PENDAHULUAN
Ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas dapat melalui penyelenggaran pendidikan yang berkualitas. Menurut Damanik (2006) pendidikan merupakan sarana dan jembatan atau fondasi menuju keterbaikan bangsa. Secara khusus tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan peserta didik dan mendampingi mereka agar menjadi pribadi yang baik, Ikhsan, 2006 (dalam Renny, 2007). Pendidikan merupakan salah satu persyaratan utama dalam meningkatkan martabat dan kualitas bangsa. Pencapaian tujuan pendidikan dapat diketahui melalui kegiatan pengukuran yang disebut evaluasi. Salah satu bentuk evaluasi yang dilakukan pemerintah adalah dengan menyelenggarakan Ujian Nasional (UN).
2008/2009, menjelaskan bahwa ujian nasional berfungsi sebagai alat pemeta mutu program dan atau satuan pendidikan, dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, penentu kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, dan sebagai dasar pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini menunjukkan ujian nasional menjadi dasar penentu keberlanjutan pendidikan siswa ke jenjang berikutnya. Standar ini di buat untuk menyeragamkan standar kelulusan di seluruh tanah air. Hal ini sangat penting, mengingat standar itu sangat dibutuhkan karena berkaitan dengan nama baik dunia pendidikan di Indonesia (Damanik, 2006).
melakukan berbagai persiapan mental serta pendekatan spiritual, agar siap dan sukses dalam menghadapi Ujian Nasional sehingga waktu mereka buat istirahat berkurang, hal ini membuat siswa merasa cemas dan belum siap untuk menghadapi ujian nasional nanti.
banyak melakukan interaksi edukatif dengan siswa di sekolah. Guru juga harus mempersiapkan peserta didik yang mempunyai perbedaan seperti tingkat kecerdasan, perbedaan latar belakang, perbedaan sarana prasarana pendukung kegiatan belajar di rumah (Purwantini & Purwanti, 2007).
Mengacu pada pasal 28 ayat (3) bagian I Bab VI Peraturan Pemerintah RI No 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Pasal 3 ayat (2) Bagian I Bab II Peraturan Pemerintah No. 74/2008 tentang Guru dan Dosen, kompetensi guru terdiri dari empat bentuk yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dengan masih rendahnya tingkat kompetensi pegadogik yang dimiliki oleh seorang guru terutama dalam hal untuk memahami karakteristik peserta didik dari berbagai aspek yaitu aspek sosial, moral, kultural, emosional, dan intelektual, maka peneliti hanya akan mengambil satu dari keempat kompetensi yang dimiliki oleh guru yaitu kompetensi pedagogik. Dikarenkan kompetensi pedagogik merupakan salah satu dasar yang paling utama untuk mencapai ke dalam kompetensi selanjutnya.
dalam kelas maupun di luar kelas. Melalui persepsi tersebut, siswa dapat melihat jika gurunya tidak mempunyai kompetensi yang diandalkan, maka dapat berdampak pada tumbuhnya keraguan pada diri siswa. Hal tersebut akan mempengaruhi bagaimana sikap siswa terhadap gurunya, yang nantinya juga akan berpengaruh pada kelancaran proses belajar mengajar siswa itu sendiri terutama dalam mempersiapkan ujian nasional. Setiap siswa dituntut untuk mempunyai prestasi yang baik dalam berbagai bidang mata pelajaran, salah satunya adalah matematika, karena tidak dapat dipungkiri matematika sebagai salah satu ilmu dasar. Mata pelajaran matematika sekarang ini masih dirasakan interaksinya di berbagai bidang ilmu lain seperti ekonomi, dan teknologi. Hal ini senada dengan pendapat Unpar, 2002 (dalam Widayanti, 2007) yang mengemukakan bahwa ilmu matematika sekarang ini makin banyak digunakan dalam berbagai bidang kehidupan seperti bidang industri, asuransi, pertanian, dan banyak bidang sosial maupun teknik.
Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan negatif yang signifikan antara persepsi terhadap kompetensi pedagogik guru matematika dengan kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN)?”.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai “mengetahui hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru matematika dengan kecemasan menjelang Ujian Nasional (UN)”. Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini meliputi manfaat yang bersifat teoritis dan manfaat yang bersifat praktis. Manfaat tersebut yakni:
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian teoritis dalam bidang psikologi pendidikan dan psikologi sosial.
2. Praktis
a) Guru dan Sekolah
Ujian Nasional untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu.
b) Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa akan pentingnya mengolah persepsi terhadap kompetensi guru dengan menjaga objektivitas penilaianterhadap kompetensi guru, dalam membantu untuk meminimalisir kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional (UN).
TEORI Pengertian Kecemasan
Menurut Alwi (2005) kecemasan berasal dari kata cemas yang berarti khawatir, gelisah, dan takut. Kecemasan menunjukkan suatu keadaan yang tidak bisa diungkapkan , gemetar, dan tidak beralasan. Selain itu kecemasan sebagai perasaan takut dan kugundahan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan (Santrock, 2007). Kecemasan memiliki segi yang disadari, seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa bersalah maupun terancam. Selain itu juga kecemasan memiliki segi diluar kesadaran, seperti takut tanpa mengetahui sebabnya dan tidak bisa menghindari perasaan yang tidak menyenangkan.
dan tidak menyenangkan (Davidson, Neule dalam Julianti, 2001) dimana gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada masing-masing individu. Adalah normal, jika siswa kadang merasa cemas atau khawatir saat menghadapi kesulitan di sekolah, seperti saat akan mengerjakan ujian (Santrock, 2007)
Sejalan dengan pendapat diatas Elliot, dkk (1996), mengungkapkan pada dasarnya kecemasan dalam tingkat rendah dan sedang berpengaruh positif terhadap penampilan belajar siswa, salah satunya dapat meningkatkan motivasi belajar. Sebaliknya, dapat memberikan pengaruh yang buruk atau negatif apabila kecemasan berada dalam tingkat tinggi. Searah dengan pendapat tersebut, Sukmadinata (2003), mengungkapkan bahwa kecemasan dan kekhawatiran memiliki nilai positif asal intensinya tidak begitu kuat, sebab kecemasan dan kekhawatiran yang ringan dapat menjadi motivasi. Kekhawatiran dan kecemasan yang sangat kuat bersifat negatif, karena dapat menimbulkan gangguan baik secara psikis maupun secara fisik.
Gejala Kecemasan
Menurut Williams (1997) bahwa sebagian besar individu pernah mengalami kecemasan terutama jika menghadapi situasi yang mengancam dan stres. Perasaan tersebut adalah reaksi normal terhadap stres. Sedangkan menurut Hyman dan Pedrick (2012) ada 3 tingkat kecemasan, yaitu fisik, mental, dan perilaku.
Menurut Kaplan, dkk (dalam Julianti, 1994) kecemasan dalam taraf tertentu dapat mendorong meningkatnya performa. Misalnya seorang siswa yang cemas dalam tingkat rendah untuk mengahadapi UN yang dianggap tingkat ketidaklulusannya cukup tinggi dan soal-soal dalam UN sulit, membuat siswa harus belajar keras dan mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian
(facilitating anxiety). Namun kecemasan yang berlebihan
terhadap UN dapat membuat siswa mengalami hambatan (blocking) dan tidak bisa mengerjakan soal-soal dalam ujian (debilitating anxiety). Berdasarkan aspek-aspek diatas, penulis mengacu pada aspek tingkat kecemasan menurut Hyman dan Pedrick (2012) yaitu fisik, mental, dan perilaku.
Pengertian Ujian Nasional (UN)
Nasional Pendidikan dan pasal 3 Pemendiknas No. 78/2008 tentang Ujian Nasional SMP/MTs/SMPLB, SMALB, dan SMK tahun pelajaran 2008/2009, menjelaskan bahwa ujian nasional berfungsi sebagai alat pemeta mutu program dan atau satuan pendidikan, dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, penentu kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, dan sebagai dasar pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini menunjukkan ujian nasional menjadi dasar penentu keberlanjutan pendidikan siswa ke jenjang berikutnya. Pemberian standar kelulusan Ujian Nasional (UN) dirintis sejak enam tahun terakhir ini yang merupakan kebijakan baru di dunia pendidikan di Indonesia. Standar ini di buat untuk menyeragamkan standar kelulusan di seluruh tanah air. Hal ini sangat penting, mengingat standar itu sangat dibutuhkan karena berkaitan dengan nama baik dunia pendidikan di Indonesia (Damanik, 2006).
