• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II BIOGRAFI ABD. RACHMAN ASSEGAF

A. Genealogi Pemikiran Abd. Rachman Assegaf

Kondisi pendidikan Islam yang menghadapi banyak problem menggerakkan beberapa kalangan yang prihatin untuk bangkit dan menyuarakan semangat perbaikan kondisi pendidikan Islam. Seiring berjalannya masa, selalu ada kajian-kajian tentang bagaimana melakukan pembaharuan pendidikan Islam. Gerakan pembaharuan pemikiran Islam pada dasarnya mengusung nilai-nilai seperti: nilai pembaharuan, nilai perjuangan, nilai kemerdekaan pikiran dan agama, nilai persatuan, nilai solidaritas (Lestari & Ngatini, 2010:94).

Paradigma pendidikan hadhari berbasis integratif-interkonektif adalah salah satu hasil pemikiran yang berusaha melakukan pembaharuan pendidikan Islam. Abd. Rachman Assegaf menjelaskan dan memaparkan konsep pendidikan hadhari berbasis Integratif-interkonektif dalam bukunya yang berjudul Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif. Abd. Rachman Assegaf sendiri adalah praktisi pendidikan yang banyak berkecimpung dan gemar menekuni bidang

35

akademik, seperti seminar, lokakarya, workshop, konferensi, temu ilmiah dan lain-lain, baik skala nasional maupun internasional. kegiatannya menjalani progam post-doctoral advanced research di beberapa perguruan tinggi di Malaysia dan kini menjadi visiting lecturer di universitas Malaya, Kuala Lumpur memberi kesempatan luas untuk mengembangkan kehidupan akademik beliau. Diakui Abd. Rachman Assegaf, pertemuan-pertemuan ilmiah tesebut banyak melahirkan ide termasuk ide pendidikan hadhari.

Dalam pembahasan ini, sebelum menguraikan konsep pendidikan hadhari menurut Abd. Rachman Assegaf, penulis bermaksud ingin melacak genealogi pemikiran dalam arti bagaimana melihat secara historis latar belakang kehidupan dalam beberapa domain penting yang terfokus pada perjalanan akademik intelektual kependidikan penggagas yang pada tahap selanjutnya domain-domain tersebut melahirkan sebuah pijakan awal yang dijadikan kerangka berpikir dalam menggagas ide pendidikan hadhari. Secara sederhana ada dua domain penting penggagas dalam perjalanan intelektualnya beserta apa yang Abd. Rachman Assegaf dapatkan dalam domain tersebut yakni domain kehidupan Di UIN dan domain kehidupan kegiatan bidang akademik khususnya di Malaysia.

36

Abd. Rachman Assegaf menempuh jenjang pendidikan S2 dan S3 di pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan saat ini sebagai Guru Besar Ilmu Pendidikan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.Bagi Abd. Rachman PTAI seperti UIN merupakan center for excellence bagi keilmuan, seperti halnya kemajuan IPTEK di Barat juga selalu diawali dan diinspirasi dari perguruan tinggi. Abd. Rachman Assegaf berharap PTAI dapat berfungsi sebagai laboratorium bagi pengembangan pendidikan Islam. Seluruh civitas pendidikan diharapkan mampu memberi kontribusi bagi keilmuan pendidikan Islam, sebab kemajuan Islam tidak bisa dikerjakan seorang diri (wawancara email, 16-05-2012).

Abd. Rachman Assegaf merupakan dosen matakuliah filsafat pendidikan Islam di Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga. Di UIN, Abd. Rachman Assegaf juga termasuk dalam Panitia Kerja bidang akademik yang aktif dalam menyusun konsep segitiga hadharah dan paradigma keilmuan integratif-interkonektif yang pada awalnya dikembangkan rektor UIN Yogyakarta waktu itu Prof. Amin Abdullah.

Ilmu-ilmu ke-Islam-an dan umum menjadi wilayah kajian UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berangkat dari paradigma keilmuan integratif-interkonektif. Dialog keilmuan ini membagi wilayah studi ke-Islam-an dalam tiga bagian, yaitu hadharah al-nash, hadharah al-falsafah dan hadharah al-‘ilm. Ketiga bagian tersebut saling terkait dan tidak bisa

37

berdiri sendiri. Secara konsep, ketiga bagian tersebut sama dengan tiga entitas yang dikembangkan dalam paradigma pendidikan hadhari, hanya saja dalam pendidikan hadhari lebih dikaji secara mendalam.

