MANAJEMEN PENDIDIKAN DINIYAH FORMAL DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH
AR-RAHMAH NU DESA BONDER KECAMATAN PRAYA BARAT KABUPATEN LOMBOK TENGAH
TESIS
Oleh:
IMAM AHMAD SUBKI NIM: 200403018
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2022
iii
MANAJEMEN PENDIDIKAN DINIYAH FORMAL DI PONDOK PENSANTREN SALAFIYAH
AR-RAHMAH NU DESA BONDER KECAMATAN PRAYA BARAT KABUPATEN LOMBOK TENGAH
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr.H. Adi Fadli, M. Ag Dr. Akhmad Asyari, M. Pd.
Oleh:
IMAM AHMAD SUBKI NIM: 200403018
Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat gelar Magister Pendidikan
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2022
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis oleh Imam Ahmad Subki, NIM: 200403018 dengan Judul Manajemen Pendidikan Diniyah Formal di Pondok Pensantren Salafiyah Ar-Rahmah NU Desa Bonder Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.
Disetujui pada tanggal : 2022
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. H. Adi Fadli, M. Ag NIP. 197712262005011004
Dr. Akhmad Asyari, M. Pd NIP. 197806212007101001
v
PENGESAHAN PENGUJI
Tesis oleh Imam Ahmad Subki, NIM: 200403018 dengan judul Manajemen Pendidikan Diniyah Formal Di Pondok Pesantren Salafiyah Ar-Rahmah NU Desa Bonder Kec. Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pascasarjana UIN Mataram pada tanggal : ...2022
DEWAN PENGUJI Dr. H. Badrun, M.Pd
________________________
( Penguji 1) Tanggal :
Dr. M. Sobri, M.Pd
________________________
(Penguji 2) Tanggal :
Prof. Dr. H. Adi Fadli, M.Ag
________________________
(Penguji 3) Tanggal :
Dr. Akhmad Asyari, M.Pd
________________________
(Penguji 4) Tanggal :
Mengetahui,
Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri Mataram
Prof. Dr. H. Fahrurrozi, MA NIP. 19751231 200501 1 010
vii
viii
MANAJEMEN PENDIDIKAN DINIYAH FORMAL DI PONDOK PENSANTREN SALAFIYAH
AR-RAHMAH NU DESA BONDER KECAMATAN PRAYA BARAT KABUPATEN LOMBOK TENGAH
Oleh :
IMAM AHMAD SUBKI NIM: 200403018
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan (1) menjelaskan manajemen pendidikan diniyah formal (2) menjelaskan manajemen santri diniyah formal (3) menjelaskan kendala dan solusi manajemen pendidikan diniyah formal
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dan jenis penelitian ini adalah penomonologi. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data digunakan adalah analisis menurut Milles dan Huberman.
Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) manajemen pendidikan diniyah formal meliputi empat tahap yaitu planning, organizing, actuating dan controlling, namun masih terdapat kekurangan pada pelaksanaan kegiatan manajemen kurikulum yaitu dalam penyusunan kurikulum setiap tahun ajaran dan setiap semester belum terencana, terorganisir, terarahkan dan terkontrol secara optimal, terlihat dari ketiadaan pembahasan kurikulum dan perencanaan kurikulum yang idealnya diagendakan (2) Manajemen pendidikan diniyah santri dapat dilakukan dengan penerimaan santri baru, pencatatan santri dalam buku indeks dan klapper (3) Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan diniyah formal yaitu masih minimnya pengetahuan masyarakat tentang pendidikan diniyah formal, penerapan kurikulum dalam pembelajaran masih kurang, guru masih kurang disiplin dalam pelaksanaan pembelajaran, sarana dan prasarana yang masih kurang, metode dan media pembelajaran yang kurang variatif.
Adapun solusi dalam pelaksanaan pendidikan diniyah formal yaitu sosialisasi dan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang penidikan diniyah formal itu memiliki status yang sama yaitu mendapat ijazah seperti pendidikan formal, mengadakan perbaikan kurikulum, menumbuhkan kedisiplinan guru dan murid, mengajukan kerja sama dengan lembaga daerah setempat untuk melengkapi kebutuhan sarana dan prasarana pembelajaran, mengadakan sharing antar guru
ix
Kata Kunci: Manajemen Pendidikan, Pondok Pesantren
MANAGEMENT OF FORMAL EARLY EDUCATION AT NU SALAFIYAH AR-RAHMAH ISLAMIC BOARDING SCHOOL BONDER VILLAGE WEST PRAYA DISTRICT CENTRAL LOMBOK REGENCY
BY:
IMAM AHMAD SUBKI ID: 200403018
ABSTRACT
This study aimed to explain: (1) the management of formal religious (diniyah) education, (2) the management of formal religious students (3) the obstacles and solutions to the management of formal religious education.
Thus, this qualitative study gathered data through observation, interviews, and documentation. Data were then analyzed using analysis techniques proposed by Milles and Huberman.
Hence, the findings indicated: (1) the management of formal religious education includes four stages: planning, organizing, actuating, and controlling, but there are still shortcomings in the curriculum management activities, such as in the curriculum preparation for every academic year and semester has not been planned, organized, directed and optimally controlled, it can be seen from the absence of curriculum discussion and planning which is ideally scheduled (2) Management of Islamic students of religious education can be carried out by accepting new students, recording them in index books and clappers (3) Obstacles encountered in the enactment of formal religious education are the lack of public knowledge about the education, the lack of curriculum application in learning, teachers‟ lack of discipline in the conducting learning, facilities and infrastructure is still lacking, learning methods and media are less varied. Therefore, the solution to enforcing formal religious education is by socializing and providing understanding to the public about the education that has the same status as achieving a diploma such as formal education. In addition, developing curriculum, fostering teacher and
x
student discipline, and proposing cooperation with local and regional institutions to complement needs, such as learning facilities and infrastructure and sharing between teachers.
