• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi manajemen inovasi kepala Madrasah Diniyah Formal di pondok pesantren al Fithrah Kedinding Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi manajemen inovasi kepala Madrasah Diniyah Formal di pondok pesantren al Fithrah Kedinding Surabaya."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

KEDINDING SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

MAHABBATUN NAHWA

D03213016

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH & KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

S U R A B A Y A

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Mahabbatun Nahwa (D03213016), 2017, Implementasi Manajemen Inovasi Kepala Madrasah Diniyah Formal di Pondok Pesantren Al Fithrah Kedinding Surabaya, Dosen Pembimbing I, Dr. Hj. Husniyatus Salamah Z., M. Ag dan Dosen Pembimbing II, Hj.

Ni’matus Sholihah, M. Ag.

Pendidikan Diniyah Formal Al Fithrah adalah peraliahan dari Muadalah yaitu pendidikan yang prosesnya tidak diawasi oleh departemen pendidikan tetapi lulusanya diakui dalam kata lain aturan serta kurikulumnya dibuat oleh lembaga pendidikan itu sendiri, Diniyah Formal ini berbeda dengan Muadalah prosesnya diawasi oleh departeman pendidikan dalam artian kurikurlum dan aturannya sesuai dengan keputusan departeman pendidikan. Masalah yang terkait dalam pengkajian ini berkaitan dengan fungsi manajemen pendidikan di Diniyah Formal, yaitu 1) Bagaimana implementasi manajemen kepala sekolah Diniyah Formal di pondok pesantren Al Fithrah Kedinding Surabaya? 2) Bagaimana inovasi kepala sekolah dalam mengelola Diniyah Formal di pondok pesantren Al Fithrah Kedinding Surabaya? Untuk menjawab kedua permasalahan tersebut, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, Keyinforman adalah kepala sekolah. Dalam proses pencarian data, Peneliti menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam analisis dan intepretasi data, Peneliti menggunakan reduksi, penyajian, dan verifikasi data. Sedangkan dalam uji keabsahan data Peneliti menggunakan teknik member-chek untuk validasi internal dan untuk menguji validitas eksternal, peneliti menggunakan trianggulasi.

Dari temuan peneliti, 1) Dalam mengimplementasikan manajemen Pendidikan Diniyah Formal, kepala sekolah merencanakan, mengawasi, mengendalikan, mengontrol serta membina pelaksanan dan penyelenggaran kegitan pengajaran di Pendidikan Diniyah formal. Selain itu kepala sekolah juga berperan aktif dalam mengevaluasi kegiatan pengajaran serta memberi usulan kurikulum kepada departemen Diniyah Formal Al Fithrah. 2) Inovasi kepala sekolah dalam mengelola Pendidikan Diniyah Formal yaitu menciptkan brand image yang berkualitas dan unggul yang dibentuk bukan hanya bisa pelajaran umum, pelajaran agama pada umumnya, teknologi serta bisa berbahasa inggris tetapi juga bisa menguasai kitab kuning untuk mencetak generasi mudah yang mutafaqqih fiddin yaitu ahli ilmu agama Islam.

(7)

HALAMAN JUDUL . ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI. ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI . ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitihan ... 9

C. Tujuan Penelitihan ... 9

D. Manfaat Penelitihan ... 9

E. Devinisi Konseptual ... 10

F. Keaslian Penelitihan ... 13

(8)

A. Manajemen Kepala Madrasah

1. Manajemen ... 17

2. Kepala Madrasah ... 25

B. Inovasi Kepala Madrasah dalam Mengelolah Pendidikan Diniyah Formal 1. Inovasi Kepala Madrasah ... 35

2. Pendidikan Diniyah Formal ... 47

3. Inovasi Kepala Madrasah dalam Mengelolah Pendidikan Diniyah Formal. ... 48

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 51

B. Sumber Data dan Informan Penelitian ... 53

C. Cara Pengumpulan Data ... 54

D. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data ... 57

E. Keabsahan Data ... 59

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian ... 62

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 74

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... . 89

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 106

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan lembaga pendidikan pada zaman sekarang sangat dituntut karena adanya arus kuat persaingan antar lembaga pendidikan. Kemampuan bersaing dengan lembaga-lembaga lain adalah sebuah kesuksesan lembaga pendidikan atau kemampuan memberikan kepercayaan kepada masyarakat. Namun demikian, persaingan harus diikuti dengan standar-standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah sehingga terjadi persaingan yang sehat dan bermutu. Persaingan akan membuat lembaga pendidikan mau melakukan inovasi atau perubahan di dalam sekolah untuk mengejar standar mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.1

Standar mutu pemerintah dalam pendidikan disebut Standar Nasional Pendidikan (SPN) adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan terdiri dari: 1) Standar Kompetensi Lulusan 2) Standar Isi 3) Standar Proses; 4) Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan; 5) Standar Sarana dan Prasarana 6) Standar Pengelolaan 7) Standar Pembiayaan Pendidikan dan 8) Standar Penilaian Pendidikan. Kedelapan standar ini harus dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan, namun sampai dengan sekarang masih sangat minim sekali

1

Afriantoni, “Implementasi Manajemen Perubahan di Man 3 Palembang Sumatera Selatan ,”

(10)

lembaga pendidikan yang memenuhi kedepalan standar tersebut. Fungsi dan tujuan SPN sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.2

Maka lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi di dalamnya terhimpun kelompok-kelompok manusia yang masing-masing baik secara perorangan maupun kelompok saling melakukan hubungan kerja sama untuk mencapai tujuan. Kelompok-kelompok manusia yang dimaksud adalah sumber daya manusia yang terdiri dari: kepala madrasah, guru-guru, tenaga administrasi/staf, peserta didik, dan kelompok orang tua siswa.

Untuk itu, peran seorang kepala madrasah sebagai seorang pemimpin di sekolah harus bersikap positif terhadap guru-guru dan pegawai administrasi lainnya dalam melaksanakan tugasnya untuk pencapai tujuan sekolahnya. Kepala madrasah dituntut mampu untuk dapat kerjasama, mampu untuk memberi arahan, dan memberi petunjuk, kepala madrasah diharapkan juga mampu menerima berbagai masukkan, dan kritik dari guru-guru. Kepala madrasah juga mampu membina, mendidik, melatih semua guru dan pesonil sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing dalam usaha tambahan pengetahuan keterampilan dan pengalaman maupun perubahan sikap yang lebih positif terhadap pelakasanaan

2

(11)

tugas, termasuk membangun inovasi atau perubahan untuk memajukan lembaga pendidikannya agar bisa bersaing di dunia pendidikan.3

Pengembangan organisasi pendidikan merujuk kepada sebuah perubahan yang terencana dan sistematis. Pengembangan organisasi ini tidak berupa sebuah konsep tunggal. Pengembangan organisasi (PO) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk mengarahkan kepada sejumlah teknik perubahan atau intervensi, dimulai dari perubahan struktur dan sistem di dalam organisasi secara umum hingga psikoterapi yang diberikan kepada kelompok serta individu di dalam organisasi tersebut, yang dilakukan untuk merespons perubahan lingkungan eksternal yang mengarah kepada upaya perbaikan efektifitas organisasi dan keberadaan karyawan.4

Salah satu dari aspek-aspek yang menarik dalam manajemen, adalah melihat bagimana organisasi sebagai suatu sistem, menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan penting dalam dunianya masing-masing. Beberapa organisasi dapat menyesuaikan dengan baik, ada juga yang tidak dapat mensesuaikan dengan baik atau sama sekali. Kemampuan dalam menyesuaikan diri, sebagai suatu ciri abstark dari organisasi, lebih tergantung pada ketrampilan dan sikap para anggota staf pimpinan ketimbang kepada faktor apa pun. Kemampuan membangun organisasi yang mempunyai daya mensesuaikan diri, merupakan salah satu kecakapan utama yang di perlukan oleh para pemimpin

3

Afriantoni, “Implementasi Manajemen Perubahan di Man 3 Palembang Sumatera Selatan ,”

Ta’dibXIX, No. 2 (2014): 170.