Bagi Abd. Rachman Assegaf progam konversi STAIN dan IAIN menjadi UIN penting dilakukan untuk menjadi sarana pengembangan paradigma keilmuan integratif-interkonektif. Banyak hal yang perlu dibenahi dari PTAI di Indonesia yang secara ringkas dijabarkan sebagai berikut oleh Abd. Rachman Assegaf dalam wawancara melalui email tanggal 16-05-2012):

a. Pengembangan visioner (falsafah, ideologi, visi, misi, sasaran, tujuan, tradisi, progam kerja, rencana strategis, dan kegiatan).

b. Pengembangan substansial (kurikulum, bahan kuliah, referensi kepustakaan, struktur keilmuan, pembidangan ilmu dan lain-lain. c. Pengembangan manajemen administrasi (tata kelola, organisasi, dan

lain-lain).

d. Pengembangan SDM (kualitas dosen, pendidikan, sertifikasi, dan lain-lain).

e. Pengembangan kelembagaan (institusi, kebijakan, fasilitas, dan lain-lain).

Abd. Rachman Assegaf mendambakan UIN menjadi pusat pembaharuan Islam dengan meneladani spirit ilmuwan Muslim pada era

38

klasik dan abad pertengahan yang mampu menunjukkan peradaban Isam yang tinggi. Dengan kata lain ini isyarat bahwa Abd. Rachman Assegaf mencita-citakan UIN sebagai tempat mekar suburnya tradisi pengembangan Islamic studies dengan melakukan agenda-agenda pembaharuan yang telah diprogamkan oleh Panitia Kerja.

UIN sunan Kalijaga saat ini masih mengembangkan konsep segitiga hadharah dan pendekatan keilmuan integratif-interkonektif yang digagas oleh Prof. Dr. M. Amin Abdullah. Konsep tersebut dikembangkan oleh Abd. Rachman Assegaf dengan menggagas konsep paradigma pendidikan hadhari berbasis integratif-interkonektif.

Dari uraian di atas, dalam domain lingkungan Ini Abd. Rachman Assegaf melihat konsep segitiga hadharah dan pendekatan keilmuan integratif-interkonektif perlu dikembangkan. Hal ini diperlukan untuk mewujudkan cita-cita yang ideal dari sebuah gerakan pembaharuan di- UIN sebagai tempat pengembangan studi Islam yang tidak timpang serta tidak mengenal dikotomi ilmu. Logika sederhananya, seseorang yang mencita-citakan pada sebuah institusi, maka secara pribadi Ia akan berusaha untuk mewujudkannya. Terbukti, banyak hal yang Abd. Rachman Assegaf lakukan berkaitan dengan bagaimana upaya dalam menggagas ide yang berorientasi pada keseimbangan dan pengintegrasian ilmu seperti paradigma pendidikan hadhari. Lingkungan akademik ini

39

pula yang membentuk sikap, nalar dan paradigma berfikir Abd. Rahman Assegaf yang open minded, moderat, progresif, inklusif dan terbuka serta mengedepankan prinsip dialog dan belajar bersama, Namun tetap berpegang teguh pada prinsip dan ajaran syariat Islam.

2. Domain Kehidupan Kegiatan Bidang Akademik

Kegiatan bidang akademik yang dimaksudkan adalah kegiatan-kegiatan akademik seperti seminar, lokakarya, workshop, konferensi, temu ilmiah, pendidikan non-formal dan lain sebagainya. Abd. Rachman Assegaf sangat aktif dalam forum seminar, lokakarya, diskusi ilmiah, penulisan jurnal, penulisan buku dan lain-lain.

Abd. Rachman Assegaf mampu mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperolehnya dalam kegiatan akademik tersebut dalam bentuk ide pemikiran. Pendidikan hadhari sendiri pada hakekatnya seperti yang dijelaskan Abd. Rachman Assegaf melalui wawancara email tanggal 16-05-2012 adalah menghimpun semua unsur positif dari semua aliran pendidikan yang ada di dunia saat ini dan dan yang akan datang, sambil menyesuaikannya dengan nilai-nilai ke-Islam-an. Pernyataan Abd. Rachman Assegaf tersebut menyiratkan bahwa wawasan tentang unsur positif semua aliran pendidikan sedikit banyak didapat dari kegiatan akademik disamping didapatnya melalui referensi dan literatur.

