• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARADIGMA PENDIDIKAN HADHARI BERBASIS INTEGRATIF-INTERKONEKTIF (TINJAUAN FILOSOFIS PEMIKIRAN ABD. RACHMAN ASSEGAF)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PARADIGMA PENDIDIKAN HADHARI BERBASIS INTEGRATIF-INTERKONEKTIF (TINJAUAN FILOSOFIS PEMIKIRAN ABD. RACHMAN ASSEGAF)"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

1

PARADIGMA PENDIDIKAN HADHARI BERBASIS

INTEGRATIF-INTERKONEKTIF

(TINJAUAN FILOSOFIS PEMIKIRAN ABD.

RACHMAN ASSEGAF)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

NINING ERFIYANTI

NIM. 111 08 016

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA 2012

(2)
(3)

3

EH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)

6

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Tidak akan rugi orang-orang yang berdoa, berusaha dan

bertawakal”

PERSEMBAHAN

Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya persembahkan

kepada:

 Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberi curahan kasih sayangnya serta

do’a restunya demi tercapainya keberhasilan ini.

 Adikku tersayang yang telah memberiku semangat.

 Sahabat-sahabat yang senantiasa memberi bantuan dan dorongan selama

penyusunan skripsi ini.

 Seseorang yang spesial, yang selalu memberikan senyuman, dukungan dan

semangat.

(7)

7

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rosulullah Saw, keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Penyusunan skripsi ini bertujuan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam ilmu Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Terselesainya skripsi ini ini tidak semata-mata hasil dari jerih payah penulis sendiri melainkan banyak pihak yang terkait yang telah membantu baik moril maupun spiritual, oleh karena itu penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku ketua STAIN Salatiga, beserta para stafnya yang telah menyediakan tempat serta fasilitas gedung kuliah yang nyaman dan kondusif.

2. Bapak Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag, yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Progam Studi Pendidikan Agama Islam. 4. Ibu dan bapak Dosen Progam Studi Pendidikan Agama Islam, yang telah mendidik penulis pada waktu kuliah, sehingga membantu tersusunnya skripsi ini. 5. Segenap civitas Akademik STAIN Salatiga.

6. Ayahanda terkasih dan ibunda terkasih yang selalu tulus dan ikhlas mencurahkan segalanya demi penulis serta adikku tercinta.

7. Teman-teman terdekat yang telah memberikan motivasi dan do’a sehingga dapat terselesainya skripsi ini.

(8)

8

Penulis memohon kepada Allah SWT, agar orang-orang yang telah berjasa kepada penulis mendapat limpahan rahmat, taufiq, serta inayah-Nya. Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin.

Penulis menyadari susunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, dan para pembaca umumnya. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk skripsi ini.

Salatiga, 28 Juni 2012 Penulis

NINING ERFIYANTI NIM. 11108016

(9)

9

ABSTRAK

Erfiyanti, Nining.2012. Paradigma Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif

(Tinjauan Filosofis Pemikiran Abd. Rachman Assegaf. Skripsi Jurusan

Tarbiyah. Progam Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag.

Kata kunci: paradigma, pendidikan hadhari, integratif-interkonektif, Abd. Rachman Assegaf.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah (1) untuk mendapatkan satu eksplorasi lebih lanjut mengenai pendidikan hadhari sebagai paradigma pendidikan Islam (dari segi filosofis), dan relevansinya terhadap dunia pendidikan Islam di Indonesia saat ini, (2) untuk memberikan evaluasi kritis mengenai pendidikan hadhari jika dijadikan sebagai paradigma pendidikan kontemporer di Indonesia.

Skripsi ini merupakan jenis penelitian kepustakaan yang menggunakan pendekatan sosio historis dan factual historis. Analisis datanya menggunakan metode analisis isi dan analisis filosofis.

Hasil penelitian ini secara ontologis, pendidikan hadhari adalah pendidikan yang berusaha membangun budaya intelektual umat Islam dengan mengembangkan agama, ilmu dan falsafah sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan sesuai dengan al-Qur’an dan Hadis dan dijabarkan sesuai dengan tuntutan kebutuhan manusia dan isu-isu kontemporer pendidikan Islam. secara epistemologi pemikiran Abd. Rachman Assegaf berlandaskan pada al-Qur’an dan Hadis, teori pendidikan sebelumnya, pengembangan Islamisasi ilmu dan pengembangan konsep segitiga Hadharah. Kerangka metodologi berfikir Abd. Rachman Assegaf bertolak pada metode sintesa pemikiran dengan sumber pengetahuan antara wahyu, rasio, dan empirisme. Secara aksiologis pendidikan hadhari bertujuan mencapai pendidikan Islam yang visioner, pendidikan integratif-interkonektif, pendidikan non-dikotomi dan pendidikan yang mampu menjawab persoalan kontemporer pendidikan. Pendidikan hadhari secara konsep relevan untuk penyelesaian masalah pendidikan Islam, sudah ada yang secara nyata dilakukan secara konsep meskipun masih kurang maksimal, dalam arti perlu dikaji dan dikembangkan untuk pengaplikasiannya dalam realita pendidikan Islam.