Fungsi Ujian Nasional (UN)
Ujian Nasional (UN) memiliki 3 fungsi, diantaranya fungsi Akademis, fungsi Politis, dan fungsi Pedagogis.
Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN)
Menurut Freud (dalam Julianti, 2005) kecemasan merupakan suatu keadaan perasaan, dimana individu merasa lemah sehingga tidak berani dan tidak mampu untuk bersikap serta bertindak secara rasional sesuai dengan semestinya. Adalah normal, jika siswa kadang merasa cemas atau khawatir saat menghadapi kesulitan di sekolah, seperti saat akan mengerjakan ujian (Santrock, 2007). Sedangkan Ujian nasional (UN) adalah sebagai penentu siswa untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Mengingat subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas XII, maka salah satu lingkungan sosial yang dihadapi siswa adalah sekolah (Meichati, 1983), yang menurut pendapat Sukmadinata (2003), salah satu komponen lingkungan sosial sekolah adalah hubungan siswa dan guru.
Pengertian Persepsi
Branca, Woodworth, dan Marquis, 1965 (dalam Walgito, 1992) menyatakan persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Stimulus yang diindera itu kemudian oleh individu diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari, mengerti apa yang telah diindera itu. Persepsi tidak hanya didasarkan kepada ingatan tentang masa lalu dan kemampuan menghubungkan pengalaman sekarang dengan pengalaman masa lalu (kognisi) saja, akan tetapi juga melibatkan unsur perasaan (afeksi) (Schiffman, dalam Sukmana, 2003). Walgito (2002), menyatakan bahwa objek manusia disebut sebagai person perception atau social perception dan objek non manusia sering disebut sebagai nonsocial perception atau things perception. Pada penelitian ini, objek yang dimaksud adalah objek manusia atau person perception, yaitu guru berserta kompetensi pedagogiknya.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses yang didahului oleh penginderaan atau bagaimana cara seseorang memandang terhadap stimulus yang diterima yang akhirnya individu tersebut akan memahaminya.
Faktor-faktor Persepsi
Kompetensi Pedagogik Guru Matematika
Kompetensi menurut Pasal 3 ayat (1) bagian I bab II Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74/2008 tentang Guru, dijelaskan bahwa kompetensi sebagai seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Selain itu, guru mempunyai standar kompetensi. Standar kompetensi guru ialah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan. Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan yang harus dimiliki guru dalam mengajarkan materi tertentu kepada siswanya. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi kedua, 1995) matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
guru agar layak untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang, kualitas, dan jenjang pendidikan.
Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Matematika
Walgito (1997) mendefinisikan persepsi sebagai pengorganisasian, penginterpretasian, terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integritas dalam diri individu. Persepsi tersebut tidak hanya didasarkan kepada ingatan tentang masa lalu dan kemampuan menghubungkan pengalaman sekarang dengan pengalaman masa lalu (kognisi) saja, akan tetapi juga melibatkan unsur perasaan (afeksi) (Schiffman, dalam Sukmana, 2003). Pada penelitian ini, objek yang dimaksud adalah objek manusia atau person perception, yaitu guru berserta kompetensinya. Nasution (1987) mengemukakan bahwa siswa kelompok orang atau individu yang dididik dalam proses pembelajaran. Adapun siswa itu sendiri mempunyai karakteristik seperti siswa penurut, siswa pendiam, siswa dapat berdiri sendiri, dan siswa menarik perhatian.
yang melibatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dimiliki gurunya dalam melaksanakan tugas keprofesionalan terutama dalam mata pelajaran matematika yaitu bagaimana guru dapat memahami karakteristik peserta didik dari berbagai aspek yaitu aspek sosial, moral, kultural, emosional, dan intelektual. Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Matematika dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional
pelajaran, tidak ada motivasi dan malas untuk melakukan pekerjaan atau kegiatan sekolahnya.