Keywords: Education Management, Islamic Boarding School
xi
تينيذلا نيلعتلا ةرادإ يوسرلا
توحرلا تيهلاسلإا تيفلسلا ذهعولا يف ءاولعلا تضهن
اقه ريذنوب تيرق ىطسولا كوبهول تقطنه تيبرغلا ايارب تعط
يكبسلا ذوحأ ماهإ :ليجستلا نقر 800304002
ثحبلا صلختسه
( ٠ُإ شؾجُا انٛ فلٜ٣ 1
حهاكإ ػوّ )
ُا ( ٢ٍٔوُا خ٤٘٣لُا ْ٤ِؼز 2
حهاكإ ػوّ )
ٖ٣لُا خجِٛ
( ٢ٍٔوُا 3
ٍِٞؽٝ دبهٞؼٓ ػوّ ) حهاكإ
.٢ٍٔوُا خ٤٘٣لُا ْ٤ِؼزُا
ٗ بغٜ٘ٓ شؾجُا انٛ ّلقزَ٣ خظؽلأُا دبٗب٤جُا غٔع دب٤٘ور َْٔرٝ .ب٤ػٞ
.ٕبٓوثٞٛٝ ٌِ٤ُٔ بوكٝ َ٤ِؾر ٞٛ خٓلقزَُٔا دبٗب٤جُا َ٤ِؾر .ن٤صٞزُاٝ دلاثبؤُاٝ
( :٢ِ٣ بٓ شؾجُا انٛ ظئبزٗ وٜظر 1
غثهأ ٢ٍٔوُا خ٤٘٣لُا ْ٤ِؼزُا حهاكإ ٖٔٚزر )
َ٤ـْزُاٝ ْ٤ظ٘زُاٝ ٜ٤طقزُا ٢ٛ َؽاوٓ
ٌْؾزُاٝ
،
ٌُٖٝ
عٝأ ىب٘ٛ ٍاير لا هٖٞه ٚ
٢ٍاهلُا ظُٜ٘ٔا حهاكإ خطْٗأ ن٤ل٘ر ٢ك ،
ّبػ ًَ ٢ٍاهلُا ظُٜ٘ٔا كالػإ ٢ك :٢ٛٝ
رٝ ٚٔ٤ظ٘رٝ ُٚ ٜ٤طقزُا ْز٣ ُْ ٢ٍاهك َٖك ًَٝ ٢ٍاهك
ٜٚ٤عٞ
٠ِػ ٚ٤ك ٌْؾزُاٝ
ٜ٤طقرٝ ٢ٍاهلُا ظُٜ٘ٔا خْهب٘ٓ كٞعٝ ّلػ ٖٓ يُم خظؽلآ ٌٖٔ٣ ،َضٓلأا ٞؾُ٘ا
ْث بٜزُٝلع ْز٣ ٢زُا خ٤ٍاهلُا ظُٜ٘ٔا ( ٢ُبضٓ ٌَ
2 خ٤٘٣لُا ْ٤ِؼزُا حهاكإ ن٤ل٘ر ٌٖٔ٣ )
ًوٜلُا تزً ٢ك ةلاطُا َ٤غَرٝ ،كلغُا ةلاطُا ٍٞجه ٍلاف ٖٓ ةلاطُِ
( ن٤لٖزُاٝ
3 ٔوٗ ٢ك ٢ٍٔوُا خ٤٘٣لُا ْ٤ِؼر ن٤ل٘ر ٚعاٞر ٢زُا دبجوؼُا َضٔزر )
زُا ٢ك خ٤ٍاهلُا ظٛبُ٘ٔا ن٤جطر ٍاي٣ لاٝ ،٢ٍٔوُا خ٤٘٣لُا ْ٤ِؼزث خٓبؼُا خكوؼُٔا ِْؼ
ٍاير لاٝ ،ِْؼزُا ن٤ل٘ر ٢ك ٛبجٚٗلاا ٠ُإ ٕٝووزل٣ ِٕٞٔؼُٔا ٍاي٣ لاٝ ،كٞعٞٓ و٤ؿ .ّلاػلإا َئبٍٝٝ ِْؼزُا ت٤ُبٍأ عٞ٘زر لاٝ ،حوكٞزٓ و٤ؿ خ٤زؾزُا خ٤٘جُاٝ نكاؤُا غٔزغُِٔ ْٜلُا و٤كٞرٝ خ٤ػبٔزعلاا خئْ٘زُا ١أ ،٢ٍٔوُا خ٤٘٣لُا ْ٤ِؼزُا ن٤ل٘ر ٢ك َؾُِٝ
٤٘٣لُا ْ٤ِؼزُا ٍٞؽ ٢ٍٔوُا خ
يِزٔ٣ ْ٤ِؼزُا َضٓ ِّٞثك ٠ِػ ٍٖٞؾُا ١أ ،غُٙٞا ٌلٗ
ٖ٤ِٔؼُٔا ٛبجٚٗا ي٣يؼرٝ ،خ٤ٍاهلُا ظٛبُ٘ٔا ٠ِػ دب٘٤َؾر ءاوعإٝ ،٢ٍٔوُا ٍبٌٔزٍلا خ٤ِؾُٔا خ٤ٔ٤ِهلإا دبٍَؤُٔا غٓ ٕٝبؼزُِ تِطث ّلوزُاٝ ،ٖ٤جُبطُاٝ
ُٔا ٖ٤ث ٍْبوزُا لوػٝ ،خ٤زؾزُا خ٤٘جُاٝ ِْؼزُا نكاوٓ دبعب٤زؽا .ٖ٤ِٔؼ
.يفلسلا يهلاسلإا ذهعولا ،نيلعتلا ةرادإ :تيحاتفولا ثاولكلا
xii
MOTTO
AL-Imam Asy-Safii rahimahullah menyebutkan sebuah perkataan : ِلِطاَبْلاِب َكْتَلَغَتْشا َّلاِإ َو ِّقَحْلاِب ا َهَتْلَغْشَأ ْنِإ َكُسْفَن َو ، َكَعَطَق ُهْعَطْقَت ْمَل ْنِإَف ٌفْيَس ُتْق َوْلا
“Pergunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya,janganlah engkau sia- siakan waktu dan kesempatan baikmu.."1 .
1Dinukil oleh Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Al-Jawaab Al-Kaafii hal 109 dan Madaarijus Saalikiin 3/129
xiii
PERSEMBAHAN
Alhamdulilah kupanjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan kesempatan dalam menyelesaikan tugas tesis saya dengan segala kekurangannya. Puji syukur kuucapkan kepadaMu Ya Rabb, karena telah menghadirkan orang-orang berjasa di sekeliling saya, yang selalu memberi semangat dan doa, sehingga tesis saya ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tesis ini, saya persembahkan untuk:
1. Kepada kedua orang tua saya yang tercinta Bapak H. M. Haris Sukran dan Ibu Nafisah yang telah merawat, mendidik dan mendoakan saya selama ini serta Bapak H. Lalu Pelita Putra,SH mentor dan guru politik saya yang selalu mendukung saya untuk segera menyelesaikan pendidikan Pascasarjana ini.
2. Sahabat dan seluruh teman di kampus tercinta, tanpa sahabat-sahabat mungkin masa-masa kuliah saya akan menjadi biasa-biasa saja.
Terimakasih untuk memori yang kita rajut setiap harinya, atas tawa yang setiap hari kita miliki, dan atas solidaritas yang luar biasa sehingga masa kuliah ini menjadi lebih berarti. Semoga saat-saat indah itu akan selalu menjadi kenangan yang paling indah.
xiv
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah Subhaanahu Wa Ta`Ala, Tuhan sekalian alam. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Shollahu `Alaihi Wa Sallam, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Amin.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaikan tesis/disertasi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu mereka antara lain:
1. Prof. Dr. H. Adi Fadli, M. Ag. sebagai pembimbing I dan Dr.
Akhmad Asyari, M. Pd sebagai pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan tesis ini lebih matang dan selesai;
2. Dr. H. Badrun, M. Pd, Dr. M. Shobry Sutikno, M. Pd, Dr. Bahtiar, M.
Pd. Si, yang telah menguji tesis saya ini.
3. Dr. Muhammad Tohri, SS, M.Pd. sebagai Ketua Prodi Manajemen Pendidikan Islam Program Magister Pascasarjana UIN Mataram;
4. Dr. Yudin Citriadin, M.Pd. sebagai Sekretaris Prodi MPI Program Magister Pascasarjana UIN Mataram;
5. Prof. Dr. H. Fahrurrozi, M.A. selaku Direktur Pascasarjana UIN Mataram
6. Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat-ganda dari Allah swt. dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta. Amin.
