KEPUTUSAN
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
NOMOR 251/KEP-BKIPM/2013
TENTANG
PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR DAN
SERVICE LEVEL
ARRANGEMENT
UNTUK IMPOR KOMODITAS IKAN
DALAM KERANGKA INDONESIA
NATIONAL SINGLE WINDOW
DI LINGKUNGAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN
KEAMANAN HASIL PERIKANAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU
DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,
Menimbang
:
a. bahwa sebagai pelaksanaan dari Keputusan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
Nomor
KEP.11/MEN/2012 tentang Pelaksanaan Sistem
Elektronik Dalam Kerangka Indonesia
National
Single Window
di Lingkungan Kementerian Kelautan
dan Perikanan, dipandang perlu menetapkan
Prosedur Operasional Standar dan
Service Level
Arrangement
Untuk Impor Komoditas Ikan Dalam
Kerangka Indonesia
National Single Window
di
Lingkungan Badan Karantina Ikan, Pengendaian
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
b. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan;
Mengingat
:
1.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482);
2.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran
sebagaimana
diubah
dengan
Undang-Undang
Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002
tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4197);
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2002
tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Kelautan dan
Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2006;
5.
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008 tentang
Penggunaan Sistem Elektronik Dalam Kerangka
Indonesia
National Single Window
;
6.
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara,
sebagaimana
telah
diubah
terakhir
dengan
Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011
(Lembaran Negara Republik indonesia Tahun 2011
Nomor 141);
7.
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi
Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor
92 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik
indonesia Tahun 2011 Nomor 142);
8.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.21/MEN/2006 tentang Tindakan Karantina Ikan
Dalam Hal Transit;
9.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.09/MEN/2007 tentang Ketentuan Pemasukan
Media Pembawa Berupa Ikan Hidup Sebagai
Barang Bawaan Ke Dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia;
10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.20/MEN/2007 tentang Tindakan Karantina
Untuk Pemasukan Media Pembawa Hama dan
Penyakit Ikan Karantina Dari Luar Negeri dan Dari
Suatu Area Ke Area Lain Di Dalam Wilayah Negara
Republik Indonesia;
12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Kementerian Kelautan Dan Perikanan;
13. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia
Nomor
PER.25/MEN/2011
tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan;
14. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
Nomor
PER.32/MEN/2012
tentang
Jenis,
Penerbitan, dan Bentuk Dokumen Tindak Karantina
Ikan;
15. Keputusan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
Republik
Indonesia
Nomor
KEP.53/MEN/2010
Tentang Penetapan Tempat Pemasukan Dan
Pengeluaran Media Pembawa Hama Dan Penyakit
Ikan Karantina;
16. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.26/MEN/2013 tentang Penetapan Jenis - Jenis
Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan,
Media Pembawa, dan Sebarannya.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
:
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL
PERIKANAN TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL
STANDAR DAN
SERVICE LEVEL ARRANGEMENT
UNTUK IMPOR KOMODITAS IKAN DALAM KERANGKA
INDONESIA
NATIONAL
SINGLE
WINDOW
DI
LINGKUNGAN
BADAN
KARANTINA
IKAN,
PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL
PERIKANAN.
KESATU
:
Menetapkan prosedur operasional standar dan
service
level arrangement
untuk impor komoditas ikan dalam
kerangka Indonesia
National Single Window
di lingkungan
Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan yang selanjutnya disebut POS dan SLA
INSW BKIPM sebagaimana tersebut dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
Kepala Badan ini.
KEDUA
:
POS dan SLA INSW BKIPM sebagaimana dimaksud
Diktum KESATU merupakan sistem pelayanan terhadap:
a. impor komoditas ikan untuk jalur merah; dan
KETIGA
:
POS dan SLA INSW BKIPM sebagaimana dimaksud
Diktum KESATU merupakan tindakan karantina ikan di
kawasan pabean dalam mendukung sistem
Custom
Clearance
yang berkaitan dengan impor ikan secara
elektronik.
KEEMPAT
:
Dalam hal terjadi keadaan yang menyebabkan sistem
elektronik sebagaimana dimaksud Diktum KETIGA
menjadi tidak berfungsi, maka digunakan sistem manual.
KELIMA
:
Sistem pelayanan dalam kerangka INSW sebagaimana
dimaksud Diktum KEDUA dilaksanakan oleh Badan
Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan.
KEENAM
:
Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 September 2013
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU DAN
KEAMANAN HASIL PERIKANAN,
ttd.
NARMOKO PRASMADJI
No.