Kompetensi pedagogik guru matematika yang kurang baik tidak akan mampu mengembangkan prestasi belajar siswanya. Sebaliknya, bila kompetensi pedagogik guru matematika yang ditampilkan melalui penguasaan dan mampu memberikan materi dengan baik maka dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didiknya terutama dalam mata pelajaran matematika.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan didalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa dan siswi SMA kelas XII. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan berkarakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel diambil dari populasi harus representatif atau mewakili (Sugiyono, 2006) sampel inilah yang dalam penelitian diambil datanya untuk membuat suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah sebagian siswa dan siswi SMA kelas XII.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan mengunakan teknik snowball sampling yaitu teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel (Sugiyono, 2006).
Metode Pengumpulan Data
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala Persepsi Siswa terhadap kompetensi Pedagogik Guru Matematika dan skala Kecemasan Siswa Menghadapi Ujian yang diberikan kepada siswa-siswi kelas XII SMA.
Persiapan Alat Ukur untuk Skala Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Matematika dibuat berdasarkan UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, yaitu kompetensi pedagogik guru tentang memahami karakteristik peserta didik dari berbagai aspek yaitu aspek sosial, moral, kultural, emosional, dan intelektual. Pada skala ini terdapat 34 aitem terdiri dari 17 aitem favorable dan 17 aitem unfavorable. Sedangkan untuk Skala kecemasan siswa menjelang ujian nasional dibuat berdasarkan teori dari Hyman dan Pedrick (2012) yang terdapat ada 3 gejala kecemasan yaitu mental, fisik, dan perilaku. Pada skala ini terdapat 42 aitem terdiri dari 33 aitem favorable dan 9 aitem unfavorable.
= 0,864 dari 20 aitem valid. Dalam penelitian try out dilakukan pada 40 orang untuk skala kecemasan siswa menjelang ujian nasional dan diperoleh hasil perhitungan korelasi item-total dengan bantuan program SPSS 17.0 for windows, terdapat 9 dari 42 item dinyatakan gugur karena memiliki koefisien korelasi ≤ 0,20. Jumlah item yang lolos seleksi sebanyak 33 item. Koefisien korelasi item-total pada skala ini bergerak dari angka 0,223 sampai dengan 0,708, dengan pengujian reliabilitas sebanyak dua kali putaran maka diperoleh α = 0,886.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di Kota Salatiga pada siswa-siswi kelas XII SMA di Kota Salatiga dengan teknik snowball
sampling dan mendapatkan 25 siswa-siswi kelas XII SMA yang
sedang beristirahat di luar sekolah atau pada saat jam makan siang.
Uji Asumsi Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji kolmogorov smirnov dengan bantuan SPSS versi 17.0 for windows. Di lihat hasil perhitungan uji normalitas One Sample
Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh hasil skor skala kecemasan
berdistribusi normal, yang dapat dilihat dari besarnya nilai KS-Z = 0,621 dengan sig.0,836 (p > 0,05).
Uji Linearitas
Dari hasil uji linieritas dari perhitungan uji linieritas pada
Anova Tabel diperoleh nilai Fsebesar 1,076 dengan sig.= 0,532
( p > 0,05) yang menunjukkan hubungan antara skala persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru matematika dengan kecemasan siswa menjelang UN adalah tidak linear.
Norma Alat Ukur
Norma Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Matematika
harga σ = 10 diperoleh kategori-kategori skor jenjang persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru matematika sebagai berikut : [50 + 0,75 (10)] ≤ X = 57,5, 50 ≤ X [50 + 0,75 (10)] = 50 ≤ X < 57,5, [50 - 0,75 (10)] ≤ X < 50 = 42,5 ≤ X < 50, X < [50 - 0,75 (10)] = 42,5.
