BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kondisi Fisik Lingkungan
Parameter yang diukur dari kondisi fisik lingkungan adalah kondisi klimatik
dan edafik. Parameter klimatik meliputi suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas
cahaya. Parameter edafik meliputi pH dan suhu media tanam.
a. Kondisi Klimatik
Pengukuran kondisi klimatik dilakukan pada pagi hari pukul 08.00-09.00
WIB, siang hari pukul 12.00-13.00 WIB, dan sore hari pukul 15.00-16.00
WIB. Data dari hasil pengukuran dapat dibaca pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengukuran Klimatik
Parameter Satuan Hasil
Rata-Rata Pagi Siang Sore
Suhu Udara oC 29 33 33 31.7 Kelembaban Udara % 60 48 50 52.7 Intensitas Cahaya Lux 6100 10300 8700 8367 b. Kondisi Edafik
Pengukuran kondisi edafik dilakukan bersamaan dengan kondisi klimatik.
Tabel 2. Hasil Pengukuran Edafik
Paramater Hasil
Kontrol Lumut Lumut+Sekam Lumut+Cocopeat SekamArang Cocopeat
Ph 6.82 6.62 6.67 6.32 5.81 6.82
Suhu Media 25oC 23oC 24oC 25oC 24oC 25oC
2. Kandungan Media Tanam dan Variasinya
Media tumbuh merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang
pertumbuhan tanaman, karena sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman
dipasok melalui media tumbuh, selanjutnya diserap dan digunakam oleh akar untuk
pertumbuhan serta tempat memperkokoh berdirinya tanaman. Sehingga di dalam
media tumbuh harus tersedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman. (Hanafiah, 2012:
13-15)
Pada penelitian ini dilakukan juga pengujian kandungan hara yang terkandung
dalam media tanam yang digunakan yaitu tanah sebagai kontrol, media lumut, media
lumut + cocopeat, dan media lumut + sekam, media sekam, dan media cocopeat.
Unsur-unsur yang diujikan antara lain adalah N, P, K, C- Organik, kandungan air,
serta pH. Analisis kandungan media tanam dilakukan di Laboratorium Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta
Tabel 3. Hasil Analisis Kandungan Media Tanam No. Parameter Uji Tanah (Kon trol) Lumut (A) Sekam (C) Cocopeat (E) Lumut + Cocopeat (D) Lumut + Sekam (B) Satuan 1 Kadar Air 12.24 22.52 56.40 79.22 38.36 24.66 % 2 pH 6.82 6.62 5.81 6.82 6.32 6.67 3 C-Organik 2.4 4.48 41.13 9.54 7.94 5.27 % 4 N-Total 0.11 0.6 0.52 0.49 0.49 0.42 % 5 P2O5 293 210 293 210 205 226 mg/100 gr 6 K2O 36 56 67 56 181 190 mg/100 gr
3. Pertumbuhan Tanaman Sawi
a. Tinggi Tanaman
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan seminggu sekali atau 7 hari sekali
selama 6 minggu, mulai dari minggu 1 hingga minggu ke-6. Waktu pengukuran
disamakan yaitu pada pukul 09.00 WIB. Tinggi tanaman sawi diukur dengan
menggunakan penggaris dari permukaan media tanam hingga ujung daun yang
Tabel 4. Rerata Tinggi Tanaman Sawi Umur 1-6 Minggu
Jenis Media Satuan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Rata-Rata Kontrol Cm 7,3 9,67 11,13 13,51 17,41 21,2 13,37 A (lumut) 8,48 11,22 13,64 17,95 21,73 24,74 16,29333 B (lumut+sekam) 8,96 12,46 14,71 17,25 20,79 24,53 16,45 C (arang sekam) 3,91 4,96 5,9 7,06 8,95 11,07 6,975 D (lumut+cocopeat) 9,22 11,18 14,83 16,87 16,81 21,43 15,05667 E (cocopeat) 5,9 7,26 8,2 8,9 9,1 12,63 8,665
Gambar 7. Diagram Batang Rerata Tinggi Tanaman Sawi Umur 1-6 Minggu
Dapat dilihat pada gambar 7, rerata tinggi tanaman sawi minggu
pertamaterdapat perbedaan tinggi tanaman dengan perlakuan media tanam
terhadap tinggi tanaman sawi. Kelompok tanaman D yaitu perlakuan media 0 5 10 15 20 25 30
MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 5 MINGGU 6
KONTROL A (lumut) B (lumut+sekam) C (arang sekam) D (lumut+cocopeat) E (cocopeat)
lumut+cocopeat menunjukkan hasil rerata paling maksimal pada umur
tanaman 1 minggu yaitu 9.22 cm. Berdasarkan analisis uji kandungan zat
hara yang telah dilakukan, media D yaitu lumut+cocopeat memiliki kadar air
38.36 %, N 0.49%, P 205 mg/100gr, K 181 mg/100gr, dan C-Organik
7.94%. Walaupun bukan merupakan media dengan kandungan N tertinggi,
adanya prosentase unsur N yang cukup besar dalam media lumut+cocopeat
dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Nitrogen merupakan
unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang pada umumnya sangat
diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif
tanaman seperti daun, batang, dan akar, tetapi jika jumlahnya terlalu banyak
akan menimbulkan terhambatnya pembungaan dan pembuahan pada
tanaman. (Hanafiah, 2007)
Dari gambar 7, terlihat bahwa adanya perbedaan tinggi tanaman yang
diberikan perlakuan media tanaman. Tanaman sawi yang ditanam pada
media B (lumut+arang sekam) dengan kandungan N 0.42%; P 226
mg/100gr; dan K 190mg/100gr menghasilkan rerata tinggi tanaman sebesar
12.46 cm per tanaman. Jumlah tersebut merupakan rerata tinggi maksimal
tanaman sawi pada 2 minggu.
Apabila dilihat, rata-rata tinggi tanaman pada 2 minggu mengalami
peningkatan dari rata-rata tinggi tanaman pada usia1 minggu, akan tetapi
minggu. Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan unsur K (kalium) yang
pada media B (lumut + arang sekam), kandungan unsur K tercatat lebih
tinggi dari media lainnya. Secara umum, fungsi K (kalium) berfungsi dalam
metabolisme nitrogen dan sintesis protein, pengaturan pemanfaatan berbagai
unsur hara utama, netralisasi asam-asam organik, aktivasi berbagai enzim,
percepatan pertumbuhan dan perkembangan jaringan meristem, pengaturan
membuka dan menutup stomata, serta pengaturan penggunaan air (Hanafiah,
2007).
Dari gambar 7, terlihat bahwa adanya perbedaan tinggi tanaman yang
diperikan perlakuan media tanam. Tanaman sawi yang ditanam pada media
D (lumut+cocopeat) menghasilkan rerata tinggi tanaman sebesar 14.83 cm
per tanaman.Jumlah tersebut merupakan rerata tinggi maksimal tanaman
sawi pada usia 3 minggu.
Rerata tinggi tanaman maksimal tanaman sawi pada usia 4 minggu,
dari gambar 7 dapat dilihat bahwa adanya perbedaan tinggi tanaman yang
diberikan perlakuan media tanam. Tanaman sawi yang ditanam pada media
A (lumut) menghasilkan rerata tinggi tanaman paling tinggi yaitu sebesar
17.95 cm per tanaman. Berikutnya pada tanaman sawi usia 5 dan 6 minggu,
berturut-turut tanaman sawi yang ditanam pada media A (lumut)
menghasilkan rerata tinggi tanaman sebesar 21.73 cm dan 24,74 cm per
prosentase tersebut merupakan nilai terbesar diantara kandungan unsur N
pada media lainnya. Fungsi nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman, dapat menyehatkan pertumbuhan
daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau dan meningkatkan
kualitas tanaman penghasil daun-daunan (Sutedjo, 2010).
