diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif

tanaman seperti daun, batang, dan akar, tetapi jika jumlahnya terlalu banyak

akan menimbulkan terhambatnya pembungaan dan pembuahan pada

tanaman. (Hanafiah, 2007)

2) Tinggi Tanaman Sawi 2 Minggu

Hasil uji jarak berganda Duncan pada tinggi tanaman sawi 2 minggu

menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan

(10)

Tabel 7. Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 2 Minggu

PNJGTNM Duncan

MEDIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 C 10 3.9700a E 10 6.5400b K 10 9.6700c D 10 11.1800cd 11.1800cd A 10 11.2200cd 11.2200cd B 10 12.5600d Sig. 1.000 1.000 .132 .180

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf5%.

Tabel 7 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata tinggi tanaman usia

4 minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan B menghasilkan rerata

tinggi tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan lain. Apabila dilihat

pada tabel 7 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media B berbeda secara

nyata terhadap perlakuan A, D, K, E, dan C. Perbedan ini dapat disebabkan

oleh kandungan unsur K (kalium) yang pada media B (lumut + arang

sekam), kandungan unsur K tercatatlebih tinggi dari media lainnya. Secara

umum, fungsi K (kalium)berfungsi dalam metabolisme nitrogen dan sintesis

protein, pengaturan pemanfaatan berbagai unsur hara utama, netralisasi

(11)

perkembangan jaringan meristem, pengaturan membuka dan menutup

stomata, serta pengaturan penggunaan air (Hanafiah, 2007).

3) Tinggi Tanaman Sawi 3 Minggu

Hasil uji jarak berganda Duncan pada tinggi tanaman sawi 3 minggu

menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan

(Tabel 8)

Tabel 8. Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 3 Minggu

PJGTNMN Duncan

MEDIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 C 10 5.7400a E 10 7.4600a K 10 11.2600b B 10 14.7100c D 10 14.8300c A 10 15.1000c Sig. .174 1.000 .771

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 8 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata tinggi tanaman 3

minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan A, D, dan B

menghasilkan rerata tinggi tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan

(12)

A, D, dan B berbeda secara nyata terhadap perlakuan K, E, dan C. Perbedaan

tersebut dapat dipengaruhi oleh kemampuan tanaman mentranslokasikan

unsur-unusr hara yang dibutuhkan dari jaringan tua ke jaringan muda.

4) Tinggi Tanaman Sawi 4 Minggu

Hasil uji jarak berganda Duncan pada tinggi tanaman sawi 4 Minggu

menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan

(Tabel 9)

Tabel 9. Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 4 Minggu

PJGTNMN Duncan

MEDIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 C 10 7.0600a E 10 8.9000a K 10 13.5100b D 10 16.8700c B 10 17.2500c A 10 19.4100c Sig. .243 1.000 .129

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 9 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata tinggi tanaman usia 4

minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan A, B, dan D

menghasilkan rerata tinggi tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan

(13)

A, B dan D berbeda secara nyata terhadap perlakuan K, E, dan C. Perbedaan

di atas dapat dipengaruhi oleh kemampuan tanaman dalam menyerap zat

hara dari media tanam. Unsur N diserap dalam bentuk NH4+, unsur P diserap

dalam bentuk HPO4-2 dan unur K diserap tanaman dalam bentuk ion K+.

5) Tinggi Tanaman Sawi 5 Minggu

Hasil uji jarak berganda Duncan pada tinggi tanaman sawi 5 minggu

menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan

(Tabel 10)

Tabel 10.Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 5 Minggu

PJGTNMN Duncan

MEDIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 E 10 8.8700a C 10 8.9500a K 10 16.6900b D 10 18.9600bc 18.9600bc B 10 20.7700c A 10 21.7300c Sig. .962 .185 .127 .

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 10 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata tinggi tanaman 5

minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan A dan B menghasilkan

(14)

dilihat pada tabel 10 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media A dan B

berbeda secara nyata terhadap perlakuan D, K, C, dan E.Media A (lumut)

memiliki kandungan unsur N sebesar 0.60%, prosentase tersebut merupakan

nilai terbesar diantara kandungan unsur N pada media lainnya. Fungsi

nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk meningkatkan pertumbuhan

tanaman, dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan

warna yang lebih hijau dan meningkatkan kualitas tanaman penghasil

daun-daunan (Sutedjo, 2010).

6) Tinggi Tanaman Sawi 6 Minggu

Hasil uji jarak berganda Duncan pada tinggi tanaman sawi 6 Minggu

menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan

(Tabel 11)

Tabel 11.Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 6 Minggu PJGTNMN

ME

DIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 Duncana C 10 11.0700a E 10 12.6300a K 10 20.5000b D 10 21.4300bc 21.4300bc B 10 24.5300cd 24.5300cd A 10 24.7400d Sig. .321 .553 .052 .893

(15)

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 11 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata tinggi tanaman 6

minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan A menghasilkan rerata

tinggi tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan lain. Apabila dilihat

pada tabel 11 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media A berbeda secara

nyata terhadap perlakuan B, D, K, E, dan C. Media A (lumut) memiliki

kandungan unsur N sebesar 0.60%, prosentase tersebut merupakan nilai

terbesar diantara kandungan unsur N pada media lainnya. Fungsi nitrogen

(N) bagi tanaman adalah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, dapat

menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang

lebih hijau dan meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan

(Sutedjo, 2010).

b. Jumlah Daun

Pengukuran jumlah daun pada penelitian ini dilakukan seminggu sekali atau

7 hari sekali selama 6 minggu, mulai dari minggu pertama hinnga minggu

keenam.Waktu pengukuran disamakan yaitu pada pukul 09.00 WIB. Daun

tanaman sawi yang dihitung ialah daun yang baru tumbuh dan daun yang masih

segar. Dikarenakan pada saat penelitian berlangsung terdapat banyak daun

(16)

Tabel 12. Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi Hijau Umur 1-6 Minggu

Jenis Media Satuan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Rata-Rata Kontrol Helai 2,6 3,9 4,2 5,7 6,1 6,3 4,8 A (lumut) 3,1 5 5,4 6,1 7,7 6,1 5,566667 B (lumut+sekam) 2,9 4,7 5,4 6,5 7,2 6 5,45 C (arang sekam) 2,4 2,5 2,3 3,3 4,2 4,1 3,133333 D (lumut+cocopeat) 2,9 4,5 5,5 6,5 7,6 6,3 5,55 E (cocopeat) 2,55 3,2 3,8 4,2 5 4,1 3,808333

Gambar 8. Diagram Batang Rerata Tinggi Jumlah Daun Tanaman Sawi Hijau

Umur 1-6 Minggu 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 5 MINGGU 6

(17)

Gambar 8 di atas menunjukkan adanya perbedaan rerata jumlah daun

tanaman sawi usia 1 dan 2 minggu antar perlakuan. Hasil rerata jumlah daun

paling banyak terdapat pada kelompok A yaitu 3.10 dan 5 helai per tanaman,

diikuti oleh perlakuan B 2.90 dan 4.70 helai pertanaman kemudian media D

dengan 2.90 dan 4.50 helai per tanaman, perlakuan kontrol 2.60 dan 3.90

helai per tanaman, kemudian tanaman dengan media E 2.55 dan 3.20 helai

per tanaman dan terakhir media C dengan 2.40 dan 2.50 helai per tanaman.