4

(12)

puncak organisasi (perusahaan), agar dapat berhasil. Pada prakteknya, hanya sedikit yang bisa mensesuaikan diri dengan lingkungan mereka yang selalu berubah, dengan suatu proses yang mengalir lancar serta terus menerus.

Inovasi itu tidak hanya terbatas pada perbaikan produk atau jasa saja, tapi inovasi dalam prosedur administrasi organisasi, pengangkatan pegawai yang lebih banyak atau tindakan lain yang sejenis. Yaitu yang sesuai dengan organisasinya sendiri, seperti: strukturnya, proses prosesnya, fungsi-fungsinya, atau hubungan dalam ruang lingkup organisasi itu sendiri. Seperti halnya suatu kenyamanan bekerja oleh orang-orang dalam organisasi, dan memudahkan inovasi yang diperlukan untuk mensesuaikan organisasi dengan lingkungannya.5

Inovasi adalah suatu ide, hal – hal praktis, metode, cara, barang - barang buatan manusia, yang diamati atau dirasakan sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi pendidikan adalah suatu pembaharuan dalam pendidikan baik menyangkut ide, praktek, metode atau obyek dan secara kualitatif berbeda dari hal-hal yang ada sebelumnya dan sengaja di usahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan pendidikan dan memecahkan masalah pendidikan.6

Inovasi yang terjadi pada organisasi-organisasi, ditimbulkan oleh aneka macam kekuatan eksternal dan internal, yang sering kali berinteraksi hingga mereka saling memperkuat satu sama lainnya. Para manajer yang bereaksi atas

5

Albert, Karl, Pengembangan Organisasi, (Bandung :Angkasa Bandung 1983), 3.

6

(13)

faktor-faktor tersebut, sering kali menimbulkan dampak penting atas individu-individu yang ada dalam organisasi-organisasi yang bersangkutan. Guna bertahan dan berkembang, maka organisasi-organisasi perlu bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap berbagai macam kekuatan tersebut. Mereka perlu melaksanakan kegiatan inovasi, dan secara berkesinambungan memperbaiki produk atau jasa-jasa mereka, guna memenuhi permintaan konsumen yang berubah dan guna menghadapi pihak pesaing. 7

Secara umum ada dua model inovasi pendidikan, yaitu model “top down innovation” dan model “bottom up innovation”. Model pertama adalah suatu

inovasi yang datang dari atas atau yang diciptakan oleh pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang disponsori oleh lembaga-lembaga asing. Inovasi ini sengaja diciptakan oleh oleh Depdiknas selaku inovator dan regulator di bidang pendidikan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan sebagainya. Kedua,

adalah inovasi model “bottom up innovation”, yaitu model inovasi yang

diciptakan berdasarkan ide, kreasi, dan inisiatif sendiri oleh suatu lembaga pendidikan seperti sekolah, universitas, guru, dosen, dan sebagainya.

Pendidikan Diniyah Formal adalah salah satu pendidikan yang baru di indonesia yang sesuai dengan keputusan Kementerian Agama RI yang membuka ruang baru dan memberikan pilihan kepada masyarakat untuk mendidik putera

7

(14)

puterinya menjadi kader ulama melalui layanan Pendidikan Diniyah Formal (PDF) juga membutuhkan inovasi atau pembaruan agar bisa bersaing di dunia pendidikan. Layanan PDF ini tunduk atas Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam, yang merupakan turunan atas Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, yang merupakan implementasi dari Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan diniyah formal (PDF) merupakan salah satu dari entitas kelembagaan pendidikan keagamaan Islam yang bersifat formal untuk menghasilkan lulusan mutafaqqih fiddin (ahli ilmu agama Islam) guna menjawab atas langkanya kader mutafaqqih fiddin. Jenjang PDF dimulai dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah hingga pendidikan tinggi. Jenjang pendidikan dasar ditempuh pada PDF Ula selama 6 (enam) tahun, dan PDF Wustha selama 3 (tiga) tahun. Jenjang pendidikan menengah ditempuh pada PDF Ulya selama 3 (tiga) tahun. Sedangkan jenjang pendidikan tinggi ditempuh pada

Ma’had Aly untuk program sarjana (S1), magister (S2), dan doktor (S3).

Kurikulum yang akan dikembangkan oleh PDF terdiri atas pendidikan umum dan pendidikan keagamaan Islam berbasis kitab kuning (kutub al-turats).8

8

(15)

Untuk bisa menjadi Diniyah Formal harus melengkapi persyartan sesuai yang tercantum di Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam, yaitu memiliki pondok pesntren, memiliki santri minimal 32 untuk jenjang Ulya, satu mata pelajaran satu asatidz, asatidz minimal lulusan S1.

Pondok pesantren Al Fithrah adalah salah satu pondok pesantren di surabaya yang cukup modern. Menurut pengamatan peneliti pondok pesantren ini termasuk pondok pesantren yang sudah memliki banyak santri dan banyak program-program yang dilakukan. Salah satunya adalah pendidikan diniyah formal (PDF) yang berdiri kurang lebih selama 1 tahun. Karena itu peneliti tertarik untuk meneliti sense of inovvation (ide pemabaruan) kepala sekolah dalam mengembangkan program tersebut.

Peneliti memilih pondok pesantren Al Fithrah sebagai objek analisis kasus untuk melihat secara analisis apa saja yang telah dilakukan oleh pondok pesantren Al Fithrah dalam rangka mengembangkan pendidikan diniyah formal tersebut.

(16)

Di pondok pesantren ini juga mempunyai banyak program pendidikan yang dibagi menjadi lima kelompok yaitu: pendidikan pagi hari, pendidikan siang hari, pendidikan malam hari, wajardikdas 9 tahun dan kejar paket C, pendidikan extrakurikuler, pondok ramadhan dan liburan sekolah.

Pendidikan diniyah formal (PDF) ini termasuk program pendidikan pagi hari dan merupakan suatu pendidikan yang baru yaitu peraliahan dari pendidikan non formal menjadi formal. Maka kepala sekolah diniyah formal membutuhkan inovasi dalam mengembangkan PDF agar bisa bersaing di dunia pendidikan dan setara dengan pendidikan formal lainnya.

Peneliti sangat tertarik untuk menganalisis lebih mendalam dengan menggunakan manajemen inovasi yang cukup cepat untuk mengetahui lebih mendalam terhadap aktivitas kepala sekolah sebagai pemimpin formal yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup sekolah khususnya yang berkaitan dengan upaya mengembangkan dan memajukan sekolah tersebut.

(17)

B. Fokus Penelitian

Setiap pelaksanaan penelitian pada dasarnya dimulai dari sesuatu yang dianggap sebagai permasalahan yang perlu dicari jawabannya. Adapun dalam penelitian ini, permasalahan-permasalahan yang dapat diangkat dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana implementasi manajemen kepala madrasah diniyah formal di pondok pesantren Al Fithrah Kedinding Surabaya?

2. Bagaimana inovasi kepala madrasah dalam mengelola diniyah formal di pondok pesantren Al Fithrah Kedinding Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui implementasi manajemen kepala madrasah diniyah formal di pondok pesantren Al Fithrah Kedinding Surabaya

2. Untuk mengetahui inovasi kepala madrasah dalam mengelolah diniyah formal di pondok pesantren Al Fithrah Kedinding Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

(18)

bagaimana inovasi yang diterapkan untuk mengembangkan pendidikan diniyah formal atau menambah referensi untuk pelaksanaan pengembangan pendidikan diniyah formal bagi pondok pesantren lainnya karena pelaksanaan pendidikan diniyah formal ini termasuk hal yang baru di dunia pendidikan, sehingga hal ini akan bermanfaat bagi praktisi pendidikan terutama kepala madrasah diniyah dan para pendidik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Al Fithrah

Dengan adanya penelitian ini, di harapkan dapat memberikan masukan dan sumbang saran untuk semua pihak pengelola Pondok Pesantren Al Fithrah sebagai lokasi penelitian.

b. Bagi Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren lainnya

Sebagai bahan perbandingan untuk lembaga-lembaga lain dalam mengembangkan pendidikan diniyah formal yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan guna memenuhi harapan masyarakat baik masa sekarang atau yang akan datang.

