• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARADIGMA PENDIDIKAN HADHARI BERBASIS INTEGRATIF-INTERKONEKTIF (TINJAUAN FILOSOFIS PEMIKIRAN ABD. RACHMAN ASSEGAF)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PARADIGMA PENDIDIKAN HADHARI BERBASIS INTEGRATIF-INTERKONEKTIF (TINJAUAN FILOSOFIS PEMIKIRAN ABD. RACHMAN ASSEGAF)"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PARADIGMA PENDIDIKAN HADHARI

BERBASIS INTEGRATIF-INTERKONEKTIF

(TINJAUAN FILOSOFIS PEMIKIRAN ABD.

RACHMAN ASSEGAF)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

NINING ERFIYANTI NIM. 111 08 016

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA 2012

(2)
(3)

iii

PARADIGMA PENDIDIKAN HADHARI

BERBASIS INTEGRATIF-INTERKONEKTIF

(TINJAUAN FILOSOFIS PEMIKIRAN ABD.

RACHMAN ASSEGAF)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

NINING ERFIYANTI NIM. 111 08 016

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA 2012

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Tidak akan rugi orang-orang yang berdoa, berusaha

dan bertawakal”

PERSEMBAHAN

Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya persembahkan kepada:

 Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberi curahan kasih sayangnya

serta do’a restunya demi tercapainya keberhasilan ini.

 Adikku tersayang yang telah memberiku semangat.

 Sahabat-sahabat yang senantiasa memberi bantuan dan dorongan selama

penyusunan skripsi ini.

 Seseorang yang spesial, yang selalu memberikan senyuman, dukungan

dan semangat.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rosulullah Saw, keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Penyusunan skripsi ini bertujuan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam ilmu Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Terselesainya skripsi ini ini tidak semata-mata hasil dari jerih payah penulis sendiri melainkan banyak pihak yang terkait yang telah membantu baik moril maupun spiritual, oleh karena itu penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku ketua STAIN Salatiga, beserta para stafnya yang telah menyediakan tempat serta fasilitas gedung kuliah yang nyaman dan kondusif.

2. Bapak Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag, yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Progam Studi Pendidikan Agama Islam.

4. Ibu dan bapak Dosen Progam Studi Pendidikan Agama Islam, yang telah mendidik penulis pada waktu kuliah, sehingga membantu tersusunnya skripsi ini.

5. Segenap civitas Akademik STAIN Salatiga.

6. Ayahanda terkasih dan ibunda terkasih yang selalu tulus dan ikhlas mencurahkan segalanya demi penulis serta adikku tercinta.

7. Teman-teman terdekat yang telah memberikan motivasi dan do’a sehingga dapat terselesainya skripsi ini.

(9)

ix

Penulis memohon kepada Allah SWT, agar orang-orang yang telah berjasa kepada penulis mendapat limpahan rahmat, taufiq, serta inayah-Nya. Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin.

Penulis menyadari susunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, dan para pembaca umumnya. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk skripsi ini.

Salatiga, 28 Juni 2012 Penulis

NINING ERFIYANTI NIM. 11108016

(10)

x

ABSTRAK

Erfiyanti, Nining.2012. Paradigma Pendidikan Hadhari Berbasis

Integratif-Interkonektif (Tinjauan Filosofis Pemikiran Abd. Rachman Assegaf. Skripsi Jurusan Tarbiyah. Progam Studi Pendidikan

Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag.

Kata kunci: paradigma, pendidikan hadhari, integratif-interkonektif, Abd. Rachman Assegaf.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah (1) untuk mendapatkan satu eksplorasi lebih lanjut mengenai pendidikan hadhari sebagai paradigma pendidikan Islam (dari segi filosofis), dan relevansinya terhadap dunia pendidikan Islam di Indonesia saat ini, (2) untuk memberikan evaluasi kritis mengenai pendidikan hadhari jika dijadikan sebagai paradigma pendidikan kontemporer di Indonesia.

Skripsi ini merupakan jenis penelitian kepustakaan yang menggunakan pendekatan sosio historis dan factual historis. Analisis datanya menggunakan metode analisis isi dan analisis filosofis.

Hasil penelitian ini secara ontologis, pendidikan hadhari adalah pendidikan yang berusaha membangun budaya intelektual umat Islam dengan mengembangkan agama, ilmu dan falsafah sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan sesuai dengan al-Qur’an dan Hadis dan dijabarkan sesuai dengan tuntutan kebutuhan manusia dan isu-isu kontemporer pendidikan Islam. secara epistemologi pemikiran Abd. Rachman Assegaf berlandaskan pada al-Qur’an dan Hadis, teori pendidikan sebelumnya, pengembangan Islamisasi ilmu dan pengembangan konsep segitiga Hadharah. Kerangka metodologi berfikir Abd. Rachman Assegaf bertolak pada metode sintesa pemikiran dengan sumber pengetahuan antara wahyu, rasio, dan empirisme. Secara aksiologis pendidikan

hadhari bertujuan mencapai pendidikan Islam yang visioner, pendidikan

integratif-interkonektif, pendidikan non-dikotomi dan pendidikan yang mampu menjawab persoalan kontemporer pendidikan. Pendidikan hadhari secara konsep relevan untuk penyelesaian masalah pendidikan Islam, sudah ada yang secara nyata dilakukan secara konsep meskipun masih kurang maksimal, dalam arti perlu dikaji dan dikembangkan untuk pengaplikasiannya dalam realita pendidikan Islam.

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN LOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Penegasan Istilah ... 6 C. Rumusan Masalah ... 8 D. Signifikansi Penelitian... 8 E. Studi Pustaka... 9 1. Prior Research ... 9 2. Kerangka Teori ... 11

F. Metodologi Penelitian Skripsi ... 16

1. Jenis Penelitian ... 16

2. Pendekatan Penelitian... 16

3. Metode Pengumpulan Data ... 17

4. Analisa Data ... 20

G. Sistematika Penulisan Skripsi... 21

BAB II BIOGRAFI ABD. RACHMAN ASSEGAF A. Riwayat Singkat dan Latar Belakang Pendidikan ... 23

(12)

xii

BAB III GAGASAN ABD. RACHMAN ASSEGAF MENGENAI

PENDIDIKAN HADHARI

A. Genealogi Pemikiran Abd. Rachman Assegaf ... 34

B. Gagasan Abd. Rachman Assegaf tentang Pendidikan Hadhari ... 43

1. Sekilas tentang Pendidikan Hadhari... 43

2. Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif Sebagai Paradigma Pendidikan Islam ... 48

3. Pilar-pilar Pendidikan Hadhari ... 53

4. Tiga Bilik Peradaban Hadhari ... 58

BAB VI ANALISIS FILOSOFIS TERHADAP PEMIKIRAN ABD. RACHMAN ASSEGAF TENTANG KONSEP PENDIDIKAN HADHARI A. Dimensi Ontologi ... 75

1. Pengertian Ontologi ... 75

2. Dimensi Ontologis Pemikiran Abd. Rachman Assegaf.. 76

3. Orisinalitas Pemikiran ... 80

B. Landasan Epistemologis ... 82

1. Pengertian Epistemologi ... 82

2. Mencari Landasan Epistemologi Gagasan Abd. Rachman Assegaf ... 83

3. Kerangka Berpikir dan Pendekatan ... 85

C. Kerangka Aksiologis ... 87

(13)

xiii

2. Landasan Aksiologi: Nilai dan Tujuan terhadap

Pendidikan Islam ... 88 D. Relevansi Pendidikan Hadhari Terhadap Pendidikan

Islam ……… 92 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 105 B. Saran ... 108 C. Penutup ... 108 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

xiv

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

Bagan I : Melacak Genealogi Pemikiran Abd. Rachman Assegaf ... 42 Tabel I : Perbedaan Falsafah Barat dengan falsafah Al-Hadhariyah.... 64 Bagan II : Kerangka Analisis Filosofis pendidikan hadhari... 74 Bagan III : Domain Pengetahuan, Ketrampilan dan Sikap dalam

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

Lampiran 1 Wawancara Dengan Abd. Rachman Assegaf... 102

Lampiran 2 Riwayat Hidup... 105

Lampiran 3 Keterangan SKK

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan tema urgen yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia, Karena pada prinsipnya seluruh proses kehidupan adalah pendidikan. Pandangan bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting sudah lama disadari manusia dan terbukti pendidikan telah melahirkan peradaban-peradaban yang telah tercatat dalam sejarah umat manusia.

Pendidikan adalah upaya sadar dalam rangka mewujudkan dan membentuk pribadi manusia yang seutuhnya, pendidikan adalah sebuah proses menciptakan pribadi manusia yang berguna bagi masyarakat, agama dan bangsa serta bertakwa kepada Tuhan YME. Dalam undang-undang Nomor 12 tahun 1954 menerangkan bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air (Purwanto, 2002:27).