Hasil pengukuran tinggi tanaman sawi pada umur 1 sampai dengan 6
minggu kemudain dianalisis statisik dengan menggunakan analisis ragam
(ANOVA) data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman Sawi
F Sig.
Tinggi tanaman 1 minggu 170.901 .000
Tinggi tanaman 2 minggu 22.838 .000
Tinggi tanaman 3 minggu 22.625 .000
Tinggi tanaman 4 minggu 20.139 .000
Tinggi tanaman 5 minggu 22.414 .000
Tinggi tanaman 6 minggu 28.830 .000
Hasil yang dapat ditarik dari tabel analisis ragam di atas adalah bahwa nilai
signifikansi dari tinggi tanaman usia 1 sampai dengan 6 minggu = .000, sesuai
dengan ketetapan α = 0.05. Hasil analisis menunjukkan nilai signifikansi semua tanaman 1-6 minggu menunjukan nilai sig = 0.000 <0.05 yang berarti Ho
ditolak, artinya ada interaksi antar media dan tinggi tanaman sawi pada
Setelah hasil pengukuran tinggi tanaman sawi dianalisis menggunakan uji
One Way Anova dan diperoleh hasil yang signifikan, selanjutnya hasil yang
signifikan tersebut diuji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT).
1) Tinggi Tanaman Sawi 1 Minggu
Hasil uji jarak berganda Duncan pada tinggi tanaman sawi 1 Minggu
menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan
(Tabel 6)
Tabel 6. Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 1 Minggu
PJGTNMN Duncan
MEDIA N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 5 C 10 2.6300a E 10 5.3100b K 10 7.3000c A 10 7.6200cd 7.6200cd B 10 8.9600de 8.9600de D 10 9.2200e Sig. 1.000 1.000 .666 .075 .726
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Tabel 6menunjukkan adanya perbedaan rata-rata tinggi tanamanusia1
minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan D menghasilkan rerata
tinggi tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan lain. Apabila dilihat
nyata terhadap perlakuan B, A, K, E, dan C. Perbedaan tersebut dapat
disebabkan oleh kemampuan respirasi dan fotosintesis masing-masing
tanaman yang berbeda sehingga dapat menyebabkan perbedaan laju
pertumuhan tanaman.Berdasarkan analisis uji kandungan zat hara yang telah
dilakukan, media D yaitu lumut+cocopeat memiliki kadar air 38.36 %, N
0.49%, P 205 mg/100gr, K 181 mg/100gr, dan C-Organik 7.94%. Walaupun
bukan merupakan media dengan kandungan N tertinggi, adanya prosentase
unsur N yang cukup besar dalam media lumut+cocopeat dapat
mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Nitrogen merupakan unsur
hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang pada umumnya sangat
diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif
tanaman seperti daun, batang, dan akar, tetapi jika jumlahnya terlalu banyak
akan menimbulkan terhambatnya pembungaan dan pembuahan pada
tanaman. (Hanafiah, 2007)
2) Tinggi Tanaman Sawi 2 Minggu
Hasil uji jarak berganda Duncan pada tinggi tanaman sawi 2 minggu
menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan
Tabel 7. Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 2 Minggu
PNJGTNM Duncan
MEDIA N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 C 10 3.9700a E 10 6.5400b K 10 9.6700c D 10 11.1800cd 11.1800cd A 10 11.2200cd 11.2200cd B 10 12.5600d Sig. 1.000 1.000 .132 .180
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf5%.
Tabel 7 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata tinggi tanaman usia
4 minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan B menghasilkan rerata
tinggi tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan lain. Apabila dilihat
pada tabel 7 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media B berbeda secara
nyata terhadap perlakuan A, D, K, E, dan C. Perbedan ini dapat disebabkan
oleh kandungan unsur K (kalium) yang pada media B (lumut + arang
sekam), kandungan unsur K tercatatlebih tinggi dari media lainnya. Secara
umum, fungsi K (kalium)berfungsi dalam metabolisme nitrogen dan sintesis
protein, pengaturan pemanfaatan berbagai unsur hara utama, netralisasi
perkembangan jaringan meristem, pengaturan membuka dan menutup
stomata, serta pengaturan penggunaan air (Hanafiah, 2007).
3) Tinggi Tanaman Sawi 3 Minggu
Hasil uji jarak berganda Duncan pada tinggi tanaman sawi 3 minggu
menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan
(Tabel 8)
Tabel 8. Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 3 Minggu
PJGTNMN Duncan
MEDIA N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 C 10 5.7400a E 10 7.4600a K 10 11.2600b B 10 14.7100c D 10 14.8300c A 10 15.1000c Sig. .174 1.000 .771
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Tabel 8 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata tinggi tanaman 3
minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan A, D, dan B
menghasilkan rerata tinggi tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan
A, D, dan B berbeda secara nyata terhadap perlakuan K, E, dan C. Perbedaan
tersebut dapat dipengaruhi oleh kemampuan tanaman mentranslokasikan
unsur-unusr hara yang dibutuhkan dari jaringan tua ke jaringan muda.
4) Tinggi Tanaman Sawi 4 Minggu
Hasil uji jarak berganda Duncan pada tinggi tanaman sawi 4 Minggu
menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan
(Tabel 9)
Tabel 9. Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 4 Minggu
PJGTNMN Duncan
MEDIA N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 C 10 7.0600a E 10 8.9000a K 10 13.5100b D 10 16.8700c B 10 17.2500c A 10 19.4100c Sig. .243 1.000 .129
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Tabel 9 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata tinggi tanaman usia 4
minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan A, B, dan D
menghasilkan rerata tinggi tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan
A, B dan D berbeda secara nyata terhadap perlakuan K, E, dan C. Perbedaan
di atas dapat dipengaruhi oleh kemampuan tanaman dalam menyerap zat
hara dari media tanam. Unsur N diserap dalam bentuk NH4+, unsur P diserap
dalam bentuk HPO4-2 dan unur K diserap tanaman dalam bentuk ion K+.
5) Tinggi Tanaman Sawi 5 Minggu
Hasil uji jarak berganda Duncan pada tinggi tanaman sawi 5 minggu
menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan
(Tabel 10)
Tabel 10.Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 5 Minggu
PJGTNMN Duncan
MEDIA N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 E 10 8.8700a C 10 8.9500a K 10 16.6900b D 10 18.9600bc 18.9600bc B 10 20.7700c A 10 21.7300c Sig. .962 .185 .127 .
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Tabel 10 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata tinggi tanaman 5
minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan A dan B menghasilkan
dilihat pada tabel 10 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media A dan B
berbeda secara nyata terhadap perlakuan D, K, C, dan E.Media A (lumut)
memiliki kandungan unsur N sebesar 0.60%, prosentase tersebut merupakan
nilai terbesar diantara kandungan unsur N pada media lainnya. Fungsi
nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk meningkatkan pertumbuhan
tanaman, dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan
warna yang lebih hijau dan meningkatkan kualitas tanaman penghasil
daun-daunan (Sutedjo, 2010).