E. Definisi Konspetual

(19)

dapat menghilangkan penafsiran-penafsiran yang memungkinkan timbulnya persoalan yang tidak diharapkan. Adapun judul skripsi ini adalah Implementasi

Manajemen Inovasi Kepala Madrasah Diniyah Formal di Pondok Pesantren

AlFithrah Kedinding Surabaya.

Istilah kunci penting yang perlu didefinisikan sebagai berikut:

1. Manajemen Inovasi kepala madrasah diniyah formal terdiri 2 kata manajemen inovasi kepala madrasah dan diniyah formal

Manajemen merupakan suatu proses yang khas, yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan, dan pengendalian yang dialakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan dengan memanfaatkan sumberdaya manusia dan sember daya lainnya.9

Inovasi ialah suatu perubahan yang baru dan bersifat kualitatif, berbeda dari hal yang ada sebelumnya serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan dalam rangka pencapaian tujuan tertentu.10

Kepala madrasah dapat didefinisikan sebagai ”seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Kepala madrasah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh

9

Hikmat, foreword to Manajemen Pendidikan, by Hikmat (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 7.

10

(20)

orang tanpa didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan. Siapa pun yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui prosedur serta persyaratan tertentu seperti: latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat, dan integritas.11

Sehingga Manajemen inovasi kepala madrasah adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menciptakan perubahan keunggulan bersaing yang berkelanjutan oleh kepala madrasah dalam mengembangkan lembaga pendidikannya.

2. Pendidikan Diniyah Formal

Pendidikan diniyah formal (PDF) merupakan salah satu dari entitas kelembagaan pendidikan keagamaan Islam yang bersifat formal untuk menghasilkan lulusan mutafaqqih fiddin (ahli ilmu agama Islam) guna menjawab atas langkanya kader mutafaqqih fiddin. Jenjang PDF dimulai dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah hingga pendidikan tinggi. Jenjang pendidikan dasar ditempuh pada PDF Ula selama 6 (enam) tahun, dan PDF Wustha selama 3 (tiga) tahun. Jenjang pendidikan menengah ditempuh pada PDF Ulya selama 3 (tiga) tahun. Sedangkan jenjang pendidikan tinggi

ditempuh pada Ma’had Aly untuk program sarjana (S1), magister (S2), dan

doktor (S3). Kurikulum yang akan dikembangkan oleh PDF terdiri atas

11

(21)

pendidikan umum dan pendidikan keagamaan Islam berbasis kitab kuning (kutub al-turats).12

F. Penelitian Terdahulu

Afriantoni, telah melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Manajemen Perubahan di MAN 3 Palembang Sumatera Selatan”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan kualitas peserta didik dan lembaga yang ditantang untuk menciptakan perbedaan sebagai pendukung budaya dan menjamin kelompok yang memiliki kesempatan yang sama untuk menduduki jenjang sampai ke posisi kepemimpinan untuk mengatur perubahan.13

Siti Nurjanah, telah melakukan penelitian dengan judul “Peranan

Manajemen Inovasi dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi Pendidikan”. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terobosan inovasi yang bisa dilakukan pada organisasi jasa adalah dengan menciptakan model bisnis baru, mengembangkan layanan baru, membuat Interface pelanggan baru, dan membuat inovasi administrasi. Inovasi terealisasi apabila didukung oleh kreatifitas, pengetahuan, kompetensi dan kebutuhan masyarakat.14

12

http://ditpdpontren.kemenag.go.id/berita/pendidikan-diniyah-formal-pdf-solusi-kelembagaan-permanen-untuk-kaderisasi-ulama. Di akses pada hari jumat. Tanggal 14-10-2016 pada jam 9.27.

13

Afriantoni, “Implementasi Manajemen Perubahan di Man 3 Palembang Sumatera Selatan ,”

Ta’dibXIX, No. 2 (November 2014).

14

Siti Nujanah, “Peranan Manajemen Inovasi Dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi

(22)

Magdalena telah melakukan penelitian dengan judul “Revitalisasi

madrasah diniyah awaliyah melalui pendekatan manajemen

berbasis madrasah”. Dalam penelitian tersebut menjelaskan tentang pelaksanaan

manajemen berbasis madrasah yang dilaksanakan pada madrasah diniyah awaliyah yang diharapkan dapat meningkatkan keberadaan lembaga pendidikan ini di tengah-tengah lembaga pendidikan lainnya. Lembaga pendidikan keagamaan non formal ini diharapkan dapat menjalankan fungsi dan tujuannya sebagai wadah untuk meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai ajaran agama Islam. Revitalisasi madrasah diniyah awaliyah mutlak dilakukan untuk keberlanjutan ajaran agama Islam itu sendiri.15

Dari beberapa penelitian diatas, persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang inovasi atau perubahan dalam menciptakan dan mengembangkan program, organisasi, serta meningkatkan kinerja dalam lembaga pendidikan. Serta perbedaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pola manajemen inovasi dalam mengembangkan pendidikan dinyah formal.

15

Magdalena, “Revitalisasi Madrasah Diniyah Awaliyah Melalui Pendekatan Manajemen

(23)

G. Sistematika Penulisan

Untuk melengkapi penjelasan dalam pengembangan materi skripsi ini serta untuk mempermudah dalam memahami maka pembahasan dalam penelitian ini akan dipaparkan dalam 5 bab, dengan perincian sebagai berikut:

BAB I, pendahuluan; dalam bab ini akan dikemukakan latar belakang, fokus penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, definisi konseptual, penelitian terdahulu dan sistematika pembahasan.

BAB II, landasan teoritis; dalam bab ini akan mengemukakan kajian teori yang mana di dalamnya menguraikan tentang segala hal yang berkaitan dengan tinjauan tentang Implementasi manajemen kepala madrasah, inovasi kepala madrasah, dan pendidikan diniyah formal

BAB III, metode penelitian; dalam bab ini akan berisi tentang metode penelitian yang didalamnya membahas tentang jenis dan pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini serta dari mana saja sumber yang di peroleh sekaligus bagaimana pengumpulan data dilakukan dan metode yang sesuai dengan analisis penelitian ini.

BAB IV, laporan hasil penelitian; Dalam bab ini berisi tentang gambaran objek penelitian, laporan hasil penelitian yang terdiri dari deskripsi temuan, analisis data dan pembahasan.

(24)
(25)

KAJIAN PUSTAKA

A. Manajemen Kepala Madrasah

1. Manajemen

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.

dengan perspektif yang berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan, kepemimipinan, pemimpin, administrasi, dan sebagainya. Lebih jelasnya ada beberapa definisi atau pengertian dari Manajemen, yaitu: John D. Millett membatasi Managment menjadi: ”management is the proceess of directing and facilitating the work of people organized in formal groups to

achive a desired goal (adalah suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal

untuk mencapai tujuan”.16

Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.17

Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah seni mengelola suatu pemanfaatan sumber daya yang digunakan untuk

16

Siswanto, HB, Pengantar Manajemen¸ (Jakarta : Bumi Aksara,2007),1.

17

Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), 54. BAB II

(26)

menfasilitasi atau mempermudahkan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Di dalam pengetian manajemen diatas ada beberapa element atau fungsi yang harus diketahui, adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Perncanaan adalah element inti dalam manajemen dan termasuk merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen. Karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain tak akan dapat berjalan. Sehingga dapat diartikan sebagai proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi.18

Menurut Hikmat dalam bukunya Manajemen pendidikan menuliskan bahwa Planning adalah bahasa Inggris yang berasal dari kata plan, artinya rencana, rancangan, maksud, atau niat. Planning

berarti perencanaan. Education, artinya pendidikan. Sehingga

Planning atau Perencanaan pendidikan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses perkiraan dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dalam pendidikan untuk masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan.19

18

Hasibuan, Dasar-dasar manajemen, (Jakarta : Bumi Aksara 2005) 2. 19

(27)

Ngalim Purwanto mengatakan, ada beberapa langkah dalam perencanaan pendidikan yang meliputi hal-hal berikut.

1) Menentukan dan merumuskan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.

2) Meneliti masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan dalam kependidikan.

3) Mengumpulkan data dan informasi-informasi yang diperlukan

untuk pengembangan pendidikan.

