• Tidak ada hasil yang ditemukan

Corporate Social Responsibility (CSR) dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional mengenai Program CSR Bakti Olahraga PT Djarum terhadap Peningkatan Citra Perusahaan di Kalangan Mahasiswa USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Corporate Social Responsibility (CSR) dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional mengenai Program CSR Bakti Olahraga PT Djarum terhadap Peningkatan Citra Perusahaan di Kalangan Mahasiswa USU)"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

Corporate Social Responsibility (CSR) dan Citra Perusahaan

(Studi Korelasional mengenai Program CSR Bakti Olahraga PT

Djarum terhadap Peningkatan Citra Perusahaan di Kalangan

Mahasiswa USU)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Diajukan Oleh

:

SONITA FRIWANTI N

040904071

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI INI DISETUJUI UNTUK DIPERTAHANKAN OLEH :

NAMA : SONITA FRIWANTI N

NIM : 040904071

DEPARTEMEN : ILMU KOMUNIKASI

JUDUL : CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DAN CITRA

PERUSAHAAN

(Studi Korelasional mengenai Program CSR Bakti Olahraga PT

Djarum terhadap Peningkatan Citra Perusahaan di Kalangan

Mahasiswa USU)

DOSEN PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN

Drs.SYAFRUDDIN POHAN,M.Si,Ph.d Dra.FATMA WARDY LUBIS,M.A NIP.19581205 198903 1 002 NIP.19620828 198701 2 001

DEKAN FISIP USU

(3)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Corporate Social Responsibility dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional mengenai Program CSR Bakti Olahraga PT Djarum terhadap Peningkatan Citra Perusahaan di Kalangan Mahasiswa USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Sejauhmana hubungan antara program CSR Bakti Olahraga PT Djarum terhadap peningkatan citra perusahaan di kalangan mahasiswa USU.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional yaitu metode untuk meneliti sejauhmana hubungan antara Program CSR Bakti Olahraga PT Djarum dan Citra Perusahaan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Komunikasi dan Komunikasi Efektif, Public Relations, Corporate Social Responsibility, serta Citra Perusahaan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa USU program S-1 stambuk 2007 dan 2008. Populasi berjumlah 4.476 mahasiswa. Untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan Presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 98 orang. Teknik penarikan sampel, yaitu teknik Purposive Sampling dan Accidental Sampling.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dan pengamatan langsung (observasi) yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian dengan

menyebarkan kuesioner untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik analisis data dengan menggunakan analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus.

Dari hasil penelitian dengan memakai piranti lunak SPSS 15.0, maka diperoleh

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan puji dan syukur kepada

Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan anugerah-Nya yang luar biasa

kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Corporate

Social Responsibility dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional mengenai Program CSR

Bakti Olahraga PT Djarum terhadap Peningkatan Citra Perusahaan di Kalangan

Mahasiswa USU). Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

penulisan skripsi ini mengingat terbatasnya waktu, kemampuan dan pengetahuan

peneliti. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas peneliti menerima saran dan

kritik yang bersifat membangun dari pembaca yang nantinya bermanfaat bagi kemajuan

ilmu pengetahuan dan peneliti secara pribadi.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan dan masukan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya dari hati yang paling terdalam, peneliti persembahkan kepada Ayahanda

M.Napitupulu dan Ibunda H.Aritonang yang selalu memberikan dukungan dan kasih

sayang, serta selalu mendoakan peneliti. Peneliti minta maaf karena selama ini peneliti

belum mampu memberikan yang terbaik dan yang diharapkan. Kepada saudara-saudara

peneliti: Abang Jendry Simon, Deddy Asido, Mohan Roy, Sahala Ian Patra dan Kakak

(5)

pengertian kepada peneliti. Serta seluruh keluarga besar peneliti yang selalu mendukung

peneliti.

Terima kasih yang setulus-tulusnya juga peneliti sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.d selaku dosen pembimbing yang banyak

memberikan masukan, bimbingan dan bantuan kepada peneliti. Terima kasih

atas pengetahuan, waktu dan kebaikan hati Bapak yang diberikan kepada

peneliti, semua itu sangat berarti bagi peneliti. Peneliti minta maaf kalau skripsi

ini belum sesuai dengan apa yang Bapak harapkan.

4. Bapak Drs. T.Nuralamsyah selaku dosen wali peneliti yang telah membimbing

dan memberi masukan selama perkulihan.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara, khususnya para dosen Departemen Ilmu

Komunikasi. Terima kasih yang tulus peneliti sampaikan atas jasa dan ilmu

pengetahuan yang telah diberikan selama masa perkuliahan.

6. Ibu Dra. Dayana, M.si, Kak Icut, dan Maya yang selalu ada di departemen yang

membantu peneliti dalam menyelesaikan urusan administrasi.

7. Elisabeth dan Rotua, yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan

skripsi ini, yang selalu memberikan masukan, dukungan, motivasi, waktu dan

(6)

8. Sahabat peneliti, Jani, Masrialam, Anne, Tetty Manullang, Rosmeri, Nina, Rita,

Adit, Rizky Amelia, Adharkhan, Betty yang selalu siap membantu dan

memberikan semangat. Peneliti bersyukur bisa mengenal kalian.

9. Teman-teman selama masa kuliah, khususnya anak komunikasi 2004 yang tidak

tersebutkan satu persatu. Terima kasih dan semoga sukses.

Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih banyak atas bantuan yang telah

diberikan oleh semua pihak, semoga Tuhan yang akan membalasnya dengan

limpahan berkat dan rahmat kepada kita semua. Harapan peneliti semoga skripsi ini

kelak dapat berguna dan bila ada terdapat kesalahan, peneliti memohon maaf yang

sebesar-besarnya. Tuhan memberkati.

Medan, Juni 2011

Peneliti,

(7)

DAFTAR ISI

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian ... 10

I.4.2 Manfaat Penelitian ... 10

I.5 Kerangka Teori I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Efektif ... 11

I.5.2 Public Relations ... 13

I.5.3 Corporate Social Responsibility ... 16

I.5.4 Citra Perusahaan ... 22

I.6 Kerangka Konsep ... 27

I.7 Model Teoritis ... 28

I.8 Variabel Operasional ... 28

I.9 Definisi Operasional ... 29

I.10 Hipotesis ... 31

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi dan Komunikasi Efektif ... 32

II.2 Public Relations ... 38

II.3 Corporate Social Responsibility ... 51

II.4 Citra Perusahaan ... 66

(8)

III.2 Metode Penelitian ... 85

III.3 Lokasi Penelitian ... 86

III.4 Populasi dan Sampel ... 87

III.5 Teknik Penarikan Sampel ... 90

III.6 Teknik Pengumpulan Data ... 90

III.7 Teknik Analisis Data III.7.1 Analisis Tabel Tunggal ... 91

III.7.2 Analisis Tabel Silang ... 91

III.7.3 Uji Hipotesis ... 91

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data IV.1.1 Tahap Awal ... 93

IV.1.2 Pengumpulan Data ... 93

IV.2 Proses Pengolahan Data ... 94

IV.3 Analisis Tabel Tunggal IV.3.1 Karakteristik Responden ... 95

IV.3.2 Program CSR Bakti Olahraga PT Djarum ... 97

IV.3.3 Citra Perusahaan ... 106

IV.4 Analisis Tabel Silang ... 114

IV.5 Uji Hipotesis ... 119

IV.6 Pembahasan ... 120

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan ... 122

V.2 Saran ... 123

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 6 : Tingkat Pengetahuan CSR secara umum ... 96