Media A dengan kandungan unsur nitrogen (N) sebesar 0.60% memiliki

peran yang besar pada pertumbuhan daun pada suatu tanaman. Seperti yang

dikemukakan oleh Rinsema (1986), tumbuhan yang banyak mendapatkan

nitrogen biasanya mempunyai daun berwarna hijau dan lebat. Nitrogen di

dalam tanaman merupakan unsur sangat pening untuk pembentukan protein,

daun-daunan dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Nitrogen

berpengaruh besar dalam menaikkan potensi pembentukkan daun-daunan.

Gambar 8 di atas menunjukkan adanya perbedaan rerata jumlah daun

tanaman sawi umur 3 minggu antar perlakuan. Hasil rerata jumlah daun

paling banyak terdapat pada kelompok D yaitu 5.50 helai per tanaman,

diikuti oleh perlakuan media A dan B masing-masing 5.40 helai per

tanaman. Dilihat pada gambar di atas, rerata jumlah daun tanamaan sawi

umur 4 minggu antar perlakuan, media B dan D memiliki rerata yang paling

(18)

N 0.49%; P 205 mg/100g; dan K 181 mg/100g, karena adanya unsur N, P

dan K yang saling berkaitan satu sama lain, meskipun konsentrasi nitrogen

rendah, namun dengan adanya kandungan unsur P danK yang lebih tinggi

maka dapat mempercepat perkembangan akar danakan mempengaruhi

kalium dalam meningkatkan metabolisme nitrogen, sehingga daun akan

tumbuh lebih cepat.

Tanaman sawi usia 5 minggu menunjukkan adanya perbedaan rerata

jumlah daun tanaman sawi antar perlakuan. Hasil rerata jumlah daun paling

banyak terdapat pada kelompok A yaitu 7.70 helai per tanaman, diikuti oleh

perlakuan D 7.60 dan B 7.20 helai per tanaman, perlakuan kontrol 6.10 helai

per tanaman, kemudian tanaman dengan media E 5.00 helai per tanaman dan

terakhir media C dengan 4.20 helai per tanaman. Rerata jumlah daun

tanaman sawi pada usia 5 minggu menunjukkan rerata yang paling tinggi

selama penelitian dilakukan selama 6 minggu.

Rerata jumlah daun tanaman sawi umur 6 minggu jumlah daun paling

banyak terdapat pada kelompok K dan D yaitu 6.30 helai per tanaman,

diikuti oleh perlakuan A 6.10 dan B 6 helai per tanaman. Rerata jumlah daun

pada umur 6 minggu ini mengalami penurunan karena sebelum dipanen

banyak daun tanaman sawi yang busuk sehingga tidak dihitung jumlah

(19)

Hasil analisis jumlah daun sawi pada umur 1 sampai dengan 6 minggu, yang

dianalisis statistik dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) data selengkapnya

dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Sawi

Hasil yang dapat ditarik dari tabel analisis ragam menunjukkan bahwa nilai

signifikan dari jumlah daun 1 sampai dengan 6 minggu = .000, sesuai dengan

ketetapan α = 0.05. Hasil analisis nilai signifikansi semua tanaman usia 1-6 minggu menunjukan bahwa nilai sig = 0.000 <0.05 yang berarti Hoditolak,

artinya ada ada interaksi antar media dan jumlah daun tanaman sawi pada

penelitian ini.

Setelah hasil pengukuran jumlah dauntanaman sawi dianalisis menggunakan

uji One Way Anova dan diperoleh hasil yang signifikan, selanjutnya hasil yang

signifikan tersebut diuji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT).

1) Jumlah Daun Tanaman Sawi 1 Minggu

F Sig.

Jumlah daun 1 minggu 2.303 .001

Jumlah daun 2 minggu 19.340 .000

Jumlah daun 3 minggu 44.253 .000

Jumlah daun 4 minggu 31.930 .000

Jumlah daun 5 minggu 31.930 .000

(20)

Hasil uji jarak berganda Duncan pada jumlah daun tanaman sawi 1

minggu menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar

perlakuan (Tabel 14)

Tabel 14. Hasil Uji DMRT Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi 1 Minggu

JMLDAUN Duncan

MEDIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 C 10 1.7000a E 10 2.2000a 2.2000b K 10 2.6000bc 2.6000bc B 10 2.9000bc 2.9000bc D 10 2.9000bc 2.9000bc A 10 3.1000c Sig. .157 .071 .198

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 14 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata jumlah daun tanaman

sawi 1 minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan Amenghasilkan

rerata jumlah daun tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan lain.

Apabila dilihat pada tabel 14 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media A,

berbeda secara nyata terhadap perlakuan D, B, K, E, dan C. Perbedaan

tersebut dapat dipengaruhi oleh kemampuan tanaman mentranslokasikan

unsur-unusr hara yang dibutuhkan dari jaringan tua ke jaringan muda. Media

(21)

besar pada pertumbuhan daun pada suatu tanaman. Seperti yang

dikemukakan oleh Rinsema (1986), tumbuhan yang banyak mendapatkan

nitrogen biasanya mempunyai daun berwarna hijau dan lebat. Nitrogen di

dalam tanaman merupakan unsur sangat pening untuk pembentukan protein,

daun-daunan dan berbagai persenyawaan organik lainnya. nitrogen

berpengaruh besar dalam menaikkan potensi pembentukkan daun-daunan.

2) Jumlah Daun Tanaman Sawi 2 Minggu

Hasil uji jarak berganda Duncan pada jumlah daun tanaman sawi 2

minggu menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar

perlakuan (Tabel 15)

Tabel 15.Hasil Uji DMRT Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi 2 Minggu

JMLDAUN Duncan

MEDIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 C 10 2.4000a E 10 3.2000b K 10 3.9000c A 10 4.5000d D 10 4.5000d B 10 4.7000d Sig. 1.000 1.000 1.000 .471

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

(22)

Tabel 15 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata jumlah daun tanaman

sawi 2 minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan B, D, dan A

menghasilkan rerata jumlah daun tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan

lain. Apabila dilihat pada tabel 15 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media B,

D dan A berbeda secara nyata terhadap perlakuan K, E, dan C.Perbedan

tersebut dapat disebabkan oleh kemampuan tanaman dalam menyerap zat hara

dari media tanam baik dengan cara difusi, intersepsi akar dan aliran massa.

