Penelitian Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom) dalam
bidang Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh:
ARIANI B56211102
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses program kunjungan industry sebagai model CSR PT Petrokimia Gresik dan mengetahui apa kelebihan serta kelemahan kunjungan industry sebagai model CSR dalam PT Petrokimia Gresik.
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena dalam penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi yang sebenarnya tentang bagaimanakah CSR perusahaan yang telah dilakukan. Penelitian ini bersifat deskriptif yang pada dasarnya merupakan jenis riset yang memiliki tujuan utama untuk menggambarkan suatu CSR di perusahaan PT Petrokimia Gresik. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar (tidak berupa angka-angka) yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumen resmi lainnya yang kemudian dibandingkan dengan literatur. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan metode observasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi.
vii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
BAB I : PENDAHULUAN... A. Latar Belakang penelitian ... 1
B. Fokus penelitian ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 6
F. Definisi Konsep ... 7
G. Kerangka Pikir Penelitian ... 9
H. Metode Penelitian ... 11
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11
2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 12
3. Jenis dan Sumber Data ... 13
4. Tahap-tahap Penelitian ... 14
5. Teknik Pengumpulan Data ... 16
6. Teknik Analisis Data ... 17
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 17
8. Sistematika Pembahasan ... 18
BAB II : KUNJUNGAN INDUSTRI SEBAGAI CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY A. Kunjungan Industri dan Corporate Social Responbility (CSR) ... 19
1. Kunjungan Industri ... 19
a. Pengertian Kunjungan Industri ... 19
b. Manfaat Kunjungan Industri ... 20
c. Kunjungan indutri sebagai Pemberdayaan Proses Perubahan ... 20
d. Kunjungan industri sebagai proses pemberdayaan dan proses pembelajaran ... 27
viii
e. Model Corporate Social Responbility (CSR) ... 38
f. Strategi Implementasi Corporate Social Responbility (CSR) ... 38
g. CSR Sebagai Bentuk Pemberdayaan Masyarakat oleh Perusahaan ... 39
B. CSR dalam Perspektif Teori ... 40
1. Teori Motivasi Harapan ... 40
BAB III : PENYAJIAN DATA DATA TENTANG PENELITIAN KUNJUNGAN INDUSTRI SEBAGAI MODEL CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY (CSR) PT PETROKIMIA GRESIK A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 43
1. Gambaran Umum PT Petrokimia Gresik ... 43
a. Profil PT.Petrokimia Gresik... 43
b. Visi dan Misi PT Petrokimia Gresik ... 44
c. Produk yang di hasilkan PT Petrokimiaa Gresik ... 45
d. Struktur Organisasi PT Petrokimia Gresik ... 47
e. Nilai-nilai dasar perusahan ... 48
f. Logo dan arti PT Petrokimia Gresik ... 48
g. Fasilitas penunjang PT. Petrokimia Gresik ... 49
h. Beberapa Anak Perusahaan dan Perusahaan Patungan ... 51
B. Deskripsi Data Penelitian ... 52
1. Informan Penelitian ... 52
2. Proses Terjadinya Kunjungan Industri Sebagai Model CSR ... 53
3. Kelebihan dan kelemahan kunjungan industri sebagai model ... 55
a. Pengaruh penggunaan media dalam Perusahaan ... 57
BAB IV : ANALISIS DATA TENTANG KUNJUNGAN INDUSTRI SEBAGAI MODEL CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILTY A. Temuan Penelitian ... 60
1. Proses Kunjungan Industri di jadikan sebagai model Corporate Social Responbility (CSR) PT Petrokimia Gresik ... 65
ix
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 82 B. Rekomendasi ... 84
DAFTAR PUSTAKA ...
x
Tabel 2.1Kepentingan Stakeholders dalam Pelaksanaan Program CSR ... 35
Produk pupuk PT Petrokimia Gresik 3.0 ... 45
Produk non-pupuk PT Petrokimia Gresik 3.1... 46
Struktur kepengurusan 3.2 ... 47
Logo PT Petrokimia Gresik ... 48
Anak Perusahaan PT Petrokimia Gresik 3.3... 51
Tahapan dan Paradigma 4.0... 63
1
Corporate Social Responsibility (CSR) yang dicetuskan di Amerika
Serikat pada tahun 1930-an pada awalnya adalah usaha untuk melindungi
buruh dan pegawai dari penindasan yang dilakukan perusahaan. Saat ini
banyak definisi yang menjelaskan makna Corporate Social Responsibility
(CSR), yang juga terus berubah seiring berjalannya waktu. CSR antara lain
didefinisikan sebagai komitmen yang berkesinambungan dari kalangan bisnis,
untuk berperilaku secara etis dan memberi kontribusi bagi perkembangan
ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan dari karyawan dan
keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya.1
Corporate social responsibility (CSR) merupakan cara yang ditempuh oleh perusahaan untuk membangun citra dan nama baik perusahaan dimata masyarakat. Jadi Corporate social responsibility (CSR) adalah serangkaian bentuk kegiatan mensejahterakan masyarakat yang memiliki komponen penting bagi eksistensi jangka panjang perusahaan, karena menunjukan wajah bisnis sebenarnya pada masyarakat luas terutama masyarakat lokal di sekitar lokasi bisnis mereka.2Corporate social responsibility (CSR) telah diatur
1
https://antoniuspatianom.wordpress.com/2009/07/19/ corporate-social-responsibility-dan-community-develop
2
dalam Undang-undang No. 40 tahun 2007 mengenai kewajiban setiap perusahaan untuk memberikan CSR.
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawabnya
terhadap masyarakat di luar tanggung jawab ekonomis. Jika kita berbicara
tentang tanggung jawab sosial perusahaan, maksudnya adalah
kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan demi suatu tujuan sosial dengan tidak
memperhitungkan untung atau rugi ekonomis. Hal itu bisa terjadi dengan dua
cara yaitu cara positif dan negatif. Secara positif, perusahaan bisa melakukan
kegiatan yang tidak membawa keuntungan ekonomis dan semata-mata
dilangsungkan demi kesejahteraan masyarakat atau salah satu kelompok di
dalamnya. contohnya perusahaan PT Petrokimia Gresik yang memiliki CSR
salah satunya adalah dengan mengadakan program kunjungan industri bagi
siapa saja yang ingin mengetahui sejarah dasar dari perusahaan dan ingin
terjun ke dunia industri.
Program atau kegiatan seperti itu hanya untuk menjalin hubungan baik
antara perusahaan dengan masyarakat yang ingin mengetahui perusahaan.
Tujuannya semata-mata sosial dan sama sekali tidak ada maksud ekonomi.
Secara negatif, perusahaan bisa menahan diri untuk tidak melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu, yang sebenarnya menguntungkan dari segi bisnis tetapi akan
merugikan masyarakat atau sebagian masyarakat. Kegiatan-kegiatan itu bisa
membawa keuntungan ekonomis tapi perusahaan mempunyai alasan untuk
positif dan dalam arti negatif, langsung menjadi jelas konsekuensinya dalam
rangka etika.
Sekarang, seiring dengan makin kompleksnya kepemilikan sebuah
usaha, konsep CSR menjadi meluas maknanya, salah satunya adalah niat baik
dan komitmen dari perusahaan untuk memberikan kontribusi terhadap
peningkatan kualitas hidup masyarakat, keberlanjutan pengembangan
masyarakat dan ekonomi lokal sehingga memberikan kontribusi juga terhadap
keberlanjutan perusahaan. Program tersebut dilakukan dengan membangun
hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan karyawan, keluarga
mereka, komunitas lokal (masyarakat), dan lingkungan secara luas.
Pengembangan model CSR mengalami pergeseran dari perspektif
stakeholder ke perspektif stakeholder, artinya kehadiran perusahaan harus
dilihat dan untuk mereka yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan,
dalam hal ini tidak hanya pemilik bisnis saja akan tetapi diperluas dalam
kelompok yang lebih lebar. Namun demikian tentunya tingkat kepentingan
setiap stakeholder akan berbeda, mulai dari karyawan, pemerintah, dan tamu
dari kunjungan industri sampai dengan media yang secara tidak langsung
berhubungan dengan perusahaan.