Lembar Pengesahan
Paraf
1. Sekretaris BKIPM
2. Kabag. Kepegawaian,
Hukum dan Organisasi
3. Kabag. Informasi dan
LAMPIRAN : Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Nomor: 251/KEP-BKIPM/2013
Tentang Prosedur Operasional Standar dan Service Level Arrangement Untuk Impor Komoditas Ikan
Dalam Kerangka Indonesia National Single Window
di Lingkungan Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komitmen Negara Republik Indonesia yang sangat tinggi dalam mendukung pelaksanaan perdagangan global di tingkat regional ASEAN ditunjukkan dengan penyusunan dan pemberlakuan sistem penanganan lalu lintas barang impor yang cepat, tepat, dan akurat. Dengan memberlakukan sistem tersebut diharapkan dapat mengatasi kondisi pelayanan yang ada saat ini yang masih banyak terjadi kekurangan seperti masalah waktu, birokrasi yang terlalu berbelit-belit, tingginya pembiayaan yang harus dikeluarkan dalam pengurusan surat, serta tidak akuratnya data yang berikan oleh petugas.
Dengan adanya sistem penanganan lalu lintas barang impor yang cepat, tepat, dan akurat diharapkan masalah-masalah yang terkait dengan kepentingan nasional dapat terselesaikan, khususnya yang terkait dengan berbagai jenis kejahatan seperti kejahatan transnasional, penyelundupan obat-obatan, illegal fishing, dan juga peredaran ikan secara melawan hukum. Pembangunan sistem tersebut diselenggarakan dengan melaksanakan prinsip-prinsip good governance
melalui pembangunan otomasi sistem pelayanan yang terintegrasi antarpemerintah dengan tujuan mampu meningkatkan efisiensi pelayanan keseluruhan proses ekspor-impor.
dilakukan oleh Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.
Sebagai tindak lanjut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.11/MEN/2012 tentang Pelaksanaan Sistem Elektronik Dalam Kerangka Indonesia National Single Window di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka diperlukan suatu Prosedur Operasional Standar (POS) dan
Service Level Arrangement (SLA). Penyusunan POS dan SLA diperuntukkan bagi impor komoditas ikan dalam kerangka Indonesia National Single Window, yang dalam implementasinya Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan membagi menjadi 2 (dua) jalur, yaitu Jalur Merah dan Jalur Hijau.
B. MAKSUD dan TUJUAN
Maksud disusunnya POS dan SLA sebagai acuan bagi petugas karantina ikan dalam memberikan pelayanan lalu lintas impor ikan. Sedangkan tujuan disusunnya POS dan SLA dalam rangka memberikan kepastian hukum bagi petugas karantina ikan dan kepastian usaha bagi pengguna jasa dan mendukung transparansi dan keterbukaan dalam sistem pelayanan publik khususnya pelayanan perizinan karantina ikan.
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Keputusan Kepala Badan ini terdiri dari: 1. Impor Komoditas Ikan untuk Jalur Merah;
2. Impor Komoditas Ikan untuk Jalur Hijau.
D. PENGERTIAN
1. Karantina ikan adalah tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya Hama dan Penyakit Ikan Karantina dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
atau yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat.
3. Media pembawa hama dan penyakit ikan karantina, yang selanjutnya disebut media Pembawa, adalah ikan dan/atau benda lain yang dapat membawa HPIK.
4. Media pembawa beresiko tinggi adalah media pembawa dalam bentuk hidup, dan/atau Media Pembawa yang berasal dari negara yang sedang terjangkit (wabah) HPIK dan/atau Media Pembawa dalam keadaan mati yang berpotensi sebagai inang dan pembawa/carrier HPIK.
5. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan.
6. Pemasukan adalah memasukkan Media Pembawa dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia atau dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
7. Pemeriksaan dokumen adalah tindakan untuk mengetahui kelengkapan dan keabsahan dokumen persyaratan dan persyaratan lainnya.
8. Pemeriksaan Klinis adalah tindakan untuk mengetahui jenis, jumlah dan status kesehatan Media Pembawa yang dilalulintaskan.
9. Penahanan adalah tindakan menahan Media Pembawa yang akan dimasukkan ke dalam negeri atau suatu area di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
10. Penolakan adalah tindakan tidak diizinkannya Media Pembawa dimasukkan atau dikeluarkan ke atau dari suatu area atau dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
11. Surat penahanan sementara (KI-D10) adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas Karantina ikan di tempat pemasukan/pengeluaran, yang menyatakan bahwa Media Pembawa yang tercantum di dalamnya dikenakan tindakan penahanan.