Dari pengertian tersebut tersirat jelas bahwa pendidikan Islam seharusnya memiliki peranan yang dominan dalam proses pendidikan di Indonesia. Namun realitasnya, pendidikan Islam justru menempati posisi yang dilematis. Seiring kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta gencarnya arus modernisasi, pendidikan Islam justru dihadapkan pada tantangan-tantangan kompleks.

(17)

2

Persoalan-persoalan mulai dari masih banyaknya umat Muslim yang masih anti dengan penemuan-penemuan Barat sehingga menimbulkan pola berpikir fiqih oriented yang hanya mengedepankan implementasi hubungan vertikal dan terjebak dalam arus ritualisasi. Pola keberagaman seperti ini dikhawatirkan akan menciptakan masyarakat yang selalu dihiasi budaya ritualistik, kaya akan unsur kultur Islami tapi miskin nilai spiritual yang berdimensi kemanusiaan. Ketidakseimbangan antara konsep hablum minallah dan hablum minannas telah mengakibatkan diabaikannya rumusan khalifatullah dalam rumusan pendidikan (Mas’ud, 2002:15).

Masalah dikotomi keilmuan pun menjadi persoalan yang tidak pernah habisnya diperdebatkan dalam pendidikan Islam. Menurut Ahmad Barizi, terdapat asumsi pemetakan lebih jauh antara apa yang disebut dengan revealed knowledge (pengetahuan yang bersumber dari wahyu Tuhan) dan scientific knowledge (pengetahuan yang bersumber dan berasal dari analisa pikir manusia) seperti filsafat, ilmu-ilmu sosial (social siencies), ilmu-ilmu humaniora (humanities siencies), ilmu-ilmu alam (natural siencies), dan ilmu-ilmu eksakta (mathematic siencies) (Barizi, 2011:21).

Islam sendiri tidak mengenal adanya dikotomi karena Islam memiliki kaitan yang sangat erat dengan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an sebagai kitab suci Islam mengandung banyak keterangan-keterangan tentang ciptaan-ciptaan Allah. Islam sangat menganjurkan umatnya menyelidiki rahasia alam tersebut melalui

(18)

3

kegiatan ilmiah. Masih menurut pendapat Ahmad Barizi bahwa orientasi sains dan teknologi sesungguhnya merupakan instruksi utama al-Qur’an bagi terbentuknya ulu al-albab (Barizi, 2011:23). Penghargaan terhadap kebebasan untuk berkembang dan berpikir maju tentu saja sangat besar, mengingat manusia merupakan makhluk yang berpikir dan memiliki kesadaran. Namun realitasnya masih terjadi kesenjangan dalam pendidikan Islam.

Masih banyak persoalan-persoalan yang dihadapi pendidikan Islam seperti masalah demokrasi, pemerataan pendidikan, multikulturalisme, pluralisme, globalisasi pendidikan dan lain sebagainya. Melihat banyaknya persoalan tersebut diperlukan pembaharuan strategi pendidikan yang membumi, dan untuk melakukan pembaharuan pendidikan Islam diperlukan paradigma pendidikan yang mampu mengarahkan pada tujuan dan sasaran pendidikan Islam. Kemajuan pendidikan ditentukan oleh landasan pijak dan paradigma yang mampu mengantarkan pada substansi apa yang akan dibawa dalam proses dan metode pendidikan.

Ketika pendidikan Islam dijadikan sebagai paradigma maka keseluruhan pendidikan juga harus mengadaptasi dari ajaran-ajaran Islam. Dasar paradigma pendidikan Islam adalah al-Qur’an dan Hadis yang digunakan sebagai rujukan utama dalam membuat dan mengembangkan konsep, prinsip, teori, dan teknik pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa ideologi atau paradigma pendidikan

(19)

4

merupakan gambaran utuh antara ketauhidan, akhlak, alam semesta dan tentang manusia yang dikaitkan dengan teori pendidikan Islam.

Dalam catatan sejarahnya, pendidikan ini benar-benar mampu membangun peradaban, sehingga adanya sebuah paradigma pendidikan Islam merupakan sebuah keharusan. Dunia Islam pernah menjadi kiblat ilmu pengetahuan dan teknologi dan mencapai puncaknya pada masa khalifah Abbasiyah. Pada masa itu seluruh aktivitas intelektual dilandasi dengan nilai-nilai agama, tujuan akhir dari seluruh aktivitas adalah menegakkan agama dan adanya perimbangan antara disiplin ilmu agama serta pengembangan intelektual dalam kurikulum pendidikan.

Namun sayangnya kemajuan-kemajuan Islam saat itu tidak sempat dilanjutkan dengan sebaik-baiknya oleh generasi berikutnya sehingga tanpa sadar umat Islam telah melepaskan kepeloporannya. Sampai saat ini bangsa Barat dengan mudah mengambil dan mentransfer ilmu pengetahuan yang dimiliki umat Islam sehingga kendali dan penguasa IPTEK berada pada bangsa barat.

Saat ini adalah waktunya umat Islam melakukan pembaharuan progesif dalam pendidikan Islam. Diperlukan paradigma pendidikan Islam yang mencakup persoalan-persoalan filosofis dalam arti luas. Persoalan filosofis tersebut menyangkut pertanyaan mendasar seperti apakah pendidikan Islam itu?, Apakah tujuan dari pendidikan Islam itu?, Apakah yang menjadi landasan pijak dari pendidikan Islam itu?.

(20)

5

Dari berbagai permasalahan pendidikan Islam di atas, para praktisi pendidikan mulai berfikir bagaimana merekonstruksi paradigma pendidikan Islam sehingga mampu mencapai tujuan akhir yang diharapkan. Seperti yang telah diketahui, pendidikan Islam diharapkan mampu mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal dan proporsional dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan Islam juga diharapkan mampu mengoptimalkan kemandirian dan tanggung jawab peserta didik.

Salah satu gagasan tentang pengembangan pendidikan Islam yang sesuai dengan problem solving adalah gagasan paradigma pendidikan hadhari berbasis integratif-interkonektif yang dibukukan dengan judul Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif. Gagasan pendidikan hadhari berbasis integratif-interkonektif menyajikan konsep pembaharuan pendidikan Islam dalam perspektif keilmuan yang integratif-interkonektif. Dalam buku ini dipaparkan kajian tentang falsafah, sains, dan agama Islam sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Konsep pendidikan hadhari menawarkan jalan keluar dengan internalisasi nilai dan prinsip umum yang meliputi petunjuk waktu, nilai-nilai kenabian, kejayaan masa-masa keemasan dengan tetap merespon isu-isu kontemporer.

Sebagai upaya reflektif, dan sebagai bentuk respon intelektual atas hadirnya sebuah ide dan gagasan besar, penulis mencoba untuk menelaah kembali secara filosofis atas apa yang menjadi gagasan Abd. Rachman Assegaf.

(21)

6 B. Penegasan Istilah

Untuk memberikan pemahaman yang tepat serta untuk menghindari kesalahpahaman dan kekaburan dalam menginterpretasikan judul skripsi ini, maka perlu dikemukakan makna agar dapat dipahami secara konkret dan lebih operasional. Adapun penjelasan dari istilah tersebut:

1. Paradigma

Dalam Kamus Filsafat, paradigma memungkinkan sang ilmuwan untuk memecahkan kesulitan yang muncul dalam rangka ilmunya, sampai muncul begitu banyak anomali yang tak dapat dimasukkan dalam kerangka ilmunya, dan menuntut revolusi paradigmatik terhadap ilmu tersebut. Pengertian dari paradigma adalah cara memandang sesuatu, dalam ilmu pengetahuan paradigma diartikan sebagai model, pola, ideal di mana dari model-model tersebut fenomena yang dipandang, dijelaskan. Pengertian lain dari paradigma adalah totalitas premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan atau mendefinisikan suatu studi ilmiah konkret, dan ini melekat di dalam praktek ilmiah pada tahap tertentu (Bagus, 1996:779).

2. Pendidikan hadhari

Kata hadhari berasal dari bahasa Arab, hadharah yang berarti peradaban. hadharah berakar kata hadhara yang berarti hadir. Dalam kamus Al-Mawrid kata hadharah diartikan dalam bahasa inggris dengan kata civilization yang sama artinya dengan kata tamadun dan madaniyah artinya

(22)

7

peradaban, sebuah umat yang menjadi beradab, bangsa-bangsa yang berperadaban dan kemajuan dalam rasa atau pemikiran atau tingkah laku (Ba’albaki, 2003:181).

Abd. Rachman Assegaf mengaitkan pendidikan dan hadhari menjadi pendidikan hadhari. pendidikan hadhari diartikan sebagai pendidikan berkemajuan dan berperadaban yang dilandasi oleh nilai-nilai ke-Islam-an (Assegaf, 2011:24).

