• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT) DENGAN TRAINING SUPER STUDENT UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI (SELF CONFIDENCE) SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NIHA’I DI MA ISLAMIYAH ATTANWIR TALUN SUMBERREJO BOJONEGORO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT) DENGAN TRAINING SUPER STUDENT UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI (SELF CONFIDENCE) SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NIHA’I DI MA ISLAMIYAH ATTANWIR TALUN SUMBERREJO BOJONEGORO."

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS

RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY

(REBT) DENGAN

TRAINING SUPER STUDENT

UNTUK

MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI

(SELF CONFIDENCE)

SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN

NIHA’I

DI MA

ISLAMIYAH ATTANWIR TALUN SUMBERREJO BOJONEGORO

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

Ilmi Amalin

NIM. B03213009

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Ilmi Amalin (B03213009), Efektivitas Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dengan Training Super Student untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri (Self Confidence) Siswa dalam Menghadapi Ujian Niha’i di MA Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro. Fokus penelitian adalah (1) Adakah Pengaruh serta Perbedaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dengan Training Super Student untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri (Self Confidence) Siswa dalam Menghadapi Ujian Niha’i? (2) Seberapa besar tingkat efektivitas Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dengan Training Super Student untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri (Self Confidence) Siswa dalam Menghadapi Ujian Niha’i?.

Dalam menjawab permasalahan tersebut, maka peneliti ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan eksperimen analisis uji-T (Paired Sample T-test). Pengumpulan data dengan menggunakan angket Pretest dan Posttest, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitian adalah 24 Siswa kelas XII MA Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro.

Adapun indikator dari masing-masing variabel adalah 1) Memiliki dorongan untuk merancang mimpi sukses ujian niha’i, meyakini pentingnya impian dan cita-cita, menampilkan diri sebagai siswa yang unggul dalam sikap dan tindakan, serta memiliki keyakinan yang baik terhadap potensi dirinya untuk menghadapi ujian niha’i. 2) Bersikap positif, optimis, mandiri, serta tidak mudah menyerah. Dalam penelitian ini, proses konseling menggunakan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dengan training super student untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam menghadapi ujian niha’i. Langkah awal untuk mengetahui adanya pengaruh atau tidaknya, dan melihat adanya perbedaan atau tidaknya sebelum dan sesudah diberikan Training Super Student untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa dalam Menghadapi Ujian Niha’i. Dengan melihat hasil uji-T (Paired Sample T-test) menunjukkan bahwa nilai probabilitas atau Sig. (2-tailed) 0,00 < 0,50, hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara rasa percaya diri siswa pada data prestest dan posttest, dan juga adanya pengaruh REBT dengan Training Super Student untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa dalam Menghadapi Ujian Niha’i di MA Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro. Langkah selanjutnya mengetahui seberapa besar tingkat efektivitas dilihat dari hasil prosentasenya adalah 89,2 %, dengan melihat standar ujinya, dan dapat dikatakan bahwa Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dengan Training Super Student “dikategorikan sangat efektif” untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa dalam Menghadapi Ujian Niha’i di MA Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro.

(7)

DAFTARISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Metode Penelitian ... 10

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 10

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 12

3. Variabel dan Indikator Penelitian ... 14

4. Definisi Operasional ... 16

5. Teknik Pengumpulan Data ... 23

6. Teknik Analisis Data ... 25

F. Sistematika Pembahasan ... 26

BABII : TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ... 29

1. Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) ... 29

a. Pengertian Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) ... 29

b. Tujuan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) ... 30

c. Teknik-teknik Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) ... 33

d. Ciri-ciri Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) ... 38

e. Langkah-langkah Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) ... 39

2. Training Super Student ... 40

a. Penentuan Kebutuhan Pelatihan ... 40

b. Perencanaan Program Pelatihan ... 41

c. Teknik ... 50

3. Percaya Diri ... 50

a. Pengertian Percaya Diri ... 50

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri ... 54

c. Proses Pembentukan Percaya Diri ... 57

d. Aspek-aspek Percaya Diri ... 58

e. Ciri-ciri Percaya Diri ... 59

(8)

xi

B. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 65

C. Hipotesis Penelitian ... 67

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 69

1. Sejarah Singkat MA Islamiyah Attanwir Attanwir Talun ... 69

2. Visi, Misi serta Tujuan MA Islamiyah Attanwir Talun ... 71

3. Identitas Madrasah ... 73

4. Struktur Organisasi ... 74

5. Kondisi Obyektif Madrasah ... 74

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 76

1. Membangun Impian Super Student ... 81

2. Tangga Sukses Super Student ... 89

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 97

1. Uji Validitas Data ... 100

2. Uji Reliabilitas Data ... 103

D. Pengujian Hipotesis ... 106

BAB IV : ANALISIS DATA A. Analisis Data Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dengan Training Super Student untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri (Self Confidence) Siswa dalam Menghadapi Ujian Niha’i Menggunakan Pengujian Hipotesis ... 109

B. Analisis Data Tingkat Signifikasi Rasa Percaya Diri Siswa dalam Menghadapi Ujian Niha’i Sebelum dan Sesudah Training ... 112

C. Analisis Data Tingkat Keefektifan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dengan Training Super Student untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri (Self Confidence) Siswa dalam Menghadapi Ujian Niha’i ... 117

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 119

B. Saran ... 120

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Fasilitas Madrasah... 75

Tabel 3.2 Keterangan Skoring Skala Angket Favourable dan Unfavourable ... 99

Tabel 3.3 Keterangan Blue Print Skala REBT dengan Training Super Student (Variabel X) ... 99

Tabel 3.4 Keterangan Blue Print Skala Rasa Percaya Diri Siswa dalam Menghadapi Ujian Niha’i (Variabel Y) ... 100

Tabel 3.5 Validitas Item Skala Variabel X ... 102

Tabel 3.6 Validitas Item Skala Variabel Y ... 103

Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas Menurut Alpha ... 104

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Skala Variabel X ... 105

Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Skala Variabel Y ... 105

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Angket Sebelum Training super student (Variabel X dan Y) ... 112

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Angket Sesudah Training super student (Variabel X dan Y) ... 113

Tabel 4.3 Hasil Angket Sebelum dan Sesudah Training super student ... 114

Tabel 4.4 Paired Samples Statistic... 115

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia pada dasarnya adalah individu yang unik, yang mempunyai potensi pada diri masing-masing. Untuk mengeksplorasikan potensi dirinya, mereka membutuhkan dorongan maupun wadah untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, jika potensi dalam diri individu tidak dikembangkan, maka akan terpendam terus di dalam dirinya. Apalagi individu dalam proses belajar di sekolah yang biasa disebut dengan kata “siswa”.

Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, dalam proses belajar-mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapai tujuannya secara optimal. Sedangkan menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 tahun 2013 mengenai sistem pendidikan nasional, dimana siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri mereka melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang dan jenis pendidikan tertentu.1

Siswa yang dalam proses pengembangan dirinya melalui jalur pendidikan, yakni dengan sekolah. Mereka memiliki tingkat kecerdasan masing-masing. Pada dasarnya, kecerdasan setiap individu merupakan

1

(11)

2

suatu potensi pada dirinya yang bermacam-macam, terdapat berbagai macam kecerdasan yang dimiliki setiap individu. Menurut Vernon, kecerdasan digolongkan menjadi tiga bagian, yakni kecerdasan yang ditinjau secara operasional, secara psikologis, dan secara operasional. Freeman menjelaskan bahwasanya kecerdasan dipandang sebagai suatu kemampuan, yang mana kemampuan tersebut digolongkan menjadi tiga bagian, yakni: kemampuan adaptasi, kemampuan belajar, dan kemampuan berpikir abstrak. Sedangkan menurut Alfred Binet, kecerdasan adalah kecendurungan untuk mengambil dan mempertahankan pilihan yang tetap, kapasitas untuk beradaptasi dengan maksud memperoleh tujuan yang diinginkan dan kekuatan untuk autokritik.2

Melihat dari pemamparan dari berbagai ahli di atas, bahwa kecerdasan adalah suatu potensi, maupun bakat yang dimiliki setiap individunya, yang dibuktikan dengan prestasi-prestasi yang telah diraihnya. Akan tetapi, tidak semua individu mempunyai kecerdasan yang sama, karena setiap individu dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua yang berbeda-beda. Oleh karena itu, kecerdasan yang dimiliki individu memang keturunan dari orang tuanya, dan ada pula karena cara pembelajaran dari orang tua yang berbeda-beda.

Meskipun siswa mempunyai kecerdasan di tingkat yang tinggi, kecemasan dalam menghadapi ujian pasti akan terbesit pada dirinya. Kecemasan yang sering muncul pada siswa ketika hendak menghadapi

2

(12)

3

ujian seperti, ketakutan akan gagal dalam ujian kali ini, takut kalau hasilnya tidak maksimal dan lain sebagainya. Kecemasan tersebut akan mengakibatkan siswa akan tegang, panik, takut, maupun bingung ketika akan menghadapi ujian. Ketegangan, kepanikan, ketakutan, maupun kebingungan yang ditunjukkan oleh siswa ketika hendak menghadapi ujian, akan tertanam dalam benak pikirannya jika tidak ada suatu bantuan yang akan dilakukan oleh guru maupun dari sekolah untuk mengurangi kecemasan pada siswa tersebut.3

Atkinson menjelaskan bahwa kecemasan merupakan suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan perasaan tegang secara subjektif, keprihatinan, dan kekhawatiran disertai dengan getaran susunan syaraf otonom dengan derajat yang berbeda-beda. Sumber kecemasan yang paling menonjol selain berhubungan dengan guru, yang paling banyak dialami siswa di sekolah adalah kekhawatiran akan mengalami kegagalan dalam ujian atau tes, yang mana ujian atau tes tersebut sebagai salah satu syarat kelulusan dari sekolah. 4

Mengingat kecemasan akan berdampak negatif terhadap pencapaian prestasi belajar dan kesehatan fisik atau mental siswa, seperti halnya kecemasan berdampak negatif pada kepercayaan diri siswa akan potensi dirinya. Maka perlu adanya upaya-upaya tertentu untuk mencegah dan mengurangi kecemasan siswa di sekolah yang bertujuan untuk

3

Wawancara kepada Ella salah satu siswa dari kelas VI atau III Aliyah MAI Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro, pada Sabtu, 08 Oktober 2016 pukul 10.00

4

(13)

4

meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam menghadapi ujian atau tes sekolah.

Maslow menyatakan bahwa percaya diri merupakan modal besar untuk pengembangan aktualisasi diri. Dengan percaya diri orang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurangnya percaya diri akan menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, ketakutan dan keraguan untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.5

Percaya diri perlu ditanamkan dalam diri siswa. Sebab, percaya diri merupakan suatu kepercayaan atas kemampuan terbaik diri sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, sehingga dengan kepercayaan tersebut menjadikan siswa dengan mudah menghadapi tantangan yang ada, seperti ketika akan menghadapi ujian, siswa sudah menyiapkan bekal dengan belajar, dan yakin bahwa belajar akan mempermudah siswa untuk mengerjakan soal-soal ujian, dan berpikir positif bahwa dirinya dapat melewati ujian dengan tenang.

Namun, untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa. Sekolah perlu menyediakan suatu relaksasi ataupun motivasi kepada siswa sebelum menghadapi ujian. Karena relaksasi ataupun motivasi tersebut akan memberikan sugesti ke pikiran-pikiran siswa agar menjadikan siswa

5

(14)

5

semangat untuk meraih cita-cita yang sudah diimpikan sejak mereka pertama dibangku sekolah, dan menjauhkan pikiran-pikiran akan ujian tersebut seperti hantu yang selalu menghantui dirinya, dan mengurangi kecemasan yang dialami mereka selama ini yang menyebabkan mereka tegang, panik, bingung, dan hampir tidak bisa tidur ketika mendekati hari-hari pelaksanaan ujian sekolah.

Ahmad Sudrajat (dikutip oleh Sumanto dalam buku Psikologi Umum) mengemukakan motivasi sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam individu (motivasi intrinsik) maupun motivasi dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.6

Motivasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan media training super student, yang bertujuan menjadikan para siswa mampu membuat impian dan cita-cita dalam hidupnya serta mampu menjalani aktivitas dalam hidupnya selaras dengan impian dan cita-citanya. Dengan desain training super student yang dirancang dinamis, melibatkan peserta dan dilengkapi game-game yang menyenangkan sangat membantu peserta dalam mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan. Melihat dari tujuan dari training super student, peneliti

6

(15)

6

sangat tertarik untuk mengetahui efektivitas training super student untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa peneliti sering menjumpai siswa di MA Islamiyah Attanwir mengalami kecemasan ketika akan menghadapi ujian niha’i. Kecemasan yang sering muncul pada diri siswa MA Islamiyah Attanwir adalah mulai tegang, panik, bingung, sampai pula jarang tidur demi belajar dengan bersungguh-sungguh untuk menghafalkan dari satu kitab ke kitab yang lainnya. Sampai pula ada yang jatuh sakit karena ujian dianggap sebagai hantu yang terus mengikuti dirinya.

(16)

7

sekali dengan kemampuannya bahwa mereka bisa mendapatkan ijazah tersebut. 7

Ujian niha’i di MA Islamiyah Attanwir merupakan ujian yang diadakan untuk menguji seberapa besar kemampuan pemahaman siswa-siswa terhadap pelajaran ilmu agamanya, dan sebagai syarat bahwa siswa-siswa lulus dari pondok pesantren. Ijazah yang diberikan pula tidak banyak, hanya terbatas.8 Sebab itu, sering para siswa lebih terfokuskan untuk belajar bahan ujian niha’i dibanding dengan belajar bahan ujian nasional.

Penelitian ini akan menggunakan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) karena melihat fakta di lapangan, bahwasanya siswa-siswi kelas XII ( Tiga Aliyah ) MA Islamiyah Attanwir banyak yang berfikiran irasional bahwa mereka tidak yakin jika dapat melewati ujian niha’i dengan mudah dan bisa mendapatkan ijazah syahadah, karena

mereka juga tidak percaya diri akan potensi yang dimilikinya. Peneliti berharap, dengan adanya pelatihan yakni training super student yang akan dilakukan peneliti, rasa percaya diri siswa dapat meningkat, siswa dapat belajar dengan sungguh-sungguh, tidak merasa cemas ketika menghadapi ujian niha’i, dan yakin akan potensi diri yang dimilikinya. Sehingga siswa-siswi lebih semangat untuk bersaing secara sehat mendapatkan ijazah yang jumlahnya hanya terbatas.

7

Observasi di MAI Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro, pada Sabtu, 08 Oktober 2016 pukul 09.00

8

(17)

8

Oleh sebab itu, penelitian yang diangkat oleh peneliti sebagai bahan skripsi dengan mengambil judul “Efektivitas Rasional Emotive

Behavior Therapy (REBT) dengan Training Super Student untuk

Meningkatkan Rasa Percaya Diri (Self Confidence) Siswa dalam Menghadapi Ujian Niha’i di MA Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro”.