3) Jumlah Daun Tanaman Sawi 3 Minggu

Hasil uji jarak berganda Duncan pada jumlah daun tanaman sawi 3 minggu

menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan (Tabel

16)

Tabel 16. Hasil Uji DMRT Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi 3 Minggu

JMLDAUN Duncan

MEDIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 C 10 2.3000a E 10 4.0000b K 10 4.6000c A 10 5.4000d B 10 5.4000d D 10 5.5000d Sig. 1.000 1.000 1.000 .728

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang samapada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

(23)

Tabel 16 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata jumlah daun tanaman

sawi 3 minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan D, B, dan A

menghasilkan rerata jumlah daun tanaman sawi yang lebih besar dari

perlakuan lain. Apabila dilihat pada tabel 16 dapat disimpulkan bahwa

perlakuan media A, B dan D berbeda secara nyata terhadap perlakuan K, E,

dan C.Media D (lumut+cocopeat) mengandung N 0.49%; P 205 mg/100g; dan

K 181 mg/100g, karena adanya unsur N, P dan K yang saling berkaitan satu

sama lain, meskipun konsentrasi nitrogen rendah, namun dengan adanya

kandungan unsur P dan K yang lebih tinggi maka dapat mempercepat

perkembangan akar dan akan mempengaruhi kalium dalam meningkatkan

metabolisme nitrogen, sehingga daun akan tumbuh lebih cepat.

4) Jumlah Daun Tanaman Sawi 4 Minggu

Hasil uji jarak berganda Duncan pada jumlah daun tanaman sawi 4

minggu menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar

(24)

Tabel 17. Hasil Uji DMRT Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi 4 Minggu

JMLDAUN Duncan

MEDIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 C 10 3.5000a E 10 4.5666b K 10 5.7000c A 10 6.1000cd 6.1000cd B 10 6.5000d D 10 6.5000d Sig. 1.000 1.000 .212 .239

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 17 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata jumlah daun tanaman 4

minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan D dan B menghasilkan

rerata jumlah daun tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan lain. Apabila

dilihat pada tabel 17 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media D dan B

berbeda secara nyata terhadap perlakuan A, K, E, dan C.Media D

(lumut+cocopeat) mengandung N 0.49%; P 205 mg/100g; dan K 181

mg/100g, karena adanya unsur N, P dan K yang saling berkaitan satu sama

lain, meskipun konsentrasi nitrogen rendah, namun dengan adanya kandungan

unsur P dan K yang lebih tinggi maka dapat mempercepat perkembangan akar

dan akan mempengaruhi kalium dalam meningkatkan metabolisme nitrogen,

sehingga daun akan tumbuh lebih cepat.

(25)

Hasil uji jarak berganda Duncan pada jumlah daun tanaman sawi usia 5

minggu menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan

(Tabel 18)

Tabel 18. Hasil Uji DMRT Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi 5 Minggu

JMLDAUN Duncan

MEDIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 C 10 3.5000a E 10 4.2000b K 10 5.7000c A 10 6.1000cd 6.1000cd B 10 6.5000d D 10 6.5000d Sig. 1.000 1.000 .212 .239

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 18 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata jumlah daun tanaman

sawi 5 minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan B dan D

menghasilkan rerata jumlah daun tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan

lain. Apabila dilihat pada tabel 18 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media B

dan D berbeda secara nyata terhadap perlakuan A, C, E, dan K. Perbedaan di

atas dapat dipengaruhi oleh kemampuan tanaman dalam menyerap zat hara dari

media tanam. Unsur N diserap dalam bentuk NH4+, unsur P diserap dalam

bentuk HPO4-2 dan unur K diserap tanaman dalam bentuk ion K+.

(26)

Hasil uji jarak berganda Duncan pada jumlah daun tanaman sawi 6

minggumenunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan

(Tabel 19)

Tabel 19. Hasil Uji DMRT Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi6 Minggu

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Tabel 19 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata jumlah daun tanaman

sawi 6 minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan A, D dan B

menghasilkan rerata jumlah daun tanaman sawi yang lebih besar dari

perlakuan lain. Apabila dilihat pada tabel 19 dapat disimpulkan bahwa

perlakuan media A, D dan B berbeda secara nyata terhadap perlakuan K, E,

dan C. Media A dengan kandungan unsur nitrogen (N) sebesar 0.60%

memiliki peran yang besar pada pertumbuhan daun pada suatu tanaman.

Seperti yang dikemukakan oleh Rinsema (1986), tumbuhan yang banyak

JMLDAUN Duncan

MEDIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 C 10 4.2000a E 10 5.0000ab 5.0000ab K 10 6.0000b B 10 7.4000c D 10 7.6000c A 10 7.7000c Sig. .123 .056 .585

(27)

mendapatkan nitrogen biasanya mempunyai daun berwarna hijau dan lebat.

Nitrogen di dalam tanaman merupakan unsur sangat penting untuk

pembentukan protein, daun-daunan dan berbagai persenyawaan organik

lainnya. nitrogen berpengaruh besar dalam menaikkan potensi

pembentukkan daun-daunan.

c. Kadar Klorofil

Laju perumbuhan dipengaruhi langsung oleh kondisi lingkungan luar

maupun kondisi internal tanamannya.Selain oleh mitosis, pertumbuhan

merupakan hasil langsung dari produksi biomassa yang menggambarkan

produktivitas tanaman. Pembentukan biomassa ditentukan oleh hasil bersih

fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman. Selain dipengaruhi oleh banyak

faktor lingkungan, fotosintesis juga dipengaruhi oleh kadar klorofil.

Pengukuran kadar klorofil daun tanaman sawi dilakukan pada akhir masa

penelitian pada saat panen dengan menggunakan merode Wintermans dan de

Mots menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 649 nm dan

665 nm. Setelah ditemukan angka maka selanjutnya kadar klorofil dapat

dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:

 Klorofil-a= (13,7 x 665) – (5,76 x 649)

 Klorofil-b= (25,8 x 649) – (7.60 x 665)

(28)

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui adanya pebedaan rerata kadar

klorofil pada tanaman sawi dari tiap-tiap perlakuan media yang diberikan.