(10)

10 DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN LOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Penegasan Istilah ... 6 C. Rumusan Masalah ... 8 D. Signifikansi Penelitian ... 8 E. Studi Pustaka ... 9 1. Prior Research ... 9 2. Kerangka Teori ... 11

(11)

11

1. Jenis Penelitian ... 16

2. Pendekatan Penelitian ... 16

3. Metode Pengumpulan Data ... 17

4. Analisa Data ... 20

G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 21

BAB II BIOGRAFI ABD. RACHMAN ASSEGAF A. Riwayat Singkat dan Latar Belakang Pendidikan ... 23

B. Karya-Karya Abd. Rachman Assegaf ... 31

BAB III GAGASAN ABD. RACHMAN ASSEGAF MENGENAI PENDIDIKAN HADHARI A. Genealogi Pemikiran Abd. Rachman Assegaf ... 34

B. Gagasan Abd. Rachman Assegaf tentang Pendidikan Hadhari ... 43

1. Sekilas tentang Pendidikan Hadhari ... 43

2. Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif Sebagai Paradigma Pendidikan Islam ... 48

3. Pilar-pilar Pendidikan Hadhari... 53

4. Tiga Bilik Peradaban Hadhari ... 58

BAB VI ANALISIS FILOSOFIS TERHADAP PEMIKIRAN ABD. RACHMAN ASSEGAF TENTANG KONSEP PENDIDIKAN HADHARI A. Dimensi Ontologi ... 75

(12)

12

2. Dimensi Ontologis Pemikiran Abd. Rachman Assegaf ... 76

3. Orisinalitas Pemikiran ... 80

B. Landasan Epistemologis ... 82

1. Pengertian Epistemologi ... 82

2. Mencari Landasan Epistemologi Gagasan Abd. Rachman Assegaf ... 83

3. Kerangka Berpikir dan Pendekatan ... 85

C. Kerangka Aksiologis ... 87

1. Pengertian Aksiologi ... 87

2. Landasan Aksiologi: Nilai dan Tujuan terhadap Pendidikan Islam ... 88

D. Relevansi Pendidikan Hadhari Terhadap Pendidikan Islam ……… 92 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 105 B. Saran ... 108 C. Penutup ... 108 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

13

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

Bagan I : Melacak Genealogi Pemikiran Abd. Rachman Assegaf ... 42

Tabel I : Perbedaan Falsafah Barat dengan falsafah Al-Hadhariyah ... 64

Bagan II : Kerangka Analisis Filosofis pendidikan hadhari ... 74

Bagan III : Domain Pengetahuan, Ketrampilan dan Sikap dalam

(14)

14

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

Lampiran 1 Wawancara Dengan Abd. Rachman Assegaf ... 102

Lampiran 2 Riwayat Hidup ... 105

Lampiran 3 Keterangan SKK

(15)

15

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan tema urgen yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia, Karena pada prinsipnya seluruh proses kehidupan adalah pendidikan. Pandangan bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting sudah lama disadari manusia dan terbukti pendidikan telah melahirkan peradaban-peradaban yang telah tercatat dalam sejarah umat manusia.

Pendidikan adalah upaya sadar dalam rangka mewujudkan dan membentuk pribadi manusia yang seutuhnya, pendidikan adalah sebuah proses menciptakan pribadi manusia yang berguna bagi masyarakat, agama dan bangsa serta bertakwa kepada Tuhan YME. Dalam undang-undang Nomor 12 tahun 1954 menerangkan bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air (Purwanto, 2002:27).

Dari pengertian tersebut tersirat jelas bahwa pendidikan Islam seharusnya memiliki peranan yang dominan dalam proses pendidikan di Indonesia. Namun realitasnya, pendidikan Islam justru menempati posisi yang dilematis. Seiring kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta gencarnya arus modernisasi, pendidikan Islam justru dihadapkan pada tantangan-tantangan kompleks.

(16)

16

Persoalan-persoalan mulai dari masih banyaknya umat Muslim yang masih anti dengan penemuan-penemuan Barat sehingga menimbulkan pola berpikir fiqih oriented yang hanya mengedepankan implementasi hubungan vertikal dan terjebak dalam arus ritualisasi. Pola keberagaman seperti ini dikhawatirkan akan menciptakan masyarakat yang selalu dihiasi budaya ritualistik, kaya akan unsur kultur Islami tapi miskin nilai spiritual yang berdimensi kemanusiaan. Ketidakseimbangan antara konsep hablum minallah dan hablum minannas telah mengakibatkan diabaikannya rumusan khalifatullah dalam rumusan pendidikan (Mas’ud, 2002:15).

Masalah dikotomi keilmuan pun menjadi persoalan yang tidak pernah habisnya diperdebatkan dalam pendidikan Islam. Menurut Ahmad Barizi, terdapat asumsi pemetakan lebih jauh antara apa yang disebut dengan revealed knowledge (pengetahuan yang bersumber dari wahyu Tuhan) dan scientific knowledge (pengetahuan yang bersumber dan berasal dari analisa pikir manusia) seperti filsafat, ilmu-ilmu sosial (social siencies), ilmu-ilmu humaniora (humanities siencies), ilmu-ilmu alam (natural siencies), dan ilmu-ilmu eksakta (mathematic siencies) (Barizi, 2011:21).