Corporate social responbility (CSR) bukan sekedar usaha
mendapatkan izin sosial dari masyarakat untuk mengamankan operasional
perusahaan atau untuk mengurangi kerugian lingkungan dari aktivitas
hidup dari stakeholder (sesuai dengan prioritasnya). Dengan demikian, peduli
terhadap akibat sosial, mengatasi kerugian lingkungan sebagai akibat dari
aktivitas usaha, ijin sosial dari masyarakat menjadi bagian kecil dari usaha
untuk meningkatkan kualitas hidup tersebut. Stakeholder yang dirumuskan
pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yakni kemakmuran. Perusahaan
tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomis dan legal (artinya
kepada pemegang saham atau shareholder) tapi juga kewajiban-kewajiban
terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholders) yang
jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban di atas.
Ada berbagai penafsiran tentang CSR dalam kaitan aktivitas atau
perilaku suatu perusahaan, namun yang paling banyak diterima saat ini adalah
pendapat bahwa yang disebut CSR adalah yang sifatnya melebihi (beyond)
laba. Perusahaan tidak dapat membangun suatu masyarakat yang makmur,
tanpa bisnis yang menguntungkan. Namun, di sisi lain, juga tidak bisa
menumbuhkan suatu ekonomi yang kompetitif di perusahaan.
PT Petrokimia memliki progam yaitu kunjungan industri merupakan
salah satu bentuk CSR perusahaan di mana perusahaan menerima tamu dari
berbagai macam tingkat pendidikan dari tingkat sekolah menengah atas
sampai lanjutan. Latar belakang diadakanya kunjungan industri ini agar siswa
siswi, peserta dan mahasiswa bisa mengenal dunia kerja. Selain itu dapat
mengetahui lebih jauh tentang cara kerja, kedisiplinan, tata tertib kerja , mesin
kunjungan industri sebagi rekreasi, tapi menganggap kunjungan industri
sebagai sarana belajar dengan cara mendatangi industri secara langsung, dan
melihat urutan – urutan proses kerja di industri tersebut.
B. Fokus penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat fokus penelitian
sebagaiberikut:
1. Bagaimana proses program kunjungan industri sebagai model CSR PT
Petrokimia Gresik?
2. Apa kelebihan dan kelemahan kunjungan industri sebagai model CSR
dalam PT Petrokimia Gresik ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan fokus penelitian yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan program kunjungan industri sebagai model CSR
PT Petrokimia Gresik.
2. Untuk mendeskripsikan kelebihan dan kelemahan kunjungan industri
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis
Bagi Pengembangan keilmuwan, penelitian ini wahana untuk
mempertajam daya kritis dan nalar berfikir dalam ranah pengaplikasian
CSR.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Fakultas Dakwah, khususnya bagi program studi Ilmu
Komunikasi penelitian ini bisa dijadikan alternatif atau solusi dalam
praktek CSR.
2. Bagi Institusi terkait dan masyarakat pada umumnya, penelitian ini
sebagai wahana dan dalam upaya memahami praktek-praktek CSR
yang dilakukan oleh stakeholder perusahaan-perusahaan, sehingga
dalam materi CSR tidak hanya diketahui dari sisi teorinya saja, tetapi
pemahaman dalam prakteknya.
E. Tinjauan PenelitianTerdahulu
Sebagai bahan acuan dari penelusuran yang terkait dengan tema yang
diteliti, peneliti berupaya mencari referensi mengenai hasil penelitian yang
dikaji oleh peneliti terdahulu sehingga dapat membantu peneliti dalam proses
pengkajian tema yang diteliti. Peneliti mendapati perbedaan konteks pada
penelitian sebelumnya yaitu: Penelitian yang dilakukan oleh Adnan Ilman
PT ASTRA Industri Otomotif ” Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode penelitian kualitatif deskriptif.3
Penelitian yang dilakukan oleh Adnan Ilman Riawan ini fokus pada
Praktek atau plantour ke Industrinya langsung tanpa ada Pembekalan
Company Profilenya. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk
membandingkan kegiatan CSR. Kesamaan dari penelitian ini adalah
pembukaan, perkenalan, dan dilanjut dengan plantour (berkeliling
mengunjungi pabrik/ industri) dan yang terakhir adalah penutupan. Perbedaan
dari penelitian ini adalah aktivitas CSR yang dibandingkan adalah bentuk
program kegiatan dan pelaksanaan kegiatan CSR tidak adanya company
profile perusahaan dan materi dari kunjungan industri.
F. Definisi Konsep
a. Kunjungan Industri
Program ini adalah kegiatan dimana perusahaan menerima
kedatangan tamu dari sekolah maupun universitas bahkan pejabat
pemerintah untuk mengenal lebih jauh perusahaan PT Petrokimia Gresik.
Industri dipilih untuk menambah pengalaman tentang dunia kerja. Tuntutan
untuk aktif menggali informasi tentang kunjungan industri untuk
memperoleh pengetahuan tentang dunia industri. Kunjungan industri
3
dilakukan untuk memberikan gambaran kepada semua siswa dan
mahasiswa tentang industri dan proses produksi pupuk dibidang
komunikasi. Bisa juga untuk membandingkan proses produksi di dunia
kerja dengan ilmu yang diperoleh dari sekolah atau institusi.
b. Corporate Social Responbility (CSR)
Corporate Social Responbility (CSR) adalah tanggung jawab
perusahaan terhadap pemangku kepentingan (stakeholder) , dan juga
tanggung jawab perusahaan terhadap para pemegang saham (stakeholer).
Sebenarnya hingga pada saat ini mengenai pengertian CSR masih beraneka
ragam dan memiliki perbedaan definisi antara satu dengan yang lainnya.
Secara global CSR adalah suatu komitmen perusahaan memiliki tanggung
jawab terhadap masyarakat, karyawan, pemegang saham, komunitas dan
lingkungan dalam segala aspek operasinonl perusahaan.
Corporate Social Responbility (CSR) berhubungan erat dengan
“Pembangunan Berkelanjutan”, dimana ada argumentasi bahwa suatu
perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan
keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya
keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi
sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.4
4
Defenisi CSR menurut Edi Suharto, adalah “salah satu dari bentuk
tanggung jawab perusahaan terhadap pemangku kepentingan
(stakeholders)”.
CSR diarahkan baik ke dalam (internal) maupun keluar (eksternal)
perusahaan. Tanggung jawab internal (Internal Responsibilities) diarahkan
kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas yang optimal dan
pertumbuhan perusahaan, termasuk juga tanggung jawab yang diarahkan
kepada karyawan terhadap kontribusi mereka kepada perusahaan berupa
konpensasi yang adil dan dan peluang karir. Sedangkan tanggung jawab
eksternal (Eksternal Responbility) berkaitan dengan peran serta perusahaan
sebagai penyebar pajak dan penyedia lapangan kerja. Meningkatkan
kesejahteraan dan kompetisi masyarakat, serta memelihara lingkungan bagi
kepentingan generasi mendatang. Salah satu yang memiliki CSR adalah PT
Petokimia Gresik, perusahaan ini miliki CSR yaitu kunjungan industri yang
tujuannya adalah ingin mengembangkan bibit dini yang ingin terjun ke
dunia perusahaan atau dunia industri.
G. Kerangka Pikir Penelitian
Vroom (1964) mengembangkan sebuah teori motivasi berdasarkan
jenis-jenis pilihan yang dibuat orang untuk mencapai suatu tujuan, alih-alih
berdasarkan kebutuhan internal. Adapun bagan sebagai gambaran dari
Tabel 1.0 Kerangka Pikir
Keterangan:
Setiap Perusahaan pastinya memiliki CSR yang dapat diunggulkan. PT
Petrokimia Gresik dalam pengaplikasian CSRnya adalah dengan memberikan
motivasi-motivasi. baik itu motivasi yang ditujukan untuk pihak internal
perusahaan maupun eksternal perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti lebih
memfokuskan kepada pengaplikasian motivasi tersebut yang dikelola oleh
perusahaan dalam bentuk kunjungan industri.