6) Tinggi Tanaman Sawi 6 Minggu
Hasil uji jarak berganda Duncan pada tinggi tanaman sawi 6 Minggu
menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan
(Tabel 11)
Tabel 11.Hasil Uji DMRT Rerata Tinggi Tanaman Sawi 6 Minggu PJGTNMN
ME
DIA N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 Duncana C 10 11.0700a E 10 12.6300a K 10 20.5000b D 10 21.4300bc 21.4300bc B 10 24.5300cd 24.5300cd A 10 24.7400d Sig. .321 .553 .052 .893
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Tabel 11 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata tinggi tanaman 6
minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan A menghasilkan rerata
tinggi tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan lain. Apabila dilihat
pada tabel 11 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media A berbeda secara
nyata terhadap perlakuan B, D, K, E, dan C. Media A (lumut) memiliki
kandungan unsur N sebesar 0.60%, prosentase tersebut merupakan nilai
terbesar diantara kandungan unsur N pada media lainnya. Fungsi nitrogen
(N) bagi tanaman adalah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, dapat
menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang
lebih hijau dan meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan
(Sutedjo, 2010).
b. Jumlah Daun
Pengukuran jumlah daun pada penelitian ini dilakukan seminggu sekali atau
7 hari sekali selama 6 minggu, mulai dari minggu pertama hinnga minggu
keenam.Waktu pengukuran disamakan yaitu pada pukul 09.00 WIB. Daun
tanaman sawi yang dihitung ialah daun yang baru tumbuh dan daun yang masih
segar. Dikarenakan pada saat penelitian berlangsung terdapat banyak daun
Tabel 12. Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi Hijau Umur 1-6 Minggu
Jenis Media Satuan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Rata-Rata Kontrol Helai 2,6 3,9 4,2 5,7 6,1 6,3 4,8 A (lumut) 3,1 5 5,4 6,1 7,7 6,1 5,566667 B (lumut+sekam) 2,9 4,7 5,4 6,5 7,2 6 5,45 C (arang sekam) 2,4 2,5 2,3 3,3 4,2 4,1 3,133333 D (lumut+cocopeat) 2,9 4,5 5,5 6,5 7,6 6,3 5,55 E (cocopeat) 2,55 3,2 3,8 4,2 5 4,1 3,808333
Gambar 8. Diagram Batang Rerata Tinggi Jumlah Daun Tanaman Sawi Hijau
Umur 1-6 Minggu 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 5 MINGGU 6
Gambar 8 di atas menunjukkan adanya perbedaan rerata jumlah daun
tanaman sawi usia 1 dan 2 minggu antar perlakuan. Hasil rerata jumlah daun
paling banyak terdapat pada kelompok A yaitu 3.10 dan 5 helai per tanaman,
diikuti oleh perlakuan B 2.90 dan 4.70 helai pertanaman kemudian media D
dengan 2.90 dan 4.50 helai per tanaman, perlakuan kontrol 2.60 dan 3.90
helai per tanaman, kemudian tanaman dengan media E 2.55 dan 3.20 helai
per tanaman dan terakhir media C dengan 2.40 dan 2.50 helai per tanaman.
Media A dengan kandungan unsur nitrogen (N) sebesar 0.60% memiliki
peran yang besar pada pertumbuhan daun pada suatu tanaman. Seperti yang
dikemukakan oleh Rinsema (1986), tumbuhan yang banyak mendapatkan
nitrogen biasanya mempunyai daun berwarna hijau dan lebat. Nitrogen di
dalam tanaman merupakan unsur sangat pening untuk pembentukan protein,
daun-daunan dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Nitrogen
berpengaruh besar dalam menaikkan potensi pembentukkan daun-daunan.
Gambar 8 di atas menunjukkan adanya perbedaan rerata jumlah daun
tanaman sawi umur 3 minggu antar perlakuan. Hasil rerata jumlah daun
paling banyak terdapat pada kelompok D yaitu 5.50 helai per tanaman,
diikuti oleh perlakuan media A dan B masing-masing 5.40 helai per
tanaman. Dilihat pada gambar di atas, rerata jumlah daun tanamaan sawi
umur 4 minggu antar perlakuan, media B dan D memiliki rerata yang paling
N 0.49%; P 205 mg/100g; dan K 181 mg/100g, karena adanya unsur N, P
dan K yang saling berkaitan satu sama lain, meskipun konsentrasi nitrogen
rendah, namun dengan adanya kandungan unsur P danK yang lebih tinggi
maka dapat mempercepat perkembangan akar danakan mempengaruhi
kalium dalam meningkatkan metabolisme nitrogen, sehingga daun akan
tumbuh lebih cepat.
Tanaman sawi usia 5 minggu menunjukkan adanya perbedaan rerata
jumlah daun tanaman sawi antar perlakuan. Hasil rerata jumlah daun paling
banyak terdapat pada kelompok A yaitu 7.70 helai per tanaman, diikuti oleh
perlakuan D 7.60 dan B 7.20 helai per tanaman, perlakuan kontrol 6.10 helai
per tanaman, kemudian tanaman dengan media E 5.00 helai per tanaman dan
terakhir media C dengan 4.20 helai per tanaman. Rerata jumlah daun
tanaman sawi pada usia 5 minggu menunjukkan rerata yang paling tinggi
selama penelitian dilakukan selama 6 minggu.
Rerata jumlah daun tanaman sawi umur 6 minggu jumlah daun paling
banyak terdapat pada kelompok K dan D yaitu 6.30 helai per tanaman,
diikuti oleh perlakuan A 6.10 dan B 6 helai per tanaman. Rerata jumlah daun
pada umur 6 minggu ini mengalami penurunan karena sebelum dipanen
banyak daun tanaman sawi yang busuk sehingga tidak dihitung jumlah
Hasil analisis jumlah daun sawi pada umur 1 sampai dengan 6 minggu, yang
dianalisis statistik dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) data selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13. Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Sawi
Hasil yang dapat ditarik dari tabel analisis ragam menunjukkan bahwa nilai
signifikan dari jumlah daun 1 sampai dengan 6 minggu = .000, sesuai dengan
ketetapan α = 0.05. Hasil analisis nilai signifikansi semua tanaman usia 1-6 minggu menunjukan bahwa nilai sig = 0.000 <0.05 yang berarti Hoditolak,
artinya ada ada interaksi antar media dan jumlah daun tanaman sawi pada
penelitian ini.
Setelah hasil pengukuran jumlah dauntanaman sawi dianalisis menggunakan
uji One Way Anova dan diperoleh hasil yang signifikan, selanjutnya hasil yang
signifikan tersebut diuji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT).
1) Jumlah Daun Tanaman Sawi 1 Minggu
F Sig.
Jumlah daun 1 minggu 2.303 .001
Jumlah daun 2 minggu 19.340 .000
Jumlah daun 3 minggu 44.253 .000
Jumlah daun 4 minggu 31.930 .000
Jumlah daun 5 minggu 31.930 .000
Hasil uji jarak berganda Duncan pada jumlah daun tanaman sawi 1
minggu menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar
perlakuan (Tabel 14)
Tabel 14. Hasil Uji DMRT Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi 1 Minggu
JMLDAUN Duncan
MEDIA N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 C 10 1.7000a E 10 2.2000a 2.2000b K 10 2.6000bc 2.6000bc B 10 2.9000bc 2.9000bc D 10 2.9000bc 2.9000bc A 10 3.1000c Sig. .157 .071 .198
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Tabel 14 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata jumlah daun tanaman
sawi 1 minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan Amenghasilkan
rerata jumlah daun tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan lain.
Apabila dilihat pada tabel 14 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media A,
berbeda secara nyata terhadap perlakuan D, B, K, E, dan C. Perbedaan
tersebut dapat dipengaruhi oleh kemampuan tanaman mentranslokasikan
unsur-unusr hara yang dibutuhkan dari jaringan tua ke jaringan muda. Media
besar pada pertumbuhan daun pada suatu tanaman. Seperti yang
dikemukakan oleh Rinsema (1986), tumbuhan yang banyak mendapatkan
nitrogen biasanya mempunyai daun berwarna hijau dan lebat. Nitrogen di
dalam tanaman merupakan unsur sangat pening untuk pembentukan protein,
daun-daunan dan berbagai persenyawaan organik lainnya. nitrogen
berpengaruh besar dalam menaikkan potensi pembentukkan daun-daunan.
