• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

DIAN PUTRI FAJAR WATI NIM. C02212008

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

JURUSAN HUKUM PERDATA ISLAM

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH) SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi dengan judul Tinjauan Hukum Islam terhadap Patokan Harga Beras dalam Arisan Darmin di Desa Beton Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik adalah penelitian lapangan untuk menjawab pertanyaan : Bagaimana pelaksanaan patokan harga beras dalam arisan Darmin di Desa Beton Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik dan juga bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan patokan harga beras dalam arisan Darmin di Desa Beton Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

Data yang diperoleh langsung dari masyarakat dengan melalui proses pengamatan (observasi), wawancara dan dokumentasi. Dalam hal ini penulis menganalisis data menggunakan metode deskriptif dengan pola pikir induktif, hasil dari penelitian ini dapat memecahkan permasalahan mengenai arisan Darmin tersebut sehingga dapat memeperoleh kesimpulan yang obyektif

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa arisan Darmin di Desa Beton Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik terdapat perbedaan kualitas beras dalam penerimaan arisan karena adanya patokan harga dalam arisan Darmin tersebut. Oleh sebab itu praktik arisan Darmin di Desa Beton Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik dilarang dalam hukum Islam karena mengandung unsur riba.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Kajian Pustaka ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 13

G. Definisi Operasional ... 14

H. Metode Penelitian ... 15

I. Sistematika Pembahasan ... 19

BAB II KONSEP QARD} DAN RIBA FADHL DALAM HUKUM ISLAM A. Qard} ... 21

1. Definisi qard} ... 21

(8)

3. Hukum qard} ... 26

4. Rukun dan Syarat qard}... 28

5. Syarat yang sah dan tidak sah (fasid) ... 32

6. Tambahan dalam utang piutang ... 33

7. Hikmah dan manfaat disyariatkan qard} ... 37

B. Riba Fad}l ... 37

1. Definisi riba ... 37

2. Riba fad}l ... 38

3. Pandangan para ulama terhadap riba fad{l ... 42

BAB III PELAKSANAAN PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Umum Desa Beton ... 46

1. Letak geografis beserta struktur pemerintahan desa ... 46

2. Kondisi sosial agama ... 48

3. Kondisi pendidikan ... 49

4. Kondisi sosial ekonomi ... 50

B. Sejarah Patokan Harga Beras Dalam Arisan Darmin ... 50

C. Praktik Arisan Darmin ... 54

1. Sistematika arisan Darmin ... 54

2. Pembayaran arisan dan waktu pembayaran arisan ... 55

3. Perolehan arisan ... 55

4. Masa berakhirnya arisan ... 56

(9)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA

BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN

GRESIK

A. Analisis Terhadap Praktik Patokan Harga Beras dalam

Arisan Darmin di Desa Beton Kecamatan Menganti

Kabupaten Gresik ... 58

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Patokan Harga Beras dalam

Arisan Darmin di desa Beton Kecamatan Menganti

Kabupaten Gresik ... 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 69 B. Saran ... 70

(10)

DAFTAR TRANSLITERASI

Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

A. Konsonan

No Arab Indonesia Arab Indonesia

1. ا ’ ط t}

2. b ظ z}

3. ت t ع ‘

4. ث th غ gh

5. ج j ف f

6. ح h} ق q

7. خ kh ك k

8. د d ل l

9. ذ dh م m

10. ر r ن n

11. ز z و w

12. س S ه h

13. ش Sh ء ’

14. ص s} ي y

15. ض d}

Sumber: Kate L. Turabian. A Manual of Writers of Term Papers.

Disertasions (Chicago and London: The University of Chicago Press. 1987).

B. Vokal

1. Vokal Tunggal (monoftong)

Tanda dan

Huruf Arab Nama Indonesia

__ َ

__ fath}ah a

__ ِ

__ kasrah i

__ ُ

(11)

Catatan: Khusus untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya berlaku jika hamzah berh}arakat sukun atau didahului oleh huruf yang berh}arakat sukun. Contoh: iqtid}a>’ (ءاضتقا)

2. Vokal Rangkap (diftong)

Tanda dan Huruf

Arab Nama Indonesia Ket.

ْيـــَـــــــــ fath}ah dan ya’ Ay a dan y

ْوـــُـــــــــ fath}ah dan wawu Au a dan w

Contoh : bayna ( نيب )

: mawd}u>’ ( عوضوم )

3. Vokal Panjang (mad)

Tanda dan Huruf Arab Nama Indonesia Ket.

ـــــــــــــــَـــــــ fath}ah dan alif a> a dan garis di atas

ــــ

يــــــِــــ kasrah dan ya’ i> i dan garis di atas

وــــــــــُـــــــــ d}ammahdan wawu u> u dan garis di atas

Contoh : al-jama>’ah (ةعامجلا)

: takhyi}>r (رييخت)

: yadu>ru (رودي)

C. Ta>’ Marbu>t}ah

Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua :

1. Jika hidup (menjadi mud}a>f) transliterasinya adalah t.

2. Jika mati atau sukun, transliterasinya adalah h.

Contoh : shari>‘atal-Isla>m (ماسااةعيرش)

: shari>‘ahisla>mi>yah (ةيماسإةعيرش)

D. Penulisan Huruf Kapital\

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama universal, tidak terbatas oleh waktu dan

tempat tertentu. Diyakini pula bahwa ajaran Islam mencakup berbagai aspek

kehidupan umat manusia, baik hubungan dengan Allah maupun dalam

hubungannya dengan sesama manusia dan alam semesta. Al-Qur’an

menyatakan bahwa lingkup keberlakuan ajaran Islam yang di bawa oleh Nabi

Muhammad Saw adalah seluruh umat manusia di mana pun mereka berada.1

Selain bersifat sempurna juga dinamis, Islam memiliki karakter ajaran

yang dinamis yaitu mampu berkembang sesuai dengan dinamika dan

perkembangan zaman. Islam memiliki ajaran yang selalu relevan dengan

perkembangan manusia dengan perkembangan manusia. Karakteristik Islam

yang dinamis ini merupakan konsekuensi logis bahwa Islam merupakan

agama bagi manusia sepanjang zaman. Disebut sempurna karena Islam

merupakan agama penyempurna dari agama-agama sebelumnya dan

syari’atnya mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang bersifat

aqidah maupun muamalah.

Allah menciptakan manusia dengan suatu sifat yang saling

membutuhkan satu sama lainnya. Tidak ada seorangpun yang dapat

menguasai seluruh apa yang diinginkan. Tetapi manusia hanya dapat

mencapai seluruh apa yang diinginkan. Tetapi manusia hanya dapat mencapai

(13)

kebahagiaan yang menjadi hajatnya itu, dia mesti memerlukan apa yang

menjadi kebutuhan orang lain.2

Kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia dapat dimaknai sebagai

upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Secara

umum, kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia itu menyangkut dimensi

produksi, konsumsi dan distribusi.3 Di dalam Islam masuk kerangka

muamalat yang mengkaji pokok-pokok dasar ekonomi sesuai ajaran Islam,

seperti ketentuan larangan riba, adanya prinsip bagi hasil, prinsip

pengambilan keuntungan, pengenaan zakat dan sebagainya.

Dalam kaitannya dengan muamalah, islam mengatur segala bentyuk

perilaku manusia dalam berhubungan dengan sesamanya untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya di dunia. Termasuk di dalamnya adalah kaidah Islam

yang mengatur tentang hutang piutang. Pada dasarnya hutang piutang itu

bisa terjadi karena adanya faktor kebutuhan yang sangat mendesak, yang

harus dipenuhi agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup individu

misalnya digunakan untuk pengembangan modal usaha.

Untuk melengkapi keterbatasan antar masing-masing individu dalam

menyelesaikan suatu masalah, perlu diadakannya kegiatan muamalah. Saling

bermuamalah adalah ketentuan syariat yang berhubungan dengan tata cara

hidup sesama umat manusia yaitu menyangkut aspek ekonomi meliputi

kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkankesejahteraan hidup dan kualitas

hidup. Untuk itu kadang seseorang sering berhutang kepada orang lain baik

(14)

hutang itu berupa uang atau berupa barang yang akan dibayar gantinya pada

waktu yang lain, sesuai dengan ketentuan yang menjadi kesepakatan antara

dua pihak yang bersangkutan. Dengan adanya bantuan dari orang lain untuk

saling tolong-menolong timbullah adanya hutang piutang yang dilakukan

oleh seseorang yang membutuhkan kepada orang yang mampu.