Dengan pengertian lain bahwa pendidikan hadhari adalah konsep pendidikan yang menempatkan etika Islam yang bersumber dari nilai-nilai al-Quran dan Hadis untuk menjiwai seluruh pembidangan ilmu alam, sosial, dan humaniora (Assegaf, 2011:27).

3. Integratif-Interkonektif

Integratif atau integrasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2007:437). Interkonektif dapat diartikan sebagai suatu keterhubungan. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan interkoneksi adalah hubungan satu sama lain (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2007:438).

Melihat pengertian integratif dan interkonektif diatas, dapat disimpulkan integratif-interkonektif adalah adanya suatu kesatuan dan keterkaitan antar komponen yang didasarkan pada kesamaan prinsip dan tujuan.

(23)

8

Dari penegasan istilah tersebut, maka maksud judul di atas adalah suatu penelitian untuk membahas dan menganalisa secara filosofis konsep pendidikan hadhari berbasis integratif-interkonektif dalam karya Abd. Rachman Assegaf.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah dan kerangka pemikiran di atas, ada beberapa permasalahan yang merupakan agenda penelitian yang akan dikaji yaitu:

1. Apa gagasan pemikiran Abd. Rachman Assegaf tentang konsep pendidikan hadhari sebagai paradigma pendidikan Islam?

2. Apa landasan pemikiran Abd. Rachman Assegaf tentang konsep pendidikan hadhari sebagai paradigma pendidikan Islam?

3. Bagaimana relevansi pemikiran Abd. Rachman Assegaf tentang konsep pendidikan hadhari dalam pendidikan Islam saat ini?

D. Siginifikansi Penelitian 1. Tujuan penelitian

Setiap penelitian tentu memiliki tujuan dan kegunaan, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mendapatkan satu eksplorasi lebih lanjut mengenai pendidikan hadhari sebagai paradigma pendidikan Islam (dari segi filosofis), dan relevansinya terhadap dunia pendidikan Islam di Indonesia saat ini.

(24)

9

b. Untuk memberikan evaluasi kritis mengenai pendidikan hadhari jika dijadikan sebagai paradigma pendidikan kontemporer di Indonesia.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretik

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam hal memberikan gambaran tentang gagasan pendidikan hadhari secara filosofis untuk bisa dijadikan bahan renungan bersama praktisi pendidikan dalam memberikan cara pandang dan landasan pijak yang sekiranya dapat memberikan kontribusi nyata dalam mengatasi persoalan pendidikan Islam.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan memberikan masukan bagi praktisi pendidikan dalam hal memberikan pemantapan dalam dataran implementasinya setelah tawaran Prof. Dr. Abd. Rachman Assegaf tentang pendidikan hadhari sebagai paradigma Pendidikan Islam dikaji dan ditelaah dalam aspek filosofisnya.

E. Studi Pustaka 1. Prior Research

Adapun penelitian skripsi yang membahas konsep pendidikan hadhari, sejauh pengamatan penulis belum ditemukan. Inti dari pendidikan hadhari adalah pemikiran mengenai konsep pendidikan Islam. Penulis menemukan

(25)

10

beberapa judul skripsi yang memiliki kesamaan dengan permasalahan yang akan penulis angkat dalam skripsi ini, antara lain:

a. Zaenal Arifin (UMS, 2003) dalam skripsinya yang berjudul “Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi tentang Pendidikan Islam”. dalam skripsi ini, permasalahan yang diambil Zaenal Arifin adalah bagaimana pemikiran Ismail Raji tentang pendidikan Islam secara umum. Penelitian ini menggunakan metode content analysis.

b. Imam Suprayogi (UMS, 2005) dalam skripsi yang berjudul “Pemikiran Rosyid Ridho tentang Pembaharuan Pendidikan Islam”. Permasalahan yang diteliti oleh Imam Suprayogi dalam skripsinya adalah pemikiran Rosyid Ridho tentang pembaharuan pendidikan Islam secara umum. Untuk menganalisa datanya, Imam Suprayogi menggunakan metode induktif komparatif.

c. Budi Santosa (STAIN Salatiga, 2005) dalam skripsinya yang berjudul “Pokok-Pokok Pendidikan Muhammad Iqbal tentang Pendidikan Islam”. Permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana pokok-pokok pemikiran Muhammad Iqbal tentang pendidikan Islam. skripsi ini merupakan penelitian bibliogriafi dengan menggunakan metode deskriptif analitis, metode deduktif dan metode induktif dalam analisis datanya. d. Khiyarotun Naslah (STAIN Salatiga, 2002) dalam skripsinya yang berjudul

(26)

11

Dr. Muh. Athiyah Al.Abrosyi”. Skripsi ini merupakan skripsi studi kepustakaan yang membandingkan pemikiran dua tokoh yaitu Hasan Langgulung dan Muh. Athiyah Al Abroshy.

e. Mahfur (STAIN Salatiga, 2010), dengan judul skripsi “Konsep Pendidikan Islam Menurut Mohammad Natsir. Skripsi ini juga merupakan studi kepustakaan yang menggunakan metode analisis isi, analisa historis, dan metode analisa deskriptif.

Di Indonesia skripsi-skripsi yang membahas tentang pemikiran tokoh-tokoh yang berperan dalam pembaharuan pemikiran Islam sebenarnya sangat banyak. Berbeda dari skripsi-skripsi di atas, penelitian yang akan dilakukan penulis lebih terfokus pada analisa secara filosofis gagasan Abd. Rachman Assegaf tentang pendidikan hadhari. Analisa secara filosofis dimaksudkan untuk mengetahui secara mendalam dan kritis sampai pada persoalan akarnya sesuai dengan cara berfikir filsafat baik berkaitan dengan landasan epitemologis, landasan ontologis maupun kerangka aksiologis dari gagasan Abd. Rachman Assegaf tentang paradigma pendidikan hadhari.

2. Kerangka Teori

Paradigma pendidikan merupakan pandangan menyeluruh yang mendasari rancang bangun suatu sistem pendidikan (Nasrudin, 2008:38). Pada saat berbicara mengenai paradigma pendidikan Islam maka yang tersirat adalah pendidikan yang bercirikan khas Islam sehingga mengindikasikan

(27)

12

konsep pendidikan yang secara akurat bersumber pada ajaran Islam. Ilmu pendidikan Islam didasarkan pada konsep dan teori yang dikembangkan dari nilai-nilai Islam: al-Qur’an, as-Sunnah dan ijtihad (Roqib, 2009:23).

Pendidikan Islam pada hakekatnya adalah suatu proses untuk mencapai tujuan bahwa manusia di dunia ini adalah menjalankan amanah Allah SWT dalam arti beribadah kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman allah dalam surat Q.S. al-Dzariyat [51] ayat 56 (Departemen Agama Republik Indonesia Jkt, 1994:13) yaitu ;

Ayat ini menjelaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia adalah untuk ”mengabdi” kepada Allah SWT. Tujuan pendidikan Islam yang utama adalah terbentuk insan-insan yang sadar akan tugas utamanya di dunia ini. Ibadah dalam pandangan ilmu fiqih ada dua yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghoiru mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah bentuk, kadar atau waktunya seperti shalat, puasa dan haji. Ghoiru mahdhah adalah segala bentuk aktivitas manusia yang diniatkan untuk memperoleh ridho dari Allah SWT.

Dalam penciptaannya manusia diciptakan oleh Allah dengan dua fungsi yaitu sebagai khalifah dimuka bumi dan fungsi manusia sebagai makhluk Allah yang memiliki kewajiban untuk menyembah-Nya. Kedua fungsi tersebut dijelaskan dalam Q.S. Al-Baqoroh ayat 30 (Departemen Agama Republik Indonesia, 1994:862) :

(28)

13

Dalam Tafsir Al-Mishbah (2002) dijelaskan kata khalifah pada mulanya berarti yang menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya. Atas dasar ini, ada yang memahami kata khalifah di sini dalam arti yang menggantikan Allah dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerangkan ketetapan-ketetapan-Nya sesuai dengan petunjuk Allah.

Dari keterangan di atas jelas bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia sebagai khalifah fi al-ardhi, hamba Allahyang taat beribadah, pembentukan insan kamil dan tujuan pembentukan manusia yang bertakwa, beriman dan berakhlak mulia. Untuk menuju tujuan pendidikan Islam tersebut sepertinya sulit, karena saat ini pendidikan Islam masih terjebak dalam simtom dikotomi, padahal al-Qur’an sebagai acuan utama tidak membenarkan adanya suatu dikotomi. Seperti yang dijelaskan oleh Abdurrahman Mas’ud bahwa simtom dikotomik dalam pendidikan Islam bukanlah monopoli lembaga pendidikan. Bagaikan sebuah wabah simtom, dikotomi menyerang ke seluruh kehidupan umat Islam, dari pribadi ke komunitas Islam, dari raja sampai ke rakyat jelata, dari luar lembaga ke dalam lembaga pendidikan, dan seterusnya (Mas’ud, 2002:99).

