36
GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN TOKSIKOLOGI PADA JENAZAH DI INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL RSUD DR SOETOMO SURABAYA
Drs. Sudirman, Apt., M.M.Kes. Prodi D3 Analis Kesehatan UM Surabaya
Abstract
Some man-made toxins results as chemicals and toxic drug example can be found in the home and in industry. Almost every household production contain chemicals that could potentially cause poisoning. Such as bleach clothes, oil paint mixed materials, medicines prescribed by a doctor or available commercially, very dangerous and become toxic when consumed in excess. The response of the body against toxins each individual not the same, depending on the immune system, age, gender. The impact of toxins into the body when it will receive the response ranging from mild to severe and can lead to death. Death by poisoning indication categorized with unnatural deaths, to determine the type of poison as the cause of death Toxicology laboratory examination. On this occasion the author will present a descriptive picture of poison or poisoned accompanying cause of death in the installation of Forensic Medicine and Medicolegal Hospital Dr. Soetomo.
Keyword : poisoning, Forensic
1. PENDAHULUAN
Kasus keracunan baik fatal maupun non fatal selalu dijumpai setiap tahun. Di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSU Dr. Soetomo Surabaya, yang merupakan instalasi dimana terdapat Divisi Toksikologi dalam salah satu tugas pokoknya menangani kasus-kasus keracunan baik pasien hidup maupun yang sudah meninggal. Kasus keracunan walaupun tidak menempati urutan teratas dari semua kasus forensik, perlu mendapat cukup perhatian.
Bersama dengan kemajuan teknologi dan modernisasi masa depan, tidak dapat dihindari bahwa makanan dari sumber yang baru dan tidak konvensional seperti bioteknologi, saat ini menjadi andalan dalam pasokan makanan kita. Keamanan makanan semacam ini membutuhkan perhatian yang lebih dibanding dengan sumber makanan yang alami.
Kasus-kasus keracunan sering timbul karena konsumsi makanan yang tidak jelas sumbernya, makanan atau minuman sintesis yang lewat tanggal kadaluarsanya, namun ada juga yang memang sengaja mengkonsumsi makanan atau minuman tertentu dengan tujuan yang hanya diketahui yang bersangkutan. Dampak yang ditimbulkan dari berbagai kasus keracunan
tersebut bermacam-macam mulai hanya menimbulkan perubahan biologik yang kecil sekali sampai dengan yang paling fatal yaitu menimbulkan kematian.
Bila dilihat dari cara kematian yang diakibatkannya merupakan jenis kematian tidak wajar. Kematian tidak wajar adalah kematian yang disebabkan selain oleh suatu penyakit, misalnya kecelakaan, bunuh diri, pembunuhan, dan lain-lain yang berkaitan dengan hukum atau kepolisian. Sehingga semua kematian tidak wajar selalu mendapat perhatian khusus, untuk mencari penyebab kematian yang sebenarnya, termasuk kematian dengan dugaan keracunan, harus dilakukan pemeriksaan dengan seksama.
Pada setiap kasus keracunan selalu dilakukan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam / otopsi (bedah mayat), untuk mengambil bahan pemeriksaan yang di butuhkan. Organ-organ penting dalam kasus keracunan adalah ginjal, lambung dan isinya, darah dan urine. Instalasi Kedokteran Forensik dalam mengeluarkan hasil pemeriksaan bekerja sama dengan Laboratorium Forensik POLDA JATIM sebagai tempat rujukan dan konsultasi. Hasil pemeriksaan laboratorium tidak dapat diketahui
37 oleh sembarang orang, termasuk keluarga sekalipun. Pihak penyidik yang mempunyai hak untuk menjelaskan baik kepada peradilan maupun keluarga pasien.
Dalam Karya Tulis ini, akan di sajikan hasil penelitian deskriptif yang di lakukan dengan mengambil data dari berkas arsip hasil pemeriksaan laboratorium sehingga terbentuk suatu Gambaran Hasil Pemeriksaan Toksikologi pada jenazah di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Soetomo periode Januari 2009 sampai dengan Desember 2011.
Dari pokok permasalahan yang telah di uraikan dalam pendahuluan maka di dapat suatu rumusan masalah yang ingin di ketahui adalah jumlah kasus keracunan dan jenis-jenis keracunan apa saja yang banyak terjadi di Instalasi Kedokteran Forensik (IKF) sebagai salah satu penyebab kematian. Tujuan Penelitian adalah Melihat gambaran kasus keracunan dan jenis-jenis racun pada hasil pemeriksaan laboratorium di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif, yang menggambarkan kasus keracunan pada jenazah di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr Soetomo Surabaya. Populasi adalah seluruh jenazah meninggal tidak wajar di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Soetomo selama Januari 2009 sampai Desember 2011, berjumlah 2.998 jenazah. Sampel adalah seluruh jenazah meninggal tidak wajar disertai indikasi keracunan dan dilakukan pemeriksaan toksikologi di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Soetomo selama Januari 2009 sampai Desember 2011, berjumlah 190 jenazah.