Kebutuhan materi manusia senantiasa berkembang sejalan dengan

perkembangan budaya manusia itu sendiri, manusia dalam bermuamalah

diberi kebebasan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun kebebasan

itu senantiasa dibatasi oleh kebebasan manusia lain, karena manusia

merupakan makhluk sosial yaitu makhluk yang berkodrat hidup dalam

masyarakat. Sebagai makhluk social, dalam hidupnya manusia memerlukan

adanya manusia lain yang bersama-sama hidup dalam masyarakat, manusia

selalu berhubungan satu sama lain untuk mencukupi kebutuhan hidupnya4

Dari pemaparan di atas dapat dipahami bahwa manusia diperbolehkan

melakukan muamalah dengan bentuk yang beranekaragam dan inovatif akan

tetapi tetap harus berlandaskan pada prinsip-prinsip dan konsep muamalah

yang diajarkan oleh syari’at Islam. Islam sebagai suatu sistem dan jalan hidup

yang utuh dan terpadu memberikan paduan yang dinamis dan lugas terhadap

semua aspek kehidupan. Dengan semikian, apapun bentuk dan konsep

muamalah yang dilakukan oleh manusia hendaknya dilakukan dengan

berdasarkan syari’at Islam.

4 Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalah (Hukum Perdata islam), (Yogyakarta: UII

(15)

Maka dari itu Allah atau hukum Islam yang harus dijadikan pedoman

dan acuan oleh umat manusia dalam mengarungi hidup dan kehidupan itu

tiada lain maksudnya ialah agar manusia meraih hasanah kebaikan di dunia

dan di akhirat atau dengan kata lain yaitu dalam melakukan atas dasar saling

bantu membantu, dan tidak saling merugikan, dengan demikian,

kemaslahatan bagi umat manusia akan berlangsung dengan baik, dan

hubungan harmonis antar sesama manusia tetap akan terjalin.

Hutang piutang adalah salah satu bentuk dari muamalah, biasanya

dikatakan sebagai pinjam-meminjam, kata ini telah menjadi istilah, terkait

dengan ilmu fiqih yang menyebut perbuatan hutang piutang sebagai aktifitas

antar manusia. Pelaksanaan hutang piutang diartikan sebagai perbuatan

pemberian milik untuk sementara waktu oleh seorang kepada orang lain,

pihak yang menerima kepemilikan itu diperbolehkan memanfaatkan serta

mengambil manfaat dari harta yang diberikan tanpa harus membayar

imbalan, dan dalam waktu tertentu penerima hutang wajib mengembalikan

harta yang diterimanya kepada pemberi hutang dengan barang sepadan yang

dipinjamkannya.5

Utang piutang secara hukum dapat didasarkan pada adanya perintah

dan anjuran agama supaya manusia hidup dengan saling tolong menolong

serta saling bantu membantu dalam lapangan kebajikan. Surat al-Ma’idah

ayat 2 Allah berfirman:

(16)

…                         

Dan tolong menolonglah kamu untuk berbuat kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong menolong untuk berbuat dosa dan

permusuhan.(Al-Ma’idah : 2).

Orang yang berhutang berkewajiban mengembalikan barang yang

sudah dihutangkan padanya. Setiap hutang wajib dibayar sehingga berdosalah

orang yang tidak mau membayar hutangnya, bahkan termasuk dosa. Dalam

hal hutang piutang juga dijelaskan dalam hadis Abu Hurairah :

ل قَ رير َيِبأَ ع

:

َ ِمًَبرُكَمِسمَ عَسَف َ مَمَسوَِي عَ َلاَىَصََِلاَُلوسرَل ق

َلاَ رتسَ ِسمَرتسَ موَِم يِقْلاَِويَِ رُكَ ِمًَبرُكَ عَ َلاَسَف َ ي دلاَِ رُك

َ ي دلاَيِفَ

ِد عْلاَِ وعَيِفَ َلاوَِرِخ ْلاوَ ي دلاَيِفَِي عَ َلاَرسيَرِسعمَى عَرسيَ موَِرِخ ْلاو

َ كَ مَ

ِيِخأَِ وعَيِفَد عْلا

Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa mengilangkan kesusahan seorang muslim di dunia maka Allah akan menghilangkan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim di dunia maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Barangsiapa memudahkan seorang muslim maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba selama hamba

tersebut menolong saudaranya.6

Dari hadis tersebut dapat dipahami bahwa qard{ (utang atau pinjaman)

merupakan perbujatan yang dianjurkan, yang akan diberi imbalan oleh Allah.

Dalam hadis disebutkan bahwa apabila seseorang memberikan bantuan atau

pertolongan kepada orang lain maka Allah akan memberikan pertolongan

kepadanya di dunia dan di akhirat.7\

(17)

Hutang piutang dibolehkan dalam pembayaran melebihi jumlah yang

dihutangkan, asalkan kelebihan itu merupakan kemauan dari yang berhutang,

hal ini menjadi kebaikan bagi yang membayar hutang, jika pembayaran

tersebut dikehendaki oleh pemberi hutang atau telah menjadi perjanjian

dalam akad hutang maka tambahan itu tidak halal bagi pemberi hutang untuk

mengambilnya.8

Adapun unsur perjanjian utang-piutang adalah ijab-qabu>l. Ija>b adalah

pernyataan dari pihak pemberi hutang dan qabul adalah penerimaan dari

pihak yang berhutang. Ija>b qabu>l tidak harus dengan lisan tetapi dapat

dengan isyarat bagi orang yang bisu.9

Disyaratkan untuk sahnya pemberi hutang ini bahwa pemberi hutang

benar-benar memiliki harta yang akan dipinjamkan tersebut dan juga

diketahui jumlah dan ciri-ciri harta yang dipinjamkan, agar dapat

dikembalikan kepada pemiliknya. Dengan demikian, piutang tersebut menjadi

hutang di tangan orang yang meminjam, dan wajib mengembalikannya ketika

mampu dengan tanpa menunda-nundanya.10

Transaksi hutang piutang diharapkan bertujuan untuk memberikan

kemudahan dalam urusan manusia itu sendiri serta memberikan jalan keluar

dari himpitan masalah yang menyelimuti mereka. Semua itu dilakukan

semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dan mendapatkan

rida dari Nya.

8 Satria Efendi, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2005), 148-149).

9Rahmat Syafe’i, Fiqh Muamalah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), 38.

(18)

Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa

hidup sendiri tanpa adanya interaksi sosail dengan yang lainnya, guna untuk

memenuhi hajat hidup dan kelangsungan kehiduipannya. Allah Swt

menciptakan manusia di muka bumi ini sebagai makhluk sosial, karena

manusia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa berinteraksi

dengan manusia lainnya, yakni berupa pemenuhan kebutuhan berupa sandang,

pangan dan lain-lainnya.

Salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan materi, yang banyak

digunakan oleh masyarakat adalah arisan.11 Arisan merupakan salah satu cara

yang digunakan masyarakat umum untuk mengumpulkan uang demi

memenuhi kebutuhan. Arisan juga berfungsi sebagai wadah untuk

mempererat hubungan sosial sesama anggota kelompok masyarakat. Maka

tidak heran apabila sekarang ini arisan banyak diminati dari berbagai

kalangan masyarakat. Secara umum, cara melakukan arisan adalah beberapa

orang berkumpul mengdakan kesepakatan untuk mengumpulkan uang atau

barang setiap jangka waktu yang ditentukan setiap bulannya kemudian

ditentukan siapa yang paling awal mengambil hasil yang telah dikumpulkan

dengan cara diundi, dan demikian seterusnya dalam pertemuan-pertemuan

selanjutnya sampai semua peserta mendapatkan bagiannya.

Berkembangnya arisan membuat munculnya arisan-arisan yang masih

diragukan kebolehan dan hukumnya. Banyaknya syarat-syarat yang harus

dipatuhi ketika mengikuti suatu arisan di salah satu komunitas. Salah satunya

11 Pius A.Partanto Dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994),

(19)

adalah arisan Darmin yang terjadi di Desa Beton Kec. Menganti Kab. Gresik.

Arisan ini dinamakan arisan Darmin karena orang yang mengadakan arisan

pertama kali adalah Bapak Darmin warga Desa beton sendiri, arisan ini

merupakan arisan beras yang diikuti dengan patokan harga beras yang di

lakukan sejak arisan ini di adakan kurang lebih sejak 20 tahun silam.