Tabel 7 : Tahu CSR Djarum bidang Olahraga Bulutangkis ... 98

Tabel 8 : Tujuan PT Djarum melakukan CSR Bakti Olahraga ... 98

Tabel 9 : Kegiatan-kegiatan Program CSR Djarum ... 99

Tabel 10 : Memberikan Beasiswa ...100

Tabel 11 : Mendirikan Pusat Pelatihan Bulutangkis ...100

Tabel 12 : Membuat Klub Bulutangkis ...101

Tabel 13 : Memberikan Biaya Kompetisi ...101

Tabel 14 : Menggelar Turnamen Bulutangkis ...102

Tabel 15 : Ketertarikan terhadap CSR Djarum ... 102

Tabel 16 : Penilaian terhadap CSR Djarum ... 103

Tabel 17 : Manfaat CSR PT Djarum ... 103

Tabel 18 : Keuntungan CSR Djarum untuk Masyarakat ... 104

Tabel 19 : Dampak CSR Djarum ... 104

Tabel 20 : Kepercayaan terhadap Kegiatan CSR Djarum ... 105

Tabel 21 : Kesesuaian CSR Djarum terhadap Kebutuhan Masyarakat ... 106

Tabel 22 : Pendapat terhadap PT Djarum ... 106

Tabel 23 : Pendapat terhadap PT Djarum mengenai kegiatan CSR nya ... 107

Tabel 24 : Setuju PT Djarum melakukan CSR di bidang olahraga ... 108

Tabel 25 : Simpati terhadap CSR Bakti Olahraga Djarum ...108

Tabel 26 : Dukungan terhadap CSR Bakti Olahraga Djarum ...109

Tabel 27 : Perkembangan CSR Bakti Olahraga Djarum ...110

Tabel 28 : Perusahaan yang Maju dan Modern ... 111

Tabel 29 : Perusahaan yang mempunyai Sikap Melakukan CSR ...111

(10)

Tabel 31 : Perusahaan yang Peduli Pemberdayaan Masyarakat ...113

Tabel 32 : Kemampuan CSR Djarum Mengembangkan Citra Perusahaan ...113

Tabel 33 : Hubungan antara Penilaian terhadap CSR Bakti Olahraga dan Pendapat

terhadap PT Djarum mengenai Program CSR Bakti Olahraga ...115

Tabel 34 : Hubungan antara Manfaat CSR PT Djarum dengan Tingkat Kesetujuan PT

Djarum Melakukan Kegiatan CSR di bidang olahraga ...116

Tabel 35 : Hubungan antara Dampak CSR PT Djarun dengan Dukungan terhadap CSR

Bakti Olahraga Djarum ...118

Tabel 36 : Hasil Uji Korelasi Spearman Menggunakan Piranti Lunak SPSS Versi 15.0

...120

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Model Teoritis ... 28

Gambar 2 : Model Pembentukan Citra ... 74

(11)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Corporate Social Responsibility dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional mengenai Program CSR Bakti Olahraga PT Djarum terhadap Peningkatan Citra Perusahaan di Kalangan Mahasiswa USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Sejauhmana hubungan antara program CSR Bakti Olahraga PT Djarum terhadap peningkatan citra perusahaan di kalangan mahasiswa USU.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional yaitu metode untuk meneliti sejauhmana hubungan antara Program CSR Bakti Olahraga PT Djarum dan Citra Perusahaan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Komunikasi dan Komunikasi Efektif, Public Relations, Corporate Social Responsibility, serta Citra Perusahaan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa USU program S-1 stambuk 2007 dan 2008. Populasi berjumlah 4.476 mahasiswa. Untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan Presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 98 orang. Teknik penarikan sampel, yaitu teknik Purposive Sampling dan Accidental Sampling.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dan pengamatan langsung (observasi) yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian dengan

menyebarkan kuesioner untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik analisis data dengan menggunakan analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus.

Dari hasil penelitian dengan memakai piranti lunak SPSS 15.0, maka diperoleh

(12)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pada masa lalu, banyak perusahaan yang meremehkan konsumen. Para

konsumen mungkin tidak memiliki banyak pilihan sumber penawaran, atau semua

pemasok sama-sama mempunyai kekurangan dalam pelayanan, atau pasar sedang

tumbuh pesat sehingga perusahaan tidak khawatir tentang kepuasan konsumennya. Hal

ini jelas sekali telah berubah sekarang. Banyaknya barang konsumsi dan jasa yang

sejenis membawa konsumen pada situasi dimana dia harus memilih dan menjadi kritis

untuk mengambil barang yang terbaik dan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

psikologisnya dari barang dan jasa yang tersedia serta juga berdasarkan mutu dan

keuntungan yang didapatkannya. Masyarakat yang menjadi calon konsumen tidak hanya

sekedar memperhatikan suatu perusahaan hanya dari produk yang dihasilkannya, tapi

juga dengan kritis melihat apakah keberadaan perusahaan memberi manfaat

ditengah-tengah masyarakat. Konsumen semakin kritis, pandai memilih, dan mempunyai banyak

tuntutan dari sebelumnya. Mau tidak mau keadaan ini membuat produsen harus bekerja

ekstra keras untuk mempertahankan pasar.

Iklim kompetitif yang semakin ketat dalam dunia bisnis dewasa ini, memacu

perusahaan untuk lebih kreatif lagi dalam memasarkan produk dan jasa yang ditawarkan

dengan tidak hanya beriklan, tapi dengan menciptakan kepedulian perusahaan terhadap

kegiatan-kegiatan masyarakat yang ditonjolkan dengan maksud menciptakan dan

(13)

publiknya. Maka mulailah industri-industri memasukkan Corporate Social

Responsibility (CSR) dalam program kampanye perusahaan.

Penerapan CSR saat ini berkembang pesat termasuk di Indonesia, sebagai respon

dunia usaha yang melihat aspek kemasyarakatan sebagai peluang untuk meningkatkan

daya saing serta sebagai bagian dari pengelolaan resiko, menuju sustainability

(keberlanjutan) dari dunia usahanya. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang biasa

disebut dengan CSR sudah menjadi semacam stimulan bisnis dan instrumen penting

dalam menunjang strategi perusahaan untuk mencapai citra yang diinginkan.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan perwujudan tanggung jawab

perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Sejatinya, CSR dilakukan

agar perusahaan menyadari tanggung jawab sosialnya terhadap masyarakat dan

lingkungan, namun di tengah ketatnya persaingan bisnis sekarang ini, kegiatan CSR

yang dilakukan tetap mengandung tujuan komersial untuk meraih

keuntungan-keuntungan di bidang periklanan, humas, atau pemasaran bagi perusahaan, walaupun

memang masih ada segelintir perusahaan yang mengadakan program CSR atas dasar

kepedulian dan wujud tanggung jawab sosialnya.

Perkembangan bisnis yang terus meningkat dan hiruk pikuk upaya pengusaha

untuk membangun citra yang ideal bagi perusahaannya, membuat kegiatan CSR makin

beragam wujudnya. Banyak perusahaan yang mensponsori sebuah kegiatan sosial yang

sedang menjadi perhatian masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan citra

perusahaan. Misalnya, yang dilakukan perusahaan Unilever, Astra dan juga Indosat

yang mendukung kampanye gerakan hijau guna mengurangi pemanasan global melalui

(14)

Secara lebih luas, program CSR dapat dikembangkan dalam kegiatan-kegiatan di

bidang lain, contohnya, perusahaan HM Sampoerna mengadakan expo yang

memamerkan produk-produk unggulan industri UKM, selain program mereka lainnya

yang mencakup bidang pelestarian seni budaya, membiayai invitasi bola voli nasional,

sampai penghargaan karya jurnalis. Perusahaan-perusahaan yang mayoritas memiliki

nama besar tersebut antusias menjalankan kegiatan CSR-nya yang menghabiskan dana

yang besar demi mendongkrak citra perusahaan. Contoh yang ekstrem adalah PT

Djarum. Perusahaan rokok ini banyak melakukan CSR di bidang olahraga bulutangkis,

mulai dari mendirikan sekolah bulutangkis, membuat klub, memberikan beasiswa, rutin

melakukan aneka lomba dan mensponsori berbagai acara bulutangkis baik nasional

maupun internasional. Berawal dari tingginya kegemaran karyawan PT Djarum dan

masyarakat disekitar kota Kudus bermain dan berlatih olahraga bulutangkis, maka

lahirlah Persatuan Bulutangkis Djarum, yang disingkat PB Djarum pada tanggal 28

April 1969, di kota Kudus, Jawa Tengah, untuk secara serius mengembangkan kegiatan

komunitas Kudus. Dengan misi membantu persatuan Indonesia dan mengharumkan

nama bangsa dan berprestasi dibidang perbulutangkisan dunia, PB Djarum telah

berhasil melahirkan atlet-atlet bulutangkis kelas dunia seperti, Liem Swie King,

Hariyanto Arbi, dan Alan Budi Kusuma. Atlet-atlet ini merupakan produk dari sebuah

proses pelatihan panjang di PB Djarum (www.pbdjarum.com). Sejak berdiri tahun

1950-an, PT Djarum telah aktif melakukan kegiatan CSR. Perusahaan Djarum memiliki

tiga program besar yang berkaitan dengan CSR, yaitu Bakti Olahraga, Bakti

Lingkungan, dan Bakti Pendidikan. Namun yang paling menonjol adalah sumbangan

Djarum dalam menyokong dunia bulutangkis Indonesia melalui kegiatan Bakti

(15)

sebagai akses untuk mendapatkan fasilitas dan ketersediaan peralatan yang memadai.

