• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN. Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Institut Pertanian Bogor (IPB) membuat karya ilmiah berupa skripsi adalah salah satu prasyarat bagi mahasiswa tingkat akhir strata satu untuk memperoleh gelar kesarjanaan. Skripsi umumnya ditulis berdasarkan suatu penelitian, hasil magang, atau praktik kerja lapangan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan analisis berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah (BAPSI & BAAK, 2003).

Dalam penelitian untuk materi skripsi, mahasiswa mengaplikasikan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang pernah dipelajari selama menempuh kuliah dan praktika beberapa mata kuliah. Di antara mata kuliah yang diperoleh dan diterapkan dalam proses penyusunan skripsi terdapat satu atau lebih mata kuliah statistika. Pengetahuan tentang statisitika yang pernah dipelajari dan metode penelitian atau kajian untuk penelitian merupakan bekal yang berharga dalam penyusunan skripsi.

Program studi Ilmu Tanah, Hortikultura, Agronomi, Arsitektur Lansekap, Pemuliaan Tanaman, Teknologi Manajemen Aquakultur, Teknologi Produksi Ternak, Teknologi Hasil Ternak, Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Manajemen Hutan, Budidaya Hutan, Geofisika dan Meteorologi, Biologi, Biokimia adalah program studi yang memperoleh mata kuliah perancangan percobaan. Skripsi-skripsi mahasiswa IPB dari tahun 2000-2006 berjumlah kurang lebih 16329. Tiap tahun jumlah skripsi yang terdaftar kurang lebih sekitar 2300 buah skripsi. Skripsi yang menggunakan metode percobaan contoh kurang lebih 800 buah tiap tahunnya (Sumber : perpustakaan LSI IPB).

Karena jumlah skripsi yang menggunakan metode percobaan contoh yang telah dibuat oleh mahasiswa IPB dari tahun 2000-2006 cukup besar jumlahnya, peneliti menduga adanya skripsi yang mengandung beberapa cacat dalam penerapan aspek-aspek statistika yang terdapat dalam bab-bab pendahuluan, bahan dan metode, dan hasil dan pembahasan. Kekeliruan menerapkan ilmu statistika dalam penelitian percobaan contoh dapat menimbulkan terjadinya misuse atau abuse yang berakibat hasil penelitian yang dilaksanakan tidak menggambarkan hal yang sebenarnya dan kesimpulan yang diperoleh diragukan keabsahannya.

Terjadinya kekeliruan dalam penerapan ilmu statistika dalam penelitian dengan metode

percobaan contoh disebabkan oleh adanya kesenjangan antara kebutuhan teknik-teknik statistika di dalam penyusunan skripsi atau penelitian percobaan contoh dengan apa yang diperoleh pada waktu perkuliahan.

Aspek-aspek statistika yang terdapat dalam bab pendahuluan, bahan dan metode, dan hasil dan pembahasan dapat dijadikan acuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mahasiswa dalam penerapan statistika pada proses penyusunan karya ilmiah dengan metode percobaan contoh. Dari aspek-aspek tersebut juga dapat diidentifikasi terjadinya misuse atau abuse. Content analysis dapat digunakan untuk menilai aspek-aspek tersebut yang bersifat saling berkaitan satu sama lain.

Tujuan Kajian

Mengidentifikasi adanya kesenjangan (gap) antara bahan pembelajaran statistika dengan kebutuhan dalam penyusunan skripsi metode percobaan contoh mahasiswa Agronomi, Hortikultura, Proteksi Tanaman dan Biologi dengan melakukan content analysis terhadap aspek statistika yang tercantum pada bab pendahuluan, bahan dan metode, dan hasil dan pembahasan pada skripsi yang dikaji.

Hasil yang diperoleh dari kajian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang diharapkan dapat membantu pihak institusi dalam mengambil kebijakan sistem pendidikan. Temuan-temuan menyimpang yang ditemukan dapat diperhatikan oleh mahasiswa yang akan melakukan penelitian dengan metode percobaan contoh dan lulusan program studi sarjana pada umumnya.

TINJAUAN PUSTAKA Metode Percobaan Contoh

Metode percobaan contoh merupakan salah satu metode pengumpulan data. Pada metode ini data yang diperlukan tidak tersedia, oleh karena itu harus dibangkitkan melalui intervensi dengan diberikannya sejumlah perlakuan terhadap satuan percobaan.