Islam sendiri tidak mengenal adanya dikotomi karena Islam memiliki kaitan yang sangat erat dengan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an sebagai kitab suci Islam mengandung banyak keterangan-keterangan tentang ciptaan-ciptaan Allah. Islam sangat menganjurkan umatnya menyelidiki rahasia alam tersebut melalui

(17)

17

kegiatan ilmiah. Masih menurut pendapat Ahmad Barizi bahwa orientasi sains dan teknologi sesungguhnya merupakan instruksi utama al-Qur’an bagi terbentuknya ulu al-albab (Barizi, 2011:23). Penghargaan terhadap kebebasan untuk berkembang dan berpikir maju tentu saja sangat besar, mengingat manusia merupakan makhluk yang berpikir dan memiliki kesadaran. Namun realitasnya masih terjadi kesenjangan dalam pendidikan Islam.

Masih banyak persoalan-persoalan yang dihadapi pendidikan Islam seperti masalah demokrasi, pemerataan pendidikan, multikulturalisme, pluralisme, globalisasi pendidikan dan lain sebagainya. Melihat banyaknya persoalan tersebut diperlukan pembaharuan strategi pendidikan yang membumi, dan untuk melakukan pembaharuan pendidikan Islam diperlukan paradigma pendidikan yang mampu mengarahkan pada tujuan dan sasaran pendidikan Islam. Kemajuan pendidikan ditentukan oleh landasan pijak dan paradigma yang mampu mengantarkan pada substansi apa yang akan dibawa dalam proses dan metode pendidikan.

Ketika pendidikan Islam dijadikan sebagai paradigma maka keseluruhan pendidikan juga harus mengadaptasi dari ajaran-ajaran Islam. Dasar paradigma pendidikan Islam adalah al-Qur’an dan Hadis yang digunakan sebagai rujukan utama dalam membuat dan mengembangkan konsep, prinsip, teori, dan teknik pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa ideologi atau paradigma pendidikan

(18)

18

merupakan gambaran utuh antara ketauhidan, akhlak, alam semesta dan tentang manusia yang dikaitkan dengan teori pendidikan Islam.

Dalam catatan sejarahnya, pendidikan ini benar-benar mampu membangun peradaban, sehingga adanya sebuah paradigma pendidikan Islam merupakan sebuah keharusan. Dunia Islam pernah menjadi kiblat ilmu pengetahuan dan teknologi dan mencapai puncaknya pada masa khalifah Abbasiyah. Pada masa itu seluruh aktivitas intelektual dilandasi dengan nilai-nilai agama, tujuan akhir dari seluruh aktivitas adalah menegakkan agama dan adanya perimbangan antara disiplin ilmu agama serta pengembangan intelektual dalam kurikulum pendidikan.

Namun sayangnya kemajuan-kemajuan Islam saat itu tidak sempat dilanjutkan dengan sebaik-baiknya oleh generasi berikutnya sehingga tanpa sadar umat Islam telah melepaskan kepeloporannya. Sampai saat ini bangsa Barat dengan mudah mengambil dan mentransfer ilmu pengetahuan yang dimiliki umat Islam sehingga kendali dan penguasa IPTEK berada pada bangsa barat.

Saat ini adalah waktunya umat Islam melakukan pembaharuan progesif dalam pendidikan Islam. Diperlukan paradigma pendidikan Islam yang mencakup persoalan-persoalan filosofis dalam arti luas. Persoalan filosofis tersebut menyangkut pertanyaan mendasar seperti apakah pendidikan Islam itu?, Apakah tujuan dari pendidikan Islam itu?, Apakah yang menjadi landasan pijak dari pendidikan Islam itu?.

(19)

19

Dari berbagai permasalahan pendidikan Islam di atas, para praktisi pendidikan mulai berfikir bagaimana merekonstruksi paradigma pendidikan Islam sehingga mampu mencapai tujuan akhir yang diharapkan. Seperti yang telah diketahui, pendidikan Islam diharapkan mampu mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal dan proporsional dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan Islam juga diharapkan mampu mengoptimalkan kemandirian dan tanggung jawab peserta didik.

Salah satu gagasan tentang pengembangan pendidikan Islam yang sesuai dengan problem solving adalah gagasan paradigma pendidikan hadhari berbasis integratif-interkonektif yang dibukukan dengan judul Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif. Gagasan pendidikan hadhari berbasis integratif-interkonektif menyajikan konsep pembaharuan pendidikan Islam dalam perspektif keilmuan yang integratif-interkonektif. Dalam buku ini dipaparkan kajian tentang falsafah, sains, dan agama Islam sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Konsep pendidikan hadhari menawarkan jalan keluar dengan internalisasi nilai dan prinsip umum yang meliputi petunjuk waktu, nilai-nilai kenabian, kejayaan masa-masa keemasan dengan tetap merespon isu-isu kontemporer.

Sebagai upaya reflektif, dan sebagai bentuk respon intelektual atas hadirnya sebuah ide dan gagasan besar, penulis mencoba untuk menelaah kembali secara filosofis atas apa yang menjadi gagasan Abd. Rachman Assegaf.