Selain itu Djarum juga memberikan biaya kompetisi dan beasiswa yang kini

informasinya banyak diiklankan dibeberapa saluran TV swasta dan melalui poster yang

disebarkan di kota-kota besar di Indonesia. Tidak hanya sampai disitu, Djarum rutin

mengadakan berbagai kompetisi bulutangkis dan mensponsori berbagai acara

bulutangkis baik nasional maupun internasional seperti Turnamen Djarum Kejuaraan

Provinsi dan Indonesia Super Series , tidak hanya menjadi co-sponsor tapi menjadi

main sponsor (sponsor utama). Untuk menjadi sponsor utama, pihak Djarum harus

mengeluarkan biaya yang lumayan besar apalagi untuk suatu kegiatan yang digelar

setiap tahun. Karena hal itulah banyak perusahaan yang urung menjadi main sponsor

karena dianggap sangat mahal. Dapat dikatakan saat ini Djarum adalah ‘jantung’

bulutangkis nasional (www.bbcindonesia.com).

Meski tak ada korelasi antara produk rokok dengan olahraga (prestasi), tapi

orang dengan mudah dapat membaca aktivitas Djarum tersebut. Bulutangkis adalah

salah satu cabang olahraga yang menjadi kebanggaan Indonesia, yang sampai saat ini

prestasinya masih punya pamor didunia internasional. Jadi tepat sekali kalau Djarum

memilih fokus pada olahraga bulutangkis sebagai kegiatan CSR Bakti Olahraganya,

dimana bentuk dan gambarannya dicitrakan sesuai dengan jiwa anak muda yang

menjadi target pasarnya. Semua informasi mengenai program CSR Bakti Olahraga

bulutangkis PT Djarum dapat diperoleh di situs resminya PB Djarum.

Perusahaan yang mampu secara cerdik memilih fokus program CSR dapat

menjadikannya ‘kendaraan’ untuk merangkul pelanggan di masa depan. Karena CSR

akan sangat powerfull untuk membangun pasar masa depan dengan membangun citra

(16)

ditujukan bagi masyarakat dan komunitas bisnis perusahaan atau agenda Public

Relations semata, CSR merupakan investasi bagi perusahaan dalam membangun citra

positif perusahaan, perusahaan yang peduli, yang menjalankan bisnis secara sehat dan

etis.

Rokok dengan sekian banyak merek yang beredar dipasar dan menjadi produk

yang sering dibeli, dilihat peneliti sebagai objek penelitian yang menarik. Berbagai studi

dan literatur menunjukkan bahwa produk ini mampu menciptakan loyalitas yang baik

dari para konsumennya, padahal produk rokok punya banyak keterbatasan terkait

peraturan pemerintah yang melarang produsen rokok beriklan di jam-jam tertentu dan

tidak boleh menampilkan fungsi rokok. Oleh karena itu, produk rokok selalu

mengandalkan citra.

Sama dengan produk yang dihasilkan, CSR yang dilakukan PT Djarum menuai

banyak pro dan kontra. Banyak pihak yang memandang miring program CSR yang

dilakukan PT Djarum. Mereka menganggap CSR dilakukan hanya sebagai upaya untuk

membangun citra perusahaan yang positif untuk mendapatkan simpati masyarakat

sehingga jika ada upaya pengendalian tembakau, maka masyarakat dululah yang

membela perusahaan. Gerakan membangun kesadaran tentang bahaya merokok pun

semakin besar dalam lima tahun terakhir ini. Majelis Ulama Indonesia (MUI), misalnya,

awal tahun ini mengeluarkan fatwa yang melabeli rokok sebagai barang haram bagi

wanita hamil, anak-anak, ulama MUI, dan perokok ditempat-tempat umum. Kampanye

untuk menghapuskan iklan dan sponsor rokok kian menguat dikalangan masyarakat.

Koalisi LSM Anti-Rokok, misalnya pernah mendemo konser penyanyi Rossa karena

disponsori perusahaan rokok. Komisi ini juga mengharapkan adanya upaya dari

(17)

memberlakukan larangan merokok di ruang publik secara nasional guna menekan

jumlah perokok. Pernyataan keras juga datang dari Komisi Nasional Perlindungan Anak

(KNPA) yang menyayangkan bahwa sebagian besar event olahraga diadakan oleh

perusahaan rokok. Dan hingga sekarang, industri rokok di Indonesia terus mengalami

tantangan (www.depkop.go.id).

Produk rokok memang menimbulkan sikap dilematis jika dikaitkan dengan

penyelenggaraan olahraga. Di satu sisi, rokok diakui dapat mengancam kesehatan

manusia, tapi disisi lain, kita tidak bisa menutup mata akan peran sosial industri rokok

di tanah air yang sudah banyak menggelar dan mensponsori pertandingan besar

olahraga di Indonesia. Produk rokok masih menempati urutan pertama sebagai penyedia

dana dunia olahraga Indonesia. Sulit terbantahkan perusahaan rokok termasuk yang

paling aktif dalam melaksanakan CSR di bidang olahraga dan termasuk yang memiliki

hubungan yang baik dengan masyarakat. Dan PT Djarum adalah satu dari sedikit

perusahaan yang melaksanakan aktivitas CSR di bidang olahraga secara professional

(Analisa, 29 Mei 2010).

PT Djarum yang merupakan salah satu dari tiga perusahaan rokok terbesar di

Indonesia, selama lebih dari 40 tahun telah melaksanakan CSR Bakti Olahraga.

Program CSR Djarum dilaksanakan oleh Public Relations PT Djarum yaitu Departemen

Corporate Affairs and Communication. PR adalah kunci bagi setiap program CSR yang

dijalankannya. Diperlukan peran aktif seorang Public Relation dalam meningkatkan

image perusahaan yang positif di mata khalayak. Meskipun hasil yang dibuat seorang

Public Relation tidak langsung dirasakan oleh perusahaan, namun dalam tujuan jangka

panjang perusahaan akan merasakan dampak yang positif bagi perusahaan. Public

(18)

perencanaan-perencanaan program dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat

yang pada akhirnya diharapkan dapat membentuk atau meningkatkan citra yang baik

bagi PT Djarum.

Remaja dan kawula muda adalah pangsa pasar yang potensial bagi produsen

karena walaupun mereka belum memiliki penghasilan, tetapi termasuk kelompok

konsumtif bahkan melebihi kelompok yang berpenghasilan tetap. Hal ini disebabkan

oleh adanya perasaan optimis dalam kehidupan finansial mereka dan oleh sikap permisif

dari orang tua terhadap anaknya untuk mengkonsumsi barang. Disamping itu, kuantitas

remaja dianggap sebagai potensi pasar yang besar sehingga menjadi target yang dibidik

oleh produsen (Brotoharsojo, 2005:37).

Dipilihnya mahasiswa sebagai sasaran dalam penelitian ini karena pada dasarnya

mahasiswa adalah bagian dari kawula muda yang umumnya memiliki pemikiran yang

lebih kritis dalam menilai gejala yang diamati. Sebagai pribadi yang aktif, mahasiswa

juga termasuk kelompok yang gemar berolahraga. Mahasiswa USU yang terdiri dari

beragam suku bangsa, latar belakang, agama dan beragam hal-hal lainnya, yang tidak

hanya berasal dari Sumatera Utara saja tapi juga dari luar kota bahkan dari luar pulau,

menjadikan kampus ini lokasi penelitian yang representatif untuk menilai gejala yang

diamati.