Rerata kadar klorofil tanaman sawi dapat dilihat pada gambar 9

Gambar 9. Diagram Batang Rerata Kadar Klorofil

Tanaman Sawi 6 Minggu

Dapat dilihat pada grafik di atas dapat diketahui bahwa tanaman sawi yang

memiliki rerata paling tinggi yaitu kelompok tanaman B, media lumut + arang

sekam dengan 3.8 mg/g. Seperti yang telah dikemukakan oleh Purwowidodo

(1992), bahwa unsur yang berperan dalam pembentukan klorofil adalah

nitrogen (N). Unsur ini memegang peranan penting sebagai penyusun klorofil

yaitu menjadikan daun berwarna hijau. Kandungan nitrogen yang tinggi dapat

menjadikan daun lebih hijau dan bertahan lebih lama.

2.4 2.7 3.8 3.5 3.4 2.8 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 a b Total

(29)

Hal tersebut membuktikan bahwa rerata kadar klorofil yang tinggi pada

tanaman sawi dengan media B, dipengaruhi oleh unsur Kalium yang

terkandung pada media tanam B yaitu sebesar 190 mg/100gr yang berdasarkan

pengujian kandungan zat hara media tanam yang telah dilakukan merupakan

prosentasi kandungan kalium (K) yang paling tinggi dibandingkan dengan

media tanam lainnya yang digunakan pada penelitian ini. Kalium berfungsi

dalam metabolisme nitrogen dan sintesis protein, pengaturan pemanfaatan

berbagai unsur hara utama, netralisasi asam-asam organik, aktivasi berbagai

enzim, percepatan pertumbuhan dan perkembangan jaringan meristem,

pengaturan membuka dan menutup stomata, serta pengaturan penggunaan air.

Kalium akan mempengaruhi metabolisme N dan sintesis protein, percepatan

pertumbuhan dan perkembangan jaringan meristem (Hanafiah, 2007).

Kandungan klorofil a dalam daun merupakan indikator respon fisiologi

tanaman terhadap pasokan hara yang diberikan. Secara umum disampaikan

bahan perlakuan pasokan unsur hara dari pemupukan dapat meningkatkan

kandungan klorofil tanaman. Klorofil b berfungsi sebagai antenna yang

mengumpulkan cahaya kemudian ditransfer ke pusat reakasi. Pusat reaksi

tersusun dari klorofil a. Energi cahaya akan diubah menjadi energi kimia di

pusat reaksi yang kemudian akan digunakan untuk proses reduksi dalam

(30)

Hasil rerata kadar klorofil daun tanaman sawi selanjutnya diuji menggunakan

analisis ragam dan jika hasilnya signifikan maka akan dilanjutkandengan uji DMRT

untuk melihat pengaruh antar perlakuan. Hasil analisis ragam dapat dilihat pada tabel

20.

Tabel 20. Hasil Analisis Ragam Kadar Klorofil Total

Daun Tanaman Sawi

ANOVA KDRKLOROFIL

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 5.923 5 1.185 1.980 .154

Within Groups 7.180 12 .598

Total 13.103 17

Keterangan: *signifikan terhadap rerata kadar klorofil berdasarkan perbandingan nilai sig <α (0.05).

Berdasarkan hasil analisis ragam pada tabel 20 di atas, disimpulkan bahwa

jenis media tanam yang digunakan pada penelitian ini tidak berpengaruh secara

nyata terhadap rerata kadar klorofil total tanaman sawi. Hal ini dibuktian oleh

nilai signifikansi .154 >α 0.05, yang berarti hasil tersebut tidak perlu

dialnjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

4. Produksi Tanaman Sawi

a. Bobot Basah

Bobot basah tanaman merupakan bobot tanaman pada saat tanaman masih

hidup dan ditimbang secara langsung sebelum tanaman menjadi layu akibat

(31)

mengetahui penambahan biomassa tanaman. Pengukuran dilakukan pada akhir

penelitian, disaat segera setalah tanaman dipanen pada usia 6 minggu.

Hasil pengukuran bobot basah tanaman sawi dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Diagram Batang Rerata Hasil Pengkuran Bobot Basah

Tanaman Sawi 6 Minggu

Berdasarkan data yang disajikan oleh gambar 10, dapat diketahui bahwa

kelompok tanaman sawi dengan perlakuan media D (lumut + cocopeat)

memiliki rerata bobot basah yang paling tinggi yaitu 1.51 gram dibandingkan

dengan tanaman sawi yang ditanam menggunakan media lainnya. Menurut

Gardner dan Mitchell (1991), bobot basah tanaman umumnya sangat

berfluktuasi, bergantung pada kelembaban tanaman.

Hasil pengukuran bobot basah tanaman sawi selanjutnya diuji menggunakan

analisis ragam dan jika hasilnya signifikan maka akan dilanjutkan dengan uji

DMRT untuk melihat pengaruh antar perlakuan. Hasil analisis ragam dapat

dilihat pada tabel 21. 0.7 1.463636364 1.209090909 0.319090909 1.515454545 0.3 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 bobot basah

(32)

Tabel 21. Hasil Analisis Ragam Bobot Basah Tanaman Sawi ANOVA

BOBOTBASAH

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 16.438 5 3.288 9.695 .000

Within Groups 18.311 54 .339

Total 34.749 59

Keterangan: *signifikan terhadap rerata bobot basah berdasarkan perbandingan nilai sig <α (0.05)

Dari hasil analisis ragam pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa variasi

jenis media tanam tanaman sawi berpengaruh nyata terhadapt rerata bobot

basah tanaman sawi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai signifikansi 0.000 < α 0.05. selanjutnya diuji dengan uji jarak berganda pada tabel 22 di bawah ini

Tabel 22. Hasil Uji DMRT Rerata Bobot Basah Tanaman Sawi BOBOTBASAH

Duncan

MEDIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 E 10 .2400a C 10 .3000a K 10 .9100b B 10 1.1700bc 1.1700bc A 10 1.4700c D 10 1.5800c Sig. .819 .323 .143

Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

(33)

Tabel 22 menunjukkan adanya perbedaan rerata bobot basah tanaman sawi

antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan A dan D menghasilkan rerata bobot

basah tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan lain. Apabila dilihat pada

tabel 22 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media A dan D berbeda secara

nyata terhadap perlakuan B, C, E, dan K.

b. Bobot Kering

Bobot kering tanaman merupakan salah satu variabel pengamatan yang

diperlukan untuk menjelaskan bagaimana proses pertumbuhan dan produksi

tanaman yang terjadi. Produksi tanaman biasanya lebih akurat dinyatakan

dengan ukuran bobot kering daripada dengan bobot basah, karena bobot basah

sangat dipengaruhi oleh kondisi kelembaban. (Sitompul dan Guritno, 1995)

Pengukuran bobot kering tanaman sawi dilakukan dengan cara mengoven

tanaman sawi yang telah dipanen hingga kering/bobotnya statis. Hasil

(34)

Gambar 11. Diagram Batang Rerata Hasil Pengkuran Bobot Kering

Tanaman Sawi 6 Minggu

Berdasarkan data yang disajikan oleh gambar 11, dapat diketahui bahwa

rerata bobot kering tertinggi dimiliki oleh kelompok tanaman sawi perlakuan D

dengan media lumut + cocopeat sebesar 0.16 gram. Gardner (1991)

mengemukakan bahwa bobot kering tumbuhan adalah keseimbangan antara

pengambilan CO2 (fotosintesis) dan pengeluaran O2 (respirasi). Apabila

respirasi lebih besar disbanding fotosintesis, maka tumbuhan tersebut akan

berkurang bobot keringnya.