4) Menentukan tahap-tahap atau rangkaian tindakan kependidikan. 5) Merumuskan berbagai solusi dan alternatif pemecahan masalah.

Syarat adalah hal yang harus dipenuhi dalam membuat perencanaan, maka dalam menyusun rencana pendidikan ada syarat yang arus dilakukan. Seperti yang dijelaskan oleh ngalim purwanto, yaitu sebagai berikut.

1) Perencanaan pendidikan harus didasarkan atas tujuan yang jelas. 2) Bersifat sederhana, realistis,dan praktis.

3) Memuat segala uraian serta klasifkasi kegiatan dan rangkaian tindakan secara mendetail sehingga mudah untuk dijalankan. 4) Memiliki fleksibilitas sehingga mudah disesuaikan dengan

(28)

5) Terengar perimbangan antara bermacam-macam bidang yang akan digarap dalam perencanaanya itu, menurut urgensinya masing-masing.

6) Diusahakan adanya penghematan tenaga, biaya, dan waktu serta

kemungkinan penggunaan sumber-sumber daya dan dana yang tersedia dengan sebaik-baiknya.

7) Diusahakan agar tidak terjadi penggandaan pelaksanaan kegiatan.

Merencankan berarti pula memikirkan penghematan tenaga, pengehematan biaya dan waktu, juga membatasi kesalahan-kesalahan yang mungkinterjadi dan menghindari adanya pekerjaan rangkap yang dapatmenghambat jalannya penyelesaian atau dualisme kepemimpinan dalam satu program yang harus dilaksanakan.20

Jadi perencanaan adalah hal yang utama dan harus ada dalam membuat suatu rencana kerja. Karena perncanaan adalah element kunci dari manajemen.

b. Pengorganisasian

Fungsi atau element kedua dari manajemen adalah pengorganisasian. Pengorganisasian adalah proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat.

20

(29)

Sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.21

Dalam proses pengorganisasian suatu lembaga pendidikan, manajer menetapkan pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab secara rinci berdasarkan bagian-bagian dan bidang-bidangnya masing-masing sehingga terintegrasikan hubungan-hubungan kerja yang sinergis, kooperatif, harmonis dan seirama dalam mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.

Dalam menjalankan tugas pengorganisasian,beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:

1) Menyediakan fasilitas, perlengkapam, dan staf yang diperlukan

untuk melaksanakan rencana.

2) Mengelompokkan dan membagi kerja menjadi struktur organisasi

yang teratur,

3) Membentuk struktur kewenangan dan mekanisme koordinasi, 4) Menentukan metode kerja dan prosedurnya,

5) Memilih, melatih dan memberi informasi kepada staf.22

Sama dengan perencanaan, pengorganisasian juga termasuk element atau fungsi manajemen yang harus ada. Tanpa pengorganisasian

21

Hisbun, Dasar-dasar manajemen, 3. 22

(30)

rencana kerja yang di buat tidak berjalan sebagaimana mestinya dan hubungan antar pekerja satu dan yang lain tidak harmonis dan kondusif. c. Pelaksanaan

Fungsi atau element yang ketiga dari manajemen adalah pelaksanaan atau actuating. Actuating merupakan fungsi manajemen yang kompleks dan merupakan ruang lingkup yang cukup luas serta sangat berhubungan erat dengan sumber daya manusia. Actuating

merupakan pusat aktivitas manajemen. Actuating pada hakikatnya adalah menggerakkan orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi actuating berhubungan erat dengan sumber daya manusia. Oleh karena itu, seorang pemimpin pendidikan dalam membina kerja sama, mengarahkan dan mendorong semangat kerja pada bawahannya perlu memahami faktor manusia dan pelakunya.23

Actuating dilakukan untuk memastikan bahwa personel dapat melaksanakan tugas yang telah diberikan sesuai dengan harapan, target dan sasaran. Hal ini berarti melakukan pengarahan dengan memberikan semangat dan dorongan kepada karyawan sehingga mampu bekerja dengan penuh semangat sesuai dengan harapan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan memberikan kesempatan

23

(31)

pengembangan diri melalui pendidikan dan pelatihan serta memberikan motivasi karyawan agar mau dan mampu bekerja.24

Pelaksanaan juga tidak kalah penting dari dua elemet atau fungsi manajemen di atas. Pelaksanaan adalah pelaku dari kedua fungsi tersebut yang berhubungan erat dengan sumber daya manusia dan merupakan pusat dari aktivitas manajemen.

d. Pengawasan (controling)

Pengawasan atau controling adalah fungsi atau element keempat dari manajemen. Pengawasan atau controling diartikan proses dan rangkaian kegiatan untuk mengusahakan agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan tahapan yang harus dilalui.

Artinya sebelum melakukan evaluasi atau tahap akhir dari manajemen, dilakukan pengawasan atau controling sehingga bisa mengetahui perkerjaan mana yang tidak sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tahapan yang harus dilalui. Dengan demikian, apabila ada kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana dan tahapan tersebut, diadakan suatu tindakan perbaikan (corrective actions)25

e. Evaluasi

24

Ida Nuraida, Manajemen Administrasi Perkantoran, (Yogyakarta, Kanisius, 2008), 11.

25

(32)

Dan element atau fungsi terakhir dari manajemen adalah evaluasi. Evaluasi dilihat secara harfiah dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan.

Sedangkan secara istilah menurut Edwin Wand dan Gerald W. Brown, evaluation refer to the act or process to determining the value of something, yaitu suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.26

Evaluasi pendidikan juga diartikan dengan proses untuk memberikan kualitas yaitu nilai dari kegiatan pendidikan yang telah dilaksanakan, yang mana proses tersebut berlangsung secara sistematis, berkelanjutan, terencana, dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur.27

Proses melakukan evaluasi mungkin saja berbeda sesuai dengan persepsi teori yang dianut, ada berbagai macam cara untuk melakukan evaluasi. Namun evaluasi harus memasukkan ketentuan dan tindakan sejalan dengan fungsi evaluasi, yaitu:

1) Memfokuskan evaluasi 2) Mendesain evaluasi 3) Mengumpulkan informasi 4) Menganalisis informasi

26

Ibid, hl. 1. 27

(33)

5) Melaporkan hasil evaluasi

6) Mengelola evaluasi dan mengevaluasi evaluasi.

Sehingga dapat disimpulkan evaluasi adalah proses yang dilakukan untuk mengukur atau mengetahui hasil akhir dari kegiatan yang dilakukan. Jadi semua element atau fungsi dari manajemen sangat berkaitan satu sama lain. Karena tujuan dari manajemen adalah dapat mewujudkan keinginan yang direncanakan.

2. Kepala Madrasah

Menggunakan istilah kepala madrasah karena Diniyah Formal ini berada di dalam naungan Kementrian Agama. Kepala madrasah berasal

dari dua kata yaitu „kepala’ dan „madrasah. Kata kepala dapat diartikan

„ketua’ atau „pemimpin’ dalam suatu organisasi atau suatu lembaga. Dan

„madrasah’ adalah sebuah lembaga yang menjadi tempat belajar dan

(34)

ditentukan melalui prosedur serta persyaratan tertentu seperti: latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat, dan integritas.28

Kepala madrasah adalah suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran, supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efektif dan efisien di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran. Kepala madrasah merupakan pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan besar dalam mengembangkan mutu pendidikan sekolah.29

a. Fungsi Kepemimpinan Kepala Madrasah

Fungsi adalah suatu yang harus dilakukan, jadi fungsi kepemimpinan kepala madrasah adalah suatu yang harus dilakukan kepala madrasah agar lembaga pendidikan bisa berjalan sesuai dengan harapan.

Koontz memberikan definisi fungsi kepemimpinan adalah “The function of leadership, therefore, is to induce or persuade all

subordinates of followers to contribute willingly to organizational goals

in accordance with their maximum capability”. Agar suatu organisasi

28

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Raja Grafindo, 1995), 83.

29

(35)

sekolah berhasil mencapai tujuan atau misinya, kepala madrasah harus mampu menggerakkan para guru, staff, dan para siswa berperilaku yang sesuai dalam mencapai tujuan sekolah. Oleh karenanya kepala madrasah harus:

1) Menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat memaksa atau bertindak keras terhadap para guru, staf, dan para siswa.