Metode percobaan contoh bekerja dengan sejumlah satuan percobaan dari bentuk dan atau ukuran tertentu. Contoh kongkrit berukuran satuan percobaan ini dipandang berasal dari universum banyak sekali satuan-satuan percobaan dengan kondisi-kondisi seperti dimiliki oleh satuan percobaan yang digunakan untuk percobaan. Jadi, dalam metode percobaan contoh universum satuan percobaan adalah abstrak; bersifat artifisial,

(2)

yaitu dikhayalkan ada dengan kondisi-kondisi seperti kondisi-kondisi yang dimiliki oleh contoh satuan percobaan. Contoh yang digunakan dalam sembarang percobaan contoh ialah suatu contoh sengaja bukan contoh acak.

Adanya sejumlah perlakuan bukan hanya merupakan syarat mutlak untuk metode percobaan contoh tetapi sekaligus merupakan suaktu kekhasan yang membedakannya terhadap dua metode pengumpulan data lainnya: metode survei contoh peluang dan metode kajian observasional.

Suatu rancangan percobaan akan bersangkut paut dengan beberapa hal antara lain (Musa dan Nasoetion, 2007):

• Konsep pemecahan masalah : faktor-faktor dari perlakuan yang ingin dipelajari pengaruhnya.

• Karakteristik dari sejumlah objek yang akan digunakan sebagai bahan percobaan • Penentuan peubah respon yang relevan • Penentuan satuan pengamatan atau

evaluasi dari peubah respons yang digunakan

• Prosedur percobaan

• Pemilihan teknik analisis statistika yang sesuai dengan peubah respons yang diamati dan tujuan pemecahan masalah. Suatu rancangan pengumpulan data dengan metode percobaan contoh terdiri atas dua atau 3 komponen sebagai berikut :

1. Rancangan perlakuan

2. Rancangan pengendalian keheterogenan satuan percobaan

3. Rancangan pengamatan respons Masalah Penelitian

Menemukan masalah menarik yang belum atau belum tuntas terpecahkan, penting serta dapat dipecahkan merupakan langkah paling awal dan kunci penting dalam proses penelitian ilmiah. Menurut (Ostle dalam Musa, 2007) ada empat hal yang harus diperhatikan dalam usaha menemukan dan merumuskan masalah, yaitu :

1. Pengenalan masalah (dari kenyataan, gejala dan sebagainya) yang akan diteliti 2. Temuan-temuan terdahulu yang dapat

dipertimbangkan dalam menjelaskan masalah atau dijadikan sebagai bahan bandingan

3. Konsep atau teori-teori yang mungkin dapat digunakan dalam menjelaskan pilihan pemecahan masalah

4. Penyarian masalah ke dalam pernyataan-pernyataan operasional yang

dapat diperiksa atau diuji secara statistika.

Suatu masalah mungkin dapat disarikan ke dalam model sistem atau model sistematis yang menggambarkan hubungan antarpeubah penelitian. Peubah-peubah penelitian terdiri atas dua gugus peubah, yaitu peubah-peubah dan . Kish (1987) menamakan peubah-peubah dan sebagai peubah-peubah dari kelas yaitu peubah-peubah-peubah-peubah penelitian, ‘experimental’, ‘explanatory’ dan sebagainya yang diminati untuk dikaji.

Penentuan apa yang dikehendaki sebagai peubah-peubah yang ingin dipelajari dalam kondisi alami dan apa yang dipilih sebagai

peubah dalam hubungan

tidak boleh dilakukan serampangan. Peubah dan

peubah-peubah dikehendaki harus memenuhi syarat untuk dapat dikatakan memiliki “hubungan” dan hubungan yang dimaksud adalah dalam bentuk suatu “fungsi”.

Dalam rumusan masalah terdapat cara bagaimana mengidentifikasi atribut-atribut suatu peubah penelitian yaitu melalui pengamatan terhadap satuan pengamatan dari objek penelitian. Rumusan masalah juga mengarahkan penyusunan suatu rancangan perlakuan (dan mungkin juga rancangan pengamatan respons-respons).