Mataram, 2022
Imam Ahmad Subki NIM: 200403018
xv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi: Library of Congress Romanization of Arabic
Konsonan Transliterasi
Akhir Tengah Awal Tunggal
بـ ـ ا Tidak dilambangkan
تـ ـجـ ـث ة b
ذـ ـزـ ـر د t
شـ ـضـ ـص س th
ظـ ـغـ ـع ط j
ؼـ ـؾـ ـؽ ػ h
ــ ـقـ ـف ؿ kh
لـ ك d
نـ م dh
وـ ه r
يـ ى z
ٌـ ـَـ ـٍ ً s
ِـ ـْـ ـّ ُ sh
ٔـ ـٖـ ـٕ ٓ s
٘ـ ـٚـ ـٙ ٗ d
ٜـ ـطـ ـٛ ٛ t
عـ ـظـ ـظ ظ z
xvi
غـ ـؼـ ـػ ع ‟
ؾـ ـــ ـؿ ؽ Gh
قـ ـلـ ـك ف F
نـ ـوـ ـه م Q
يـ ـٌـ ـً ى K
َـ ـِـ ـُ ٍ K
ْـ ـٔـ ـٓ ّ M
ٖـ ـ٘ـ ـٗ ٕ N
خـ ، ٚـ ـٜـ ـٛ ٙ ، ح H
ٞـ ٝ W
٢ـ ـ٤ـ ـ٣ ١ Y
Vokal dan Diftong
= I ١ ِ Á
ا ِ = A
ِ =
= Aw ٝ ِ
Á
ٟ ِ = U
ِ =
= Ay ١ ِ
A
ٝ ِ = I
ِ =
xvii
DAFTAR ISI
KOVER LUAR ... i
LEMBAR LOGO ... ii
KOVER DALAM ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN PENGUJI ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PENGECEKAN PLAGIARISME ... vii
ABSTRAK (Indonesia, Arab, dan Inggris) ... viii
MOTTO ... xi
PERSEMBAHAN ... xii
KATA PENGANTAR ... xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... xiv
DAFTAR ISI ... xvi
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
xviii
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 5
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 5
F. Kerangka Teori ... 7
G. Metode Penelitian ... 26
H. Sistematika Pembahasan ... 30
BABII PROGRAM DINIYAH FORMAL DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH AR-RAHMAH NU DESA BONDER KECAMATAN PRAYA BARAT KABUPATEN LOMBOK TENGAH A. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ... 31
1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Salafiyah Ar-Rahmah ... 31
2. Profil Pondok Pesantren Salafiyah Ar-Rahmah . 31
3. Letak Geografis ... 31
4. Visi dan Misi ... 33
5. Struktur Kepengurusan ... 33
6. Keadaan Pengajar ... 34
7. Keadaan Santri ... 34
8. Sarana dan Prasarana ... 36
9. Kurikulum Pembelajaran ... 38
B. Paparan Data ... 41
1. Perencanaan Pendidikan Diniyah Formal di Ponpes Salafiyah Ar-Rahmah NU. ... 41
2. Pengorganisasian Pendidikan Diniyah Formal di Ponpes Ar-Rahmah NU ... 46
3. Aktuating Pendidikan Diniyah Formal di di Ponpes Rahmah NU ... 47
4. Pengawasan Pendidikan Diniyah Formal di di Ponpes Rahmah NU ... 52
C. Pembahasan ... 53 1. Perencanaan Pendidikan Diniyah Formal
xix
di Ponpes Salafiyah Ar-Rahmah NU. ... 53 2. Pengorganisasian Pendidikan Diniyah Formal
di Ponpes Ar-Rahmah NU ... 54 3. Aktuating Pendidikan Diniyah Formal
di Ponpes Ar--Rahmah NU ... 55 4. Pengawasan Pendidikan Diniyah Formal
di Ponpes Ar-Rahmah NU ... 56 BABIII MANAJEMEN PENDIDIKAN DINIYAH SANTRI
DI PESANTREN SALAFIYAH AR-RAHMAH NU
A. Paparan Data ... 57 1. PenerimaanSantri Baru ... 57 a. Menentukan Jumlah Santri yang akan
diterima ... 57 b. Menentukan syarat-syarat penerimaan santri 57 c. Menyediakan formulir pendaftaran ... 58 d. Melaksanakan Seleksi santri baru... 58 e. Orientasi Santri ... 59 f. Penempatan Santri (pembagian kelas/ruang) 60 g. Melaporkan hasil pekerjaan kepada pembina 60 2. Pencatatan Santri Dalam Buku Indeks dan
Klapper Waktu dan Syarat Pendaftaran... 61 3. Tata Tertib Santri Waktu dan MateriSeleksi ... 63 BAB IV KONTRIBUSI PELAKSANAAN MANAJEMENSANTRI DALAM PENINGKATAN MUTU LULUSAN PADA MADRASAH DINIYAH
A. Paparan Data ... 64 1. Kendala yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan
Pendidikan Diniyah Formal ... 64 . 2. Solusi Dalam Pelaksanaan Pendidikan Diniyah
Formal ... 69 B. Pembahasan ... 74 1. Kendala yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan
Pendidikan Diniyah Formal ... 74 2. Solusi Dalam Pelaksanaan Pendidikan Diniyah
Formal ... 75
xx
BAB V PENUTUP ... 76
A. Kesimpulan ... 76
B. Implikasi Teoritik ... 77
C. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 79
LAMPIRAN ... 84
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 108
xxi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 5
Tabel 2.1 Keadaan Pengajar ... 36
Tabel 2.2 Keadaan Santri ... 36
Tabel 2.3 Sarana dan Prasarana ... 36
Tabel 2.4 Kitabpelajaran Madrasah Diniyah Salafiyah Ar-Rahmah Tingkat Ula (Awal ... 38
Tabel 2.5 Kitab pelajaran Madrasah Diniyah Salafiyah Ar-Rahmah Tingkat Wustho (Menengah) ... 39
Tabel 2.6 Kitab pelajaran Madrasah Diniyah Salafiyah Ar-Rahmah Tingkat Ulya (Tinggi) ... 40
xxii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Model Analisis Miles dan Huberman ... 25 Gambar 2. 1 Struktur Kepengurusan ... 34
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Profil Madrasah Salafiyah Ar-Rahmah NU ... 85
2. Dokumentasi ... 97
3. Pedoman Wawancara ... 102
4. Lembar Pedoman Dokumentasi... 106
5. Surat Izin Penelitian ... 107
6. Curriculum Vitae ... 108
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan diniyah merupakan bagian dari pendidikan keagamaan yang berupaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni membentuk Santri menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur dan berakhlak mulia.2 Keberadaan pendidikan diniyah semakin diperkuat dengan adanya Peraturan Pemerintah nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan dan dipertegas dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor : 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam, Bab III Pasal 45 ayat (1) yang berbunyi Pendidikan diniyah nonformal diselenggarakan dalam bentuk madrasah diniyah takmiliyah. Serta di beberapa daerah telah dituangkan dalam Peraturan Daerah.3
Madrasah Diniyah Takmiliyah merupakan bagian dari pendidikan nonformal yang diselenggarakan berlandaskan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor: 13 Tahun 2014.
Madrasah Diniyah Takmiliyah Awwaliyah (MDTA), Madrasah Diniyah Takmiliyah Wustho (MDTW) dan Madrasah Diniyah Takmiliyah Ulya (MDTU) merupakan bagian dari jenjang Madrasah Diniyah Takmiliyah.4
Madrasah Diniyah Takmiliyah Awwaliyah adalah satuan pendidikan keagamaan jalur luar madrasah yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam tingkat dasar dengan masa belajar enam tahun. Madrasah Diniyah Takmiliyah Wustho adalah satuan
2Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasioanl (Bandung: Fokus Media, 2003), Cet 2, 19.