2) Sebaliknya kepala madrasah harus mampu melakukan perbuatan yang melahirkan kemauan untuk bekerja dengan penuh semangat dan percaya diri terhadap para guru, staff, dan para siswa. 30

Jadi seorang kepala madrasah harus bisa mengajak atau membujuk guru, staff, dan para siswa untuk berkerja sama dalam mencapai tujuan sekolah dan bisa menciptakan suasana kerja yang harmonis dan saling percaya satu sama lain, memberikan motivasi dan tidak boleh bersikap otoriter.

Kemudian Stoner menyebutkan delapan fungsi kepala sekolah yang perlu dilaksanakan dalam suatu organisasi yaitu:

1) Kepala sekolah bekerja dengan orang lain dan melalui orang lain (work with and through other people)

Pengertian orang lain tidak hanya para guru, staff, siswa, dan para orang tua siswa, melainkan termasuk atasan kepala

30

(36)

sekolah, para kepala sekolah lain serta pihak-pihak yang perlu berhubungan dan bekerja sama. Disini kepala sekolah berlaku sebagai saluran komunikasi lingkungan sekolah.

Artinya disini kepala sekolah menjadi jembatan penghubung antara kepentingan didalam sekolah maupun diluar sekolah yang dapat memberikan informasi baik dari dalam maupun dari luar sekolah.

2) Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan (responsible and accountable)31

Kepala sekolah bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para guru, staff, siswa, dan orang tua siswa tidak dapat lepas dari tanggung jawab kepala sekolah.

Artinya kepala sekolah yang bertanggung jawab menggerakan seluruh sumber daya yang ada disekolah dan mengontrol segala aktivitas guru, staff, siswa, dan orang tua siswa. 3) Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah

harus menghadapi berbagai persoalan (managers balance competing goals and set priorities)

Dengan segala keterbatasan, seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pemberian tugas secara tepat.

31

(37)

Artinya kepala sekolah harus bisa mengenali problem-problem sosial dan mempunyai persiapan yang matang dalam menghadapi, bilamana ada suatu persoalan mendesak yang harus diselesaikan.

4) Kepala sekolah harus berpikir secara analistik dan konsepsional (must think analytically and conseptionally)

Kepala sekolah harus dapat memecahkan persoalan melalui suatu analis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang feasible.

Artinya kepala sekolah harus bisa memutuskan persoalan yang ada dalam lembaga sekolah serta memberikan solusi yang sesuai dengan persoalan tersebut. Sehingga disini kepala sekolah peran sebagai evaluator.32

5) Kepala sekolah sebagai juru penengah (mediators)

Dalam lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi, di dalamnya terdiri manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, perangai, keinginan, pendidikan, dan latar belakang kehidupan sosial.

Sehingga timbul konflik satu dengan yang lainnya. Untuk itu kepala sekolah harus turun tangan sebagai pelerai atau penengah.

32

(38)

6) Kepala sekolah harus politisi (politicians)

Kepala sekolah harus selalu berusaha untuk meningkatkan tujuan organisasi serta mengembangkan program jauh ke depan. Sebagai seorang politisi kepala sekolah harus dapat membangun hubungan kerja sama.

Artinya kepala sekolah harus bisa menjalin hubungan kerja sama (cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga segala aktivitas dapat dilaksanakan.

7) Kepala sekolah adalah seorang diplomat

Dalam peranan sebagai diplomat dalam berbagai macam pertemuan kepala sekolah adalah wakil resmi dari sekolah ynag dipimpinnya.

Artinya kepala sekolah sebagai icon atau lambang sekolah yang membawa nama baik sekolah, sehingga kepala sekolah harus bisa menjaga integritas diri agar nama baik sekolah tidak ternodai.

8) Kepala sekolah sebagai pengambil keputusan yang sulit (make difficult decisions)

(39)

diharapkan bisa berperan sebagai orang yang dapat menyelesaikan persoalan yang sulit.33

Artinya kepala sekolah harus mempunyai ketrampilan ganda, seperti yang di ungkapkan oleh Paul Hersey Cs, kepala sekolah harus mempunyai tiga ketrampilan, yaitu thecnical skills, human skills, dan conceptual skills.34

Dari fungsi yang dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa sebagai seorang pemimpin pendidikan, kepala sekolah mempunyai kewajiban yang sangat penting untuk menumbukan keefektifan yang mandiri dalam bertugas.

b. Kepala Sekolah Ideal

Pola kepemimpinan kepala sekolah tidak sekedar melaksanakan tugas rutin yang sama, tetapi juga memerlukan standar kerja. Sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan mutu secara berkelanjutan. Agar suatu lembaga mempunyai daya dukung yang dapat memajukan lembaga pendidikan, diperlukan kepala sekolah yang ideal, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Fokus pada kelompok. Kepemimpinan kepala lebih diarahkan kepada

kelompok-kelompok kerja yang memiliki tugas atau fungsi

33

Ibid. 13. 34

(40)

masing, tidak memfokus kepada individu. Ini akan berakibat tumbuh berkembangnya kerja sama dalam kelompok. Karena pimpinan selalu menilai kinerja kelompok, bukan individu. Maka setiap kelompok akan berusaha memacu kerja sama yang sebaik-baiknya.

2) Melimpahkan wewenang. Seorang kepala sekolah tidak selalu membuat keputusan sendiri dalam segala hal, tetapi hanya melakukannya dalam ha-hal yang akan lebih baik kalau dia yang memutuskannya. Sisanya diserahkan wewenangnya kepada kelompok-kelompok yang ada di bawah pengawasannya.35

3) Merangsang kreativitas. Setiap upaya meningkatkan mutu kinerja, apakah itu dalam menghasilkan barang atau menghasilkan jasa, pada dasarnya selalu diperlukan adanya perubahan cara kerja. Jadi, kalau diinginkan adanya mutu yang lebih baik jangan takut menghadapi perubahan, sebab tanpa perubahan tidak akan terjadi peningkatan mutu kinerja.

4) Memberi semangat dan motivasi. Seorang pemimpin pendidikan harus selalu mendambakan pembaharuan, sebab dia mengtahui bahwa hanya dengan pembaharuan akan dapat dihasilkan mutu pendidikan yang lebih baik. Oleh karena itu, dia harus selalu mendorong semua orang dalam lembaganya untuk berani melakukan inovasi-inovasi, baik itu menyangkut cara kerja maupun barang dan jasa yang dihasilkan.

35

(41)

5) Memikirkan program penyertaan bersama. Seorang kepala sekolah harus selalu mengupayakan adanya kerjasama dalam tim, kelompok, atau unit-unit organisasi. Program-program mulai dari tahap perencanaan sampai implementasi dan evaluasinya dilaksanakan malalui kerjasama, dan bukan program sendiri-sendiri yang bersifat individual.

6) Kreatif dan proaktif. Seorang kepala sekolah harus selalu bertindak

kreatif dan proaktif yang bersifat preventif dan antisipatif. Kepala sekolah yang kreatif dan proaktif selalu bertindak untuk mencegah munculnya masalah dan kesulitan di masa yang akan datang. 36

7) Memperhatikan sumber daya manusia. Orang sumber daya yang paling utama dan paling berharga dalam setiap organisasi. Oleh karena itu, SDM harus selalu mendapat perhatian yang besar dari pimpinan pendidikan dalam arti selalu diupayakan untuk lebih diberdayakan agar kemampuannya selalu meningkat dari waktu ke waktu. Dengan kemampuan yang meningkat itulah, SDM dapat diharapkan untuk meningkatkan mutu kinerjanya.

8) Membicarakan persaingan. Kepala sekolah dianjurkan melakukan pembandingan dengan sekolah lain, membandingkan mutu sekolahnya dengan sekolah lain yang sejenis. Kegiatan ini disebut benchmarking. Kepala sekolah harus selalu berusaha menyamai mutu sekolah lain,

36

(42)

bahkan harus senantiasa berusaha melampui mutu sekolah lain. Bila kepala sekolah membicarakan mutu sekolah lain dan kemudian ingin menyamai atau melebihi mutunya, berarti dia sedang membicarakan persaingan.