2) Jumlah Daun Tanaman Sawi 2 Minggu
Hasil uji jarak berganda Duncan pada jumlah daun tanaman sawi 2
minggu menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar
perlakuan (Tabel 15)
Tabel 15.Hasil Uji DMRT Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi 2 Minggu
JMLDAUN Duncan
MEDIA N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 C 10 2.4000a E 10 3.2000b K 10 3.9000c A 10 4.5000d D 10 4.5000d B 10 4.7000d Sig. 1.000 1.000 1.000 .471
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Tabel 15 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata jumlah daun tanaman
sawi 2 minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan B, D, dan A
menghasilkan rerata jumlah daun tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan
lain. Apabila dilihat pada tabel 15 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media B,
D dan A berbeda secara nyata terhadap perlakuan K, E, dan C.Perbedan
tersebut dapat disebabkan oleh kemampuan tanaman dalam menyerap zat hara
dari media tanam baik dengan cara difusi, intersepsi akar dan aliran massa.
3) Jumlah Daun Tanaman Sawi 3 Minggu
Hasil uji jarak berganda Duncan pada jumlah daun tanaman sawi 3 minggu
menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan (Tabel
16)
Tabel 16. Hasil Uji DMRT Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi 3 Minggu
JMLDAUN Duncan
MEDIA N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 C 10 2.3000a E 10 4.0000b K 10 4.6000c A 10 5.4000d B 10 5.4000d D 10 5.5000d Sig. 1.000 1.000 1.000 .728
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang samapada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Tabel 16 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata jumlah daun tanaman
sawi 3 minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan D, B, dan A
menghasilkan rerata jumlah daun tanaman sawi yang lebih besar dari
perlakuan lain. Apabila dilihat pada tabel 16 dapat disimpulkan bahwa
perlakuan media A, B dan D berbeda secara nyata terhadap perlakuan K, E,
dan C.Media D (lumut+cocopeat) mengandung N 0.49%; P 205 mg/100g; dan
K 181 mg/100g, karena adanya unsur N, P dan K yang saling berkaitan satu
sama lain, meskipun konsentrasi nitrogen rendah, namun dengan adanya
kandungan unsur P dan K yang lebih tinggi maka dapat mempercepat
perkembangan akar dan akan mempengaruhi kalium dalam meningkatkan
metabolisme nitrogen, sehingga daun akan tumbuh lebih cepat.
4) Jumlah Daun Tanaman Sawi 4 Minggu
Hasil uji jarak berganda Duncan pada jumlah daun tanaman sawi 4
minggu menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar
Tabel 17. Hasil Uji DMRT Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi 4 Minggu
JMLDAUN Duncan
MEDIA N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 C 10 3.5000a E 10 4.5666b K 10 5.7000c A 10 6.1000cd 6.1000cd B 10 6.5000d D 10 6.5000d Sig. 1.000 1.000 .212 .239
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Tabel 17 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata jumlah daun tanaman 4
minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan D dan B menghasilkan
rerata jumlah daun tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan lain. Apabila
dilihat pada tabel 17 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media D dan B
berbeda secara nyata terhadap perlakuan A, K, E, dan C.Media D
(lumut+cocopeat) mengandung N 0.49%; P 205 mg/100g; dan K 181
mg/100g, karena adanya unsur N, P dan K yang saling berkaitan satu sama
lain, meskipun konsentrasi nitrogen rendah, namun dengan adanya kandungan
unsur P dan K yang lebih tinggi maka dapat mempercepat perkembangan akar
dan akan mempengaruhi kalium dalam meningkatkan metabolisme nitrogen,
sehingga daun akan tumbuh lebih cepat.
Hasil uji jarak berganda Duncan pada jumlah daun tanaman sawi usia 5
minggu menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan
(Tabel 18)
Tabel 18. Hasil Uji DMRT Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi 5 Minggu
JMLDAUN Duncan
MEDIA N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 C 10 3.5000a E 10 4.2000b K 10 5.7000c A 10 6.1000cd 6.1000cd B 10 6.5000d D 10 6.5000d Sig. 1.000 1.000 .212 .239
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Tabel 18 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata jumlah daun tanaman
sawi 5 minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan B dan D
menghasilkan rerata jumlah daun tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan
lain. Apabila dilihat pada tabel 18 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media B
dan D berbeda secara nyata terhadap perlakuan A, C, E, dan K. Perbedaan di
atas dapat dipengaruhi oleh kemampuan tanaman dalam menyerap zat hara dari
media tanam. Unsur N diserap dalam bentuk NH4+, unsur P diserap dalam
bentuk HPO4-2 dan unur K diserap tanaman dalam bentuk ion K+.
Hasil uji jarak berganda Duncan pada jumlah daun tanaman sawi 6
minggumenunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dari antar perlakuan
(Tabel 19)
Tabel 19. Hasil Uji DMRT Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi6 Minggu
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Tabel 19 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata jumlah daun tanaman
sawi 6 minggu antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan A, D dan B
menghasilkan rerata jumlah daun tanaman sawi yang lebih besar dari
perlakuan lain. Apabila dilihat pada tabel 19 dapat disimpulkan bahwa
perlakuan media A, D dan B berbeda secara nyata terhadap perlakuan K, E,
dan C. Media A dengan kandungan unsur nitrogen (N) sebesar 0.60%
memiliki peran yang besar pada pertumbuhan daun pada suatu tanaman.
Seperti yang dikemukakan oleh Rinsema (1986), tumbuhan yang banyak
JMLDAUN Duncan
MEDIA N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 C 10 4.2000a E 10 5.0000ab 5.0000ab K 10 6.0000b B 10 7.4000c D 10 7.6000c A 10 7.7000c Sig. .123 .056 .585
mendapatkan nitrogen biasanya mempunyai daun berwarna hijau dan lebat.
Nitrogen di dalam tanaman merupakan unsur sangat penting untuk
pembentukan protein, daun-daunan dan berbagai persenyawaan organik
lainnya. nitrogen berpengaruh besar dalam menaikkan potensi
pembentukkan daun-daunan.
c. Kadar Klorofil
Laju perumbuhan dipengaruhi langsung oleh kondisi lingkungan luar
maupun kondisi internal tanamannya.Selain oleh mitosis, pertumbuhan
merupakan hasil langsung dari produksi biomassa yang menggambarkan
produktivitas tanaman. Pembentukan biomassa ditentukan oleh hasil bersih
fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman. Selain dipengaruhi oleh banyak
faktor lingkungan, fotosintesis juga dipengaruhi oleh kadar klorofil.
Pengukuran kadar klorofil daun tanaman sawi dilakukan pada akhir masa
penelitian pada saat panen dengan menggunakan merode Wintermans dan de
Mots menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 649 nm dan
665 nm. Setelah ditemukan angka maka selanjutnya kadar klorofil dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
Klorofil-a= (13,7 x 665) – (5,76 x 649)
Klorofil-b= (25,8 x 649) – (7.60 x 665)
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui adanya pebedaan rerata kadar
klorofil pada tanaman sawi dari tiap-tiap perlakuan media yang diberikan.
Rerata kadar klorofil tanaman sawi dapat dilihat pada gambar 9
Gambar 9. Diagram Batang Rerata Kadar Klorofil
Tanaman Sawi 6 Minggu
Dapat dilihat pada grafik di atas dapat diketahui bahwa tanaman sawi yang
memiliki rerata paling tinggi yaitu kelompok tanaman B, media lumut + arang
sekam dengan 3.8 mg/g. Seperti yang telah dikemukakan oleh Purwowidodo
(1992), bahwa unsur yang berperan dalam pembentukan klorofil adalah
nitrogen (N). Unsur ini memegang peranan penting sebagai penyusun klorofil
yaitu menjadikan daun berwarna hijau. Kandungan nitrogen yang tinggi dapat
menjadikan daun lebih hijau dan bertahan lebih lama.