3Sumarsih Anwar, Kualitas Madrasah Diniyah Takmiliyah dalam Perspeltif Standar Pelayanan Minimal Pendidikan. Jurnal Al Qalam Volume 23 Nomor 1 Juni 2021, 140.
4Kementerian Agama RI. Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Direktorat Pendidikan Diniyah Dan Pondok Pesantren, Pedoman Penyelenggaraan Madrasah Diniyah Takmiliyah, Tahun 2014, 1.
2
pendidikan keagamaan jalur luar madrasah yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam tingkat menengah pertama sebagai pengembangan pengetahuan yang diperoleh pada Madrasah Diniyah Takmiliyah Awwaliyah dengan masa belajar tiga tahun. Madrasah Diniyah Takmiliyah Ulya adalah satuan pendidikan keagamaan jalur luar madrasah yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam tingkat menengah atas dengan melanjutkan dan mengembangkan pengetahuan pendidikan tingkat Wustho, dengan masa belajar selama tiga tahun.5
Untuk tingkat mahasiswa disebut dengan Ma‟had al Jami‟ah al Takmiliyah. Madrasah Diniyah Takmiliyah bisa dikelola oleh pondok pesantren, pengurus masjid, pengelola pendidikan formal dan nonformal, organisasi kemasyarakatan Islam dan lembaga sosial keagamaan Islam lainnya. Secara garis besar dapat identifikasi ke dalam tiga kelompok, yakni Madrasah Diniyah Takmiliyah di pondok pesantren, dikelola masyarakat dan atau menempel pada satuan pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan Pendidikan Tinggi6
Menghadapi era globalisasi serta persaingan bebas menuntut lembaga pendidikan untuk mampu menghasilkan mutu pendidikan dan lulusan yang berkualitas tinggi serta memiliki kemampuan yang kompetitif. Secara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup masukan (input), proses pendidikan, dan keluaran (output) pendidikan.
Mutu lulusan yang rendah dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti lulusan tidak dapat melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, tidak dapat mengikuti perkembangan masyarakat
5Dwi Istiyani, Tantangan dan Eksistensi adrasah Diniyah sebagai Entitas Kelembagaan Pendidikan Keagamaan Islam di Indonesia, Edukasi Islamika; Jurnal Pendidikan Islam Vol 2 No 1, Juni 2017, 132.
6Sumarsih Anwar, Kualitas Madrasah Diniyah Takmiliyah Dalam Perspektif Standar Pelayanan Minimal Pendidikan, Jurnal Al Qalam Vol 23 No 1 Juni 2017, 140.
3
dan tidak produktif. Lulusan yang tidak produktif akan menjadi beban masyarakat, menambah biaya kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, serta memungkinkan menjadi warga yang tersisih dari masyarakat. Banyaknya masalah yang diakibatkan oleh lulusan pendidikan yang tidak bermutu, program mutu atau upaya-upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan merupakan hal yang teramat penting. Untuk melaksanakan program mutu diperlukan beberapa dasar yang kuat, seperti komitmen dalam perubahan, pemahaman yang jelas tentang kondisi yang ada, mempunyai visi, misi dan tujuan yang jelas terhadap masa depan dan mempunyai rencana yang jelas.7
Pondok Pensantren Salafiyah Ar-Rahmah NU Desa Bonder Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah. Madrasah Diniyah ini telah menyelenggarkan pendidikan diniyah tingkat Awwaliyah, Wustho dan Ulya. Terhitung pada tahun ajaran 2019/2020 memiliki jumlah siswa-siswi sebanyak 74 orang serta memiliki 19 pengajar. Proses pembelajaran dilaksanakan pada sore hingga malam hari. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum yang disusun oleh Pondok Pensantren Salafiyah Ar-Rahmah NU Desa Bonder Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah.8
Berdasarkan observasi awal di Pondok Pensantren Salafiyah Ar- Rahmah NU Desa Bonder Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah, diketahui bahwa merupakan salah satu Madrasah Diniyah yang berhasil mencetak lulusan yang unggul. Hal ini terlihat dari banyaknya penghargaan yang diperoleh oleh santri maupun alumni Pondok Pensantren Salafiyah Ar-Rahmah NU Desa Bonder Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah dalam mengikuti perlombaan. Pondok Pensantren Salafiyah Ar-Rahmah NU Desa Bonder Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah. Hal inilah yang menggerakan keingintahuan peneliti yakni bagaimana manajemen Madrasah diniyah formal yang dilakukan di Pondok Pensantren Salafiyah Ar-Rahmah NU Desa Bonder Kecamatan Praya
7Nana Syaodih Sukmadinata, dkk., Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip dan Instrumen) (Bandung, PT Refika Aditama, 2006), 8-9.
8Wawancara dengan Ust. Rahmat Afandi, S. Pd. I, Pengasuh Pondok Pensantren Salafiyah Ar-Rahmah NU Desa Bonder, Senin 28 September 2021, pukul 20.00- 21.00.
4
Barat Kabupaten Lombok Tengah sehingga dapat melahirkan lulusan yang unggul.
5
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari situasi sosial di atas, rumusan masalah yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini adalah:
1. Bagaimana manajemen pendidikan diniyah formal di Pondok Pensantren Salafiyah Ar-Rahmah NU Desa Bonder Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah selama ini?
2. Bagaimana manajemen Santri diniyah formal di Pondok Pensantren Salafiyah Ar-Rahmah NU Desa Bonder Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah.?
3. Apa kendala dan solusi manajemen pendidikan diniyah formal di Pondok Pensantren Salafiyah Ar-Rahmah NU Desa Bonder Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen Pendidikan diniyah formal di Pondok Pensantren Salafiyah Ar-Rahmah NU Desa Bonder Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah.
b. Untuk memberikan gambaran utuh tentang pelaksanaan manajemen Santri Pendidikan diniyah di Pondok Pensantren Salafiyah Ar-Rahmah NU Desa Bonder Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah.
c. Memberikan gambaran untuh tentang kedala dan solusi yang dihadapi oleh Pondok Pensantren Salafiyah Ar-Rahmah NU Desa Bonder Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah dalam pelaksanaan pendidikan diniyah formal.
2. Manfaat Penelitian
Secara praktis penelitian iniberkontribusi untuk Pertama, memberikan gambaran khususnya terkait manajemen Pendidikan diniyah formal di Pondok Pensantren Salafiyah Ar-Rahmah NU Desa Bonder Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah. Kedua, memberikan pengetahuan terhadap peneliti untuk
6
menganalisa berbagai kendala manajaemen Pendidikan diniyah formal di Pondok Pensantren Salafiyah Ar-Rahmah NU Desa Bonder Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah.
D. Ruang Lingkup Dan Seting Penelitian
Penelitian ini peneliti fokuskan pada bagaimana pengelolaan yang dilakukan pengurus pondok pesantren dalam Pendidikan diniyah formal di Pondok Pensantren Salafiyah Ar-Rahmah NU Desa Bonder Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah.
Dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian adalah Pengurus/Pengelola Pondok pesantren, Kepala madrasah diniyah, dewan asatidz, santri Pondok Pensantren Salafiyah Ar-Rahmah NU Desa Bonder Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah.
