• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Pengadilan Agama Gresik No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs Tentang Cerai Talak Karena Adanya Pria Idaman Lain (PIL).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Terhadap Putusan Pengadilan Agama Gresik No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs Tentang Cerai Talak Karena Adanya Pria Idaman Lain (PIL)."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS YURIDIS

TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA GRESIK

NO. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs

TENTANG

CERAI TALAK KARENA ADANYA PRIA IDAMAN LAIN (PIL)

SKRIPSI

Oleh Abdul Malik NIM. C01211003

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah dan hukum Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Keluarga Islam Surabaya

(2)

ANALISIS YURIDIS

TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA GRESIK

NO. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs

TENTANG

CERAI TALAK KARENA ADANYA PRIA IDAMAN LAIN (PIL)

SKRIPSI Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ilmu Syari’ah dan Hukum

Oleh Abdul Malik NIM. C01211003

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah dan hukum Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Keluarga Islam Surabaya

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Putusan Pengadilan Agama Gresik No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs Tentang Cerai Talak Karena Adanya Pria Idaman Lain (PIL)”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dua pertanyaan yaitu, 1. Apa dasar dan pertimbangan hukum atas putusan Pengadilan Agama Gresik No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs tentang cerai talak karena adanya pria idaman lain? Dan 2. Bagaimana analisis yuridis terhadap dasar dan pertimbangan hukum Pengadilan Agama Gresik dalam putusan perkara No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs tentang cerai talak karena adanya pria idaman lain serta?. Data penelitian dihimpun dengan menggunakan teknik studi dokumenter yaitu mengumpulkan data dan informasi dari putusan, buku sekunder, artikel dan Undang-Undang dan sebagai pengayaan data dilakukan tehnik wawancara.

Selanjutnya data yang telah dihimpun dianalisis menggunakan metode deduktif analisis yaitu menilai putusan di Pengadilan Agama Gresik yang berkaitan dengan cerai talak karena adanya pria idaman lain (PIL) untuk memperoleh kesimpulan.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa pertama, dasar pertimbangan hukum

hakim terhadap putusan perkara Pengadilan Agama Gresik No.

0181/Pdt.G/2013/PA.Gs tentang cerai talak karena adanya pria idaman lain adalah dalam memutus perkara tersebut hakim melihat bukan karena pria idaman lain, melainkan melihat dari percekcokan antara Pemohon dan termohon tersebut. Hal ini sesuai dengan Pasal19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, jo Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam. Selama persidangan, Termohon tidak pernah hadir dalam persidangan walaupun telah berkali-kali dipanggil secara patut. Sehingga hakim memutus perkara verstek sesuai dengan pasal125 ayat (1) HIR. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah ada selama dalam persidangan, dari keterangan pemohon dan dari keterangan saksi-saksi yang dipandang telah memenuhi alasan dapat terjadinya perceraian sebagaimana ditentukan dalam Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975, jo Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, maka majelis hakim mengambil ketentuan Pasal 39 ayat 2 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 jo. Pasal 70 ayat 1 Undang-undang No. 7 Tahun 1989.

(7)

DAFTAR ISI

COVER DALAM………..

PERNYATAAN KEASLIAN………...

PERSETUJUAN PEMBIMBING……….

PENGESAHAN………

ABSTRAK………

KATA PENGANTAR………..

DAFTAR ISI……….

DAFTAR TRANSLITERASI………...

BAB I PENDAHULUAN ………

A. Latar Belakang Masalah……….

B. Identifikasi dan Batasan Masalah………...

C. Rumusan Masalah………...

D. Kajian Pustaka………....

E. Tujuan Penelitian………

F. Kegunaan Hasil Penelitian………..

G. Definisi Operasional………

H. Metode Penelitian………...

I. Sistematika Pembahasan……….

(8)

BAB II PERCERAIAN MENURUT HUKUM POSITIF DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) ………....

A. Perceraian Menurut Hukum Positif………

1. Pengertian dan dasar Peceraian………...

2. Macam-macam dan Alasan Perceraian……….

3. Akibat Perceraian………...

B. Perceraian Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI)………..

1. Pengertian dan Dasar Perceraian………..

2. Macam-macam dan Alasan Perceraian……….

3. Akibat Perceraian………..

C. Hikmah Perceraian dalam Hukum Positif dan Kompilasi

Hukum Islam (KHI)………

BAB III CERAI TALAK DALAM PUTUSAN NO.

0181/Pdt.G/2013/PA.Gs DI PENGADILAN AGAMA

GRESIK………

A. Selayang Pandang Pengadilan Agama Gresik..………..

B. Kronologi Perkawinan Antara Pemohon dan Termohon……

C. Kronologi perselingkuhan Termohon……….

D. Pertimbangan Hukum Dalam Putusan No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs………..

20 20 20 22 24 25 25 29 37

40

42 42 49 50

(9)

BAB IV CERAI TALAK DALAM PERSPEKTIF YURIDIS DALAM PUTUSAN PERKARA NO. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs ... A. Dasar dan Pertimbangan Hukum dalam Putusan Perkara

No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs……….………..

B. Dasar dan Pertimbangan Hukum dalam Perspektif

Yuridis……….

BAB V PENUTUP ………...

A. Kesimpulan ……….

B. Saran ………...

DAFTAR PUSTAKA ………..

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………...

1. Biodata Penulis

2. Kartu Konsultasi Skripsi 3. Surat Izin Riset

4. Surat Tugas

5. Surat Pernyataan Wawancara 6. Hasil Wawancara Dengan Hakim

7. Putusan Pengadilan Agama Gresik No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs

58

58

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinanmerupakan ikatan suci dari dua insan yang saling mencintai

dan mengharapkan kebahagiaan yang kekal dalam menjalani kehidupan

rumah tangganya. Namun, dalam menjalankannya sangatlah tidak mudah,

karena dalam membangun rumah tangga akan banyak ujian dan cobaan yang

menghalangi terwujudnya keluarga yang kekal dan bahagia.

Perkawinan atau pernikahan dalam literatur bahasa Arab disebut

dengan dua kata yaitu nika>h{dan zawa>j. kedua kata ini yang terpakai dalam

kehidupan sehari-hari orang Arab dan banyak tedapat dalam al-Quran dan

Hadis Nabi. Kata na-ka-h}abanyak terdapat dalam al-Quran dengan arti

kawin, seperti dalam surat al-Nisa’ ayat 3 yaitu:





(11)

2

miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat

aniaya.” 1

Demikian pula banyak kata za-wa-ja dalam al-Quran yang berarti nikah,

seperti pada surat al-Ahzab ayat 37 yaitu :2







Artinya: “dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu Menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap Istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada

isterinya.dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi” 3

Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki

dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

1Kementerian Agama R.I., Mus}af Al-Qur’an dan Terjemahannya , (Jakarta: PT. Lentera Jaya Abadi,

2011),78.

2 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakaha>t dan Undang-undang Perkawinan,Ed. 1, Cet. Ke-2, (Jakarta: Prenada Media, 2006),.35.