9) Membangun karakter, budaya dan iklim organisasi. Karakter suatu organisasi tercermin dari pola sikap dan perilaku orang-orangnya. Nilai-nilai yang merupakan bagian dari budaya organisasi itu harus menjadi pedoman dalam bersikap dan berperilaku dalam organisasi. Meskipun demikian, karakter dan budaya organisasi itu hanya akan tumbuh dan berkembang bila iklim organisasi itu menunjang.37 Oleh karena itu, pimpinan juga harus selalu membina iklim organisasinya agar kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya karakter dan budaya organisasi tersebut.

10) Kepemimpinan yang tersebar. Kepemimpinan yang dimaksudkan

adalah pengambilan keputusan dan pengaruh pada orang lain. Pengambilan tentang kebijaksanaan organisasi tetap di tangan pimpinan atas, dan lainnya yang bersifat operasional atau bersifat teknis disebrkan kepada orang-orang lain sesuai dengan kedudukan dan tugasnya.

11) Bekerja sama dengan masyarakat. Dalam era desentralisasi pendidikan sekarang ini kerja sama dengan masyarakat sudah menjadi bagian

37

(43)

penting dalam mengendalikan roda perjalanan organisasi pendidikan. Stein dan Kanter melembagakan satu set respons eksternal dan internal, struktur partisipasi dan pemecahan masalah, di samping tugas-tugas rutin dalam lembaga pendidikan. Kegiatan internal dan eksternal, serta kegiatan rutin dan non-rutin berjalan bersama-sama. Masalah-masalah yang muncul dicari kaitannya baik di dalam lembaga itu sendiri maupun di masyarakat, supaya dapat diselesaikan secara lebih mudah dan lebih tuntas.38

Kesebelas ciri-ciri khusus diatas sebaiknya dimiliki oleh kepala sekolah agar guru dan tenaga kependidikan di sekolah tumbuh dan berkembang menjadi individu yang berdaya, jika kepala sekolah mampu memberdayakan seluruh warga sekolah, maka akan tumbuh organisasi yang diwarnai dengan pemikiran kreatif dan inovatif dari setiap anggotanya.

B. Inovasi Kepala Madrasahdalam Mengelolah Pendidikan Diniyah Formal

1. Inovasi Kepala Madrasah

Rhenald Kasali bapak inovasi Indonesia mengatakan beradaptasi terhadap setiap perkembangan yang terjadi merupakan cara ampuh untuk mengatasi berbagai dinamika inovasi dan teknologi. Beliau juga mengatakan era inovasi berbeda dari yang telah ada (disrupsi inovasi) yang sedang

38

(44)

melanda Indonesia dan berbagi negara di belahan dunia. Era disrupsi saat ini ditandai dengan hadirnya berbagai inovasi, teknologi, platfrom, dan juga model bisnis yang baru.39 Pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dituntut untuk menyikapi dengan positif jika ingin tetap bertahan dan terus berkembang.

Begitu juga kepala madrasah sebagai pemimpin lembaga pendidikan harus mampu beradaptasi dalam menghadapi berkembangan zaman yang semakin cepat maju dan mampu menyikapi dengan positif agar bisa bertahan dan terus mengembangkan lembaga pendidikan yang dipimpinnya.

Rhenald Kasali juga mengatakan dalam bukunya change manajemen perubahan dan manajemen harapan bahwa ada 4 teori manajemen perubahan yang bisa diterapakan dalam organisasi, yaitu:

1) Teori Motivasi

Beckhard dan Harris menyimpulkan perubahan akan berubah bila ada sejumlah syarat, yaitu:

a) Manfaat-biaya, bahwa manfaat yang diperoleh harus lebih besar dari pada biaya perubahan.

b) Persepsi hari esok, manusia dalam organisasi melihat hari esok dipersepsikan lebih baik.

39

Rhenald kasali,” inovasi kunci untuk bertahan dan berkembang”.

(45)

c) Ketidakpuasan, bahwa adanya ketidakpuasan yang menonjol terhadap keadaan sekarang yang diatasi pimpinan.

d) Cara yang praktis, bahwa ada praktis yang dapat ditempuh untuk keluar dari situasi sekarang.40

Hal ini menunjukan pentingnya efisiensi dalam perubahan, agar manfaat yang diperoleh cukup memotivasi perubahan. Untuk itu hal ini diperlukan upaya mendiskreditkan keadaan sekarang sebagai keadaan yang buruk, agar lebih fokus di hari depan.

2) Teori Poses Perubahan Manajerial

Teori ini mengadopsi pula pentingnya upaya-upaya mengurangi stress dalam perubahan dan desain pekerjaan yang lebih memuaskan. Menurut teori ini, untuk menghasilkan perubahan secara manajerial perlu dilakukan hal-hal berikut ini:

a) Memobilisasi energi para stakeholders untuk mendukung

perubahan.

b) Mengembangkan visi dan strategi untuk mengelola dan menghasilkan daya saing yang positif.

c) Mengkonsolidasi perubahan melalui kebijakan strategi yang diformalisasikan, struktur, system dan sebagainya.

3) Teori Perubahan Alfa, Beta, dan Gamma

40

(46)

Teori ini merupakan perkembangan dari teori OD (Organization Development) yang dianjurkan oleh Gollembiewski et al. salah satu bentuk intervensi atau pendekatan yang dilakukan dalam OD adalah team-building

yang bertujuan untuk merekatkan nilai-nilai sebuah organisasi, khususnya kepercayaan dan komitmen.41

4) Teori Contingency

Teori ini dikembangkan oleh Tannenbaum dan Shmid pada tahun 1973. Teori ini berpendapat bahwa tingkat keberhasilan pengambilan keputusan sangat ditentukan oleh sejumlah gaya yang dianut dalam mengelola perubahan.

Teori Contingency juga dikenal orang sebagai teori situasional. Mengingat kompleksitas lingkungan-lingkungan dan organisasi-organisasi. Menurut teori ini, strategi yang dipilih guna menghadapi situasi tertentu, tergantung pada tipe situasi yang dihadapi, atau ia bersifat kontingen pada situasi yang ada. Teori ini lebih cocok digunakan oleh seorang pemimpin dalam organisasi–organisasi yang akan mengelola suatu perubahan. Seseorang dapat memilih gaya kepemimpinannya, mulai dari sangat otoratif hingga partisipatif.

Kepemimpinan partisipatif, eksekutif melibatkan karyawannya dalam berbagai hal. Misalnya dalam pengumpulan data, mendiagnosis masalah, mencapai persetujuan, dan sebagainya. sebaliknya, dalam kepemimpinan

41

(47)

yang otoriter kita bisa melakukan banyak hal, tetapi membiarkan karyawan berada dalam kegelapan.42

Masing–masing model atau teori mempunyai pertimbangan dan alasan tersendiri. Untuk implementasinya, model mana yang akan dipakai sangat tergantung pada kondisi lingkungan dan masalah yang dihadapi oleh masing–masing organisasi tersebut, Serta tujuan dari perubahan itu sendiri. Jadi hal ini dapat dilakukan dengan memilih salah satu diantara model maupun teori tersebut.

Menteri Pendidikan Nasional menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Bahwa untuk diangkat sebagai kepala sekolah/madrasah wajib memenuhi standar kepala Sekolah/Madrasah yang berlaku nasional. Standar tersebut terdiri dari kualifikasi umum, kualifikasi khusus, kompetensi managerial, kompetensi kepribadian, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial.43

Menciptakan Inovasi yang berguna bagi pengembangan Sekolah/Madrasahnya, Merupakan salah satu dari lima kompetensi kewirausahaan Kepala Sekolah/Madrasah. Inovasi adalah penciptaan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.44

42

Ibid, 105. 43

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah

44

(48)

Inovasi menurut UU No 18 tahun 2002, inovasi adalah kegiatan

penelitian, pengembangan atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan

penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara

baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke

dalam produk atau proses produksi.

Kesimpulan dari pengertian inovasi di atas merupakan penciptaan

hal-hal yang baru secara sadar, baik sikap maupun materi yang memiliki nilai

yang berarti bagi individu, organisasi maupun pemerintahan.