E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Berdasarkan penelusuran yang sudah peneliti lakukan terkait dengan penelitian sudah ada, peneliti menemukan adanya penelitian yang secara khusus berkaitan dengan manajemen Madrasah diniyah pada Pondok Pensantren dari penelitian dibawah ini saya lampirakan penelitian terdahulu yang terdapat kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan, antara lain sebagai berikut:
Tabel 1.1
Penelitian Terdahulu yang relevan
NO JUDUL
PENELITIAN PERSAMAAN PERBEDAAN
1 Ahmad al-Munawir, yang menulis tesis berjudul:Implementasi PemikiranBuya Busra DalamPendidikan Islam(KajianTerhadap Pondok Pesantren al- MunawarahdanPondok Pesantren al- Ikhwan
Persamaan Penelitian dilaksanakan di pondok
pesantren
1. Penelitian ini fokus
penelitiannya implementasi pemikiran Buya Busra dalam pendidikan Islam di Pondok
Pesantren al-
7
Pekanbaru), Tahun 2017.9
Munawwarah dan Pondok Pesantren al-
IkhwanPekanbaru Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kepustakaan (library research)
2. Penelitian ini menggunakan studi pustaka.
2 Ponidi, yang menulis tesisberjudulPesantren dan Pemberdayaan Masyarakat (Telaah KonstribusiPendidikan di Pondok Pesantren al- Taufiq Petapahan Kabupaten Kampar), Program Pascasarjana UIN Suska Riau tahun 2010.10
untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan Program Pendidikan Pondok Pesantren
Salah satu penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
(2) untuk mengetahui peranan Pondok Pesantren al- Taufiq Petapahan dalam
Pemberdayaan Masyarakat di bidang
Pendidikan, dan 3 Idris, yang menulis
tesis berjudul
Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren Khairul Ummah Batu
Pembahasan dalam
penelitian ini sama-sama membahas
Penelitian ini fokus pada manajemen kurikulum.
9 Ahmad al-Munawir, Implementasi Pemikiran Buya Busra Dalam Pendidikan Islam (Kajian Terhadap Pondok Pesantren al-Munawarah dan Pondok Pesantren al- Ikhwan Pekanbaru),” Tesis, (Pekanbaru PPs UIN Suska Riau : 2017), 67
10Ponidi, “Pesantren dan Pemberdayaan Masyarakat (Tela‟ah Konstribusi Pendidikan di Pondok Pesantren al-Taufiq Petapahan Kabupaten Kampar),” Tesis, (Pekanbaru : Program Pascasarjana UIN Suska Riau, 2010), 19.
8
Gajah Air Molek Kec.
Pasir Penyu Kab.
Indragiri Hulu (Studi Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Non Formal), Program Pascasarjana UIN Suska Riau tahun 2013.
tentang manajemen pada pondok pesantren.
4 Penerapan Manajemen Pendidikan Diniyah Formal (PDF) di Pondok Pesantren AL- Munawwarah
PekanBaru
Pembahasan dalam
penelitian ini sama-sama membahas tentang manajemen pendidkan diniyah pada pondok pesantren
Penelitian ini fokus pada membahas fungsi manjemen (planing, organaizing, actuating dan controlling)
F. Kerangka Teori
1. Pengertian Manajemen Madarasah Diniyah
Manajemen adalah suatu kegiatan mengatur atau mengelola berbagai sumber daya dalam upaya pencapaian suatu hasil yang ditetapkan baik secara efektif maupun efesien. Seperti yang dikemukakan Nawawi, “manajemen merupakan kemampuan pimpinan (manajer) dalam mendayagunakan orang lain melalui kegiatan menciptakan dan menggembangkan kerjasama dalam mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien”.11
Manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu to manage, yang berarti mengatur, mengelola, melaksanakan dan memperlakukan. Menurut George R. Terry, manajemen merupakan proses tertentu yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan
11 Erra Yusmina, Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Dalam Peningkatan Kinerja Sekolah Pada SMK Negeri 1 Banda Aceh, Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Volume 4, No. 2, November 2014, 170.
9
serta penilaian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Adapun menurut Hamalik manajemen adalah kekuatan utama dalam organisasi yang mengatur dan mengorganisasi kegiatan-kegiatan subsistem serta menghubungkannya dengan lingkungan.12
Harsey dan Blanchard mengemukakan bahwa manajemen adalah proses kerjasama antara individu dan kelompok serta sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan kata lain aktifitas manajerial hanya ditemukan dalam wadah organisasi, termasuk organiasi pemerintahan, bisnis,industri madrasah. Proses di sini menghadirkan berbagai fungsi dan aktivitas yang dilaksanakan oleh manajer dan anggota atau bawahannya dalam suatu organisasi.13 Nanang Fattah memberikan pengertian manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan. Manajemen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan proses penggunaan sumber Metode Penelitian organisasi tercapai secara efektif dan efisien.14 Dalam dunia pendidikan, manajemen merupakan proses kegiatan kerja sama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama menyangkut tujuan pendidikan, personal yang melakukan kerjasama, proses yang sistemik dan sistematik, serta behubungan dengan sumber sumber yang didayagunakan. Dari pemaparan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa, manajemen merupakan proses memperoleh suatu tindakan dari orang lain.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Madrasah Diniyah adalah salah satu lembaga pendidikan keagamaan pada jalur non formal, dan merupakan jalur formal di pendidikan pesantren yang mengunakan metode klasikal dengan seluruh mata pelajaran yang bermaterikan agama yang
12 Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan (Bandung, Pustaka Setia, 2015), 13.
13 Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam (Jakarta, PT Ciputat Press, 2005), 41-42.
14 Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan (Lombok, Holistica, 2012), 4.
10
sedemikian padat dan lengkap sehingga memungkinkan para santri yang belajar didalamnya lebih baik penguasaanya terhadap ilmu-ilmu agama.
Sehingga dari pengertian manajemen dan madarasah diniyah diatas dapat di artikan bahwa manajemen pendidikan diniyah adalah suatu kegiatan mengatur atau mengelola berbagai sumber daya dalam upaya pencapaian suatu hasil yang ditetapkan baik secara efektif maupun efesien dimadarasah diniyah.
a. Fungsi-fungsi manjemen pendidikan
Dalam membahas fungsi-fungsi manajemen pendidikan Islam tidaklah bisa terlepas dari fungsi manajemen secara umum seperti yang dikemukakan Henry Fayol seorang Industriyawan asal Prancis, dia mengatakan bahwa fungsi- fungsi manajemen itu adalah merancang, mengorganisasikan, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang. Robbin dan Coulter menjelaskan bahwa fungsi dasar manajemen yang paling penting adalah merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan. Penjelasan yang sama ditulis oleh Mahdi bin Ibrahim bahwa fungsi manajemen atau tugas kepemimpinan dalam pelaksanaannya meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.15 Fungsi- fungsi tersebut secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Perencanaan
Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal.
Demikian pula halnya dalam pendidikan Islam perencanaan harus dijadikan langkah pertama yang
15 Susilo Martoyo, Pengetahuan Dasar Manajemen dan Kepemimpinan, (Yogyakarta :BPFE, 2012) 19.
11
benar-benar diperhatikan oleh para manajer dan para pengelola pendidikan Islam. Sebab perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah kesuksesan, kesalahan dalam menentukan perencanaan pendidikan Islam akan berakibat sangat patal bagi keberlangsungan pendidikan Islam. Ketika menyusun sebuah perencanaan dalam pendidikan Islam tidaklah dilakukan hanya untuk mencapai tujuan dunia semata, tapi harus jauh lebih dari itu melampaui batas-batas target kehidupan duniawi.