3Kementerian Agama R.I., Mus{af Al-Qur’an dan Terjemahannya , (Jakarta: PT. Lentera Jaya Abadi,

(12)

3

Yang Maha Esa.4Sedangkan perkawinan menurut hukum Islam, yaitu akad

yang sangat kuat untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakan ibadah.5

Berbicara tentang perkawinan, lebih menarik jika melihat definisi yang

diberikan oleh Tahir Mahmood yang mendefinisikan perkawinan sebagai

ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dan perempuan masing-masing

menjadi suami dan istri dalam sinaran Ilahi. Lebih jelas Ia mengatakan:

“Marriage is a relationship of body and soul between a man and a woman as

husband and wife for the purpose of estabilishing a happy and lasting family

founded on belief in Good Almighthy” 6

Dalam Undang-undang Hukum Perdata juga dinyatakan bahwa

Undang-undang memandang soal perkawinan hanya dalam

hubungan-hubungan perdata.7Dari sini dapat dipahami bahwa pasal tersebut menganut

sistem terbuka, meskipun kemudian didalam pelaksanaannya perumusan

mengenai perkawinan itu sendiri dicari dari doktrin atau ilmu pengetahuan.

Pengertian itu lalu dikemukakan sebagai berikut: “Perkawinan adalah sah

antara sorang laki-laki dan sorang perempuan untuk waktu yang lama”, dan

4 Undang-undang Pokok Perkawinan no. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Cet. 5, Pasal 1, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2004), 1.

5Direktorat Pembinaan Peradilan Agama R.I, Kompilasi Hukum Islam, Pasal 2, (Jakarta: Direktorat

Pembinaan Peradilan Agama, 1992),219.

6 Tahir Mahmood, Personal Law In Islamic Countries, (New Delhi: Academy Of Law An Religion,

1987), 209.

7 R. Subekti, dan R. Tjitro Sudibio. Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pasal. 6,(Jakarta: Pradnya

(13)

4

sahnya pertalian itu ditentukan oleh persyaratan-persyaratan yang tersebut

dalam peraturan hukum perdata.8

Dalam pandangan Islam, perkawinan itu bukanlah hanya urusan perdata

semata, bukan pula sekedar urusan keluarga dan masalah budaya, tetapi

masalah dan peristiwa agama, oleh karena itu perkawinan itu dilakukan

untuk memenuhi sunnah Allah dan sunnah Nabi dan dilaksanakan sesuai

dengan petunjuk Allah dan petunjuk Nabi. Disamping itu, perkawinan juga

bukan untuk mendapatkan ketenangan hidup sesaat, tetapi untuk selama

hidup.Oleh karena itu, seseorang mesti menentukan pilihan pasangan

hidupnya secara hati-hati dan dilihat dari berbagai segi.9

Suami istri harus bisa menjaga keharmonisan hubungan rumah tangga

dengan saling memberikan kasih sayang dan saling mengerti satu sama lain

untuk bisa menjaga keharmonisan rumah tangga tersebut. Apabila salah satu

diketahui menjalin hubungan dengan orang lain, maka salah satu dari mereka

harus memberikan teguran atas tingkah lakunya tersebut yang menjalin

dengan orang lain.

Islam memberikan jalan keluar ketika suami-istri yang tidak dapat lagi

meneruskan perrkawinan, dalam arti ketidak cocokan pandangan hidup dan

perselisihan rumah tangga yang tidak bias didamaikan lagi, maka diberikan

8 Ahmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, Cet.13, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Lihat

juga Bakri A. Rahman dan Ahmad Sukarja, Hukum Perkawinan Menurut Undang-undang Perkawinan dan Hukum Perdata/BW, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1981), 14.

(14)

5

jalan keluar yang dalam istilah fikih disebut dengan talak (perceraian).

Agama Islam membolehkan suami-istri bercerai, tentunya dengan

alasan-alasan tertentu walaupun perceraian tersebut dibenci Allah.

Meskipun tidak terdapat dalam al-Qur’an ayat-ayat yang menyuruh

atau melarang eksistensi perceraian itu; sedangkan untuk perkawinan

ditemukan beberapa ayat yang menyuruh melakukannya.Walaupun banyak

ayat al-Qur’an yang mengatur talak, namun isinya hanya sekedar mengatur

bila talak mesti terjadi, meskipun dalam bentuk suruhan atau larangan.10

Masalah talak menjadi hak pihak suami oleh para ulama telah

disepakati, karena khit}a>b atau pelaku kata t}alaqa dalam ayat al-Quran selalu

laki-laki, jadi pelaku hukum talak pun tentu pihak suami. Hak talak ini dapat

ini dapat digunakan untuk menjadi jalan keluar bagi kesulitan yang dihadapi

suami dalam melangsungkan situasi rukun damai alam kehidupan rumah

tangga.Rumah tangga yang dibangun melalui akad nika>h} harus dilandasi

dengan rasa cinta kasih antara dua belah pihak, sehingga apabila rasa cinta

menjadi tidak ada diantara mereka dan sulit dipulihkan, tetapi yang ada

kemudian hanya benci membenci, terbukalah pintu yang memberi hak talak

kepada suami.11

Perceraian merupakan solusi terakhir yang dapat ditempuh oleh

suami-istri dalam mengakhiri ikatan perkawinan setelah sebelumnya mengadakan

10Ibid.,200.

(15)

6

upaya perdamaian secara maksimal. Perceraian dapat dilakukan atas

kehendak suami atau permintaan istri kepada suami untuk menceraikan

dirinya yang disebut cerai talak..

Perselisihan antara suami-istri memang sering terjadi, namun dibalik

perselisihan pasti ada yang menyebabkan perselisihan itu terjadi.Masalah

termohon atau pemohon yang tidak mampu dan mencukupi kebutuhan

layaknya suami-istri.

Walaupun talak itu dibenci terjadi dalam suatu rumah tangga, namun

sebagai jalan terakhir bagi kehidupan rumah tangga dalam keadaan tertentu

boleh dilakukan.12

Dalam kasus yang ada dalam pengadilan agama Gresik yaitu

bahwasanya rumah tangga pemohon dan termohon telah terbina selama 11

tahun dan telah dikaruniani 2 anak, termohon seringkali menolak jika

pemohon mengajak hubungan badan dengan alasan capek, pemohon telah

mengetahui bahwa termohon berselingkuh dengan laki-laki lain yang

merupakan teman kerjanya, dan selalu terjadi perselisihan antara keduanya

yang diakibatkan tingkah laku dari termohonyang telah dilarang

berhubungan dengan laki-laki tersebut namun termohon tetap melakukannya,

sehingga pemohon mengajukan permohonannya kepada Pengadilan Agama

Gresik untuk menceraikan istrinya atas dasar alasan istrinya tidak mampu

(16)

7

dan mencukupi kebutuhan yang layak kepada pemohon dan diketahui telah

menjalin hubungan dengan laki-laki lain.

Dalam kerangka inilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian

terhadap pertimbangan hakim dalam putusan perkara Nomor :

0181/Pdt.G/2013/PA.Gs. dan pada skripsi ini penulis mengangkat judul

“Analisis Yuridis Terhadap Putusan Pengadilan Agama Gresik NO.