2.4 2.7 3.8 3.5 3.4 2.8 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 a b Total
Hal tersebut membuktikan bahwa rerata kadar klorofil yang tinggi pada
tanaman sawi dengan media B, dipengaruhi oleh unsur Kalium yang
terkandung pada media tanam B yaitu sebesar 190 mg/100gr yang berdasarkan
pengujian kandungan zat hara media tanam yang telah dilakukan merupakan
prosentasi kandungan kalium (K) yang paling tinggi dibandingkan dengan
media tanam lainnya yang digunakan pada penelitian ini. Kalium berfungsi
dalam metabolisme nitrogen dan sintesis protein, pengaturan pemanfaatan
berbagai unsur hara utama, netralisasi asam-asam organik, aktivasi berbagai
enzim, percepatan pertumbuhan dan perkembangan jaringan meristem,
pengaturan membuka dan menutup stomata, serta pengaturan penggunaan air.
Kalium akan mempengaruhi metabolisme N dan sintesis protein, percepatan
pertumbuhan dan perkembangan jaringan meristem (Hanafiah, 2007).
Kandungan klorofil a dalam daun merupakan indikator respon fisiologi
tanaman terhadap pasokan hara yang diberikan. Secara umum disampaikan
bahan perlakuan pasokan unsur hara dari pemupukan dapat meningkatkan
kandungan klorofil tanaman. Klorofil b berfungsi sebagai antenna yang
mengumpulkan cahaya kemudian ditransfer ke pusat reakasi. Pusat reaksi
tersusun dari klorofil a. Energi cahaya akan diubah menjadi energi kimia di
pusat reaksi yang kemudian akan digunakan untuk proses reduksi dalam
Hasil rerata kadar klorofil daun tanaman sawi selanjutnya diuji menggunakan
analisis ragam dan jika hasilnya signifikan maka akan dilanjutkandengan uji DMRT
untuk melihat pengaruh antar perlakuan. Hasil analisis ragam dapat dilihat pada tabel
20.
Tabel 20. Hasil Analisis Ragam Kadar Klorofil Total
Daun Tanaman Sawi
ANOVA KDRKLOROFIL
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 5.923 5 1.185 1.980 .154
Within Groups 7.180 12 .598
Total 13.103 17
Keterangan: *signifikan terhadap rerata kadar klorofil berdasarkan perbandingan nilai sig <α (0.05).
Berdasarkan hasil analisis ragam pada tabel 20 di atas, disimpulkan bahwa
jenis media tanam yang digunakan pada penelitian ini tidak berpengaruh secara
nyata terhadap rerata kadar klorofil total tanaman sawi. Hal ini dibuktian oleh
nilai signifikansi .154 >α 0.05, yang berarti hasil tersebut tidak perlu
dialnjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5%.
4. Produksi Tanaman Sawi
a. Bobot Basah
Bobot basah tanaman merupakan bobot tanaman pada saat tanaman masih
hidup dan ditimbang secara langsung sebelum tanaman menjadi layu akibat
mengetahui penambahan biomassa tanaman. Pengukuran dilakukan pada akhir
penelitian, disaat segera setalah tanaman dipanen pada usia 6 minggu.
Hasil pengukuran bobot basah tanaman sawi dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Diagram Batang Rerata Hasil Pengkuran Bobot Basah
Tanaman Sawi 6 Minggu
Berdasarkan data yang disajikan oleh gambar 10, dapat diketahui bahwa
kelompok tanaman sawi dengan perlakuan media D (lumut + cocopeat)
memiliki rerata bobot basah yang paling tinggi yaitu 1.51 gram dibandingkan
dengan tanaman sawi yang ditanam menggunakan media lainnya. Menurut
Gardner dan Mitchell (1991), bobot basah tanaman umumnya sangat
berfluktuasi, bergantung pada kelembaban tanaman.
Hasil pengukuran bobot basah tanaman sawi selanjutnya diuji menggunakan
analisis ragam dan jika hasilnya signifikan maka akan dilanjutkan dengan uji
DMRT untuk melihat pengaruh antar perlakuan. Hasil analisis ragam dapat
dilihat pada tabel 21. 0.7 1.463636364 1.209090909 0.319090909 1.515454545 0.3 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 bobot basah
Tabel 21. Hasil Analisis Ragam Bobot Basah Tanaman Sawi ANOVA
BOBOTBASAH
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 16.438 5 3.288 9.695 .000
Within Groups 18.311 54 .339
Total 34.749 59
Keterangan: *signifikan terhadap rerata bobot basah berdasarkan perbandingan nilai sig <α (0.05)
Dari hasil analisis ragam pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa variasi
jenis media tanam tanaman sawi berpengaruh nyata terhadapt rerata bobot
basah tanaman sawi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai signifikansi 0.000 < α 0.05. selanjutnya diuji dengan uji jarak berganda pada tabel 22 di bawah ini
Tabel 22. Hasil Uji DMRT Rerata Bobot Basah Tanaman Sawi BOBOTBASAH
Duncan
MEDIA N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 E 10 .2400a C 10 .3000a K 10 .9100b B 10 1.1700bc 1.1700bc A 10 1.4700c D 10 1.5800c Sig. .819 .323 .143
Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Tabel 22 menunjukkan adanya perbedaan rerata bobot basah tanaman sawi
antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan A dan D menghasilkan rerata bobot
basah tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan lain. Apabila dilihat pada
tabel 22 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media A dan D berbeda secara
nyata terhadap perlakuan B, C, E, dan K.
b. Bobot Kering
Bobot kering tanaman merupakan salah satu variabel pengamatan yang
diperlukan untuk menjelaskan bagaimana proses pertumbuhan dan produksi
tanaman yang terjadi. Produksi tanaman biasanya lebih akurat dinyatakan
dengan ukuran bobot kering daripada dengan bobot basah, karena bobot basah
sangat dipengaruhi oleh kondisi kelembaban. (Sitompul dan Guritno, 1995)
Pengukuran bobot kering tanaman sawi dilakukan dengan cara mengoven
tanaman sawi yang telah dipanen hingga kering/bobotnya statis. Hasil
Gambar 11. Diagram Batang Rerata Hasil Pengkuran Bobot Kering
Tanaman Sawi 6 Minggu
Berdasarkan data yang disajikan oleh gambar 11, dapat diketahui bahwa
rerata bobot kering tertinggi dimiliki oleh kelompok tanaman sawi perlakuan D
dengan media lumut + cocopeat sebesar 0.16 gram. Gardner (1991)
mengemukakan bahwa bobot kering tumbuhan adalah keseimbangan antara
pengambilan CO2 (fotosintesis) dan pengeluaran O2 (respirasi). Apabila
respirasi lebih besar disbanding fotosintesis, maka tumbuhan tersebut akan
berkurang bobot keringnya.