Arahkanlah perencanaan itu juga untuk mencapai target kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga kedua-duanya bisa dicapai secara seimbang. Mahdi bin Ibrahim mengemukakan bahwa ada lima perkara penting untuk diperhatikan demi keberhasilan suatu perencanaan, yaitu a) Ketelitian dan kejelasan dalam membentuk tujuan b) Ketepatan waktu dengan tujuan yang hendak dicapai c) Keterkaitan antara fase-fase operasional rencana dengan penanggung jawab operasional, agar mereka mengetahui fase-fase tersebut dengan tujuan yang hendak dicapai
d) Perhatian terhadap aspek-aspek amaliah ditinjau dari sisi penerimaan masyarakat, mempertimbangkan perencanaa, kesesuaian perencanaan dengan tim yang bertanggung jawab terhadap operasionalnya atau dengan mitra kerjanya, kemungkinan-kemungkinan yang bisa dicapai, dan kesiapan perencanaan melakukan evaluasi secara terus menerus dalam merealisasikan tujuan.
e) Kemampuan organisatoris penanggung jawab operasional16
Sementara itu menurut Ramayulis mengatakan bahwa dalam Manajemen pendidikan Islam perencanaan itu meliputi :
16 Mahdi bin Ibrahim, Amanah Dalam manajemen (Jakarta: al-kautsar, 2013), 63.
12
a) Penentuan prioritas agar pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, prioritas kebutuhan agar melibatkan seluruh komponen yang terlibat dalam proses pendidikan, masyarakat dan bahkan murid.
b) Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan dan sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil pendidikan
c) Formulasi prosedur sebagai tahap-tahap rencana tindakan.
d) Penyerahan tanggung jawab kepada individu dan kelompok-kelompok kerja.17
Dari uraian di atas jika dikaitkan dengan penerapan manajeman Pendidikan Diniyah Formal (PDF) di Pondok Pesantren, perencanaan merupakan kunci utama untuk menentukan aktivitas berikutnya.
Tanpa perencanaan yang matang aktivitas lainnya tidaklah akan berjalan dengan baik bahkan mungkin akan gagal. Oleh karena itu buatlah perencanaan sematang mungkin agar menemui kesuksesan yang memuaskan.
2) Pengorganisasian
Menurut George R. Terry, pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen dilaksanakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.18 Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapi. Organisasi lebih menekankan pada pengaturan mekanisme kerja. Dalam sebuah organisasi tentu ada pemimpin dan bawahan.19
17 Ramayulis, Manajemen Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia), 271
18G eorge R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 73
19 Didin Hafiduddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Prkatik, (Jakarta: Gema Insani, 2013), 101.
13
Ramayulis menyatakan bahwa pengorganisasian dalam pendidikan Islam adalah proses penentuan struktur, aktivitas, interkasi, koordinasi, desain struktur, wewenang, tugas secara transparan, dan jelas. Dalam lembaga pendidikan Islam, baik yang bersifat individual, kelompok, maupun kelembagaan.28 Suatu organisasi dalam manajemen pendidikan Islam akan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan jika konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain perjalanan organisasi yaitu Kebebasan, keadilan, dan musyawarah.
Jika kesemua prinsip ini dapat diaplikasikan secara konsisten dalam proses pengelolaan lembaga pendidikan islam akan sangat membantu bagi para manajer pendidikan Islam.
Dari uraian di atas jika dikaitkan dengan penerapan manajeman Pendidikan Diniyah Formal (PDF) di Pondok Pesantren, maka pengorganisasian merupakan fase kedua setelah perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pengorganisasian terjadi karena pekerjaan yang perlu dilaksanakan itu terlalu berat untuk ditangani oleh satu orang saja. Dengan demikian diperlukan tenaga-tenaga bantuan dan terbentuklah suatu kelompok kerja yang efektif. Banyak pikiran, tangan, dan keterampilan dihimpun menjadi satu yang harus dikoordinasi bukan saja untuk diselesaikan tugas- tugas yang bersangkutan, tetapi juga untuk menciptakan kegunaan bagi masing-masing anggota kelompok tersebut terhadap keinginan keterampilan dan pengetahuan.
3) Pengarahan
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada rekan kerja sehingga mereka menjadi pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Di dalam
14
fungsi pengarahan terdapat empat komponen, yaitu pengarah, yang diberi pengarahan, isi pengarahan, dan metode pengarahan. Pengarah adalah orang yang memberikan pengarahan berupa perintah, larangan, dan bimbingan. Yang diberi pengarahan adalah orang yang diinginkan dapat merealisasikan pengarahan. Isi pengarahan adalah sesuatu yang disampaikan pengarah baik berupa perintah, larangan, maupun bimbingan.
Sedangkan metode pengarahan adalah sistem komunikasi antara pengarah dan yang diberi pengarahan.
Dalam manajemen pendidikan Islam, agar isi pengarahan yang diberikan kepada orang yang diberi pengarahan dapat dilaksanakan dengan baik maka seorang pengarah setidaknya harus memperhatikan beberapa prinsip, yaitu : keteladanan, konsistensi, keterbukaan, kelembutan, dan kebijakan. Isi pengarahan baik yang berupa perintah, larangan, maupun bimbingan hendaknya tidak memberatkan dan diluar kemampuan sipenerima arahan, sebab jika hal itu terjadi maka jangan berharap isi pengarahan itu dapat dilaksanakan dengan baik oleh si penerima pengarahan. Dari uraian di atas jika dikaitkan dengan penerapan manajeman Pendidikan Diniyah Formal (PDF) di Pondok Pesantren, maka fungsi pengarahan (actuating/ directing) adalah proses bimbingan yang didasari prinsip-prinsip religius kepada rekan kerja, sehingga orang tersebut mau melaksanakan tugasnya dengan sungguh-sungguh dan bersemangat disertai keikhlasan yang sangat mendalam.
4) pengawasan
Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Didin Hafududdin dan Hendri menyatakan bahwa dalam pandangan Islam, pengawasan dilakukan dengan tujuan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang
15
salah dan membenarkan yang hak.20 Dalam pendidikan Islam pengawasan didefinisikan sebagai proses pemantauan yang terus menerus untuk menjamin terlaksananya perencanaan secara konsekwen baik yang bersifat materil maupun spirituil.
Menurut Ramayulis pengawasan dalam manajemen pendidikan Islam mempunyai karakteristik bahwa pengawasan bersifat material dan spiritual, monitoring bukan hanya manajer, tetapi juga Allah SWT., menggunakan metode yang manusiawi yang menjunjung martabat manusia.21 Dengan karakterisrik tersebut dapat dipahami bahwa pelaksana berbagai perencaan yang telah disepakati akan bertanggung jawab kepada manajernya dan Allah sebagai pengawas yang Maha Mengetahui.
Dari uraian di atas jika dikaitkan dengan penerapan manajeman Pendidikan Diniyah Formal (PDF) di Pondok Pesantren, maka fungsi pengawasan adalah tahap terakhir dalam pelaksanaan manajemen yang mencakup pengawasan bersifat material dan spiritual, monitoring bukan hanya manajer, tetapi juga Allah SWT., menggunakan metode yang manusiawi yang menjunjung martabat manusia.
b. Ruang lingkup kegiatan manajemen pendidikan
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa tujuan manajemen pendidikan Islam adalah agar segenap sumber, peralatan ataupun sarana yang ada dalam suatu organisasi tersebut dapat digerakkan sedemikian rupa sehingga dapat menghindarkan sampai tingkat seminimal mungkin segenap pemborosan waktu, tenaga, materil, dan uang guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Agar dapat mencapai tujuan secara efektif dan efesien, maka
20Didin Hafiduddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Prkatik, (Jakarta: Gema Insani, 2013), 156.