0181/Pdt.G/2013/PA.Gs Tentang Cerai Talak Karena Adanya Pria Idaman

Lain (PIL)”.Dengan harapan bahwa skripsi ini dapat bermanfaat dan sedikit

menyumbangkan keterangan mengenai perselisihan antara suami istri akibat

istri telah memiliki hubungan dengan laki-laki lain.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut, penulis mengidentifikasi

mengenai pelaksanaan putusan cerai talak yang dikarenakan istri

mempunyai pria idaman lain (PIL) dalam praktek di Pengadilan Agama

Gresik pada Tahun 2013. Penulis membatasi masalahdan memfokuskan

pada beberapa permasalahan antara lain:

a. Pengertian perkawinan

b. Perkawinan menurut Undang-Undang

c. Perkawinan menurut Hukum Islam

(17)

8

e. Faktor-faktor penyebab perceraian

f. Akibat yang ditimbulkan apabila terjadinya perceraian

g. Analisis yuridis

h. Tinjauan hukum positif dan hukum Islam tentang perceraian

i. Pelaksanaan putusan

2. Batasan Masalah

Sesuai latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan

di atas, maka untuk memperdalam pembahasan, dibatasi masalah tentang

bagaimana perkara yang terjadi di Pengadilan Agama Gresik Nomor

0181/Pdt.G/2013/PA.Gs .

a. Dasar dan pertimbangan hukum dalam memutus perkara nomor

0181/Pdt.G/2013/PA.Gs di Penngadilan Agama Gresik.

b. Analisis yuridis terhadap dasar dan pertimbangan hukum dalam

memutus perkara dengan Nomor 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs di

Pengadilan Agama Gresik.

C. Rumusan Masalah

Dalam kehidupan rumah tangga antara suami-istri seharusnya saling

melengkapi satu sama lain dan memenuhi kebutuhan lahir maupun batin,

namun ketika semua yang diharapkan tidak juga tercapai dalam kehidupan

rumah tangga tersebut dapat timbul perkara yang sebenarnya tidak

(18)

9

1. Bagaimana dasar dan pertimbanganhukum atas putusan Pengadilan

Agama Gresik No. 0181/Pdt.G/2013/ PA.Gs tentang cerai talak karena

adanya pria idaman lain?

2. Bagaimana analisis yuridis terhadap dasar dan pertimbangan hukum

Pengadilan Agama Gresik dalam putusan perkara No.

0181/Pdt.G/2013/PA.Gs tentang cerai talak karena adanya pria idaman

lain?

D. Kajian Pustaka

Untuk menentukan arah pembahasan dalam skripsi ini, penulis

menelaah literatur yang pembahasanya menyerupai judul yang akan penulis

kemukakan dalam penulisan skripsi ini, antara lain:

1. Analisis Hukum Islam Terhadap Putusan Pengadilan Agama Malang No.

1106/Pdt. G/2011/PA.Mlg. Tentang Perceraian Karena Suami Waria.13

Dari judul skripsi yang diangkat oleh M. Lutfi Afandi tersebut dijelaskan

bahwa perceraian yang terjadi disebabkan karena istri/pnggugat kecewa

dengan suaminya/tegugat karena mempunyai kelainan, yaitu suami

mengaku sebagai waria, sehingga dalam berhubungan suami istri tidak

terpenuhi layaknya suami istri pada umumnya. Dalam skripsi tersebut

berfokus pada perkara bahwa suami/termohon mempunyai wanita idaman

(19)

10

lain yang berakibat pada jatuhnya gugatan istri kepada suaminya melalui

Pengadilan Agama.

2. Analisis Hukum Islam Terhadap Putusan Pengadilan Agama Malang No.

2193/Pdt. G/2012/PA.Mlg. Tentang Cerai Gugat Karena Tuntutan

Nafkah.14Dalam skipsi tersebut dijelaskan bahwa pokok perkara yang

diangkat adalah istri keberatan dengan suaminya karena tidak mampu

mencukupi nafkah yang harusnya diberikan seorang suami kepada

istrinya. Dalam skripsi ini bahwa suami/termohon mempunyai perempuan

simpanan atau Wanita Idaman Lain (WIL) setelah adanya ikatan

perkawinan dengan istri/pemohon.

3. Cerai Gugat Karena Istri Selingkuh Dalam Putusan Perkara Nomor :

603/Pdt.G/2009/PA.Mlg. (Analisis Dengan Pendekatan Maqa>sid

al-Shari’ah).15 Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa putusan hakim

dalam memutuskan tentang kasus perkara pada putusan Nomor :

603/Pdt.G/2009/PA.Mlg. hukumnya boleh dan tidak bertentangan dengan

Maqa>sid ash-Sha>ri’ah dan sudah sesuai dengan Maqa>sid ash-Sha>ri’ah.

Sedangkan dalam skripsi ini yang berjudul “Analisis Yuridis Terhadap

Putusan Pengadilan Agama Gresik NO. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs Tentang

14Hulaifatul Hamimah, Analisis Hukum Islam Terhadap Putusan Pengadilan Agama Malang No. 2193/Pdt. G/2012/PA.Mlg. Tentang Cerai Gugat Karena Tuntutan Nafkah, Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013.

15Mokhamad Hasan Basri, Cerai Gugat Karena Istri Selingkuh Dalam Putusan Perkara Nomor :

(20)

11

Cerai Talak Karena Adanya Pria Idaman Lain (PIL)” menekankan pada

pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara cerai talak yang

diakibatkan istri mempunyai pria idaman lain (PIL).

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi dasar dan pertimbanganhukum

dalam memutus perkara di Pengadilan Agama Gresik No.

0181/Pdt.G/2013/ PA.Gs tentang cerai talak karena adanya pria idaman

lain (PIL).

2. Untuk mengetahui analisis yuridis terhadap dasar dan

pertimbanganhukum hakim dalam putusan perkara No. 0181/Pdt.G/2013/

PA.Gs tentang cerai talak karena adanya pria idaman lain (PIL).

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat, yaitu :

Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi

pengembangan khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang

perceraian (cerai talak) di Peradilan Agama (Hukum Perkawinan).

(21)

12

Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat

luas yang bermaksud mengetahui seluk beluk pelaksanaan putusan cerai

talak yang dikarenakan adanya pria idaman lain (PIL).Sehingga menjadi

bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk menelaah dan mengkaji

lebih jauh terhadap masalah tersebut.

G. Definisi Operasional

Analisis Yuridis : Penelitian menganalisis masalah dengan

ketentuan hukum positif di Indonesia dengan

menganalisa secara Undang-Undang dan

ketentuan yang berlaku di Indonesia yang

meliputi Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan, Jo PP No. 9 Tahun 1975,

Undang No. 7 Tahun 1989, Jo

Undang-Undang No 3 Tahun 2006 dan Kompilasi

Hukum Islam (KHI).

Cerai Talak : memutus ikatan perkawinan dengan istri di

depan majelis hakimPengadilan Agama Gresik.

Pria Idaman Lain (PIL) : Seorang laki-laki yang menjadi simpanan atau

selingkuhan istri saat masih ada ikatan suami

istri yang mengakibatkan kehancuran rumah

(22)

13

H. Metode Penelitian

Untuk dapat menyelesaikan skripsi ini, menggunakan metode sebagai

berikut:

1. Data yang Dikumpulkan

Dengan adanya penelitian ini maka data yang diperlukan adalah:

a. Data tentang duduk perkara putusan No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs

tentang cerai talak karena adanya pria idaman lain (PIL) di

Pengadilan Agama Gresik.

b. Data laporan pertimbangan hukum tentang putusan hakim perkara

No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs tentang cerai talak karena adanya pria

idaman lain (PIL) di Pengadilan Agama Gresik.

c. Data tentang dasar hukum di Pengadilan Agama Gresik atas perkara

putusan No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs tentang cerai talak karena

adanya Pria Idaman Lain (PIL) di Pengadilan Agama Gresik.

d. Data yang terkait tentang macam-macam alasan perceraian yang ada

(23)

14

2. Sumber Data

a. Sumber Primer

1. Dokumen

Yaitu data putusan perkara yang diperoleh dari dokumen

putusan perkara No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs tentang cerai talak

karena adanya pria idaman lain (PIL) di Pengadilan Agama

Gresik.