Dalam membuat rancangan kajian yang baik dibutuhkan pengetahuan yang memadai mengenai teknik-teknik statistis dalam analisis data yang harus relevan terhadap rumusan masalah, pernyataan masalah, pernyataan hipotesis (jika ada), rancangan perlakuan dan tujuan yang yang ingin dicapai dari penyelenggaraan suatu dengan kata lain semuanya dalam suatu kesenyawaan (Musa, 2007).

Rancangan Perlakuan

Perlakuan ialah suatu tindakan, metode, prosedur, bahan, dsbnya yang diberikan kepada satu atau beberapa satuan percobaan. Sedang-kan suatu faktor dari perlakuan ialah suatu peubah penggubah (modifier variable). Tetapi, ini adalah suatu “pengertian sempit” mengenai istilah perlakuan. Dalam “pengertian diperluas” istilah perlakuan mencakup pengertian “perlakuan intervensi” dan “perlakuan ciri”.

Kedudukan rancangan perlakuan sederhana atau komposit (kombinasi) dalam rancangan percobaan strategis sekali. Rancangan perlakuan menjabarkan rumusan

(3)

masalah, pernyataan masalah (dan jika ada pernyataan hipotesis) dan tujuan percobaan.

Rancangan perlakuan menstrukturkan data dan mengarahkan analisis untuk suatu peubah respons (Musa, 2007).

Rancangan perlakuan dalam metode percobaan berhubungan dengan penstrukturan hubungan taraf-taraf antarfaktor-faktor dari perlakuan dalam pembangkitan respons-respons dari bahan percobaan (Musa dan Nasoetion, 2007).

Suatu faktor (peubah) perlakuan dirancang terdiri atas sejumlah nilai-nilai yang dicobakan, yang disebut sebagai taraf-taraf (levels) faktor perlakuan. Taraf-taraf suatu faktor ditetapkan atau diketahui dalam tahap penyusunan rancangan perlakuan. Jadi, bersifat pre-determined.

Suatu faktor perlakuan yang dimaksud mungkin ialah suatu peubah diskret (kategorik atau cacah) atau suatu peubah kontinu atau sering disebut sebagai faktor bergradien atau faktor regresi. Ditilik dari tipe pengaruhnya, suatu faktor perlakuan mungkin dipandang sebagai suatu faktor dari corak pengaruh tetap (fixed effect) atau faktor dari corak pengaruh acak (random effect). Taraf-taraf faktor pengaruh acak ditetapkan melalui pengacakan atau berasal dari proses acak.

Rancangan perlakuan dalam suatu percobaan mungkin tersusun dari: satu perlakuan, dua perlakuan, satu faktor, dua faktor atau lebih. Untuk percobaan dua faktor atau lebih, perlakuan berupa perlakuan-perlakuan komposit (kombinasi).

Perlakuan komposit yang dipilih didasarkan pada hubungan taraf-taraf antarfaktor. Untuk hubungan taraf-taraf antarsembarang dua faktor ada dua macam hubungan yang mungkin, yaitu dalam klasifikasi silang atau dalam klasifikasi tersarang (nested/hierarchical classification). Sedangkan untuk hubungan taraf-taraf antarsembarang tiga faktor atau lebih ada tiga macam hubungan yang mungkin, yaitu semuanya dalam klasifikasi silang, semuanya dalam klasifikasi tersarang/berjenjang atau dalam klasifikasi campuran.

Taksonomi rancangan-rancangan perlakuan dapat dibedakan menjadi tiga (Musa, 2007) antara lain :

• Corak-corak pengaruh dari faktor-faktor penyusun rancangan perlakuan, yang akan mengindikasikan model bagi suatu rancangan perlakuan, yaitu apakah sebagai suatu Model I (model pengaruh-pengaruh tetap), Model II (model pengaruh-pengaruh acak), ataukah Model

III (model pengaruh-pengaruh campuran) dari Eisenhart.

• Klasifikasi hubungan-hubungan taraf-taraf antar-f-faktor penyusun rancangan perlakuan komposit, yang akan meng-indikasikan apakah suatu rancangan perlakuan termasuk ke dalam suatu rancangan dari klasifikasi tersarang, silang ataukah campuran.