Setelah ditetapkan norma kategorisasi di atas, maka siswa yang mendapat skor 57,5 ≤ X = 12 siswa dalam skala tersebut dapat dikatakan sebagai persepsi terhadap kompetensi pedagogik guru matematika yang sangat tinggi dengan persentase 48%, siswa yang mendapat skor 50 ≤ X < 57,5 = 10 siswa dalam skala tersebut dapat dikatakan sebagai persepsi terhadap kompetensi pedagogik guru matematika yang tinggi dengan persentase 40%, siswa yang mendapat skor 42,5 ≤ X < 50 = 2 dalam skala tersebut dapat dikatakan sebagai persepsi terhadap kompetensi pedagogik guru matematika yang rendah dengan persentase 8%, dan siswa yang mendapat skor X < 42,5 = 1 siswa dalam skala tersebut dapat dikatakan sebagai persepsi terhadap kompetensi pedagogik guru matematika yang sangat rendah dengan persentase 4%.
Norma Kecemasan Siswa menjelang Ujian Nasional
adalah 4 x 33 = 132, peluang skor terendah adalah 1 x 33 = 33, sehingga luas jarak sebarannya adalah 132-33 = 99. Dengan demikian, setiap satuan standar deviasi standarnya bernilai σ = 99/6 = 17 (dibulatkan), dan mean teoritiknya adalah µ = 33 x 2,5 = 83 (dibulatkan). Dari keenam satuan standar deviasi, peneliti hanya menggolongkan subjek ke dalam 3 kategori diagnosis kecemasan siswa menjelang ujian nasional, yaitu : (µ + 1,5 σ) ≤ X = Tinggi, (µ - 1,5 σ) ≤ X < (µ + 1,5 σ) = Sedang, X < (µ - 1,5 σ) = Rendah.Sehingga dengan harga σ = 17 diperoleh kategori-kategori skor jenjang persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru matematika sebagai berikut : [83– 1,5 (17)] ≤ X = 108,5 ≤ X, [83–1,5 (17)] ≤ X < [83+1,5 (17)] = 57,5 ≤ X < 108,5, X < [83–1,5 (17)] = X < 57,5.
Hasil Analisis Data Analisa Deskriptif
Analisis Deskriptif Skala Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru
Berdasarkan pada hasil statistik deskriptif tampak skor empirik yang diperoleh pada skala Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Matematika paling rendah adalah 37, paling tinggi 75, rata-rata 58,68 dengan standar deviasi 10,003. Nilai-nilai tersebut diperoleh dari 20 item skala Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Matematika yang valid. Berdasarkan rata-rata sebesar 58,68 dapat dikatakan bahwa rata-rata siswa yang diteliti memilliki skala Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Matematika pada kategori tinggi.
Analisis Deskriptif Skala Kecemasan menjelang Ujian Nasional
Analisis Korelasi
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Untuk perhitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS Versi 17.0 for windows. Dari hasil output korelasi diketahui bahwa korelasi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru matematika dengan kecemasan menjelang UN, dengan nilai r = -0,037, dengan nilai signifikan sebesar 0,861 (p > 0,05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru matematika dengan kecemasan siswa menghadapi ujian nasional. Untuk mendukung bahwa kedua variabel tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi bisa melihat hasil scatter plot pada lampiran 5, dari hasil tersebut tampak penyebaran butir-butir tidak merata dan cenderung ada di tengah.
PEMBAHASAN
rendahnya tingkat kecemasan siswa menjelang ujian nasional. Berkaitan dengan hasil penelitian terdahulu, penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Ayuningtyas (2009), yang mengatakan bahwa ada hubungan yang negatif antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dengan kecemasan menghadapi ujian nasional.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada lampiran 4 untuk skala persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru matematika diperoleh mean sebesar 58,68 yang memiliki persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru matematika yang berada pada kategorisasi tinggi. Hal ini berarti bahwa pada saat penelitian dilakukan, siswa mempersepsikan kompetensi pedagogik guru matematika secara positif terutama dalam hal memahami karakteristik siswa dari berbagai aspek.