(20)

20

B. Penegasan Istilah

Untuk memberikan pemahaman yang tepat serta untuk menghindari kesalahpahaman dan kekaburan dalam menginterpretasikan judul skripsi ini, maka perlu dikemukakan makna agar dapat dipahami secara konkret dan lebih operasional. Adapun penjelasan dari istilah tersebut:

1. Paradigma

Dalam Kamus Filsafat, paradigma memungkinkan sang ilmuwan untuk memecahkan kesulitan yang muncul dalam rangka ilmunya, sampai muncul begitu banyak anomali yang tak dapat dimasukkan dalam kerangka ilmunya, dan menuntut revolusi paradigmatik terhadap ilmu tersebut. Pengertian dari paradigma adalah cara memandang sesuatu, dalam ilmu pengetahuan paradigma diartikan sebagai model, pola, ideal di mana dari model-model tersebut fenomena yang dipandang, dijelaskan. Pengertian lain dari paradigma adalah totalitas premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan atau mendefinisikan suatu studi ilmiah konkret, dan ini melekat di dalam praktek ilmiah pada tahap tertentu (Bagus, 1996:779).

2. Pendidikan hadhari

Kata hadhari berasal dari bahasa Arab, hadharah yang berarti peradaban. hadharah berakar kata hadhara yang berarti hadir. Dalam kamus Al-Mawrid kata hadharah diartikan dalam bahasa inggris dengan kata civilization yang sama artinya dengan kata tamadun dan madaniyah artinya

(21)

21

peradaban, sebuah umat yang menjadi beradab, bangsa-bangsa yang berperadaban dan kemajuan dalam rasa atau pemikiran atau tingkah laku (Ba’albaki, 2003:181).

Abd. Rachman Assegaf mengaitkan pendidikan dan hadhari menjadi pendidikan hadhari. pendidikan hadhari diartikan sebagai pendidikan berkemajuan dan berperadaban yang dilandasi oleh nilai-nilai ke-Islam-an (Assegaf, 2011:24).

Dengan pengertian lain bahwa pendidikan hadhari adalah konsep pendidikan yang menempatkan etika Islam yang bersumber dari nilai-nilai al-Quran dan Hadis untuk menjiwai seluruh pembidangan ilmu alam, sosial, dan humaniora (Assegaf, 2011:27).

3. Integratif-Interkonektif

Integratif atau integrasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2007:437). Interkonektif dapat diartikan sebagai suatu keterhubungan. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan interkoneksi adalah hubungan satu sama lain (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2007:438).

Melihat pengertian integratif dan interkonektif diatas, dapat disimpulkan integratif-interkonektif adalah adanya suatu kesatuan dan keterkaitan antar komponen yang didasarkan pada kesamaan prinsip dan tujuan.

(22)

22

Dari penegasan istilah tersebut, maka maksud judul di atas adalah suatu penelitian untuk membahas dan menganalisa secara filosofis konsep pendidikan hadhari berbasis integratif-interkonektif dalam karya Abd. Rachman Assegaf.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah dan kerangka pemikiran di atas, ada beberapa permasalahan yang merupakan agenda penelitian yang akan dikaji yaitu:

1. Apa gagasan pemikiran Abd. Rachman Assegaf tentang konsep pendidikan hadhari sebagai paradigma pendidikan Islam?

2. Apa landasan pemikiran Abd. Rachman Assegaf tentang konsep pendidikan hadhari sebagai paradigma pendidikan Islam?

3. Bagaimana relevansi pemikiran Abd. Rachman Assegaf tentang konsep pendidikan hadhari dalam pendidikan Islam saat ini?

D. Siginifikansi Penelitian

1. Tujuan penelitian

Setiap penelitian tentu memiliki tujuan dan kegunaan, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mendapatkan satu eksplorasi lebih lanjut mengenai pendidikan hadhari sebagai paradigma pendidikan Islam (dari segi filosofis), dan relevansinya terhadap dunia pendidikan Islam di Indonesia saat ini.

(23)

23

b. Untuk memberikan evaluasi kritis mengenai pendidikan hadhari jika dijadikan sebagai paradigma pendidikan kontemporer di Indonesia.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretik

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam hal memberikan gambaran tentang gagasan pendidikan hadhari secara filosofis untuk bisa dijadikan bahan renungan bersama praktisi pendidikan dalam memberikan cara pandang dan landasan pijak yang sekiranya dapat memberikan kontribusi nyata dalam mengatasi persoalan pendidikan Islam.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan memberikan masukan bagi praktisi pendidikan dalam hal memberikan pemantapan dalam dataran implementasinya setelah tawaran Prof. Dr. Abd. Rachman Assegaf tentang pendidikan hadhari sebagai paradigma Pendidikan Islam dikaji dan ditelaah dalam aspek filosofisnya.