2. Wawancara

Yaitu data tentang dasar dan pertimbangan hukum hakim

yang diperoleh dari wawancara dengan hakim yang memutuskan

perkara No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs tentang cerai talak karena

adanya pria idaman lain (PIL) maupun informasi-informasi yang

diperoleh dari anggota panitera di Pengadilan Agama gresik.

b. Sumber Sekunder

Yaitu data yang diambil dan di peroleh dari bahan pustaka dengan

mencari data atau informasi berupa benda-benda tertulis seperti

buku-buku, majalah, dokumen peraturan-peraturan dan catatan harian

lainnya. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan data

sekunder berupa buku-buku yang terkait dengan pembahasan ini,

(24)

15

1. Buku “Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan di

Indonesia” karya Lili Rasjidi.

2. Buku “Hukum perkawinan Islam di Indonesia” karya Prof. Dr.

Amir Syarifuddin.

3. Yurisprudensi Pengadilan Agama Gresik tentang cerai talak

karena adanya pria idaman lain (PIL).

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data-data tersebut, dengan menggunakan 2

cara, yaitu :

a. Dokumentasi.

Yaitu merupakan teknik pengumpulan data-data atau dokumen

awal dari putusan Pengadilan Agama.Mengkaji data yang bersumber

dalam dokumen resmiyang berkaitan dengan putusan Pengadilan

Agama Gresik tentang cerai talak karena adanya Pria Idaman Lain

(PIL).

b. Wawancara.

Yaitu sebuah dialog yang dilakukan pewawancara (interview)

untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Mengadakan

wawancara dan Tanya jawab langsung dengan hakim Pengadilan

Agama Gresik yang bersangkutan dengan perkara ini dan Panitera

(25)

16

4. Teknik Pengelolaan Data

a. Editing yaitu memeriksa kembali data-data secara cermat, dari segi

kelengkapan, kejelasan makna, serta kesesuaian antara data satu

dengan yang lain.

b. Klasifikasi/pengorganisasian data yaitu dengan mengatur dan

menyusun data dengan sedemikian rupa sehingga menghasilkan

bahan-bahan yang akurat untuk melakukan perumusan.

5. Teknik Analisis Data

Sejalan dengan arah studi yang dipilih sebelumnya maka metode

pembahasan yang digunakan adalah:

a. Deskriptif Analisis yaitu aktivitas atau analisis informasi yang

menitikberatkan kegiatannya pada penelitian dokumen, menganalisis

peraturan dan keputusan-keputusan hukum hakim yang terkait dalam

putusan perkara No. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs tentang cerai talak

karena adanya pria idaman lain (PIL).

b. Deduktif yaitu mengemukakan dalil-dalil yang bersifat umum menuju

khusus.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk lebih memudahkan dalam pembahasan skripsi ini, secara

keseluruhan penelitian ini, dibagi atas lima bab. Adapun setiap babnya terdiri

(26)

17

Bab Pertama memuat Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan hal-hal

yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan

masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil

pnelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika

pembahasan.

Bab Kedua memuat kajian teori. Kajian teori merupakan bahan

rujukan untuk menganalisis materi pokok yang akan diteliti, oleh karena itu

dalam kajian teori ini akan dipaparkan mengenai pengertian dan dasar

perceraian, jenis dan alasan perceraian, akibat dan hikmah perceraian.Dan

teori perceraianmenurut perundang-undangan (No. 1 tahun 1974, Jo PP No. 9

tahun 1975, Undang-undang No. 7 tahun 1989, Jo Undang-undang no 3

tahun 2006 dan menurut KHI).

Bab Ketiga memuat uraian tentang data laporan hasil penelitian

tentang Putusan Perkara Pengadilan Agama Gresik, gambaran umum dan

sejarah singkat Pengadilan Agama Gresik, kewenangan Pengadilan Agama,

wilayah yuridiksi, Deskripsi Putusan tentang Perceraian Suami Istri Akibat

adanya Pria Idaman Lain (PIL) di Pengadilan Agama Gresik Pada Perkara

Cerai Talak Nomor : 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs, dasar dan Pertimbangan

Hukum Majelis Hakim serta implikasi dalam Memutuskan Perceraian Suami

Istri Akibat adanya orang ketiga di Pengadilan Agama Gresik Pada Perkara

(27)

18

Bab Keempat memuat Analisis putusan tentang Cerai Talak suami

akibat istri mempunyai lelaki idaman lain di Pengadilan Agama Gresik.

Dalam bab ini dijelaskan hal-hal mengenai kronologis kasus Perseraian

Perkara Nomor: 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs di Pengadilan Agama Gresik, Dasar

dan Pertimbangan Hukum Hakim dalam Kasus Cerai TalakPutusan Perkara

Nomor: 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs di Pengadilan Agama Gesik, Analisis

putusan perkara.

Bab Kelima memuat penutup, merupakan bab terakhir yang berisi

kesimpulan yaitu menyimpulkan pembahasan sesuai dengan rumusan

masalah yang diangkat, Selain itu juga terdapat saran-saran yang bersifat

(28)

BAB II

PERCERAIAN MENURUT HUKUM POSITIF DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI)

A. Perceraian Menurut Hukum Positif

1. Pengertian dan Dasar Perceraian

a. Pengertian Perceraian

”Putusnya Perkawinan” adalah istilah hukum yang digunakan dalam

Undang-Undang perkawinan untuk menjelaskan “perceraian” atau

berakhirnya hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dengan

perempuan yang telah hidup sebagai suami istri.1

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

dijelaskan bahwa perceraian hanya dapar dilakukan di depan pengadilan

setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil

mendamaikan kedua belah pihak.2

Sebagaimana yang disebut dalam pasal 1 Undang-Undang No. 1

Tahun 1974 dijelaskan bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk

keluarga bahagia, kekal, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa atau

dalam KHI disebut dengan mi>tha>qan ghali>z}a (ikatan yang kuat), namun

dalam realitanya seringkali perkawinan tersebut kandas di tengah jalan

(29)

20

yang mengakibatkan putusnya perkawinan baik karena sebab kematian,

perceraian ataupun karena putusan Pengadilan berdasrkan syarat-syarat

yang telah ditetapkan oleh undang-undang.3

Pasal yang menyebutkan bahwasannya perkawinan dapat putus ada

beberapa sebab, yakni dalam Pasal 38 Undang-Undang Perkawinan

dinyatakan bahwasannya perkawinan dapat putus karena kematian,

perceraian, dan atas keputusan pengadilan.4

Kematian sebagai penyebab putusnya perkawinan adalah jika salah

satu pihak baik suami atau istri meninggal dunia. Sedangkan untuk sebab

perceraian, Undang-Undang Perkawinan memberikan aturan-aturan yang

telah baku, terperinci, dan sangat jelas. Adapun putusnya perkawinan

dengan keputusan Pengadilan adalah jika kepergian salah satu pihak

tanpa kabar berita untuk waktu lama.Undang-undang Perkawinan tidak

menyebutkan berapa lama jangka waktu untuk menetapkan hilangnya

atau dianggap meninggalnya seseorang itu.5

b. Dasar Perceraian

Dalam perundang-undangan Indonesia mengenai perceraian ini diatur

dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang

3 Martiman Prodjohamidjodjo, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: Indonesia Legal Center

Publishing, 2002), 41.

4 Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama, (Jakarta: Badan Peradilan Agama RI,2001), 140.