Hasil pengukuran bobot kering tanaman sawi selanjutnya diuji menggunakan

analisis ragam dan jika hasilnya signifikan maka akan dilanjutkan dengan uji

DMRT untuk melihat pengaruh antar perlakuan. Hasil analisis ragam dapat

dilihat pada tabel 23 0.07 0.13 0.09 0.05 0.16 0.03 0 0.02 0.04 0.06 0.080.1 0.12 0.14 0.16 0.18 bobot kering

(35)

Tabel.23 Hasil Analisis Ragam Bobot Kering Tanaman Sawi ANOVA

BOBOTKERING

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .096 5 .019 4.438 .002

Within Groups .235 54 .004

Total .331 59

Keterangan: *signifikan terhadap rerata bobot basah berdasarkan perbandingan nilai sig <α (0.05)

Dari hasil analisis ragam pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa variasi

jenis media tanam tanaman sawi berpengaruh nyata terhadap rerata bobot basah

tanaman sawi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai signifikansi 0.002 < α 0.05. selanjutnya dilanjutkan dengan uji jarak berganda pada tabel 24 di bawah ini

Tabel 24. Hasil Uji DMRT Rerata Bobot Kering Tanaman Sawi BOBOTKERING

MEDIA N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Duncana E 10 .0260a

C 10 .0500a

K 10 .0680ab .0680b

B 10 .0900abc .0900abc .0900abc

A 10 .1238bc .1238bc

D 10 .1410c

Sig. .051 .078 .107

Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

(36)

Tabel 24 menunjukkan adanya perbedaan rerata bobot kering tanaman

sawi antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan D menghasilkan rerata bobot

basah tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan lain. Apabila dilihat

pada tabel 24 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media D berbeda secara

nyata terhadap perlakuan A, B, C, E, dan K

B. Pembahasan

1. Kondisi Fisik Lingkungan

Berdasarkan hasil pengukuran klimatik dapat diketahui bahwa suhu udara di

lokasi penelitian rata-rata sebesar 31.7oC yang didapatkan dari pengukuran suhu pagi,

siang, dan sore hari.Suhu udara di lokasi penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan

suhu udara yang dikehendaki untuk pertumbuhan sawi yaitu ± 15.6oC pada malam

hari dan ±21.1oC pada siang hari. Meskipun demikian, Rahmat Rukmana (1994)

memaparkan bahwa beberapa varietas sawi yang tahan (toleran) terhadap suhu panas,

dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah yang suhunya 27-32oC.

Kelembaban udara rata-rata yang tercatat adalah antar 48-60%. Suhu dan

kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap fisiologi tanaman terutama laju

transpirasi. Suhu udara yang rendah akan menyebabkan kelembaban udara relatif

tinggi, sehingga tekanan uap air dalam rongga daun dan udara selisihnya menjadi

kecil dan laju transpirasi semakin terhambat.

Rata-rata intesitas cahaya yang tercatat penelitian ini adalah 8.367 lux.Seperti

(37)

terhadap sifat morfologi tanaman.Intesistas cahaya yang tinggi tidak seluruhnya dapat

dipergunakan oleh tanaman.

Pada dasarnya tanaman sawi membutuhkan penyinaran 10-13 jam per harinya

(Rahmat Rukmana, 1994: 34) Pada saat penelitian dilakukan yaitu di green house

biologi FMIPA UNY, cuaca di lokasi baik siang maupun malam terpantau cukup

cerah sehingga intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman pada siang hari cukup

optimal.

2. Kondisi Edafik

Faktor edafik adalah yang bergantung pada tanah dalam keadaannya sebagai

tanah. Tanah dapat dianggap sebagai bahan lapisan permukaan bumi yang terdapat di

bawah setiap vegetasi di dalam udara danseresah yang belum membusuk, dan meluas

ke bawah sampai batas yangmasih berpengaruh terdapat tumbuhan yang hidup di atas

permukaannya. Faktor edafik yang digunakan pada penelitan ini meliputi suhu dan

pH media tanam.

Suhu media tanam mempengaruhi rata-rata penguapan air dan pertumbuhan

dari akar. Suhu udara yang rendah pada musim dingin mendorong pernafasan yang

cepat. Sementara suhu media tanam yang rendah mengurangi kecepatan penguapan

air oleh akar. Dalam keadaan seperti ini, tumbuhan yang tumbuh sangat lebat, namun

beberapa jenis tanaman ada yang tidak cocok dengan kondisi ini sehingga mati akibat

kelebihan air dalam tanah. Suhu media tanam dipengaruhi oleh suhu udara, intensitas

cahaya matahari yang masuk ke tanah, dan juga air dalam tanah (Ance, 2006: 62).

(38)

Kondisi pH media tanam pada penelitian ini menunjukkan kisaran antara

6.32-6.82, yaitu netral cenderung asam. Berdasarkan data yang didapatkan pH media

berada pada kondisi cukup baik sebagai media tanam tanaman sawi hijau. pH media

tanam yang optimum berkisar antara 6.0-7.0, maka pH media yang tercatat di atas

masih dalam taraf wajar sebagai media tanam sawi hijau.

3. Kandungan Media Tanam dan Variasinya

Penelitian ini menggunakan lumut sebagai media tanam. Media tumbuh

merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman, karena

sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman dipasok melalui media tumbuh,

selanjutnya diserap dan digunakan oleh akar untuk pertumbuhan serta tempat

memperkokoh berdirinya tanaman. Sehingga di dalam media tumbuh harus tersedia

unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Hanafiah, 2007: 13-15).