Hasil pengukuran bobot kering tanaman sawi selanjutnya diuji menggunakan
analisis ragam dan jika hasilnya signifikan maka akan dilanjutkan dengan uji
DMRT untuk melihat pengaruh antar perlakuan. Hasil analisis ragam dapat
dilihat pada tabel 23 0.07 0.13 0.09 0.05 0.16 0.03 0 0.02 0.04 0.06 0.080.1 0.12 0.14 0.16 0.18 bobot kering
Tabel.23 Hasil Analisis Ragam Bobot Kering Tanaman Sawi ANOVA
BOBOTKERING
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .096 5 .019 4.438 .002
Within Groups .235 54 .004
Total .331 59
Keterangan: *signifikan terhadap rerata bobot basah berdasarkan perbandingan nilai sig <α (0.05)
Dari hasil analisis ragam pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa variasi
jenis media tanam tanaman sawi berpengaruh nyata terhadap rerata bobot basah
tanaman sawi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai signifikansi 0.002 < α 0.05. selanjutnya dilanjutkan dengan uji jarak berganda pada tabel 24 di bawah ini
Tabel 24. Hasil Uji DMRT Rerata Bobot Kering Tanaman Sawi BOBOTKERING
MEDIA N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Duncana E 10 .0260a
C 10 .0500a
K 10 .0680ab .0680b
B 10 .0900abc .0900abc .0900abc
A 10 .1238bc .1238bc
D 10 .1410c
Sig. .051 .078 .107
Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Tabel 24 menunjukkan adanya perbedaan rerata bobot kering tanaman
sawi antar perlakuan. Terlihat bahwa perlakuan D menghasilkan rerata bobot
basah tanaman sawi yang lebih besar dari perlakuan lain. Apabila dilihat
pada tabel 24 dapat disimpulkan bahwa perlakuan media D berbeda secara
nyata terhadap perlakuan A, B, C, E, dan K
B. Pembahasan
1. Kondisi Fisik Lingkungan
Berdasarkan hasil pengukuran klimatik dapat diketahui bahwa suhu udara di
lokasi penelitian rata-rata sebesar 31.7oC yang didapatkan dari pengukuran suhu pagi,
siang, dan sore hari.Suhu udara di lokasi penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan
suhu udara yang dikehendaki untuk pertumbuhan sawi yaitu ± 15.6oC pada malam
hari dan ±21.1oC pada siang hari. Meskipun demikian, Rahmat Rukmana (1994)
memaparkan bahwa beberapa varietas sawi yang tahan (toleran) terhadap suhu panas,
dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah yang suhunya 27-32oC.
Kelembaban udara rata-rata yang tercatat adalah antar 48-60%. Suhu dan
kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap fisiologi tanaman terutama laju
transpirasi. Suhu udara yang rendah akan menyebabkan kelembaban udara relatif
tinggi, sehingga tekanan uap air dalam rongga daun dan udara selisihnya menjadi
kecil dan laju transpirasi semakin terhambat.
Rata-rata intesitas cahaya yang tercatat penelitian ini adalah 8.367 lux.Seperti
terhadap sifat morfologi tanaman.Intesistas cahaya yang tinggi tidak seluruhnya dapat
dipergunakan oleh tanaman.
Pada dasarnya tanaman sawi membutuhkan penyinaran 10-13 jam per harinya
(Rahmat Rukmana, 1994: 34) Pada saat penelitian dilakukan yaitu di green house
biologi FMIPA UNY, cuaca di lokasi baik siang maupun malam terpantau cukup
cerah sehingga intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman pada siang hari cukup
optimal.
2. Kondisi Edafik
Faktor edafik adalah yang bergantung pada tanah dalam keadaannya sebagai
tanah. Tanah dapat dianggap sebagai bahan lapisan permukaan bumi yang terdapat di
bawah setiap vegetasi di dalam udara danseresah yang belum membusuk, dan meluas
ke bawah sampai batas yangmasih berpengaruh terdapat tumbuhan yang hidup di atas
permukaannya. Faktor edafik yang digunakan pada penelitan ini meliputi suhu dan
pH media tanam.
Suhu media tanam mempengaruhi rata-rata penguapan air dan pertumbuhan
dari akar. Suhu udara yang rendah pada musim dingin mendorong pernafasan yang
cepat. Sementara suhu media tanam yang rendah mengurangi kecepatan penguapan
air oleh akar. Dalam keadaan seperti ini, tumbuhan yang tumbuh sangat lebat, namun
beberapa jenis tanaman ada yang tidak cocok dengan kondisi ini sehingga mati akibat
kelebihan air dalam tanah. Suhu media tanam dipengaruhi oleh suhu udara, intensitas
cahaya matahari yang masuk ke tanah, dan juga air dalam tanah (Ance, 2006: 62).
Kondisi pH media tanam pada penelitian ini menunjukkan kisaran antara
6.32-6.82, yaitu netral cenderung asam. Berdasarkan data yang didapatkan pH media
berada pada kondisi cukup baik sebagai media tanam tanaman sawi hijau. pH media
tanam yang optimum berkisar antara 6.0-7.0, maka pH media yang tercatat di atas
masih dalam taraf wajar sebagai media tanam sawi hijau.
3. Kandungan Media Tanam dan Variasinya
Penelitian ini menggunakan lumut sebagai media tanam. Media tumbuh
merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman, karena
sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman dipasok melalui media tumbuh,
selanjutnya diserap dan digunakan oleh akar untuk pertumbuhan serta tempat
memperkokoh berdirinya tanaman. Sehingga di dalam media tumbuh harus tersedia
unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Hanafiah, 2007: 13-15).
Lumut dipilih sebagai media karena ketersediannya yang melimpah di sekitar
kita dan biasanya diabaikan begitu saja bahkan seringkali diangap sebagai
pengganggu karena dapat melapukkan batu atau tembok-tembok. Secara ekologis
lumut berperan penting di dalam fungsi ekosistem. Seperti lahangambut sangat
tergantung pada lapisan atau tutupan lumut. Sehingga keberadaan lumut sebagai
penutup permukaan tanah juga mempengaruhi produktifitas, dekomposisi serta
pertumbuhan komunitas di hutan (Saw dan Goffinet, 2000). Lumut memainkan
peranan penting pada suksesi tumbuhan. Lumut biasanya menjadi tumbuhan pertama
yang mengkoloni permukaan batuan dan celah-celah yang kemudian akan memulai
yang secara bertahap akan melapukkan batuan dapat meninggalkan kantong kecil
tanah sebagai tumbuhan suksesi mendapatkan kandungan organiknya. Benih dari
tumbuhan lain akan berkecambah pada kantung tanah ini dan membentuk komunistas
tumbuhan yang lebih kompleks (Langenheim dan Kenneth, 1982: 134).
Pada penelitian ini digunakan juga cocopeat dan arang sekam sebagai bahan
campuran media tanam.Serbuk sabut kelapa berasal dari sabut kelapa yang sudah
dipisahkan dari seratnya, dan telah direbus untuk menghilangkan zat tanin (zat yang
dapat mematikan tanaman). Kelebihan serbuk sabut kelapa (cocopeat) sebagai media
tanam adalah memiliki kemampuan mengikat air dan menyimpan air dengan kuat,
serbuk sabut kelapa mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca),
magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na), dan Fosfor (P) serta dapat menetralkan
keasaman tanah (Prayugo, 2007).
Arang sekam berasal dari sekam padi yang disangrai sampai hitam tetapi
bentuknya masih utuh dan tidak sampai menjadi abu. Proses sangrai ini, sekam
menjadi arang sekaligus disterilkan, karena dengan suhu yang tinggi benih penyakit
yang tersisa akan mati.Arang sekam merupakan media tanam yang porous dan
memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini
menjadi gembur (Prayugo, 2007). Kelemahan penggunaan arang sekam adalah
mudah hancur dan harus rajin melakukan penggantian media tanam. Arang sekam
disarankan sebagai bahan campuran media, tetapi digunakan sekitar 25% saja, karena
dalam jumlah banyak akan mengurangi kemampuan media dalam menyerap air
Prayugo (2007) menyebutkan bahwa media tanam yang baik harus memiliki
persyaratan-persyaratan sebagai tempat berpijak tanaman, memiliki kemampuan
mengikat air dan menyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman, mampu
mengontrol kelebihan air (drainase) serta memiliki sirkulasi dan ketersediaan udara
(aerasi) yang baik, dapat mempertahankan kelembaban di sekitar akar tanaman dan
tidak mudah lapuk atau rapuh.