5Lili rasjidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia, (Bandung: Alumni, 1982),

(30)

21

tercantum pada Pasal 38 sampai 41. Pada Pasal 38 Undang-undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan disebutkan bahwa:

“Perkawinan dapat putus karena; a) kematian, b) perceraian, dan c) atas

putusan pengadilan.

Dalam perundang-undangan Indonesia, dibedakan antara perceraian

atas kehendak suami dan perceraian atas kehendak istri. Hal ini karena

karakteristik hukum Islam dalam perceraian memang menghendaki

demikian sehingga proses penyelesaiannya berbeda.6

2. Macam-macam dan Alasan Perceraian

a. Macam-macam Perceraian

Perceraian menurut hukum positif meliputi 2 macam, yaitu:

1. Cerai Talak

Cerai talak menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989

tentang Peradilan Agama dalam Pasal 66 adalah seorang suami yang

beragama Islam yang akan menceraikan istrinya mengajukan

permohonan kepada pengadilan untuk mengadakan sidang guna

menyaksikan ikrar talak.7

6 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Cet. 4, (Jakarta: Pustaka Pelajar,

2003), 206.

(31)

22

2. Cerai Gugat

Sedangkan cerai gugat menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989

tentang Peradilan Agama dalam Pasal 73 adalah gugatan perceraian

yang diajukan oleh istri atau kuasanya kepada Pengadilan yang daerah

hukumnya meliputi tempat keadilan penggugat, kecuali apabila

penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama

tanpa izin tergugat.8

b. Alasan Perceraian

Untuk alasan peceraian lainnya dapat dijumpai pula dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, yaitu:

Dalam Pasal 19 dijelaskan bahwa alasan-alasan yang dapat dipakai

untuk mengajukan cerai ada enam poin yang harus diperhatikan. Diantara

point tersebut yaitu bila salah satu pihak (suami atau istri) melakukan

perzinaan ataupemabuk, pemadat, penjudi, dan sebagainya yang susah

untuk disembuhkan; salah satu pihak pergi tanpa kabar selama 2 tahun;

mendapat hukuman penjara minimal 5 tahun setelah menikah; melakukan

kekejaman dan penganiayaan atau yang biasa disebut dengan KDRT

(Kekerasan Dalam Rumah Tangga); mempunyai cacat badan yang

menyebabkan suami/istri tidak dapat memenuhi kewajibannya; dan

(32)

23

antara keduanya terdapat perselisihan yang terus menerus tanpa ada

hentinya dan kemungkinan tidak dapat hidup rukun kembali.9

Untuk alasan perceraian ini, dalam KHI juga menjelaskan hal yang

sama tentang alasan perceraian. Hanya saja di dalam KHI terdapat dua

point tambahan dalam penyempurnaannya, yaitu bila suami melanggar

taklik talak yang sudah disepakati sebelum menikah dan salah satu pihak

berpindah dari agama Islam (murtad) yang menyebabkan tidak ada

kerukunan dalam rumah tangga.10

3. Akibat Perceraian

Perceraian yang telah terjadi tidak mungkin tidak menimbulkan

akibat bagi yang bersangkutan. Undang-undang No. 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan menjelaskan akibat tersebut, yaitu terdapat dalam

Pasal 41 yang berisikan tiga poin, di antaranya: Mengenai kewajiban

memelihara dan mendidik anak yang harus dilaksanakan oleh kedua orang

tua, dan apabila terdapat perselisihan, pengadilan lah yang berhak

memutuskan; Semua biaya pemeliharaan dan pendidikan dibebankan

kepada bapak (suami), apabila kenyataannya bapak tidak dapat

menanggung, maka pengadilan memutuskan ibu (istri) juga ikut serta

9 Undang-undang Pokok Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Cet. 5, Pasal 19,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2004), 38.

(33)

24

menanggung biaya tersebut; dan bagi suami wajib member biaya untuk

istri yang sudah diceraikannya/yang menceraikannya.11

B. Perceraian Menurut Kompilasi Hukum Islam

1. Pengertian dan Dasar Perceraian

a. Pengertian Perceraian

Cerai berasal dari bahasa Arab “t}alak” diambil dari kata “it}la>q” yang

menurut bahasa berarti memutus ikatan atau melepaskan. Sedangkan

menurut istilah, talak yaitu:

ِحاَكِّلا ُدَِّ ق ٌّح

،

.ِهِوَََْو ِقَاَّلا ِظْفَلِب ِحاَكِّلا ٌدْقَع ٌَّح ْوَا

Artinya: “Memutus ikatan pernikahan, atau melepaskan ikatan

pernikahan dengan kata “t}alaq” atau sejenisnya”.12

Dalam redaksi lain juga diungkap arti kata talak, yaitu:

.ِةَّ ِجْوَّْلا ِةَقَاَعْلا ُءاَهْ نِإَو ِجاَوَّلا ُطِباَر ٌَّح

Artinya: “Melepas tali Pernikahan dan mengakhiri hubungan suami istri.”13

Menurut al Ja>ziri, talak ialah:

َزِإ ُقَاَّلا

ا

َكِّلا ُةَل

ا

ِح

ظْفَلِب ِهِلَح ِناَصْقَ ن ْوَأ

صْوُصََْ

11Lihat Pasal 41 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

12Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Isla>m wa Adillatuh, (Beirut: Da>r al Fikr, 1989), Cet. 3, Juz. 7, 356.

Lihat juga Abi> Sa’i>d Uma>r bin Gharamah al-‘Amrawi>, Ah}ka>m al-T}ala>q Fi al-Kita>b wa al-Sunnah wa al-Ijma>’, (Riyad}: Da>r al-Tahawi Library, t.th), 57.

13 Sayyid Sa>bi>q, Fiqh al-Sunnah, (al-Qa>hirah: Da>r al-Fath Li al-I’la>m al-‘Arabi>, 2000) Cet. 1, Jilid. 2,

(34)

25

Artinya: “Talak ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi

pelepasan ikatannya dengan menggunakan kata tertentu”.14

Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam dijelaskan bahwa

perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama

setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil

mendamaikan kedua belah pihak.15

Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang

menjadi salah satu penyebab putusnya pernikahan, dengan cara sebagai

mana dimaksud dalam pasal 129, 130, dan 131.16

Jadi, pada intinya talak adalah putusnya ikatan perkawinan antara

suami istri yang diakibatkan oleh sebab-sebab tertetu yang tidak dapat

memenuhi tujuan dari diadakannya suatu perkawinan, yaitu keluarga

yang Sa>kinah mawaddah wa rah{mah.

b. Dasar Perceraian

Talak disyari’atkan dalam al-Qur’an, sunnah, dan juga

ijma’.17Meskipun sebenarnya talak itu dibenci Allah, hal ini masih

dibolehkan selama penikahan yang telah terjadi tidak dapat

dipertahankan lagi. Ini merupakan cara yang terakhir ditempuh dalam

14Abdurrah}man al-Ja>ziri, al-Fiqh Ala> Madhahib al-Arba’ah, (Bur Sai>d: Maktabah Thaqafah

al-Di>niyah, t.th), 215.

15 Cik Hasan Basri (et.al.), ed., Kompilasi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional, Cet. II,

Pasal. 115, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), , 175.

(35)

26

suatu pernikahan jika pernikahan tersebut menjumpai masalah yang tak

dapat diselesaikan melalui jalan perdamaian.