Arisan ini termasuk jenis arisan jangka panjang karena arisan ini tidak

akan ada habisnya karena setiap tahunnya ada yang mengikuti arisan

tersebut, dan mau tidak mau orang-orang yang mengikuti arisan harus terus

menjalankan arisan hingga tidak ada lagi yang di anggap tidak mampu

meneruskan arisan di keluarganya.

Arisan Darmin ini dulunya diikuti sekitar 20 peserta, dengan seiring

berjalannya waktu hingga berjalan hampir 20 tahun yakni sejak tahun 1996

sampai sekarang tahun 2016, sekarang ini sudah beranggotakan sekitar 200

peserta. Dalam arisan ini yang digunakan sebagai media pembayarannya

adalah beras. Untuk beras di patok dengan harga Rp. 6.000,- per kilo sampai

sekarang ini pun patokan harga tersebut tidak berubah. Untuk minimal

pembayaran arisan adalah 25 kg beras. Arisan ini pun tidak mengenal undian

karena arisan ini keluar saat mereka mengadakan hajatan. Setiap tahunnya di

batasi hanya sekitar 10 orang yang boleh mendapatkan arisan.

Dalam hal ini ada pihak yang dirugikan seperti halnya Bapak Pardi

yang ikut serta dalam arisan ini, beliau merasa dirugikan karena Bapak Pardi

saat mendapat giliran memperoleh arisan. Ia mendapat beras dengan kualitas

(20)

bagus. Hal ini disebabkan adanya patokan harga beras yang ada dalam arisan

Darmin.12

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa arisan Darmin

merupakan masalah Muamalah yang perlu diadakan kajian hukum agamanya,

karena adanya perbedaan pendapatan dari setiap peserta, bahkan ada pihak

yang tampaknya merasa dirugikan.

Melihat realita yang terjadi di Desa Beton kecamatan Menganti

Kabupaten Gresik maka penulis ingin melakukan penelitian terhadap praktek

arisan Darmin. Penelitian ini difokuskan untuk meninjau terhadap Patokan

harga beras di dalam arisan darmin dan penulis ingin mengangkat dan

meneliti sebagai karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang berjudul “Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Patokan Harga Beras Dalam Arisan “Darmin” di

Desa Beton Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas terdapat beberapa masalah

dalam penelitian ini. Adapun masalah-masalah tersebut dapat

diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Latar belakang terjadinya pelaksanaan patokan harga didalam arisan

Darmin.

2. Pelaksanaan ija>b dan qabu>l.

3. Pelaksanaan patokan harga dalam arisan Darmin di Desa Beton

Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

(21)

4. Proses pembayaran arisan Darmin.

5. Timbulnya kerugian pada anggota arisan dalam pelaksanaan patokan

harga dalam arisan Darmin tersebut.

6. Tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan patokan harga beras dalam

arisan Darmin di Desa Beton Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

Untuk menghasilkan penelitian yang lebih fokus pada judul di atas,

penulis membatasi penelitian yakni pada: Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Patokan Harga Beras Dalam Arisan “Darmin” di Desa Beton Kecamatan

Menganti Kabupaten Gresik, dengan fokus bahasan antara lain:

1. Pelaksanaan Patokan harga beras dalam arisan darmin di Desa Beton

Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

2. Tinjauan Hukum Islam terhadap Pelaksanaan Patokan harga beras dalam

Arisan Darmin di Desa Beton Kecamatan menganti Kabupaten Gresik.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah disebutkan di atas, maka dapat

ditarik beberapa rumusan masalah yang menjadi pokok bahasan dalam skripsi

ini, yaitu :

1. Bagaimana pelaksanaan patokan harga beras dalam arisan Darmin di Desa

Beton Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik?

2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap pelaksanaan patokan harga

beras dalam arisan Darmin di Desa Beton Kecamatan Menganti

(22)

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian

yang sudah pernah dilakukan diseputar masalah yang diteliti sehingga terlihat

jelas bahwa kajian yang sedang akan dilakukan ini bukan merupakan

pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.13

Pembahasan masalah tentang arisan telah banyak dibahas dan ditulis

dalam karya ilmiah sebelumnya yang dijadikan sebagai gambaran penulisan,

sehingga tidak ada pengulangan permasalahan yang sama. Dan penelitian

yang membahas mengenai patokan harga beras dalam arisan darmin di Desa

Beton kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

1. Penelitian oleh Anas pada tahun 2003 dengan Judul : “ Tinjauan Hukum

Islam Terhadap Jual beli Arisan di Kelurahan Tanah Kali Kedinding

Kecamatan Kenjeran Kota Madya “. Skripsi ini membahas tentang hak

milik dan pengurangan harga serta penangguhan barang. Hasil penelitian

mengemukakan bahwa uang arisan sebelum waktu penarikannya tidak

dapat dikategorikan sebagai hak milik pribadi sehingga tidak dapat

diperjualbelikan, keberadaannya hanya sebagai milik yang tidak

sempurna, milik yang mengharuskan pemiliknya untuk memperoleh izin

dari pihak-pihak tertentu bila hendak melakukan tindakan atasnya. Jual

beli barangsejenis dengan penurunan harga dan penangguhan barang

salahs satunya adalah tidak dibenarkan menurut Hukum Islam. Karena

(23)

syarat mutlak diperbolehkan jual beli barang sejenis adalah dengan

melunasi seketika, diserah terimakan secara langsung dan serupa

segalanya baik berat, jumlahnya maupun jenisnya.14

2. Moh. Ahidin Nor pada tahun 2008 yang berjudul : “ Tinjauan Hukum

Islam terhadap Arisan Piow Pasar Baru Magetan Kabupaten Magetan”.

Hasil penelitian mengemukakan bahwa arisan piow haram, karena

terdapat unsur riba di dalamnya, serta terjadi ketidakadilan antara peserta

dan pengelola arisan perolehan antara pengelola dan peserta arisan tidak

sama. Pihan pengelola yang cenderung mendapatkan keuntungan, serta

adanya kecenderungan pihak peserta arisan yang dirugikan. 15

3. Nur Chomariyah pada tahun 2009 yang berjudul : “Tinjauan Hukum Islam

terhadap Arisan Jajan dengan Sistem Bagi Hasil di Kelurahan

Sukomanunggal Kecamatan Sukomanunggal“. Hasil penelitian

mengemukakan bahwa terdapat beberapa perjanjian antara peserta dan

pendiri arisan sama-sama mendapatkan keuntungan (bagi hasil), maka

praktek arisan dengan sistem bagi hasil yang menyangkut dengan

perjanjian (akad) tersebut sesuai dengan hukum Islam.16

Sedang judul penulis mengenai Tinjauan Hukum Islam terhadap

patokan harga beras dalam arisan “Darmin” di Desa Beton Kecamatan

14Anas, “ Tinjauan Hukum islam Terhadap Jual Beli Arisan di kelurahan Tanah KaliKedinding

Kecamatan Kenjeran Kota Madya Surabaya “ ( Skripsi—IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2001).

15 Moh. Ahidin Nor, “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Arisan Piow Pasar Baru Magetan

Kabupaten Magetan “ ( Skripsi – IAIN Sunan Ampel, Surabay, 2008).

16Nur Chomariyah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Arisan Jajan dengan Sistem Bagi Hasil di

(24)

Menganti Kabupaten Gresik, untuk mengetahui dan memahami masalah yang

ada dalam arisan darmin tersebut.

E. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan apa yang menjadi permasalahan dalam penelitian

ini, maka ada dua tujuan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan patokan harga beras dalam arisan Darmin

di Desa Beton kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

2. Untuk mengetahui tinjauan hokum Islam Terhadap pelaksanaan patokan

harga beras dalam arisan Darmin di desa Beton Kecamatan Menganti

Kabupaten Gresik.

F. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis

a. Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang jual beli khususnya

dalam penetapan status hukumnya dari praktik jual beli air sumber

dengan tarif sama.

b. Untuk menambah wawasan pemikiran bagi pengembangan keilmuan

dan pemahaman studi hokum Islam bagi mahasiswa Fakultas Syariah

(25)

2. Secara praktis

Dapat dijadikan sebagai bahan acuan, bacaan dan referensi bagi

penelitian-penelitian berikutnya, khususnya yang terkait dengan masalah

jual beli dalam fikih muamalah.