Dampak dari adanya program kunjungan industri ini adalah
memberikan motivasi kepada para peserta kunjungan agar mereka
bersemangat untuk belajar dan mengetahui semaksimal mungkin bagaimana
cara kerja perusahaan, karena esensinya hasil yang diharapkan dari kegiatan
tersebut adalah juga sebagai gambaran perusahaan. PT Petrokimia Gresik
Corporate Social Responbility (CSR)
Teori Harapan dan Motivasi
Dalam penelitian ini digunakan teori motivasi yang isinya merujuk
pada kondisi dasar yang mendorong tindakan. 5 Motivasi merupakan suatu
proses untuk menggiatkan motif – motif menjadi perbuatan atau tingkah laku
untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan
dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu
dalam mencapai tujuan. 6
Dengan menggunakan teori tersebut maka diharapkan kunjungan
industri di PT Petrokimia Gresik mampu memberikan motivasi bagi siapapun
yang ingin berusaha dan mengetahui dunia industri atau perusahaan.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan Jenis Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,
karena dalam penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi yang
sebenarnya tentang bagaimanakah CSR perusahaan yang telah dilakukan.
Penelitian ini bersifat deskriptif yang pada dasarnya merupakan jenis riset
yang memiliki tujuan utama untuk menggambarkan suatu CSR di
perusahaan PT Petrokimia Gresik. Data yang dikumpulkan berupa
kata-kata, gambar (tidak berupa angka-angka) yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan dokumen resmi lainnya yang kemudian
dibandingkan dengan literatur. Dengan demikian penelitian ini akan
5
R. Wayne Pace, dkk. Komunikasi Organisasi; Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2013. Hlm. 119
6
menghasilkan sebuah gambaran mengenai kunjungan industri sebagai
model CSR PT Petrokimia Gresik.
2.Subjek, Objek dan Lokasi Peneltian a. Subjek penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan subjeknya yakni :
1. Pegawai dan karyawan PT Petrokimia Gresik
Wawancara mendalam dengan para narasumber dari para karyawan
perusahaan yang terlibat langsung dengan kunjungan industri yang
meliputi karyawan perusahaan, karyawan humas dan pemimpin
perusahaan. Wawancara ini dilakukan untuk menggali informasi
mengenai program kunjungan Industri PT Petrokimia Gresik.
Melalui wawancara mendalam, peneliti dapat mengembangkan
pertanyaan yang terdapat dalam interview guide sesuai dengan
perkembangan pandangan yang diutarakan oleh narasumber
berkaitan dengan fokus yang hendak diteliti. Dengan demikian,
narasumber dapat mengemukakan pemikirannya secara mendetail
sehingga peneliti dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan
dengan terperinci.
b. Objek Penelitian
Yang menjadi objeknya yakni kajian dari ilmu komunikasi yang terkait
aktivitas Corporate Social Responbility (CSR). Alasan pemilihan objek
baik sehingga bisa menjadi CSR dalam melayani masyarakat dan
membentuk citra positif di masyarakat.
c. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini akan dilakukan di kantor pusat PT Petrokimia
Gresik yakni diJalan Jendral Ahmad Yani Gresik. hal ini dilakukan
karena peneliti merasa bahwa perusahaan tersebut memiliki CSR
kunjungan industri. Selain itu perusahaan tersebut juga dirasa tingkat
keberhasilan memuaskan.
3. Jenis dan Sumber data a. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini di bagi dalam bentuk kata-kata dan
tindakan serta sumber yang tertulis.7 Jenis data yang dikumpulkan dan
digunakan dalam penelitian adalah data kualitatif. data kualitatif adalah
data yang tidak berupa angka, untuk membacanya harus dijabarkan secara
rinci dan jelas agar bisa menarik kesimpulan.
jenis data ada dua macam yaitu data primer dan data sekunder.
Disini yang termasuk sumber data primer adalah data yang diperoleh dari
lapangan berkaitan dengan objec reseacrh8. jenis data dibedakan atas
sumber data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah objek
yang diobservasi langsung di lapangan dan para informan yang
7
Lexy J.Moleong,metodologi pendiikan kualitatif(Bandung:Remaja Rosdakarya,2002),122 8
diwawancarai. Dengan kata lain, data primer adalah data yang diperoleh
langsung di lokasi penelitian, melalui proses wawancara dengan
Informan.
Jenis data sekunder berupa dokumentasi dan arsip-arsip resmi yang
dapat mendukung hasil penelitian. Data sekunder diperoleh dari sejumlah
tempat, kantor, dan lembaga. Data sekunder ini sangat berharga bagi
peneliti guna lebih memahami lebih mendalam tentang permasalahan
yang dijadikan objek penelitian. Sedangkan sumber data sekunder berasal
dari bahan bacaan yang berupa dokumen-dokumen seperti buku atau
dokumen-dokumen lain yang dibutuhkan dalam melengakapi data
primer.9
c. Sumber Data
Dalam penelitian ini, sumber data primer diperoleh dari hasil
wawancara peneliti dengan karyawan dan atasan PT Petrokimia Gresik,
sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen resmi
perusahaan, baik berupa file-file gambar dan sebagainya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Sebagaimana pada umumnya dalam mengumpulkan sebuah data
penelitian membutuhkan beberapa metode yang harus dilakukan, karena
metode merupakan salah satu cara yang harus ditempuh dalam rangka untuk
mendapatkan hasil penelitian yang maksimal. Adapun teknik pengumpulan
9
data yang digunakan peneliti untuk memperoleh data kualitatif adalah
sebagai berikut :
a. Metode Observasi
Metode Observasi yaitu mengadakan pengamatan dan pencatatan
secara sistematis dan terjun langsung terhadap gejala yang tampak pada
obyek penelitian.10Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi
berkaitan dengan keadaan lokasi dan kondisi subyek dan obyek
penelitian serta untuk mengetahui upaya-upaya dan kunjungan industri
subyek peneliti.
b. Metode Wawancara /Interview
Metode Wawancara/interview yaitu sebuah dialog yang dilakukan
pewawancara untuk memperoleh data dan informasi dari yang
diwawancarai.11 Dengan metode ini peneliti mengumpulkan data yang
dilakukan melalui proses tanya jawab secara langsung untuk
mendapatkan informasi atau keterangan yang berhubungan dengan tema.
Wawancara ini akan dilakukan dengan frekuensi tinggi
(berulang-ulang) secara intensif. Setelah itu peneliti akan mengumpulkan dan
mengklasifikasikan data yang diperoleh, sehingga peneliti akan
melakukan wawancara berkali-kali dengan subyek dalam penelitian ini.
10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Mahasatya, 1998), hlm. 145 11
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan data historis yang berisi data sosial dan fakta
dokumentasi, peneliti mengumpulkan data visual berupa
foto-foto/gambar dan sebagainya yang dianggap berhubungan dengan
kegiatan kunjungan industri.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.12 Pendekatan ini bertujuan untuk
menjelaskan dengan menyederhanakan data. Setelah peneliti melihat
dokumentasi dan melakukan wawancara serta observasi yang dilengkapi
dengan data/dokumentasi maka langkah selanjutnya adalah menganalisa dan
menginterpretasikan data dengan literatur.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data jenis
induktif yaitu dengan mengumpulkan beberapa catatan-catatan kecil dari
obyek penelitian untuk kemudian disimpulkan dan disajikan dalam bentuk
deskriptif.
6. Teknik Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data sangat diperlukan dalam penelitian kualitatif
demi kesahihan dan keandalan serta tingkat kepercayaan data yang telah
terkumpul. Teknik kesahihan data adalah dengan menggunakan teknik
triangulasi. Hal ini merupakan salah satu pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu.13
Melalui teknik pemeriksaan ini, penulis menggunakan teknik triangulasi
sumber dan triangulasi teori, dimana data yang yang telah dikumpulkan
kemudian dikaitkan dengan teori-teori dari terlaksananya kunjungan industri,
diyakini fakta, data, dan informasi yang didapat dapat
dipertanggungjawabkan dan memenuhi persyaratan kesahihan dan
keandalan. Kemudian Pemeriksaan melalui sumber dengan cara
membandingkan data hasil pengamatan dan wawancara dengan informan.
7. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini memiliki sistematika pembahasan, yang dapat dipakai
untuk memudahkan peneliti dalam mengurutkan pembahasan yang hendak
dikaji, serta memberikan gambaran yang lebih jelas.