Adapun dasar dari diperbolehkannya talak, antara lain:

1) Al-Qur’an                                                          

Artinya: “apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang ma'ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian.itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS.

Al-Baqarah: 232)18

                                                                    

Artinya: “Wahai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah

18

(36)

27

mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.kamu tidak mengetahui barangkali Allah Mengadakan sesudah itu

sesuatu hal yang baru.”(QS. al- T{alaq: 1)19

2) Sunnah

َق َامُهْ َّع ها َيِضَر ساََّع ِنْبا ْنَع

َلا

َا :

َت

َّلا ى

ِِّ

َص َل

ُها ى

َع َل

ّْ ِه

َو َس

َل َم

َر ُج

ٌّ

َ ف ،

َق

َلا

َي :

ا

َر ُس

ْو َل

َس ،ها

ِّ ِد

َز ي

ْو َج

ِن

َا َم

َت ُه

َو ُ

َو ُي

ِر ْي ُد

َا

ْن

ُ ي َف ِر

َق

َ ب ّْ

ِن

َو َ ب

ْ ّ َ ّ َه

َق ؟ا

َلا

:

َف

َص

ِع َد

َر

ُس ْو

ُل

ِها

َص َل

ُها ى

َع َل

ّْ ِه

َو َس

َل َم

ْلا

ُم َت َ ّ

َر

َ ف ،

َق

َلا

ّ يآَي ,, :

َه

َّلا ا

ُسا

َم

َب ا

َلا

َا

َح َ

د

ُك

ْم

ُ ي َّ ِو

ُج

َع ّْ

َد ُه

َا َم

َت ُه

،

ُي َُم

ِر ْي ُد

َا

ْن

ُ ي َف

َقِر

َ ب ْ ّ

َ ّ ُه

َم

َاََإ،،.ا

َّلا

َا

َق

ِل

َم ْن

َأ

َخ

َذ

ِب

َسلا

ِقا

ردلاو هجام نبا هور(

)ىّق

20

Artinya: “Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: ada seorang laki-laki dating menghadap Nabi Saw. Lalu ia bertanya: Ya Rasu>lullah, tuanku telah menikahkan aku dengan amatnya dan skarang ia bermaksud menceraikan antara aku dan istriku (bagaimana pendapatmu)?, Ibnu Abbas berkata: Kemudian Rasu>lullah Saw. naik ke atas mimbar lalu ia besabda: “hai manusia, bagaimana ihwal salah seorang hambanya dengan amatnya (hamba perempuan) kemudian ia bermaksud menceraikan antara keduanya? Sebenarnya talak itu (hak) bagi orang yang mengambil betis (tanggung jawab).” (HR. Ibnu Majah dan Da>rul Qut}ni).

َو َع

ْن

ْبا ِن

ُع

َم َر

َع

ِن

َّلا

ِِِ

َص َل

ُها ى

َع َل

ّْ ِه

َو َس

َق َمَل

ََلا

ْ ب َغ

ُض

َْلا

َا

ِل

ِا

َل

ِها

َع

َّ

َو َج

َّ

َّلا

َا

ُق

)

ةجام نباو دواد وبأ هور

حّحص داّسإب

(

21

Artinya: “Dan dari Ibnu Umar, bahwa sesungguhnya Rasu>lullah Saw. bersabda: “Perkara halal yang paling dibenci oleh Allah

19 Ibid., 559

20 Maktabah Alfiyah, Muh{ammad bin Ali bin Muh{ammad al-Shaukani, Nailul Autor, (Beirut: Da>r

al-Ji>l, 1973), Juz 7, 2.

21 Imam Hafiz, Abi Daud Sulaiman ibn al-Ash’ath al-Sajastani al-Azdi, Sunan Abi Daud, Cet. 1,

(37)

28

‘Azza wa Jalla adalah talak.” (H. Abu> Daud dan Ibnu Majah dan sanad yang s}ah}ih}).

3) Ijma’

Para fuqaha sepakat atas diperbolehkannya talak ini, dan secaa

akal dan fikiran ini adalah kuat mengingat bahwa karena talak akan

dapat terjadi atau dilakukan jika terdapat ketidakharmonisan dalam

rumah tangga (pada keadaan suami istri)22

Dalam perundang-undangan Indonesia membedakan antara

perceraian atas kehendak suami dan perceraian atas kehendak istri.

Hal ini karena karakteristik hukum Islam dalam perceraian memang

menghendaki demikian sehingga proses penyelesaiannya berbeda.23

2. Macam-macam dan Alasan Perceraian

a. Macam-macam Perceraian

Secara garis besar ditinjau dari boleh atau tidaknya rujuk kembali,

talak dibagi menjadi dua macam, yaitu:24

1) Talak raj’i

Talak raj’i yaitu talak di mana suami masih mempunyai hak untuk

merujuk kembali istrinya, setelah talak itu dijatuhkan dengan

lafal-lafal tertentu,dan istri benar-benar sudah digauli.25

22Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Isla>m wa Adillatuh,… 357

23 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Cet. 4, (Jakarta: Pustaka Pelajar,

2003), 206.

(38)

29

Firman Allah SWT.:

                                                                    

Artinya :Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar)dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.kamu tidak mengetahui barangkali

Allah Mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru”.

(Q>S. At}-T{alaq:1)26

2) Talak ba’in

Talak ba’in di bagi menjadi 2 macam yaitu:27

a) Talak ba’in sughra>

Talak ba’in sughra> yaitu talak yang terjadi kurang dari tiga

kali, keduanya tidak hak rujuk dalam masa iddah, akan tetapi

boleh dan bisa menikah kembali dengan akad baru.28

25 Drs. Slamet Abidin, Drs. H. Aminuddin, Fiqih Munakah}at, Jil. 2, Cet. 1, (CV. Pustaka Setia, 1999),

17.

(39)

30

Firman Allah SWT.:

                             ………….

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya…..” (QS.

Al-Ahzab:49)29

Talak ba’in sughra> sebagaimana tersebut dalam pasal 119 KHI

adalah :30

(1) Talak ba’in sughra> adalah talak yang tidakboleh dirujuk,

tetapi boleh akad nikah baru dengan bekas suaminya meskipun

dalam masa iddah.

(2) Talak ba’in sughra> sebagaimana tersebut pada ayat (1) adalah:

a. Talak yang terjadi qabl ad-dukhu>l; b. Talak dengan tebusan

atau khuluk; dan c. Talak yang dijatuhkan Pengadilan Agama;

b) Talak ba’in kubra>

Talak ba’in kubra> yaitu talak yang terjadi sampai tiga kali

penuh dan tidak ada rujuk dalam masa iddah maupun dengan

nikah baru, kecuali dalam talak tiga sesudah tah}li>l.31

29

Kementerian Agama R.I., Mus}af Al-Qur’an dan Terjemahannya…, 425.

(40)

31

Talak jenis ini tidak dapat dirujuk dan tidak dapat dinikahkan

kembali, kecuali apabila pernikahan itu dilakukan setelah bekas

istri menikah dengan orang lain dan kemudian terjadi perceraian

ba’da ad-duhku>l dan habis masa iddahnya.32

Allah SWT. berfirman:















 





…………..

Artinya : “Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak

yang kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal

baginya hingga Dia kawin dengan suami yang lain…..”

(Q.S. Al-Baqarah:230)33

b. Alasan Perceraian

Alasan perceraian adalah suatu kondisi di mana suami atau istri

mempergunakan sebagai alasan untuk mengakhiri atau memutuskan tali

pernikahan mereka.