• Rancangan-rancangan khusus dari suatu rancangan perlakuan berklasifikasi silang. Rancangan ini biasa dikenal sebagai rancangan faktorial dengan atau tanpa satu atau lebih perlakuan tambahan, misalnya: faktorial lengkap, faktorial taklengkap, faktorial pecahan dan rancangan permukaan respons.

Pengenalan kedua butir disebutkan pertama penting diketahui karena dalam tahap penyusunan rancangan kajian dapat diperiksa aspek keterdugaan atau keterujian statistis komponen-komponen model rancangan pengumpulan data. Yaitu, melalui penjabaran nilai harapan kuadrat tengah sumber keragaman.

Rancangan permukaan respons adalah rancangan perlakuan dengan faktor-faktor bergradien (numerik) yang dikhususkan untuk menduga respons dari bentuk umum tertentu (Khuri dan Cornel, 1987). Rancangan ini biasanya dimaksudkan untuk mencari perlakuan kombinasi yang menghasilkan respons optimum, atau untuk memilih optimasi yang dikehendaki dari kontur-kontur respons tertentu.

Suatu rancangan perlakuan dalam metode percoban contoh dapat diklasifikasikan seperti berikut:

ƒ Percobaan dengan satu perlakuan

Umumnya dilakukan dalam bidang rekayasa untuk maksud evaluasi atau pemeriksaan ciri dan keseragaman mutu produk. Satuan percobaan yang digunakan seluruhnya berkondisi seragam.

Untuk suatu kajian mungkin diperlukan pengamatan “sebelum” dan “sesudah” diperlakukan, yaitu dalam suatu beda waktu yang cukup memadai. Hal ini dilakukan untuk menilai keefektifan perlakuan menurut waktu.

Rancangan ini disebut juga “the one-group pretest-posttest design” atau sering disebut juga kasus “dua contoh tak bebas” atau pengamatan-pengamatan berpasangan. ƒ Percobaan dengan dua perlakuan

Satuan percobaan yang terdiri dari 2 grup satuan-satuan percobaan, masing-masing berukuran objek. Salah

(4)

satu grup diberi perlakuan berupa kontrol dan satu lagi diberi perlakuan bukan kontrol.

Dalam statistika rancangan ini adalah suatu kasus dari masalah “dua contoh bebas”. Untuk rancangan ini dapat juga diterapkan kajian pengamatan “sebelum” dan “sesudah” untuk menilai keefektifan perlakuan menurut waktu.

ƒ Percobaan dengan rancangan perlakuan satu faktor

Taraf-taraf :

- Kategorik : Nominal, Ordinal - Bukan Kategorik : Diskret, Kontinu Tipe Pengaruh :

- Tetap ÆModel Pengaruh Tetap o Distruktur

o Tak Distruktur

- Acak ÆModel Pengaruh Acak ƒ Percobaan dengan rancangan perlakuan dua

faktor

Hubungan taraf-taraf antardua faktor - Berklasifikasi tersarang

- Berklasifikasi silang Tipe pengaruh faktor-faktor

- Keduanya dari tipe pengaruh tetap (model pengaruh-pengaruh tetap)

- Keduanya dari tipe pengaruh acak (model pengaruh-pengaruh acak)

- Satu acak dan lainnya tetap (model pengaruh-pengaruh campuran)

ƒ Percobaan dengan rancangan perlakuan ≥ tiga faktor

Hubungan taraf-taraf antarfaktor-faktor - Berklasifikasi tersarang

- Berklasifikasi silang - Berklasifikasi campuran Tipe pengaruh faktor-faktor

- Model pengaruh-pengaruh tetap - Model pengaruh-pengaruh acak - Model pengaruh-pengaruh campuran Rancangan Pengendalian Keheterogenan

Satuan percobaan adalah unit terkecil dalam suatu percobaan yang diberi suatu perlakuan. Satuan percobaan yang digunakan dalam percobaan mungkin menyumbangkan keragaman data suatu peubah respons yang disebabkan oleh keheterogenan ciri-ciri atau kondisi-kondisi bahan percobaan. Oleh karena itu untuk mengatasi hal ini diperlukan sebuah rancangan yang dapat mengendalikan keheterogenan bahan percobaan. Dengan kata lain rancangan pengendalian keheterogenan adalah rancangan yang berkenaan dengan pengendalian keragaman-keragaman

tak-dikehendaki yang terkandung dalam satuan percobaan.