Lumut dipilih sebagai media karena ketersediannya yang melimpah di sekitar

kita dan biasanya diabaikan begitu saja bahkan seringkali diangap sebagai

pengganggu karena dapat melapukkan batu atau tembok-tembok. Secara ekologis

lumut berperan penting di dalam fungsi ekosistem. Seperti lahangambut sangat

tergantung pada lapisan atau tutupan lumut. Sehingga keberadaan lumut sebagai

penutup permukaan tanah juga mempengaruhi produktifitas, dekomposisi serta

pertumbuhan komunitas di hutan (Saw dan Goffinet, 2000). Lumut memainkan

peranan penting pada suksesi tumbuhan. Lumut biasanya menjadi tumbuhan pertama

yang mengkoloni permukaan batuan dan celah-celah yang kemudian akan memulai

(39)

yang secara bertahap akan melapukkan batuan dapat meninggalkan kantong kecil

tanah sebagai tumbuhan suksesi mendapatkan kandungan organiknya. Benih dari

tumbuhan lain akan berkecambah pada kantung tanah ini dan membentuk komunistas

tumbuhan yang lebih kompleks (Langenheim dan Kenneth, 1982: 134).

Pada penelitian ini digunakan juga cocopeat dan arang sekam sebagai bahan

campuran media tanam.Serbuk sabut kelapa berasal dari sabut kelapa yang sudah

dipisahkan dari seratnya, dan telah direbus untuk menghilangkan zat tanin (zat yang

dapat mematikan tanaman). Kelebihan serbuk sabut kelapa (cocopeat) sebagai media

tanam adalah memiliki kemampuan mengikat air dan menyimpan air dengan kuat,

serbuk sabut kelapa mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca),

magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na), dan Fosfor (P) serta dapat menetralkan

keasaman tanah (Prayugo, 2007).

Arang sekam berasal dari sekam padi yang disangrai sampai hitam tetapi

bentuknya masih utuh dan tidak sampai menjadi abu. Proses sangrai ini, sekam

menjadi arang sekaligus disterilkan, karena dengan suhu yang tinggi benih penyakit

yang tersisa akan mati.Arang sekam merupakan media tanam yang porous dan

memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini

menjadi gembur (Prayugo, 2007). Kelemahan penggunaan arang sekam adalah

mudah hancur dan harus rajin melakukan penggantian media tanam. Arang sekam

disarankan sebagai bahan campuran media, tetapi digunakan sekitar 25% saja, karena

dalam jumlah banyak akan mengurangi kemampuan media dalam menyerap air

(40)

Prayugo (2007) menyebutkan bahwa media tanam yang baik harus memiliki

persyaratan-persyaratan sebagai tempat berpijak tanaman, memiliki kemampuan

mengikat air dan menyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman, mampu

mengontrol kelebihan air (drainase) serta memiliki sirkulasi dan ketersediaan udara

(aerasi) yang baik, dapat mempertahankan kelembaban di sekitar akar tanaman dan

tidak mudah lapuk atau rapuh.

Salah satu syarat media tanam yang baik adalah porositas yaitu kemampuan

media dalam menyerap air dan steril. Tingkat porositas tanaman di setiap daerah

berbeda-beda, di daerah dataran rendah yang berudara panas, tingkat penguapannya

tinggi, media harus mampu menahan air sehingga tidak mudah kering. Media harus

terbebas dari organisme yang dapat menyebabkan penyakit, seperti bakteri, spora,

jamur dan telur siput (Harsono, 1992). Syarat yang ideal untuk media tanaman sawi

yaitu, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, tidak menggenang, tata

udara dalam media tanam berjalandengan baik, dan pH antara 6-7 (Rahmat Rukmana,

1994:35).

C-organik dalam tanah merupakan hasil dari pelapukan sisa sisa tanaman atau

binatang yang bercampur dengan bahan mineral lain didalam tanah pada lapisan atas

tanah, yang mempunyai fungsi yaitu:memperbaiki struktur tanah, memperbaiki aerasi

tanah, meningkatkan daya penyangga air tanah, menekan laju erosi, menyangga dan

menyediakan hara tanaman, meningkatkan efisiensi pemupukan, menetralkan sifat

racun Al dan Fe, sumber energi bagi jasad renik / microba tanah yang mampu

(41)

C-Organik paling tinggi berdasarkan hasil analisis adalah media C (arang sekam)

sejumlah 41,13%. Akan tetapi meskipun demikian kandungan C-Organik tersebut

kurang memberikan hasil yang maksimal pada pertumbuhan dan produksi tanaman

sawi hijau. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya peran mikroorganisme dalam

siklus perombakan C-Organik. Seperti yang dikemukakakan oleh Andre (2012),

karbon didaur secara aktif antara CO2 anorganik dan macam-macam bahan organik

penyusun sel hidup. Metabolisme ototrof jasad fotosintetik dan khemolitotrof

menghasilkan produksi primer dari perubahan CO2 anorganik menjadi C-organik.

Metabolisme respirasi dan fermentasi mikroba heterotrof mengembalikan CO2

anorganik ke atmosfer. Proses perubahan dari C-organik menjadi anorganik pada

dasarnya adalah upaya mikroba dan jasad lain untuk memperoleh energi.

Proses perombakan bahan organik mengalami dua hal penting, yaitu

dekomposisi dan humifikasi. Dekomposisi merupakan proses peruraian bahan

organik menjadi bagian atau molekul yang lebih sederhana. Penguraian ini dibantu

oleh mikroorganisme. Hasil akhir dari dekomposisi adalah humus, yang terbentuk

melalui proses humifikasi.

Sutanto (2005) menuliskan bahwa terdapat 3 proses utama yang tumpang tindih

pada proses dekomposisi, yaitu:

a. Proses biokimia

Proses ini merupakan tahap awal proses dekomposisi yang terjadi setelah

jaringan tanaman atau hewan mati. Tahapan ini terjadi sebelum proses

(42)

protein menjadi peptin dan asam amino), serta oksidasi senyawa bentuk cincin

(fenol) menjadi senyawa pewarna.

b. Penguraian mekanis

Menjadi bagian lebih kecil oleh kegiatan makrofauna dan mesofauna.

Pada tahapan ini, bahan organik diurai menjadi bahan yang lebih halus tanpa

mengalami perubahan komposisi.

c. Penguraian oleh mikroorganisme heterotrofik dan saprofitik.

Pada tahapan ini komposisi bahan organik menjadi lebih sederhana.

Hasil penguraian dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan sumber energi. Tahap

akhir peruraian oleh mikroorganisme adalah oksidasi (respirasi) yang

menghasilkan CO2 dan H2O serta melepaskan energi. Pada saat yang

bersamaan, N yang masih berbentuk NH4 akan mengalami nitrifikasi menjadi

NO3-. P berbentuk senyawa fosfat, S sebagai sulfat, serta K, Ca, dan Mg

berbentuk bebas atau ion yang terikat dengan senyawa lain.

