ANALISIS YURIDIS
TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA GRESIK
NO. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs
TENTANG
CERAI TALAK KARENA ADANYA PRIA IDAMAN LAIN (PIL)
SKRIPSI
Oleh Abdul Malik NIM. C01211003
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah dan hukum Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga Islam Surabaya
ANALISIS YURIDIS
TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA GRESIK
NO. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs
TENTANG
CERAI TALAK KARENA ADANYA PRIA IDAMAN LAIN (PIL)
SKRIPSI Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Syari’ah dan Hukum
Oleh Abdul Malik NIM. C01211003
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah dan hukum Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga Islam Surabaya
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Putusan Pengadilan Agama Gresik No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs Tentang Cerai Talak Karena Adanya Pria Idaman Lain (PIL)”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dua pertanyaan yaitu, 1. Apa dasar dan pertimbangan hukum atas putusan Pengadilan Agama Gresik No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs tentang cerai talak karena adanya pria idaman lain? Dan 2. Bagaimana analisis yuridis terhadap dasar dan pertimbangan hukum Pengadilan Agama Gresik dalam putusan perkara No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs tentang cerai talak karena adanya pria idaman lain serta?. Data penelitian dihimpun dengan menggunakan teknik studi dokumenter yaitu mengumpulkan data dan informasi dari putusan, buku sekunder, artikel dan Undang-Undang dan sebagai pengayaan data dilakukan tehnik wawancara.
Selanjutnya data yang telah dihimpun dianalisis menggunakan metode deduktif analisis yaitu menilai putusan di Pengadilan Agama Gresik yang berkaitan dengan cerai talak karena adanya pria idaman lain (PIL) untuk memperoleh kesimpulan.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa pertama, dasar pertimbangan hukum
hakim terhadap putusan perkara Pengadilan Agama Gresik No.
0181/Pdt.G/2013/PA.Gs tentang cerai talak karena adanya pria idaman lain adalah dalam memutus perkara tersebut hakim melihat bukan karena pria idaman lain, melainkan melihat dari percekcokan antara Pemohon dan termohon tersebut. Hal ini sesuai dengan Pasal19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, jo Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam. Selama persidangan, Termohon tidak pernah hadir dalam persidangan walaupun telah berkali-kali dipanggil secara patut. Sehingga hakim memutus perkara verstek sesuai dengan pasal125 ayat (1) HIR. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah ada selama dalam persidangan, dari keterangan pemohon dan dari keterangan saksi-saksi yang dipandang telah memenuhi alasan dapat terjadinya perceraian sebagaimana ditentukan dalam Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975, jo Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, maka majelis hakim mengambil ketentuan Pasal 39 ayat 2 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 jo. Pasal 70 ayat 1 Undang-undang No. 7 Tahun 1989.
DAFTAR ISI
COVER DALAM………..
PERNYATAAN KEASLIAN………...
PERSETUJUAN PEMBIMBING……….
PENGESAHAN………
ABSTRAK………
KATA PENGANTAR………..
DAFTAR ISI……….
DAFTAR TRANSLITERASI………...
BAB I PENDAHULUAN ………
A. Latar Belakang Masalah……….
B. Identifikasi dan Batasan Masalah………...
C. Rumusan Masalah………...
D. Kajian Pustaka………....
E. Tujuan Penelitian………
F. Kegunaan Hasil Penelitian………..
G. Definisi Operasional………
H. Metode Penelitian………...
I. Sistematika Pembahasan……….
BAB II PERCERAIAN MENURUT HUKUM POSITIF DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) ………....
A. Perceraian Menurut Hukum Positif………
1. Pengertian dan dasar Peceraian………...
2. Macam-macam dan Alasan Perceraian……….
3. Akibat Perceraian………...
B. Perceraian Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI)………..
1. Pengertian dan Dasar Perceraian………..
2. Macam-macam dan Alasan Perceraian……….
3. Akibat Perceraian………..
C. Hikmah Perceraian dalam Hukum Positif dan Kompilasi
Hukum Islam (KHI)………
BAB III CERAI TALAK DALAM PUTUSAN NO.
0181/Pdt.G/2013/PA.Gs DI PENGADILAN AGAMA
GRESIK………
A. Selayang Pandang Pengadilan Agama Gresik..………..
B. Kronologi Perkawinan Antara Pemohon dan Termohon……
C. Kronologi perselingkuhan Termohon……….
D. Pertimbangan Hukum Dalam Putusan No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs………..
20 20 20 22 24 25 25 29 37
40
42 42 49 50
BAB IV CERAI TALAK DALAM PERSPEKTIF YURIDIS DALAM PUTUSAN PERKARA NO. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs ... A. Dasar dan Pertimbangan Hukum dalam Putusan Perkara
No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs……….………..
B. Dasar dan Pertimbangan Hukum dalam Perspektif
Yuridis……….
BAB V PENUTUP ………...
A. Kesimpulan ……….
B. Saran ………...
DAFTAR PUSTAKA ………..
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………...
1. Biodata Penulis
2. Kartu Konsultasi Skripsi 3. Surat Izin Riset
4. Surat Tugas
5. Surat Pernyataan Wawancara 6. Hasil Wawancara Dengan Hakim
7. Putusan Pengadilan Agama Gresik No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs
58
58
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinanmerupakan ikatan suci dari dua insan yang saling mencintai
dan mengharapkan kebahagiaan yang kekal dalam menjalani kehidupan
rumah tangganya. Namun, dalam menjalankannya sangatlah tidak mudah,
karena dalam membangun rumah tangga akan banyak ujian dan cobaan yang
menghalangi terwujudnya keluarga yang kekal dan bahagia.
Perkawinan atau pernikahan dalam literatur bahasa Arab disebut
dengan dua kata yaitu nika>h{dan zawa>j. kedua kata ini yang terpakai dalam
kehidupan sehari-hari orang Arab dan banyak tedapat dalam al-Quran dan
Hadis Nabi. Kata na-ka-h}abanyak terdapat dalam al-Quran dengan arti
kawin, seperti dalam surat al-Nisa’ ayat 3 yaitu:
2
miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya.” 1
Demikian pula banyak kata za-wa-ja dalam al-Quran yang berarti nikah,
seperti pada surat al-Ahzab ayat 37 yaitu :2
Artinya: “dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu Menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap Istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada
isterinya.dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi” 3
Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki
dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
1Kementerian Agama R.I., Mus}af Al-Qur’an dan Terjemahannya , (Jakarta: PT. Lentera Jaya Abadi,
2011),78.
2 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakaha>t dan Undang-undang Perkawinan,Ed. 1, Cet. Ke-2, (Jakarta: Prenada Media, 2006),.35.