Pada penelitian ini, sistematika pembahasan dalam penelitian ini dengan
menggunakan lima bab yang diuraikan menjadi beberapa sub bab. guna
memberi pembahasan dalam menganalisa studi “Program Kunjungan Industri
sebagai Model Corporate Social Responbility (CSR) di PT Petrokimia
Gresik” penelitian ini, diperlukannya sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, dimana bab pertama dari peneliti ini yang mengantarkan pembaca untuk dapat menjawab pertanyaan apa yang diteliti,
13
untuk apa dan mengapa penelitian itu dilakukan. Maka dari itu di dalam bab
pendahuluan terdapat latar belakang fenomena permasalahan, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat permasalahan,kajian hasil terdahulu,
definisi konsep metode penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II : Kerangka Teoritis, dimana bab ini memuat serangkaian sub-sub bahasan tentang kajian teoritis objek kajian yang dikaji. Adapun
bagian-bagian berisi: Kajian Pustaka dan Kajian Teori.
BAB III : Penyajian Data, dimana bab ini berisi tentang data-data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti ketika berada di lapangan. Adapun
bagian-bagiannya berisi ; deskripsi subjek dan lokasi penelitian dan deskripsi data
penelitian.
BAB IV: Analisis Data, dimana bab ini mengulas atau menganalisis data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Adapun bagian-bagiannya berisi :
Temuan Penelitian dan Konfirmasi Temuan dengan teori.
19 1. Kunjungan Industri
a. Pengertian Kunjungan Industri
Program kunjungan industri ini merupakan salah satu
program pendidikan yang berusaha membentuk generasi masa
depan untuk mengenal budaya industri (industrial culture),
melaksanakan disiplin kerja sekaligus mengenal industri
manufaktur. Pihak yang mengikuti kegiatan kunjungan industri
memiliki kemampuan analitik dan rekayasa yang kreatif, inovatif,
dan mandiri, memiliki integritas kepribadian dan keilmuan yang
tinggi serta memiliki motivasi untuk mengikuti perkembangan
teknologi dan ilmu pengetahuan.
b. Manfaat Kunjungan Industri
Manfaat dari kunjungan Industri adalah dapat mengetahui
kedisiplinan dan tata tertib yang tegas dalam dunia kerja pupuk dan
petani, melihat secara langsung cara kerja produksi, mendapat
gambaran saat akan bekerja di industri.
c. Kunjungan industri sebagai pemberdayaan proses perubahan
Selaras dengan perkembangan peradaban manusia, telah
terjadi perubahan-perubahan di dalam kehidupan manusia, baik
yang lingkungan fisik maupun perubahan-perubahan yang terjadi
akibat ulah atau perilaku manusia di dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai akibat dari terjadinya perubahan-perubahan
tersebut, kebutuhan-kebutuhan manusia juga semakin berubah,
baik dalam ragam, jumlah dan bentuk kebutuhannya. pada
masyarakat yang masih “sederhana” mereka hanya membutuhkan
tiga macam kebutuhan pokok yang berupa pangan/makanan,
sandang/pakaian dan papan atau pemukinan atau tempat tinggal.
Tetapi, dengan semakin berkembangnya peradaban (pengetahuan,
keinginan, aspirasi atatu harapan teknologi yang digunakan dll),
kebutuhan pokok itu terus berubah dan bertambah, seperti
pendidikan, kesehatan, rekreasi, transportasi dll. Bahkan
kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak hanya menyangkut kebutuhan
fisik, tetapi meningkat lagi termasuk kebutuhan nonfisik, seperti
spiritual, kebebasan, keadilan, gaya hidup (life style) dan lainnya.
Dari jumlahnya, juga terjadi perubahan kebutuhan pangan,
misalnya, telah terjadi perubahan dari yang semula mengutamakan
jumlahnya, ke arah pengurangan jumlah kepada yang lebih
mengutamakan mutunya. Kebutuhan pakaian juga mengalami
perubahan dari yang mengutamakan mutu bahan (kekuatan)
daripada jumlahnya, ke arah yang lebih mengutamakan keragaman
fungsinya ( pakaian sehari-hari) pakaian kerja, pakaian pesta, dll).
mengutamakan luasan atau volume bangunan, ke arah “minimalis”
sesuai dengan fungsinya.
Di samping itu, perubahan-perubahan yang terjadi juga
tidak hanya sekedar dalam ragam dan jumlah, tetapi juga bentuk
dan kualitasnya. Untuk pangan, akhir-akhir ini terjadi perubahan
dalam penyajian dan mutu bahan (pangan vegetarian, fast food,
pangan organik, dll). Perubahan kebutuhan terhadap pakaian telah
mengalami perubahan-perubahan rancang (desain, mode) sesuai
dengan tempat dan waktu penggunaaannya, serta kualitas atau
mutu bahan baku yang diperlukan maupun cara/teknologi yang di
perlukan untuk membuat pakaian tersebut. Demikian pula
mengenai perumahan yang tidak lagi “patuh” dengan arsitektur
tradisional, namun bisa ke arah arsitektur dan negara lain (seperti
Eropa, Mediteran, Jepang, dll)1.
Terkait dengan perubahan-perubahan tersebut, Lippit dkk
(1985) mengemukakan bahwa perubahan-perubahan yang
disebabkan oleh perilaku manusia itu, pada dasanya disebabkan
oleh dua hal, yaitu :
1. Adanya keinginan manusia untuk selalu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang semakin berubah dan keinginan mereka untuk
dapat memecahkan masalah yang dihadapi: sumber daya dan
1
lingkungan disekelilingnya melalui penerapan ilmu
pengetahuan yang dikuasainya.
2. Adanya atau lebih diketemukanya inovasi-inovasi yang
memberikan peluang atau menumbuhkan aspirasi-aspirasi baru
bagi setiap manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhan atau
memperbaiki kesejahteraan hidupnya, tanpa harus menggangu
lingkungan aslinya.
Kedua alasan seperti itulah yang sering kali menumbuhkan
motivasi pada diri seseorang dan masyarakat/bangsa untuk
melakukan upaya-upaya tertentu yang mengakibatkan terjadinya
perubahan-perubahan. Sebab jika dia tetap tinggal diam, akan
menjadi orang terbelakang atau ketinggalan.
Sehubungan dengan terjadinya perubahan-perubahan
kebutuhan tersebut, Dahama dan Bhatnagar (1980) mengemukakan
faktor-faktor pendorong terjadinya perubahan, yang meliputi :2
1. Adanya keinginan manusia untuk selalu melakukan
“modifikasi” kebutuhan-kebutuhannya, baik untuk
menghadapi masalah-masalah jangka pendek maupun
jangka panjang. Selaras dengan itu, setiap individu atau
masyarakat juga terus-menerus melakukan koreksi-koreksi
terhadap cara atau upaya serta teknologi yang harus
2
diterapkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan “baru”
tersebut.
2. Terjadinya persaingan-persaingan antarindividu atau
masyarakat yang senantiasa ingin memenuhi dan hal ini
hanya dapat diperoleh melalui upaya-upaya perubahan
dengan mengeksploitasi atatu memodifikasi sumber daya
(fisik dan nonfisik) yang tersedia dan dapat dimanfaatkan di
lingkungannya.
3. Terjadinya kerusakan-kerusakan lingkungan fisik dan
kelembagaan sebagai akibat persaingan antarindividu atau
antarmasyarakat yang saling bersaing untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Menghadapi keadaan dunia dan perubahan zaman seperti
itu, setiap individu dan masyarakat sebenarnya dapat memilih
untuk menunggu terjadinya perubahan yang bersifat alami berupa
gerakan-gerakan alami menuju kepada keseimbangan dan
keselarasan “baru”, ataukah secara aktif (melalui upaya sendiri atau
bersama-sama lingkungan sosialnya) melakukan upaya-upaya
khusus untuk mengantisipasi terjadinya perubahan-perubahan yang
terjadi di sekitarnya.
Jika memilih alternatif yang pertama, dengan relatif tidak
atau sedikit melakukan pengorbanan sumber daya, dia/mereka
telah dikemukakan di atas. Sebaliknya, jika memilih alternatif yang
kedua, dia/mereka harus siap untuk bersaing dan memenangkan
persaingan dengan sesamanya. dimana persaingan antarmanusia itu
pada hakikatnya senantiasa berusaha untuk memenuhi kebutuhan
dan menikmati kehidupan yang serba kecukupan (baik fisik dan
nonfisik) untuk memperbaiki kesejahteraannya.