Mahasiswa diperkirakan berumur antara 18 sampai 24 tahun dimana menurut

Perlmutter dan Hall, 1992, (dalam Brotoharsojo 2005:84) kelompok umur 18 sampai 30

tahun termasuk dalam tahap perkembangan dewasa muda. Selain karena berdasarkan

prapenelitian melalui tanya jawab pada mahasiswa USU stambuk 2007-2008 yang

ternyata banyak yang telah mengetahui program CSR PT Djarum, yang memudahkan

(19)

perkembangan dewasa muda yang ditandai dengan mulai memperluas diri, menjalin

hubungan yang hangat dengan orang lain, mempersepsi realita, dan sudah mampu untuk

berpikir lebih rasional dan kritis terhadap informasi dan gejala yang ada disekelilingnya.

Oleh karena itu peneliti memilih untuk mengadakan penelitian terhadap mahasiswa

USU stambuk 2007-2008.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih

jauh mengenai bagaimana hubungan kegiatan CSR Bakti Olahraga yang dilakukan PT

Djarum dalam meningkatkan citra perusahaan.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

mengemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Sejauhmanakah hubungan antara Program CSR Bakti Olahraga PT Djarum terhadap

Peningkatan Citra Perusahaan dikalangan mahasiswa USU?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan

penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti agar menjadi lebih jelas,

terarah dan lebih spesifik. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah

sebagai berikut :

a. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan

hubungan dan menguji hipotesis.

b. Penelitian ini dibatasi hanya pada Program CSR PT Djarum dalam program

(20)

c. Objek penelitian adalah mahasiswa USU Program Reguler S-1 stambuk

2007-2008.

d. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2010 sampai Maret 2011.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui wawasan mahasiswa USU mengenai Corporate Social

Responsibility.

b. Untuk mengetahui kegiatan program CSR Bakti Olahraga Bulutangkis PT

Djarum.

c. Untuk mengetahui citra perusahaan PT Djarum dikalangan mahasiswa USU.

d. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara program CSR Bakti Olahraga

PT Djarum terhadap peningkatan citra perusahaan dikalangan mahasiswa USU.

I.4.2 Manfaat Penelitian

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan dilingkungan FISIP USU,

khususnya di bidang ilmu komunikasi.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

mahasiswa mengenai wacana Corporate Social Responsibility.

c. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

sumbangan pikiran bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik para pemerhati

(21)

I.5 Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus menyusun suatu kerangka

teori. Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk menunjukkan dari sudut mana

peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti.

Kerlinger menyebutkan teori merupakan himpunan konstruk (konsep), definisi

dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan

menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut

(Rakhmat, 2004:6).

Teori merupakan asumsi, konstruk, definisi, dan proposisi untuk menerangkan

suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar

konsep. Dengan adanya kerangka teori akan mempermudah peneliti dalam menganalisis

masalah.

Teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah Komunikasi dan

Komunikasi Efektif, Public Relations, Corporate Social Responsibility dan Citra

Perusahaan.

I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Efektif

Komunikasi merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia. Hal ini sangat

diperlukan dalam rangka menjalin hubungan dengan sesama sehubungan dengan sifat

manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Komunikasi

digunakan sebagai jembatan yang menghubungkan manusia yang satu dengan yang

lainnya (Effendy, 2003:27).

Menurut Book dalam Stuart, istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin

Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara

(22)

Communico yang berarti membagi. Selanjutnya komunikasi adalah suatu transaksi ,

proses simbolik yang mengkhendaki orang-orang mengatur lingkungan dengan

membangun hubungan antar sesama manusia melalui pertukaran informasi untuk

menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha mengubah sikap dan

tingkah laku itu (Cangara, 2004:18).

Pada tahun 1960, Carl I. Hovland dalam karyanya berjudul Social

Communication memunculkan istilah Science of Communication yang didefinisikan

sebagai suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan dengan cara yang

setepat-tepatnya asas-asas pentransmisian informasi serta pembentukan opini dan sikap

(Effendy, 2003:12).

Tujuan utama dalam mempelajari komunikasi adalah untuk mengetahui

bagaimana efek komunikasi terhadap seseorang. Wilbur Schramm (dalam Effendy,

2003:41) menampilkan apa yang ia sebut sebagai “the condition of success in

communication” yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu

pesan membangkitkan tanggapan yang kita khendaki. Kondisi ini dapat dirumuskan

sebagai berikut :

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan dengan sedemikian rupa sehingga dapat

menarik perhatian konsumen.

2. Pesan-pesan harus menggunakan lambang-lambang yang tertuju kepada

pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan sehingga sama-sama

mengerti.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan

(23)

4. Pesan harus menjalankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang

layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan

untuk memberi tanggapan yang dikhendaki.

Mc Cosky dan Knap (dalam Effendy, 2003:64) dalam bukunya yang berjudul “An

Art to An Interpersonal Communication” mengatakan bahwa komunikasi yang efektif

dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya

antara komunikator dan komunikan dalam setiap situasi.

Seseorang berkomunikasi dengan orang lain dikatakan efektif menurut Stewart

L. Tubbs dan Sylvia Moss (1996 : 23-28) setidak-tidaknya menimbulkan lima hal,

yaitu:

1. Pengertian

2. Kesenangan

3. Mempengaruhi sikap komunikan

4. Hubungan sosial yang lebih baik

5. Komunikan melakukan tindakan yang diingini oleh komunikator

I.5.2 Public Relations

Istilah Public Relations pertama kali diperkenalkan oleh Ivy Ledbetter Lee pada

tahun 1906. Gagasan Lee yang disampaikan saat itu adalah apa yang dinamakan

olehnya Declaration of Principles, yang memuat asas khalayak tidak dapat diabaikan

oleh manajemen industri dan dianggap bodoh oleh pers (Effendy, 1993 : 106).

Selain itu, ia berjanji akan menyediakan berbagai informasi yang cepat serta akurat

khususnya mengenai sesuatu yang bernilai tinggi dan menyangkut kepentingan umum

(24)

Pesatnya perkembangan industri menuntut komunikasi untuk lebih maju lagi,

sehingga kegiatan Public Relations pun semakin banyak dipergunakan, banyak

dipelajari dan diteliti Public Relation dari berbagai badan, perusahaan dan organisasi.

Public Relations terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara

organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang berkepentingan dengannya

(Anggoro, 2000 : 1).

Menurut Frank Jefkins, PR adalah semua bentuk komunikasi yang terencana,

baik itu ke dalam maupun ke luar, antar suatu organisasi dengan semua khalayaknya

dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling

pengertian. Ini berarti public relations adalah suatu rangkaian kegiatan yang

diorganisasikan sebagai suatu rangkaian kampanye atau program terpadu dan semuanya

berlangsung secara berkesinambungan dan teratur. Tujuan utamanya adalah

menciptakan dan memelihara saling pengertian dengan maksud untuk memastikan

bahwa organisasi tersebut senantiasa dimengerti oleh pihak lain yang turut

berkepentingan. Sebaliknya, organisasi juga harus memahami setiap kelompok atau

individu yang terlibat dengannya (Jefkins, 2004:9).

Menurut kamus IPR (Institute of Public Relations) tahun 1987, praktek Humas

adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara berencana dan berkesinambungan

dalam rangka memelihara dan menciptakan niat baik dan saling pengertian antara suatu

organisasi dengan segenap khalayaknya. Ini berarti public relations adalah suatu

rangkaian kegiatan yang diorganisasikan sebagai suatu rangkaian kampanye atau

program terpadu dan semuanya berlangsung secara berkesinambungan dan teratur.

(25)

maksud untuk memastikan bahwa organisasi tersebut senantiasa dimengerti oleh pihak

lain yang turut berkepentingan.

Dalam menjalankan aktivitasnya, public relations banyak mengadakan hubungan

dengan publiknya. Istilah lain yang sering digunakan untuk menyebut publik adalah

khalayak dan stakeholders. Publik perusahaan adalah pihak-pihak yang memiliki kaitan

dengan perusahaan. Secara garis besar, publik perusahaan terdiri dari publik internal

dan publik eksternal. Publik internal yang merupakan pihak dalam perusahaan terdiri

dari pemegang saham (shareholders), karyawan (employee), dan lain-lain. Sedangkan

publik eksternal yang merupakan pihak luar perusahaan terdiri dari pelanggan

(customer), khalayak sekitar (community), pemerintah (government), pers dan lain-lain

(Effendy, 1993: 134).