G. Definisi Operasional

Dalam definisi operasional ini dipaparkan istilah-istilah yang

digunakan. Untuk mempermudah persepsi tentang istilah-istilah dalam judul

skripsi ini, maka penulis perlu menjelaskan terlebih dahulu yaitu adalah:

Hukum Islam : Peraturan dan ketentuan yang berkenaan dengan

kehidupan berdasarkan Alquran dan Hadis. Serta menurut

pendapat ulama dan kaidah fiqhiyyah. Dalam hal ini,

hukum Islam yang digunakan adalah hutang piutang

(al-qard}) dan riba fad}l.

Arisan Darmin : Arisan yang dilakukan di Desa Beton dengan media

pembayaran berupa Beras, namun diberi patokan harga

beras berkisar Rp. 6.000 per kg.

Patokan Harga : Adalah penetepan dasar harga atau nilai suatu barang

yang ditentukan atau dirupakan dengan uang17. Yang

dimaksud dengan patokan harga disini adalah penetapan

harga beras dalam pembayaran arisan.

Dari penjabaran di atas, definisi operasional penelitian yang dimaksud

adalah bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap patokan harga beras dalam

(26)

arisan darmin di Desa Beton Kecamatan Menganti kabupaten Gresik. Yang

dimaksud dengan Patokan harga beras dalam arisan darmin adalah adanya

dasar harga yang digunakan oleh anggota peserta arisan disetiap kilo beras

dalam pembayaran arisan, padahal untuk harga beras sendiri per tahunnya

tidak stabil di angka tersebut. Hal inilah yang akan ditinjau dari segi hukum

Islam.

H. Metode Penelitian

1. Data yang dikumpulkan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas

maka data yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut:

a. Deskripsi lokasi penelitian dan praktek arisan Darmin di Desa Beton

kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

b. Latar belakang dan proses terjadinya arisan Darmin di Desa Beton

kecamatan menganti Kabupaten Gresik.

2. Sumber data

Adapun sumber data yang diperlukan agar data yang dihasilkan

menjadi lebih akurat dalam pembahasan skripsi ini terbagi menjadi dua

sumber, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder sebagai

berikut:

a. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data.18 Sumber ini meliputi para pihak yang

(27)

terlibat dalam praktek arisan Darmin di Desa Beton Kecamatan

Menganti Kabupaten Gresik, diantaranya :

1) 108 peserta yang sudah mendapatkan arisan dan 92 peserta yang

belum mendapatkan arisan Darmin.

2) 3 pengelola arisan Darmin di Desa Beton Kecamatan Menganti

Kabupaten Gresik.

b. Sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat

dokumen.19 Data ini bersumber dari buku-buku dan catatan-catatan

atau dokumen tentang apa saja yang berhubungan dengan penelitian,

antara lain:

1) Abdur Rahman Ghazaly,dkk., Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana,

2012)

2) Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada,2002)

3) Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalat, (Yogyakarta:

UII Press Yogyakarta, 2000)

4) Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Bandung: Al ma’arif,1997)

3. Teknik pengumpulan data

Untuk mendapatkan data yang benar dan akurat ditempat

penelitian, penulis menggunakan pengumpulan data sebagai berikut:

(28)

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

peneliti dengan cara mengamati (melihat, memperhatikan,

mendengarkan dan mencatat secara sistematis obyek yang diteliti.20

Teknik ini digunakan peneliti untuk mengamati praktik arisan darmin

di Desa Beton Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

b. Interview (wawancara)

Interview atau wawancara adalah teknik pengumpulan data

dimana pewawancara (peneliti atau yang diberi tugas melakukan

pengumpulan data), dalam mengumpulkan data mengajukan suatu

pertanyaan kepada yang diwawancarai. Wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan

studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau

kecil.21 Adapun wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan

bertanya langsung kepada peserta yang ikut serta dalam arisan

Darmin yang merasa dirugikan dalam arisan tersebut dan dengan

peserta lain yang merasa di untungkan di Desa Beton Kecamatan

menganti Kabupaten Gresik. Yakni dari beberapa responden sekitar

200 peserta arisan, yang kami wawancari diantaranya 8 orang.

(29)

c. Dokumentasi

Dalam mencari data penyusun menggunakan bahan-bahan

dokumen yang telah ada di lokasi penelitian yaitu dengan mengambil

dokumen-dokumen yang beermanfaat dalam penelitian, seperti data

peserta arisan dan data peserta yang telah mendapat arisan.

4. Teknik pengolahan data

Untuk memudahkan analisis, maka diperlukan pengolahan data

dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Organizing

Organizing adalah suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan

penelitian.22

b. Editing

Editing adalah kegiatan pengeditan akan kebenaran dan

ketetapan data tersebut.23

c. Coding

Coding adalah kegiatan mengklafikasi dan memeriksa data

yang relevan dengan tema penelitian agar lebih fungsional.24

5. Teknik analisis data

Dalam penelitian terhadap Pelaksanaan patokan harga beras di

desa Beton, teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:

22Sony Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004),89. 23Ibid., 97.

(30)

a. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan dengan cara

menuturkan dan menguraikan serta menjelaskan data yang terkumpul.

Tujuan dati metode ini adalah untuk membuat deskripsi atau

gambaran mengenai objek penelitian secara sistematis, faktual dan

akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar

fenomena yang diselidiki.25 Metode ini digunakan untuk memberikan

penjelasan mengenai pelaksanaan patokan harga beras dalam arisan

darmin di Desa Beton Kecamatan Menganti kabupaten Gresik.

b. Pola pikir induktif adalah merupakan pola pikir yang berpijak pada

fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian diteliti dan akhirnya

dikemukakan pemecahan persoalan yang bersifat umum.26 Pola pikir

ini digunakan untuk mengemukakan fakta-fakta dari hasil penelitian

di Beton Kecamatan menganti kabupaten gresik. Kemudian diteliti

sehingga ditemukan pemahaman terhadap pelaksanaan patokan harga

beras dalam arisan darmin di Desa Beton kecamatan Menganti

Kabupaten Gresik yang kemudian dianalisis secara umum menurut

hukum Islam.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penulisan skripsi ini,

penulis membagi menjadi lima bab. Dibawah ini akan diuraikan sistematika

pembahasan dalam skripsi ini.

(31)

Bab pertama merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang

masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, rumusan

masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua merupakan landasan teori yang membahas tentang hutang

piutang (al-qard}}) yang meliputi pengertian hutang piutang (al-qard}), landasan

hukum hutang piutang (al-qard}), rukun dann syarat hutang piutang (Al-qard}),

kewajiban membayar hutang dan etika membayar hutang dan kedua tentang

riba fad}l, meliputi pengertian riba fad{l dan hukumnya.

Bab ketiga membahas hasil penelitian yang berisi tentang gambaran

umum Desa Beton kecamatan menganti Kabupaten Gresik dan pelaksanaan

patokan harga beras dalam arisan darmin di desa tersebut.

Bab keempat berisi tentang analisa terhadap hasil penelitian lapangan

yang terdiri dari analisis pelaksanaan patokan harga beras dalam arisan

darmin di Desa Beton Kecamatan Menganti kabupaten Gresik.

Bab kelima berisi penutup yang memuat tentang kesimpulan dan

(32)

BAB II

KONSEP QARD{ DAN RIBA FAD{L DALAM ISLAM

A. Qard{

1. Definisi qard{.

Secara bahasa, qard{ berarti al-qath‘. Harta yang diberikan kepada

orang yang meminjam (debitur) disebut qard{. Karena merupakan

“potongan” dari harta orang yang memberikan pinjaman (kreditur).

Secara istilah, menurut hanafiyah qard{ adalah harta yang memiliki

kesepadanan yang anda berikan untuk anda tagih kembali. Atau dengan

kata lain, suatu transaksi yang dimaksudkan untuk memberikan harta

yang memiliki kesepadanan kepada orang lain untuk dikembalikan yang

sepadan dengan itu.1

Sayid Sabiq memberikan definisi qard{ adalah harta yang diberikan

oleh pemberi utang (muqrid{) kepada penerima utang (muqtarid{) untuk

kemudian dikembalikan kepadanya (muqrid{) seperti yang diterimanya

ketika dia telah mampu membayarnya.2

Secara istilah, menurut hanafiyah qard{ adalah harta yang memiliki

kesepadanan yang anda berikan untuk anda tagih kembali. Atau dengan

kata lain, suatu transaksi yang dimaksudkan untuk memberikan harta

1 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Penerjemah Abdul Hayye al-Kattani(Jakarta:

Gema Insani & Darul Fikr, 2011),373-374.