21Ramayulis, Manajemen Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia), 274.
16
semua orang yang dilibatkan dan fasilitas yang digunakan perlu diberdayagunakan sedemikian rupa bagi keberhasilan pendidikan Islam secara efektif dan efesien. Proses pendayagunaan semua komponen yang ada di lembaga pendidikan Islam itulah yang disebut kegiatan manajemen pendidikan Islam. De Roche berhasil mengidentifikasi dua ribu kegiatan manajemen sekolah. Namun para pakar administrasi telah mencoba mengkalsifikasikan komponen- komponen tersebut menjadi beberapa gugusan substansi, yaitu gugusan-gugusan substansi kurikulum atau pembelajaran, kesiswaan, kepegawaian, sarana dan prasarana, keuangan, lingkungan masyarakat, dan layanan teknis, sebagai berikut :
1) Komponen kurikulum atau pembelajaran mencakup kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler.
2) Komponen sarana dan prasarana mencakup lahan sekolah, gedung, alat peraga, perabot, buku paket dan buku pelengkap.
3) Komponen keuangan mencakup: keuangan dari subsidi pemerintah, biaya operasional pendidikan, uang BP3, dan sumbangan dari siswa maupun masyarakat.22
Apabila merujuk kepada gugusan-gugusan substansi yang Apabila merujuk kepada gugusan- gugusan substansi yang dikepedepankan oleh para pakar manajemen pendidikan maka sebenarnya manajemen pendidikan Islam itu pada dasarnya keseluruhan kegiatan manajemen ketujuh gugusan substansi tersebut.
Dengan kata lain manajemen pendidikan Islam meliputi:
manajemen kurikulum, manajemen sarana dan prasarana, manajemen kesiswaan, manajemen kepegawaian, manajemen humas, dan manajemen keuangan.
22Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 56.
17
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa langkah-langkah manajemen meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengerahan (leading) dan pengawasan (controlling), maka manajemen pada setiap gugusan substansi tersebut pasti melalui keempat langkah tersebut, yaitu perencanaan, pelaksanaan, menggerakkan, dan pengawasan. Ada banyak kegiatan manajemen pendidikan Islam, mulai dari perencanaan pembelajaran sebagai salah satu kegiatan manajemen pembelajaran sampai dengan pengawasan layanan teknis sebagai salah satu kegiatan manajemen layanan teknis. Semua itu dapat dikatakan sebagai ruang lingkup kegiatan manajemen Pendidikan.
2. Pondok Pesantren
a. Pengertian dan Ruang Lingkup Pondok Pesantren
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia dan sejarahnya telah mengakar secara berabad-abad. Sebagai lembaga pendidikan Islam khas Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Pesantren memiliki keunikan tersendiri yang tidak dapat ditemui dalam sejarah peradaban Timur Tengah sekalipun. Pesantren atau pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang cukup unik karen memiliki elemen dan karakteristik yang berbeda dengan lembaga pendidikan Islam lainnya. Elemen-elemen Islam yang paling pokok, yaitu: pondok atau tempat tinggal para santri, masjid, kitab-kitab klasik, kyai dan santri.23 Kelima elemen inilah yang menjadi persyaratan terbentuknya sebuah pesantren, dan masing-masing elemen tersebut saling terkait satu sama dengan lain untuk tercapainya tujuan pesantren khususnya, dan tujuan pendidikan Islam, pada umumnya, yaitu membentuk pribadi muslim seutuhnya (insan kamil). Adapun yang dimaksud dengan pribadi muslim seutuhnya adalah pribadi ideal meliputi aspek individual dan sosial, aspek intelektual dan
23Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta : LP3ES, 2010), 18
18
moral, serta aspek material dan spiritual. Sementara, karakteristik pesantren muncul sebagai implikasi dari penyelenggaraan pendidikan yang berlandaskan pada keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian (menolong diri sendiri dan sesama), ukhuwwah diniyyah dan Islamiyyah dan kebebasan. Dalam pendidikan yang seperti itulah terjalin jiwa yang kuat, yang sangat menentukan falsafah hidup para santri.24
a. Unsur-unsur/ Elemen Pesantren
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang cukup unik karen memiliki elemen dan karakteristik yang berbeda dengan lembaga pendidikan Islam lainnya. Pondok Pesantren atau Pesantren adalah : lembaga pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh masyarakat yang menyelenggarakan satuan pendidikan pesantren secara terpadu menyelenggarakan jenis pendidikan lainnya, yang memiliki unsur- unsur pesantren yang terdiri dari : (1) kyai atau sebutan lain yang sejenis, (2) santri, (3) pondok atau asrama pesantren, (3) masjid atau musholla, dan (5) pengajian dan kajian kitab kuning atau Dirasah Islamiyah dengan pola pendidikan mu'allimin.96
Elemen-elemen atau unsure-unsur lembaga pendidikan Islam pesantren yang paling pokok, yaitu : kyai, santri, pondok atau tempat tinggal para santri, masjid, dan kitab-kitab klasik. Kelima elemen inilah yang menjadi persyaratan terbentuknya pondok pcsantren, secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Kyai.
Kyai atau sebutan lain yang sejenis (Buya, Ajengan dan Ustadz), memiliki peranan yang sangat penting dalam pendirian, pertumbuhan, perkembangan dan pengurusan sebuah pesantren berarti dia merupakan
24 Ahmad Malik Fadjar, Visi Pembaruan Pendidikan Islam, (Jakarta: LP3NI, 2011),1l.
19
unsur yang paling esensial. Sebagai pemimpin pesantren, watak dan keberhasilan pesantren banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karismatik dan wibawa, serta ketrampilan kyai. Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat menentukan sebab dia adalah tokoh sentral dalam pesantren. Istilah kyai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan dari bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa, perkataan kyai dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda, yaitu: (1) Sebagai gelar kehormatan bagi barang- barang yang dianggap keramat; contohnya,
“kyai garuda kencana” dipakai untuk sebutkan kereta emas yang ada di Kraton Yogyakarta, (2) Gelar kehormatan bagi orang-orang tua pada umumnya, dan (3) Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada orang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya.25
2) Masjid.
Hubungan pendidikan Islam dan masjid sangat dekat dan erat dalam tradisi Islam di seluruh dunia.
Dahulu, kaum muslimin selalu memanfaatkan masjid untuk tempat beribadah dan juga sebagai tempat lembaga pendidikan Islam. Sebagai pusat kehidupan rohani,sosial dan politik, dan pendidikan Islam, masjid merupakan aspek kehidupan sehari- hari yang sangat penting bagi masyarakat. Dalam rangka pesantren, masjid dianggap sebagai “tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sembahyang lima waktu, khutbah, dan sembahyang Jumat, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik.”100 Biasanya yang pertama-tama didirikan oleh seorang kyai yang ingin mengembangkan sebuah pesantren adalah
25Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta : LP3ES, 2010), 55.
20
masjid. Masjid itu terletak dekat atau di belakang rumah kyai.
3) Santri.