3Kementerian Agama R.I., Mus{af Al-Qur’an dan Terjemahannya , (Jakarta: PT. Lentera Jaya Abadi,
3
Yang Maha Esa.4Sedangkan perkawinan menurut hukum Islam, yaitu akad
yang sangat kuat untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah.5
Berbicara tentang perkawinan, lebih menarik jika melihat definisi yang
diberikan oleh Tahir Mahmood yang mendefinisikan perkawinan sebagai
ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dan perempuan masing-masing
menjadi suami dan istri dalam sinaran Ilahi. Lebih jelas Ia mengatakan:
“Marriage is a relationship of body and soul between a man and a woman as
husband and wife for the purpose of estabilishing a happy and lasting family
founded on belief in Good Almighthy” 6
Dalam Undang-undang Hukum Perdata juga dinyatakan bahwa
Undang-undang memandang soal perkawinan hanya dalam
hubungan-hubungan perdata.7Dari sini dapat dipahami bahwa pasal tersebut menganut
sistem terbuka, meskipun kemudian didalam pelaksanaannya perumusan
mengenai perkawinan itu sendiri dicari dari doktrin atau ilmu pengetahuan.
Pengertian itu lalu dikemukakan sebagai berikut: “Perkawinan adalah sah
antara sorang laki-laki dan sorang perempuan untuk waktu yang lama”, dan
4 Undang-undang Pokok Perkawinan no. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Cet. 5, Pasal 1, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2004), 1.
5Direktorat Pembinaan Peradilan Agama R.I, Kompilasi Hukum Islam, Pasal 2, (Jakarta: Direktorat
Pembinaan Peradilan Agama, 1992),219.
6 Tahir Mahmood, Personal Law In Islamic Countries, (New Delhi: Academy Of Law An Religion,
1987), 209.
7 R. Subekti, dan R. Tjitro Sudibio. Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pasal. 6,(Jakarta: Pradnya
4
sahnya pertalian itu ditentukan oleh persyaratan-persyaratan yang tersebut
dalam peraturan hukum perdata.8
Dalam pandangan Islam, perkawinan itu bukanlah hanya urusan perdata
semata, bukan pula sekedar urusan keluarga dan masalah budaya, tetapi
masalah dan peristiwa agama, oleh karena itu perkawinan itu dilakukan
untuk memenuhi sunnah Allah dan sunnah Nabi dan dilaksanakan sesuai
dengan petunjuk Allah dan petunjuk Nabi. Disamping itu, perkawinan juga
bukan untuk mendapatkan ketenangan hidup sesaat, tetapi untuk selama
hidup.Oleh karena itu, seseorang mesti menentukan pilihan pasangan
hidupnya secara hati-hati dan dilihat dari berbagai segi.9
Suami istri harus bisa menjaga keharmonisan hubungan rumah tangga
dengan saling memberikan kasih sayang dan saling mengerti satu sama lain
untuk bisa menjaga keharmonisan rumah tangga tersebut. Apabila salah satu
diketahui menjalin hubungan dengan orang lain, maka salah satu dari mereka
harus memberikan teguran atas tingkah lakunya tersebut yang menjalin
dengan orang lain.
Islam memberikan jalan keluar ketika suami-istri yang tidak dapat lagi
meneruskan perrkawinan, dalam arti ketidak cocokan pandangan hidup dan
perselisihan rumah tangga yang tidak bias didamaikan lagi, maka diberikan
8 Ahmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, Cet.13, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Lihat
juga Bakri A. Rahman dan Ahmad Sukarja, Hukum Perkawinan Menurut Undang-undang Perkawinan dan Hukum Perdata/BW, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1981), 14.
5
jalan keluar yang dalam istilah fikih disebut dengan talak (perceraian).
Agama Islam membolehkan suami-istri bercerai, tentunya dengan
alasan-alasan tertentu walaupun perceraian tersebut dibenci Allah.
Meskipun tidak terdapat dalam al-Qur’an ayat-ayat yang menyuruh
atau melarang eksistensi perceraian itu; sedangkan untuk perkawinan
ditemukan beberapa ayat yang menyuruh melakukannya.Walaupun banyak
ayat al-Qur’an yang mengatur talak, namun isinya hanya sekedar mengatur
bila talak mesti terjadi, meskipun dalam bentuk suruhan atau larangan.10
Masalah talak menjadi hak pihak suami oleh para ulama telah
disepakati, karena khit}a>b atau pelaku kata t}alaqa dalam ayat al-Quran selalu
laki-laki, jadi pelaku hukum talak pun tentu pihak suami. Hak talak ini dapat
ini dapat digunakan untuk menjadi jalan keluar bagi kesulitan yang dihadapi
suami dalam melangsungkan situasi rukun damai alam kehidupan rumah
tangga.Rumah tangga yang dibangun melalui akad nika>h} harus dilandasi
dengan rasa cinta kasih antara dua belah pihak, sehingga apabila rasa cinta
menjadi tidak ada diantara mereka dan sulit dipulihkan, tetapi yang ada
kemudian hanya benci membenci, terbukalah pintu yang memberi hak talak
kepada suami.11
Perceraian merupakan solusi terakhir yang dapat ditempuh oleh
suami-istri dalam mengakhiri ikatan perkawinan setelah sebelumnya mengadakan
10Ibid.,200.
6
upaya perdamaian secara maksimal. Perceraian dapat dilakukan atas
kehendak suami atau permintaan istri kepada suami untuk menceraikan
dirinya yang disebut cerai talak..
Perselisihan antara suami-istri memang sering terjadi, namun dibalik
perselisihan pasti ada yang menyebabkan perselisihan itu terjadi.Masalah
termohon atau pemohon yang tidak mampu dan mencukupi kebutuhan
layaknya suami-istri.
Walaupun talak itu dibenci terjadi dalam suatu rumah tangga, namun
sebagai jalan terakhir bagi kehidupan rumah tangga dalam keadaan tertentu
boleh dilakukan.12
Dalam kasus yang ada dalam pengadilan agama Gresik yaitu
bahwasanya rumah tangga pemohon dan termohon telah terbina selama 11
tahun dan telah dikaruniani 2 anak, termohon seringkali menolak jika
pemohon mengajak hubungan badan dengan alasan capek, pemohon telah
mengetahui bahwa termohon berselingkuh dengan laki-laki lain yang
merupakan teman kerjanya, dan selalu terjadi perselisihan antara keduanya
yang diakibatkan tingkah laku dari termohonyang telah dilarang
berhubungan dengan laki-laki tersebut namun termohon tetap melakukannya,
sehingga pemohon mengajukan permohonannya kepada Pengadilan Agama
Gresik untuk menceraikan istrinya atas dasar alasan istrinya tidak mampu
7
dan mencukupi kebutuhan yang layak kepada pemohon dan diketahui telah
menjalin hubungan dengan laki-laki lain.
Dalam kerangka inilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap pertimbangan hakim dalam putusan perkara Nomor :
0181/Pdt.G/2013/PA.Gs. dan pada skripsi ini penulis mengangkat judul
“Analisis Yuridis Terhadap Putusan Pengadilan Agama Gresik NO.