E. Studi Pustaka 1. Prior Research

Adapun penelitian skripsi yang membahas konsep pendidikan hadhari, sejauh pengamatan penulis belum ditemukan. Inti dari pendidikan hadhari adalah pemikiran mengenai konsep pendidikan Islam. Penulis menemukan

(24)

24

beberapa judul skripsi yang memiliki kesamaan dengan permasalahan yang akan penulis angkat dalam skripsi ini, antara lain:

a. Zaenal Arifin (UMS, 2003) dalam skripsinya yang berjudul “Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi tentang Pendidikan Islam”. dalam skripsi ini, permasalahan yang diambil Zaenal Arifin adalah bagaimana pemikiran Ismail Raji tentang pendidikan Islam secara umum. Penelitian ini menggunakan metode content analysis.

b. Imam Suprayogi (UMS, 2005) dalam skripsi yang berjudul “Pemikiran Rosyid Ridho tentang Pembaharuan Pendidikan Islam”. Permasalahan yang diteliti oleh Imam Suprayogi dalam skripsinya adalah pemikiran Rosyid Ridho tentang pembaharuan pendidikan Islam secara umum. Untuk menganalisa datanya, Imam Suprayogi menggunakan metode induktif komparatif.

c. Budi Santosa (STAIN Salatiga, 2005) dalam skripsinya yang berjudul “Pokok-Pokok Pendidikan Muhammad Iqbal tentang Pendidikan Islam”. Permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana pokok-pokok pemikiran Muhammad Iqbal tentang pendidikan Islam. skripsi ini merupakan penelitian bibliogriafi dengan menggunakan metode deskriptif analitis, metode deduktif dan metode induktif dalam analisis datanya. d. Khiyarotun Naslah (STAIN Salatiga, 2002) dalam skripsinya yang berjudul

(25)

25

Dr. Muh. Athiyah Al.Abrosyi”. Skripsi ini merupakan skripsi studi kepustakaan yang membandingkan pemikiran dua tokoh yaitu Hasan Langgulung dan Muh. Athiyah Al Abroshy.

e. Mahfur (STAIN Salatiga, 2010), dengan judul skripsi “Konsep Pendidikan Islam Menurut Mohammad Natsir. Skripsi ini juga merupakan studi kepustakaan yang menggunakan metode analisis isi, analisa historis, dan metode analisa deskriptif.

Di Indonesia skripsi-skripsi yang membahas tentang pemikiran tokoh-tokoh yang berperan dalam pembaharuan pemikiran Islam sebenarnya sangat banyak. Berbeda dari skripsi-skripsi di atas, penelitian yang akan dilakukan penulis lebih terfokus pada analisa secara filosofis gagasan Abd. Rachman Assegaf tentang pendidikan hadhari. Analisa secara filosofis dimaksudkan untuk mengetahui secara mendalam dan kritis sampai pada persoalan akarnya sesuai dengan cara berfikir filsafat baik berkaitan dengan landasan epitemologis, landasan ontologis maupun kerangka aksiologis dari gagasan Abd. Rachman Assegaf tentang paradigma pendidikan hadhari.

2. Kerangka Teori

Paradigma pendidikan merupakan pandangan menyeluruh yang mendasari rancang bangun suatu sistem pendidikan (Nasrudin, 2008:38). Pada saat berbicara mengenai paradigma pendidikan Islam maka yang tersirat adalah pendidikan yang bercirikan khas Islam sehingga mengindikasikan

(26)

26

konsep pendidikan yang secara akurat bersumber pada ajaran Islam. Ilmu pendidikan Islam didasarkan pada konsep dan teori yang dikembangkan dari nilai-nilai Islam: al-Qur’an, as-Sunnah dan ijtihad (Roqib, 2009:23).

Pendidikan Islam pada hakekatnya adalah suatu proses untuk mencapai tujuan bahwa manusia di dunia ini adalah menjalankan amanah Allah SWT dalam arti beribadah kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman allah dalam surat Q.S. al-Dzariyat [51] ayat 56 (Departemen Agama Republik Indonesia Jkt, 1994:13) yaitu ;

Ayat ini menjelaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia adalah untuk ”mengabdi” kepada Allah SWT. Tujuan pendidikan Islam yang utama adalah terbentuk insan-insan yang sadar akan tugas utamanya di dunia ini. Ibadah dalam pandangan ilmu fiqih ada dua yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghoiru mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah bentuk, kadar atau waktunya seperti shalat, puasa dan haji. Ghoiru mahdhah adalah segala bentuk aktivitas manusia yang diniatkan untuk memperoleh ridho dari Allah SWT.

Dalam penciptaannya manusia diciptakan oleh Allah dengan dua fungsi yaitu sebagai khalifah dimuka bumi dan fungsi manusia sebagai makhluk Allah yang memiliki kewajiban untuk menyembah-Nya. Kedua fungsi tersebut dijelaskan dalam Q.S. Al-Baqoroh ayat 30 (Departemen Agama Republik Indonesia, 1994:862) :

(27)

27

Dalam Tafsir Al-Mishbah (2002) dijelaskan kata khalifah pada mulanya berarti yang menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya. Atas dasar ini, ada yang memahami kata khalifah di sini dalam arti yang menggantikan Allah dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerangkan ketetapan-ketetapan-Nya sesuai dengan petunjuk Allah.