2 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 13, Penerjemah Kamaludin A. Marzuki, (Bandung: PT Alma’arif,

(33)

yang memiliki kesepadanan kepada orang lain untuk dikembalikan yang

sepadan dengan itu.3

Mazhab-madzhab yang lain mendefinisikan qard{ sebagai bentuk

pemberian harta dari seseorang (kreditur) kepada orang lain (debitur),

yang sama dengan harta yang diambil, dimaksudkan sebagai bantuan

kepada orang yang diberi saja. Harta tersebut mencakup harta mitsliyat,

hewan dan barang dagangan.4

Adapun qard{ secara terminologis adalah memberikan harta kepada

orang yang akan memanfaatkannya dan mengembalikan gantinya

dikemudian hari.5 Menurut kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, qard{

adalah penyediaan dana atau tagihan antar lembaga keuangan syariah

dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam melakukan

pembayaran secara tunai atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.6

Islam menganjurkan dan menyukai orang yang meminjamkan

(qard{), dan membolehkan bagi orang yang diberikan qard{, serta tidak

menganggapnya sebagai sesuatu yang makruh, karena dia menerima

hartanya untuk dimanfaatkan dalam upaya memenuhi kebutuhan

hidupnya, dan peminjam tersebut mengembalikan harta seperti semula.7

3 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu. . . ,374. 4Ibid.

5 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), 334. 6Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Pasal 20 ayat 36

7 Abdullah bin Muhammad ath-Thayar, et al, Ensiklopedia Fiqih Muamalah, Penerjemah Miftahul

(34)

2. Dasar hukum qard{

Secara umum Hukum memberi pinjaman kepada orang lain

hukumnya sunnah karena termasuk tolong menolong dalam kebaikan,

bahkan hukumnya menjadi wajib jika orang yang berhutang itu

benar-benar memerlukan, hukum hutang piutang juga akan berubah menjadi

haram jika hutang tersebut akan digunakan untuk maksiat, perjudian,

pembunuhan dan itun akan digunakan untuk sesuatu yang makruh.8

Dasar disyariatkannya qard{ dalam Alquran, Hadis, dan ijmak.

a. Dalil Alquran

1) QS. Al-Baqarah/2:245:

َ ِْقيَ َلاوًَرِثكَ ًف عضأَ لَ فِع ضيفَ سحَ ضرقَ َلاَ ِرْقيَ ِ َلاَا َ م

َ وعجرتَِيلِإوَُطس يو

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan harta di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya

dengan lipat ganda yang banyak.9

2) QS Al- Hadid/57:11:

م

َ

اَ

ِ َلا

َ

ِرْقي

َ

َلا

َ

ضرق

َ

سح

َ

فِع ضيف

َل

َ

لو

َ

رجأ

َ

مِرك

Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya dan Dia akan memperoleh

pahala yang banyak.10

3) QS. At-Taqa#bun/64/17:

ضيَ سحَ ضرقَ َلاَاوضِرْقتَْ ِإ

ميِحَروُ شَ َلاوَمُ لَرِفغيوَمُ لَ ْفِع

8 Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 419.

9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV penerbit Diponegoro,

2009), 31.

(35)

Jika kamu meminjamkan kepada Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu dan

Allah Maha Jasa lagi Maha penyayang.11

b. Dalil Hadis

1). Hadis Ibnu Mas’ud

ع

َل قَمَسوَِي عَ َلاَىَصَيِ لاََ أٍَدوعسمَِ باَ

:

َ ِرْقيَمِسمَ ِمَ م

ًَرمَ ِتقدصكَ كَ َلِإَِ يترمَ ضرقَ ِسم

Dari Ibnu Mas'ud berkata, "Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seorang muslim memberi pinjaman kepada orang lain dua kali, kecuali seperti

sedekahnya yang pertama.12

2). Hadis Abu Hurairah

َ ع

ل قَ رير َيِبأ

:

َ عَسَف َ مَمَسوَِي عَ َلاَىَصََِلاَُلوسرَل ق

َِم يِقْلاَِويَِ رُكَ ِمًَبرُكَ عَ َلاَسَف َ ي دلاَِ رُكَ ِمًَبرُكَمِسم

ي دلاَيِفَ َلاَ رتسَ ِسمَرتسَ مو

َرسيَرِسعمَى عَرسيَ موَِرِخ ْلاوَ

َِ وعَيِفَد عْلاَ كَ مَِد عْلاَِ وعَيِفَ َلاوَِرِخ ْلاوَ ي دلاَيِفَِي عَ َلا

ِيِخأ

Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa mengilangkan kesusahan seorang muslim di dunia maka Allah akan menghilangkan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim di dunia maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Barangsiapa

memudahkan seorang muslim maka Allah akan

memudahkannya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong

seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.13

11 Ibid., 445.

12 Ibnu Majjah, Sunan Ibnu Majjah, Vol. III, terj H. Abdullah Son Haji, (Semarang: As-Syifa’,

1993), 236-237

(36)

Dari hadis-hadis tersebut dapat dipahami bahwa qard{ (utang

atau pinjaman) merupakan perbujatan yang dianjurkan, yang akan

diberi imbalan oleh Allah. Dalam hadis disebutkan bahwa apabila

seseorang memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang lain

maka Allah akan memberikan pertolongan kepadanya di dunia dan di

akhirat.14\

Adapun hikmah disyariatkan qard{ (utang piutang) dilihat dari

sisi yang menerima utang atau pinjaman (muqtarid{) adalah membantu

mereka yang membutuhkan. Ketika seseorang sedang terjepit dalam

kesulitan hidup, seperti kebutuhan biaya untuk masuk sekolah anak,

membeli perlengkapan sekolahnya, bahkan untuk makannya,

kemudian ada orang yang bersedia memberikan pinjaman uang tanpa

dibebani tambahan bunga, maka beban dan kesulitannya untuk

sementara dapat teratasi. Dilihat dari sisi pemberi pinjaman (muqrid{),

qard{ dapat menumbuhkan jiwa ingin menolong orang lain,

menghaluskan perasaannya, sehingga ia peka terhadap kesulitan yang

dialami oleh saudara, teman, atau tetangganya.15

c. Ijma’

Dalam hal ijma’ para ulama telah menyetujui bahwa qard{

boleh dilakukan. Kesepakatan ulama ini didasari perbuatan manusia

yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya.

Tidak ada seorangpun yang memiliki segala barang yang ia butuhkan.

(37)

Oleh karena itu, pinjam meminjam sudah menjadi satu bagian dari

kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama yang sangat

memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.16

Meskipun demikian, para ulama Hanabilah berpendapat bahwa

sedekah lebih utama daripada qard{ dan tidak ada dosa bagi orang yang

dimintai pinjaman kemudian tidak meminjamkannya.17

3. Hukum qard{

Akad utang piutang merupakan akad tabarru’ yang dimaksudkan

untuk tolong-menolong dan murni semata-mata karena mengharap ridha

dari Allah Swt yang bukanlah merupakan salah satu sarana untuk

memperoleh penghasilan dan bukanlah salah satu sumber keuntungan

bagi yang berpiutang. Oleh karena itu, semua ulama sepakat diharamkan

bagi pemberi utang untuk mensyaratkan tambahan dari utang yang dia

berikan ketika mengembalikannya.

Menurut madhab Hanafi dalam pendapatnya yang kuat (rajih)

menyatakan bahwa qard{ yang mendatangkan keuntungan hukumnya

haram, jika keuntungan tersebut disyaratkan sebelumnya, jika tidak

disyaratkan dan bukan kebiasaan atau tradisi yang biasa berlaku, maka

diperbolehkan.18

Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa qard{ yang

mendatangkan keuntungan tidak diperbolehkan, seperti mengutangkan

16Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Depok: Gema Insani, 2001),

132-133.

(38)

seribu dinar dengan syaratn orang itu menjual rumahnya kepadanya, atau

dengan syarat dikembalikan seribu dinar dengan mutu koin dinar yang

lebih baik atau dikembalikan lebih banyak dari itu. Alasannya, karena

Nabi SAW melarang akad salaf (utang) bersama jual beli. Salaf adalah

qard dalam bahasa rakyat Hijaz.19

Akad utang piutang (qard{) diperbolehkan dengan dua syarat :20

a. Tidak mendatangkan keuntungan. Jika keuntungan tersebut untuk

pemberi pinjaman, maka para ulama bersepakat bahwa itu tidak

diperbolehkan. Jika untuk penerima pinjaman, maka diperbolehkan.