Asas-asas pengendalian keheterogenan antara lain : pengulangan perlakuan, pengalokasian acak perlakuan, pengendalian lokal, keortogonalan, pemautan dan keefisienan. Tiga asas pertama merupakan asas-asas pokok, sedangkan tiga asas lainnya adalah asas pelengkap.

Federer (1973) mengemukakan tiga kriteria sebagai ciri-ciri dikehendaki dari suatu rancangan pengendalian keheterogenan mengganggu yang baik, yaitu:

1. Penataan perlakuan dalam suatu rancangan pengumpulan data yang menghasilkan suatu rancangan percobaan yang efisien; asas keortogonalan, pengendalian lokal, keefisienan dan pemautan berhubungan dengan pemenuhan kriteria ini.

2. Penggolongan bahan percobaan dengan cara tertentu untuk mendapatkan b kelompok, grup atau lapisan satuan-satuan percobaan; sembarang kelompok, grup atau lapisan tadi dalam beberapa hal penting yang berkaitan dengan respons percobaan yang ingin diamati dapat dipandang sebagai suatu kelompok, grup atau lapisan berkondisi seragam; b kelompok, grup atau lapisan dapat saja berbeda kondisi. Asas keortogonalan, pengendalian lokal, keefisienan dan pemautan berhubungan dengan pemenuhan kriteria ini.

3. Keadilan terhadap setiap perlakuan dalam pengalokasian terhadap satuan-satuan percobaan; setiap satuan percobaan dialokasi dengan satu dan hanya satu macam perlakuan. Asas pengulangan dan pengacakan berhubungan dengan pemenuhan kriteria ini.

Rancangan percobaan menurut kelas pengendalian yang dikemukakan oleh Federer (1973) :

1. Nihil pengendalian keheterogenan : Rancangan ini mensyaratkan seluruh satuan percobaan yang tersedia dipandang sebagai satu grup homogen/seragam. Teladan rancangan dari kelas ini ialah rancangan acak lengkap (RAL). Pada rancangan ini dalam mengalokasikan perlakuan ke satuan percobaan dilakukan dengan pengacakan secara lengkap sehingga setiap satuan percobaan memiliki peluang yang sama untuk mendapat setiap perlakuan.

2. Satu-cara pengendalian keheterogenan Pada rancangan ini satuan-satuan percobaan tidak dapat dipandang sebagai

(5)

satu grup homogen tetapi dengan satu cara dapat dibagi ke dalam b kelompok. Rancangan acak kelompok lengkap (RAK) dan rancangan acak kelompok tak lengkap (RAKTL) setimbang termasuk dalam kelas ini. Dengan melakukan pengelompokan berarti dalam satu kelompok relatif homogen dan setiap perlakuan diacak secara penuh dalam setiap kelompok. Dan dari pengelompokkan ini diharapkan respon yang muncul pada setiap kelompok hanya diakibatkan oleh perlakuan yang diberikan.

3. Dua-cara pengendalian keheterogenan Dalam hal ini satuan-satuan percobaan heterogen dapat dikendalikan dalam dua cara untuk mendapatkan grup satuan percobaan berkondisi seragam. Rancangan bujursangkar latin (RBSL) dan rancangan segi-empat latin merupakan salah satu rancangan dalam kelas ini. Sebagai contoh dalam kasus percobaan di daerah perbukitan, pengelompokkan dilakukan berdasar arah kemiringan dan arah mata angin. Syarat dari rancangan ini adalah jumlah pengelompokkan berdasar baris dan kolom harus sama.

4. Tiga-cara pengendalian keheterogenan Satuan-satuan percobaan dikendalikan dalam tiga cara untuk memperoleh

grup satuan percobaan homogen. Rancangan latin kubus dan rancangan ujur-sangkar latin magik (RBSLM) merupakan contoh teladan rancangan lingkungan dalam kelas ini. 5. m-cara pengendalian keheterogenan

Teladan rancangan yang termasuk kelas ini misalnya ialah rancangan bersekat.