Dari keterangan di atas jelas bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia sebagai khalifah fi al-ardhi, hamba Allahyang taat beribadah, pembentukan insan kamil dan tujuan pembentukan manusia yang bertakwa, beriman dan berakhlak mulia. Untuk menuju tujuan pendidikan Islam tersebut sepertinya sulit, karena saat ini pendidikan Islam masih terjebak dalam simtom dikotomi, padahal al-Qur’an sebagai acuan utama tidak membenarkan adanya suatu dikotomi. Seperti yang dijelaskan oleh Abdurrahman Mas’ud bahwa simtom dikotomik dalam pendidikan Islam bukanlah monopoli lembaga pendidikan. Bagaikan sebuah wabah simtom, dikotomi menyerang ke seluruh kehidupan umat Islam, dari pribadi ke komunitas Islam, dari raja sampai ke rakyat jelata, dari luar lembaga ke dalam lembaga pendidikan, dan seterusnya (Mas’ud, 2002:99).

Kalau ditarik ke alur sejarah terjadinya pemisahan agama dari ilmu pengetahuan sebagaimana tersebut di atas terjadi pada abad pertengahan, yakni pada saat umat Islam kurang memperdulikan IPTEK. Pada masa itu yang berpengaruh di masyarakat Islam adalah ulama tarikat dan ulama fiqih.

(28)

28

Keduanya menanamkan paham taklid dan membatasi kajian agama hanya dalam bidang yang sampai sekarang masih dikenal sebagai ilmu-ilmu agama seperti tafsir, fiqih, dan tauhid (Umiarso & Makmur, 2010:212).

Keadaan tersebut diperparah dengan adanya pengaruh kolonialisme dan sekularisme yang meluas pada negara-negara Muslim. Sistem pendidikan modern yang diimpor dari Barat benar-benar dianut dan didukung oleh pemerintahan negara-negara Muslim. Sementara itu, sistem pendidikan tradisional lebih berkutat pada pengajaran ilmu-ilmu keagamaan dan mengabaikan perkembangan yang datang dari Barat (Zainuddin, 2008:26).

Problem dikotomi pendidikan melahirkan konsep dan ide-ide untuk dijadikan jalan keluar seperti pendidikan nondikotomi, pendidikan dualisme dan pendidikan disintegrasi. Salah satu ide yang paling diperdebatkan untuk mengatasi kemunduran umat Islam dan revitalisasi potensi umat Islam adalah ide Islamisasi pengetahuan yang dilancarkan oleh almarhum Profesor Raji al-Faruqi (Temple University, USA) sejak tahun 1970-an. Konkretnya, krisis tersebut disebabkan oleh:

a. Kemunduran umat (the backwardness of the ummah). b. Kelemahan umat (the weakness of the ummah).

c. Stagnasi pemikiran umat (the intellectual stagnation of the ummah). d. Absennya ijtihad umat (the absence of ijtihad in the ummah).

(29)

29

e. Absennya kemajuan cultural umat (the absence of cultural progess in the ummah).

f. Tercabutnya umat dari norma-norma dasar peradaban Islam (the ummah’s losing touch with the basic norms of Islamic civilization) (Mas’ud, 2002:4). Sementara Umiarso dan Haris Fathoni Makmur (2010:220) berpendapat bahwa Perubahan yang perlu dilakukan pendidikan Islam adalah:

a. Membangun sistem pendidikan Islam yang mampu mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas agar mampu mengantisipasi kemajuan IPTEK untuk menghadapi tantangan dunia global menuju masyarakat Indonesia baru yang dilandasi dengan nilai-nilai illahiyah, kemanusiaan (insaniyyah), dan masyarakat, serta budaya.

b. Menata manajemen pendidikan Islam dengan berorientasi pada manajemen berbasis sekolah agar mampu menyerap aspirasi masyarakat, dapat mendayagunakan potensi masyarakat, dan daerah (otonomi daerah) dalam rangka penyelenggaraan pendidikan Islam yang berkualitas

c. Meningkatkan demokrasi penyelenggaraan pendidikan Islam secara berkelanjutan dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat agar dapat menggali serta mendayagunakan potensi masyarakat.

Para praktisi pendidikan Islam dan intelek Muslim hingga saat ini berupaya mengembangkan konsep paradigma pendidikan Islam dan membangkitkan tradisi keilmuan Islam seperti yang telah terjadi pada zaman

(30)

30

keemasan peradaban Islam. Dalam upaya ini muncul penggunaan istilah hadhari. Di Indonesia istilah hadhari masih jarang dipakai, istilah ini dipakai oleh UIN Yogyakarta yang sedang mengembangkan konsep segitiga hadharah yang mengembangkan pendekatan studi keilmuan integratif-interkonektif.