Dan jika untuk mereka berdua maka tidak boleh. Kecuali jika sangat

dibutuhkan. Namun ada perbedaan pendapat dalam mengartikan

“sangat dibutuhkan”. Utang piutang (qard{) boleh dilakukan ketika ada

kwkhawatiran atas harta pemberi pinjaman diperjalanan. Boleh juga

akad piutang (qard{) bila si peminjam saja yang diuntungkan seperti

adanya kelaparan yang melandanya atau jual beli biji-bijian yang

sudah dimakan hewan ngengat lebih murah bagi peminjam karena itu

mahal di pasaran.

b. Akad utang piutang (qard{) ini tidak dibarengi dengan tranksaksi lain

seperti jual beli dan lainnya.21

Seseorang boleh berhutang jika dirinya yakin dapat membayar,

seperti jika ia mempunyai harta yang dapat diharapkan dan mempunyai

19 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu . . . . ,380-381. 20 Ibid., 380.

(39)

niat menggunakannya untuk membayar hutangnya. Jika hal ini tidak ada

pada diri penghutang. Maka ia tidak boleh berhutang.

Seseorang wajib berhutang jika dalam kondisi terpaksa dalam

rangka menghindarkan diri dari bahaya, seperti untuk membeli makanan

agar dirinya tertolong dari kelaparan.22

4. Rukun dan syarat qard{

a. Rukun utang piutang (qard{)

Syarat qard{ merupakan perkara penting yang harus ada

sebelum dilaksanakan qard{. Jika syarat tidak terwujud maka transaksi

qard{ batal. Adapun rukun qard{ adalah sesuatu yang harus ada ketika

qard{ itu berlangsung. Seperti halnya jual beli, rukun qard{ juga

diperselisihkan oleh para fukaha, rukun qard{ adalah:23

1) ‘Aqid, yaitu muqrid{ dan muqtarid{.

2) Ma’qud ‘alaih, yaitu uang dan barang.

3) Sighat}, Yaitu ijab dan qabul

b. Syarat-syarat qard{

1) Aqid (orang yang berutang dan berpiutang)

Yang dimaksud dengan ‘aqid adalah para pihak yang

berakad, yakni pemberi utang dan pengutang. Adapun

22 Abdullah bin Muhammad ath-Tahyar, et all, Ensiklopedia Fiqh Muamalah, Penerjemah

Miftahul Khair, Cet. 1 (Yogyakarta: Makatabah al Hanif, 2009), 158.

(40)

syarat bagi pemberi utang adalah merdeka, baligh, berakal sehat,

pandai serta dapat membedakan baik dan buruk.24

Untuk aqid, baik muqrid maupun muqtarid} disyaratkan

harus orang yang dibolehkan melakukan tasarruf atau memiliki

ahliyatul ada’. Oleh karena itu, qard tidak sah apabila dilakukan

oleh anak yang masih di bawah umur atau orang gila.25

Dari sisi muqrid{ (orang yang memberikan utang) Islam

menganjurkan kepada umatnya untuk memberikan bantuan kepada

orang lain yang membutuhkan dengan cara memberi utang. Dari

sisi muqtarid{, utang bukan perbuatan yang dilarang, melainkan

dibolehkan karena seseorang berutang untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya, dan ia akan mengembalikannya persis seperti yang

diterimanya.26

2) Objek utang

Objek akad yang merupakan barang pinjaman. Barang

pinjaman adalah barang yang dipinjamkan oleh pemilik barang

kepada si peminjam. Syarat barang yang berkenaan dengan objek

yaitu uang. Uang adalah jelas nilainya, milik sempurna dari yang

memberi hutang dan dapat diserahkan pada waktu akad.27

Ulama Hanafiah berpendapat bahwa akad qard{ dibenarkan

dalam harta mitsli yaitu harta yang satuan barangnya tidak

24 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2013), 335. 25 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat. . . . , 278.

26 Ibid., 275.

(41)

berbeda yang mengakibatkan perbedaan nilainya, seperti

barang-barang yang ditakar, ditimbang, dijual satuan dengan ukuran yang

tidak jauh berbeda antara yang satu dengan yang lain (seperti

kelapa, telur, dan kertas satu ukuran) dan yang diukur seperti

kain.28

Akad qard{ tidak dibolehkan pada harta qimiyyat ( harta

yang dihitung berdasarkan nilainya), seperti hewan, kayu bakar

dan properti. Begitu juga barang satuan yang jauh berbeda antara

satuannya. Hal itu karena sulit mengembalikan harta semisalnya.29

Ulama malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabillah berpendapat

bahwa diperbolehkan melakukan qard{ atas semua benda yang bisa

dijadikan objek akad salam, baik itu barang yang ditakar dan

ditimbang seperti emas, perak dan makanan maupun dari harta

qimiyyat, seperti barang-barang dagangan, binatang, dan juga

barang yang dijual satuan. Alasannya sesuatu yang dapat dijadikan

objek salam dimiliki dengan akad jual beli dan diidentifikasi

dengan sifatnya, sehingga ia boleh dijadikan objek akad qard}

seperti halnya barang yang ditakar dan ditimbang.30

3) Ija>b qabu>l (shighat})

Yang dimaksud dengan Shighat} adalah ija>b dan qabu>l.

Tidak ada perbedaan di antara fukaha bahwa ijab qabul itu sah

28 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu. . . . , 377. 29 Ibid.

(42)

dengan lafazutang dan dengan semua lafaz yang menunjukkan

maknanya, seperti kata, “Aku memberimu utang,” atau “Aku

mengutangimu.” Demikian pula kabul sah dengan semua lafaz

yang menunjukkan kerelaan, seperti “Aku berutang,” atau “Aku

menerima,” atau “Aku ridha” dan lain sebagainya.31

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam akad ini adalah:

a) Harus berada dalam satu majelis. Karena ijab itu bisa menjadi

bagian dari akad bila ia bertemu langsung dengan qabul. Perlu

dicatat bahwa kesamaan lokasi tersebut disesuaikan dengan

kondisi zaman. Sehingga akad tersebut bisa berlangsung

melalui pesawat telepon. Dalam kondisi demikian, lokasi

tersebut adalah masa berlangsungnya percakapan telepon.

Selama percakapan tersebut masih berlangsung, dan line

telepon masih tersambung, berarti kedua belah pihak masih

berada dalam majelis akad.

b) Hal yang menjadi penyebab terjadinya ija>b harus tetap ada

hingga terjadinya qabul dari pihak kedua yang ikut dalam

akad. Sedangkan ija>b ditarik dari pihak pertama, kemudian

datang qabul, itu dianggap qabul tanpa ija>b, dan itu tidak ada

nilainya sama sekali.

c) Tidak adanya hal yang menunjukkan penolakan atau

pengunduran diri pihak kedua. Karena adanya hal itu

(43)

membatalkan ijab. Jika datang kembali penerimaan sesudah

itu, sudah tidak ada gunanya lagi, karena tidak terkait dengan

ija>b sebelumnya secara tegas sehingga akad bisa

dilangsungkan.

d) Akad dapat memberi faedah.32

5. Syarat yang sah dan tidak sah (fasid)

Di dalam akad qard{ adanya kesepakatan yang dibuat untuk

mempertegas hak milik, seperti syarat adanya barang jaminan,

penanggung pinjaman (kafil), saksi, bukti tertulis, atau pengakuan di

hadapan hakim.

Mengenai batas waktu, jumhur ulama menyatakan syarat itu tidak

sah, dan malikiyah menyatakan sah. Tidak sah yang tidak sesuai dengan

akad qard{, seperti syarat tambahan dalam pengembalian harta yang bagus

sebagai ganti yang cacat.

Adapun syarat yang fasid (rusak) diantaranya adalah syarat

tambahan atau hadiah bagi si pemberi pinjaman. Syarat ini dianggap batal

namun tidak merusak akad apabila tidak terdapat kepentingan siapa pun.

Seperti syarat pengembalian barang cacat sebagai ganti yang sempurna

atau yang jelek sebagai ganti yang bagus atau syarat memberikan

pinjaman kepada orang lain.33

32 Shalah As-Shawi dan Abdullah Al-Mushlih, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Darul

Haq, 2008).30-32.