Dengan kata lain, untuk mengantisipasi terjadinya
perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya, setiap warga
masyarakat (secara individual bersama-sama dengan warga
masyarakat yang lain) harus secara aktif merancang
kegiatan-kegiatan yang tertuju pada perubahan yang lebih cepat dibanding
perubahan yang akan berlangsung secara alami. Hal ini berguna
untuk bisa menuju kepada kondisi keseimbangan baru yang tidak
alami tetapi berdasarkan upaya manusia melalui kegiatan-kegiatan
“pembangunan” atau “perubahan yang terencana”
Perubahan terencana, pada hakikatnya merupakan suatu
proses yang dinamis, yang di rencanakan oleh seseorang yang
(secara individual atau yang tergabung dalam suatu
lembaga-lembaga sosial). Artinya, perubahan tersebut memang menuntut
dinamika masyarakat untuk mengantisipasi keadaan-keadaan di
masa mendatang (yang diduga akan mengalami perubahan) melalui
pengumpulan data (baik yang aktual maupun yang potensial) dan
mencapai tujuan-tujuan yang digunakan di mendatang. Oleh sebab
itu, perubahan terencana selalu menuntut adanya perencanaan,
pelaksanaan kegiatan yang direncanakan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan serta hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan.
Terkait dengan perubahan terencana, proses perubahan
sering kali terkendala oleh keterbatasan masyarakat sebagai pelaku
utama perubahan, tidak saja keterbatasan sumber daya yang berupa
modal, tetapi juga keterbatasan pengetahuan dan keterampilan,
keterbatasan peralatan atau teknologi yang digunakan dan sering
kali juga keterbatasan wawasan yang sangat menentukan semangat
untuk melakukan perubahan.
Perubahan-perubahan itu hanya akan terwujud jika
dilaksanakan oleh individu-individu atau sekelompok orang yang
memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan tertentu yang dapat
diandalkan serta sering kali juga memerlukan kelembagaan
tertentu. karena itu, perubahan terencana memerlukan
pemberdayaan masyarakat agar mau dan mampu melakukan
perubahan.
Pemberdayaan sebagai proses perubahan, memerlukan
inovasi berupa ide-ide, produk, gagasan, metode, peralatan atau
teknologi. dalam praktiknya, inovasi tersebut sering kali harus
berasal atau didatangkan dari luar. Tetapi, inovasi juga dapat
terhadap kebiasaan maupun nilai-nilai tradisi dan kearifan lokal
atau kearifan tradisional (indigenuous technologi.)
Di samping itu, pemberdayaan sebagai proses perubahan
mensyaratkan fasilitator yang kompeten dan memiliki intregitas
tinggi terhadap perbaikan mutu hidup masyarakat yang akan
difasilitasi. Fasilitator ini dapat terdiri dari aparat pemerintahan
(PNS), aktifis LSM, atau tokoh masyarakat/warga setempat.
Untuk itu, pemberdayaan juga memerlukan fasilitator yang
berperan atau bertindak sebagai agen perubahan (agent of change)
yang berkewajiban untuk memotivasi, memfasilitasi dan
melakukan advokasi demi mewujudkan perubahan-perubahan yang
di perlukan.
Pengalaman menunjukkan bahwa ketidakberdayaan
masyarakat itu terjadi karena perilaku birokrasi bersama politisi
dan pelaku bisnis menempatkan masyarakat sebagai subordinat
mereka. Oleh karena itu, pemberdayaan harus mampu mengubah
perilaku elit masyarakat (birokrat, politisi, dan pelaku bisnis) yang
kehadirannya bukan sebagai “penguasa”, melainkan lebih
menempatkan diri sebagai fasilitator dan supervisor.
Di samping itu, keberhasilan pemberdayaan sebagai proses
perubahan mensyaratkan dukungan politik yang memberikan
legatimasi terhadap gagasan dan proses perubahan. Oleh sebab itu,
mengubah perilaku dan meningkatkan pendapat (income
generating), tetapi harus selalu memiliki nilai politik dan nilai
bisnis, sebab politisi memerlukan biaya perjuangan dan pelaku
bisnis selalu memerlukan dukungan politik.
Dalam hubungan ini, peran akademis sangat diperlukan
guna melakukan fungsi edukasi dan advokasi. Selain itu, peran
media juga sangat diperlukan guna melakukan fungsi komunikasi
dan diseminasi inovasi.
d. Kunjungan industri sebagai proses pemberdayaan dan proses
pembelajaran
Secara teoritis, perubahan terencana yang dilaksanakan
melalui pemberdayaan dapat dilakukan dengan melakukan
pemaksaan, ancaman, rujukan atau pendidikan. perubahan melalui
pemaksaan atau ancaman, memang dapat terwujud dalam waktu
yang relatif cepat sesuai dengan yang diharapkan. Tetapi,
perubahan seperti itu hanya dapat terus bertahan manakala
pemaksaan atau ancaman dapat terus dijaga keberlanjutannya. Jika
kekuatan atau pengancaman mengendur, maka keadaan yang sudah
berlangsung akan segera terhenti dan kembali seperti sedia kala,
seperti sebelum dilakukan perubahan.
Perubahaan yang dilakukan melalui bujukan atau
pemberian insentif tertentu juga dapat berlangsung cepat, secepat
melalui bujukan dalam waktu panjang justru akan menciptakan
ketergantungan, karena bujukan atau pemberian insentif akan
mematikan keswadayaan masyarakat. Sebaliknya, perubahaan
melalui proses pendidikan sering kali berlangsung lambat. Tetapi
efek perubahan yang terjadi akan berlangsung lama dan
bertumbuh.
Oleh sebab itu, inti dari kegiatan pemberdayaan yang
bertujuan untuk mewujudkan perubahan adalah terwujudnya
masyarakat mandiri yang terus menerus melakukan perubahan.
Dengan kata lain, pemberdayaan harus didesain sebagai atau
dengan kata lain, dalam upaya pemberdayaan, harus terkandung
upaya-upaya pembelajaran atau penyelengaraan pelatihan. Dalam
kaitan ini, keberhasilan pemberdayaan tidak diukur dari seberapa
banyak ajaran yang disampaikan, tetapi seberapa jauh terjadi
“kebersamaan yang dialogis” artinya mampu menumbuhkan
kesadaran (sikap), pengetahuan dan keterampilan “baru” yang
mampu mengubah perilaku kelompok sasarannya ke arah kegiatan
dan kehidupan yang lebih menyejahterkan setiap individu, keluarga
dan masyarakatnya. Jadi, pendidikan dalam pemberdayaan adalah
bersama.
Dalam pemberdayaan bukanlah proses “menggurui”,
melainkan menumbuhkan semangat belajar bersama yang mandiri
diukur dari berapa banyak transfer pengetahuan, keterampilan atau
perubahan perilaku; tetapi seberapa jauh terjadi dialog, diskusi dan
pertukaran pengalaman (sharring). Oleh karena itu, antara
fasilitator dan peserta sebagai penerima manfaat, kedudukannya
serta sebab saling membutuhkan dan saling menghormati. Di sini,
fasilitator tidak harus lebih pintar atau pejabat yang lebih berkuasa,
tetapi dapat berasal dari orang biasa yang memilliki kelebihan atau
pengalaman yang layak dibagikan.