Salah satu syarat media tanam yang baik adalah porositas yaitu kemampuan
media dalam menyerap air dan steril. Tingkat porositas tanaman di setiap daerah
berbeda-beda, di daerah dataran rendah yang berudara panas, tingkat penguapannya
tinggi, media harus mampu menahan air sehingga tidak mudah kering. Media harus
terbebas dari organisme yang dapat menyebabkan penyakit, seperti bakteri, spora,
jamur dan telur siput (Harsono, 1992). Syarat yang ideal untuk media tanaman sawi
yaitu, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, tidak menggenang, tata
udara dalam media tanam berjalandengan baik, dan pH antara 6-7 (Rahmat Rukmana,
1994:35).
C-organik dalam tanah merupakan hasil dari pelapukan sisa sisa tanaman atau
binatang yang bercampur dengan bahan mineral lain didalam tanah pada lapisan atas
tanah, yang mempunyai fungsi yaitu:memperbaiki struktur tanah, memperbaiki aerasi
tanah, meningkatkan daya penyangga air tanah, menekan laju erosi, menyangga dan
menyediakan hara tanaman, meningkatkan efisiensi pemupukan, menetralkan sifat
racun Al dan Fe, sumber energi bagi jasad renik / microba tanah yang mampu
C-Organik paling tinggi berdasarkan hasil analisis adalah media C (arang sekam)
sejumlah 41,13%. Akan tetapi meskipun demikian kandungan C-Organik tersebut
kurang memberikan hasil yang maksimal pada pertumbuhan dan produksi tanaman
sawi hijau. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya peran mikroorganisme dalam
siklus perombakan C-Organik. Seperti yang dikemukakakan oleh Andre (2012),
karbon didaur secara aktif antara CO2 anorganik dan macam-macam bahan organik
penyusun sel hidup. Metabolisme ototrof jasad fotosintetik dan khemolitotrof
menghasilkan produksi primer dari perubahan CO2 anorganik menjadi C-organik.
Metabolisme respirasi dan fermentasi mikroba heterotrof mengembalikan CO2
anorganik ke atmosfer. Proses perubahan dari C-organik menjadi anorganik pada
dasarnya adalah upaya mikroba dan jasad lain untuk memperoleh energi.
Proses perombakan bahan organik mengalami dua hal penting, yaitu
dekomposisi dan humifikasi. Dekomposisi merupakan proses peruraian bahan
organik menjadi bagian atau molekul yang lebih sederhana. Penguraian ini dibantu
oleh mikroorganisme. Hasil akhir dari dekomposisi adalah humus, yang terbentuk
melalui proses humifikasi.
Sutanto (2005) menuliskan bahwa terdapat 3 proses utama yang tumpang tindih
pada proses dekomposisi, yaitu:
a. Proses biokimia
Proses ini merupakan tahap awal proses dekomposisi yang terjadi setelah
jaringan tanaman atau hewan mati. Tahapan ini terjadi sebelum proses
protein menjadi peptin dan asam amino), serta oksidasi senyawa bentuk cincin
(fenol) menjadi senyawa pewarna.
b. Penguraian mekanis
Menjadi bagian lebih kecil oleh kegiatan makrofauna dan mesofauna.
Pada tahapan ini, bahan organik diurai menjadi bahan yang lebih halus tanpa
mengalami perubahan komposisi.
c. Penguraian oleh mikroorganisme heterotrofik dan saprofitik.
Pada tahapan ini komposisi bahan organik menjadi lebih sederhana.
Hasil penguraian dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan sumber energi. Tahap
akhir peruraian oleh mikroorganisme adalah oksidasi (respirasi) yang
menghasilkan CO2 dan H2O serta melepaskan energi. Pada saat yang
bersamaan, N yang masih berbentuk NH4 akan mengalami nitrifikasi menjadi
NO3-. P berbentuk senyawa fosfat, S sebagai sulfat, serta K, Ca, dan Mg
berbentuk bebas atau ion yang terikat dengan senyawa lain.
Nitrogen (N) merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, pada
umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan begian-bagian
vegetaitf tanaman seperti daun, batang, dan akar. Selain itu nitrogen juga berperan
dalam proses fotosintesis tanaman. Dari hasil analisis diketahui jenis media tanam
yang memiliki kandungan N paling tinggi yaitu media A (lumut) dengan jumlah
Fungsi dari fosfor (P) dalam tanaman dapat mempercepat pertumbuhan akar
serta dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi
dewasa. Dari hasil analisis diketahui jenis media tanam yang memiliki kandungan P
paling tinggi yaitu media kontrol yaitu tanah, diikuti dengan media C yaitu arang
sekam sebesar 293 mg/100gr.
Kalium (K) diserap dalam bentuk ion K+ (terutama pada tanaman muda).
Kalium berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Perlakuan
B yaitu campuran antara lumut + arang sekam menunjukkan kandungan K yang
paling tinggi diantara media yang lain dengan nilai 190 mg/100gr.
4. Pertumbuhan Tanaman Sawi
a. Tinggi Tanaman
Parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi, berat basah, dan berat
kering tanaman.Tinggi tanaman dihitung dari pangkal batang hingga ruas
batang terakhir sebelum bunga. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman
yang sering diamati sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yangditerapkan karena
tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat
(Sitompul dan Guritno, 1995).
Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter yang diukur pada
penelitian ini.Hasil uji ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% pada penelitian
ini menunjukkan bahwa perlakuan media tanam lumut, lumut+sekam dan
memberikan pengaruh yang signifikan secara nyata terhadap tinggi tanaman
sawi hijau. Hasil pengukuran tinggi tanaman rata-rata tertinggi mencapai 16.45
cm pada tanaman sawi hijau yang ditanam di media lumut+sekam. Kurva
pertumbuhan dengan parameter tinggi tanaman sawi hijau dapat dilihat pada
gambar 12.
Gambar 12. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman Sawi Hijau
Pada grafik di atas terlihat pertumbuhan tinggi tanaman sawi mengalami
peningkatan yang signifikan terlihat pada setiap minggunya. Media A dan B
dengan komposisi masing-masing adalah lumut dan lumut+sekam
menunjukkan pengaruh yang tergolong paling tinggi, kemudian disusul oleh
media D (lumut + cocopeat) dan Kontrol.
Pertambahan tinggi tanaman dapat dipengaruhi oleh unsur N, P, dan K
selaku unsur makro inti yang diperlukan oleh tumbuhan. Pada penelitian ini,
media tanam yang memberikan pengaruh paling tinggi terhadap parameter
tinggi tanaman ialah komposisi media B (lumut+sekam). Dari hasil pengujian 0 5 10 15 20 25 30 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 5 MINGGU 6 MINGGU Ti n gg i Tan am an (Cm ) KONTROL A B C D E
kandungan zat hara yang telah dilakukan, media ini memiliki kandungan unsur
K tertinggi dibandingkan dengan media lain dengan nilai 190 mg/100 gr. Unsur
K yang tinggi tersebut dimungkinkan sebagai faktor terbentuknya tinggi
tanaman yang rata-ratanya paling besar pada media ini. Kalium akan
mempengaruhi metabolisme N dan sintesis protein, percepatan pertumbuhan
dan perkembangan jaringan meristem (Hanafiah, 2007).
b. Jumlah Daun
Daun sangat penting peranannya bagi tanaman karena organ ini mampu
melakukan perombakan energi radiasi menjadi energi kimia. Daun memiliki
stomata yang merupakan tempat masuknya udara dan unsur yang berasal dari
udara. Jumlah daun yan banyak, dapat menyerap cahaya, CO2 dan air dalam
jumlah yang banyak, sehingga fotosintesis meningkat dan akan terbentuk
senyawa organik seperti karbohidrat. Hasil fotosintesis tersebut kemudian akan
disalurkan ke bagian tanaman lain dan untuk proses pembelah, pemanjangan
serta diferensiasi sel, sehingga tanaman dpat tumbuh dan berkembang. Apabila
laju pembelahan dan pemanjangan sel serta pembentukan jaringan berjalan
cepat, maka pertumbuhan akar, batang, dan daun juga akan cepat (Hidayanto
dkk, 2003: 3-7).