Untuk suatu rancangan perlakuan dengan dua atau lebih faktor tidak jarang peneliti berhadapan dengan kendala atau kepentingan untuk menggunakan dua atau lebih besar ukuran satuan percobaan. Misal untuk mengkaji pengaruh a taraf faktor A diperlukan satuan percobaan berukuran b kali ukuran satuan percobaan yang diperlukan dalam mengkaji pengaruh b faktor B. Faktor A disebut sebagai “faktor utama”, sedang faktor B dinamakan “anak faktor” dari faktor A. Satuan percobaan yang digunakan dalam pengalokasian acak a taraf faktor A di-namakan sebagai "petak-utama" dan satuan-satuan percobaan yang dipakai dalam pengalokasian b taraf faktor B disebut sebagai "petak"; sebanyak paling sedikit b

anak-petak terdapat dalam tiap anak-petak utama. Rancangan “petak terpisah atau terbagi” (RPT) dan “rancangan kelompok terbagi” adalah 2 contoh rancangan yang termasuk dalam rancangan pemautan pengaruh faktor utama.

Rancangan petak terpisah tidak berdiri sendiri. Alokasi acak taraf-taraf dari suatu faktor(-faktor) utama dan demikian juga halnya dengan alokasi acak taraf-taraf dari satu atau lebih anak faktor tergantung pada rancangan asosiasi yang dipilih, misalnya RAL, RAKL dan RBSL.

Suatu rancangan pengendalian yang dipilih ialah rancangan pengumpulan data yang efektif dan efisien, yang seharusnya didapat dari pemaduan optimal antara rancangan perlakuan, rancangan lingkungan dan rancangan respons pada kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan suatu percobaan.

Satuan percobaan dan rancangan pengendalian keheterogenan satuan percobaan biasanya terdapat pada bab bahan dan metode.

Rancangan Pengamatan Respons Peubah-peubah respons yang relevan untuk diamati adalah yang mencerminkan pengaruh dari faktor-faktor dari perlakuan. Secara umum terdapat empat jenis pengelompokan skala pengukuran, yaitu skala nominal, ordinal, interval dan rasio.

Rancangan pengamatan respons adalah rancangan yang membicarakan tentang bagaimana menyiasati pengendalian terhadap bias-bias yang terjadi saat penilaian respons-respons percobaan. Pengamatan-pengamatan untuk suatu peubah respons dilakukan terhadap satuan-satuan pengamatan yang pantas, dengan alat ukur atau penilain yang sahih, seksama dan teliti. Kapan atau kapan saja pengamatan untuk suatu peubah dilakukan terhadap masing-masing dari objek-objek penelitian merupakan hal yang perlu dipikirkan oleh peneliti agar penilaian dapat dilakukan secara sah dan terandalkan. Pengamatan untuk suatu peubah respons mungkin dapat diukur sekali saja ‘one shot’ atau dengan pengamatan berulang ‘repeated’ atau pengamatan sebelum dan sesudah perlakuan.

Rancangan pengamatan respons bersama rancangan perlakuan mensugesti analisis model rancangan pengumpulan data.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan melalui 2 tahap yaitu analisis terhadap model

(6)

pengumpulan data dan analisis terhadap model rumusan masalah. Rancangan perlakuan mensugesti analisis data peubah respons percobaan, baik untuk model rancangan pengumpulan data yang digunakan maupun untuk model rumusan masalah.

Analisis terhadap model rancangan pengumpulan data umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik analisis ragam, termasuk untuk model-model dengan kovariat(-kovariat). Ada kalanya sebelum dilakukan analisis formal diperlukan suatu langkah awal yang disebut sebagai “Initial Data Assesment” (IDA). IDA dilakukan berdasarkan keinginan “let data speak themselves”. Teknik analisis ragam umum digunakan untuk analisis terhadap rancangan pengumpulan data yang digunakan untuk suatu peubah respons kontinu atau yang dapat didekati sebagaimana layaknya suatu peubah kontinu. Dengan teknik analisis ragam, keragaman dalam data respons dianalisis atau diuraikan ke dalam keragaman-keragaman yang dibangkitkan oleh sumber sumber pembangkit keragaman. Sumber sumber keragaman tersebut disarikan dalam bentuk suatu model linear aditif untuk model rancangan pengumpulan data yang digunakan (Musa, 2007).