B. Rumusan Masalah

Peneliti merumuskan sebuah rumusan masalah yang dianggap sangat urgen untuk diketahui, yaitu:

1. Adakah pengaruh serta perbedaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan rational emotive behavior therapy (REBT) dengan training super student untuk meningkatkan rasa percaya diri (self confidence) siswa dalam menghadapi ujian niha’i di MA Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro?

2. Seberapa besar tingkat keefektifan rational emotive behavior therapy (REBT) dengan training super student untuk meningkatkan rasa percaya diri (self confidence) siswa dalam menghadapi ujian niha’i di MA Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki satu tujuan yang krusial, yaitu:

(18)

9

percaya diri (self confidence) siswa dalam menghadapi ujian niha’i di MA Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro.

2. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat keefektifan rational emotive behavior therapy (REBT) dengan training super student untuk meningkatkan rasa percaya diri (self confidence) siswa dalam menghadapi ujian niha’i di MA Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan mampu memperluas khazanah keilmuan tentang training super student dan mampu mengembangkannya baik secara teoritis maupun praktis.

Adapun beberapa manfaat Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam penelitian ini yang menggunakan training super student adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

(19)

10

untuk belajar dan tidak akan cemas maupun takut saat menghadapi ujian apapun.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pendidik (kyai dan ustadz): hasil dari penelitian ini bisa dijadikan sebagai salah satu media training super student untuk memberikan motivasi kepada siswa, sehingga akan menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa untuk menentukan tujuannya dari belajar.

b. Bagi subyek penelitian: hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai instrumen intropeksi dan peningkatan rasa percaya diri dalam jiwa siswa, agar mereka memiliki keyakinan, berpikir positif bahwa siswa dapat melalui ujian sekolah dengan lancar.

c. Bagi mahasiswa umum: hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai contoh konkret pengaplikasian training super student untuk meningkatkan percaya diri siswa dalam menghadapi ujian akhir pondok maupun sekolah.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

(20)

11

yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui.9

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian eksperimental. Penelitian eksperimental dapat didefinisikan sebagai penelitian untuk mengetes hipotesis dengan cara melakukan percobaan terhadap kelompok-kelompok eksperimen yang dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu dengan kondisi-kondisi yang dapat dikontrol.10 Hal ini diambil karena peneliti ingin menggunakan suatu perlakuan terhadap kelompok percobaan dengan kondisi yang akan diatur sedemikian rupa, dan kemudian hasil yang didapatkan akan di evaluasi dan di tindak lanjuti.

Jenis eksperimen yang digunakan adalah eksperimen one group pretest posttest design. Maksudnya adalah meneliti keadaan sebelum diberi perlakuan dan meneliti keadaan setelah diberi perlakuan. Dengan demikian, hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum dan diberi perlakuan.11

9

S. Margono, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hal. 105

10

Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 39

11

(21)

12

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

a. Populasi

Secara etimologi populasi diartikan sebagai jumlah orang atau benda di suatu daerah yang memiliki sifat universal.12 Populasi adalah obyek secara keseluruhan yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau diteliti.13 Sedangkan menurut Dr. Riduwan, M.B.A dalam bukunya pengantar statistik sosial mengatakan populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.14

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII MA Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro baik siswa maupun siswi.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat

12

Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hal. 60

13

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 80

14

(22)

13

diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representif (mewakili).15

Adapun dalam metode pengambilan sampel, peneliti berpedoman pada langkah-langkah pengambilan sampel Systematic Sampling, adalah sebagai berikut:

(a) Buatlah kartu bernomor untuk semua anggota populasi, dapat pula dengan daftar nama-nama semua anggota populasi

(b) Tentukan rasio sampel yang akan digunakan, dan

(c) Tentukan secara random nomor pertama sampel yang akan dipilih.16

Populasi yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini merupakan siswa-siswi kelas XII ( Tiga Aliyah ) yang terdapat 12 kelas dengan total jumlah 469 siswa siswi, yakni kelas siswa terdapat empat kelas, terdiri dari kelas A, B, C, dan D, dan kelas siswi terdapat delapan kelas, terdiri dari kelas A, B, C, D, E, F, G, dan H. Dari jumlah siswa tersebut, peneliti mengambil sampel sebanyak 5% dari tiap kelasnya atau rasio dengan 1:20. Jadi tiap kelas diambil 2 siswa untuk dijadikan sampel, dan jumlah keseluruhan sampel adalah 24 siswa-siswi MA Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro.

15

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 81

16

(23)

14

c. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini berbasis pada Probability Sampling. Probability Sampling adalah sebuah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel sebuah penelitian.17

Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan Systematic Sampling, dimana pengambilan sampel yang dilakukan

dengan menentukan sejumlah elemen dalam populasi sampel.18

3. Variabel dan Indikator Penelitian

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek lain. Variabel juga merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu.19

Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian, maka peneliti membuat variabel dan indikator untuk menuntut peneliti dalam melakukan pengumpulan data. Variabel dan indikator penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas adalah variabel yang berdiri sendiri (mandiri) tanpa dipengaruhi oleh variabel lain. Peneliti menjadikan

17

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2013), hal. 120

18

Ibnu Subiyanto, Metodologi Penelitian..., hal. 95

19

(24)

15

rasional emotive behavior therapy (REBT) dengan training super

student sebagai variabel bebas yang diberi simbol X.

Indikator-indikator dari variabel X tersebut adalah sebagai berikut:

1) Memiliki dorongan untuk merancang mimpi sukses ujian niha’i 2) Meyakini pentingnya impian dan cita-cita

3) Menampilkan diri sebagai siswa yang unggul dalam sikap dan tindakan

4) Memiliki keyakinan yang baik terhadap potensi dirinya untuk menghadapi ujian niha’i.20

b. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel terkait adalah variabel variabel yang mempunyai probabilitas tinggi yang dipengaruhi oleh variabel independen atau variabel bebas. Peneliti menjadikan rasa percaya diri (self confidence) siswa dalam mengahadapi ujian niha’i sebagai variabel terikat yang ddiberi simbol Y.

Indikator-indikator dari variabel Y tersebut adalah sebagai berikut:

1) Bersikap positif 2) Optimis

3) Mandiri

4) Tidak mudah menyerah.21

20

(25)

16

4. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman pengertian pembaca terhadap konsep yang diangkat dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu menjelaskan tentang definisi semua konsep dengan rinci pada judul “Efektivitas Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dengan

Training Super Student untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri (Self

Confidence) Siswa dalam Menghadapi Ujian Niha’i di MA Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro”.