Lokasi Penelitian di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr Soetomo Surabaya. Dan waktu penelitian adalah Februari
sampai dengan Juli 2012. Pelaksanaan penulisan Mei sampai dengan Juni 2012. Kriteria Inklusi adalah Jenazah meninggal disertai indikasi keracunan dengan pemeriksaan Toksikologi di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Soetomo selama periode Januari 2009 sampai dengan Desember 2011. Kriteria Eksklusi adalah Jenazah meninggal disertai indikasi keracunan tanpa pemeriksaan Toksikologi di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr. Soetomo selama periode Januari 2009 sampai dengan Desember 2011 (Notoatmojo, 2002).
Variable penelitian adalah Jenazah mati tidak wajar dengan indikasi keracunan. Pada jenazah mati tidak wajar dengan indikasi keracunan tiba di Instalasi Kedokteran Forensik selalu dilengkapi SPVR, kependekan dari Surat Permintaan Visum et Repertum, adalah surat permintaan yang dibuat oleh penyidik kepolisian yang ditujukan kepada Instalasi Kedokteran Forensik untuk melakukan pemeriksaan lengkap terhadap jenazah, yaitu dilakukan otopsi atau bedah mayat, untuk mengetahui sebab-sebab kematiannya. Surat permintaan pemeriksaan Toksikologi. Setelah dilakukan bedah mayat, maka dlakukan pengambilan organ yang dibutuhkan untuk dijadikan sampel pemeriksaan Toksikologi.
Instrumennya adalah Arsip berkas hasil pemeriksaan toksikologi pada register jenazah meninggal tidak wajar yang disertai indikasi keracunan. Data diambil langsung dari arsip berkas pemeriksaan toksikologi di IKF RSUD Dr. Soetomo selama 2009 sampai 2011.
Cara Pemeriksaan beberapa jenis racun : 1. Identifikasi alcohol dengan prinsip :
Terbentuknya warna hijau hasil dari oksidasi antara etanol dengan kalium bikromat dalam suasana asam dengan metode : Mikrodifusi
38 Reaksi :
Reagen yang digunakan adalah Larutan Kalium Bikromat dalam asam sulfat. Bahan uji yang digunakan adalah Darah dan Cairan tubuh lainnya.
Prosedur yang didunakan adalah Disiapkan cawan conway dan oleskan vaselin pada tutupnya, Diteteskan kalium bikromat ke bagian tengah cawan secukupnya (3/4 bagian tengah cawan), dituang bahan uji ke bagian samping cawan, kemudian tutup cawannya, Diamati perubahan warna yang terjadi pada kalium bikormat. Perubahan warna dari kuning menjadi hijau menandakan alkohol positif. Jika warna yang terbentuk adalah biru, maka kadar alkohol dalam bahan uji sangat tinggi. (Sudirman, 2008).
2. Identifikasi formalin prinsip : Destilat direaksikan dengan larutan fenil hidrazin 3% dan Kaliuni heksasianoferat 1% serta dengan HCI pekat sehingga akan terbentuk warna rnerah. Metode yang digunakan adalah Destilasi, Reagen yang digunakan Asam hipofosfat, Larutan fenlihidrazin 3%, Larutan kalium heksasianoferat 1%, HCI pekat, Aquades. Prosedur yang digunakan Haluskan bahan uji dan timbang sebanyak 25 gram. Ditambahkan 50 ml aquades dan larutkan hingga rata, Dimasukkan ke dalam labu
kjeldahl dan tambahkan 10 ml asam hipofosfat, Dilakukan destilasi hingga didapatkan destilat ± 5 ml, Dipindahkan destilat ke dalam tabng reaksi dan tambahkan 5 ml larutan fenillhidrazin 3% dan 2 ml larutan kalium heksasianoferat. Hasil (+) = Terbentuk warna merah terang (-) = Tidak terbentuk warna merah terang (Sudirman, 2008).
3. IDENTIFIKASI SIANIDA. Pereaksi yang digunakan Larutan NaOH dalam aquades (100 g/L), Larutan Ferosulfat dalam aquades yang telah didihkan (100 g/L), dibuat baru, Larutan HCl dalam aquades (100 g/L). Prosedur yang digunakan Dilarutkan 1 ml bahan uji dengan 2 ml larutan NaOH, Ditambahkan 2 ml larutan ferosulfat, Ditambahkan larutan HCl secukupnya untuk melarutkan kembali endapan ferosianida. Hasil (+) = Terbentuknya warna biru Sensitifitas = 10 mg sianida / L (Sudirman,2008).