Adapun ruang lingkup tugas PR dalam sebuah organisasi/perusahaan antara lain

meliputi aktivitas :

a. Membina hubungan ke dalam (publik internal)

Yang dimaksud dengan publik internal adalah publik yang menjadi bagian dari

unit/badan/perusahaan atau organisasi itu sendiri.

b. Membina hubungan ke luar (publik eksternal)

Yang dimaksud dengan publik eksternal adalah publik umum (masyarakat).

Menurut H.Fayol, beberapa kegiatan dan sasaran PR adalah :

a. Membangun identitas dan citra perusahaan (Building Corporate Identity and

Image).

- Menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif

- Mendukung kegiatan timbal balik dua arah dengan berbagai pihak

(26)

c. Mempromosikan Aspek kemasyarakatan (Promotion Public Cause)

(Ruslan, 2003:20-24).

Publik eksternal yang menjadi sasaran PR adalah para pelanggan (costumer),

khalayak sekitar (community), instansi pemerintah (government), pers (press), dan

kelompok-kelompok lain diluar organisasi. Hubungan baik dengan mereka sama

pentingnya dengan hubungan dengan publik intern ; turut menentukan sukses tidaknya

tujuan yang dicapai oleh suatu organisasi (Effendy, 1993:150).

I.5.3 Corporate Social Responsibility (CSR)

Pemikiran tentang tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal

dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR) kini cukup populer dan telah

dilaksanakan banyak perusahaan di hampir semua negara.

The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), lembaga

internasional yang beranggotakan lebih dari 120 perusahaan multinasional yang berasal

lebih dari 30 negara, mendefinisikan CSR sebagai suatu komitmen perusahaan untuk

terus-menerus bertindak secara etik, beroperasi berdasarkan hukum dan bermanfaat

dalam upaya meningkatkan ekonomi, bersamaan dengan meningkatkan kualitas hidup

dari para pekerja dan keluarganya, juga peningkatan kualitas hidup masyarakat setempat

dan masyarakat secara luas (Wibisono, 2007:7).

Definisi tanggung jawab perusahaan diatas menekankan tiga hal pokok, yaitu

pertama, dorongan dari diri sendiri; kedua, melakukan aktivitas ekonomi denngan

senantiasa mematuhi hukum yang berlaku; dan ketiga, bermanfaat pada peningkatan

ekonomi baik bagi pekerja dan keluarganya, masyarakat setempat dan masyarakat

(27)

ekonominya harus mampu membagikan manfaat bagi semua pihak, khususnya semua

komponen yang menjadi pemangku kepentingan perusahaan.

Mallen Baker (dalam Siagian, 2010:65) mengartikan CSR sebagai suatu hal

bagaimana perusahaan melakukan pengelolaan terhadap proses ekonominya dalam

rangka menghasilkan suatu dampak positif secara menyeluruh bagi masyarakat. Definisi

tersebut menekankan bahwa kehadiran suatu perusahaan seharusnyalah menghasilkan

efektivitas dalam meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat.

Pandangan lain tentang definisi CSR dikemukakan oleh World Bank.

Organisasi keuangan global ini mengemukakan definisi CSR sebagai suatu persetujuan

atau komitmen perusahaan agar bermanfaat bagi pembangunan ekonomi yang

berkesinambungan, untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dengan demikian

eksistensi perusahaan tersebut akan baik bagi perusahaan itu sendiri dan baik pula bagi

pembangunan.

Cara berpikir yang maju yang mengilhami definisi CSR tersebut merupakan

upaya untuk menyadarkan para pelaku usaha, bahwa implementasi tanggung jawab

sosial perusahaan tidak dipandang hanya sebagai biaya, tapi sekaligus menjadi

keuntungan bagi perusahaan. Dengan kata lain, implementasi CSR bukan sebagai

beban, tapi sebagai modal sosial yang sangat bermanfaat bagi pengembangan

perusahaan itu sendiri.

Ada beberapa manfaat dan keuntungan bagi perusahaan bila

mengimplementasikan CSR, yang diantaranya dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan citra perusahaan.

(28)

Program CSR diharapkan menjadi bagian dari asuransi sosial yang akan

menghasilkan harmoni dan persepsi positif dari masyarakat terhadap eksistensi

perusahaan.

3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan.

Mengelola resiko di tengah kompleksnya permasalahan perusahaan merupakan

hal yang esensial untuk suksesnya usaha. Karena itu, menempuh langkah

antisipatif dan preventif melalui penerapan CSR merupakan upaya investatif

yang dapat menurunkan resiko bisnis perusahaan.

4. Melebarkan akses sumber daya.

Track record yang baik dalam pengelolaan CSR merupakan keunggulan

bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu untuk memuluskan jalan

menuju sumber daya yang diperlukan perusahaan.

5. Membentangkan akses menuju market.

Program CSR dapat menjadi tiket bagi perusahaan menuju peluang besar yang

terbuka lebar, termasuk didalamnya akan memupuk loyalitas konsumen dan

menembus pangsa pasar baru.

6. Meningkatkan hubungan dengan stakeholder.

Implementasi CSR dapat membentuk kepercayaan kepada perusahaan.

7. Meningkatkan hubungan dengan pemerintah.

8. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.

Perusahaan yang baik dimata stakeholdernya merupakan vitamin tersendiri bagi

karyawan untuk meningkatkan motivasi dalam berkarya.

9. Peluang mendapatkan penghargaan.

(29)

Yusuf Wibisono, mengemukakan beberapa contoh ruang lingkup CSR yang

diklarifikasikan dalam beberapa bidang :

1. Bidang Sosial antara lain :

a. Pendidikan dan Pelatihan

- Program beasiswa atau anak asuh

- Bantuan sarana pendidikan

- Bantuan perpustakaan sekolah

- Pelatihan keterampilan Karang Taruna, dll

b. Kesehatan

- Pengobatan umum

- Khitanan massal

- Program kegiatan olahraga dan bantuan sarananya, dll

c. Kesejahteraan sosial

d. Kepemudaan

e. Keagamaan

f. Kebudayaan, dll

2. Bidang Ekonomi antara lain :

a. Kewirausahaan

b. Pembinaan UKM

c. Agribisnis

d. Pembukaan lapangan kerja

e. Sarana dan prasarana ekonomi, dll

3. Bidang Lingkungan antara lain :

(30)

b. Proses produksi yang ramah lingkungan

c. Pengendalian polusi

d. Penghijauan dan pelestarian alam

e. Pengelolaan air

f. Pengembangan ekowisata

g. Perumahan dan pemukiman, dll (Wibisono, 2007:133-136).

Kegiatan program yang dilakukan oleh perusahaan dalam konteks tanggung jawab

sosial perusahaan dapat dikategorikan dalam 3 orientasi (Rudito, 2007:210-212) :

1. Strategi Public Relations

Kegiatan atau usaha ini lebih mengarah pada menjalin hubungan baik antara

perusahaan dengan masyarakat, dengan menanamkan persepsi yang baik tentang

perusahaan. Tertanam di benak masyarakat bahwa perusahaan yang bersangkutan

selalu menyisihkan sebagian keuntungannya untuk kegiatan sosial.

2. Strategi Defensif

Usaha yang dilakukan oleh perusahaan guna menangkis anggapan negatif

masyarakat luas yang sudah tertanam terhadap kegiatan perusahaan, dan biasanya

untuk melawan ‘serangan’ negatif dari anggapan komunitas atau masyarakat yang

sudah terlanjur berkembang. Hal ini berkaitan dengan usaha membersihkan nama

baik yang telah beredar secara luas.

3. Keinginan tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-benar berasal dari

visi perusahaan itu sebagai tanggung jawab sosial.

Kegiatan usaha dalam konteks ini adalah sama sekali tidak mengambil suatu

keuntungan secara materil tetapi berusaha untuk menanamkan kesan baik terhadap

(31)

Pelaksanaan CSR diharapkan menciptakan relasi yang harmonis antara

perusahaan dengan masyarakat. Capaian ini diharapkan bersinergi dalam menciptakan

citra yang baik bagi perusahaan. Citra yang baik tersebut merupakan passport yang

istimewa bagi perusahaan dalam mengembangkan dirinya dimasa mendatang.