Pendekatan integratif-interkonektif ini memiliki perbedaan dengan Islamisasi ilmu. Islamisasi ilmu merupakan pemilahan dan peleburan antara ilmu agama dan ilmu umum. Berbeda dengan pendekatan integratif-interkonektif yang lebih bersifat menghargai keilmuan umum yang sudah ada, karena keilmuan telah memiliki basis epistemologi, ontologi, dan aksiologi sambil mencari letak persamaan baik metode pendekatan dan metode berpikiran antar keilmuan dan memasukkan nilai-nilai Islam ke dalamnya

Dilihat dari segi bahasa hadhari berarti semakna dengan madani yang berarti urbanized, citified, dan civilized atau dengan kata lain pendidikan berkemajuan (Assegaf, 2011:24). Mengacu pada pengertian di atas ketika konsep Islam hadhari dijadikan paradigma pendidikan Islam maka akan melahirkan konsep paradigma pendidikan hadhari yang integratif-interkonektif.

(31)

31

F. Metode Penelitian Skripsi 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Apa yang disebut riset kepustakaan atau sering juga disebut studi pustaka, ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2004:3).

Karena penelitian ini sifatnya adalah kajian pustaka atau literer, maka penulis dalam mengkaji konsep pemikiran Abd. Rachman Assegaf tentang pendidikan hadhari dengan bantuan buku-buku, yang diambil dari tulisan beliau dan juga tulisan orang lain yang bersinggungan dengan tema pendidikan hadhari.

2. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan adalah studi pemikiran tokoh dengan pendekatan sosio historis dan factual historis,

a. Pendekatan sosio historis yaitu penelitian yang berupaya memeriksa secara kritis peristiwa perkembangan dan pengalaman masa lalu, kemudian mengadakan interpretasi terhadap sumber-sumber informasi (Komaruddin, 1984:120). Pendekatan ini bermaksud untuk menelusuri perkembangan kegiatan sosial Abd. Rachman Assegaf baik kegiatan organisasi maupun karier politik beliau.

(32)

32

b. Factual historis yaitu suatu pendekatan dengan mengemukakan historisitas faktual mengenai tokoh (Bekker & Zubair, 1990:61). Pendekatan ini penulis gunakan dalam mengungkapkan seluk beluk perkembangan pemikiran Abd. Rachman Assegaf dari masa kecil sampai pada ujung pemikiran bagaimana Beliau membuat gagasan mengenai pendidikan hadhari melalui data-data yang terkumpul.

Kedua pendekatan ini penulis gunakan untuk mengungkapkan historitas Abd. Rachman Assegaf serta pemikirannya mengenai pendidikan hadhari. Dengan itu konsep pendidikan hadhari akan didekati dengan seksama, sehingga menghasilkan asumsi dan proposisi yang nantinya akan dilanjutkan dalam pembahasan lebih lanjut.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Metode dokumentasi

Data yang dihimpun merupakan sumber tertulis yang yang secara garis besar ada dua macam sumber yaitu:

1) Sumber primer

Sumber primer dalam hal ini adalah hasil-hasil penelitian atau tulisan karya peneliti atau teoritisi yang orisinil (Hadjar, 1996:83). Sumber primer ini berupa buku-buku dan karya ilmiah yang digunakan penulis sebagai referensi utama. Adapun sumber primer yang dimaksud

(33)

33

adalah buku karya Abd. Rachman Assegaf yang berjudul Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif. Buku ini menawarkan konsep pembaharuan pendidikan Islam yang berbasis integratif-interkonektif dengan menyajikan konsep falsafah, sains dan agama sebagai satu sistem kesatuan yang saling terkait.

Masih dalam satu karya Abd. Rachman Assegaf yaitu buku yang berjudul Desain Riset Sosial-Keagamaan: Pendekatan Integrasi-Interkoneksi. Dalam buku ini menjabarkan secara rinci paradigma keilmuan integrasi-interkoneksi dalam bidang Pendidikan Islam dan penelitian sosial-keagamaan.

2) Sumber sekunder

Sumber sekunder adalah bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh seorang penulis yang tidak secara langsung melakukan pengamatan atau berpartisipasi dalam kenyataan yang Ia deskripsikan. Dengan kata lain penulis tersebut bukan penemu teori (Hadjar, 1996:83). Sumber sekunder ini penulis gunakan sebagai bahan referensi tambahan untuk lebih memperkaya isi skripsi, dan sebagai bahan pelengkap dalam pembuatan skripsi ini. Sumber sekunder tersebut diantaranya:

(34)

34

a) Abd. Rachman Assegaf, 2003, Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-Negara Islam, Yogyakarta: Gama Media.

b) Abd. Rachman Assegaf, 2004, Pendidikan Tanpa Kekerasan:Tipologi Kondisi, Kasus dan Konsep, Yogyakarta: Tiara Wacana.

c) Abd. Rachman Assegaf, 2008, Pendidikan Islam Madzab Kritis, Yogyakarta: Gama Media.

d) Umiarso dan Haris Fathoni Makmur, 2002, Pendidikan Islam dan Krisis Moralisme Masyarakat Modern, Yogyakarta: IRCiSod.

e) Abdurrahman Mas’ud, 2002, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik, Yogyakarta: Gama Media.

f) Zainuddin, 2008, Paradigma Pendidikan Terpadu:Menyiapkan Generasi Ulul Albab, Malang: UIN Malang Press.

g) Ahmad Barizi, 2001, Pendidikan Integratif: Akar Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam,Malang: UIN MalikiPress. h) Dan referensi lainnya yang bersangkutan dengan judul yang penulis

angkat.

b. Metode wawancara

Selain metode dokumentasi, penulis juga menggunakan metode Wawancara, metode wawancara adalah percakapan dengan maksud

(35)

35

tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan perwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2008:186). Metode ini digunakan untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan, melalui wawancara dengan Abd. Rachman Assegaf untuk menambah maupun memperoleh data yang selengkap-lengkapnya dan lebih akurat mengenai historitas dan pemikiran-pemikiran Abd. Rachman Assegaf tentang paradigma pendidikan hadhari, baik langsung maupun tidak langsung.

4. Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: a. Metode content Analiysis atau analisis isi

Analisis isi (Content Analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (Replicable), dan shahih data dengan memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi (Bungin, 2011: 231)

Dengan metode analisis isi ini penulis akan mengkaji dan menafsirkan pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam buku, teks atau naskah dan hasil wawancara dengan Prof. Dr. Abd. Rachman Assegaf yang berkaitan dengan pendidikan hadhari sehingga terangkum lebih padat. Satuan makna dan kategori yang dianalisis dicari hubungan satu sama lainnya untuk menemukan makna, arti, dan tujuan isi komunikasi itu.

(36)

36

hasil analisis ini kemudian dideskripsikan dalam bentuk draft laporan penelitian sebagaimana penelitian pada umumnya (Bungin, 2011:234). b. Analisis filosofis

Selanjutnya penulis juga menggunakan analisa filosofis untuk mengurai persoalan-persoalan mendasar berkaitan dengan landasan epistemologi, ontologi maupun aksiologi dari gagasan pemikiran Abd. Rachman Assegaf. Kerangka teoritik dalam studi pemikiran tokoh apabila diletakkan dalam pola pemikiran atau analisa filosofis, maka dijelaskan dengan tiga domain yakni ontologi, epistemologi dan aksiologi. Domain ontologis digunakan untuk menelusuri apa dan hakekat serta otensitas atau orisinalitas pemikiran Abd. Rachman Assegaf. Domain epistemologis Berkaitan dengan darimana sumber pengetahuan dan landasan epistemologis dari gagasan Abd. Rachman Assegaf. Domain aksiologis digunakan untuk mengkaji nilai, tujuan dan sumbangsih pendidikan hadhari sebagai paradigma pendidikan Islam.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika disini adalah gambaran umum tentang skripsi ini. Skripsi ini terbagi ke dalam tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi dan bagian akhir. Bagian awal berisikan sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran; adapun bagian inti

(37)

37

berisi pendahuluan sampai dengan penutup; dan bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran, riwayat hidup penulis. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan : Bab ini Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian Skripsi, Serta dilengkapi dengan Sistematika Penulisan Skripsi untuk mempermudah membaca alur pemikiran yang ada.

Bab II Biografi Abd. Rachman Assegaf: Bab ini membahas tentang riwayat singkat dan latar belakang pendidikan serta karya-karya yang ditulis oleh Abd. Rachman Assegaf.

Bab III Gagasan Abd. Rachman Assegaf Mengenai Pendidikan Hadhari Sebagai Paradigma Pendidikan Islam: Pada bab ini penulis akan menyajikan mengenai gambaran umum pemikiran Abd. Rachman Assegaf tentang pendidikan hadhari namun sebelumnya diuraikan terlebih dulu pandangan umum mengenai genealogi pemikiran Abd. Rachman Assegaf mengenai pendidikan hadhari.

Bab IV Analisis Filosofis Terhadap Pemikiran Prof. Dr. Abd. Rachman Assegaf tentang Konsep Pendidikan Hadhari: Dalam bab ini penulis akan memaparkan hasil analisis filosofis pemikiran Abd. Rachman Assegaf menggunakan pendekatan ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

(38)

38

Bab V Penutup: Penulis mengakhiri penulisan skripsi, pada bab ini dengan mengurutkan kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksana pekerjaan wajib menyerahkan Jaminan Pelaksanaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai pekerjaan yang diterbitkan oleh Bank Pemerintah/Swasta atau Perusahaan

Metode yang digunakan untuk steganografi dalam penelitian adalah Low Bit Encoding dengan enkripsi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui energi listrik yang dihasilkan oleh generator termoelektrik dengan menggunakan berbagai jenis limbah organik (tatal kayu akasia, tatal

Seperti tampak pada Gambar 2, aktivitas enzim nitril hidratase, baik aktivitas total maupun aktivitas spesifik, mempunyai pola yang sama dengan pola pertumbuhan Pseudomonas

DIBTHKAN SGR Bag. Pola Potong & Fin- ishing, Pengalaman Butik. Dtg langsung ke Asem Baris Raya No.. mall Matahari Serpong, mall Season City, mall Thamrin City hub.

Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud di atas salah satunya dari bersumber: pendapatan asli daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan

Untuk Mengetahui bagaimana cara perusahaan memecahkan masalah yang terjadi terkait dengan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (S.O.P)

Hasil pengamatan rata-rata rendemen tahu galur harapan 4-Psj sebesar 370,0% dan galur harapan Q-298 sebesar 336,7% memiliki kandungan rendemen lebih tinggi dibandingkan