Kalau ditarik ke alur sejarah terjadinya pemisahan agama dari ilmu pengetahuan sebagaimana tersebut di atas terjadi pada abad pertengahan, yakni pada saat umat Islam kurang memperdulikan IPTEK. Pada masa itu yang berpengaruh di masyarakat Islam adalah ulama tarikat dan ulama fiqih.

(29)

14

Keduanya menanamkan paham taklid dan membatasi kajian agama hanya dalam bidang yang sampai sekarang masih dikenal sebagai ilmu-ilmu agama seperti tafsir, fiqih, dan tauhid (Umiarso & Makmur, 2010:212).

Keadaan tersebut diperparah dengan adanya pengaruh kolonialisme dan sekularisme yang meluas pada negara-negara Muslim. Sistem pendidikan modern yang diimpor dari Barat benar-benar dianut dan didukung oleh pemerintahan negara-negara Muslim. Sementara itu, sistem pendidikan tradisional lebih berkutat pada pengajaran ilmu-ilmu keagamaan dan mengabaikan perkembangan yang datang dari Barat (Zainuddin, 2008:26).

Problem dikotomi pendidikan melahirkan konsep dan ide-ide untuk dijadikan jalan keluar seperti pendidikan nondikotomi, pendidikan dualisme dan pendidikan disintegrasi. Salah satu ide yang paling diperdebatkan untuk mengatasi kemunduran umat Islam dan revitalisasi potensi umat Islam adalah ide Islamisasi pengetahuan yang dilancarkan oleh almarhum Profesor Raji al-Faruqi (Temple University, USA) sejak tahun 1970-an. Konkretnya, krisis tersebut disebabkan oleh:

a. Kemunduran umat (the backwardness of the ummah). b. Kelemahan umat (the weakness of the ummah).

c. Stagnasi pemikiran umat (the intellectual stagnation of the ummah). d. Absennya ijtihad umat (the absence of ijtihad in the ummah).

(30)

15

e. Absennya kemajuan cultural umat (the absence of cultural progess in the ummah).

f. Tercabutnya umat dari norma-norma dasar peradaban Islam (the ummah’s losing touch with the basic norms of Islamic civilization) (Mas’ud, 2002:4). Sementara Umiarso dan Haris Fathoni Makmur (2010:220) berpendapat bahwa Perubahan yang perlu dilakukan pendidikan Islam adalah:

a. Membangun sistem pendidikan Islam yang mampu mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas agar mampu mengantisipasi kemajuan IPTEK untuk menghadapi tantangan dunia global menuju masyarakat Indonesia baru yang dilandasi dengan nilai-nilai illahiyah, kemanusiaan (insaniyyah), dan masyarakat, serta budaya.

b. Menata manajemen pendidikan Islam dengan berorientasi pada manajemen berbasis sekolah agar mampu menyerap aspirasi masyarakat, dapat mendayagunakan potensi masyarakat, dan daerah (otonomi daerah) dalam rangka penyelenggaraan pendidikan Islam yang berkualitas

c. Meningkatkan demokrasi penyelenggaraan pendidikan Islam secara berkelanjutan dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat agar dapat menggali serta mendayagunakan potensi masyarakat.

Para praktisi pendidikan Islam dan intelek Muslim hingga saat ini berupaya mengembangkan konsep paradigma pendidikan Islam dan membangkitkan tradisi keilmuan Islam seperti yang telah terjadi pada zaman

(31)

16

keemasan peradaban Islam. Dalam upaya ini muncul penggunaan istilah hadhari. Di Indonesia istilah hadhari masih jarang dipakai, istilah ini dipakai oleh UIN Yogyakarta yang sedang mengembangkan konsep segitiga hadharah yang mengembangkan pendekatan studi keilmuan integratif-interkonektif.

Pendekatan integratif-interkonektif ini memiliki perbedaan dengan Islamisasi ilmu. Islamisasi ilmu merupakan pemilahan dan peleburan antara ilmu agama dan ilmu umum. Berbeda dengan pendekatan integratif-interkonektif yang lebih bersifat menghargai keilmuan umum yang sudah ada, karena keilmuan telah memiliki basis epistemologi, ontologi, dan aksiologi sambil mencari letak persamaan baik metode pendekatan dan metode berpikiran antar keilmuan dan memasukkan nilai-nilai Islam ke dalamnya

Dilihat dari segi bahasa hadhari berarti semakna dengan madani yang berarti urbanized, citified, dan civilized atau dengan kata lain pendidikan berkemajuan (Assegaf, 2011:24). Mengacu pada pengertian di atas ketika konsep Islam hadhari dijadikan paradigma pendidikan Islam maka akan melahirkan konsep paradigma pendidikan hadhari yang integratif-interkonektif.

(32)

17 F. Metode Penelitian Skripsi

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Apa yang disebut riset kepustakaan atau sering juga disebut studi pustaka, ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2004:3).

Karena penelitian ini sifatnya adalah kajian pustaka atau literer, maka penulis dalam mengkaji konsep pemikiran Abd. Rachman Assegaf tentang pendidikan hadhari dengan bantuan buku-buku, yang diambil dari tulisan beliau dan juga tulisan orang lain yang bersinggungan dengan tema pendidikan hadhari.

2. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan adalah studi pemikiran tokoh dengan pendekatan sosio historis dan factual historis,

a. Pendekatan sosio historis yaitu penelitian yang berupaya memeriksa secara kritis peristiwa perkembangan dan pengalaman masa lalu, kemudian mengadakan interpretasi terhadap sumber-sumber informasi (Komaruddin, 1984:120). Pendekatan ini bermaksud untuk menelusuri perkembangan kegiatan sosial Abd. Rachman Assegaf baik kegiatan organisasi maupun karier politik beliau.

(33)

18

b. Factual historis yaitu suatu pendekatan dengan mengemukakan historisitas faktual mengenai tokoh (Bekker & Zubair, 1990:61). Pendekatan ini penulis gunakan dalam mengungkapkan seluk beluk perkembangan pemikiran Abd. Rachman Assegaf dari masa kecil sampai pada ujung pemikiran bagaimana Beliau membuat gagasan mengenai pendidikan hadhari melalui data-data yang terkumpul.

Kedua pendekatan ini penulis gunakan untuk mengungkapkan historitas Abd. Rachman Assegaf serta pemikirannya mengenai pendidikan hadhari. Dengan itu konsep pendidikan hadhari akan didekati dengan seksama, sehingga menghasilkan asumsi dan proposisi yang nantinya akan dilanjutkan dalam pembahasan lebih lanjut.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Metode dokumentasi

Data yang dihimpun merupakan sumber tertulis yang yang secara garis besar ada dua macam sumber yaitu:

1) Sumber primer

Sumber primer dalam hal ini adalah hasil-hasil penelitian atau tulisan karya peneliti atau teoritisi yang orisinil (Hadjar, 1996:83). Sumber primer ini berupa buku-buku dan karya ilmiah yang digunakan penulis sebagai referensi utama. Adapun sumber primer yang dimaksud

(34)

19

adalah buku karya Abd. Rachman Assegaf yang berjudul Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif. Buku ini menawarkan konsep pembaharuan pendidikan Islam yang berbasis integratif-interkonektif dengan menyajikan konsep falsafah, sains dan agama sebagai satu sistem kesatuan yang saling terkait.

Masih dalam satu karya Abd. Rachman Assegaf yaitu buku yang berjudul Desain Riset Sosial-Keagamaan: Pendekatan Integrasi-Interkoneksi. Dalam buku ini menjabarkan secara rinci paradigma keilmuan integrasi-interkoneksi dalam bidang Pendidikan Islam dan penelitian sosial-keagamaan.