Setidaknya ada empat kemungkinan yang terjadi dalam kehidupan

rumah tangga yang dapat memicu timbulnya keinginan untuk memutus/

terputusnya pernikahan.34

32Moh. Idris Ramulyo, Hukum perkawinan Islam…, 153.

33Kementerian Agama R.I., Mus}af Al-Qur’an dan Terjemahannya…, 37.

34 Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, Cet. 2, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997),

(41)

32

1. Terjadinya nushuz dari pihak istri

Nushuz bermakna kedurhakaan yang dilakukan seorang istri

terhadap suaminya.Hal ini dapat terjadi dalam bentuk pelanggaran

perintah, penyelengan dan hal-hal yang dapat mengganggu

keharmonisan rumah tangga. Mengenai hal ini al-Qur’an memberikan

petunjuk, yaitu:                                                                 

Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu maka perempuan yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Perempuan-permpuan yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi

Maha besar. (QS.al-Nisa’: 34).35

Berangkat dari ayat di atas, al-Qur’an memberikan opsi sebagai

berikut:

35

(42)

33

1) Istri diberi nasehat dngan cara yang ma’ruf agar ia segera sada

tehadap kekeliruan yang dibuatnya.

2) Pisah ranjang. Cara ini bermakna agar hukuman psikologis bagi

istri dan dalam kesendirian tersbut ia dapat melakukan koreksi

diri terhadap kekeliruannya.

3) Apabila cara ini tidak berhasil langkah berikutnya adalah memberi

hukuman fisik dengan cara memukulnya. Penting untuk dicatat,

yang boleh dipukul hanyalah bagian yang tidak membahayakan si

istri seperti betisnya.36

2. Terjadinya nushuz dari pihak suami.37

Nushuz tidak hanya dapat terjadi dan dilakukan oleh istri, suami

juga dapat berlaku nushuz. Selama ini sering disalah pahami bahwa

nushuz hana dating dari pihak istri saja, padahal al-Qur’an

menyebutkan adanya nushuz dari suami sesuai dengan ayat al-Qur’an

dalam surat al-Nisa’ ayat 128, yaitu:

36Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia,…, 270. Menurut kitab Uqu>d al-Lujjain, ada beberapa

alasan suami boleh memukul istrinya seperti, jika istri menolak berhias atau bersolek dihadapan suami, menolak ajakan tidur, keluar rumah tanpa izin, memukul anak kecilnya yang sdang menangis, mencaci maki orang lain, menyobek-nyobek pakaian suami, mngucapkan kata-kata tak pantas, menampakkan wajah pada laki-laki yang bukan muhrimnya, menolak menjalin kekeluargaan dengan keluarga suami. Lihat komentar FK 3 di dalam wajah Bara Relasi Suami-Istri, tela’ah kitab ‘Uqu>d al -Lujjain (Yogyakarta: LKIS, fk3, 2001), 26.

(43)

34                                          

Artinya: “Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap

tidak acuh dari suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya Mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.

al-Nisa’: 128)38

Kemungkinan nushuz-nya seorang suami dapat terjadi dalam

bentuk kelalaian dari pihak suami untuk memnuhi kewajibannya pada

istri, baik nafkah lahir maupun nafkah batin.

3. Terjadinya perselisihan/percekcokan antara suami istri (Shiqa>q)39

Jika dua kemungkinan di atas menggambarkan salah satu pihak

nushuz sedangkan pihak lain dalam kondisi normal, maka

kemungkinan yang ktiga ini terjadi karena kedua-duanya terlibat

dalam percekcokan (shiqa>q), misalnya disebabkan kesulitan ekonomi,

sehingga keduanya sering bertengkar. Dalam hal ini al-Qur’an

memberi petunjuk dalam surat al-Nisa’ ayat 35, yaitu:

38 Kementerian Agama R.I., Mus}af Al-Qur’an dan Terjemahannya…, 100. 39

(44)

35                                

Artinya: “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha

Mengenal. (QS. al-Nisa’: 35)40

Dari ayat di atas jelas sekali aturan Islam dalam mnangani

problema kericuhan dalam rumah tangga. Dipilihnya ha}kam

(arbitrator) dari masing-masing pihak dikarenakan paa perantara itu

akan lebih mengetahui karakter, sifat keluarga sendiri. Ini lebih

mudah untuk mendamaikan suami istri yang sedang bertengkar.

Ulama’ sependapat bahwa mengirim juru damai itu diperbolehkan,

apabila terjadi perselisihan antara suami istri tanpa diketahui

sebab-sebab perselisihan itu, yakni siapa yang benar dan siapa yang salah.

Kesepakatan ini didasarkan atas firman Allah yang telah disebutkan

di atas.41

4. Terjadinya salah satu pihak berbuat zina.

Hal ini juga disebut dngan fa>khishah, yang mana menimbulkan

saling tuduh menuduh antara keduanya.Cara penyelesaiannya adalah

40Kementerian Agama R.I., Mus}af Al-Qur’an dan Terjemahannya…, 85.

41 Ibnu Rusyd, Bida>yatul Mujtahid Analisa Fiqih Para Mujtahid, Penerjemah Imam Ghazali Said dan

(45)

36

dengan membuktikan tuduhan yang didakwakan dengan li’a>n. “Li’a>n

sesungguhnya telah memasuki gerbang putusnya pernikahan dan

bahkan untuk selama-lamanya karena akibat li’a>n adalah terjadinya

talak ba’in kubra.42

Dalam hukum Islam perceraian dapat disebabkan oleh

alasan-alasan sebagai berikut:

a. Tidak ada lagi keserasian dan keseimbangan dalam suasana rumah

tangga, tidak ada lagi rasa kasih sayang yang merupakan tujuan

dan hikmah dari pernikahan.

b. Karena salah satu pihak berpindah agama (murtad).

c. Salah satu pihak melakukan perbuatan keji yang dilarang agama.

d. Istri meminta cerai kepada suami dengan alasan suami tidak

berapologi dengan alasan yang dicari-cari dan menyusahkan istri.

e. Suami tidak memberi apa yang seharusnya menjadi hak istri.

f. Suami melanggar janji yang pernah diucapkan sewaktu akad

perkawinan (taqliq talak)

Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, alasan-alasan perceraian itu

adalah:

a. Suami tidak memberi nafkah.

b. Suami berbuat aniaya terhadap istri.

(46)

37

c. Suami ghaib (berjauhan).

d. Suami dihukum penjara.

c. Akibat Perceraian

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) bahwa akibat dari perceraian

dijelaskan dalam Pasal 149 sampai dengan Pasal 160, yaitu: Pasal 149

menjelaskan kewajiban suami setelah perceraian harus memberikan

mut}’ah kepada bekas istrinya dengan jumlah atau kadar yang wajar

kecuali bila istrinya qabl ad-dukhu>l; memberi nafkah kepada bekas istri

selama berlangsungnya masa iddah kecuali jika istri tersebut dijatuhi

talak ba’in atau nushuz dan dalam keadaan hamil; membayar lunas mahar

yang belum dibayarkan; dan memberikan hak h}az}anah kepada anaknya

yang belum berumur 21 tahun.43

Pasal 150 sampai Pasal 151 berisi bolehnya bagi suami untuk merujuk

istrinya yang masih dalam masa iddah dan untuk istri yang masih dalam

masa iddah mempunyai kewajiban untuk menjaga dirinya dan tidak

menerima pinangan dari orang lain. Sedangkan dalam Pasal 151

dijelaskan bagi istri berhak menerima nafkah iddah jika dia tidak

nushuz.44

Selanjutnya dalam Pasal 153 yang berisi sebanyak enam ayat di

dalamnya menjelaskan resiko bagi wanita yang bercerai dari suaminya

43Lihat Pasal 149 Kompilasi Hukum Islam.