(44)

a. Harta yang harus dikembalikan

Para ulama sepakat bahwa wajib hukumnya bagi peminjam

untuk mengembalikan harta semisal apabila ia meminjam harta mitsli

dan mengembalikan harta semisal dalam bentuknya (dalam pandangan

ulama selain Hanafiyah) bila pinjamannya adalah harta qimiy, seperti

mengembanlikan kambing yang ciri-cirinya mirip dengan domba yang

dipinjam.

b. Waktu pengembalian

Menurut ulama selain Malikiyah, waktu pengembalian harta

pengganti adalah kapan saja terserah kehendak si pemberi pinjaman,

setelah peminjam menerima pinjamannya. Karena qard{ merupakan

akad yang tidak menegenal batas waktu. Sedangkan menurut

Malikiyah, waktu pengembakian itu adalah ketika sampai pada batas

waktu pembayaran yang sudah ditentukan di awal. Karena mereka

berpendapat bahwa qard{ bisa dibatasi dengan waktu.34

Pengembalian barang ini dianjurkan untuk dilakukan

secepatnya, apabila orang yang berutang telah memiliki uang atau

barang untuk pengembaliannya itu.35

6. Tambahan dalam utang piutang

Akad perutangan merupakan akad yang dimaksudkan untuk

mengasihi manusia, menolong mereka menghadapai berbagai urusan, dan

memudahkan sarana-sarana kehidupan. Akad perutangan bukanlah salah

34 Ibid.,

(45)

satu sarana untuk memperoleh penghasilan dan bukan salah satu metode

untuk mengeksploitasi orang lain.

Oleh karena itu, diharamkan bagi pemberi utang mensyaratkan

tambahan dari utang yang ia berikan ketika mengembalikannya. Para

ulama sepakat, jika pemberi utang mensyaratkan untuk adanya tambahan,

kemudian si pengutang menerimanya maka itu adalah riba. Dalam hal ini

Nabi SAW, bersabda :“Telah menceritakan padaku, Yazid bin Abi

Khabib dari Abi Marzuq At-Tajji dari Fadholah bin Ubaid bahwa

Rasulullah SAW. Bersabda: “Tiap-tiap piutang yang mengambil manfaat,

maka itu salah satu dari beberapa macam riba” (H.R. Baihaqi).36

Yang dimaksud dengan mengambil manfaat dari hadist di atas

adalah keuntungan atau kelebihan atau tambahan dari pembayaran yang

disyaratkan dalam akad utang piutang atau ditradisikan untuk menambah

pembayaran. Bila kelebihan itu adalah kehendak yang ikhlas dari orang

yang berutang sebagai balas jasa yang diterimanya, maka yang demikian

bukan Riba dan dibolehkan serta menjadi kebaikan bagi si pengutang.37

Karena ini terhitung husnul al-qada (membayar utang dengan baik).

Sebagimana hadist Nabi Saw. yang artinya: “Dari Abu Hurairah r.a

berkata: “Rasulullah Saw. Berhutang seekor unta, dan mengembalikannya

sebagai bayaran yang lebih baik dari unta yang diambilnya secara hutang,

dan beliau bersabda: “orang yang lebih baik diantara kamu adalah orang

yang paling baik pembayarannya”. (HR. At-Turmudzy)

36 Saleh al-Fauzan, al-Mulakhasul Fiqhi, Jakarta: Gema Insani Press, 2005), 411.

(46)

Dari hadist tersebut jelas pengembalian yang lebih baik itu tidak

disyaratkan sejak awal, tetapi murni inisiatif debitur (al-mustaslif). Itu

juga bukan tambahan atas jumlah sesuatu yang diutang karena tidak ada

tambahan atas jumlah unta yang dibayarkan dan tidak ada pula tambahan

apapun atas unta yang diutang. Itu tidak lain adalah pengembalian yang

semisal dengan apa yang diutang, itu tidak lain adalah pengembalian yang

semisal dengan apa yang diutang; seekor hewan dengan seekor hewan,

namun lebih tua dan lebih besar tubuhnya. Itulah yang dimakud dengan

pengembalian yang lebih baik (husn al-qada). Tapi jika sebelum utang

dinyatakan terlebih dahulu syarat tambahannya dan kedua belah pihak

setuju maka dengan riba. Sebagaimana sabda Nabi Saw. yang artinya

“Tiap-tiap piutang yang mengambil manfaat, maka itu salah satu dari

beberapa macam riba”.38

Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat dikalangan fuqaha

Mazhab mengenai boleh atau tidaknya menerima manfaat dari akad utang

piutang tersebut, yaitu sebagai berikut:

a. Menurut Mazhab Hanafiyah: menyatakan bahwa qard{ yang

mendatangkan keuntungan hukumnya haram jika keuntungan tersebut

disyaratkan sebelumnya. Muqrid{ haram mengambil manfaat dari qard{

dengan penambahan jumlah pinjaman lebih jikja disyaratkan, kecuali

berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak. Tapi jika

penambahan pengembalian pinjaman itu bentuk i’tikad baik dan tidak

(47)

merugikan orang lain maka tidak ada salahnya karena Rasulullah saw

memberi Abu Bakar unta yang lebih baik dari unta yang

dipinjamnya.39

b. Menurut Mazhab Malikiyah: utang piutang yang bersumber dari jual

beli, penambahan pembayaran yang tidak dipersyaratkan adalah

boleh. Sedangkan dalam hal utang piutang (al-qard{), penambahan

pembayaran yang tidak dipersyaratkan dan tidak dijanjikan karena

telah menjadi kebiasaan di masyarakat, hukumnya adalah haram.

Penambahan yang tidak dipersyaratkan dan tidak menjadi kebiasaan

di masyarakat, hukumnya adalah haram. Penambahan yang tidak

dipersyaratkan dan tidak menjadi kebiasaan masyarakat baru boleh

diterima.40

c. Menurut Mazhab Syafii: penambahan pelunasan utang yang

diperjanjikan oleh muqtarid{ (pihak yang berhutang), maka pihak yang

mengutangi makruh menerimanya.41

d. Menurut Mazhab Hambali: terdapat dua riwayat dan yang paling

sahih adalah pendapat yang mengatakan boleh tanpa kemakruhan.42

e. Sedangkan menurut Syekh Zainuddin al-Malibary menyebutkan

bahwa boleh bagi muqtarid{ menerima kemanfaatan yang diberikan

kepadanya oleh muqtarid{ tanpa disyaratkan sewaktu akad, misalnya

39 Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Minhajul Muslimin, Penerjemah Husein Ibrahim, (Beirut: Da>r

al-Fir, 2003), 545-546.

40 Syaikh Zainuddin bin Abdul Azis Al-Malibary, Fathul Mu’in, Jilid II, Penerjemah Aliy As’ad,

(Yogyakarta: Menara Kudus, 1979), 212.

41 Ibid.,

(48)

kelebihan ukuran atau mutu barang pengembalian lebih baik dari yang

diutangkan. Bahkan melebihkan pengembalian utang adalah

disunnahkan bagi muqrid} sebagaimana sabda Rasulullah Saw. yang

berbunyi: “Sesungguhnya yang paling baik di antara kalian adalah

yang paling bagus dalam membayar utangnya”.43

7. Hikmah dan manfaat disyariatkan qard{

Beberapa hal yang menjadi alasan seseorang dalam melakukan

qard{ yakni sebagai berikut:

a. Melaksanakan kehendak Allah agar kaum muslimin saling menolong

dalam kebaikan dan ketakwaan.

b. Jika dilihat dari sisi orang yang berutang adalah membantu mereka

yang membutuhkan.

c. Dilihat dari sisi pemberi pinjaman, qard{ dapat menumbuhkan jiwa

ingin menolong orang lain.

d. Menuatkan ikatan persaudaraan dengan cara mengulurkan bantuan

kepada orang yang kesulitan.44

B. Riba Fad{l

1. Definisi riba

Riba menurut pengertian bahasa berarti Az Ziadah (tambahan)

karena salah satu perbuatan riba adalah meminta tambahan dari sesuatu

43 Syaikh Zainuddin bin Abdul Azis Al-Malibary, Fathul Mu’in, Jilid II, Penerjemah Aliy As’ad,

(Yogyakarta: Menara Kudus, 1979), 212.

44Ali Fikri, al-Mu’amalat al-Ma@ddiyah wa al-Adabiyah, Penerjemah Mustafa al-Babiy al-

(49)

yang diutangkan. Ada pula yang mengatakan “berbunga” karena salah

satu perbuatan riba adalah membuat harta, uang atau lainnya yang

dipinjamkan kepada orang lain berlebih.45

Dalam kaitan ini Allah berfirman :

رحِبَ ْاو ْأفَْاوُعْفتَ مَلَ ِإف

مت تَ ِإوَ ِِلوسروَ ِّلاَ ِمَ

َاَ مُ ِلاومأَسو رَمُ ف

و ْظتَاوَ و ِْظت

Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu modalmu, kamu tidak berbuat zalim dan tidak pula dizalimi. (Q.s.