2) Sumber sekunder

Sumber sekunder adalah bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh seorang penulis yang tidak secara langsung melakukan pengamatan atau berpartisipasi dalam kenyataan yang Ia deskripsikan. Dengan kata lain penulis tersebut bukan penemu teori (Hadjar, 1996:83). Sumber sekunder ini penulis gunakan sebagai bahan referensi tambahan untuk lebih memperkaya isi skripsi, dan sebagai bahan pelengkap dalam pembuatan skripsi ini. Sumber sekunder tersebut diantaranya:

(35)

20

a) Abd. Rachman Assegaf, 2003, Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-Negara Islam, Yogyakarta: Gama Media.

b) Abd. Rachman Assegaf, 2004, Pendidikan Tanpa Kekerasan:Tipologi Kondisi, Kasus dan Konsep, Yogyakarta: Tiara Wacana.

c) Abd. Rachman Assegaf, 2008, Pendidikan Islam Madzab Kritis, Yogyakarta: Gama Media.

d) Umiarso dan Haris Fathoni Makmur, 2002, Pendidikan Islam dan Krisis Moralisme Masyarakat Modern, Yogyakarta: IRCiSod.

e) Abdurrahman Mas’ud, 2002, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik, Yogyakarta: Gama Media.

f) Zainuddin, 2008, Paradigma Pendidikan Terpadu:Menyiapkan Generasi Ulul Albab, Malang: UIN Malang Press.

g) Ahmad Barizi, 2001, Pendidikan Integratif: Akar Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam,Malang: UIN MalikiPress. h) Dan referensi lainnya yang bersangkutan dengan judul yang penulis

angkat.

b. Metode wawancara

Selain metode dokumentasi, penulis juga menggunakan metode Wawancara, metode wawancara adalah percakapan dengan maksud

(36)

21

tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan perwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2008:186). Metode ini digunakan untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan, melalui wawancara dengan Abd. Rachman Assegaf untuk menambah maupun memperoleh data yang selengkap-lengkapnya dan lebih akurat mengenai historitas dan pemikiran-pemikiran Abd. Rachman Assegaf tentang paradigma pendidikan hadhari, baik langsung maupun tidak langsung.

4. Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: a. Metode content Analiysis atau analisis isi

Analisis isi (Content Analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (Replicable), dan shahih data dengan memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi (Bungin, 2011: 231)

Dengan metode analisis isi ini penulis akan mengkaji dan menafsirkan pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam buku, teks atau naskah dan hasil wawancara dengan Prof. Dr. Abd. Rachman Assegaf yang berkaitan dengan pendidikan hadhari sehingga terangkum lebih padat. Satuan makna dan kategori yang dianalisis dicari hubungan satu sama lainnya untuk menemukan makna, arti, dan tujuan isi komunikasi itu.

(37)

22

hasil analisis ini kemudian dideskripsikan dalam bentuk draft laporan penelitian sebagaimana penelitian pada umumnya (Bungin, 2011:234). b. Analisis filosofis

Selanjutnya penulis juga menggunakan analisa filosofis untuk mengurai persoalan-persoalan mendasar berkaitan dengan landasan epistemologi, ontologi maupun aksiologi dari gagasan pemikiran Abd. Rachman Assegaf. Kerangka teoritik dalam studi pemikiran tokoh apabila diletakkan dalam pola pemikiran atau analisa filosofis, maka dijelaskan dengan tiga domain yakni ontologi, epistemologi dan aksiologi. Domain ontologis digunakan untuk menelusuri apa dan hakekat serta otensitas atau orisinalitas pemikiran Abd. Rachman Assegaf. Domain epistemologis Berkaitan dengan darimana sumber pengetahuan dan landasan epistemologis dari gagasan Abd. Rachman Assegaf. Domain aksiologis digunakan untuk mengkaji nilai, tujuan dan sumbangsih pendidikan hadhari sebagai paradigma pendidikan Islam.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika disini adalah gambaran umum tentang skripsi ini. Skripsi ini terbagi ke dalam tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi dan bagian akhir. Bagian awal berisikan sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran; adapun bagian inti

(38)

23

berisi pendahuluan sampai dengan penutup; dan bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran, riwayat hidup penulis. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan : Bab ini Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian Skripsi, Serta dilengkapi dengan Sistematika Penulisan Skripsi untuk mempermudah membaca alur pemikiran yang ada.

Bab II Biografi Abd. Rachman Assegaf: Bab ini membahas tentang riwayat singkat dan latar belakang pendidikan serta karya-karya yang ditulis oleh Abd. Rachman Assegaf.

Bab III Gagasan Abd. Rachman Assegaf Mengenai Pendidikan Hadhari Sebagai Paradigma Pendidikan Islam: Pada bab ini penulis akan menyajikan mengenai gambaran umum pemikiran Abd. Rachman Assegaf tentang pendidikan hadhari namun sebelumnya diuraikan terlebih dulu pandangan umum mengenai genealogi pemikiran Abd. Rachman Assegaf mengenai pendidikan hadhari.

Bab IV Analisis Filosofis Terhadap Pemikiran Prof. Dr. Abd. Rachman Assegaf tentang Konsep Pendidikan Hadhari: Dalam bab ini penulis akan memaparkan hasil analisis filosofis pemikiran Abd. Rachman Assegaf menggunakan pendekatan ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

(39)

24

Bab V Penutup: Penulis mengakhiri penulisan skripsi, pada bab ini dengan mengurutkan kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.

(40)

24 BAB II

BIOGRAFI ABD. RACHMAN ASSEGAF

A. Riwayat Singkat dan Latar Belakang Pendidikan

Abd. Rachman Assegaf lahir pada tanggal 12 Maret 1964 di kota Gresik. Abd. Rachman Assegaf merupakan putra dari pasangan Hasan Assegaf (Almarhum) dan Mariyam Assegaf. Istri Abd. Rachman Assegaf bernama Afiyah yang telah memberi tiga putra yaitu Mariam Jamilah, Jakfar Shodiq, dan Fairus Shofi (Assegaf, 2011:xviii).

Jenjang pendidikannya ditempuh dari MI dan SMP Malik Ibrahim, kemudian melanjutkan pendidikannya di SMA YWSG dan STIT Raden Santri. Semua jenjang pendidikan tersebut berada di kota Gesik (Assegaf, 2011:369).

Selama menempuh pendidikannya di STIT Raden Santri Abd. Rachman Assegaf mengawali karir akademiknya dengan menjadi guru MI Malik Ibrahim di Gresik, lalu mengajar di SMP yang sama. Setelah menamatkan pendidikan SI melanjutkan S2 dan S3 di IAIN/UIN Yogyakarta sambil mengajar di Almamater S1 yakni STIT Raden Santri Gresik dan STIT Pancawahana (Bangil). Tesis S2 nya berjudul Teori Pendidikan John Dewey dan Muhammad ‘Athiyah Al-Abrasyi (Studi Analisis-Komparatif), kemudian meraih gelar doktor di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sejak 2004 dengan

(41)

25

disertasi berjudul Pergeseran Kebijakan Pendidikan Nasional Bidang Agama Islam 1942-1994.

Pendidikan non-formal di luar negeri ditempuh melalui progam, seperti studi pluralisme agama di University of California Santa Barbara (UCSB) pada tahun 2006, progam short course di Al-Azhar dan Cairo University, Mesir pada tahun 2009, Post-doctoral advanced research di beberapa perguruan tinggi Malaysia pada tahun 2007 dan 2008, dan sekarang visiting lecturer di Universiti Malaya, Kuala Lumpur (Wawancara email tanggal 16-05-2011).

Kehidupan akademik Abd. Rachman setelah menjalani pendidikan non-formal di luar negeri khususnya di Malaysia semakin luas. Selama menempuh pendidikan non-formalnya, Abd. Rachman Assegaf banyak berinteraksi dengan para pakar pendidikan di negara-negara tempat Beliau belajar, seperti Bapak Dekan ISTAC, IIUM, yaitu Prof. Dr. Ibrahim M. Zein dan Dekan Institut Pengajian Siswazah di Malaysia yaitu Prof. Datin dan Dr. Nurhanom Abdul Wahab. Respon dan sambutan di Universitas-universitas di Malaysia membuat Abd. Rachman Assegaf dapat dengan mudah mengakses perpustakaan baik berupa referensi dan literatur (Assegaf, 2011:xvii). Kemudahan mengakses perpustakaan pasti membuat wawasan Abd. Rachman semakin terbuka dan luas sehingga banyak memunculkan ide-ide khususnya bagi kemajuan pendidikan Islam.

(42)

26

Abd. Rachman Assegaf pernah menjadi Ketua Bagian Pendidikan Yayasan Al-Khairiyah Surabaya. Yayasan AlKhairiyah merupakan salah satu cikal bakal lembaga pendidikan klasikal modern pertama di Indonesia yang awalnya didirikan para penduduk di wilayah Surabaya Utara, kampong arab, tepatnya di jalan Ketapang Besar. Yayasan Al-Khairiyah (alkhairiyahsby.org/, 14-05-2012).

Saat ini Abd. Rachman Assegaf menjadi Dosen Tetap di Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dosen Pendidikan Agama Islam UPN Veteran (Yogyakarta), Sekolah Tinggi Teknologi Adisucipto (STTA) Progam Studi Teknik Penerbangan (Yogyakarta) dan Progam Pascasarjana Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Wonosobo (assegaf, 2011:369). Di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Abd. Rachman Assegaf termasuk dalam Panitia Kerja bidang akademik yang aktif menyusun konsep segitiga hadharah dan paradigma keilmuan integratif-interkonektif.