Analisis terhadap masalah tergantung pada apa “pertanyaannya”, yaitu berkaitan dengan apa pernyataan-pernyataan masalahnya (atau pernyataan-pernyataan hipotesisnya) dan tujuan-tujuan yang hendak diraih dari penyelenggaraan suatu percobaan. Jika pernyataan-pernyataan masalah (atau pernyataan-pernyataan hipotesis) serta tujuan-tujuan dan rancangan perlakuan disusun senyawa (kongruens) maka analisis terhadap masalah dapat dilakukan melalui operasi terhadap hubungan-hubungan yang terberikan

dari faktor-faktor (berikut taraf-tarafnya) yang digunakan dalam suatu rancangan perlakuan.

Jadi, tahapan-tahapan dalam analisis data suatu percobaan umumnya adalah:

1. Initial Data Assestment (IDA).

2. Analisis ragam (atau kovarians) model definitif rancangan pengumpulan data yang digunakan (dinyatakan dalam bentuk suatu model linear aditif).

3. Diagnosa terhadap anggapan-anggapan yang mendasari analisis ragam bagi suatu model linear aditif dan penilaian kegawatan akibat jika ada anggapan yang tidak terpenuhi.

4. Jika diperlukan adakan verifikasi/remediasi terhadap model, yaitu

sehubungan hasil yang didapat dari butir 3 di atas. Model telah diperbaiki perlu didiagnosa lagi.

5. Analisis terhadap model rumusan masalah, yaitu model dari rancangan perlakuan untuk menjawab hal hal seperti dikemukakan dalam pernyataan-pernyataan masalah/hipotesis. Sembarang pernyataan hipotesis penelitian ditransformasi ke dalam pernyataan hipotesis statistis, yaitu berupa pernyataan pengujian terhadap parameter-parameter model yang dapat diduga dan diuji secara statistika.

Analisis terhadap model rumusan masalah yang dapat digunakan pada percobaan dengan satu faktor perlakuan dengan peubah respons kontinu tersaji pada Tabel 1. Sedangkan analisis terhadap model rumusan masalah yang digunakan pada percobaan dengan dua faktor perlakuan dengan peubah respons kontinu tersaji pada Tabel 2. Analisis yang digunakan jika peubah respons berupa kategorik maka analisis regresi logistik yang tepat untuk digunakan.

Tabel 1. Analisis perlakuan berfaktor satu dengan peubah respons kontinu

Tipe Pengaruh

Tipe Faktor Hubungan

taraf-taraf Tetap Acak

Kategorik Distruktur Pembandingan linear ortogonal -

Tak Distruktur Pembandingan ganda antar- rataan perlakuan Analisis komponen ragam

Numerik Distruktur Analisis Regresi -

Pembandingan linear ortogonal dapat digunakan untuk menjawab analisis model rumusan masalah jika faktor perlakuan berupa kategorik dan hubungan antartaraf distruktur dan tipe pengaruhnya tetap. Jika taraf-tarafnya tidak distruktur dan tipe pengaruh tetap maka analisis model rumusan masalahnya menggunakan pembandingan ganda antar-

rataan perlakuan, jika tipe pengaruhnya acak menggunakan analisis komponen ragam. Faktor berupa numerik atau gradien biasanya distruktur taraf-tarafnya dan bertipe pengaruh tetap oleh karena itu analisis regresi adalah analisis yang tepat digunakan untuk menjawab analisis terhadap model rumusan masalah.

(7)

Tabel 2. Analisis perlakuan berfaktor dua dengan peubah respons kontinu

Tipe Pengaruh Tipe Faktor

Tetap Acak Campuran

Taraf-taraf

distruktur Penandingan Linear Kategorik Taraf-taraf tak distruktur Pembandingan antar- rataan perlakuan Analisis

komponen ragam komponen ragam Analisis

Numerik Analisis regresi 2 faktor - -

Campuran Analisis regresi - Analisis komponen ragam

Dari hasil analisis dapat ditarik tafsiran dan simpulan statistis. Tetapi ini bukan hasil akhir. Hasil akhir tentunya ialah berupa tafsiran,

simpulan, atau rekomendasi dari sudut bidang ilmu yang terkait dalam pembahasan masalah.