0181/Pdt.G/2013/PA.Gs Tentang Cerai Talak Karena Adanya Pria Idaman
Lain (PIL)”.Dengan harapan bahwa skripsi ini dapat bermanfaat dan sedikit
menyumbangkan keterangan mengenai perselisihan antara suami istri akibat
istri telah memiliki hubungan dengan laki-laki lain.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut, penulis mengidentifikasi
mengenai pelaksanaan putusan cerai talak yang dikarenakan istri
mempunyai pria idaman lain (PIL) dalam praktek di Pengadilan Agama
Gresik pada Tahun 2013. Penulis membatasi masalahdan memfokuskan
pada beberapa permasalahan antara lain:
a. Pengertian perkawinan
b. Perkawinan menurut Undang-Undang
c. Perkawinan menurut Hukum Islam
8
e. Faktor-faktor penyebab perceraian
f. Akibat yang ditimbulkan apabila terjadinya perceraian
g. Analisis yuridis
h. Tinjauan hukum positif dan hukum Islam tentang perceraian
i. Pelaksanaan putusan
2. Batasan Masalah
Sesuai latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan
di atas, maka untuk memperdalam pembahasan, dibatasi masalah tentang
bagaimana perkara yang terjadi di Pengadilan Agama Gresik Nomor
0181/Pdt.G/2013/PA.Gs .
a. Dasar dan pertimbangan hukum dalam memutus perkara nomor
0181/Pdt.G/2013/PA.Gs di Penngadilan Agama Gresik.
b. Analisis yuridis terhadap dasar dan pertimbangan hukum dalam
memutus perkara dengan Nomor 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs di
Pengadilan Agama Gresik.
C. Rumusan Masalah
Dalam kehidupan rumah tangga antara suami-istri seharusnya saling
melengkapi satu sama lain dan memenuhi kebutuhan lahir maupun batin,
namun ketika semua yang diharapkan tidak juga tercapai dalam kehidupan
rumah tangga tersebut dapat timbul perkara yang sebenarnya tidak
9
1. Bagaimana dasar dan pertimbanganhukum atas putusan Pengadilan
Agama Gresik No. 0181/Pdt.G/2013/ PA.Gs tentang cerai talak karena
adanya pria idaman lain?
2. Bagaimana analisis yuridis terhadap dasar dan pertimbangan hukum
Pengadilan Agama Gresik dalam putusan perkara No.
0181/Pdt.G/2013/PA.Gs tentang cerai talak karena adanya pria idaman
lain?
D. Kajian Pustaka
Untuk menentukan arah pembahasan dalam skripsi ini, penulis
menelaah literatur yang pembahasanya menyerupai judul yang akan penulis
kemukakan dalam penulisan skripsi ini, antara lain:
1. Analisis Hukum Islam Terhadap Putusan Pengadilan Agama Malang No.
1106/Pdt. G/2011/PA.Mlg. Tentang Perceraian Karena Suami Waria.13
Dari judul skripsi yang diangkat oleh M. Lutfi Afandi tersebut dijelaskan
bahwa perceraian yang terjadi disebabkan karena istri/pnggugat kecewa
dengan suaminya/tegugat karena mempunyai kelainan, yaitu suami
mengaku sebagai waria, sehingga dalam berhubungan suami istri tidak
terpenuhi layaknya suami istri pada umumnya. Dalam skripsi tersebut
berfokus pada perkara bahwa suami/termohon mempunyai wanita idaman
10
lain yang berakibat pada jatuhnya gugatan istri kepada suaminya melalui
Pengadilan Agama.
2. Analisis Hukum Islam Terhadap Putusan Pengadilan Agama Malang No.
2193/Pdt. G/2012/PA.Mlg. Tentang Cerai Gugat Karena Tuntutan
Nafkah.14Dalam skipsi tersebut dijelaskan bahwa pokok perkara yang
diangkat adalah istri keberatan dengan suaminya karena tidak mampu
mencukupi nafkah yang harusnya diberikan seorang suami kepada
istrinya. Dalam skripsi ini bahwa suami/termohon mempunyai perempuan
simpanan atau Wanita Idaman Lain (WIL) setelah adanya ikatan
perkawinan dengan istri/pemohon.
3. Cerai Gugat Karena Istri Selingkuh Dalam Putusan Perkara Nomor :
603/Pdt.G/2009/PA.Mlg. (Analisis Dengan Pendekatan Maqa>sid
al-Shari’ah).15 Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa putusan hakim
dalam memutuskan tentang kasus perkara pada putusan Nomor :
603/Pdt.G/2009/PA.Mlg. hukumnya boleh dan tidak bertentangan dengan
Maqa>sid ash-Sha>ri’ah dan sudah sesuai dengan Maqa>sid ash-Sha>ri’ah.
Sedangkan dalam skripsi ini yang berjudul “Analisis Yuridis Terhadap
Putusan Pengadilan Agama Gresik NO. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs Tentang
14Hulaifatul Hamimah, Analisis Hukum Islam Terhadap Putusan Pengadilan Agama Malang No. 2193/Pdt. G/2012/PA.Mlg. Tentang Cerai Gugat Karena Tuntutan Nafkah, Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013.
15Mokhamad Hasan Basri, Cerai Gugat Karena Istri Selingkuh Dalam Putusan Perkara Nomor :
11
Cerai Talak Karena Adanya Pria Idaman Lain (PIL)” menekankan pada
pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara cerai talak yang
diakibatkan istri mempunyai pria idaman lain (PIL).
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi dasar dan pertimbanganhukum
dalam memutus perkara di Pengadilan Agama Gresik No.
0181/Pdt.G/2013/ PA.Gs tentang cerai talak karena adanya pria idaman
lain (PIL).
2. Untuk mengetahui analisis yuridis terhadap dasar dan
pertimbanganhukum hakim dalam putusan perkara No. 0181/Pdt.G/2013/
PA.Gs tentang cerai talak karena adanya pria idaman lain (PIL).
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat, yaitu :
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi
pengembangan khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang
perceraian (cerai talak) di Peradilan Agama (Hukum Perkawinan).
12
Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat
luas yang bermaksud mengetahui seluk beluk pelaksanaan putusan cerai
talak yang dikarenakan adanya pria idaman lain (PIL).Sehingga menjadi
bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk menelaah dan mengkaji
lebih jauh terhadap masalah tersebut.
G. Definisi Operasional
Analisis Yuridis : Penelitian menganalisis masalah dengan
ketentuan hukum positif di Indonesia dengan
menganalisa secara Undang-Undang dan
ketentuan yang berlaku di Indonesia yang
meliputi Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan, Jo PP No. 9 Tahun 1975,
Undang No. 7 Tahun 1989, Jo
Undang-Undang No 3 Tahun 2006 dan Kompilasi
Hukum Islam (KHI).
Cerai Talak : memutus ikatan perkawinan dengan istri di
depan majelis hakimPengadilan Agama Gresik.
Pria Idaman Lain (PIL) : Seorang laki-laki yang menjadi simpanan atau
selingkuhan istri saat masih ada ikatan suami
istri yang mengakibatkan kehancuran rumah
13
H. Metode Penelitian
Untuk dapat menyelesaikan skripsi ini, menggunakan metode sebagai
berikut:
1. Data yang Dikumpulkan
Dengan adanya penelitian ini maka data yang diperlukan adalah:
a. Data tentang duduk perkara putusan No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs
tentang cerai talak karena adanya pria idaman lain (PIL) di
Pengadilan Agama Gresik.
b. Data laporan pertimbangan hukum tentang putusan hakim perkara
No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs tentang cerai talak karena adanya pria
idaman lain (PIL) di Pengadilan Agama Gresik.
c. Data tentang dasar hukum di Pengadilan Agama Gresik atas perkara
putusan No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs tentang cerai talak karena
adanya Pria Idaman Lain (PIL) di Pengadilan Agama Gresik.
d. Data yang terkait tentang macam-macam alasan perceraian yang ada
14
2. Sumber Data
a. Sumber Primer
1. Dokumen
Yaitu data putusan perkara yang diperoleh dari dokumen
putusan perkara No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs tentang cerai talak
karena adanya pria idaman lain (PIL) di Pengadilan Agama
Gresik.