Nitrogen (N) merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, pada

umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan begian-bagian

vegetaitf tanaman seperti daun, batang, dan akar. Selain itu nitrogen juga berperan

dalam proses fotosintesis tanaman. Dari hasil analisis diketahui jenis media tanam

yang memiliki kandungan N paling tinggi yaitu media A (lumut) dengan jumlah

(43)

Fungsi dari fosfor (P) dalam tanaman dapat mempercepat pertumbuhan akar

serta dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi

dewasa. Dari hasil analisis diketahui jenis media tanam yang memiliki kandungan P

paling tinggi yaitu media kontrol yaitu tanah, diikuti dengan media C yaitu arang

sekam sebesar 293 mg/100gr.

Kalium (K) diserap dalam bentuk ion K+ (terutama pada tanaman muda).

Kalium berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Perlakuan

B yaitu campuran antara lumut + arang sekam menunjukkan kandungan K yang

paling tinggi diantara media yang lain dengan nilai 190 mg/100gr.

4. Pertumbuhan Tanaman Sawi

a. Tinggi Tanaman

Parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi, berat basah, dan berat

kering tanaman.Tinggi tanaman dihitung dari pangkal batang hingga ruas

batang terakhir sebelum bunga. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman

yang sering diamati sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter

untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yangditerapkan karena

tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat

(Sitompul dan Guritno, 1995).

Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter yang diukur pada

penelitian ini.Hasil uji ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% pada penelitian

ini menunjukkan bahwa perlakuan media tanam lumut, lumut+sekam dan

(44)

memberikan pengaruh yang signifikan secara nyata terhadap tinggi tanaman

sawi hijau. Hasil pengukuran tinggi tanaman rata-rata tertinggi mencapai 16.45

cm pada tanaman sawi hijau yang ditanam di media lumut+sekam. Kurva

pertumbuhan dengan parameter tinggi tanaman sawi hijau dapat dilihat pada

gambar 12.

Gambar 12. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman Sawi Hijau

Pada grafik di atas terlihat pertumbuhan tinggi tanaman sawi mengalami

peningkatan yang signifikan terlihat pada setiap minggunya. Media A dan B

dengan komposisi masing-masing adalah lumut dan lumut+sekam

menunjukkan pengaruh yang tergolong paling tinggi, kemudian disusul oleh

media D (lumut + cocopeat) dan Kontrol.

Pertambahan tinggi tanaman dapat dipengaruhi oleh unsur N, P, dan K

selaku unsur makro inti yang diperlukan oleh tumbuhan. Pada penelitian ini,

media tanam yang memberikan pengaruh paling tinggi terhadap parameter

tinggi tanaman ialah komposisi media B (lumut+sekam). Dari hasil pengujian 0 5 10 15 20 25 30 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 5 MINGGU 6 MINGGU Ti n gg i Tan am an (Cm ) KONTROL A B C D E

(45)

kandungan zat hara yang telah dilakukan, media ini memiliki kandungan unsur

K tertinggi dibandingkan dengan media lain dengan nilai 190 mg/100 gr. Unsur

K yang tinggi tersebut dimungkinkan sebagai faktor terbentuknya tinggi

tanaman yang rata-ratanya paling besar pada media ini. Kalium akan

mempengaruhi metabolisme N dan sintesis protein, percepatan pertumbuhan

dan perkembangan jaringan meristem (Hanafiah, 2007).

b. Jumlah Daun

Daun sangat penting peranannya bagi tanaman karena organ ini mampu

melakukan perombakan energi radiasi menjadi energi kimia. Daun memiliki

stomata yang merupakan tempat masuknya udara dan unsur yang berasal dari

udara. Jumlah daun yan banyak, dapat menyerap cahaya, CO2 dan air dalam

jumlah yang banyak, sehingga fotosintesis meningkat dan akan terbentuk

senyawa organik seperti karbohidrat. Hasil fotosintesis tersebut kemudian akan

disalurkan ke bagian tanaman lain dan untuk proses pembelah, pemanjangan

serta diferensiasi sel, sehingga tanaman dpat tumbuh dan berkembang. Apabila

laju pembelahan dan pemanjangan sel serta pembentukan jaringan berjalan

cepat, maka pertumbuhan akar, batang, dan daun juga akan cepat (Hidayanto

dkk, 2003: 3-7).

Daun merupakan produsen fotosintat pertama. Variabel pengamatan jumlah

daun sangat diperlukan sebagai indikator pertumbuhan dan sebagai penunjang

(46)

pembentukan biomassa tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995: 93). Hasil uji

ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% pada penelitian ini menunjukkan

bahwa perlakuan media tanam lumut, lumut+sekam dan lumut+cocopeat, arang

sekam, cocopeat dan tanah sebagai kontrol ini memberikan pengaruh yang

signifikan secara nyata terhadap jumlah daun tanaman sawi hijau pada usia 1-6

minggu. Kurva pertumbuhan dengan parameter tinggi tanaman sawi hijau dapat

dilihat pada gambar 12.

Gambar 13. Grafik Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Sawi Hijau

Dapat dilihat pada gambar 13, pertumbuhan tanaman sawi yang ditunjukkan

dengan parameter jumlah daun mengalami peningkatan dari minggu ke minggu.

Walaupun pada titik tertentu jumlah daun terlihat fluktuatif, hal ini disebabkan

oleh busuknya daun tanaman sawi. Penyebab busuknya daun tanaman sawi

pada penelitian ini adalah karena adanya hama yang diduga sebagai kutu putih.

Meski pada saat penelitian peneliti sudah berusaha membuat pelindung

tanaman yang terbuat dari plastik, akan tetapi hama tersebut tetap masih bisa 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 5 MINGGU 6 MINGGU Ju m lah d au n (h e lai ) KONTROL A B C D E

(47)

masuk ke dalamnya. Beruntung serangan hama tersebut dapat segera peneliti

tangani dengan menggunakan biopestisida buatan sendiri dengan bahan ekstrak

daun pepaya yang disemprotkan ke tanaman yang terserang hama, dengan

tujuan untuk mematikan telur dan hama itu sendiri. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Julaily dan Setyawati, (2013), getah daun pepaya mengandung

kelompok enzim sistein protease seperti papain dan kimopapain. Daun pepaya

juga menghasilkan senyawa-senyawa golongan alkaloid, terpenoid, flavonoid

dan asam amino nonprotein yang sangat beracun bagi serangga pemakan

tumbuhan. Tindakan preventif lain yang dilakukan ialah dengan mengecek dan

membersihkan satu-persatu daun yang ditempeli oleh telur-telur hama.