I.5.4 Citra Perusahaan

Citra adalah tujuan utama dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang

hendak dicapai bagi dunia public relations. Pengertian citra itu sendiri abstrak

(intangible) dan tidak dapat diukur secara matematis, namun wujudnya bisa dirasakan

dari hasil penilaian baik atau buruk yang khususnya datang dari publik dan masyarakat

luas pada umumnya (Ruslan, 2001:70).

Menurut Seitel (1992 : 193), kebanyakan perusahaan meyakini bahwa citra

perusahaan yang positif adalah esensial, sukses yang berkelanjutan dan dalam jangka

panjang (Soemirat, 2004:111).

Menurut Bill Canton dalam Sukatendel (1990) mengatakan bahwa : “Citra

adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan; kesan yang dengan

sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi”. Jadi, citra itu dengan

sengaja perlu diciptakan agar bernilai positif.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian citra adalah :

1. Kata benda : gambar, rupa dan gambaran

2. Gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi

atau produk

3. Kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase

atau kalimat dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa atau puisi.

(32)

Citra itu sendiri merupakan salah satu asset terpenting dari perusahaan. Citra

menjadi hal utama yang mendorong perusahaan untuk lebih maju lagi dan mampu

bersaing di dunia bisnis. Bagaimana menjaga dan meningkatkan citra inilah yang

menjadi agenda penting bagi seorang PR (Soemirat, 2004:112).

Citra terdiri dari beberapa jenis :

a. Citra Bayangan (mirror image)

Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota organisasi, mengenai anggapan

pihak luar tentang organisasinya.

b. Citra yang Berlaku

Citra yang berlaku ini adalah suatu pandangan yang melekat pada pihak-pihak

luar mengenai suatu organisasi.

c. Citra yang Diharapkan (wish image)

Citra yang diharapkan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen.

d. Citra Perusahaan

Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi tidak

hanya dari produk dan pelayanannya saja. Citra perusahaan ini dibentuk oleh

banyak hal. Hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra perusahaan antara lain

sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan-keberhasilan

dibidang keuangan yang pernah diraih, sukses ekspor, hubungan industri yang

baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja dalam jumlah yang besar,

kesediaan untuk turut memikul tanggung jawab sosial, komitmen mengadakan

riset, dan lain sebagainya.

(33)

Setiap perusahaan pasti memiliki banyak unit dan pegawai (anggota).

Masing-masing unit dan individu tersebut memiliki perilaku tersendiri, sehingga secara

sengaja atau tidak mereka memunculkan citra yang belum tentu sama dengan

citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan (Anggoro, 2000:59-68).

Setiap perusahaan memiliki citra. Setiap perusahaan mempunyai citra sebanyak

sejumlah orang yang memandangnya. Ada banyak citra perusahaan, misalnya: siap

membantu, inovatif, sangat memperhatikan karyawannya, bervariasi dalam produk, dan

sebagainya. Tugas perusahaan dalam rangka membentuk citranya adalah

mengidentifikasi citra seperti apa yang ingin dibentuk di mata masyarakat (Soemirat,

2004:113).

Citra perusahaan yang baik dan kuat mempunyai banyak manfaat, antara lain :

1. Daya saing jangka menengah dan panjang yang kompetitif

2. Menjadi perisai selama masa krisis

3. Menjadi daya tarik eksekutif handal

4. Meningkatkan efektifitas strategi pemasaran

5. Penghematan biaya operasional

Citra perusahaan menjadi salah satu pegangan bagi banyak orang dalam mengambil

berbagai macam keputusan penting, misalnya membeli barang atau jasa yang dihasilkan

perusahaan (konsumen), berlangganan (pelanggan), membeli saham atau obligasi yang

diterbitkan perusahaan (investor), dan memberikan izin usaha (instansi pemerintah)

(Sutojo, 2004:3).

Rangkaian kegiatan PR suatu perusahaan bertujuan untuk mencapai sasaran

utama yaitu citra perusahaan yang positif dimana dapat menggunakan tolak ukur

(34)

1. Kepercayaan

Dalam perkembangan dan kemajuan suatu perusahaan tidak terlepas dari dukungan

publiknya yaitu adanya kepercayaan. Kepercayaan menjadi kelanjutan nafas

kehidupan sebuah perusahaan. Kalau kepercayaan individu-individu terhimpun

dalam jumlah publik atau masyarakat yang lebih luas akan tercipta suatu citra.

2. Realitas

Realistik, jelas terwujud, dapat diukur dan hasilnya dapat dirasakan serta dapat

dipertanggungjawabkan dengan perencanaan yang matang dan sistematis. Kegiatan

yang dilakukan merupakan suatu perwujudan nyata dimana dapat dilihat dan

dirasakan publiknya.

3. Kerjasama saling menguntungkan

Suatu kegiatan dilaksanakan mendatangkan kesuksesan dan keuntungan diantara

pihak-pihak yang bersangkutan.

4. Kesadaran

Adanya kesadaran khalayak tentang dan perhatian terhadap produk yang dihasilkan

maupun terhadap perkembangan perusahaan.

Proses Pembentukan Citra

Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan

pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang

terhadap suatu objek dapat diketahui dari sikapnya terhadap objek tersebut. Solomon,

dalam Rakhmat, seperti yang dikutip Danasaputra (1995), menyatakan bahwa semua

sikap bersumber pada organisasi kognitif – pada informasi dan pengetahuan yang kita

miliki. Efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra.

(35)

seseorang. Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi – kognisi – motivasi – sikap.

Empat komponen ini diartikan sebagai citra individu terhadap rangsang (Soemirat,

2004:115).

Individu akan memberikan makna (persepsi) terhadap rangsang berdasarkan

pengalamannya mengenai rangsang. Persepsi atau pandangan individu akan positif

apabila informasi yang diberikan oleh rangsang dapat memenuhi kognisi individu.

Keyakinan ini akan timbul apabila individu telah mengerti rangsang tersebut.

Proses pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan sikap, tanggapan

atau perilaku tertentu. Sikap menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap

sesuatu. Sikap ini juga dapat diperteguh atau diubah.

I.6 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat

kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat

mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 1995:40).

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni

istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian,

keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial

(Singarimbun, 1995:57).

Jadi, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan

rumusan hipotesa yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji

kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus

dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel.

(36)

a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau

mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut variabel terikat (Nawawi,

1995:57).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Program CSR Bakti Olahraga PT Djarum.

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada

ataupun muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan karena

adanya variabel lain. Variabel terikat yaitu variabel yang merupakan akibat atau yang

dipengaruhi oleh variabel yang mendahului (Nawawi, 1995:57).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Citra Perusahaan PT Djarum di kalangan

mahasiswa USU.

I.7 Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan

dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :

Gambar 1 : Model Teoritis Variabel Bebas (X)

Program CSR Bakti Olahraga PT Djarum

Variabel Terikat (Y) Citra Perusahaan

(37)

I.8 Variabel Operasional

Operasionalisasi adalah mengukur konsep yang abstrak menjadi konstruk yang

dapat diamati dan diukur (Rakhmat, 2004:12).

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka dibuat

operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian,

yaitu :

Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas (X)

Program CSR Bakti Olahraga PT Djarum a. Strategi PR

b. Strategi Defensif

c. Tanggung jawab sosial

Variabel Terikat (Y) Citra Perusahaan

a. Reputasi

b. Kepercayaan

c. Realitas

d. Kerjasama saling menguntungkan

e. Kesadaran

Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin

b. Angkatan/stambuk

c. Fakultas

Tabel 1. Operasional Variabel

I.9 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang

telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu

petunjuk pelaksanaan penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk

(38)

ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama

(Singarimbun, 2006:46).

Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (Program CSR Bakti Olahraga PT Djarum), terdiri dari :

a. Strategi PR, yaitu usaha atau kegiatan dilakukan untuk menjalin hubungan baik

antara perusahaan dengan masyarakat dengan menanamkan persepsi baik

tentang perusahaan.

b. Strategi defensif, yaitu usaha atau kegiatan dilakukan perusahaan guna

menangkis anggapan negatif.

c. Tanggung jawab sosial, yaitu usaha atau kegiatan dilakukan guna memberikan

kontribusi positif kepada masyarakat.