2. Wawancara
Yaitu data tentang dasar dan pertimbangan hukum hakim
yang diperoleh dari wawancara dengan hakim yang memutuskan
perkara No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs tentang cerai talak karena
adanya pria idaman lain (PIL) maupun informasi-informasi yang
diperoleh dari anggota panitera di Pengadilan Agama gresik.
b. Sumber Sekunder
Yaitu data yang diambil dan di peroleh dari bahan pustaka dengan
mencari data atau informasi berupa benda-benda tertulis seperti
buku-buku, majalah, dokumen peraturan-peraturan dan catatan harian
lainnya. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan data
sekunder berupa buku-buku yang terkait dengan pembahasan ini,
15
1. Buku “Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan di
Indonesia” karya Lili Rasjidi.
2. Buku “Hukum perkawinan Islam di Indonesia” karya Prof. Dr.
Amir Syarifuddin.
3. Yurisprudensi Pengadilan Agama Gresik tentang cerai talak
karena adanya pria idaman lain (PIL).
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data-data tersebut, dengan menggunakan 2
cara, yaitu :
a. Dokumentasi.
Yaitu merupakan teknik pengumpulan data-data atau dokumen
awal dari putusan Pengadilan Agama.Mengkaji data yang bersumber
dalam dokumen resmiyang berkaitan dengan putusan Pengadilan
Agama Gresik tentang cerai talak karena adanya Pria Idaman Lain
(PIL).
b. Wawancara.
Yaitu sebuah dialog yang dilakukan pewawancara (interview)
untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Mengadakan
wawancara dan Tanya jawab langsung dengan hakim Pengadilan
Agama Gresik yang bersangkutan dengan perkara ini dan Panitera
16
4. Teknik Pengelolaan Data
a. Editing yaitu memeriksa kembali data-data secara cermat, dari segi
kelengkapan, kejelasan makna, serta kesesuaian antara data satu
dengan yang lain.
b. Klasifikasi/pengorganisasian data yaitu dengan mengatur dan
menyusun data dengan sedemikian rupa sehingga menghasilkan
bahan-bahan yang akurat untuk melakukan perumusan.
5. Teknik Analisis Data
Sejalan dengan arah studi yang dipilih sebelumnya maka metode
pembahasan yang digunakan adalah:
a. Deskriptif Analisis yaitu aktivitas atau analisis informasi yang
menitikberatkan kegiatannya pada penelitian dokumen, menganalisis
peraturan dan keputusan-keputusan hukum hakim yang terkait dalam
putusan perkara No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs tentang cerai talak
karena adanya pria idaman lain (PIL).
b. Deduktif yaitu mengemukakan dalil-dalil yang bersifat umum menuju
khusus.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk lebih memudahkan dalam pembahasan skripsi ini, secara
keseluruhan penelitian ini, dibagi atas lima bab. Adapun setiap babnya terdiri
17
Bab Pertama memuat Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan hal-hal
yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan
masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil
pnelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika
pembahasan.
Bab Kedua memuat kajian teori. Kajian teori merupakan bahan
rujukan untuk menganalisis materi pokok yang akan diteliti, oleh karena itu
dalam kajian teori ini akan dipaparkan mengenai pengertian dan dasar
perceraian, jenis dan alasan perceraian, akibat dan hikmah perceraian.Dan
teori perceraianmenurut perundang-undangan (No. 1 tahun 1974, Jo PP No. 9
tahun 1975, Undang-undang No. 7 tahun 1989, Jo Undang-undang no 3
tahun 2006 dan menurut KHI).
Bab Ketiga memuat uraian tentang data laporan hasil penelitian
tentang Putusan Perkara Pengadilan Agama Gresik, gambaran umum dan
sejarah singkat Pengadilan Agama Gresik, kewenangan Pengadilan Agama,
wilayah yuridiksi, Deskripsi Putusan tentang Perceraian Suami Istri Akibat
adanya Pria Idaman Lain (PIL) di Pengadilan Agama Gresik Pada Perkara
Cerai Talak Nomor : 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs, dasar dan Pertimbangan
Hukum Majelis Hakim serta implikasi dalam Memutuskan Perceraian Suami
Istri Akibat adanya orang ketiga di Pengadilan Agama Gresik Pada Perkara
18
Bab Keempat memuat Analisis putusan tentang Cerai Talak suami
akibat istri mempunyai lelaki idaman lain di Pengadilan Agama Gresik.
Dalam bab ini dijelaskan hal-hal mengenai kronologis kasus Perseraian
Perkara Nomor: 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs di Pengadilan Agama Gresik, Dasar
dan Pertimbangan Hukum Hakim dalam Kasus Cerai TalakPutusan Perkara
Nomor: 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs di Pengadilan Agama Gesik, Analisis
putusan perkara.
Bab Kelima memuat penutup, merupakan bab terakhir yang berisi
kesimpulan yaitu menyimpulkan pembahasan sesuai dengan rumusan
masalah yang diangkat, Selain itu juga terdapat saran-saran yang bersifat
BAB II
PERCERAIAN MENURUT HUKUM POSITIF DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI)
A. Perceraian Menurut Hukum Positif
1. Pengertian dan Dasar Perceraian
a. Pengertian Perceraian
”Putusnya Perkawinan” adalah istilah hukum yang digunakan dalam
Undang-Undang perkawinan untuk menjelaskan “perceraian” atau
berakhirnya hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dengan
perempuan yang telah hidup sebagai suami istri.1
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
dijelaskan bahwa perceraian hanya dapar dilakukan di depan pengadilan
setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil
mendamaikan kedua belah pihak.2
Sebagaimana yang disebut dalam pasal 1 Undang-Undang No. 1
Tahun 1974 dijelaskan bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk
keluarga bahagia, kekal, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa atau
dalam KHI disebut dengan mi>tha>qan ghali>z}a (ikatan yang kuat), namun
dalam realitanya seringkali perkawinan tersebut kandas di tengah jalan
20
yang mengakibatkan putusnya perkawinan baik karena sebab kematian,
perceraian ataupun karena putusan Pengadilan berdasrkan syarat-syarat
yang telah ditetapkan oleh undang-undang.3
Pasal yang menyebutkan bahwasannya perkawinan dapat putus ada
beberapa sebab, yakni dalam Pasal 38 Undang-Undang Perkawinan
dinyatakan bahwasannya perkawinan dapat putus karena kematian,
perceraian, dan atas keputusan pengadilan.4
Kematian sebagai penyebab putusnya perkawinan adalah jika salah
satu pihak baik suami atau istri meninggal dunia. Sedangkan untuk sebab
perceraian, Undang-Undang Perkawinan memberikan aturan-aturan yang
telah baku, terperinci, dan sangat jelas. Adapun putusnya perkawinan
dengan keputusan Pengadilan adalah jika kepergian salah satu pihak
tanpa kabar berita untuk waktu lama.Undang-undang Perkawinan tidak
menyebutkan berapa lama jangka waktu untuk menetapkan hilangnya
atau dianggap meninggalnya seseorang itu.5
b. Dasar Perceraian
Dalam perundang-undangan Indonesia mengenai perceraian ini diatur
dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang
3 Martiman Prodjohamidjodjo, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: Indonesia Legal Center
Publishing, 2002), 41.