12. Surat penolakan (KI-D11) adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina ikan di tempat pemasukan/pengeluaran, yang menyatakan bahwa Media Pembawa yang tercantum di dalamnya dikenakan tindakan penolakan.
persyaratan karantina atau persyaratan lainnya.
14. Surat persetujuan pengeluaran media pembawa dari tempat pemasukan (KI-D7) adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina ikan di tempat pemasukan atau kawasan pabean, yang menyatakan bahwa Media Pembawa yang tercantum di dalamnya disetujui dikeluarkan dari tempat pemasukan untuk pelaksanaan tindakan karantina ikan atau dilalulintasbebaskan.
15. Jalur merah adalah mekanisme pelayanan karantina ikan di bidang impor terhadap suatu importasi yang dilakukan melalui penelitian dokumen dan pemeriksaan klinis Media Pembawa (jenis, jumlah dan status kesehatan) di kawasan pabean.
16. Jalur hijau adalah mekanisme pelayanan karantina ikan di bidang impor terhadap suatu importasi yang dilakukan pemeriksaan dokumen di kawasan pabean.
17. Petugas karantina ikan adalah pegawai negeri tertentu yang diberi tugas untuk melakukan tindakan karantina berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB II
PELAKSANAAN
A. Hari dan Jam Kerja
Layanan sistem dan prosedur pemasukan (impor) terhadap komoditi wajib periksa karantina ikan dilaksanakan setiap hari selama 24 jam.
B. Petugas
UPT Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan dalam pelaksanaan penanganan dokumen kepabeanan dan perizinan yang berkaitan dengan impor ikan dilaksanakan oleh:
1. Petugas Penerima Dokumen/Operator; 2. Petugas Verifikasi/Koordinator Analis; 3. Petugas Pemeriksa Dokumen;
4. Petugas Pemeriksa Klinis; 5. Petugas Pengawas.
C. Persyaratan Pemasukan
Dalam memasukan ikan, importir harus mengajukan permohonan pemeriksaan karantina dengan persyaratan:
1. Importir telah teregistrasi pada Pusat Karantina Ikan atau UPT Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
2. Importir telah memiliki izin dan/atau rekomendasi untuk importasi komoditi perikanan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya; 3. Media pembawa dilengkapi dengan sertifikat kesehatan (Health Certificate)
dari negara asal kecuali untuk Media Pembawa yang tergolong benda lain; 4. Pemasukan media pembawa melalui tempat-tempat yang telah ditetapkan; 5. Media pembawa dilaporkan ke petugas karantina ikan dan dalam kondisi siap
D. Prosedur Operasional Standar (POS) dan Service Level Arrangement
(SLA)
1. Jalur Merah
Pelayanan sistem dan prosedur pemasukan (impor) terhadap komoditi wajib periksa karantina ikan untuk jalur merah dilakukan oleh UPT Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan di tempat pemasukan terhadap komoditas yang merupakan media pembawa beresiko tinggi atau komoditi yang dilarang dan dibatasi berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
a. POS
Prosedur pelayanan pemasukan (impor) terhadap komoditi ikan pada Jalur Merah dilakukan sebagai berikut:
1. Pemohon yang teregistrasi mengajukan permohonan Pelaporan Pemeriksaan Karantina (PPK) untuk komoditi yang akan diimpor (on line atau manual) pada hari dan jam kerja dengan ketentuan:
a. permohonan PPK sudah diajukan 1 (satu) hari sebelum pemasukan media pembawa (dalam bentuk segar/beku/kering) atau 2 (dua) hari sebelum pemasukan media pembawa (dalam bentuk hidup);
b. Media Pembawa dalam kondisi siap dilakukan pemeriksaan klinis oleh petugas karantina ikan; dan
c. jenis barang yang akan diperiksa tidak lebih dari 3 (tiga) macam dan 3 (tiga) bentuk, dalam kemasan standar 20 (dua puluh) inci di dalam 1 (satu) peti kemas dengan jumlah peti kemas dalam 1 (satu) frekuensi/transaksi sebanyak-banyaknya 10 (sepuluh) peti kemas.
2. Permohonan PPK diterima oleh Petugas Penerima Dokumen/Operator, dan diteruskan ke Petugas Verifikasi/Koordinator Analis.
3. Petugas Verifikasi/Koordinator Analis menerima dan mendisposisi permohonan PPK, dan diteruskan ke Petugas Penerima Dokumen/Operator.