Pemberdayaan sebagai proses pembelajaran harus berbasis
dan mengacu kepada kebutuhan masyarakat untuk
mengoptimalkan potensi dan sumber daya msyarakat serta
diusahakan guna sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat yang
diberdayakan.3
1. Corporate Social Responbility (CSR)
a. Pengertian Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui praktik bisnis. Namun itu bukan amal tetapi itu adalah strategi bisnis inti dari sebuah organisasi. menyatakan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan salah satu dari beberapa tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan (Stakeholder). Stakeholder disini merupakan orang atau kelompok yang dapat
3
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keputusan, kebijakan maupun operasi perusahaan. Ada 2 macam, yakni:
a. Inside stakeholder, terdiri atas pemegang saham (Stockholders), para manajer (managers), karyawan (employees)
b. Outside stakeholder, pelanggan (customers), pemasok (suppliers), pemerintah (Government), masyarakat lokal (local Communities) dan masyarakat secara umum (General public).4
Pengertian CSR menurut Steiner dalam Headrik yaitu “CSR adalah tanggung jawab dari suatu korporasi untuk menghasilkan kekayaan dengan cara-cara yang tidak membahayakan, melindungi atau meningkatkan aset-aset sosial (societal assets).5
Dari sekian banyak definisi CSR, salah satu yang menggambarkan CSR di Indonesia adalah definisi Suharto yang menyatakan bahwa CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk membangun sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan berkelanjutan. Dari definisi tersebut, dapat dilihat bahwa salah satu aspek yang dalam pelaksanaan CSR adalah komitmen berkelanjutan dalam mensejahterakan komunitas lokal masyarakat sekitar.
4
Ibid., Totok Mardikanto. hlm. 130-131.
5
Dalam perkembangannya tiga stakeholder inti diharapkan mendukung penuh kegiatan Corporate Social Responsibility ini diantaranya yaitu: perusahaan, pemerintah, dan masyarakat. Dalam implementasi program-program Corporate Social Responsibility (CSR) diharapkan ketiga elemen tersebut saling berinteraksi dan mendukung, karenanya dibutuhkan partisipasi aktif masing-masing stakeholder agar dapat bersinergi, untuk mewujudkan dialog secara komperhensif. Dengan partisipasi aktif dari para stakeholder diharapkan pengambilan keputusan, menjalankan keputusan, dan pertanggungjawaban dari pelaksanaan CSR akan diemban secara bersama.6
b. Manfaat CSR (Corporate Social ResponsibilIty) bagi perusahaan 1. Mendongkrak dan mempertahankan reputasi serta citra merek
perusahaan
2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial, mereduksi resiko bisnis perusahaan
3. Melebarkan akses sumber daya bagi operasi sosial 4. Membuka peluang pasar yang lebih luas.
5. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah
6. Memperbaiki hubungan dengan regulator 7. Meningkatkan produktivitas karyawan
6
8. Peluang mendapatkan penghargaan.
Mengemukakan beberapa manfaat CSR bagi perusahaan sebagai berikut:
1.Meningkatkan citra perusahaan. Dengan melakukan kegiatan CSR konsumen dapat lebih mengenal perusahaan sebagai perusahaan yang selalu melakukan kegiatan baik bagi masyarakat
2.Memperkuat “Brand” perusahaan. Melalui kegiatan
memberikan produk knowledge kepada konsumen dengan cara membagikan produk secara gratis. sehingga meningkatkan posisi brand perusahaan
3.Mengembangkan kerjasama dengan para pemangku kepentingan
4.Dapat membuka relasi dengan pemangku kepentingan
5.Membedakan perusahaan dengan pesaingnya, karena perusahaan mampu menonjolkan keunggulan kompratifnya. 6.Menghasilkan inovasi dan pembelajaran.
c. Fungsi Corporate Social Responbility (CSR)
Corporate Social Responbility (CSR) adalah suatu tindakan atau
konsep yang dilakukan atau konsep yang dilakukan oleh
perusahaan (sesuai kemampuan perusahaaan tersebut) sebagai
bentuk tanggung jawab mereka terhadap lingkungan /sosial sekitar
bermacam-macam mulai dari melakukan kegiatan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan msyarakat dan perbaikan lingkungan,
pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian
sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan
berguna untuk masyarakat yang berada disekitar perusahaan
tersebut berada.
d. Motif Corporate Social Responbility (CSR)
Selain manfaat yang telah diuraikan sebelumnya, tidak ada satu perusahaan pun yang menjalankan CSR tanpa memiliki motivasi. Karena bagaimanapun tujuan perusahaan melaksanakan CSR terkait erat dengan motivasi yang dimiliki. Wibisono menyatakan bahwa sulit untuk menentukan benefit perusahaan yang menerapkan CSR, karena tidak ada yang dapat menjamin bahwa bila perusahaan yang telah mengimplementasikan CSR dengan baik akan mendapat kepastian benefit-nya.7 Oleh karena itu terdapat beberapa motif dilaksanakanya CSR, diantaranya:
7
Tabel 2.0
Motif Perusahaan dalam Menjalankan Program CSR
Motif Keamanan Motif memenuhi kewajiban
kontraktual
program dilakukan ketika
kebebasan masyarakat sipil
semakin besar pasca
desentralisasi
Pertanggungjawaban program
CSR kepada pemerintah
daerah dan pemerintah pusat.
Propaganda kegiatan CSR
melalui media massa.
Sumber : Mulyadi (2003, hal 4)
Pada umumnya perusahaan di Indonesia menjalankan CSR atas dasar memenuhi kewajiban kontraktual, dalam hal ini mematuhi peraturan baik yang dibuat oleh pemerintah pusat maupun daerah. Secara normatif, idealnya tanpa adanya protes dan kewajiban kontraktual, perusahaan seharusnya berusaha memberdayakan masyarakat lokal dan meningkatkan kesejahteraan. Ide mengenai konsep CSR juga dilandasi pemikiran demikian.8 Secara filantropis perusahaan seharusnya mendistribusikan keuntungan setelah mereka memanfaatkan resources di lokasi dimana masyarakat berada.
Hal ini adalah kewajiban moral, namun motif yang didasarkan pada komitmen moral tersebut masih sebatas wacana dan belum
8
terlihat nyata. Mulyadi dalam tulisan yang berjudul Pengelolaan program Corporate Social Responsibilty: pendekatan, keberpihakan, dan keberlanjutannya. Membagi stakeholders berdasarkan kepentingannya.
Tabel 2.1
Kepentingan Stakeholders dalam Pelaksanaan Program CSR
Perusahaan Pemerintah daerah LSM Masyarakat
Keamanan
Sumber : Mulyadi (2003, hal 5)
Dalam konteks hubungan kemitraan antara pemerintah dengan perusahaan, pemerintah daerah mengharapkan agar program-program CSR bisa membantu menyelesaikan permasalahan sosial, seperti masalah pengangguran, kemiskinan, masalah pendidikan, kesehatan, perumahan. Selain itu menyelesaikan masalah lingkungan yang dihadapi pemerintah daerah. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan swasta dituntut untuk membantu pemerintah daerah untuk mendukung program pembangunan regional yang diimplementasikannya.
adalah dari perusahaan, agar akselerasi pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat bisa tercapai.
e. Model Corporate Social Responbility (CSR)
Prince of woles International Bussiness Forum,
menyampaikan bahwa ada lima pilar aktivitas yang perlu
diperhatikan oleh perusahaan dalam menjalankan CSR; 9
1. Building Human Capital, secara internal perusahaan
dituntut untuk menciptakan SDM yang handal. Adapun
secara eksternal perusahaan dituntut untuk melalukan
pemberdayaan masyarakat
2. Strenghening Economies, memeberdayakan ekonomi
sekitar.
3. Assesing Social Chesion, menjaga keharmonisan dengan
masyarakat sekitarnya agar tidak menimbulkan konflik.
4. Encouring Good Governance, perusahaan harus
menjalankan tata kelola bisnis dengan baik.
5. Protecting the environment, perusahaan harus berupaya
keras menjaga kelestarian lingkungannya.
Pemahaman model Corporate Philantropy yang juga dapat
digunakan untuk menjelaskan CSR sebagai sebuah keseluruhan,
dalam hal tersebut terdapat empat model dalam CSR, yakni ;10
9
CSR; sebuah keharusan oleh Teguh Sri Pambudi Pusat Penyuluhan Sosial (PUSPENSOS), Investasi
Sosial, La Tofi Enterpirise, Jakarta; 2005 hal 20
10
1. Neo-Classical/Corporate Productivity Model,
mempresentasikan suatu pendekatan CSR sebagai sebuah
komponen dari motivasi keuntungan menyeluruh.
Pendekatan ini tujuan bisnis adalah membawa keuntungan
kepada stakeholder, dan segala sesuatu seperti isu-isu
tentang CSR yang mendetraksi tujuan utama bisnis harus
dihindarkan. Aktivitas bertanggung jawab secara sosial
seharusnya didorong kalau hal itu membawa keuntungan
kepada perusahaan atau keuntungan langsung kepada
pegawainya. Perusahaan yang mengadopsi model ini, sulit
untuk menunjang kegiatan CSR.