4 Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama, (Jakarta: Badan Peradilan Agama RI,2001), 140.
5Lili rasjidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia, (Bandung: Alumni, 1982),
21
tercantum pada Pasal 38 sampai 41. Pada Pasal 38 Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan disebutkan bahwa:
“Perkawinan dapat putus karena; a) kematian, b) perceraian, dan c) atas
putusan pengadilan.
Dalam perundang-undangan Indonesia, dibedakan antara perceraian
atas kehendak suami dan perceraian atas kehendak istri. Hal ini karena
karakteristik hukum Islam dalam perceraian memang menghendaki
demikian sehingga proses penyelesaiannya berbeda.6
2. Macam-macam dan Alasan Perceraian
a. Macam-macam Perceraian
Perceraian menurut hukum positif meliputi 2 macam, yaitu:
1. Cerai Talak
Cerai talak menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama dalam Pasal 66 adalah seorang suami yang
beragama Islam yang akan menceraikan istrinya mengajukan
permohonan kepada pengadilan untuk mengadakan sidang guna
menyaksikan ikrar talak.7
6 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Cet. 4, (Jakarta: Pustaka Pelajar,
2003), 206.
22
2. Cerai Gugat
Sedangkan cerai gugat menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama dalam Pasal 73 adalah gugatan perceraian
yang diajukan oleh istri atau kuasanya kepada Pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat keadilan penggugat, kecuali apabila
penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama
tanpa izin tergugat.8
b. Alasan Perceraian
Untuk alasan peceraian lainnya dapat dijumpai pula dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, yaitu:
Dalam Pasal 19 dijelaskan bahwa alasan-alasan yang dapat dipakai
untuk mengajukan cerai ada enam poin yang harus diperhatikan. Diantara
point tersebut yaitu bila salah satu pihak (suami atau istri) melakukan
perzinaan ataupemabuk, pemadat, penjudi, dan sebagainya yang susah
untuk disembuhkan; salah satu pihak pergi tanpa kabar selama 2 tahun;
mendapat hukuman penjara minimal 5 tahun setelah menikah; melakukan
kekejaman dan penganiayaan atau yang biasa disebut dengan KDRT
(Kekerasan Dalam Rumah Tangga); mempunyai cacat badan yang
menyebabkan suami/istri tidak dapat memenuhi kewajibannya; dan
23
antara keduanya terdapat perselisihan yang terus menerus tanpa ada
hentinya dan kemungkinan tidak dapat hidup rukun kembali.9
Untuk alasan perceraian ini, dalam KHI juga menjelaskan hal yang
sama tentang alasan perceraian. Hanya saja di dalam KHI terdapat dua
point tambahan dalam penyempurnaannya, yaitu bila suami melanggar
taklik talak yang sudah disepakati sebelum menikah dan salah satu pihak
berpindah dari agama Islam (murtad) yang menyebabkan tidak ada
kerukunan dalam rumah tangga.10
3. Akibat Perceraian
Perceraian yang telah terjadi tidak mungkin tidak menimbulkan
akibat bagi yang bersangkutan. Undang-undang No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan menjelaskan akibat tersebut, yaitu terdapat dalam
Pasal 41 yang berisikan tiga poin, di antaranya: Mengenai kewajiban
memelihara dan mendidik anak yang harus dilaksanakan oleh kedua orang
tua, dan apabila terdapat perselisihan, pengadilan lah yang berhak
memutuskan; Semua biaya pemeliharaan dan pendidikan dibebankan
kepada bapak (suami), apabila kenyataannya bapak tidak dapat
menanggung, maka pengadilan memutuskan ibu (istri) juga ikut serta
9 Undang-undang Pokok Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Cet. 5, Pasal 19,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2004), 38.
24
menanggung biaya tersebut; dan bagi suami wajib member biaya untuk
istri yang sudah diceraikannya/yang menceraikannya.11
B. Perceraian Menurut Kompilasi Hukum Islam
1. Pengertian dan Dasar Perceraian
a. Pengertian Perceraian
Cerai berasal dari bahasa Arab “t}alak” diambil dari kata “it}la>q” yang
menurut bahasa berarti memutus ikatan atau melepaskan. Sedangkan
menurut istilah, talak yaitu:
ِحاَكِّلا ُدَِّ ق ٌّح
،
.ِهِوَََْو ِقَاَّلا ِظْفَلِب ِحاَكِّلا ٌدْقَع ٌَّح ْوَا
Artinya: “Memutus ikatan pernikahan, atau melepaskan ikatan
pernikahan dengan kata “t}alaq” atau sejenisnya”.12
Dalam redaksi lain juga diungkap arti kata talak, yaitu:
.ِةَّ ِجْوَّْلا ِةَقَاَعْلا ُءاَهْ نِإَو ِجاَوَّلا ُطِباَر ٌَّح
Artinya: “Melepas tali Pernikahan dan mengakhiri hubungan suami istri.”13
Menurut al Ja>ziri, talak ialah:
َزِإ ُقَاَّلا
ا
َكِّلا ُةَل
ا
ِح
ظْفَلِب ِهِلَح ِناَصْقَ ن ْوَأ
صْوُصََْ
11Lihat Pasal 41 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
12Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Isla>m wa Adillatuh, (Beirut: Da>r al Fikr, 1989), Cet. 3, Juz. 7, 356.
Lihat juga Abi> Sa’i>d Uma>r bin Gharamah al-‘Amrawi>, Ah}ka>m al-T}ala>q Fi al-Kita>b wa al-Sunnah wa al-Ijma>’, (Riyad}: Da>r al-Tahawi Library, t.th), 57.
13 Sayyid Sa>bi>q, Fiqh al-Sunnah, (al-Qa>hirah: Da>r al-Fath Li al-I’la>m al-‘Arabi>, 2000) Cet. 1, Jilid. 2,
25
Artinya: “Talak ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi
pelepasan ikatannya dengan menggunakan kata tertentu”.14
Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam dijelaskan bahwa
perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama
setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil
mendamaikan kedua belah pihak.15
Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang
menjadi salah satu penyebab putusnya pernikahan, dengan cara sebagai
mana dimaksud dalam pasal 129, 130, dan 131.16
Jadi, pada intinya talak adalah putusnya ikatan perkawinan antara
suami istri yang diakibatkan oleh sebab-sebab tertetu yang tidak dapat
memenuhi tujuan dari diadakannya suatu perkawinan, yaitu keluarga
yang Sa>kinah mawaddah wa rah{mah.
b. Dasar Perceraian
Talak disyari’atkan dalam al-Qur’an, sunnah, dan juga
ijma’.17Meskipun sebenarnya talak itu dibenci Allah, hal ini masih
dibolehkan selama penikahan yang telah terjadi tidak dapat
dipertahankan lagi. Ini merupakan cara yang terakhir ditempuh dalam
14Abdurrah}man al-Ja>ziri, al-Fiqh ‘Ala> Madhahib al-Arba’ah, (Bur Sai>d: Maktabah Thaqafah
al-Di>niyah, t.th), 215.