40

Selain itu Beliau juga sempat menempuh berbagai progam pendidikan non-formal di luar negeri seperti progam Summer Institue 2006 di- University Of California Santa Barbara (UCSB) tentang Religious Pluralisme and Public Presence, post-doctoral advanced research di- beberapa Perguruan Tinggi di Malaysia pada tahun 2007 dan 2008, serta progam short course di Al-Azhar dan Cairo University, Mesir, pada 2009. Diakui oleh Abd. Rachman Assegaf bahwa kegiatan akademik ini sangat banyak memunculkan ide-ide termasuk ide pendidikan hadhari terutama pada saat di Malaysia.

Selama di Malaysia, Beliau berinteraksi dengan para pakar pendidikan yang secara langsung atau tidak langsung membuka wawasannya mengenai pendidikan Islam. Referensi dan literatur yang ada di perpustakaan di beberapa universitas di Malaysia sangat membantu Abd. Rachman Assegaf dalam pengumpulan data dan sumber tertulis yang dibutuhkan dalam proses menapak tilas ide-ide baru pendidikan Islam (Assegaf, 2011:vvii).

Paradigma pendidikan hadhari sendiri merupakan hasil analisis dari penelitian yang dilaksanakan selama empat bulan mulai dari November 2007 sampai dengan Maret 2008 yang dilaksanakan dengan melakukan resitasi ke beberapa perpustakaan universitas di Malaysia maupun Singapura. Di Malaysia, beberapa universitas sangat membantu dalam

41

penelusuran data tertulis ini adalah Universitas Islam antarbangsa, sementara di Singapura Beliau beserta dosen UIN Yogyakarta lainnya sempat berkunjung ke Central Library of National University of Singapura (Assegaf, 2011:33).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa kegiatan-kegiatan akademik seperti seminar, lokakarya, temu ilmiah, workshop dan lain-lainnya baik dalam skala nasional maupun internasional terlebih setelah di Malaysia kesempatan untuk kehidupan akademik Abd. Rachman Assegaf semakin terbuka sehingga banyak ide-ide yang muncul terutama ide paradigma pendidikan hadhari. Lingkungan akademik yang semakin terbuka menumbuhkan sikap diri yang kritis dan rasional. Sikap kritis dan rasional ini akan menumbuhkan semangat memajukan ilmu pengetahuan yang berkomitmen tinggi. Secara langsung dengan iklim lingkungan yang intelek ini Abd. Rachman Assegaf memiliki kesempatan yang terbuka untuk menggagas dan mengembangkan paradigma pendidikan hadhari berbasis integratif-interkonektif.

42

Untuk dapat memberikan pemahaman, berikut bagan skematis melacak genealogi pemikiran Abd. Rachman Assegaf mengenai paradigma pendidikan hadhari berbasis integratif-interkonektif:

BAGAN I SKEMATIS

Melacak Genealogi Pemikiran Abd. Rachman Assegaf

AKADEMIK UIN KEHIDUPAN KEGIATAN

AKADEMIK  lembaga pendidikan pengembangan keilmuan (Islamic studies) dengan pendekatan keilmuan integratif-interkonektif.  Pengembangan konsep segitiga hadharah dan pendekatan keilmuan

integratif-interkonektif.  lembaga dakwah

Islam yang Humanis.  Jembatan keilmuan

antara Timur dan Barat.  Sebagai center of excellent keilmuan  Iklim kegiatan akademik yang semakin terbuka.  Komitmen kemajuan

pendidikan Islam yang tinggi.

 Pengembangan paradigma pendidikan yang kritis dan rasional.

 Referensi dan literatur yang semakin luas.  Kemajuan ilmu dan

pengetahuan.  Kemandirian dan

kebebasan.

Paradigma Pendidikan Hadhari Berbasis

Integratif-Interkonektif

43

B. Gagasan Abd. Rachman Assegaf Tentang Pendidikan Hadhari

Dokumen terkait