Pada tanggal 27 Desember 2010, Abd. Rachman Assegaf bersama tiga dosen UIN Yogyakarta lainnya yaitu Prof. Dr. H. Syihabudin Qalyubi L.c. M. Ag, Prof. Dr. H. Khoirudin Nasution M. A, dan Prof. Dr. Alwan Khoiri M. A. Prof. Dr. Abd. Rachman Assegaf, M. Ag, Saat itu dari fakultas tarbiyah dan keguruan, dikukuhkan sebagai Guru besar Ilmu Pendidikan. Abd. Rachman Assegaf membacakan pidato pengukuhan berjudul “Spektrum Pendidikan Damai Dalam Bingkai Islam”. dalam pidato ilmiahnya Abd. Rachman Assegaf menyebutkan tiga kekerasan Pelajar yang berakibat fatal selama

(43)

27

tahun 2002. Kekerasan di dunia pendidikan tidak lepas dari lingkaran kekerasan yang tak jelas lagi ujung pangkalnya. Hal ini diawali dengan kekerasan yang berusaha dihentikan dengan kekerasan lainnya. Beliau menambahkan konsekuensi kekerasan di dunia pendidikan meningkat ketika pendidik menyepelekan nilai-nilai keadilan, kejujuran, demokrasi, dan emosi pasif. Hal ini juga meningkatkan peluang terjadinya pelanggaran hak asasi manusia di sekolah. Berbagai kasus kekerasan yang ditemukan menunjukkan, kekerasan dapat dilakukan oleh siapa saja, baik oleh pendidik, peserta didik, maupun masyarakat. Untuk meminimalisasi lingkaran kekerasan ini, pendidikan damai perlu menjadi kebijakan pendidikan di setiap sekolah. Konsep pendidikan damai ini tidak mendidik anak untuk menghafal , tetapi mendidik murid untuk berpikir kritis terhadap lingkungannya (E;Artikel\313\.htm, 18 Mei 2012).

Abd. Rachman juga aktif dalam berbagai organisasi yang kebanyakan bergerak dalam pengembangan mutu pendidikan. Diakui Abd. Rachman Assegaf keaktifannya dalam berbagai institusi mendukung ide-ide pemikirannya berupa dukungan waktu, progam, kegiatan dan dana (wawancara email tanggal 16-05-2012). Beberapa organisasi yang diikuti oleh Abd. Rachman Assegaf (E;papar_cv.htm, 13-05-2012) adalah:

1. Dewan pengurus Komunitas Peneliti Pendidikan Indonesia tahun 2011. 2. Wakil presiden Koordinator Pendidikan Tinggi Agama Islam swasta

(44)

28

3. Anggota Gerakan Peningkatan Pendidikan Islam tahun 2009.

4. Ketua Pusat Penelitian Institusi Pendidikan dan Kebijakannya tahun 2005-2011.

5. Dewan Pengurus Pusat Pendidikan Islam, 2004-2009.

6. Sekretaris Pusat Informasi Alumni dan Tenaga Kerja tahun 2001-2003. Beliau telah melakukan berbagai penelitian, di antaranya adalah yang diselenggarakan oleh The Toyota Foundation, Puslitbang Departemen Agama, maupun PusLit UIN Sunan Kalijaga, tentang berbagai permasalahan pendidikan Islam. Abd. Rachman Assegaf juga sangat aktif dalam berbagai forum seminar, lokakarya, diskusi ilmiah, penulisan jurnal, buku-buku dan sebagainya yang secara langsung maupun tidak langsung membuka peluang ide-ide akademiknya berkembang. Diantara berbagai aktivitasnya seperti menjadi pembicara dalam seminar baik sebagai undangan seminar, undangan pembicara maupun sebagai penyaji diantaranya sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan Program Studi Umum di Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dan Pengaruhnya Terhadap Prospek Program Studi Agama, Seminar Nasional, 23 Feb 2009 - 25 Feb 2009, berlevel nasional sebagai Undangan seminar.

2. Meretas Hubungan Ideal Pendidik dan Anak Untuk Pengembangan Karakter Anak, Seminar Nasional Dies Natalis UNY ke-44, o8 Mei 2008, berlevel nasional sebagai undangan seminar.

(45)

29

3. Pengembangan Pondok Pesantren Modern, Seminar Nasional, 12 September 2008 – 14 September 2008, berlevel nasional sebagai tamu undangan seminar.

4. Perumusan dan Pola Hubungan Kerja Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Yogyakarta, Lokakarya Perumusan FKUB, 16 September 2006, berlevel Nasional sebagai tamu undangan seminar.

5. Pengembangan Standar Kompetensi Dosen Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Workshop Pengembangan Standar Kompetensi Dosen, 20 November 2006-21 November 2006, berlevel Nasional sebagai tamu undangan seminar.

6. Daurah Tadribiyah li Muallimi Lughah Arabiyah li Ghairi al-Nathiqin, International Workshop, 06 Jun 2005 - 15 Jun 2005, State Islamic University (UIN) Sunan Kalijaga in cooperation with Muassasah al-Waqf al-Islamiy, Riyadl, berlevel internasional sebagai tamu undangan seminar.

7. Konflik Sosial dan Resolusi Konflik di Indonesia. Diseminasi Hasil Penelitian Unggulan, 13 September – 15 September 2005, berlevel Nasional sebagai tamu undangan seminar.

8. Kode Etik Peneliti, Standarisasi Mutu dan Kemanfaatan Hasil Penelitian PTAI, Lokakarya Kode etik Peneliti, 04 Oktober 2005, berlevel Nasional sebagai tamu undangan seminar.

(46)

30

9. Model Pembelajaran Agama dalam Perspektif KBK di Daerah Konflik dan Pasca Bencana, Workshop Pengembangan Model Pembelajaran Agama, 19 Oktober 2005 - 22 Oktober 2005, berlevel nasional sebagai tamu undangan seminar.

10. Reading of the Religious Texts and the Roots of Fundamentalism, Moslem Scholars Congress, 13 Jun 2004, Siyasa Research Institute, (International) sebagai tamu undangan seminar.

11. Equality and Plurality, International Workshop and Public Forum, 17 Jun 2004, State Islamic University (UIN) Sunan Kalijaga in cooperation with Oslo Coalition on Freedom of Religion or Belief, Norway, (International) sebagai tamu undangan seminar.

12. Modern Islamic Thought: The Contribution of Bediuzzaman Said Nursi, International Conference, 11 Aug 2001 to 12 Aug 2001, State Institute of Islamic Studies (IAIN) Sunan Kalijaga in cooperation with the Nesil Foundation, Turkey, (International) sebagai undangan seminar.

13. Changing Rationales For Internasionalisazion Of Islamic Higher Education In Global Context, Internasional Conference on Global Education Based on Local Wisdom, 11 Mei 2011, Faculty of Education and Teacher training Sunan Kalijaga State Islamic University in Collaboration with the Faculty of Education, the University of Malaya, berlevel internasional sebagai undangan pembicara.ta Wilayah III Daerah Istimewa Yogyakarta

(47)

31

14. Desain Penelitian Kualitatif Dalam BIdang Sosial-Keagamaan, Workshop Penelitian Individual dan Kolektif, tanggal 28 Mei 2011, sebagai undangan pembicara dari Koordinator Perguruan Tinggi Islam Swasta Wilayah III Daerah Istimewa Yogyakarta.

15. Akar Kekerasan dan Pengembangan Culture Of Peace dalam Perspektif Pendidikan Islam. Seminar Nasional Pendidikan Islam tanggal 01 mei 2010, undangan pembicara dari Fakultas Ilmu Agama Islam Indonesia, seminar ini berlevel nasional.

16. Taksonomi Tujuan dan Aliran Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam Integratif-Interkonektif, Annual Conference on Islamic Studies (ACIS), 02 Nov 2009 to 05 Nov 2009, undangan Pembicara dari Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Departemen Agama Republik Indonesia, (International)

17. The Closer Bridge Towards Islamic Studies in Higher Education In Malaysia and Indonesia, International workshop on Quality of Education, 07 Maret 2012, Faculty of Education, University of Malaya, (International) (E;papar_cv.htm, 13-05-2012).

Di atas merupakan sebagian kecil kegiatan Abd. Rachman Assegaf dalam forum seminar, workshop, lokakarya dan sebagainya. Masih banyak sekali kegiatan akademik serupa yang akan terlalu panjang bila disebutkan satu per satu di sini. Abd. Rachman Assegaf adalah salah satu intelektual Muslim dari banyak Intelek Muslim saat ini yang memiliki wawasan yang

(48)

32

luas. Karya-karyanya layak dikaji dan ditelaah ulang sebagai landasan dalam pemecahan problem pendidikan Islam saat ini.

B. Karya-Karya Abd. Rachman Assegaf

Prof. Abd. Rachman Assegaf adalah seorang guru besar yang telah menghasilkan banyak karya-karya ilmiah. Karya-karya tersebut tersebar dalam berbagai bentuk, baik dalam bentuk buku, artikel-artikel, jurnal penelitian, hasil penelitian maupun makalah. Dengan berbagai karya-karya ilmiahnya membuktikan bahwa Abd. Rachman Assegaf adalah pemikir yang pandai menuangkan idenya dengan baik sehingga dapat memperkaya khazanah keilmuan di dunia pendidikan.