Data yang didapat dikelompokkan dan ditabulasi menurut jumlah kasus keracunan pada tahun 2009 sampai tahun 2011. Dilakukan penggolongan atas kelengkapan diskriptif keracunan pada setiap hasil pemeriksaan sehingga dapat digambarkan kualitas kelengkapan data tersebut. Penggolongan sebagai berikut : Jenis racun, Jenis kelamin jenazah, Umur jenazah
3. Hasil Penelitian
Jumlah semua kematian tidak wajar periode Januari 2009 sampai Desember 2011 dan jumlah kasus keracunan dikelompokkan dan ditabulasikan.
39 Tabel 4.1 : Jumlah kematian tidak wajar dengan
dugaan keracunan dan hasil positif keracunan yang terdaftar di IKF Tahun 2009
Keterangan tabel : Tidak ada tampak pola tertentu yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan pada bulan-bulan tertentu.
Tabel 4.2 : Jumlah kematian tidak wajar dengan dugaan keracunan dan hasil positif keracunan yang tedaftar di IKF Tahun 2010
Keterangan tabel : Tidak ada tampak pola tertentu yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan pada bulan – bulan tertentu.
Tabel 4.3 : Jumlah kematian tidak wajar dengan dugaan keracunan dan hasil positif keracunan yang tedaftar di IKF Tahun 2011
Keterangan tabel : Tidak ada tampak pola tertentu yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan pada bulan – bulan tertentu.
Pada tabel dapat dilihat bahwa kasus keracunan, walaupun tidak banyak namun masih dijumpai tiap-tiap tahun. Dugaan keracunan yang dilanjutkan dengan pemeriksaan Toksikologi dengan hasil positif, masih relatif kecil. Hal ini menunjukkan bahwa masih terlalu sulit identifikasi racun, dan harus mendapat dukungan sarana dan prasarana yang lebih canggih lagi.
Jumlah kasus positif keracunan yang menyertai sebab kematian di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr Soetomo
40 tidak banyak. Tahun 2009 : Data kematian tidak wajar = 981 kasus, Diperiksa Toksikologi = 56 kasus, Hasil positif = 17 kasus. Tahun 2010 :Data kematian tidak wajar = 1062 kasus, Diperiksa Toksikologi = 60 kasus, Hasil positif = 15 kasus. Tahun 2011 : Data kematian tidak wajar = 955 kasus, Diperiksa Toksikologi = 74 kasus,. Hasil (+) = 26 kasus.
Tabel 4.4 Kasus Positif Keracunan
Dari table 4.4 dapat dilihat bahwa hasil positif terhadap bahan yang diperiksa yaitu rata-rata sekitar 30%, hal tersebut relatif kecil, kendala-kendala yang ditemui antara lain: Kurang tepat pengambilan bahan atau organ sampel. Jarak waktu pengambilan sampel sampai pengerjaan terlalu lama, sehingga mempengaruhi keadaan sampel, terutama dugaan racun yang bersifat gas, mudah menguap, Pemilihan bahan pengawet yang salah, Pemilihan wadah yang salah, Diagnosa dokter salah.
Bila semua kasus dugaan keracunan di kelompokkan menurut jenis kelamin maka dapat dilihat pada diagram berikut :
Bila semua kasus dugaan keracunan di
kelompokkan menurut jenis kelamin maka dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5 : Jumlah kasus keracunan berdasar jenis kelamin periode Januari 2009 sampai Desember 2011
Dalam data tampak bahwa kasus keracunan dominan terjadi pada laki-laki dibanding perempuan.
41 Tabel 4.6 : Jumlah kasus keracunan berdasar umur
periode Januari 2009 sampai Desember 2011
Dalam data tampak bahwa kasus keracunan dominan terjadi pada usia produktif dewasa 31 sampai 40 tahun sebanyak 22 orang.
Tabel 4.7 : Jumlah kasus keracunan berdasar jenis racun
Dalam data tampak bahwa kasus keracunan berdasar jenis racun di dominasi alkohol sebagai urutan pertama kemudian sianida sebagai urutan kedua.