(49)

discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau memecahkan masalah pendidikan nasional. 45

Sekolah inovatif adalah satuan pendidikan yang terus-menerus melakukan pembaharuan dalam merespon perubahan lingkungan. Sekolah inovatif memiliki kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru untuk meningkatkan kemampuan lembaganya sehingga adaptif terhadap perubahan jaman. Daya adaptasi berarti meningkatkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan organisasi secara efektif dalam rangka meningkatkan mutu lulusan.

Implementasi Inovasi terbatas pada usaha sengaja (sadar) untuk memperoleh keuntungan atau hasil yang lebih baik dengan melakukan perubahan, di mana perubahan tersebut meliputi aspek ekonomis, pengembangan pribadi, kepuasan kerja, kohesi kelompok dan komunikasi organisasional (lembaga sekolah) yang lebih baik, maupun produktivitas, efisiensi, efektivitas dan profitabilitas kelembagaan.

Inovasi tidak selalu berwujud perubahan radikal lembaga pendidikan namun dapat berupa perubahan kecil dan sederhana yang melibatkan berbagai komponen sekolah, misalnya Inovasi dapat dikembangkan dalam upaya menerapkan strategi baru peningkatan sumber daya manusia, unit produksi

45

(50)

madrasah sebagai tempat praktik siswa untuk memperoleh pengalaman nyata di dunia kerja, kantin kejujuran.

Kepala madrasah perlu memiliki kompetensi inovasi agar dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya selalu memikirkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya melalui perbaikan, pengembangan, pengayaan dan pemodifikasian guna memajukan sekolah.46 Kepala sekolah sebagai innovator akan tercermin dari caranya melakukan pekerjaaan secara konstruktif, kreatif, integratif, pragmatis, keteladanan, serta adaptel dan fleksibel.

Menurut Kirton 1976 ciri-ciri seorang innovator antara lain: Mengerjakan tugas dengan cara yang tidak konvensional, Menemukan masalah dan memecahkannya dengan cara yang tidak liniear, Lebih tertarik pada hasil dari pada proses, Tidak senang pada pekerjaan yang bersifat rutin, kurang senang pada kesepakatan, kurang sensitif terhadap orang lain.47

Terdapat berbagai ragam gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi. Dari mulai otoriter sampai yang demokratis. Ada yang bersifat transaksional dan transformasional. Perbedaan mendasar dari dua sifat tersebut adalah dari visi kepemimpiannya. Pada kepemimpinan transaksional cenderung tidak memiliki visi jauh ke depan. Artinya pada zona kepemimpinan seperti ini aktivitas yang dilakukan lebih pada kegiatan yang bersifat rutinitas dan cenderung tidak merespon tuntutan zaman yang dinamis. Sementara pada sifat

46

Ibid, 8.

47

(51)

kepemimpinan transformasional dapat terlihat dari figur pemimpinnya yang berkharisma dan menginspirasi secara intelektual, emosional, maupun spiritual. Hal ini terlihat dari visinya yang jauh ke depan dan menempatkan organisasi sebagai subyek perubahan dan anggota sebagai mitra dalam segala aktivitas.48

Konsep manajemen kepemimpinan mutlak diperlukan dalam mengelola suatu organisasi. Hal ini tentunya untuk mengimbangi perubahan dari segala sisi kehidupan sehingga organisasi tersebut dapat tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Organisasi yang senang bertengger pada zona nyaman dalam jangka waktu yang panjang akan tertinggal oleh organisasi-organisasi yang siap untuk berubah. Untuk merubahnya dibutuhkan sesosok pemimpin yang peka terhadap kondisi internal dan eksternal organisasi. Sesosok pemimpin yang menganggap inovasi sebagai instrumen dan indikator suksesnya perubahan maka dialah pemimpin yang inovatif.

Untuk mendukung jalannya organisasi, pemimpin yang inovatif membuat grand design pengembangan organisasi yang jelas dengan disertai target dan langkah-langkah strategisnya. Disadari atau tidak, penemuan inovasi tidak dapat dilakukan seorang diri, untuk mencapainya dibutuhkan kerja keras dan kerja cerdas dari seluruh stakeholder organisasi. Dalam proses

48 Iswaloyo, “

(52)

penemuan inovasi, seorang pemimpin tidak cukup hanya mendorong pengurusnya untuk kreatif, tetapi disertai dengan pemberian penghargaan yang seimbang. Misalnya, mereka yang mempunyai gagasan-gagasan jempolan adalah yang diprioritaskan untuk memperoleh beasiswa. Sehingga membentuk kultur semangat berkompetisi dalam bidang intelektual yang tinggi.49 Atau banyak hal lainnya yang bersifat positif yang pada intinya tidak ada gagasan yang buruk, karena pada akhirnya gagasan-gagasan tersebut akan menjadi trobosan-trobosan ide bernilai tinggi.

Banyak macam atau jenis dalam inovasi. Seperti yang di kemukakan oleh Jamaludin Ancok yang menyebutkan ada 5 Jenis inovasi, yaitu:

1) Inovasi produk, yang melibatkan pengenalan barang baru, pelayanan baru yang secara substansial meningkat. Melibatkan peningkatan karakteristik fungsi, dan kemampuan. Contoh: Prestasi siswa, kualitas tenaga kependidikan dan mutu lembaga pendidikannya.

2) Inovasi proses, melibatkan implementasi peningkatan kualitas produk yang baru. Contoh: Proses dalam belajar-mengajar dan proses dalam mengelolah lembaga pendidikannya.

3) Inovasi pemasaran, mengembangkan metode mencari pangsa pasar baru dengan meningkatkan kualitas, pengemasan, dan promosi. Contoh:

49

(53)

Mempromsikan lembaga melalui iklan, brosur dan benner yang di kemas semenarik mungkin.

4) Inovasi organisasi, kreasi organisasi baru, praktek bisnis, cara menjalankan organisasi atau perilaku berorganisasi. Contoh: Membuat program baru yang belum pernah dilakukan oleh organisasi lainnya. 5) Inovasi model bisnis, mengubah cara berbisnis berdasarkan nilai yang

dianut.50

Kelima jenis inovasi tersebut bisa digunakan oleh para pemimpin sekolah untuk memajukan lembaga pendidikan agar bisa bersaing di dunia pendidikan..

Selain jenis-jenis inovasi di atas, seorang pemimpin di katakan inovatif dalam mengelolah lembaga pendidikannya harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Memiliki passion, Dia fokus pada hal-hal yang ingin diubah, tantangan

yang ada, serta strategi untuk menghadapi tantangan tersebut. Passion akan membuat seorang pemimpin tetap berenergi dan bisa menyemangati timnya, bahkan dalam kondisi terpuruk sekalipun. Passion akan mendorong pemimpin mencapai mimpinya.51

2) Memiliki visi, Inovasi memiliki tujuan. Pemimpin tidak bisa

mengharapkan timnya bisa berinovasi jika mereka tidak mengerti arah

50

Ancok, Djamaludin. Psikologi Kepemimpinan & Inovasi.(Jakarta : Erlangga. 2010) 36.

51

(54)

tujuan organisasi. Pemimpin yang besar banyak menghabiskan waktunya untuk menggambarkan visi dan tujuan organisasi, serta tantangan yang menghadangnya. Mereka mampu menginspirasi banyak orang untuk menjadi sukses dengan mengandalkan inovasi.

3) Memandang perubahan sebagai tantangan, Pemimpin yang inovatif memiliki ambisi dan tak pernah puas dengan kondisi nyaman. Mereka kerap menyuarakan perubahan. Bagi mereka, berdiam atau berpuas diri dengan kondisi saat ini lebih berisiko ketimbang menjajal sesuatu hal yang baru. Mereka akan terus mencari kesempatan untuk membesarkan organisasinya.

4) Berani bertindak di luar aturan, untuk berinovasi, tak jarang seorang pemimpin perlu menantang aturan yang ada. Bisnis itu ibarat seni. Perusahaan dituntut untuk kreatif mencari cara baru demi memuaskan pelanggan. Begitu juga lembaga pendidikan dituntut untuk kreatif mencari cara baru demi memuaskan masyarakat.