15 Cik Hasan Basri (et.al.), ed., Kompilasi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional, Cet. II,
Pasal. 115, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), , 175.
26
suatu pernikahan jika pernikahan tersebut menjumpai masalah yang tak
dapat diselesaikan melalui jalan perdamaian.
Adapun dasar dari diperbolehkannya talak, antara lain:
1) Al-Qur’an
Artinya: “apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang ma'ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian.itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS.
Al-Baqarah: 232)18
Artinya: “Wahai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah
18
27
mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.kamu tidak mengetahui barangkali Allah Mengadakan sesudah itu
sesuatu hal yang baru.”(QS. al- T{alaq: 1)19
2) Sunnah
َق َامُهْ َّع ها َيِضَر ساََّع ِنْبا ْنَع
َلا
َا :
َت
َّلا ى
ِِّ
َص َل
ُها ى
َع َل
ّْ ِه
َو َس
َل َم
َر ُج
ٌّ
َ ف ،
َق
َلا
َي :
ا
َر ُس
ْو َل
َس ،ها
ِّ ِد
َز ي
ْو َج
ِن
َا َم
َت ُه
َو ُ
َو ُي
ِر ْي ُد
َا
ْن
ُ ي َف ِر
َق
َ ب ّْ
ِن
َو َ ب
ْ ّ َ ّ َه
َق ؟ا
َلا
:
َف
َص
ِع َد
َر
ُس ْو
ُل
ِها
َص َل
ُها ى
َع َل
ّْ ِه
َو َس
َل َم
ْلا
ُم َت َ ّ
َر
َ ف ،
َق
َلا
ّ يآَي ,, :
َه
َّلا ا
ُسا
َم
َب ا
َلا
َا
َح َ
د
ُك
ْم
ُ ي َّ ِو
ُج
َع ّْ
َد ُه
َا َم
َت ُه
،
ُي َُم
ِر ْي ُد
َا
ْن
ُ ي َف
َقِر
َ ب ْ ّ
َ ّ ُه
َم
َاََإ،،.ا
َّلا
َا
َق
ِل
َم ْن
َأ
َخ
َذ
ِب
َسلا
ِقا
ردلاو هجام نبا هور(
)ىّق
20Artinya: “Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: ada seorang laki-laki dating menghadap Nabi Saw. Lalu ia bertanya: Ya Rasu>lullah, tuanku telah menikahkan aku dengan amatnya dan skarang ia bermaksud menceraikan antara aku dan istriku (bagaimana pendapatmu)?, Ibnu Abbas berkata: Kemudian Rasu>lullah Saw. naik ke atas mimbar lalu ia besabda: “hai manusia, bagaimana ihwal salah seorang hambanya dengan amatnya (hamba perempuan) kemudian ia bermaksud menceraikan antara keduanya? Sebenarnya talak itu (hak) bagi orang yang mengambil betis (tanggung jawab).” (HR. Ibnu Majah dan Da>rul Qut}ni).
َو َع
ْن
ْبا ِن
ُع
َم َر
َع
ِن
َّلا
ِِِ
َص َل
ُها ى
َع َل
ّْ ِه
َو َس
َق َمَل
ََلا
ْ ب َغ
ُض
َْلا
َا
ِل
ِا
َل
ِها
َع
َّ
َو َج
َّ
َّلا
َا
ُق
)
ةجام نباو دواد وبأ هور
حّحص داّسإب
(
21Artinya: “Dan dari Ibnu Umar, bahwa sesungguhnya Rasu>lullah Saw. bersabda: “Perkara halal yang paling dibenci oleh Allah
19 Ibid., 559
20 Maktabah Alfiyah, Muh{ammad bin Ali bin Muh{ammad al-Shaukani, Nailul Autor, (Beirut: Da>r
al-Ji>l, 1973), Juz 7, 2.
21 Imam Hafiz, Abi Daud Sulaiman ibn al-Ash’ath al-Sajastani al-Azdi, Sunan Abi Daud, Cet. 1,
28
‘Azza wa Jalla adalah talak.” (H. Abu> Daud dan Ibnu Majah dan sanad yang s}ah}ih}).
3) Ijma’
Para fuqaha sepakat atas diperbolehkannya talak ini, dan secaa
akal dan fikiran ini adalah kuat mengingat bahwa karena talak akan
dapat terjadi atau dilakukan jika terdapat ketidakharmonisan dalam
rumah tangga (pada keadaan suami istri)22
Dalam perundang-undangan Indonesia membedakan antara
perceraian atas kehendak suami dan perceraian atas kehendak istri.
Hal ini karena karakteristik hukum Islam dalam perceraian memang
menghendaki demikian sehingga proses penyelesaiannya berbeda.23
2. Macam-macam dan Alasan Perceraian
a. Macam-macam Perceraian
Secara garis besar ditinjau dari boleh atau tidaknya rujuk kembali,
talak dibagi menjadi dua macam, yaitu:24
1) Talak raj’i
Talak raj’i yaitu talak di mana suami masih mempunyai hak untuk
merujuk kembali istrinya, setelah talak itu dijatuhkan dengan
lafal-lafal tertentu,dan istri benar-benar sudah digauli.25
22Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Isla>m wa Adillatuh,… 357
23 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Cet. 4, (Jakarta: Pustaka Pelajar,
2003), 206.
29
Firman Allah SWT.:
Artinya :Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar)dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.kamu tidak mengetahui barangkali
Allah Mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru”.
(Q>S. At}-T{alaq:1)26
2) Talak ba’in
Talak ba’in di bagi menjadi 2 macam yaitu:27
a) Talak ba’in sughra>
Talak ba’in sughra> yaitu talak yang terjadi kurang dari tiga
kali, keduanya tidak hak rujuk dalam masa iddah, akan tetapi
boleh dan bisa menikah kembali dengan akad baru.28
25 Drs. Slamet Abidin, Drs. H. Aminuddin, Fiqih Munakah}at, Jil. 2, Cet. 1, (CV. Pustaka Setia, 1999),
17.
30
Firman Allah SWT.:
………….
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya…..” (QS.
Al-Ahzab:49)29
Talak ba’in sughra> sebagaimana tersebut dalam pasal 119 KHI
adalah :30
(1) Talak ba’in sughra> adalah talak yang tidakboleh dirujuk,
tetapi boleh akad nikah baru dengan bekas suaminya meskipun
dalam masa iddah.
(2) Talak ba’in sughra> sebagaimana tersebut pada ayat (1) adalah:
a. Talak yang terjadi qabl ad-dukhu>l; b. Talak dengan tebusan
atau khuluk; dan c. Talak yang dijatuhkan Pengadilan Agama;
b) Talak ba’in kubra>
Talak ba’in kubra> yaitu talak yang terjadi sampai tiga kali
penuh dan tidak ada rujuk dalam masa iddah maupun dengan
nikah baru, kecuali dalam talak tiga sesudah tah}li>l.31
29
Kementerian Agama R.I., Mus}af Al-Qur’an dan Terjemahannya…, 425.