Karya ilmiah Abd. Rachman dalam bentuk buku diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pola Hidup Orang Saleh (Kajian 141 Tokoh Muslim), diterbitkan oleh Pustaka Amani, Jakarta, 1996.

2. Konstruksi Hukum Islam (Telaah Takstual Bersumber dari Sabda Nabi Saw), diterbitkan oleh Pustaka Amani, Jakarta, 1996.

3. Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-Negara Islam, diterbitkan oleh Gama Media, Yogyakarta, Agustus 2003.

4. Pendidikan Tanpa Kekerasan: Tipologi Kondisi, Kasus dan Konsep, Tiara Wacana, Yogyakarta, Februari 2004.

5. Studi Islam Konstekstual: Elaborasi Paradigma Baru Muslim Kaffah, diterbitkan oleh Gama Media, Yogyakarta, Agustus 2005.

(49)

33

6. Politik Pendidikan Nasional, Kurnia Kalam, Yogyakarta, Mei 2005. 7. Pendidikan Islam Madzhab Kritis: Perbandingan Teori Pendidikan Timur

dan Barat, Gama Media, Yogyakarta, 2008.

8. Desain Riset Sosial Keagamaan: Pendekatan Integrasi-interkoneksi, Gama Media, Yogyakarta, 2007.

9. Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif, diterbitkan oleh PT RajaGrafindo Persada, Yogyakarta, 2011 (Assegaf, 2011:369).

Sedangkan gagasan Abd. Rachman Assegaf yang dituangkan dalam bentuk Bab dalam buku adalah:

1. Kapita Selekta Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Ide Press, Yogyakarta hlm. i-x, 2008.

2. Transformasi Kebijakan Pendidikan: Transisi (dari Kolonial Belanda ke Jepang) dalam Pendidikan Islam di Indonesia, Suka Press, Yogyakarta, 2007, pp. 109-129.

3. Khitan: Antara Sunnah Nabi dan Tradisi, dalam buku Mochamad Sodiq, Telaah Ulang Wacana Seksualitas, Yogyakarta: Pusat Pelajar Perempuan, UIN Sunan Kalijogo dalam Badan Hukum dengan CIDA, Januari 2004, hlm.61-96.

(50)

34

Adapun tulisan-tulisan Abd. Rachman Assegaf dalam bentuk tulisan jurnal adalah sebagai berikut:

1. Eksistensi Martin Heldegger Telaah Aspek Onto-Teologis. Jurnal Pendidikan Ilmu Islam, Yogyakarta: Fakultas Pendidikan Islam, IAIN Sunan Kalijogo Vol 4. 2, Juli 2003. PP 253-264

2. Tarik menarik RUU Sisdiknas 1988-2003, vol 1 num 1 Februari – Juni 2003. PP.19.28

3. Menelusuri Jejak Kebijakan Kelembagaan PAI : Kajian Politik Historis , vol 3 Num. 2 Januari 2002 , PP 66-68

4. Beberapa respon Masyarakat Terhadap Produk Kebijakan PAI Pra Reformasi . vol 4 Num 3 Juli 2003, PP 241-254

5. Metode Penyelesain Masalah untuk Aplikasi Pelajar Bahasa Arab, Aplikasia, Yogyakarta.Vol.2, No. 1 Juni 2001, hlm. 55-68.

6. Konfigurasi Teori Pendidikan John Dewey dan Al-Abrasy. Journal of Religious Research. Yogyakarta: Center for Research, IAIN Sunan Kalijaga, Vol. 8 Num. 16 January-April 1998, pp. 84-95 (E;papar_cv-htm, 13-15-2012).

(51)

34

BAB III

GAGASAN ABD. RACHMAN ASSEGAF MENGENAI

PENDIDIKAN HADHARI SEBAGAI PARADIGMA

PENDIDIKAN ISLAM

A. Genealogi Pemikiran Abd. Rachman Assegaf

Kondisi pendidikan Islam yang menghadapi banyak problem menggerakkan beberapa kalangan yang prihatin untuk bangkit dan menyuarakan semangat perbaikan kondisi pendidikan Islam. Seiring berjalannya masa, selalu ada kajian-kajian tentang bagaimana melakukan pembaharuan pendidikan Islam. Gerakan pembaharuan pemikiran Islam pada dasarnya mengusung nilai-nilai seperti: nilai pembaharuan, nilai perjuangan, nilai kemerdekaan pikiran dan agama, nilai persatuan, nilai solidaritas (Lestari & Ngatini, 2010:94).

Paradigma pendidikan hadhari berbasis integratif-interkonektif adalah salah satu hasil pemikiran yang berusaha melakukan pembaharuan pendidikan Islam. Abd. Rachman Assegaf menjelaskan dan memaparkan konsep pendidikan hadhari berbasis Integratif-interkonektif dalam bukunya yang berjudul Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif. Abd. Rachman Assegaf sendiri adalah praktisi pendidikan yang banyak berkecimpung dan gemar menekuni bidang

(52)

35

akademik, seperti seminar, lokakarya, workshop, konferensi, temu ilmiah dan lain-lain, baik skala nasional maupun internasional. kegiatannya menjalani progam post-doctoral advanced research di beberapa perguruan tinggi di Malaysia dan kini menjadi visiting lecturer di universitas Malaya, Kuala Lumpur memberi kesempatan luas untuk mengembangkan kehidupan akademik beliau. Diakui Abd. Rachman Assegaf, pertemuan-pertemuan ilmiah tesebut banyak melahirkan ide termasuk ide pendidikan hadhari.

Dalam pembahasan ini, sebelum menguraikan konsep pendidikan hadhari menurut Abd. Rachman Assegaf, penulis bermaksud ingin melacak genealogi pemikiran dalam arti bagaimana melihat secara historis latar belakang kehidupan dalam beberapa domain penting yang terfokus pada perjalanan akademik intelektual kependidikan penggagas yang pada tahap selanjutnya domain-domain tersebut melahirkan sebuah pijakan awal yang dijadikan kerangka berpikir dalam menggagas ide pendidikan hadhari. Secara sederhana ada dua domain penting penggagas dalam perjalanan intelektualnya beserta apa yang Abd. Rachman Assegaf dapatkan dalam domain tersebut yakni domain kehidupan Di UIN dan domain kehidupan kegiatan bidang akademik khususnya di Malaysia.

(53)

36

Abd. Rachman Assegaf menempuh jenjang pendidikan S2 dan S3 di pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan saat ini sebagai Guru Besar Ilmu Pendidikan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.Bagi Abd. Rachman PTAI seperti UIN merupakan center for excellence bagi keilmuan, seperti halnya kemajuan IPTEK di Barat juga selalu diawali dan diinspirasi dari perguruan tinggi. Abd. Rachman Assegaf berharap PTAI dapat berfungsi sebagai laboratorium bagi pengembangan pendidikan Islam. Seluruh civitas pendidikan diharapkan mampu memberi kontribusi bagi keilmuan pendidikan Islam, sebab kemajuan Islam tidak bisa dikerjakan seorang diri (wawancara email, 16-05-2012).

Abd. Rachman Assegaf merupakan dosen matakuliah filsafat pendidikan Islam di Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga. Di UIN, Abd. Rachman Assegaf juga termasuk dalam Panitia Kerja bidang akademik yang aktif dalam menyusun konsep segitiga hadharah dan paradigma keilmuan integratif-interkonektif yang pada awalnya dikembangkan rektor UIN Yogyakarta waktu itu Prof. Amin Abdullah.

Ilmu-ilmu ke-Islam-an dan umum menjadi wilayah kajian UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berangkat dari paradigma keilmuan integratif-interkonektif. Dialog keilmuan ini membagi wilayah studi ke-Islam-an dalam tiga bagian, yaitu hadharah al-nash, hadharah al-falsafah dan hadharah al-‘ilm. Ketiga bagian tersebut saling terkait dan tidak bisa

(54)

37

berdiri sendiri. Secara konsep, ketiga bagian tersebut sama dengan tiga entitas yang dikembangkan dalam paradigma pendidikan hadhari, hanya saja dalam pendidikan hadhari lebih dikaji secara mendalam.