BAHAN DAN METODE

Bahan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 skripsi yang terdiri dari 3 skripsi mahasiswa dari program studi Agronomi, 1 skripsi dari mahasiswa program studi

Hortikultura, 2 skripsi mahasiswa dari program studi Proteksi Tanaman, dan 4 skripsi mahasiswa dari program studi Biologi yang lulus pada tahun 2006. Sepuluh skripsi ini diperoleh dari perpustakaan LSI IPB. Daftar sepuluh skripsi yang dikaji beserta judulnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Daftar skripsi yang dikaji

No Program Studi Judul Skripsi

1 Proteksi Tanaman Pengendalian penyakit hawar daun (Helminthosporium turcicum) pada jagung manis dengan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman.1

2 Proteksi Tanaman Uji ketahanan 25 genotipe semangka (Citrullus ianatus (THUNB.) Matsum. & Nakai) terhadap fusarium oxysporum f.sp.niveum.1

3 Biologi Emisi metana (CH4) dari beberapa varietas padi pada lahan sawah pasang surut.1

4 Biologi Pertumbuhan krisan pot (Chrysanthemum morifolium Ramat car Sheena yellow) pada berbagai nilai EC (Electrical Conductivity).1

5 Biologi Aktivitas bakteri pengoksidasi amonium ASR1 dan ASR2 asal tambak udang pada sumber karbon dan salinitas yang berbeda.1

6 Agronomi Pengaruh konsentrasi dan waktu penyemprotan pupuk daun happy gro terhadap pertumbuhan tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze).2

7 Agronomi Pengaruh pupuk P dan K terhadap pertumbuhan tanaman Iles-Iles (Amorphophallus Muelleri Blume).2

8 Agronomi Respon pertumbuhan tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) terhadap perlakuan pemulsaan dan pupuk daun.2

9 Hortikultura Pengaruh perlakuan benih dan penyimpanan terhadap mutu benih cabai merah (Capsicum annuum L.) yang terinfeksi Colletotrichum capsici.3

10 Biologi Serangan cendawan pasca panen dan kontaminasi aflatoksin pada kacang tanah di grosir dan pengecer di kota Bandung, Bogor dan Jakarta.3 1 Perlakuan berfaktor 1 3 Perlakuan berfaktor 3

2 Perlakuan berfaktor 2

Metode

Tahapan pengamatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Melakukan content analysis untuk setiap skripsi.

Content analysis adalah metode yang diterapkan pada penelitian kualitatif untuk menuliskan materi analisis dengan cara

mengidentifikasi karakter khusus dari hal yang diteliti. Tujuan dari content analysis selain mengidentifikasi juga untuk menggambarkan karakter khusus tersebut. (Ary et al. 2002). Content analysis dilakukan dengan mengkaji perumusan masalah, pernyataan masalah, pernyataan hipotesis (jika ada), tujuan, rancangan perlakuan, bahan percobaan, rancangan pengendalian satuan percobaan,

Gambar

Tabel 1. Analisis perlakuan berfaktor satu dengan peubah respons kontinu  Tipe Pengaruh  Tipe Faktor  Hubungan

Referensi

Dokumen terkait

Kategori terakhir antar Kabupaten Kota adalah Junior U26 yang klasemennya sementara dipimpin oleh Tim Kota Surabaya dengan pemain Hendrik Febriyanto, Andy Pramana, Restu

Formulir dan Surat Keterangan lain sesuai kebutuhan pelayanan yang diberikan..

dalam penelitiannya mengenai pengaruh polusi udara terhadap tear film pada penduduk di New Delhi juga memperoleh hasil pemeriksaan Schirmer yang masih dalam rentang

Sebagaimana Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari

Plat – plat yang disambung menjadi lajur yang terdapat pada badan kapal biasa disebut dengan kulit kapal yang berguna untuk Untuk kekuatan membujur kapal, Menerima tekanan

Jaringan komunikasi antara petani merupakan proses pertukaran informasi yang terbentuk dalam suatu kelompok kecil yang berupa klik sosial (social clique) (Soekartawi, 1988)..

1) Pelaksanaan Upacara Ngerasakin perlu disebar luaskan kepada semua masyarakat di Desa Banyuatis khususnya yang belum mengerti mengenai, bentuk, fungsi maupun

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini menunjukan penyinaran infra merah pada jarak 35 cm lebih efektif daripada penyinaran infra merah dengan