Semua konsep yang akan di bahas tersebut, didefinisikan berdasarkan pendapat beberapa tokoh sebagaimana berikut:

a. Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)

Rational emotive adalah pendekatan yang bertujuan untuk

mengatasi pikiran yang tidak logis tentang diri sendiri akan lingkungannya, dan melatih seseorang agar bisa berfikir dan berbuat yang lebih realitis dan rasional.22

Manusia pada dasarnya adalah unik, yang memiliki kecenderungan berfikir rasional dan irasional. Ketika berfikir dan bertingkah rasional, manusia akan afektif bahagia dan kompeten, namun ketika berfikir dan bertingkah laku irasional individu itu menjadi tidak afektif.23 Karena, apabila manusia berfikir tentang sesuatu secara irasional, dapat dikatakan bahwa pola pikir manusia

21

Nur Ghufron, dan Rini Risnawita, Teori-teori Psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011),hal. 35-36

22

Dewa Ketut Sukardi, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: Gunung Mulia, 2000), hal. 236

23

(26)

17

tersebut terganggu. Melihat dari banyaknya individu yang pola pikirnya terganggu, Albert Ellis mengembangkan suatu teori yaitu terapi rasional emotif yang sekarang berkembang menjadi rational emotive behavior therapy (REBT).24

Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku, dan pikiran. Pendekatan ini dikembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa tahapan. Pandangan dasar pendekatan ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berfikir rasional yang salah satunya didapat melalui belajar sosial. Di samping itu individu juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali berfikir yang rasional. Pendekatan ini bertujuan untuk mengajak individu mengubah pikiran-pikiran irasioanlnya ke pikiran rasional melalui teori A-B-C.25 Pendekatan ini juga merupakan teori yang komperhensif karena mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan individu secara keseluruhan yang mencakup aspek emosi, kognisi, dan perilaku.26

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan teknik REBT ini, bertujuan untuk menghilangkan pikiran irasional siswa terhadap ujian niha’i sebagai salah satu

24

Hartono, dkk, Psikologi Konseling, (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 131

25

Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: UMM Press, 2015), hal. 93

26

(27)

18

ujian yang wajib diikuti oleh siswa-siswi MA Islamiyah Attanwir. Pikiran irasional yang ditimbulkan siswa terhadap ujian niha’i adalah banyak siswa yang berpikir bahwa dirinya tidak dapat mendapatkan ijazah syahadah yang jumlahnya hanya terbatas. Dengan adanya terapi ini, siswa diharapkan mampu menghilangkan pikiran irasionalnya, sehingga menumbuhkan pikiran rasional bahwa mereka mampu untuk bersaing dengan siswa lainnya untuk mendapatkan ijazah syahadah yang jumlahnya hanya terbatas tersebut.

b. Training super student Super Student

Training merupakan suatu konsep pelatihan yang didesain untuk memberikan motivasi kepada siswa dalam meraih impian yang sudah dicita-citakan sejak dini, tujuan training super student dirancang adalah untuk membantu para siswa dalam mengidentifikasi potensi mereka, merancang impian dan cita-citanya yang kemudian dilanjutkan dengan tindakan nyata untuk meraih impiannya. Dengan kegiatan pelatihan tersebut, diharapkan para siswa akan antusias belajar dan menjalani aktivitas yang positif dalam kehidupannya.27

Di mana super student adalah siapapun orangnya di antara kita yang memiliki impian, tindakan dan konsep diri yang

27

(28)

19

unggul.28 Sehingga super student merupakan suatu cara membentuk manusia (sebagai individu) yang berkepribadian atau yang berkarakter bisa dimiliki oleh orang tua terhadap anaknya, guru terhadap anak didiknya atau oleh seseorang yang memiliki perhatian khusus kepada orang-orang/ anak-anak tertentu. Ia membutuhkan situasi psikologi dan sugesti yang kondusif bagi internalisasi nilai.29

Untuk menerapkan pemanfaatan terapi rasional-emotif melalui training super student terdapat 2 tahapan proses yang harus dilakukan, dari 2 tahapan tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa. Tahapan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Membangun Impian

Membangun impian dapat diartikan membangun visi misi dalam hidup maupun tujuan hidup. Pada tahap pertama ini, proses yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Aku anak elang

Memberikan cerita tentang kisah anak elang dan ayam. b) Siap Menerima Tantangan

Simulasi permainan kertas yang diberi intruksi, dan satu kertas tanpa intruksi (kosong).

c) Impian dan Cita-cita

28

Proposal Super Student Master Bakti BKI untuk Negeri tahun 2015, hal. 2

29

Achmad Mubarok, Panduan Akhlak Membangun Manusia & Bangsa Berkarakter,

(29)

20

Memberikan cerita tentang kisah tokoh besar yaitu Lee Kuan Yew, yang membuat kota Singapore menjadi bagus seperti sekarang. Kemudian memberikan materi tentang impian dan cita-cita.

d) Menulis Impian

Memberikan intruksi untuk menumpahkan impian atau cita-cita yang selama ini sudah terbesit dalam otak siswa dengan bentuk tulisan dalam kertas yang sudah tersedia. e) Video tentang menulis Impian yang lebih efektif

Peserta diajak melihat video inspirasi dan pemaknaan dari video tersebut.

f) Berbagi impian menuai doa

Memberikan intruksi kepada peserta untuk membacakan impian yang sudah ditulisnya ke depan, kemudian peserta yang lain mengamini dari setiap impian yang dibacakan peserta di depan.

g) Bersama menyanyikan lagu Group Band Gigi yang berjudul “Sang Pemimpi”

Semua peserta dan pemateri bersama-sama menyanyikan lagu sang pemimpi.

2) Tangga Sukses Super Student

(30)

21

dalam pikirannya. Pada tahap kedua ini, proses yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Positif Thinking (berpikir positif terhadap segala sesuatu) b) Good habits (kebiasaan yang baik, seperti “setiap hari

membaca buku min. 1 halaman”)

c) Be Your Self (menjadi diri sendiri, risaukan omongan dari orang lain yang dapat mengendurkan semangat)

d) Never Give Up (jangan mudah menyerah dalam melakukan sesuatu yang belum dapat dicapai).

Training super student dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk pelatihan yang didalamnya terkonsepkan suatu motivasi untuk memberikan semangat kepada siswa dalam hal belajar maupun dalam hal lainnya, yang pada intinya untuk mencapai suatu impian yakni impian sukses melewati ujian niha’i yang sudah digambarkan dalam pikiran siswa, supaya

(31)

22

c. Percaya Diri (Self Confidence)

Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang sangat berharga pada diri seseorang dalam kehidupan bermasyarakat, tanpa adanya kepercayaan diri akan menimbulkan banyak masalah pada diri seseorang. Hal tersebut dikarenakan dengan kepercayaan diri, seseorang mampu untuk mengaktualisasikan segala pontensinya. Kepercayaan diri merupakan sesuatu yang urgen untuk dimiliki setiap individu. Kepercayaan diri diperlukan baik oleh seorang anak maupun orang tua, secara individual maupun kelompok.30

Kepercayaan diri menurut Zakiah Darajat adalah percaya kepada diri sendiri yang ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang dilalui sejak kecil. Orang yang percaya pada diri sendiri dapat mengatasi segala faktor-faktor dan situasi, bahkan mungkin frustasi ringan tidak akan terasa sama sekali. Tapi sebaliknya orang yang kurang percaya diri akan sangat peka terhadap bermacam-macam situasi yang menekan.31

Inge mendefinisikan rasa percaya diri (self confidence) adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki untuk menampilkan suatu perilaku tertentu atau untuk mencapai target tertentu. Dengan kata lain, kepercayaan diri adalah bagaimana

30

Nur Ghufron, dan Rini Risnawita, Teori-teori Psikologi..., hal. 33

31

(32)

23

merasakan tentang diri sendiri, dan perilaku akan merefleksikan tanpa disadari.32

Percaya diri (self confidence) adalah suatu kepercayaan akan kemampuan terbaik diri sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, sehingga dapat memanfaatkan kemampuannya dalam mengatasi suatu masalah dengan situasi yang terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain. Pada dasarnya kepercayaan diri tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan dibentuk oleh kepribadian seseorang dan dari faktor-faktor pengalaman yang didapat sewaktu kecil dalam hidupnya.