Bagi Abd. Rachman Assegaf progam konversi STAIN dan IAIN menjadi UIN penting dilakukan untuk menjadi sarana pengembangan paradigma keilmuan integratif-interkonektif. Banyak hal yang perlu dibenahi dari PTAI di Indonesia yang secara ringkas dijabarkan sebagai berikut oleh Abd. Rachman Assegaf dalam wawancara melalui email tanggal 16-05-2012):

a. Pengembangan visioner (falsafah, ideologi, visi, misi, sasaran, tujuan, tradisi, progam kerja, rencana strategis, dan kegiatan).

b. Pengembangan substansial (kurikulum, bahan kuliah, referensi kepustakaan, struktur keilmuan, pembidangan ilmu dan lain-lain. c. Pengembangan manajemen administrasi (tata kelola, organisasi, dan

lain-lain).

d. Pengembangan SDM (kualitas dosen, pendidikan, sertifikasi, dan lain-lain).

e. Pengembangan kelembagaan (institusi, kebijakan, fasilitas, dan lain-lain).

Abd. Rachman Assegaf mendambakan UIN menjadi pusat pembaharuan Islam dengan meneladani spirit ilmuwan Muslim pada era

(55)

38

klasik dan abad pertengahan yang mampu menunjukkan peradaban Isam yang tinggi. Dengan kata lain ini isyarat bahwa Abd. Rachman Assegaf mencita-citakan UIN sebagai tempat mekar suburnya tradisi pengembangan Islamic studies dengan melakukan agenda-agenda pembaharuan yang telah diprogamkan oleh Panitia Kerja.

UIN sunan Kalijaga saat ini masih mengembangkan konsep segitiga hadharah dan pendekatan keilmuan integratif-interkonektif yang digagas oleh Prof. Dr. M. Amin Abdullah. Konsep tersebut dikembangkan oleh Abd. Rachman Assegaf dengan menggagas konsep paradigma pendidikan hadhari berbasis integratif-interkonektif.

Dari uraian di atas, dalam domain lingkungan Ini Abd. Rachman Assegaf melihat konsep segitiga hadharah dan pendekatan keilmuan integratif-interkonektif perlu dikembangkan. Hal ini diperlukan untuk mewujudkan cita-cita yang ideal dari sebuah gerakan pembaharuan di- UIN sebagai tempat pengembangan studi Islam yang tidak timpang serta tidak mengenal dikotomi ilmu. Logika sederhananya, seseorang yang mencita-citakan pada sebuah institusi, maka secara pribadi Ia akan berusaha untuk mewujudkannya. Terbukti, banyak hal yang Abd. Rachman Assegaf lakukan berkaitan dengan bagaimana upaya dalam menggagas ide yang berorientasi pada keseimbangan dan pengintegrasian ilmu seperti paradigma pendidikan hadhari. Lingkungan akademik ini

(56)

39

pula yang membentuk sikap, nalar dan paradigma berfikir Abd. Rahman Assegaf yang open minded, moderat, progresif, inklusif dan terbuka serta mengedepankan prinsip dialog dan belajar bersama, Namun tetap berpegang teguh pada prinsip dan ajaran syariat Islam.

2. Domain Kehidupan Kegiatan Bidang Akademik

Kegiatan bidang akademik yang dimaksudkan adalah kegiatan-kegiatan akademik seperti seminar, lokakarya, workshop, konferensi, temu ilmiah, pendidikan non-formal dan lain sebagainya. Abd. Rachman Assegaf sangat aktif dalam forum seminar, lokakarya, diskusi ilmiah, penulisan jurnal, penulisan buku dan lain-lain.

Abd. Rachman Assegaf mampu mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperolehnya dalam kegiatan akademik tersebut dalam bentuk ide pemikiran. Pendidikan hadhari sendiri pada hakekatnya seperti yang dijelaskan Abd. Rachman Assegaf melalui wawancara email tanggal 16-05-2012 adalah menghimpun semua unsur positif dari semua aliran pendidikan yang ada di dunia saat ini dan dan yang akan datang, sambil menyesuaikannya dengan nilai-nilai ke-Islam-an. Pernyataan Abd. Rachman Assegaf tersebut menyiratkan bahwa wawasan tentang unsur positif semua aliran pendidikan sedikit banyak didapat dari kegiatan akademik disamping didapatnya melalui referensi dan literatur.

(57)

40

Selain itu Beliau juga sempat menempuh berbagai progam pendidikan non-formal di luar negeri seperti progam Summer Institue 2006 di- University Of California Santa Barbara (UCSB) tentang Religious Pluralisme and Public Presence, post-doctoral advanced research di- beberapa Perguruan Tinggi di Malaysia pada tahun 2007 dan 2008, serta progam short course di Al-Azhar dan Cairo University, Mesir, pada 2009. Diakui oleh Abd. Rachman Assegaf bahwa kegiatan akademik ini sangat banyak memunculkan ide-ide termasuk ide pendidikan hadhari terutama pada saat di Malaysia.

Selama di Malaysia, Beliau berinteraksi dengan para pakar pendidikan yang secara langsung atau tidak langsung membuka wawasannya mengenai pendidikan Islam. Referensi dan literatur yang ada di perpustakaan di beberapa universitas di Malaysia sangat membantu Abd. Rachman Assegaf dalam pengumpulan data dan sumber tertulis yang dibutuhkan dalam proses menapak tilas ide-ide baru pendidikan Islam (Assegaf, 2011:vvii).

Paradigma pendidikan hadhari sendiri merupakan hasil analisis dari penelitian yang dilaksanakan selama empat bulan mulai dari November 2007 sampai dengan Maret 2008 yang dilaksanakan dengan melakukan resitasi ke beberapa perpustakaan universitas di Malaysia maupun Singapura. Di Malaysia, beberapa universitas sangat membantu dalam

(58)

41

penelusuran data tertulis ini adalah Universitas Islam antarbangsa, sementara di Singapura Beliau beserta dosen UIN Yogyakarta lainnya sempat berkunjung ke Central Library of National University of Singapura (Assegaf, 2011:33).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa kegiatan-kegiatan akademik seperti seminar, lokakarya, temu ilmiah, workshop dan lain-lainnya baik dalam skala nasional maupun internasional terlebih setelah di Malaysia kesempatan untuk kehidupan akademik Abd. Rachman Assegaf semakin terbuka sehingga banyak ide-ide yang muncul terutama ide paradigma pendidikan hadhari. Lingkungan akademik yang semakin terbuka menumbuhkan sikap diri yang kritis dan rasional. Sikap kritis dan rasional ini akan menumbuhkan semangat memajukan ilmu pengetahuan yang berkomitmen tinggi. Secara langsung dengan iklim lingkungan yang intelek ini Abd. Rachman Assegaf memiliki kesempatan yang terbuka untuk menggagas dan mengembangkan paradigma pendidikan hadhari berbasis integratif-interkonektif.

(59)

42

Untuk dapat memberikan pemahaman, berikut bagan skematis melacak genealogi pemikiran Abd. Rachman Assegaf mengenai paradigma pendidikan hadhari berbasis integratif-interkonektif:

BAGAN I SKEMATIS

Melacak Genealogi Pemikiran Abd. Rachman Assegaf

AKADEMIK UIN KEHIDUPAN KEGIATAN

AKADEMIK  lembaga pendidikan pengembangan keilmuan (Islamic studies) dengan pendekatan keilmuan integratif-interkonektif.  Pengembangan konsep segitiga hadharah dan pendekatan keilmuan

integratif-interkonektif.  lembaga dakwah

Islam yang Humanis.  Jembatan keilmuan

antara Timur dan Barat.  Sebagai center of excellent keilmuan  Iklim kegiatan akademik yang semakin terbuka.  Komitmen kemajuan

pendidikan Islam yang tinggi.

 Pengembangan paradigma pendidikan yang kritis dan rasional.

 Referensi dan literatur yang semakin luas.  Kemajuan ilmu dan

pengetahuan.  Kemandirian dan

kebebasan.

Paradigma Pendidikan Hadhari Berbasis

Integratif-Interkonektif

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan untuk steganografi dalam penelitian adalah Low Bit Encoding dengan enkripsi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui energi listrik yang dihasilkan oleh generator termoelektrik dengan menggunakan berbagai jenis limbah organik (tatal kayu akasia, tatal

Frekuensi tumbuhan inang yang terserang pa- ling tinggi adalah dari suku Moraceae, khususnya dari jenis-jenis Ficus. Kerusakan tumbuhan inang yang diparasiti oleh benalu

DIBTHKAN SGR Bag. Pola Potong & Fin- ishing, Pengalaman Butik. Dtg langsung ke Asem Baris Raya No.. mall Matahari Serpong, mall Season City, mall Thamrin City hub.

Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud di atas salah satunya dari bersumber: pendapatan asli daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan

Untuk Mengetahui bagaimana cara perusahaan memecahkan masalah yang terjadi terkait dengan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (S.O.P)

Hasil pengamatan rata-rata rendemen tahu galur harapan 4-Psj sebesar 370,0% dan galur harapan Q-298 sebesar 336,7% memiliki kandungan rendemen lebih tinggi dibandingkan

Pelaksana pekerjaan wajib menyerahkan Jaminan Pelaksanaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai pekerjaan yang diterbitkan oleh Bank Pemerintah/Swasta atau Perusahaan