Daun merupakan produsen fotosintat pertama. Variabel pengamatan jumlah
daun sangat diperlukan sebagai indikator pertumbuhan dan sebagai penunjang
pembentukan biomassa tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995: 93). Hasil uji
ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% pada penelitian ini menunjukkan
bahwa perlakuan media tanam lumut, lumut+sekam dan lumut+cocopeat, arang
sekam, cocopeat dan tanah sebagai kontrol ini memberikan pengaruh yang
signifikan secara nyata terhadap jumlah daun tanaman sawi hijau pada usia 1-6
minggu. Kurva pertumbuhan dengan parameter tinggi tanaman sawi hijau dapat
dilihat pada gambar 12.
Gambar 13. Grafik Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Sawi Hijau
Dapat dilihat pada gambar 13, pertumbuhan tanaman sawi yang ditunjukkan
dengan parameter jumlah daun mengalami peningkatan dari minggu ke minggu.
Walaupun pada titik tertentu jumlah daun terlihat fluktuatif, hal ini disebabkan
oleh busuknya daun tanaman sawi. Penyebab busuknya daun tanaman sawi
pada penelitian ini adalah karena adanya hama yang diduga sebagai kutu putih.
Meski pada saat penelitian peneliti sudah berusaha membuat pelindung
tanaman yang terbuat dari plastik, akan tetapi hama tersebut tetap masih bisa 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 5 MINGGU 6 MINGGU Ju m lah d au n (h e lai ) KONTROL A B C D E
masuk ke dalamnya. Beruntung serangan hama tersebut dapat segera peneliti
tangani dengan menggunakan biopestisida buatan sendiri dengan bahan ekstrak
daun pepaya yang disemprotkan ke tanaman yang terserang hama, dengan
tujuan untuk mematikan telur dan hama itu sendiri. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Julaily dan Setyawati, (2013), getah daun pepaya mengandung
kelompok enzim sistein protease seperti papain dan kimopapain. Daun pepaya
juga menghasilkan senyawa-senyawa golongan alkaloid, terpenoid, flavonoid
dan asam amino nonprotein yang sangat beracun bagi serangga pemakan
tumbuhan. Tindakan preventif lain yang dilakukan ialah dengan mengecek dan
membersihkan satu-persatu daun yang ditempeli oleh telur-telur hama.
Peningkatan jumlah daun sangat dipengaruhi oleh unsur nitrogen, fosfor, dan
kalium selain faktor lingkungan seperti suhu dan cahaya.Hal ini juga tidak
telepas dari fungsi ketiga unsur tersebut bagi tanaman, yaitu dapat memacu
pertumbuhan (Siti dan Meryanto, 2008).
c. Kadar Klorofil
Pada tumbuhan, nitrogen mula-mula berbentuk ammonia dan selanjutnya
ammonia mengalami perubahan menjadi asam glutamat, dikatalisis oleh enzim
glutamin sintetase. Asam glutamate berfungsi sebagai bahan dasar di dalam bio
sintesisasam amino dan asam nukleat (Nyakpa dkk,1988). Asam glutamate
akan membentuk asam aminolevulinat (ALA) yang berperan sebagai prazat
Jumlah kandungan nitrogen tanaman dapat berpengaruh terhadap hasil
fotosintesis melalui enzim fotosintetik maupun kandungan klorofil yang
terbentuk. Pada penelitian ini, berdasarkan analisis ragam yang dilakukan, jenis
media yang digunakan pada penelitian berpengaruh secara nyata terhadap rerata
kadar klorofil total tanaman sawi hijau. Hal ini dibuktikan dengan nilai
signifikansi > 0.05 yaitu 0.00.
Seperti yang telah dikemukakan oleh Purwowidodo (1992), bahwa unsur
yang berperan dalam pembentukan klorofil adalah nitrogen (N). Unsur ini
memegang peranan penting sebagai penyusun klorofil yaitu menjadikan daun
berwarna hijau. Kandungan nitrogen yang tinggi dapat menjadikan daun lebih
hijau dan bertahan lebih lama. Pada penelitian ini, kadar klorofil total tertinggi
dimiliki oleh tanaman sawi yang ditanam pada media B yaitu percampuran
antara lumut dan arang sekam dengan nilai 3.8 mg. Kandungan unsur N pada
media ini adalah sebesar 0.42%, walaupun prosentase tersebut nilanya
tergolong tinggi apabila dibandingkan dengan media tanam lain yang
digunakan pada penelitian ini, nilai tersebut belum mencukupi untuk rerata
kadar klorofil yang optimal. Selain unsur N, keberadaan unsur K yang tidak
diberikan secara cukup, maka efisiensi N akan rendah, dengan demikian maka
produksi yang tinggi tidak dapat diharapkan. Kalium berperan dalam membantu
pembentukan protein dan karbohidrat, mengeraskan bagian kayu dari tanaman,
meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit, meningkatkan kualitas
5. Produksi Tanaman Sawi
a. Bobot Basah
Bobot basah tanaman dapat menunjukkan aktifitas metabolisme tanaman dan
nilai bobot basah tanaman dipenaruhi oleh air jaringan, unsur hara dan hasil
metabolisme (Sitompul dan Guritno, 1995: 88-93). Bobot basah yang
dihasilkan produksi tanaman sawi pada penelitian ini tergolong rendah apabila
dibandingkan dengan tanaman sawi produksi sawah yang beredar di pasaran.
Menurut Anonim (2012), 1 kilogram sawi terdiri atas ±10 tanaman dengan
bobot 100 gr/tanaman.
Menurut Cahyono (2003), kelembaban tanah yang baik akan meningkatkan
metabolisme tanaman yang diikuti dengan meningkatnya pertumbuhan
tanaman. Hal ini disebabkan karena proses penyerapan zat hara dapat
berlangsung baik. Pada kelembaban tanah yang baik akar akan lebih mudah
menyerap zat nitrogen dan phospat. Kelembaban udara dan kelembaban tanah
yang sesuai akan memberikan pertumbuhan tanaman yang baik dan produksi
yang tinggi.
b. Bobot Kering
Hasil rerata bobot kering tanaman sawi pada penelitian ini dapat dikatakan
kecil, karena bobot basah yang diukur sebelumnya sudah menunjukkan
ketersediaan hara terutama unsur N akan meningkatkan alokasi biomassa
tanaman terutama pada daun dan batang. Semakin meningkat bobot kering
menunjukkan bahwa proses fotosintesis berjalan dengan baik dan berarti
pertumbuhan berjalan baik pula. Kecilnya hasil rerata bobot basah dan bobot
kering pada penelitian ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya
adalah kurang maksimalnya penyerapan oleh tanaman sawi terhadap kandungan
dari media tanam lumut dan variasinya yang digunakan.
Pada penelitian kali ini bobot kering merupakan salah satu parameter
produksi tanaman sawi hijau, karena bobot kering merupakan hasil fotosintesis
dan sebagai penghasil fotosintat yang menentukan produktivitas tanaman.
Menurut Salisbury F dan Ross W (1995:128), komponen utama bahan kering
adalah polisakarida dan lignin pada dinding sel, ditambah komponen sitoplasma
yaitu protein, lipid, asam amino, asam organik, serta unsur kalium yang berbentuk