2. Ethical/AltruisticModel perhatian pada hubungan
timbal-balik antara perusahaan dengan komunitas.
3. Political Model keterlibatan penggunaan kebijakan CSR
yang proaktif untuk mengimbangi keterlibatan pemerintah
dan memungkinkan perusahaan melindungi kepentingan
mereka dalam lingkungan kebijakan publik. Model ini
berasumsi bahwa perusahaan mengambil langkah-langkah
aktif dan terukur untuk menjamin bahwa mereka
memutuskan bagaimana beroperasi dalam kepentingan
terbaik
4. Stakeholder Model keseimbangan antara kompetisi
mendukung perusahaan, termasuk castamer dan
shareholder. Model ini mengusulkan sebuah sistem
konsultasi, komunikasi dan evaluasi dimana semua
stakeholder bukan hanya shareholder yang
dipertimbangkan sebagai valued participants dalam
mencapai kemakmuran perusahaan.
f. Strategi Implementasi Corporate Social Responbility (CSR)
CSR sering dianggap sebagai aktivitas yang kurang penting, akibatnya kegiatan ini sangat kurang berkembang. Kegiatan masih sebatas pada pemberian donasi atau sumbangan, tanpa efek yang berlanjut yang nantinya juga akan berdampak pada lingkungan ekonomi dan sosial dalam jangka waktu yang panjang, sebaliknya CSR jika diolah sedemikian rupa juga dapat dijadikan strategi bagi perusahaan, yang tidak saja bermanfaat bagi perusahaan tetapi juga bagi masyarakat dan pemerintah.
Oliver Laash mengemukakan beberapa strategi CSR yang secara akademis merupakan strategi bisnis, yaitu11:
a) Strategi keunggulan bersaing, menempatkan CSR untuk keunggulan bersaing.
b) Strategi sumber daya, yang berkaitan dengan pengolaan sumber daya perusahaan (seperti: kinerja lingkungan, prinsip prinsip etis, dan hubunganya dengan pemangku kepentingan)
11
c) Strategi stakeholders, yang berbasis pada strategi bisnis dan hubungan dengan stakeholders
Dipihak lain Jeremy Galbreath mengemukakan ada empat strategi CSR yang diacu, yaitu: pertama strategi pemegang saham, kedua strategi atruistik, ketiga strategi timbal balik dan keempat strategi kewarganegaraan.
Strategi pemegang saham yakni perusahaan hanya memiliki tanggung jawab kepada masyarakat, yaitu tanggung jawab secara ekonomi. Strategi Atruistik memberikan sumbangan moneter untuk berbagai kelompok dan penyebab. Strategi timbal balik yakni dengan memberikan manfaat dalam bentuk keuangan dan lainya sebagai penghargaan nyata.
Terakhir strategi kewarganegaraan adalah mengidentifikasi dan dialog dengan para pemangku kepentingan sebagai bagian dari masukan perumusan strategi perusahaan. dengan demikian, strategi CSR secara khusus diarahkan pada Stakeholder individu, baik itu karyawan, pelanggan atau bahkan lingkungan.12
g. CSR sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan Mengawali percakapan tentang pemberdayaan masyarakat untuk CSR, barang kali pertanyaan awal yang layak disampaikan adalah mengapa pemberdayaan masyarakat untuk CSR? untuk menjawab pertanyaan tersebut, tidak ada yang salah jika kegiatan CSR
12
digunakan untuk kegiatan filantropi atau karitatif. sebab kedua kegiatan tersebut, dalam banyak kasus, masih banyak diperlukan, baik dilihat dari kepentingan masyarakat pemerintahan maupun korporasi. Hanya saja, jika CSR digunakan bagi kegiatan pemberdayaan masyarakat akan memberikan manfaat langsung dan dampak ganda (multiplier effect) yang lebih besar dan mampu secara bertahap mengembangkan kemandirian msyarakat untuk terlepas dari ketergantungannya kepada (belas kasihan) pemerintahan atau korporasi yang telah berbaik hati membantu masyarakat yang dalam kesusahan (pemberdayaan masyarakat)13
A. Corporate Social Responbility dalam Perpektif Teori
1. Teori Harapan dan Motivasi
Teori Harapan
Vroom (1964) mengembangkan sebuah teori motivasi berdasarkan
jenis-jenis pilihan yang dibuat orang untuk mencapai suatu tujuan,
alih-alih berdasarkan kebutuhan internal. Teori harapan (expectancy
theory) memiliki tiga asumsi pokok:14
1. Setiap individu percaya bahwa bila ia berperilaku dengan cara
tertentu dia akan memperoleh hal tertentu. Ini disebut sebuah
harapan hasil (outcome expectancy).
2. Setiap hasil nilai mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang
tertentu. Ini disebut valensi (valance). biasanya berasal dari
13
Ibid, Totok Mardikanto hal 117-118 14
kebutuhan internal, namun motivasi yang sebenarnya merupakan
proses yang lebih rumit lagi. jadi dapat mendenifisikan valensi
sebagai nilai yang orang berikan kepada suatu hasil yang
diharapkan.
3.Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa
sulit mencapai hasil tersebut. Hal ini disebut harapan usaha (effort
expectancy).
Motivasi dijelaskan dengan mengkombinasikan ketiga
prinsip ini. Orang akan termotivasi bila dia percaya bahwa (1)
suatu perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu, (2) hasil
tersebut punya nilai positif baginya, dan (3) hasil tersebut dapat
dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang. Jadi, seseorang
akan memilih, ketika ia melihat alternatif-alternatif, tingkat kinerja
demikian yang memiliki kekuatan motivasional tertinggi yang
berkaitan dengannya.
Motivasi dalam teori harapan adalah keputusan untuk
mencurahkan usaha. Analisis Nadle dan Lawler (1976) atas teori
harapan menyarankan beberapa cara tertentu yang memungkinkan
manajer dan organisasi menangani urusan mereka untuk
memperoleh motivasi maksimal dari pegawai:15
1. Pastikan jenis hasil atau ganjaran yang mempuyai nilai bagi
pegawai.
15Nadle, Da id A., da Ed ard E La ler III, Moti atio : A Diag osti Approa h,
Harvard Business Review
2. Defisikan secara cermat, dalam bentuk perilaku yang dapat diamati
dan diukur, apa yang diinginkan dari pegawai.
3. Pastikan bahwa hasil tersebut dapat dicapai oleh pegawai. Bila
seseorang merasa bahwa tingkat kinerja yang diharapkan lebih
tinggi daripada yang dapat dia lakukakan, motivasi untuk
melakukannya akan lebih rendah
4. Kaitkan hasil yang diinginkan dengan tingkat kinerja yang
diinginkan.
5. Pastikan bahwa ganjaran cukup besar untuk memotivasi perilaku
yang penting. Ganjaran yang sepele,menghasilkan usaha yang
sepele juga.
6. Orang berkinerja tinggi harus menerima lebih banyak ganjaran
yang diinginkan daripada orang yang berkinerja rendah.
Temukanlah sebuah sistem ganjaran yang adil, bukan yang sama
rata. Orang dan organisasi biasanya memperoleh apa yang
43
BAB III PENYAJIAN DATA A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
1. Gambaran Umum PT Petrokimia Gresik
a. Profil PT Petrokimia Gresik
PT Petrokimia Gresik merupakan anak Perusahaan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT Pupuk Indonesia
Holding Indonesia (PT PIHC) dalam lingkup koordinasi
Departemen Perindustrian Dan Perdagangan. PT.Petrokimia
Gresik merupakan Produsen pupuk Indonesia, yang pada awal
berdirinya di sebut dengan proyek Petrokimia 1962. Kontrak
pembangunannya ditanda tangani pada tanggal 10 agustus
1964, dan mulai berlaku pada tanggal 8 Desember 1964.
Proyek ini di resmikan oleh presiden Soeharto pada tanggal 10
juli 1972 yang kemudian tanggal tersebut di tetapkan sebagai
hari jadi PT.Petrokimia Gresik.