2. Variabel Terikat ( Citra Perusahaan) terdiri dari :

a. Reputasi, yaitu kesan dan pendapat atau penilaian khalayak terhadap perusahaan

PT Djarum melalui kegiatan CSR.

b. Kepercayaan, yaitu apakah perusahaan PT Djarum mendapat dukungan dari

publiknya

c. Realitas, yaitu kegiatan yang dilakukan merupakan suatu perwujudan nyata

dimana dapat dilihat dan dirasakan publiknya.

d. Kerjasama saling menguntungkan, yaitu apakah kegiatan CSR PT Djarum saling

memberikan keuntungan sesama pihak baik bagi perusahaan maupun khalayak.

e. Kesadaran, yaitu adanya kesadaran atau perhatian masyarakat terhadap produk

yang dihasilkan maupun terhadap perkembangan perusahaan.

3. Karakteristik Responden yaitu nilai-nilai yang dimiliki oleh individu yang

(39)

a. Jenis kelamin : jenis kelamin dari responden yang dijadikan sampel, yakni

perempuan atau laki-laki.

b. Angkatan : Tahun masuk mahasiswa USU yang menjadi responden.

c. Fakultas : Unsur pelaksana akademik untuk mengkoordinasikan atau

melaksanakan pendidikan profesional dalam suatu perangkat cabang ilmu

pengetahuan, teknologi dan atau kesenian tertentu.

I.10 Hipotesis

Secara etimologis, hipotesis dibentuk dari dua kata yaitu hypo dan thesis. Hypo

berarti kurang dan thesis berarti pendapat. Jadi hipotesis merupakan kesimpulan yang

belum sempurna, sehingga disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu

dengan mengujinya dengan data yang ada dilapangan (Bungin, 2001:90).

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya secara

empirik. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, yang

kebenarannya akan diuji berdasarkan data yang dikumpulkan (Soehartono, 2004,26).

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ;

Ho : Tidak terdapat hubungan antara Program CSR Bakti Olahraga PT Djarum dengan

peningkatan Citra Perusahaan dikalangan mahasiswa USU.

Ha : Terdapat hubungan antara Program CSR Bakti Olahraga PT Djarum dengan

(40)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. KOMUNIKASI DAN KOMUNIKASI EFEKTIF II.1.1 Pengertian Komunikasi

Manusia tidak bisa hidup sendirian. Ia secara tidak kodrati harus hidup bersama

manusia lain, baik demi kelangsungan hidupnya, keamanan hidupnya, maupun demi

keturunannya. Jelasnya, manusia harus hidup bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial

yang hidup ditengah-tengah masyarakat, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan

manusia lainnya dalam bentuk interaksi. Hubungan itu dibangun melalui komunikasi.

Komunikasi digunakan sebagai jembatan yang menghubungkan manusia yang satu

dengan yang lainnya. Komunikasi menjadi sarana guna terciptanya ide bersama,

memperkuat perasaan kebersamaan melalui tukar menukar pesan (informasi),

menggambarkan emosi dan kebutuhan mulai dari yang paling sederhana sampai yang

kompleks.

Beberapa pakar menilai bahwa komunikasi merupakan suatu kebutuhan

fundamental bagi seseorang yang hidup bermasyarakat. Suatu teori dasar biologi

mengatakan bahwa yang mendorong manusia untuk berkomunikasi adalah kebutuhan

untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Harold D. Laswell menyebutkan tiga fungsi dasar yang menyebabkan

manusia berkomunikasi yaitu:

1. Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya

2. Upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya

(41)

(Cangara, 2006:2-3)

Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antarmanusia. Yang dinyatakan

itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan

bahasa sebagai alat penyalurnya.

Secara etimologis atau menurut asal katanya, komunikasi atau communication

dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”,

communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make

common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal-usul

kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip.

Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut

secara sama.

Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan

oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi

melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.

Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia, karena itu, komunikasi yang

dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia atau sering kali disebut komunikasi

sosial atau social communication. Komunikasi manusia sebagai singkatan dari

komunikasi antarmanusia, dinamakan komunikasi sosial karena hanya pada

manusia-manusia yang bermasyarakat terjadi komunikasi.

Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh

seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat,

atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Effendy,

(42)

Karena komunikasi merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia, maka

banyak para ahli dari berbagai disiplin ilmu turut mengkaji ilmu komunikasi dan

melahirkan berbagai definisi yang beragam.

Pada tahun 1960, Carl I. Hovland dalam karyanya berjudul Social

Communication memunculkan istilah Science of Communication yang didefinisikan

sebagai suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan dengan cara yang

setepat-tepatnya asas-asas pentransmisian informasi serta pembentukan opini dan sikap

(Effendy, 2003:12).

Definisi Hovland tersebut menunjukkan bahwa komunikasi bukan saja hanya

proses penyampaian informasi, tetapi komunikasi juga merupakan proses pembentukan

pendapat khalayak atau masyarakat dan untuk mengubah perilaku mereka. Di dalam

menyampaikan informasi kepada khalayak diperlukan komunikasi yang komunikatif,

sehingga dapat mengubah sikap, pendapat dan perilaku khalayak yang menerima

informasi tersebut.

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang

mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human communication)

menyatakan bahwa: “komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang

mengkhendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan

antar sesama manusia; (2) melalui pertukaran informasi; (3) untuk menguatkan sikap

dan tingkah laku orang lain; (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu

(Book, 1980, dalam Cangara,2004:18-19).

Joseph A. Devito (1978) dalam bukunya “Communicologi: An Introduction to

The Study of Communication” menjelaskan bahwa komunikasi adalah kegiatan yang

(43)

dalam suatu konteks, bersama dengan beberapa efek yang timbul dari kesempatan arus

balik (Suwardi, 2005:10).

Gerald R. Miller menyebutkan komunikasi terjadi ketika suatu sumber

menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk

mempengaruhi perilaku penerima.

Everett M. Rogers mendefinisikan komunikasi adalah suatu proses dimana suatu

ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk

mengubah tingkah laku mereka. Kemudian D. Lawrence Kincaid (1981)

menyempurnakan definisi Rogers tersebut dengan menyatakan komunikasi adalah suatu

proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melaksanakan pertukaran

informasi dengan satu sama lainnya yang pada gilirannya akan tiba pada saling

pengertian yang dalam (Cangara, 2004:19).

Definisi yang dikemukakan diatas tentunya belum mewakili semua definisi

komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun sedikit banyaknya kita telah

memperoleh gambaran seperti apa yang diungkapkan Shannon dan Weaver (1949)

bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh

mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja, tidak terbatas pada bentuk

komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan,

seni dan teknologi. Karena itu, jika kita berada dalam situasi berkomunikasi, maka kita

memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau

kesamaan arti dari simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi (Cangara,

2006:19-20).

(44)

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau

perasaan seseorang kepada orang lain. Proses komunikasi ditujukan untuk menciptakan

komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif mensyaratkan adanya pertukaran

informasi dan kesamaan makna antara komunikator dan komunikan.

Seseorang berkomunikasi dengan orang lain dikatakan efektif menurut Stewart

L. Tubbs dan Sylvia Moss (1996 : 23-28) setidak-tidaknya menimbulkan lima hal,

yaitu:

1. Pengertian

Yaitu penerimaan yang cermat atas kandungan rangsangan seperti yang

dimaksudkan oleh pengirim pesan. Dalam hal ini komunikator dinyatakan

efektif bila komunikan memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang

disampaikan komunikator.

2. Kesenangan

Efektifitas komunikasi berkaitan langsung dengan perasaan senang antara

komunikator-komunikan.

3. Mempengaruhi sikap komunikan

Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari kehidupan

sehari-hari. Dalam berbagai situasi individu berusaha mempengaruhi sikap orang lain

dan berusaha agar orang lain paham akan pesan yang disampaikan.

4. Hubungan sosial yang lebih baik

Kegagalan dalam berkomunikasi muncul karena gangguan dalam hubungan

insani yang berasal dari kesalahpahaman, ketika pesan tidak dipahami secara

cermat.