31
Talak jenis ini tidak dapat dirujuk dan tidak dapat dinikahkan
kembali, kecuali apabila pernikahan itu dilakukan setelah bekas
istri menikah dengan orang lain dan kemudian terjadi perceraian
ba’da ad-duhku>l dan habis masa iddahnya.32
Allah SWT. berfirman:
…………..
Artinya : “Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak
yang kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal
baginya hingga Dia kawin dengan suami yang lain…..”
(Q.S. Al-Baqarah:230)33
b. Alasan Perceraian
Alasan perceraian adalah suatu kondisi di mana suami atau istri
mempergunakan sebagai alasan untuk mengakhiri atau memutuskan tali
pernikahan mereka.
Setidaknya ada empat kemungkinan yang terjadi dalam kehidupan
rumah tangga yang dapat memicu timbulnya keinginan untuk memutus/
terputusnya pernikahan.34
32Moh. Idris Ramulyo, Hukum perkawinan Islam…, 153.
33Kementerian Agama R.I., Mus}af Al-Qur’an dan Terjemahannya…, 37.
34 Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, Cet. 2, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997),
32
1. Terjadinya nushuz dari pihak istri
Nushuz bermakna kedurhakaan yang dilakukan seorang istri
terhadap suaminya.Hal ini dapat terjadi dalam bentuk pelanggaran
perintah, penyelengan dan hal-hal yang dapat mengganggu
keharmonisan rumah tangga. Mengenai hal ini al-Qur’an memberikan
petunjuk, yaitu:
Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu maka perempuan yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Perempuan-permpuan yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi
Maha besar. (QS.al-Nisa’: 34).35
Berangkat dari ayat di atas, al-Qur’an memberikan opsi sebagai
berikut:
35
33
1) Istri diberi nasehat dngan cara yang ma’ruf agar ia segera sada
tehadap kekeliruan yang dibuatnya.
2) Pisah ranjang. Cara ini bermakna agar hukuman psikologis bagi
istri dan dalam kesendirian tersbut ia dapat melakukan koreksi
diri terhadap kekeliruannya.
3) Apabila cara ini tidak berhasil langkah berikutnya adalah memberi
hukuman fisik dengan cara memukulnya. Penting untuk dicatat,
yang boleh dipukul hanyalah bagian yang tidak membahayakan si
istri seperti betisnya.36
2. Terjadinya nushuz dari pihak suami.37
Nushuz tidak hanya dapat terjadi dan dilakukan oleh istri, suami
juga dapat berlaku nushuz. Selama ini sering disalah pahami bahwa
nushuz hana dating dari pihak istri saja, padahal al-Qur’an
menyebutkan adanya nushuz dari suami sesuai dengan ayat al-Qur’an
dalam surat al-Nisa’ ayat 128, yaitu:
36Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia,…, 270. Menurut kitab Uqu>d al-Lujjain, ada beberapa
alasan suami boleh memukul istrinya seperti, jika istri menolak berhias atau bersolek dihadapan suami, menolak ajakan tidur, keluar rumah tanpa izin, memukul anak kecilnya yang sdang menangis, mencaci maki orang lain, menyobek-nyobek pakaian suami, mngucapkan kata-kata tak pantas, menampakkan wajah pada laki-laki yang bukan muhrimnya, menolak menjalin kekeluargaan dengan keluarga suami. Lihat komentar FK 3 di dalam wajah Bara Relasi Suami-Istri, tela’ah kitab ‘Uqu>d al -Lujjain (Yogyakarta: LKIS, fk3, 2001), 26.
34
Artinya: “Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap
tidak acuh dari suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya Mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.
al-Nisa’: 128)38
Kemungkinan nushuz-nya seorang suami dapat terjadi dalam
bentuk kelalaian dari pihak suami untuk memnuhi kewajibannya pada
istri, baik nafkah lahir maupun nafkah batin.
3. Terjadinya perselisihan/percekcokan antara suami istri (Shiqa>q)39
Jika dua kemungkinan di atas menggambarkan salah satu pihak
nushuz sedangkan pihak lain dalam kondisi normal, maka
kemungkinan yang ktiga ini terjadi karena kedua-duanya terlibat
dalam percekcokan (shiqa>q), misalnya disebabkan kesulitan ekonomi,
sehingga keduanya sering bertengkar. Dalam hal ini al-Qur’an
memberi petunjuk dalam surat al-Nisa’ ayat 35, yaitu:
38 Kementerian Agama R.I., Mus}af Al-Qur’an dan Terjemahannya…, 100. 39
35
Artinya: “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal. (QS. al-Nisa’: 35)40
Dari ayat di atas jelas sekali aturan Islam dalam mnangani
problema kericuhan dalam rumah tangga. Dipilihnya ha}kam
(arbitrator) dari masing-masing pihak dikarenakan paa perantara itu
akan lebih mengetahui karakter, sifat keluarga sendiri. Ini lebih
mudah untuk mendamaikan suami istri yang sedang bertengkar.
Ulama’ sependapat bahwa mengirim juru damai itu diperbolehkan,
apabila terjadi perselisihan antara suami istri tanpa diketahui
sebab-sebab perselisihan itu, yakni siapa yang benar dan siapa yang salah.
Kesepakatan ini didasarkan atas firman Allah yang telah disebutkan
di atas.41
4. Terjadinya salah satu pihak berbuat zina.
Hal ini juga disebut dngan fa>khishah, yang mana menimbulkan
saling tuduh menuduh antara keduanya.Cara penyelesaiannya adalah
40Kementerian Agama R.I., Mus}af Al-Qur’an dan Terjemahannya…, 85.
41 Ibnu Rusyd, Bida>yatul Mujtahid Analisa Fiqih Para Mujtahid, Penerjemah Imam Ghazali Said dan
36
dengan membuktikan tuduhan yang didakwakan dengan li’a>n. “Li’a>n
sesungguhnya telah memasuki gerbang putusnya pernikahan dan
bahkan untuk selama-lamanya karena akibat li’a>n adalah terjadinya
talak ba’in kubra.42
Dalam hukum Islam perceraian dapat disebabkan oleh
alasan-alasan sebagai berikut:
a. Tidak ada lagi keserasian dan keseimbangan dalam suasana rumah
tangga, tidak ada lagi rasa kasih sayang yang merupakan tujuan
dan hikmah dari pernikahan.
b. Karena salah satu pihak berpindah agama (murtad).
c. Salah satu pihak melakukan perbuatan keji yang dilarang agama.
d. Istri meminta cerai kepada suami dengan alasan suami tidak
berapologi dengan alasan yang dicari-cari dan menyusahkan istri.
e. Suami tidak memberi apa yang seharusnya menjadi hak istri.
f. Suami melanggar janji yang pernah diucapkan sewaktu akad
perkawinan (taqliq talak)
Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, alasan-alasan perceraian itu
adalah:
a. Suami tidak memberi nafkah.
b. Suami berbuat aniaya terhadap istri.