Oleh karena itu, percaya diri (self confidence) dalam penelitian yang menggunakan training super student ini mengharapkan, siswa mempunyai dorongan belajar dengan sungguh-sungguh dari dirinya sendiri, tidak merasa takut lagi ketika menghadapi ujian, dan percaya pada potensi dirinya bahwa sesungguhnya siswa dapat melewati ujian dengan mudah dan yakin bisa mendapatkan ijazah syahadah dengan nilai yang memuaskan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah tahapan yang paling krusial. Maka proses ini harus dilakukan dengan cermat agar memperoleh hasil yang sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.33

32

(33)

24

Adapun beberapa teknik pengumpulan data yang akan peneliti gunakan selama proses penelitian adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah serangkaian pengumpulan data yang dilakukan secara langsung terhadap obyek penelitian melalui panca indra; mata, telinga, dan panca indra lainnya.34

Pada proses ini, peneliti mengamati secara langsung fakta obyek penelitian pada siswa kelas XII atau 3 aliyah di MA Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro, yakni dengan banyaknya siswa yang berbicara bahwa siswa yang duduk di kelas bawah akan susah untuk mendapat Ijazah Syahadah, dan melihat keadaan siswa yang resah jika mendengar kata ujian niha’i akan dilaksanakan.

b. Interview (Wawancara)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan dari interviewer.35 Teknik ini dilakukan untuk memperkuat hasil yang telah didapatkan dari observasi maupun dengan penyebaran angket yang telah dilakukan peneliti dan memperoleh hasilnya.

33

Sugioyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011 ), hal. 224

34

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2005), hal. 133

35

(34)

25

c. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada peserta untuk dijawab.36 Peneliti menggunakan angket tertutup guna mengetahui berapa besar rasa percaya diri siswa saat akan menghadapi ujian niha’i di MA Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro.

d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan, menyangkut persoalan pribadi, memerlukan interpretasi yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut.37 Teknik ini dilakukan sebagai bukti proses penelitian tersebut dan juga sebagai bukti otentik visual saat peneliti melakukan training super student untuk meningkatkan rasa percaya diri (self confidence) siswa dalam menghadapi ujian niha’i di MA Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian. Sebab dari hasil itu dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah diajukan peneliti. Seperti yang telah dijelaskan di atas, peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa angket (kuesioner). Setelah data terkumpul, lalu data diukur dan

36

Sugioyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D..., hal. 142

37

(35)

26

dimasukkan dalam formulasi analisis uji Paired Samples T-Test. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh dan membandingkan antara variabel bebas dan variabel terikat. Sehingga dapat menjawab rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas.

Keterangan:

: Rata-rata sampel 1 : Rata-rata sampel 2

: Simpangan baku sampel 1 : Simpangan baku sampel 2 : Varian 1

: Varian 2

r : Korelasi antar dua variabel

F. Sistematika Pembahasan

(36)

27

Sistematika pembahasan penelitian Efektivitas Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dengan Training Super Student untuk

Meningkatkan Rasa Percaya Diri (Self Confidence) Siswa dalam Menghadapi Ujian Niha’i di MA Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro, adalah sebagai berikut:

Bab pertama, pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang mengapa melakukan penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, kerangka teori-hipotesis, metode penelitian, meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, populasi, sampel, dan teknik sampling, variabel dan indikator penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. Dalam bab ini juga menjelaskan tentang sistematika pembahasan, seperti yang anda baca sekarang.

Bab kedua, tinjauan pustaka. Bab ini berisi tentang kerangka teoritik, yaitu rational emotive behavior therapy (REBT), (meliputi: pengertian rational emotive behavior therapy, tujuan rational emotive behavior therapy, teknik konseling rational emotive behavior therapy,

(37)

28

Bab ketiga, penyajian data. Bab ini berisi tentang deskripsi umum objek penelitian, deskripsi pelaksanaan pelatihan, deskripsi hasil penelitian, dan bagian akhir dari bab ini adalah pengujian hipotesis.

Bab keempat, analisis data. Bab ini berisi tentang penjelasan tiga analisis data; pertama adalah menganalisa data rational emotive behavior therapy (REBT) dengan training super student untuk meningkatkan rasa percaya diri (self confidence) siswa dalam menghadapi ujian niha’i menggunakan pengujian hipotesis, kedua adalah menganalisa data tingkat signifikansi rasa percaya diri siswa dalam menghadapi ujian niha’i sebelum dan sesudah training, dan ketiga adalah menganalisa data tingkat keefektifan rational emotive behavior therapy (REBT) dengan training super student untuk meningkatkan rasa percaya diri (self confidence) siswa

dalam menghadapi ujian niha’i di MA Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro.

(38)

29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)

a. Pengertian Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)

Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku, dan pikiran. Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy dikembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa tahapan. Pandangan dasar pendekatan ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berfikir irasional yang salah satunya didapat melalui belajar sosial.38 Pendekatan ini merupakan pengembangan dari behavioral. Pada proses konselingnya, REBT berfokus pada tingkah laku. Akan tetapi REBT menekankan bahwa tingkah laku yang bermasalah diakibatkan oleh pemikiran irasional, sehingga fokus penanganan pada pendekatan REBT adalah pemikiran individu. REBT adalah pendekatan yang bersifat direktif, yaitu pendekatan yang membelajarkan kembali konseli untuk memahami input kognitif yang menyebabkan gangguan emosional, mencoba mengubah pemikiran konseli agar

38

(39)

30

membiarkan pemikiran irasionalnya atau belajar megantisipasi manfaat atau konsekuensi dari tingkah laku.39

Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berfikir rasional dan irasional. Ketika berfikir dan bertingkah laku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berfikir dan bertinglahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang didasari maupun tidak didasari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara berfikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berfikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional.40

b. Tujuan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)

Tujuan konseling menurut Ellis pada dasarnya membentuk pribadi yang rasional, dengan jalan mengganti cara berfikir yang irasional. Cara berfikir manusia yang irasional itulah yang menyebabkan individu mengalami gangguan emosional dan karena itu cara berfikirnya atau iB harus diubah menjadi yang lebih tepat yaitu cara berfikir yang rasional (rB).

39

Gantina Komalasari, Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta: PT Indeks, 2011), hal. 201- 202

40

(40)

31

Ellis mengemukakan secara tegas bahwa pengertian tersebut mencangkup meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri (self defeating) dan mencapai kehidupan yang lebih realistik,

falsafah hidup yang toleran, termasuk di dalamnya dapat mencapai keadaan yang dapat mengarahkan diri, menghargai diri, fleksibel, berfikir secara ilmiah, dan menerima diri.

Tujuan psikoterapis yang lebih baik adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri mereka telah dan masih menjadisumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka.41

Secara umum, REBT mendukung konseli untuk menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Ellis Bernard mendiskripsikan beberapa sub tujuan yang sesuai dengan nilai dasar pendekatan REBT. Sub tujuan ini dapat menjadikan individu mencapai nilai untuk hidup (to survive) dan untuk menikmati hidup (to enjoy). Tujuan tersebut adalah:

1) Memiliki minat diri (self interest) 2) Memiliki minat social (social interest) 3) Memiliki pengarahan diri (self direction) 4) Toleransi

5) Fleksibel

6) Memiliki penerimaan

41

(41)

32

7) Dapat menerima ketidakpastian 8) Dapat menerima diri sendiri 9) Dapat mengambil resiko

10)Memiliki harapan yang realistis

11)Memiliki toleransi terhadap frustasi yang tinggi 12)Memiliki tanggung jawab pribadi.42

Untuk mencapai tujuan-tujuan konseling itu maka perlu pemahaman klien tentang system keyakinan atau cara berpikirnya sendiri. Ada tiga tingkatan insight yang perlu dicapai dalam REBT yaitu:

1) Pemahaman (insight) dicapai ketika klien memahami tentang perilaku penolakan diri yang dihubungkan pada penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima (antecedent event) yang lalu dan saat ini.