4. Pembahasan
Jumlah kasus positif keracunan yang menyertai sebab kematian di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr Soetomo tidak banyak. Dalam periode penelitian kasus yang terjadi sekitar 1,93 %. Dengan rata-rata pada periode penelitian < 5 % per tahun, Pola sebaran tampak acak dan tidak memperlihatkan pola tertentu. Sementara untuk jenis racun yang banyak terjadi adalah alkohol sebagai urutan pertama disusul sianida.Sianida dan alkohol, dalam hal ini
diartikan dalam minuman keras yang memabukkan dimana dapat dengan mudah didapatkan dengan harga yang terjangkau.
Sebab kematian karena alkohol secara langsung amat jarang. Lebih sering karena akibat tidak langsung dari pemakaian alkohol, antara lain kecelakaan, pembunuhan, dan tindak kriminal lain. Dalam kaitannya dengan kecelakaan lalu lintas di banyak negara dibuat Undang-Undang mengenai batas kadar alkohol dalam darah, misalnya di Amerika kadarnya 80-150 mg/100 ml, di Inggris 80 mg/100 ml, di Swedia dan Norwegia 50 mg/100 ml, di Austria 40 mg/100ml, di Polandia dan Cekoslowakia 30 mg/100 ml. Namun di Indonesia belum mengatur tentang penggunaan alkohol dan pengaruhnya terhadap seseorang dalam melakukan tindakan hukum. Sedangkan alkohol yang terdapat dalam minuman penjualannya harus dengan ijin.
1. Izin A untuk minuman dengan kadar alkohol 1-5 %
2. Izin B untuk minuman dengan kadar alkohol 5-20 %
3. Izin C untuk minuman dengan kadar alkohol 20-50 % (Tim Forensik, 2010).
3. Izin C untuk minuman dengan kadar alkohol 20-50 % (Tim Forensik, 2010).
Bila dilihat dari jenis kelamin, maka masih didominasi kaum laki-laki, Hal ini dikarenakan menurut pandangan mereka (kaum laki-laki), dengan minum-minuman yang memabukkan
42 mereka dapat menunjukkan jati diri mereka, mereka merasa bangga, senang, hebat, kuat, dan jantan. Bagi seorang laki-laki yang tidak melakukan ini dikatakan sebagai banci, pengecut, dan tidak memiliki kebranian (Dhammapada, 2012). Demikian dengan sianida dekat dengan dunia kaum laki-laki untuk penambahan bahan pada alat pancing mereka, sehingga mendapat ikan yang lebih banyak,
Dan bila dilihat dari usia, jumlah terbanyak adalah mereka dengan usia muda produktif, dimana secara sosial ekonomi mereka telah berpenghasilan, sehingga dapat dengan mudah mendapat bahan-bahan tersebut.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian deskriftif ini adalah : Jenis racun positif urutan pertama alkohol dan sianida diurutan kedua. Jumlah kasus keracunan selama tiga tahun (Januari 2009 sampai Desember 2011) yang masuk ke Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal tidak banyak. Selama periode penelitian terjadi 190 kasus dengan hasil positif sebanyak 58 kasus.
Dari aspek pelayanan, untuk upaya peningkatan kualitas pelayanan Visum et Repertum di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr Soetomo Surabaya. Dari aspek pendidikan, untuk meningkatkan kualitas penelitian. berkas pemeriksaan karena sangat
penting sebagai sumber data maka sebaiknya diperhatikan kelengkapannya sebelum disimpan sebagai arsip. Dari aspek IPTEK, untuk mengikuti perkembangan dan inovasi pemeriksaan Toksikologi modern, dengan pengadaan alat-alat canggih. Untuk lebih meningkatkan kewaspadaan baik diri sendiri maupun orang lain. Kewaspadaan yang dimaksud adalah waspada terhadap keselamatan diri dari tindak kejahatan dan keselamatan diri dari konsumsi makanan dan minuman berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwisastra, 1994, Keracunan, Amokasa : Surabaya
Ariens et al, 1986,Toksikologi, Amokasa: Surabaya
Chadha,2005, Ilmu Forensik dan Toksikologi,Medica Husada:Jakarta Dharmapada, Bahaya minuman keras pdf, www.
Informasi Racun.go.id diakses tanggal 10 Juli 2012
Frank C.Lu, 2005, Toksikologi Dasar, Gardika: Jakarta Hiswani, Racun dan kesehatan,www. Racun.or.id diakses tanggal 10 Juli 2012
Aquiner, Toksikologi lingkungan, www. Informasi Toksikologi.go.id diakses tanggal 02 Juli,2012 Notoatmodjo, 2002, Metode Penelitian,Rineka Cipta: Jakarta Sudirman, 2008, Diktat Toksikologi,Mandiri:
Surabaya
Sudirman, Mala Hayati, 2008, Praktikum Toksikologi, Mandiri : Surabaya
43 Tim Forensik, 2010, Buku Ajar Ilmu Kedokteran