37
c. Suami ghaib (berjauhan).
d. Suami dihukum penjara.
c. Akibat Perceraian
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) bahwa akibat dari perceraian
dijelaskan dalam Pasal 149 sampai dengan Pasal 160, yaitu: Pasal 149
menjelaskan kewajiban suami setelah perceraian harus memberikan
mut}’ah kepada bekas istrinya dengan jumlah atau kadar yang wajar
kecuali bila istrinya qabl ad-dukhu>l; memberi nafkah kepada bekas istri
selama berlangsungnya masa iddah kecuali jika istri tersebut dijatuhi
talak ba’in atau nushuz dan dalam keadaan hamil; membayar lunas mahar
yang belum dibayarkan; dan memberikan hak h}az}anah kepada anaknya
yang belum berumur 21 tahun.43
Pasal 150 sampai Pasal 151 berisi bolehnya bagi suami untuk merujuk
istrinya yang masih dalam masa iddah dan untuk istri yang masih dalam
masa iddah mempunyai kewajiban untuk menjaga dirinya dan tidak
menerima pinangan dari orang lain. Sedangkan dalam Pasal 151
dijelaskan bagi istri berhak menerima nafkah iddah jika dia tidak
nushuz.44
Selanjutnya dalam Pasal 153 yang berisi sebanyak enam ayat di
dalamnya menjelaskan resiko bagi wanita yang bercerai dari suaminya
43Lihat Pasal 149 Kompilasi Hukum Islam.
38
untuk melaksanakan iddah yang hitungannya bermacam-macam
tergantung dari kondisi dimana suami istri tersebut berpisah. Dalam pasal
itu juga terdapat pengecualian bahwa tidak ada masa iddah bagi bekas
istri jika bercerai qabl ad-dukhu>l.45
Pasal 154 dan Pasal 155 belum beranjak dari masa tunggu (iddah)
untuk wanita yang bercerai karena khulu’, fasakh, dan li’an berlaku juga
iddah talak. Sedangkan untuk istri yang ditinggal mati suaminya
iddahnya menjadi empat bulan sepuluh hari yang dihitung sejak kematian
suaminya.46
Sedangkan untuk Pasal 156 menjelaskan akibat dari perceraian yang
mengatur tentang hak pemeliharaan dan biaya keperluan anak dari mulai
anak yang belum mumayyiz sampai anak yang sudah mumayyiz oleh
pihak-pihak yang bersangkutan dengan perceraian yang terjadi.47
Kemudian Pasal 157 mengatur tentang harta bersama yang harus
diperhitungkan ketika perceraian terjadi. Sedang Pasal 158 sampai 160
membicarakan mengenai mut}’ah yang wajib dibayarkan oleh bekas suami
kepada bekas istri dengan syarat-syarat tertentu yang diatur dalam
Kompilasi Hukum Islam dan Sunnah diberikan oleh bekas suami tanpa
syarat serta besarnya mut}’ah itu sendiri.48
45Lihat pasal 153 Kompilasi Hukum Islam.
46Lihat pasal 154 dan 155 Kompilasi Hukum Islam. 47Lihat pasal 156 Kompilasi Hukum Islam.
39
C. Hikmah Perceraian dalam Hukum Positif dan Kompilasi Hukum Islam (KHI)
Walaupun talak itu dibenci terjadi dalam suatu rumah tangga, namun sebagai
jalan terakhir bagi kehidupan rumah tangga dalam keadaan tertentuboleh
dilakukan.adapun hikmah dibolehkannya talak adalah karena dinamika
kehidupan rumah tangga kadang-kadang menjurus kepada sesuatu yang
bertentangan dengan tujuan pembentukan rumah tangga itu. Dalam keadaan
begini kalau dilanjutkan juga rumah tangga akan menimbulkan muz}arat kepada
kedua belah pihakdan orang disekitarnya. Dalam rangka menolak terjadinya
muz{arat yang lebih jauh, lebih baik ditempuh perceraian dalam bentuk talak
tersebut. Dengan demikian, talak dalam Islam hanyalah untuk suatu tujuan
maslah{at.49
Jika dilihat dari hikmah disyari’atkan talak dari pikiran dahulu, yaitu
keinginan untuk sampai pada penyelamatan/pembebasan dari berbedanya
akhlak, datangnya kebencian secara tiba-tiba yang menjadikan tidak adanya
(terciptanya) penegakan ketentuan dan hukum-hukum Allah.50
Wahbah Zuhaili dalam bukunya juga mengungkapkan hikmah talak itu
sendiri.Dikatakan bahwa talak sangat diperlukan untuk memutus kesulitan
49 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Antara Fiqh Munakah{at dan Undang-undang Perkawinan, Ed. 1, Cet. 2, (Jakarta: Prenada Media, 2006), 201.
50 Imam Kamaluddin Muhammad ibn Abdul Wahid al-Siwasi, Sharh Fath{ul Qadir, Juz. 3, (Beirut: Da>r
40
keluarga, diatur untuk memenuhi kebutuhan dan dibenci ketika tidak ada
kebutuhan.51 Sesuai hadith:
َو َع
ْن
َ ث ْو َب
َنا
َق
َلا
َق :
َلا
َر
ُس ْو
ُل
ِها
َص َل
ُها ى
َع َل
ّْ ِه
َو َس
َل َم
:
َا ُّ
َا
ْما َر َأ
َس ة
َأ َل
ْت
َز ْو
َج
َاه
َّلا
َا
َق
ِف
ََ
ِْي
َم
َب ا
ْأ
َف س
َح َر
َع ٌما
َل ْ ّ َه
َر ا
ِئا
َح ُة
َْلا َّ
.ِة
)ءاسّلا اا ةسمخا هور(
52Artinya :“Dan dari thauban, Ia berkata: Rasu>lullah SAW. Bersabda: “ siapa saja perempuan yang minta talak kepada suaminya tanpa ada sebab, maka haram baginya bau surga.” (HR. Imam lima kecuali Imam Nasai)
51Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu…, 358.
52Shaikh Fais}al Ibn Abdul Azi>z, Bustanul Ah}bar Mukhtas}ar Nailul Aut}or, Penerjemah Muammar
BAB III
CERAI TALAK DALAM PUTUSAN PERKARA NO. 0181/Pdt.G/2013/PA.GS DI
PENGADILAN AGAMA GRESIK
A. Selayang Pandang Tentang Pengadilan Agama Gresik
1. Sejarah Singkat Pengadilan Agama Gresik
Secara Yuridis Formal, Peradilan Agama sebagai suatu Badan Peradilan
yang terkait dalam sistem kenegaraan untuk pertama kali lahir di Indonesia
(Jawa dan Madura) pada tanggal 1 Agustus 1882, berdasarkan Keputusan
Raja Belanda (Konninklijk Besluit) yakni Raja Willem III tanggal 19 Januari
1882 Nomor 24 yang dimuat dalam Staatblad 1882 Nomor 152. Badan
Peradilan ini bernama Priesterraden yang kemudian lazim disebut Rapat
Agama atau Raad Agama dan terakhir dengan Pengadilan Agama.Keputusan
Raja Belanda ini dinyatakan berlaku mulai tangga