2) Pemahaman terjadi ketika konselor atau terapis membantu klien untuk memahami bahwa apa yang mengganggu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang irasional terus dipelajari dan yang diperoleh sebelumnya.

3) pemahaman dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hambatan emosional kecuali dengan mendeteksi

42

(42)

33

dan “melawan” keyakinan yang irasional (iB) untuk mebangun

self interest, self direction, tolerance, acceptance of

uncertainty, fleksibel, commitment, scientific thingking, risk

taking, dan self acceptance Klien.43

c. Teknik-teknik Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT)

Teknik konseling dengan pendekatan REBT dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu teknik kognitif, teknik emotif, teknik behavioral atau tingkah laku. Teknik-teknik REBT sebagai berikut:

1) Teknik-teknik Kognitif

Adalah teknik yang digunakan untuk merubah cara berfikir konseli. Antaranya ialah:

a)Dispute Cognitive (cognitive disputation)

Adalah usaha untuk merubah keyakinan irasional konseli melalui philosophical persuation, didactic presentasion, Socratic dialogue, vicarious experiences,

dan berbagai ekspresi verbal lainnya. Teknik untuk melakukan cognitive disputation adalah dengan bertanya.

(1) Pertanyaan untuk melakukan dispute logis:

Apakah itu logis? Apakah benar saya begitu? Mengapa tidak? Mengaa harus begitu? mengapa itu adalah kata yang tidak benar? Apakah itu bukti yang

43

(43)

34

kuat? Mengapa kamu harus begitu? sekarang kita lihat kembali. Kamu melakukan hal yang buruk. Sekarang mengapa kamu harus tidak melakukan itu?.

(2) Pertanyaan untuk reality testing

Apa buktinya? Apa yang akan terjadi kalau…? Mari

kita bicara kenyataannya. Apa yang dapat diartikan dari cerita kamu tadi? Bagaimana kejadian itu bisa menjadi sangat menyakitkan.

(3) Pertanyaan untuk pragmatic disputation

Selama kamu meyakini hal tersebut akan bagaimana perasaan kamu? Apakah ini berharga untuk dipertahankan? Apa yang akan terjadi bila kamu berpikir demikian?44

b)Analisis Rasional (rational analysis)

Teknik untuk mengajarkan konseli bagaimana membuka dan mendebat keyakinan irasional.45

c)Dispute Standart ganda (double-standard dispute)

Mengajarkan konseli melihat dirinya memiliki standar ganda tentang diri, orang lain dan lingkungan sekitar.46

44

Walen, R.S., DiGiusseppe dan Dryden, W., A Practitioner`s Guide to Rational-Emotive Therapy. ( New York:Oxford University Press, 1992), hal. 156

45

Froggatt, W., A Brief Introdaction To Rational Emotive Behavior Therapy (New Zealand,2005), hal. 6

46

(44)

35

d)Skala Katastropi (catastrophe scale)

Membuat proporsi tentang peristiwa-peristiwa yang menyakitkan. Misalnya dari 100% buatlah prosentase peristiwa yang menyakitkan, urutkan dari yang paling tinggi prosentasenya sampai yang paling rendah.

e)Devil’s advocate atau rational role reversa

Yaitu meminta konseli untuk memainkan peran yang memiliki keyakinan rasional sementara konselor memainkan perasn menjadi konseli yang irasional. Konseli melawan keyakinan irasional konselor dengan keyakinan rasional yang diverbalisasikan.

f) Membuat frame ulang (reframing)

Mengevaluasi kembali hal-hal yang mengecewakan dan tidak menyenangkan dengan mengubah frame berpikir kembali.

2) Teknik Emotif

Teknik-teknik emotif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Antaranya adalah:

a)Teknik Sosiodrama

(45)

36

mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan atau melalui geraka dramatis.

b)Teknik Self Modelling

Digunakan dengan meminta klien berjanji dengan konselor untuk menghilangkan perasaan yang menimpanya. Dia diminta taat setia pada janjinya.

c)Teknik Assertive Training

Digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien dengan pola perilaku tertentu yang diinginkannya.

3) Teknik-teknik Behavioral

Adalah tehnik yang berupaya modifikasi perilaku negatif klien, dengan mengubah akar-akar keyakinanya yang tidak rasional dan tidak logis. Ataranya adalah:

a)Dispute Tingkah Laku (behavioral disputation)

Yaitu memberi kesempatan kepada konseli untuk mengalami kejadian yang menyebabkannya berpikir irasional dan melawan keyakinannya tersebut.

b)Bermain peran (role playing)

Dengan bantuan konselor, konseli melakukan role play tingkah laku baru yang sesuai dengan keyakinan yang

(46)

37

c)Peran rasional terbalik (rational role reversal)

Yaitu meminta konseli untuk memainkan peran yang memiliki keyakinan rasional sementara konselor memainkan peran menjadi konseli yang irasional. Konseli melawan keyakinan irasional konselor dengan keyakinan rasional yang diverbalisasikan.

d)Pengalaman langsung (exposure)

Konseli secara sengaja memasuki situasi yang menakutkan. Proses ini dilakukan melalui perencanaan dan penerapan kerampilan mengatasi masalah (coping skills) yang telah dipelajari sebelumnya.

e)Menyerang rasa malu (shame attacking)

Melakukan konfrontasi terhadap ketakutan untuk malu dengan secara sengaja bertingkah laku memalukan dan mengundang ketidaksetujuan lingkungan sekitar. Dalam hal ini konseli diajarkan mengelola dan mengantisipasi perasaan malunya.

f) Pekerjaan rumah (homework assignments)

(47)

38

assignments yaitu membaca, mendengarkan, menulis,

mengimajinasikan, berfikir, relaksasi, dan distraction, serta aktivitas.47

d. Ciri-ciri Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)

Ciri-ciri tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Dalam menelusuri masalah klien, konselor berperan lebih aktif dibandingkan klien. Maksudnya adalah bahwasanya peran konselor disini harus bersikap efektif dan memiliki kapasitas untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien dan bersungguh-sungguh dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Artinya konselor harus melibatkan diri dan berusaha menolong kliennya supaya dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

2) Dalam proses hubungan konseling harus tetap diciptakan dan dipelihara hubungan baik dengan klien. Dengan sikap yang ramah dan hangat dari konselor akan mempunyai pengaruh yang penting demi suksesnya proses konseling sehingga dengan terciptanya proses yang akrab dan rasa nyaman ketika berhadapan dengan klien.

3) Terciptanya dan terpeliharanya hubungan baik ini dipergunakan oleh konselor untuk membantu klien mengubah cara berfikirnya yang tidak rasional menjadi rasional.

47

(48)

39

4) Dalam proses hubungan konseling, konselor tidak banyak menelusuri masa lampau klien.