kognisi dan afeksi. Hal tersebut didukung dengan jumlah skor total yang tinggi yaitu pada aitem pernyataan nomor 14 yang menyebutkan guru matematika saya memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk bertanya, mempraktekkan, dan berinteraksi dengan peserta didik lain, sehingga siswa dan guru dapat mempertahankan persepsi yang positif. Siswa yang memiliki kognisi yang positif, didukung dengan adanya afeksi yang positif terhadap kompetensi pedagogik guru matematika.. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Schiffman (dalam Sukmana, 2003) yang menyebutkan bahwa persepsi individu tidak hanya didasarkan pada ingatan tentang masa lalu dan kemampuan menghubungkan pengalaman masa sekarang dengan pengalaman masa lalu (proses kognisi) saja, tetapi melibatkan unsur perasaan juga (afeksi). Dengan demikian, siswa-siswi akan timbul kepercayaan (kognisi) dan kenyamanan (afeksi) terhadap kompetensi pedagogik yang dimiliki guru matematika.
kelas maupun di luar kelas, akan membuat siswa lebih bisa membuka diri kepada guru matematika atas segala kondisi dan kesulitan serta permasalahan yang dihadapi dan dirasakan siswa dalam menghadapi berbagai tantangan belajar, salah satunya adalah untuk menghadapi Ujian Nasional (UN).
Berdasarkan pada kategorisasi persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru matematika terdapat 1 siswa pada kategorisasi sangat rendah. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa siswa menilai komptensi pedagogik yang dimiliki guru matematika terutama dalam memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah nilai skor aitem pernyataan nomor 11 yang menyebutkan guru matematika saya tidak bisa memahami gaya belajar yang berbeda pada siswanya. Dengan demikian, guru matematika dapat lebih peka terhadap gaya belajar yang berbeda pada setiap siswa-siswinya sehingga mereka mendapatkan rasa percaya dan kenyamanan dalam belajar mengajar dalam mempersiapkan ujian nasional.
kenyataannya menimbulkan kecemasan dalam diri siswa. Kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN) adalah ketakutan, kekhawatiran, dalam kegelisahan bahwa akan terjadi hal-hal yang tidak diingingkan dalam UN, yang ditunjukkan dengan adanya gejala psikologis, fisiologis, dan mental, yang dirasakan siswa pada saat akan menjelang UN.
Berdasarkan dari hasil kategorisasi skala kecemasan siswa menjelang Ujian Nasional diperoleh mean sebesar 80,12 yang memiliki kecemasan menjelang ujian nasional dalam kategori sedang. Kecemasan siswa menjelang ujian nasional yang berada dalam kategori sedang tersebut, pada kenyataannya justru akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar dalam mempersiapkan ujian nasional. Hal ini sesuai dengan pendapat Elliot, dkk, (1996) yang mengemukakan bahwa tingkat kecemasan yang sedang berpengaruh positif terhadap penampilan belajar siswa, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Sedangkan tingkat kecemasan yang tinggi justru akan mengganggu belajar siswa. Kecemasan dalam kategori sedang yang siswa rasakan akan membantu siswa untuk lebih sungguh-sungguh dalam membekali diri dengan menguasai serta memahami segala materi pelajaran yang akan diujikan dalam ujian nasional terutama pelajaran matematika, sehingga mampu meraih nilai yang bagus dalam ujian nasional khususnya pelajaran matematika.
dalam terciptanya komunikasi yang efektif antara guru dan siswa, yang pada akhirnya akan membentuk sikap yang positif terhadap guru matematika, dengan demikian dapat memperlancar jalannya proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Syah (2003), yang mengatakan bahwa sikap siswa yang positif terhadap guru merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajarnya.
memiliki kesiapan dan kecemasan yang dirasakan oleh siswa menjelang Ujian Nasional (UN) dapat di minimalisir.
Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru matematika dengan kecemasan siswa menjelang ujian nasional. Hal ini disebabkan bahwa persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru matematika dengan kecemasan siswa menjelang ujian nasional tidak selalu dipengaruhi oleh tinggi rendahnya siswa menilai kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh gurunya khususnya guru matematika, tetapi bisa disebabkan oleh faktor dalam diri siswa misalnya siswa tersebut memang sudah siap untuk menghadapi ujian nasional, faktor lingkungan misalnya sebagian besar siswa mengikuti bimbingan belajar terutama mata pelajaran matematika dan membuat kelompok belajar bersama.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Saran
1. Bagi siswa, dari hasil penelitian ini dapat menjadi masukan kepada siswa agar mereka dapat menjaga persepsi yang positif terhadap kompetensi pedagogik guru matematika. 2. Bagi guru dan sekolah, Untuk pihak sekolah disarankan
dapat mempertahankan persepsi yang positif terhadap kompetensi guru yang dimiliki guru terutama kompetensi pedagogik guru matematika.
3. Bagi peneliti selanjutnya, bagi peneliti selanjutnya dan akan mengambil topik yang sama, disarankan :
a. Peneliti dalam melakukan penelitian dapat menggunakan populasi yang lebih luas dan lebih banyak responden. b. Sebelum pengambilan data peneliti harus mencari
sekolah–sekolah sejak jauh-jauh hari agar mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian.
c. Mengingat peneliti dalam pengambilan data 1 bulan sebelum ujian nasional. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dalam pengambilan data di waktu yang berdekatan dengan ujian nasional yaitu 1 minggu atau 2 hari sebelum ujian nasional sehingga dapat mengetahui kecemasan siswa-siswi menjelang Ujian Nasional (UN). d. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat meneliti
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H. (2005). Kamus besar bahasa indonesia. (Edisi ke tiga). Jakarta: Balai Pustaka
Ayuningtyas, R. P. (2009). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kompetensi Guru Dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN) Pada Siswa Kelas IX SMP N 1 Semarang. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
Azwar, S. (1999). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Damanik. (2006). UN da n standar kelulusan. www.hariansib.com Dariyo, A. 2007. Psikologi perkembangan anak tiga tahun
pertama. Bandung: PT Refika Aditama
Dewi, Y.M. (2006). Hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) pada siswa SMA Negeri 4 Surakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana
Elliot, S. N., Kratochwill, T. R., Litllefield, J., & Travers, J. F. (1996). Educational psychology. 2nd Ed. Madition : Brownand Benchmark Company
Hyman, B.M and Cherry Pedrick. (2012). Anxiety disorder. Minneapollis: USA Today
Julianti, F. F. (2005). Psikologi abnormal klinis dewasa. Jakarta: UI Press
Meichati, S. (1983). Kesehatan mental. Yogyakarta: Andi Offset Nasution, S. (1987). Berbagai pendekatan dalam proses belajar
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. 2008. Bandung:
Yrama Widya
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 74 Tahun 2008
tentang Guru. 2009. Bandung: Nuansa Aulia
Peraturan Menteri P endidikan Nasional Nomor 78 Tahun 2008 tentang Ujian Nasional SMP/MTs/SMPLB, SMALB, dan
SMK Tahun Pelajaran 2008/2009. 2008. Jakarta: Depdiknas
Santrock, J. W. (2007). Psikologi pendidikan. Edisi Kedua. Cetakan 1. Alih bahasa: Tri Wibowo B. S. Jakarta: Kencana Sugiyono. (2006). Statistik untuk penelitian. (cetakan
kesesembilan). Bandung: CV Alfabeta
Sugiyono. (2012). Statistik untuk penelitian. (cetakan 20). Bandung : CV Alfabeta
Sukmadinata, N. S. (2003). Landasan psikologi proses
pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sukmana, O. (2003). Dasar-dasar psikologi lingkungan. Malang: UMM Press
Supratiknya. (1995). Komunikasi antar pribadi. Yogyakarta: Kanisius
Syah, M. (2003). Psikologi belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Walgito, B. (1992). Penganrat psikologi umum. Yogjakarta: Andi Offset
Walgito, B. (1997). P engantar psikologi umum. (cetakan kelima). Yogyakarta: Andi Offset
Williams, S. (1997). Mananging preasurre for performance. (terjemahan oleh Suwardi). Jakarta: Gramedia Pustaka Umum