5. Petugas Pemeriksa Dokumen melaksanakan pemeriksaan dokumen dan hasil pemeriksaan dituangkan dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dokumen.
6. a). Dalam hal dokumen dianggap lengkap dan sesuai, maka LHP diteruskan ke Petugas Verifikasi/Koordinator Analis guna disampaikan kepada Petugas Penerima Dokumen/Operator untuk menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan Klinis.
b). Apabila dokumen dianggap tidak lengkap dan tidak sesuai, maka LHP diteruskan ke Petugas Verifikasi/Koordinator Analis guna disampaikan kepada Petugas Penerima Dokumen/Operator.
7. Petugas Penerima Dokumen/Operator menerbitkan Surat Penahanan Sementara (KI-D10) sebagaimana tercantum dalam formulir 1 dan disampaikan ke Pemohon. Pemohon diberi waktu 3 (tiga) hari untuk melengkapi dokumen.
a) Jika dalam jangka waktu 3 (tiga) hari, Pemohon dapat melengkapi dokumen pemohonannya, maka LHP disampaikan Petugas Pemeriksa Dokumen kepada:
i). Petugas Verifikasi/Koordinator Analis untuk diteruskan kepada Petugas Penerima Dokumen/Operator guna diterbitkan Surat Perintah Pemeriksaan Klinis;
ii). Petugas Penerima Dokumen/Operator menyampaikan Surat Perintah Pemeriksaan Klinis kepada Petugas Pemeriksa Klinis; iii). Petugas Pemeriksa Klinis melakukan pemeriksaan terhadap
jenis, jumlah dan status kesehatan dan hasilnya dituangkan dalam LHP Klinis;
iv). Jika hasil pemeriksaan klinis tidak sesuai, maka LHP Klinis disampaikan kepada Petugas Verifikasi/Koordinator Analis untuk diteruskan kepada Petugas Penerima Dokumen/Operator guna dikeluarkan Surat Penolakan (KI-D11) sebagaimana tercantum dalam formulir 2 dan disampaikan kepada Pemohon;
Pembawa dari Tempat Pemasukan (KI-D7) sebagaimana tercantum dalam formulir 3 dan disampaikan kepada Pemohon. b)Jika dalam jangka waktu 3 (tiga) hari, pemohon tidak dapat
melengkapi dokumennya, maka:
i). LHP Dokumen disampaikan oleh Petugas Pemeriksa Dokumen kepada Petugas Verifikasi/Koordinator Analis untuk diteruskan kepada Petugas Penerima Dokumen/Operator guna dikeluarkan Surat Penolakan (KI-D11) dan disampaikan kepada Pemohon.
Gambar 1. Alur prosedur operasional standar pemasukan (impor) Media Pembawa melalui Jalur Merah
PPK Dlm waktu 3 hari (maksimum)
untuk melengkapi
b. SLA
Petugas Karantina dalam memberikan pelayanan pemasukan (impor) terhadap komoditi ikan pada jalur merah dengan menggunakan standar waktu sebagai berikut:
No Uraian Waktu
1. Penerimaan Dokumen PPK dan Registrasi (P1) 15 menit
2. Dokumen PPK diterima, diverifikasi, dan didisposisi (P2) 30 menit
3. Penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan Dokumen (P3.a) dan penyampaian kepada Petugas Pemeriksa Dokumen (P3.b)
15 menit
4. Pelaksanaan Pemeriksaan Dokumen dan Penerbitan Lembar Hasil Pemeriksaan (LHP) Dokumen (P4)
50 menit
5. LHP Dokumen diterima, diverivikasi, dan disposisi (P5) 30 menit
6. Penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan Klinis dan penyampaian kepada Petugas Pemeriksa Klinis (P6)
15 menit
7. Pelaksanaan Pemeriksaan klinis dan Penerbitan LHP Klinis (P7) 240 menit
8. LHP Klinis diterima, diverifikasi, dan disposisi (P8) 15 menit
9. Penerbitan KI-D7 (Surat Persetujuan Pengeluaran Dari Tempat Pemasukan) (P9)
40 menit
2. Jalur Hijau
Pelayanan sistem dan prosedur pemasukan (impor) terhadap komoditi wajib periksa karantina ikan untuk jalur hijau dilakukan oleh UPT Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan di tempat pemasukan yang memiliki kegiatan impor.
a. POS
Prosedur pelayanan sistem prosedur pemasukan (impor) terhadap komoditi ikan pada Jalur Hijau dilakukan sebagai berikut:
1) Pemohon yang teregistrasi mengajukan permohonan PPK untuk komoditi yang akan diimpor (on line atau manual) pada hari dan jam kerja dengan ketentuan:
a) Permohonan PPK sudah diajukan 1 (satu) hari sebelum pemasukan media pembawa (dalam bentuk segar/beku/kering) atau 2 (dua) hari sebelum pemasukan media pembawa (dalam bentuk hidup);
b) Pada kondisi tertentu barang yang masuk dicurigai diduga tertular HPIK, terjadi penurunan mutu, dan merupakan barang yang dilarang/dibatasi, maka prosedur pemasukan dilakukan melalui Jalur Merah.