5) Diagnosis (rumusan masalah) yang dilakukan dalam konseling rasional emotif bertujuan untuk membuka ketidak logisan cara berfikir klien. Dengan melihat permasalahan yang dihadapi klien dan faktor penyebabnya, yakni menyangkut cara berfikir yang tidak logis itu sebenarnya menjadi penyebab gangguan emosionalnya.48

e. Langkah-langkah Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)

George dan Cristiani mengemukakan tahap-tahap atau langkah-langkah konseling REBT adalah sebagai berikut:

Tahap pertama proses untuk menunjukkan kepada klien bahwa dirinya tidak logis, membantu mereka mengalami bagaimana dan mengapa menjadi demikian, dan menunjukkan hubungan gangguan yang irasional itu dengan ketidakbahagiaan dan gangguan emosional yang dialami.

Tahap kedua, membantu klien menyakini bahwa berfikir dapat ditantang dan diubah. Kesediaan klien untuk dieksplorasi secara logis terhadap gagasan yang dialami oleh klien dan konselor mengerahkan kepada klien untuk melakukan disputing terhadap keyakinan klien yang irasional.

48

(49)

40

Tahap ketiga, membantu klien lebih”mendebatkan” (disputing) gangguan yang tidak tepat atau irasional yang dipertahankan selama ini menuju cara berfikir yang lebih rasional dengan cara reinduktrinasi yang rasional termasuk bersikap secara rasional.49

2. Training super student Super Student

Kaitannya disini super student adalah subuah nama kegiatan yang dinamakan training. Training dalam bahasa indonesia artinya pelatihan. Secara istilah pelatihan adalah proses pengembangan kualitas sumber daya manusia untuk lebih produktif sehingga menunjang pencapaian tujuan organisasi.50

Sebelum melakukan pelaksanaan pelatihan maka akan dibuat sebuah perencaan tepat, berikut ini tahapannya yaitu:

a.Penentuan Kebutuhan Pelatihan

Langkah pertama dalam proses pelatihan adalah penentuan kebutuhan pelatihan, meliputi bidang informasi atau bidang ketrampilan dari individu atau kelompok yang perlu di kembangkan lebih lanjut untuk meningkatkan produktivitas.51

Dalam tahap ini, sesuai dengan judul skripsi yang dibahas yaitu mengenai pemanfaatan REBT melalui training super student untuk meningkatkan self confidence siswa dalam

menghadapi ujian niha’i. Training super student ini diberikan

49

Latipun, Psikologi Konseling..., hal. 80

50

Eddy Soeryanto Soegoto, Entrpreneurship: menjadi Pebisnis Ulung, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2009), hal. 221

51

(50)

41

kiat-kiat untuk mencetak siswa menjadi siswa yang super (sukses) yang mempunyai impian sukses ujian niha’i dengan usaha sendiri, sehingga dapat meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki dalam mengahadapi ujian niha’i serta kesadaran diri pada siswa akan tumbuh dalam posisinya sebagai pelajar, yang nantinya setelah diberikan training super student tersebut, siswa mampu menerapkannya.

b.Perencanaan Program Pelatihan

Perencanaan program pelatihan berarti penggabungan beberapa kondisi riil dan aktivitas yang akan dipenuhi oleh kebutuhan pelatihan tersebut. Jelasnya, ketika kebutuhan pelatihan berubah, kondisi dan aktivitas yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan tersebut akan berubah.52

Program yang akan disampaikan pada Training Super Student adalah tentang Membangun Impian dan Tangga Sukses.

1) Membangun Impian Super Student

Tanpa visi misi, karya pastoral akan menjadi seperti sebuah perahu yang berlayar tanpa kompas. Mengingat begitu pentinganya visi misi tersebut, maka dalam pelatihan ini semua diarahkan untuk menyadari dan selalu belajar untuk merumuskannya selama proses yang diselenggarakan. Visi

52

(51)

42

misi harus bersifat pastoral, konsteksual dan berbasis dan fakta lokasi, berorientasi pada pengembangan dan pendalaman iman, strategi dan missioner.53

Untuk membentuk visi-misi (membangun impian), maka proses yang akan dilalui adalah sebagai berikut:

a) Kita Bagaikan Anak Elang

Bercerita tentang kisah anak elang, yang mencoba mengepakkan sayapnya, meniru apa yang dilihatnya, karena elang berfikir bahwa dirinya sama seperti dia (burung elang yang terbang di langit), elang berfikir bahwa jika ia bisa terbang, maka ia dapat mengelilingi seluruh Indonesia dengan mudah.54

Setiap individu mungkin akan sulit untuk menggapai cita-cita jika kia tidak punya semangat untuk mengubah diri. Karena cita-cita adalah sebuah misteri masa depan yang jelas untuk berbeda dengan keadaan saat ini. Cita-cita adalah sebuah harapan perubahan besar yang kita inginkan. Perubahan besar tidak akan pernah terjadi jika dari kita tidak mau berubah. Berubalah saat ini juga, jangan pernah menunda-nunda semangat perubahan yang muncul dalam diri. Saatnya sekarang

53

Menuju Profesionalisme: Kumpulan Refleksi Para Peserta Bulan Pastoral,

(Yogyakarta: Pusat Pastoral, 2010), hal. 120

54

(52)

43

untuk berubah dan selalu menciptakan waktu dan kesempatan “inilah saatnya”55

b) Impian dan Cita-cita

Bercerita tentang mimpi Lee Kwan Yew tentang Singapura. Dahulu kota Singapura tidak sebagus sekarang, saat pimpinan Lee Kwan Yew, dia banyak memfoto taman, jalan, gedung, cara dan sikap hidup orang Eropa, kemudian dishare keseluruh penduduk Singapura untuk bermimpi bersama mempunyai kota seperti yang di foto-foto oleh Lee Kwan Yew.

Apabila seseorang menginginkan kesuksesan, maka terdapat beberapa hal yang disiapkan. salah satunya adalah harus memiliki visi dalam hidup yang jelas, karena visi akan mendorong seseorang untuk menggapai impiannya.

Visi berasal dari kata dasar vision yaitu gambaran, impian bayangan masa depan. Visi penentu arah perjalanan hidup impian memnentukan terhadap apa yang akan dicapai, tujuan atau pencapaian dari aktivitas yang dilakukan. Visi memberikan arahan tentang bagaiman cara seseorang menggapai tujuan yang telah ditetapkannya. Penetapan visi yang jelas akan

55

(53)

44

mendorong seseorang melakukan aktivitas yang terbaik untuk mewujudkan impian masa depan.56

Penetapan Tujuan akan mengarahkan dengan jelas langkah yang akan dilalui untuk mencapai sebuah gambaran akhir dari perjalanan. Orang menikah hanya satu hari tetapi dalam mempersiapkannya membutuhkn waktu yang panjang, berbulan bulan. Mulai psikologi, materi, pikiran dll. Begitu pula dengan hidup, hidup itu memerlukan rancangan, rencana, persiapan sehingga kita dapat melangkah dengan pasti dengan arah tujuan yang jelas. Dalam perjalanan pasti menemukan kegagalan, namun kegagalan jangan kita buat alasan berhenti untuk maju. Gagal itu biasa, bangkit itu luar biasa.

Menulis impian adalah kunci untuk meraih impian. Karena, jika impian hanya dipikirkan dan digambarkan dalam angan-angan akan mudah lupa. Maka sebaiknya, jika mempunyai keinginan atau impian akan lebih efektif jika ditulis dalam kertas dan ditempel di dinding kamar, dengan begitu akan mudah ingat dan adanya tindakan untuk mewujudkan impian-impian tersebut.