(45)

Mc Cosky dan Knap (dalam Effendy, 2003:64) dalam bukunya yang berjudul

“An Art to An Interpersonal Communication” mengatakan bahwa komunikasi yang

efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi

derajatnya antara komunikator dan komunikan dalam setiap situasi.

Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Ada banyak

hambatan yang bisa merusak komunikasi. Bahkan beberapa ahli komunikasi

menyatakan bahwa tidak mungkin seseorang melakukan komunikasi yang

sebenar-benarnya efektif. Komunikasi efektif merupakan salah satu keahlian terpenting, bahkan

boleh jadi merupakan hal yang paling penting untuk mencapai keberhasilan. Dengan

demikian segala bidang komunikasi, baik itu hubungan masyarakat (public relations),

periklanan, penyiaran, jurnalistik dan lainnya dituntut untuk menciptakan komunikasi

yang efektif agar tercapai tujuan yang diharapkan.

II.2 PUBLIC RELATIONS

II.2.1 Pengertian Public Relations

Istilah Public Relations pertama kali diperkenalkan oleh Ivy Ledbetter Lee pada

tahun 1906. Gagasan Lee yang disampaikan saat itu adalah apa yang dinamakan

olehnya Declaration of Principles, yang pada intinya antara lain mengungkapkan bahwa

publik tidak bisa lagi diabaikan dan publik harus diberi informasi. Dialah yang

mengutarakan filosofinya yang terkenal yang mengakibatkan evolusi, yaitu evolusi dari

keagenan pers menjadi publisitas, dan dari publisitas ke Public Relations (PR).

Pandangan terhadap PR yang terus berubah merefleksikan revolusi dalam

(46)

sebuah profesi yang berkembang mencari identitas diri dan pengakuan profesional. Pada

awal 1990-an PR digunakan untuk membela diri dan mempertahankan monopolinya

dari serangan jurnalis dan pembatasan aturan pemerintah yang makin ketat. Fungsi

utamanya adalah menjelaskan pandangan dan mempengaruhi opini publik. Selama

masa-masa awal ini, PR berbentuk publisitas yang didesain untuk mempengaruhi orang

lain dan sering disebut propaganda.

Selama beberapa dekade setelah perang dunia II, pemahaman tentang efek

media menjadi makin canggih. Konsekuensinya, definisi PR mulai memasukkan

gagasan komunikasi dan hubungan dua arah. Definisi ini mencakup kata-kata seperti

resiprokal, mutual dan antara, yang mengindikasikan pandangan yang lebih matang

terhadap fungsi PR.

Public Relations terdiri dari dua buah kata, yaitu Public dan Relations. Dalam

bahasa Indonesia, kata pertama berarti publik, kata kedua berarti hubungan-hubungan.

Jadi, Public Relations berarti hubungan-hubungan dengan publiknya. Istilah public

sukar di Indonesiakan, dan sampai sekarang belum ada terjemahan khusus serta baku.

Adapun pengertian public mengacu pada sekelompok orang yang menaruh perhatian

pada sesuatu hal yang sama, mempunyai minat dan kepentingan yang sama pula

(Suhandang, 2004:30).

Batasan pengertian mengenai public relations, menurut para ahli sampai saat ini

belum ada satu kesepakatan secara tegas, karena disebabkan yaitu, pertama, banyaknya

definisi public relations yang telah dirumuskan oleh baik para pakar atau ahli, maupun

profesional public relations. Kedua, terjadinya perbedaan batasan pengertian tentang

public relations tersebut diakibatkan adanya latar belakang yang berbeda, definisi yang

(47)

oleh kalangan praktisi public relations. Dan ketiga, sesuatu yang menunjukkan baik

secara teoritis maupun praktisi bahwa kegiatan public relations itu bersifat dinamis dan

fleksibel terhadap perkembangan dinamika masyarakat serta mengikuti kemajuan

zaman (Ruslan, 2001:16-17).

Ratusan definisi telah ditulis guna menangkap esensi dari PR dengan

menyebutkan aktivitas-aktivitas utama yang muncul dalam praktik. Menurut pendapat

Scott M. Cutlip dan Allen H. Centre (1971), mengungkapkan bahwa: Public Relations

adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasi kebijaksanaan

dan tata cara organisasi demi kepentingan publiknya, serta merencanakan suatu program

kegiatan dan komunikasi untuk memperoleh pengertian dan dukungan publiknya

(Ruslan, 2001:27).

Definisi lainnya lahir dari Fraser P. Seitel, dalam bukunya The Practice of

Public Relations, 1992, yang mengemukakan PR adalah fungsi manajemen yang

membantu menciptakan dan saling memelihara alur komunikasi, pengertian, dukungan

serta kerjasama suatu perusahaan dengan publiknya dan ikut terlibat dalam menangani

masalah-masalah atau isu-isu manajemen (Soemirat, 2004:13).

Sukatendel juga turut menawarkan definisinya, yaitu PR adalah salah satu

metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra organisasi atas dasar

menghormati kepentingan bersama.

Definisi yang lebih menekankan pada citra khususnya diberikan Webster’s New

World Dictionary (dalam Abdurrachman, 1995:24), yang menyatakan bahwa Humas

adalah hubungan dengan masyarakat luas seperti dengan publisitas dan sebagainya yang

berhubungan dengan usaha untuk menciptakan opini publik dan citra yang

(48)

Rex F.Harlow, tokoh profesional dan akademik di bidang Public Relation,

mengumpulkan hampir 500 definisi yang ditulis antara tahun 1990-an. Beliau

mendefinisikan Public Relations adalah fungsi manajemen tertentu yang membantu,

membangun dan menjaga lini komunikasi, pemahaman bersama, penerimaan mutual

dan kerjasama antara organisasi dan publiknya; PR melibatkan manajemen problem

atau manajemen isu; PR membantu manajemen agar tetap responsif dan tetap mendapat

informasi terkini tentang opini publik; PR membantu manajemen tetap mengikuti

perubahan dan memanfaatkan perubahan secara efektif, dan PR dalam hal ini adalah

sebagai sistem peringatan dini untuk mengantisipasi arah perubahan (trends); dan PR

menggunakan riset dan komunikasi yang sehat dan etis sebagai alat utamanya (Cutlip,

2009:5).

Dalam definisi kerja oleh International Public Relations Association (IPRA)

(dalam Ruslan, 2002:8), dinyatakan bahwa berbagai definisi yang dikemukakan oleh

para ahli atau pakar Public Relations, walaupun terdapat perbedaan namun ada

persamaan arti :

A. Public Relations merupakan suatu kegiatan yang bertujuan memperoleh goodwill,

kepercayaan, saling pengertian dan citra baik dari masyarakat.

B. Sasaran Public Relations adalah berupaya menciptakan opini publik yang

favourable dan menguntungkan semua pihak.

C. Public Relations merupakan unsur yang penting dalam menunjang manajemen

untuk mencapai tujuan yang spesifik.

D. Public Relations adalah usaha untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara

Gambar

Gambar 1 : Model Teoritis
Tabel 1. Operasional Variabel
Gambar 2 Motivasi
Tabel 3 Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran potensi sebagaimana yang disajikan dalam bab tiga dan empat, tidak serta merta dapat direalisasikan menjadi benar-benar penerimaan kalau beberapa prasyarat tidak dapat

1) Pengawas memperkenalkan diri dahulu sebelum tes dimulai. 2) Pengawas memberitahu Bidang Keilmuan yang akan diujikan kepada peserta. 3) Pengawas mempersilakan

2) Bila data sesuai maka akan tampil Nomor Peserta. Pelamar wajib mencetak kartu tersebut. sebagai tanda bukti bahwa data pelamar terdata di database

Karena seperti yang sudah dijelas- kan di atas, salah satu faktor yang menyebabkan orang lain bisa masuk ke dalam komputer adalah terjadi akibat apli- kasi atau program yang

PELARASAN: Akta Perkongsian 1961 menyebut jika pekongsi tidak menyatakan kadar faedah pinjaman daripada pekongsi dalam Ikatan Perkongsian, maka faedah atas pinjaman pekongsi

Proses komunikasi politik yaitu proses penyampaian pesan – pesan politik yang berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah oleh aktor-aktor politik

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan..

Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematik hasil observasi terhadap berbagai kegiatan-kegiatan yang diperankan oleh Guru PAI MA Ma’arif NU kota Blitar