2) Permohonan PPK diterima oleh Petugas Penerima Dokumen/Operator, dan diteruskan ke Petugas Verifikasi/Koordinator Analis.
3) Petugas Verifikasi/Koordinator Analis menerima dan mendisposisi permohonan PPK dan diteruskan kepada Petugas Penerima Dokumen/Operator.
4) Petugas Penerima Dokumen/Operator berdasarkan disposisi menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan Dokumen dan meneruskan ke Petugas Pemeriksa Dokumen bersama data PPK.
5) Petugas Pemeriksa Dokumen melaksanakan pemeriksaan dokumen dan hasil pemeriksaan dituangkan dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dokumen.
menerbitkan Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa Dari Tempat Pemasukan (KI-D7).
b) Apabila dokumen dianggap tidak lengkap dan tidak sesuai, maka LHP diteruskan ke Petugas Verifikasi/Koordinator Analis guna disampaikan kepada Petugas Penerima Dokumen/Operator.
7) Petugas Penerima Dokumen/Operator menerbitkan Surat Penahanan Sementara (KI-D10) dan disampaikan ke Pemohon. Pemohon diberi waktu 3 (tiga) hari untuk melengkapi dokumen.
a) Jika dalam jangka waktu 3 (tiga) hari, pemohon dapat melengkapi dokumen pemohonannya, maka LHP disampaikan oleh Petugas Verifikasi/Koordinator Analis kepada Petugas Pemeriksa Dokumen untuk diteruskan kepada Petugas Penerima Dokumen/Operator guna diterbitkan Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa Dari Tempat Pemasukan (KI-D7) dan disampaikan kepada Pemohon.
b) Jika dalam jangka waktu 3 (tiga) hari, Pemohon tidak dapat melengkapi dokumennya, maka LHP disampaikan oleh Petugas Pemeriksa Dokumen kepada Petugas Verifikasi/Koordinator Analis untuk diterbitkan Surat Penolakan (KI-D11) oleh Petugas Penerima Dokumen/Operator. Petugas Penerima Dokumen/Operator membuatkan Surat Penolakan (KI-D11) dan disampaikan kepada Pemohon.
Gambar 3. Alur Prosedur Operasional Standar Pemasukan (Impor) Media Pembawa Dlm waktu 3 hari (maksimum)
untuk melengkapi
b. SLA
Petugas karantina ikan dalam memberikan pelayanan pemasukan (impor) terhadap komoditi ikan pada Jalur Hijau dengan menggunakan standar waktu sebagai berikut:
No Uraian Waktu
1. Penerimaan Dokumen PPK dan Registrasi (P1) 15 menit 2. Dokumen PPK diterima, diverifikasi, dan didisposisi (P2) 30 menit 3. Penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan Dokumen (P3.a) dan
disampaikan kepada Petugas Pemeriksa Dokumen (P3.b)
15 menit
4. Pelaksanaan Pemeriksaan Dokumen dan Penerbitan Lembar Hasil Pemeriksaan (LHP) Dokumen (P4)
50 menit
5. LHP Dokumen diterima, diverifikasi, dan didisposisi (P5) 30 menit 6. Penerbitan KI-D7 (Surat Persetujuan Pengeluaran Dari Tempat
Pemasukan) (P6) 40 menit
Gambar 4. Service Level Arrangement Pemasukan (Impor) Media Pembawa Melalui Jalur Hijau
E. Pembiayaan
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemeriksaan impor komoditas ikan baik untuk jalur merah maupun lajur hijau dikenakan biaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR FORMULIR
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
NOMOR 251 / KEP-BKIPM/2013 TENTANG
PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR DAN SERVICE LEVEL ARRANGEMENT UNTUK IMPOR KOMODITAS IKAN DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DI LINGKUNGAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN
KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR
FORMULIR ISI FORMULIR
1 Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari Tempat Pemasukan (KI-D7)
2 Surat Penahanan Sementara (KI-D10) 3 Surat Penolakan (KI-D11)
Formulir 4