56

(54)

45

c) Melihat Video

Pada sesi ini peserta diajak untuk meilihat video motivasi diri tentang target. Isi dari video ini adalah tentang 100 target. Jadi dalam perjalanan seseorang menuliskan 100 target atau impian, mulai dari impian jangka panjang dan jangka pendek. Pada 100 targetnya, dia mengawali perjalanannya dari kuliah di IPB sampai menjadi mahasiswa berprestasi. Kemudian dilanjutkan perjalnannya menyusuri dunia ke negara jepang. Tujuan dari melihat video tersebut agar menginspirasi seseorang untuk berani menuliskan semua impiannya dan bertindak untuk mewujudkanya.

d) Berbagi Impian, Menuai Do’a dan Harapan

(55)

46

dikatakan bahwa citra diri positif yang kuat adalah persiapan sukses terbaik dalam kehidupan seseorang.

Dengan membangun citra diri yang kuat, berhenti mengeluh dan mengeluarkan kata-kata yang negatif apalagi menggerutu. Berhenti pula menjadi “kompor”

yang mengumbar kelemahan dari kepada orang lain. Saatnya untuk berubah dengan memilih untuk senantiasa optimis, serta meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan. Ketika kita memilih jalan baik, maka atas kehendak dang pencipta niscaya masa depan yang lebih baik akan di peroleh.57

e) Bernyanyi Lagu “Laskar Pelangi”

Berikut lirik lagu dari “Laskar Pelangi”:

Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia Berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya Laskar pelangi takkan terikat waktu

Bebaskan mimpimu di angkasa warnai bintang di jiwa

Reff:

Menarilah dan terus tertawa walau dunia tak seindah surga

Bersyukurlah pada yang kuasa cinta kita di dunia Selamanya...

Cinta kepada hidup memberika senyuman abadi Walau hidup kadang tak adil tapi cinta lengkapi kita Laskar pelangi takkan terikat waktu

Jangan berhenti mewarnai jutaan mimpi di bumi

57

(56)

47

2) Tangga Sukses Super Student

Pada tahap ini adalah sebagai suatu langkah untuk mewujudkan apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa maka langkah-langkah untuk mewujudkannya sebagai berikut:

a) Positive Thinking

Materi yang akan menggambarkan positive thinking adalah sebagai berikut:

(1) Berfikir positif pada orang, lingkungan dan keadaan (2) Berfikir positif, menuntun kita bertindak positif

menuju impian

(3) Bebaskan diri dari berbagai belenggu

(4) Jika yakin mampu, maka kita akan mampu, dan (5) Jika kita tidak yakin mampu, maka kita tidak akan

mampu

Untuk menumbuhkan positive thinking pada diri siswa, terdapat beberapa tahap yang dilakukan sebagai berikut:

(a) Mengikrarkan Impian

(57)

48

negatif, supaya dapat mengantarkan kita dalam menggapai cita-cita.58

(b)Siapa Idola Anda?

Seseorang yang meningkatkan menjadi remaja, tokoh identifikasinya berubah kepada tokoh-tokoh selebritis terkenal, mungkin artis, tokoh agama, ulama, guru, motivator olahragawan atau tokoh apa saja yang melambangkan kehebtan dan keterkenalan. Mereka suka memasang poster tokoh yang menjadi idolanya dikamar tidur, meniru gaya rambut, mode pakainnya. Pada umunya dalam usia remaja mereka mengambil tokoh idola tanpa memhami substansi kehebatan tokoh idolanya.59

b) Good Habits

Materi good habits yang akan disampaikan pelatihan nanti adalah sebagai berikut:

(1) Kebiasaan baik akan membentuk karakter yang baik pula

(2) Orang-orang sukses pasti memiliki good habits (3) Sukses hari ini adalah hasil habit 5 tahun lalu (4) Hari esok ditentukan oleh habit hari ini.

58

Mohamad Thohir, Training of Trainer Super Student BBN (Bakti BKI untuk Negri), Tanggal 18-20 Nopember 2016 di Nur Arofah Training Center Pacet

59

(58)

49

c) Be Your Self

Materi be your self yang disampaikan pelatihan nanti sebagai berikut:

(1) Tak seorangpun sama (2) Tiap orang spesial dan unik

(3) Setiap kita adalah ciptaan yang terbaik (4) Tercipta satu kali untuk selamanya

(5) Tidak terpengaruh kebiasaan buruk teman.

d) Never Give-Up

Materi never give-up yang disampaikan pelatihan nanti sebagai berikut:

(1) Tekun, berusaha sekuat tenaga

(2) Tidak putus asa, tidak bosan, selalu bangkit

(3) Setiap kesuksesan memerlukan tempaan kehidupan (4) Bergerak, mencoba dan terus bangkit.60

3) Melihat Video tentang kasih sayang orang tua dan

perlakuan kebiasaan seorang anak yang baik

Renungan berasal dari kata renung, artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan dalam hasil merenung.61

60

Moh. Thohir, Training of Trainer Super Student BBN (Bakti BKI untuk Negri), Tanggal 18-20 Nopember 2016 di Nur Arofah Training Center Pacet

61

(59)

50

c. Teknik

Teknik ruang kelas untuk mengembangkan keterampilan, termasuk berbagai tipe permainan manajemen dan aktivitas permainan peranan. Format paling umum bagi permainan training super student ini membutuhkan kelompok kecil siswa latihan

untuk membuat dan kemudian mengevaluasi keputusan.62

Jadi dengan kegiatan pelatihan yang sudah terencana tersebut di harapkan dapat berpengaruh untuk meningkatkan percaya diri siswa dalam menghadapi ujian nihai’i di MA Islamiyah Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro.

3. Percaya Diri (Self Confidence)

a.Pengertian Percaya Diri

Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang sangat berharga pada diri seseorang dalam kehidupan bermsyarakat, tanpa adanya kepercayaan diri akan menimbulkan banyak masalah pada diri seseorang. Hal tersebut dikarenakan dengan kepercayaan diri, seseorang mampu untuk mengaktualisasikan

Gambar

  Tabel 3.1 Fasilitas Madrasah
Gambar segitiga menjelaskan bahwa orangnya mempunyai landasan hidup
Tabel 3.2
Keterangan Tabel 3.4 Blue Print Skala Rasa Percaya Diri Siswa dalam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam implementasi Restorative Justice pada penegakan hukum tindak pidana pencabulan oleh anak di Direktorat Reserse

Hemat penulis, adanya obral iklan TKI di negeri Jiran sebenarnya merupakan sesuatu yang menggugah nurani para pemimpin negeri ini, apakah pemerintah Indonesia

Maknanya adalah keimanan yang pasti teguh dengan Rububiyyah Allah Ta'ala, Uluhiyyah-Nya, para Rasul-Nya, hari Kiamat, takdir baik maupun buruk, semua yang

Pada kelompok III ini mesoderma terbentuk dari endoderma maupun ektoderma, Pada kelompok III ini mesoderma terbentuk dari endoderma maupun ektoderma, hanya saja

dkk., (2015) yang menyatakan bahwa perbedaan jumlah dan ukuran ikan dalam populasi di Perairan dalam suatu populasi dapat disebabkan oleh pola pertumbuhan, migrasi

Tahapan-tahapan segmentasi sesuai hasil analisis masalah dan usulan solusi sebagai berikut: melakukan proses-proses mathematical morphology operasi Erosion untuk

Cyber sex didefinisikan sebagai penggunaan internet untuk terlibat dalam aktivitas kesenangan seksual, seperti: melihat gambar-gambar erotis, berpartisipasi dalam chatting

Pembahasan pada dasarnya akan memberikan kesimpulan tentang bab – bab yang sebelumnya telah dibahas meliputi isi dari uraian – uraian maupun hasil dari penelitian di Bank BRI