(47)

38

untuk melaksanakan iddah yang hitungannya bermacam-macam

tergantung dari kondisi dimana suami istri tersebut berpisah. Dalam pasal

itu juga terdapat pengecualian bahwa tidak ada masa iddah bagi bekas

istri jika bercerai qabl ad-dukhu>l.45

Pasal 154 dan Pasal 155 belum beranjak dari masa tunggu (iddah)

untuk wanita yang bercerai karena khulu’, fasakh, dan li’an berlaku juga

iddah talak. Sedangkan untuk istri yang ditinggal mati suaminya

iddahnya menjadi empat bulan sepuluh hari yang dihitung sejak kematian

suaminya.46

Sedangkan untuk Pasal 156 menjelaskan akibat dari perceraian yang

mengatur tentang hak pemeliharaan dan biaya keperluan anak dari mulai

anak yang belum mumayyiz sampai anak yang sudah mumayyiz oleh

pihak-pihak yang bersangkutan dengan perceraian yang terjadi.47

Kemudian Pasal 157 mengatur tentang harta bersama yang harus

diperhitungkan ketika perceraian terjadi. Sedang Pasal 158 sampai 160

membicarakan mengenai mut}’ah yang wajib dibayarkan oleh bekas suami

kepada bekas istri dengan syarat-syarat tertentu yang diatur dalam

Kompilasi Hukum Islam dan Sunnah diberikan oleh bekas suami tanpa

syarat serta besarnya mut}’ah itu sendiri.48

45Lihat pasal 153 Kompilasi Hukum Islam.

46Lihat pasal 154 dan 155 Kompilasi Hukum Islam. 47Lihat pasal 156 Kompilasi Hukum Islam.

(48)

39

C. Hikmah Perceraian dalam Hukum Positif dan Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Walaupun talak itu dibenci terjadi dalam suatu rumah tangga, namun sebagai

jalan terakhir bagi kehidupan rumah tangga dalam keadaan tertentuboleh

dilakukan.adapun hikmah dibolehkannya talak adalah karena dinamika

kehidupan rumah tangga kadang-kadang menjurus kepada sesuatu yang

bertentangan dengan tujuan pembentukan rumah tangga itu. Dalam keadaan

begini kalau dilanjutkan juga rumah tangga akan menimbulkan muz}arat kepada

kedua belah pihakdan orang disekitarnya. Dalam rangka menolak terjadinya

muz{arat yang lebih jauh, lebih baik ditempuh perceraian dalam bentuk talak

tersebut. Dengan demikian, talak dalam Islam hanyalah untuk suatu tujuan

maslah{at.49

Jika dilihat dari hikmah disyari’atkan talak dari pikiran dahulu, yaitu

keinginan untuk sampai pada penyelamatan/pembebasan dari berbedanya

akhlak, datangnya kebencian secara tiba-tiba yang menjadikan tidak adanya

(terciptanya) penegakan ketentuan dan hukum-hukum Allah.50

Wahbah Zuhaili dalam bukunya juga mengungkapkan hikmah talak itu

sendiri.Dikatakan bahwa talak sangat diperlukan untuk memutus kesulitan

49 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Antara Fiqh Munakah{at dan Undang-undang Perkawinan, Ed. 1, Cet. 2, (Jakarta: Prenada Media, 2006), 201.

50 Imam Kamaluddin Muhammad ibn Abdul Wahid al-Siwasi, Sharh Fath{ul Qadir, Juz. 3, (Beirut: Da>r

(49)

40

keluarga, diatur untuk memenuhi kebutuhan dan dibenci ketika tidak ada

kebutuhan.51 Sesuai hadith:

َو َع

ْن

َ ث ْو َب

َنا

َق

َلا

َق :

َلا

َر

ُس ْو

ُل

ِها

َص َل

ُها ى

َع َل

ّْ ِه

َو َس

َل َم

:

َا ُّ

َا

ْما َر َأ

َس ة

َأ َل

ْت

َز ْو

َج

َاه

َّلا

َا

َق

ِف

ََ

ِْي

َم

َب ا

ْأ

َف س

َح َر

َع ٌما

َل ْ ّ َه

َر ا

ِئا

َح ُة

َْلا َّ

.ِة

)ءاسّلا اا ةسمخا هور(

52

Artinya :“Dan dari thauban, Ia berkata: Rasu>lullah SAW. Bersabda: “ siapa saja perempuan yang minta talak kepada suaminya tanpa ada sebab, maka haram baginya bau surga.” (HR. Imam lima kecuali Imam Nasai)

51Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu…, 358.

52Shaikh Fais}al Ibn Abdul Azi>z, Bustanul Ah}bar Mukhtas}ar Nailul Aut}or, Penerjemah Muammar

(50)

BAB III

CERAI TALAK DALAM PUTUSAN PERKARA NO. 0181/Pdt.G/2013/PA.GS DI

PENGADILAN AGAMA GRESIK

A. Selayang Pandang Tentang Pengadilan Agama Gresik

1. Sejarah Singkat Pengadilan Agama Gresik

Secara Yuridis Formal, Peradilan Agama sebagai suatu Badan Peradilan

yang terkait dalam sistem kenegaraan untuk pertama kali lahir di Indonesia

(Jawa dan Madura) pada tanggal 1 Agustus 1882, berdasarkan Keputusan

Raja Belanda (Konninklijk Besluit) yakni Raja Willem III tanggal 19 Januari

1882 Nomor 24 yang dimuat dalam Staatblad 1882 Nomor 152. Badan

Peradilan ini bernama Priesterraden yang kemudian lazim disebut Rapat

Agama atau Raad Agama dan terakhir dengan Pengadilan Agama.Keputusan

Raja Belanda ini dinyatakan berlaku mulai tangga

Referensi

Dokumen terkait

Proyek perubahan menuju terbentuknya kebiasaan mengelola pengetahuan dikalangan pegawai diinisiasi dengan mengadakan rapat untuk menyadarkan mereka bahwa 1) Pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan tersebut antara lain adalah: (a) lemahnya koordinasi antarunit pelaksana praktik mengajar yang berdampak pada rendahnya kinerja

Tulisan ini merupakan hasil penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekat- an Peragaan dan Penerapan, dari proses eksplorasi gerak yang dilakukan oleh penari tunggal

cottonii terhadap bakteri Escherchia coli, Staphylococcus aureus, Salmonella typhosa dan Vibrio cholera , serta mengetahui nilai konsentrasi hambat minimum yang

Berdasarkan hasil uji waktu hancur tersebut dapat dilihat bahwa waktu hancur dari formula dengan amprotab lebih lama dibandingkan formula dengan amilum batang

Prasarana yang belum memenuhi standar Perpustakaan SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta adalah ruang perpustakaan, karena ukuran standar ruang perpustakaan yang ditentukan dengan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diketahui beda efektivitas 30 media SDA olive oil yang mengandung perasan jeruk purut (citrus hystrix dc ) dan 30

Laporan Realisasi Anggaran (LRA),Neraca, Laporan Operasional(LO), Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Perubahan Ekuitas(LPE), dan Catatan atas Laporan Keuangan(CaLK). 15)