Peningkatan jumlah daun sangat dipengaruhi oleh unsur nitrogen, fosfor, dan

kalium selain faktor lingkungan seperti suhu dan cahaya.Hal ini juga tidak

telepas dari fungsi ketiga unsur tersebut bagi tanaman, yaitu dapat memacu

pertumbuhan (Siti dan Meryanto, 2008).

c. Kadar Klorofil

Pada tumbuhan, nitrogen mula-mula berbentuk ammonia dan selanjutnya

ammonia mengalami perubahan menjadi asam glutamat, dikatalisis oleh enzim

glutamin sintetase. Asam glutamate berfungsi sebagai bahan dasar di dalam bio

sintesisasam amino dan asam nukleat (Nyakpa dkk,1988). Asam glutamate

akan membentuk asam aminolevulinat (ALA) yang berperan sebagai prazat

(48)

Jumlah kandungan nitrogen tanaman dapat berpengaruh terhadap hasil

fotosintesis melalui enzim fotosintetik maupun kandungan klorofil yang

terbentuk. Pada penelitian ini, berdasarkan analisis ragam yang dilakukan, jenis

media yang digunakan pada penelitian berpengaruh secara nyata terhadap rerata

kadar klorofil total tanaman sawi hijau. Hal ini dibuktikan dengan nilai

signifikansi > 0.05 yaitu 0.00.

Seperti yang telah dikemukakan oleh Purwowidodo (1992), bahwa unsur

yang berperan dalam pembentukan klorofil adalah nitrogen (N). Unsur ini

memegang peranan penting sebagai penyusun klorofil yaitu menjadikan daun

berwarna hijau. Kandungan nitrogen yang tinggi dapat menjadikan daun lebih

hijau dan bertahan lebih lama. Pada penelitian ini, kadar klorofil total tertinggi

dimiliki oleh tanaman sawi yang ditanam pada media B yaitu percampuran

antara lumut dan arang sekam dengan nilai 3.8 mg. Kandungan unsur N pada

media ini adalah sebesar 0.42%, walaupun prosentase tersebut nilanya

tergolong tinggi apabila dibandingkan dengan media tanam lain yang

digunakan pada penelitian ini, nilai tersebut belum mencukupi untuk rerata

kadar klorofil yang optimal. Selain unsur N, keberadaan unsur K yang tidak

diberikan secara cukup, maka efisiensi N akan rendah, dengan demikian maka

produksi yang tinggi tidak dapat diharapkan. Kalium berperan dalam membantu

pembentukan protein dan karbohidrat, mengeraskan bagian kayu dari tanaman,

meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit, meningkatkan kualitas

(49)

5. Produksi Tanaman Sawi

a. Bobot Basah

Bobot basah tanaman dapat menunjukkan aktifitas metabolisme tanaman dan

nilai bobot basah tanaman dipenaruhi oleh air jaringan, unsur hara dan hasil

metabolisme (Sitompul dan Guritno, 1995: 88-93). Bobot basah yang

dihasilkan produksi tanaman sawi pada penelitian ini tergolong rendah apabila

dibandingkan dengan tanaman sawi produksi sawah yang beredar di pasaran.

Menurut Anonim (2012), 1 kilogram sawi terdiri atas ±10 tanaman dengan

bobot 100 gr/tanaman.

Menurut Cahyono (2003), kelembaban tanah yang baik akan meningkatkan

metabolisme tanaman yang diikuti dengan meningkatnya pertumbuhan

tanaman. Hal ini disebabkan karena proses penyerapan zat hara dapat

berlangsung baik. Pada kelembaban tanah yang baik akar akan lebih mudah

menyerap zat nitrogen dan phospat. Kelembaban udara dan kelembaban tanah

yang sesuai akan memberikan pertumbuhan tanaman yang baik dan produksi

yang tinggi.

b. Bobot Kering

Hasil rerata bobot kering tanaman sawi pada penelitian ini dapat dikatakan

kecil, karena bobot basah yang diukur sebelumnya sudah menunjukkan

(50)

ketersediaan hara terutama unsur N akan meningkatkan alokasi biomassa

tanaman terutama pada daun dan batang. Semakin meningkat bobot kering

menunjukkan bahwa proses fotosintesis berjalan dengan baik dan berarti

pertumbuhan berjalan baik pula. Kecilnya hasil rerata bobot basah dan bobot

kering pada penelitian ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya

adalah kurang maksimalnya penyerapan oleh tanaman sawi terhadap kandungan

dari media tanam lumut dan variasinya yang digunakan.

Pada penelitian kali ini bobot kering merupakan salah satu parameter

produksi tanaman sawi hijau, karena bobot kering merupakan hasil fotosintesis

dan sebagai penghasil fotosintat yang menentukan produktivitas tanaman.

Menurut Salisbury F dan Ross W (1995:128), komponen utama bahan kering

adalah polisakarida dan lignin pada dinding sel, ditambah komponen sitoplasma

yaitu protein, lipid, asam amino, asam organik, serta unsur kalium yang berbentuk

Gambar

Tabel 2. Hasil Pengukuran Edafik
Tabel 3. Hasil Analisis Kandungan Media Tanam  No.  Parameter  Uji  Tanah (Kon  trol)  Lumut (A)  Sekam (C)  Cocopeat (E)  Lumut +  Cocopeat (D)  Lumut  + Sekam (B)  Satuan  1  Kadar Air  12.24  22.52  56.40  79.22  38.36  24.66  %  2  pH   6.82  6.62  5.8
Tabel 4. Rerata Tinggi Tanaman Sawi Umur 1-6 Minggu
Tabel 5. Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman Sawi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara telah menyediakan layanan koleksi digital pada pelayannya dalam kegiatan sehari – hari agar

Jika Anda menginstal produk ini dari 123.hp.com/pagewide (disarankan) atau dari CD perangkat lunak HP yang tersedia bersama printer, Anda dapat melihat atau mengubah alamat IP

Data yang digunakan atau dihasilkan dalam kaitannya dengan Layanan Cloud akan mencakup Token, nomor direktori mobile (mobile directory number/MDN) pengguna akhir pada Pelanggan,

Direktur jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama tentang Kursus Calon Pengantin nomor: DJ.II/491 Tahun 2009.. sekitar yang apabila kegiatan kursus calon

Halaman pengguna (user interface) yang digunakan pada Android versi ini juga sangat berbeda dengan yang digunakan pada smartphone Android. Hal tersebut tentu saja

Meskipun perilaku adalah keseluruhan kegiatan atau aktivitas seseorang, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar, tetapi dalam

Koveksi, yaitu pemanasan atau penyebaran panas yang terjadi akibat adanya gerakan udara secara vertikal, sehingga udara di atas yang belum panas menjadi panas karena pengaruh

Shariah Compliance Officer (SCO) adalah Pihak atau pejabat dari suatu perusahaan atau lembaga yang telah mendapat sertifikasi dari DSN-MUI dalam