PT Petrokimia Gresik terdiri dari tiga unit produksi utama
dan beberapa anak perusahaan patungan. Nama PETROKIMIA
berasal dari kata "Petroleum chemical" disingkat menjadi
"Petrochemical", yaitu pabrik yang memproduksi bahan-bahan
kimia yang dibuat dari minyak bumi dan gas.
PT Petrokimia Gresik menepati lahan seluas 450 hektar
2012, PT PETROKIMIA Gresik di percaya oleh pemerintah
untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi 5,4 ton atau
meningkat 1,6 juta ton dibandingkan tahun 2011. Hal itu
menjadikan PT Petrokimia Gresik srbagai produsen pupuk yang
memasok 50% kebutuhan pupuk bersubsidi nasional.
PT Petrokimia Gresik memiliki jenis produk beragam, baik
produk pupuk maupun produk non pupuk. produk pupuk yang
dimiliki perusahaan yaitu : PHONSKA, Superhos, Urea, ZA,
Petroganik, TSP, SP-36, ZK, KCL, Ammonium Phospate,
Petrobiofertil sedangkan produk nonpupuk berupa bahan-bahan
kimia yang di produksi yaitu : Amoniak, Asam sulfat, Asam
fosfat, Gypsum, Nitrogen, CO2 cair, Asam klorida, Kapur
pertanian, Gypsum pertanian, Petroseed ( benih padi unggul).
b. Visi dan Misi PT Petrokimia Gresik
1. Visi :
Menjadi produsen pupuk dan produk kimia lainnya yang
berdaya saing tinggi, dan produknya paling diminati
konsumen.
2. Misi :
a) Mendukung penyediaan pupuk nasional untuk
b) Meningkatkan hasil usaha untuk menunjang
kelancaran kegiatan operasional dan pengembangan
usaha perusahaan.
c) Mengembangkan potensi usaha untuk mendukung
industri kimia nasional dan berperan aktif dalam
community development.
c. Produk yang dihasilkan PT Petrokimia Gresik
PT Petrokimia Gresik memiliki berbagai macam produk
pupuk maupun non-pupuk. produk-produk yang dihasilkan PT
Petrokimia Gresik sesuai dengan departemen produksinya,
seperti tabel berikut1:
Tabel 3.0
produk pupuk PT Petrokimia Gresik
Pupuk Pabrik Kapasitas/tahun Tahun
beroprasi
Pupuk Urea 1 460.000 ton/tahun 1994
Pupuk Fosfat 1 500.000 ton/tahun 1979,
1983,
2009
Pupuk ZA 3 650.000 ton/tahun 1972,
1984,
1986
Pupuk NPK :
Phonska I 1 460.000 ton/tahun 2000
1
Phonska II & III
Pupuk K2SO4 (ZK) 1 10.000 ton/tahun 2005
Pupuk Petroganik (2) 1 10.000 ton/tahun 2005
Jumlah pabrik/Kapasitas 16 4.400.000 ton/tahun
Selain menghasilkan dan memasarkan produk pupuk maupun non
pupuk,3
Tabel 3.1
produk non-pupuk PT Petrokimia Gresik
Non Pupuk Pabrik Kapasitas/Th Tahun
Beroprai
Amoniak 1 445.000 ton/tahun 1994
Asam Sulfat (98% H2SO4) 1 570.000 ton/tahun 1985
Asam Fosfat (100% P2O5) 1 200.000 ton/tahun 1985
Cement Retarder 1 550.000 ton/tahun 1985
Aluminium Fluorida 1 12.600 ton/tahun 1985
Jumlah pabrik/Kapasitas 5 1.777.600 ton/tahun
TOTAL PABRIK /
KAPASITAS
21 6.177.600n/tahun
3
d. Struktur Organisasi PT. Petrokimia Gresik
Jenis struktur organisasi pada PT. Petrokimia Gresik
berbentuk fungsional. nama istilah jabatan untuk pemimpin unit
sempat memiliki pergantian pada 1 Juli 2011, yaitu untuk
jabatan:
1. Kepala Kompertemen berganti dengan sebutan General
Manager.
2. Kepala Departemen berganti menjadi Manager
Tabel 3.2
e. Nilai-nilai dasar perusahaan
Dalam meningkatkan kinerja perusahaan secara optimal,
seluruh komponen perusahaan menetapkan nilai-nilai dasar
perusahaan yang dipakai sebagai dasar perusahaan,
diantaranya:
1. Keselamatan dan kesehatan kerja, serta kelestarian
lingkungan hidup.
2. Profesionalisme untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.
3. Meningkatkan inovasi untuk memenangkan bisnis.
4. Mengutamakan integritas diatas segala hal.
5. Berupaya membangun semangat kelompok yang
sinergistik.
f. Logo dan arti PT Petrokimia Gresik
Logo PT Petrokimia Gresik
PT. Petrokimia Gresik memiliki logo berupa seekor kerbau
berwarna kuning emas dan daun berwarna hijau lima
dengan huruf PG yang di letakkan di tengah-tengahnya.
1. Kerbau sebagai penghormatan kepada daerah
kecamatan kebomas, kerbau juga melambangkan
sikap yang suka bekerja keras, loyal, dan jujur.
Selain itu kerbau adalah hewan yang dikenal oleh
masyarakat Indonesia sebagai sahabat petani.
2. Warna kuning emas pada kerbau melambangkan
keagungan.
3. Daun hijau berujung lima melambangkan kesuburan
dan kesejahteraan.
4. Lima ujung daun melambangkan kelima sila dari
pancasila.
5. Huruf PG berwarna putih singkatan dari PT.
Petrokimia Gresik
6. Warna putih pada huruf PG melambangkan
kesucian.
“Dengan hati yang bersih berdasarkan kelima sila
pancasila, PT. Petrokimia Gresik berusaha mencapai
masyarakat yang adil dan makmur untuk menuju keagungan
bangsa”
g. Fasilitas penunjang PT. Petrokimia Gresik
PT. Petrokimia Gresik dikenal sebagai sebuah perusahaan
pupuk terkemuka dikalangan masyarakat Indonesia. sebagai
pelaksanaan yang mampu menunjang kegiatan perusahaannya
agar dapat bejalan dengan mudah dan lancar. Beberapa fasilitas
yang menunjang yang dimiliki PT. Petrokimia Gresik tersebut
di antaranya adalah :
1. Dermaga
Dermaga bongkar muat mampu disandari kapal berbobot
maksimal 60.000 ton, dengan fasilitas :
a) Continous ship unloader (CSU) kapasitas 1.000
ton/jam
b) Dua unit kangaroo crane, kapasitas 720 ton/jam.
c) Ban berjalan dengan panjang keseluruhan 22 km.
d) Fasilitas bongkar muat cair, kapasitas 60 ton/jam
NH3 dan 90 ton/jam H2SO4.
2. Unit Pembangkit Tenaga Listrik
a) Gas turbine generator, dengan kapasitas 33 MW
b) Steam turbine generator, dengan kapasitas 20 MW
c) Konversi energi batu bara, dengan kapasitas 25 MW
3. Unit Penjernihan Air
a) Gunung sari surabaya dengan kapasitas 720 m3/jam
b) Babat dengan kapasitas 2.500 m3/jam.
c) Unit pengolahan limbah
d) Unit pengolahan limbah cair berkapasitas 240
m3/jam
e) Unit pengolahan/pengendali limbah gas.
h. Beberapa anak perusahaan dan perusahaan patungan
PT. Petrokimia Gresik juga mempunyai beberapa anak
perusahaan dan perusahaan patungan, sebagai berikut:
Tabel 3.3
Anak Perusahaan PT Petrokimia Gresik
Anak Perusahaan/
Perusahaan patungan
Anak Perusahaan
Bidang Usaha Shre PG (%)
PT. Petrosida Industri bahan aktif pestisida :
PT. Petronika Industri plasticizer berupa :
Di-Octhyl Phtalate (DOP)
20,00
PT. Petrocentral Industri bahan baku deterjen :
Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
9,80
PT. Puspetindo Industri peralatan pabrik dengan tekno-logi tinggi berupa : pressure vesel, heat exchanger, tower, dll.
5,13
PT. Petrowidada Industri bahan baku plasticizer : Phtalic Anhydride (PA) & Maleic An- hydride (MA)