Santri merupakan unsur yang penting sekali dalam perkembangan sebuah pesantren karena langkah pertama dalam tahap-tahap membangun pesantren adalah bahwa harus ada murid yang datang untuk belajar dari seorang alim. Kalau murid itu sudah menetap di rumah seorang alim, baru seorang alim itu bisa disebut kyai dan mulai membangun fasilitas yang lebih lengkap untuk pondoknya. Santri biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu santri kalong dan santri mukim. Santri kalong merupakan bagian santri yang tidak menetap dalam pondok tetapi pulang ke rumah masing- masing sesudah selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren.
Santri kalong biasanya berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren jadi tidak keberatan kalau sering pergi pulang.
Makna santri mukim ialah putera atau puteri yang menetap dalam pondok pesantren dan biasanya berasal dari daerah jauh. Pada masa lalu, kesempatan untuk pergi dan menetap di sebuah pesantren yang jauh merupakan suatu keistimewaan untuk santri karena dia harus penuh cita-cita, memiliki keberanian yang cukup dan siap menghadapi sendiri tantangan yang akan dialaminya di pesantren.101
4) Pondok
pondok‟ adalah tempat sederhana yang merupakan tempat tinggal kyai bersama para santrinya.26 Di Jawa, besarnya pondok tergantung pada jumlah santrinya.
Adanya pondok yang sangat kecil dengan jumlah santri kurang dari seratus sampai pondok yang memiliki tanah yang luas dengan jumlah santri lebih dari tiga ribu.
26Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia : Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2011), 142.
21
Tanpa memperhatikan berapa jumlah santri, asrama santri wanita selalu dipisahkan dengan asrama santri laki-laki. Komplek pesantren memiliki gedung-gedung selain dari asrama santri dan rumah kyai, termasuk perumahan ustad, gedung madrasah, lapangan olahraga, kantin, koperasi, lahan pertanian dan/atau lahan pertenakan. Kadang-kadang bangunan pondok didirikan sendiri oleh kyai dan kadang-kadang oleh penduduk desa yang bekerja sama untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan. Salah satu niat pondok selain dari yang dimaksudkan sebagai tempat asrama para santri adalah sebagai tempat latihan bagi santri untuk mengembangkan ketrampilan kemandiriannya agar mereka siap hidup mandiri dalam masyarakat sesudah tamat dari pesantren. Santri harus memasak sendiri, mencuci pakaian sendiri dan diberi tugas seperti memelihara lingkungan pondok. Sistem asrama ini merupakan ciri khas tradisi pesantren yang membedakan sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan Islam lain seperti sistem pendidikan di daerah Minangkabau yang disebut surau.27
5) Kitab-kitab Islam klasik/ Kitab Kuning.
Berdasarkan hasil penelitian Zamakhsyari Dhofier dan Manfred Ziemek, dijelaskan bahwa elemen-elemen, unsur-unsur atau komponen pesantren yang pernah tumbuh dan berkembang di seluruh penjuru Indonesia sejak zaman sebelum Kemerdekaan RI, terdiri dari : (1) Kyai atau sebutan yang sejenis (Buya, Ajengan, Ustadz, dll), (2) Santri, (3) Pondok atau asrama santri, (4) masjid atau mushalla, dan (5) Kitab-kitab Klasik (Turtas)/ Kitab Kuning. Hal ini sejalan dengan pengertian Pondok Pesantren atau Pesantren sebagaimana dirumuskan
27Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta : LP3ES, 2010), 45.
22
dalam PeraturanKitab-kitab Islam klasik atau yang lazim dikenal dengan istilah itab Kuning” yang dikarang para ulama terdahulu dan termasuk pelajaran mengenai macam-macam ilmu pengetahuan agama Islam dan Bahasa Arab. Dalam kalangan pesantren, kitab-kitab Islam klasik sering disebut kitab kuning oleh karena warna kertas edisi-edisi kitab kebanyakan berwarna kuning. Menurut Dhofier : Pada masa lalu, pengajaran kitab- kitab Islam klasik merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren.” Pada saat ini, kebanyakan pesantren telah mengambil pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian yang juga penting dalam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab Islam klasik masih diberi kepentingan tinggi Ada delapan macam bidang pengetahuan yang diajarkan dalam kitab-kitab Islam klasik, yaitu : (1) Nahwu dan Sharaf (Morfologi), (2) Fiqh, (3) Ushul Fiqh, (4) Hadis/Ilmu Hadis, (5) Tafsir/
Ilmu Tafsir, (6) Tauhid/ Ilmu Kalam, (7) Akhlak Tasawwuf, dan (8) cabang-cabang lain seperti Tarikh dan Ilmu Balaghah. Semua jenis kitab ini dapat digolongkan ke dalam kelompok menurut tingkat ajarannya, misalnya: tingkat dasar, menengah dan lanjut.
c. Peran, Fungsi dan Pengembangan Pendidikan Pesantren Sistem pendidikan pesantren dan madrasah sebagai ciri khas lembaga pendidikan Islam tradisional sekaligus pendidikan tertua khas Indonesia (indigenous),28 telah menjadi sumber inspirasi yang tidak pernah kering bagi para pencita ilmu dan peneliti yang berupaya mengurai anatominya dari berbagai demensi. Dari kawahnya, sebagai obyek studi telah lahir doktor- doktor dari berbagai disiplin ilmu, mulai dari antropologi, sosiologi, pendidikan, politik, agama dan lain sebagainya sehingga pesantren sebagai
28Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren : Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta : Paramadina, 2012), 3.
23
sistem pendidikan Islam di negeri ini kontribusinya tidak kecil bagi pembangunan manusia seutuhnya.29 Eksistensi Pesantren ternyata sampai hari ini, di tengah-tengah deru modernisasi, pesantren tetap bisa bertahan. Menurut menurut Abdurrahman Mas‟ud, Pondok Pesantren memiliki fungsi-fungsi : (1) Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang melakukan transfer ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi al-din) dan nilai-nilai Islam (Islamic values); (2) Pondok Pesantren sebagai lembaga keagamaan yang melakukan kontrol sosial; dan (3) Pondok Pesantren sebagai lembaga keagamaan yang melakukan rekayasa sosial (social engineering) atau perkembangan masyarakat (community development).30
Pondok pesantren selain sebagai lembaga pendidikan keagamaan (tafaqquh fiddin) juga berfungsi sebagai lembaga pengembangan sosial masyarakat, karena tumbuh dan berkembangannya ada di tengah-tengah masyarakat.
Pengembangan potensi sosial diarahkan pada keamampuan pesantren dalam menganalisis sosial (Ansos), advokasi kepada yang lemah pada problem-problem yang terjadi di masyarakat, seperti keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan, serta dekadensi sosial. Pondok Pesantren juga mempunyai peranan dalam transformasi masyarakat, di antaranya: (1) Peranan instrumental dan fasilisator, (2)Peranan mobilisasi, (3) Peranan sumber daya manusia, (4) Perubahan sosial, dan (5)Pusat keagamaan, pendidikan, dan pengembangan masyarakat.31
29 Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2012), hlm. xv. M. Dawam Raharjo, “Perkembangan Masyarakat dalam Perspektif Pesantren; Pergaulan Dunia Pesantren : Membangun dari Bawah, (P3M, Jakarta, 2012), 7.
30Sukamto, Kepemimpinan Kiyai Dalam Pesantren, (Jakarta : LP3ES, 2014), 1-2.
31Tim Penulis Depag RI, Pola Pengembangan Pondok Pesantren, (Jakarta:
Ditjen Binbaga Islam, 2013), 93.