5) Tidak takut gagal, pemimpin yang inovatif menganggap kegagalan sebagai bagian dari pelajaran untuk mencapai kesuksesan. Ia cenderung melihat nilai dan potensi yang dimiliki oleh organisasinya bukan hanya melihat besar biaya operasional.52

52

(55)

6) Mau berkolaborasi, kolaborasi menjadi kunci bagi banyak CEO untuk sukses dengan inovasi. Ketika mereka menemukan bahwa sumber daya yang mereka miliki kurang memadai untuk mencapai tujuan organisasi, mereka tak menutup kemungkinan untuk berpartner dengan pihak lain.

2. Pendidikan Diniyah Formal

Pendidikan diniyah formal (PDF) merupakan salah satu dari entitas kelembagaan pendidikan keagamaan Islam yang bersifat formal untuk menghasilkan lulusan mutafaqqih fiddin (ahli ilmu agama Islam) guna menjawab atas langkanya kader mutafaqqih fiddin. Jenjang PDF dimulai dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah hingga pendidikan tinggi. Jenjang pendidikan dasar ditempuh pada PDF Ula selama 6 (enam) tahun, dan PDF Wustha selama 3 (tiga) tahun. Jenjang pendidikan menengah ditempuh pada PDF Ulya selama 3 (tiga) tahun. Sedangkan jenjang pendidikan tinggi

ditempuh pada Ma’had Aly untuk program sarjana (S1), magister (S2), dan

doktor (S3). Kurikulum yang akan dikembangkan oleh PDF terdiri atas pendidikan umum dan pendidikan keagamaan Islam berbasis kitab kuning (kutub al-turats).53

Pendidikan diniyah formal juga bisa diartikan lembaga pendidikan keagamaan islam yang diselenggarakan oleh dan berada didalam pesantren

53

(56)

secara terstruktur dan berjenjang pada jalur pendidikan formal. Pendidikan dinyah formal berakar pada tradisi pesantren dalam rangka membentuk manusia seutuhnya yang mampu menjalankan peran kekhalifahan dimuka bumi dan sekaligus sebagai hamba Allah yang harus mengabdikan dirinya semata-mata kepada Allah dalam menjalankan peran tersebut. Kurikulum pendidikan diniyah formal dikembangkan dalam kerangka dasar yang menempatkan peserta didik sebagai subjek pengetahuan.

Kurikulum yang di gunakan oleh diniyah formal ini berbeda dengan pendidikan formal lainnya. Di dinyah formal ini 70% menekankan pada agama sedangkan di pendidikan formal 70% adalah umum. Meskipun demikian, kurikulum diarahkan untuk dapat mengembangkan kapasitas peserta didik sebagai pribadi yang bukan sekedar mendapatkan pengetahuan dari kyai atau ustadz, tetapi juga dapat memperoleh dan mengembangkan pengetahuan melalui interaksi dengan sesama santri, masyarakat, atau sumber belajar lainnya.54

3. Inovasi Kepala Madrasah dalam Mengelola Pendidikan Diniyah Formal Kepala madrasah perlu memiliki kompetensi inovasi agar dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya dan selalu memikirkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya melalui perbaikan, pengembangan, pengayaan

54

(57)

dan pemodifikasian guna memajukan sekolah. Peningkatan kualitas pendidikan tidak dapat berjalan tanpa adanya inovasi pendidikan. Apa yang ingin dicapai melalui inovasi pendidikan tersebut, yaitu usaha untuk merubah proses pembelajaran, perubahan dalam situasi belajar yang menyangkut kurikulum, peningkatan fasilitas belajar-mengajar serta peningkatan mutu profesional guru. Konsep manajemen kepemimpinan diperlukan dalam mengelola suatu organisasi. Hal ini tentunya untuk mengimbangi perubahan dari segala sisi kehidupan sehingga organisasi tersebut dapat tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Untuk mendukung jalannya organisasi, pemimpin yang inovatif membuat grand design pengembangan organisasi yang jelas dengan disertai target dan langkah-langkah strategisnya.

Seperti halnya dalam mengelola pendidikan diniyah formal juga dibutuhkan inovasi dalam mengembangkan kualitas pendidikan, seperti meningkatkan mutu pendidikan, kualitas tenaga kependidikan, proses belajar-mengajar, dan sebagainya. Apalagi pendidikan diniyah formal termasuk pendidikan yang baru atau peraliahan dari pendidikan non formal.

(58)
(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan dan mengendalikan keadaan.55 Penelitian yang berjudul “Implementasi Manajemen Inovasi Kepala sekolah Diniyah Formal di Pondok Pesantren Al-Fitrah Kedinding Surabaya” ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata yang berlangsung sekarang (sementara)56

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian atau skripsi ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, perspesi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya. Secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada

55

Syamsuddin AR., M.S Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),14.

56

(60)

suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Jadi pendekatan yang penulis gunakan pada penelitian ini digunakan untuk memahami fenomena yang dihadapi secara menyeluruh yang di deskripsikan melalui kata-kata, bahasa, konsep, teori dan definisi secara umum.

Adapun dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan studi kasus, yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci, dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala-gejala tertentu.57

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.58 Penelitian ini juga merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendapatkan informasi-informasi yang jelas serta lengkap yang berhubungan dengan Manajemen Inovasi Kepala Sekolah Diniyah Formal di Pondok Pesantren Al-fitrah Kedinding Surabaya.

57

Suharsimi Arikunto, Op. Cit., 120. 58

(61)

B. Sumber Data dan Informan Penelitian

Sumber data yaitu dari mana data dapat diperoleh,59 pada penelitian ini penulis menggunakan sumber data berupa :

1. Person (narasumber), merupakan sumber data yang biasa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara. Dalam hal ini penulis mendapatkan data-data atau informasi tentang gambaran umum objek penelitian di Pondok Pesantren Al-fitrah surabaya dari kepala sekolah, guru dan peserta didik karena para narasumber tersebut sangat dibutuhkan guna kelancaran penelitian ini.

2. Paper (Dokumen/arsip), merupakan sumber data yang menyajikan

tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol lainnya yang ada di Pondok Pesantren Al-fitrah, surabaya,

3. Observasi, yang berarti pengamatan yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi/ keterangan yang diperoleh sebelumnya.

59

Gambar

TABEL 1.1
TABEL 1.2 Daftar Sarana dan Prasarana Diniyah Formal Al Fithrah
TABEL 1.3 Keadaan Siswa Diniyah Formal Al Fithrah
gambar dilampiran I

Referensi

Dokumen terkait

Namun, ia juga percaya dengan Alin dan Aryo ,yang dengan yakin menjelaskan bahwa mereka ketika terbangun, tiba-tiba sudah berada di rumah amak!. Karena sudah paham kalau Aryo

a. Penerapan strategi pembelajaran aktif disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran fiqih yang cocok dan sesuai dengan metode tersebut. Metode-metode yang

Pada zona ZR1 yang terjadi pada fasa unit sikuen stratigrafi TST ( transgresive system track ) yang menunjukan bahwa pada proses pengendapan TST diiringi dengan

457 Mohd Zubir bin Awang, Bahagian Syariah, RHB Islamic Bank Berhad pada di Tingkat 11, Menara Yayasan Tun Razak.. keputusan yang segera. Untuk itu, GSC telah memberi mandat

Tujuan penelitian ini adalah melakukan rancang bangun dan melakukan analisis efektivitas APK plat datar yang akan digunakan pada mesin pengering RDF ramah

Terdapat kajian yang telah dilakukan dimana terdapat guru dan pelajar yang sepadan dan tidak sepadan (matching or mismatching) dalam kelas berdasarkan gaya kognitif mereka dan

Informan ditentukan dengan cara purpusive sampling, berdasarkan karakteristik informan yang telah ditentukan yaitu tokoh masyarakat, pemerintah setempat dan Pekerja

morfologi berupa variasi bentuk daun dan motif daun yang dihasilkan dari induksi mutasi pada bagian vegetatif tanaman, untuk mengetahui dosis radiasi sinar gamma yang optimal