Al-Baqarah ayat 279)46

2. Riba fad{l

Para fuqaha Hanafiyah mengartikan riba fad{l adalah tambahan

benda dalam akad jual beli (tukar-menukar) yang menggunakan ukuran

syara’ (yaitu literan atau timbanagan) yang jenis barangnya sama.47

Sayid Sabiq mendefinisikan riba fad{l adalah jual beli uang dengan

uang atau makanan dengan makanan disertai dengan kelebihan

(tambahan).48

Menurut Ibnu Qayyum, riba fad{l ialah ribayang kedudukannya

sebagai penunjang diharamkannya ribanasi’ah.49 Ribanasi’ah adalah

tambahan pembayaran atas jumlah modal yang disyaratkan lebih dahulu

yang harus dibayar oleh si peminjam kepada yang meminjam tanpa resiko

sebagai imbalan dari jarak waktu pembayaran yang diberikan kepada si

45 Islam Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), 69. 46 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya. . . . ,37.

47 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu. . . . ,308-309.

(50)

peminjam. Dengan kata lain bahwa riba fad{l diharamkan supaya

seseorang tidak melakukan ribanasiah yang sudah jelas keharamannya.50

Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas dapat diambil

intisari bahwa riba fad{l adalah tambahan yang disyaratkan dalam

tukar-menukar barang yang sejenis (jual beli barter) tanpa adanya imbalan

untuk tambahan tersebut. Misalnya, menukarkan beras ketan 10 kilogram

dengan beras ketan 12 kilogram. Tambahan 2 kilogram beras ketan

tersebut tidak ada imbalannya, oleh karena itu disebut riba fad{l (riba

karena kelebihan). Dengan demikian, apabila barang yang ditukarkan

jenisnya berbeda maka hukumnya dibolehkan dan tidak termasuk riba.

Misalnya menukarkan beras biasa 10 kilogram dengan beras ketan 8

kilogram.51

Riba fad{l hukumnya haram berdasarkan sunnah Rasulullah Saw.

Diantara sunnah tersebut adalah:

a. Hadis Abu Bakrah

عَ َلاَيِضرَ رْ بَوبأَل ق

ل ق

َ

َب َ لاَاوعيِتَ لَمَسوَِي عَ َلاَىَصََِلاَُلوسر

َِضِفْل ِبَب َ لاَاوعيِبوَ ٍءاوسِبَ ًءاوسَ َلِإَ ِضِفْل ِبَ ضِفْلاوَ ٍءاوسِبَ ًءاوسَ َلِإَِب َ ل ِب

متِْشَفيكَِب َ ل ِبَ ضِفْلاو

Abu Bakrah radliallahu 'anhu berkata; Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Janganlah kalian berjual beli emas dengan emas kecuali dengan jumlah yang sama, perak dengan perak kecuali dengan jumlah yang sama dan berjual belilah emas dengan

perak atau perak dengan emas sesuai keinginan kalian

.

52

50 Satria Efendi, Riba dalam Pandangan Fiqh, Kajian Islam tentang Berbagai Masalah Kontemporer, (Jakarta: Hikmah Syahid Indah, 1988), 147.

(51)

b. Hadis ‘Ubadah bin samit

ل قَِتِم صلاَِ بَ د عَ ع

َ لاَمَسوَِي عَ َلاَىَصََِلاَُلوسرَل ق

َِب َ ل ِبَب

ْثِمَِحِْ ْل ِبَحِْ ْلاوَِر تل ِبَر تلاوَِرِعشل ِبَرِعشلاوَِر ْل ِبَر ْلاوَِضِفْل ِبَُضِفْلاو

َ ْثِ ِبَ ً

ِإَمتِْشَفيكَاوعيِفَف صأْلاَِِ َتف تخاَا ِإفٍَديِبَاديٍَءاوسِبًَءاوس

ٍديِبَاديَ كَا

Dari ‘Ubadah bin Shamit dia berkata, "Rasulullah shallallahu

‘alaihi wasallam bersabda: “Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, jewawut dengan jewawut, kurma dengan kurma dan garam dengan garam, tidak mengapa jika dengan takaran yang sama, dan sama berat serta tunai. Jika jenisnya berbeda, maka juallah sesuka hatimu asalkan dengan tunai dan langsung serah

terimanya.53

Dari hadis-hadis tersebut jelaslah bahwa dalam jual beli barter

atau tukar menukar barang yang sejenis ukurannya harus sama, baik

takarannya maupun timbangannya. Apabila terdapat kelebihan yang

disyaratkan dalam perjanjian maka hal itu termasuk riba dalam hadis

tersebut disebutkan enam jenis barang yang termasuk kelompok ribawi,

yaitu :

a. emas,

b. perak,

c. gandum,

d. jagung,

e. kurma, dan

f. garam.54

Namun, apabila dilihat illat dari keenam jenis barang tersebut

maka yang termasuk kelompok ribawi ada dua macam, yaitu:

53 Muhammad bin Ismail Al-kahlani, Subul as-Salam. Juz 3, cet IV, (Mesir: Maktabah

Mushthafah Al- Babiy Al- halabiy, t.t.), 37.

(52)

a. Barang-barang yang biasa ditakar , dan

b. Barang-barang yang biasa ditimbang.

Dengan demikian, semua jenis barang yang biasa ditimbang dan

ditakar termasuk dalam kelompok ribawi, apa pun jenisnya. Oleh karena

itu, barang-barang seperti beras, gula, kopi, terigu dan sebagainya,

termasuk barang-barang dalam penukarannya harus sama, tidak boleh ada

kelebihan dan penyerahannya harus tunai, tidak boleh utang.55

Alquran menyinggung keharaman riba secara kronologis di

berbagai tempat. Pada periode Makkah turun firman Allah swt. Surah

ar-Ruum ayat 39.

َ موََِلاَد ِعَوبريَ فَِس لاَِلاومأَيِفَوبريِلَ بِرَ ِمَمتيت َ مو

ٍَ ك َ ِمَمتيت

وُفِعض ْلاَم َكِلوُأفََِلاَ جوَ وديِرت

Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan Allah, maka (yangberbuat

demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).56

Pada periode Madinah turun ayat yang secara jelas dan tegas

tentang keharaman riba, terdapat dalam surat Al- Imran ayat 130.

تَمُ َعلَ َلاَاوُقتاوًَفع ضمَ

Gambar

   Tabel 3.2 Jumlah Perangkat desa beserta jabatannya
  Tabel 3.3  Jumlah Penduduk Desa Beton
  Tabel 3.5  Jumlah sarana  pendidikan Desa Beton
  Tabel  3.6  Data Jumlah Kelulusan Penduduk

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini ialah mengetahui silabus yang digunakan untuk mengajar vokal klasik baik SMK N2 Kasihan juga jurusan musik ISI Yogyakarta, persiapan pengajar

Akan tetapi untuk pengawasan lembaga penyiaran TV Kabel berlangganan yang dilakukan KPID Riau dengan cara langsung memantau atau turun ke kelapangan,. Pengawasan

Tumbuh kembang anak diukur dengan menggunakan Kartu Kembang Anak dan seluruh anak pelaku pernikahan usia dini tidak ada yang berada di bawah garis merah yang

Selain itu, hasil penelitian dari Elytha (2012) juga diperoleh bahwa proporsi responden yang memiliki riwayat hipertensi lebih tinggi pada responden yang menderita penyakit

Bentuk dari penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Rahma Nurvidiana dkk (2015) “Pengaruh Word Of Mouth Terhadap Minat Beli Serta Dampaknya Pada

Fungsi penggunaan bahasa gaul bahasa Mandarin dalam media sosial WeChat periode Agustus s.d Oktober 2015 yang peneliti temukan adalah fungsi ekspresi atau emotif,

• Bersama dengan Ketua Panitia, Kabid Umum, dan Materi, bertindak sebagai komisi disiplin PPAM IKM FTUI 2012 Teknik Elektro. • Melakukan koordinasi dengan panitia pusat •

4 (a) The working capital cycle illustrates the changing make-up of working capital in the course of the trading operations of a business:.. 1 Purchases are made on credit and the