• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI VARIASI BAKTERI PADA NASAL KANUL DI RUANG ICU RSUD UNDATA TAHUN 2015 | Pertiwi | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 8018 26353 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI VARIASI BAKTERI PADA NASAL KANUL DI RUANG ICU RSUD UNDATA TAHUN 2015 | Pertiwi | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 8018 26353 1 PB"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

46 Bulan P. Pertiwi & M.Sabir, Identifikasi variasi bakteri ...

IDENTIFIKASI VARIASI BAKTERI PADA NASAL KANUL DI

RUANG ICU RSUD UNDATA TAHUN 2015

Bulan Putri Pertiwi*, M. Sabir**,

* Mahasiswa Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako

** Wakil Dekan Bidang Akademik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako

ABSTRAK

Latar Belakang. Infeksi oleh populasi kuman rumah sakit terhadap seorang pasien

yang secara fisik sudah lemah sulit terhindari. Rumah sakit adalah tempat yang rentan terjadinya infeksi nosokomial. Intensive Care Units (ICU) merupakan area dengan risiko besar untuk terjadinya infeksi nosokomial. Penggunaan nasal kanul merupakan salah satu terapi oksigen yang sering digunakan di ruang ICU dan berpotensi sebagai media penyebaran infeksi nosokomial.

Tujuan. Untuk mengidentikasi variasi bakteri pada nasal kanul di Ruang ICU RSUD Undata tahun 2015.

Metode. Penelitian ini bersifat observasional deskriptif, pengumpulan data diambil

secara langsung dari pasien di Ruang ICU, kemudian dilakukan isolasi dan identifikasi bakteri di laboratorium dengan jumlah sampel sebanyak 22 pasien, sampel diambil dengan teknik consecutive sampling. Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder dari RSUD Undata Palu tahun 2015 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.

Hasil. Dari 22 pasien diperoleh sebanyak 95,45% ada pertumbuhan bakteri dan

4,55% tidak ada pertumbuhan bakteri. Untuk variasi bakteri yang didapatkan yaitu

Staphylococcus aureus 22,72%, Micrococcus varians 22,72%, Staphylococcus epidermidis 13,63%, Eschericia coli 9,09%, Klebsiella pneumonia 9,09%,

Streptococcus sp. 4,55%, Enterobacter sp. 4,55%, Bacillus sp. 4,55%, Serratia sp.

4,55% dan tidak ada bakteri 4,55%.

Kesimpulan. Penggunaan nasal kanul terdapat berbagai variasi pertumbuhan bakteri.

(2)

47 Bulan P. Pertiwi & M.Sabir, Identifikasi variasi bakteri ...

ABSTRACT

Background. Infection by bacteria populations hospital on a patient who is physically weakened difficult averted. The hospital is a vulnerable place nosocomial infection. Intensive Care Units (ICU) is an area with a great risk for nosocomial infection. Use of nasal cannula oxygen therapy is one that is commonly used in the ICU and has potential as a medium for spreading nosocomial infections.

Purpose. To identify the bacteria in the nasal cannula variations in ICU Hospital Undata in 2015.

Method. This study was an observational descriptive study, collecting data taken directly from the patient in the ICU, and then carried out the isolation and identification of bacteria in the laboratory with a total sample of 22 patients, samples were taken with consecutive sampling technique. This research uses primary and secondary data sources from hospitals Undata Palu in 2015 that met inclusion and exclusion criteria.

Results. Of the 22 patients there were obtained as 95.45% bacterial growth and 4.55% no growth of bacteria. For a variety of bacteria such as Staphylococcus aureus obtained 22.72%, Micrococcus varians 22.72%, Staphylococcus epidermidis 13.63%, Escherichia coli 9.09%, Klebsiella pneumonia 9.09%, Streptococcus sp. 4.55%, Enterobacter sp. 4.55%, Bacillus sp. 4.55%, Serratia sp. 4.55% and no bacteria 4.55%.

Conclusion. Use of nasal cannula there are many variations of bacterial growth.

Keywords. Bacteria, Nasal cannula, ICU, Nosocomial Infection.

PENDAHULUAN

Infeksi oleh populasi kuman rumah sakit terhadap seorang pasien yang secara fisik sudah lemah sulit terhindari. Lingkungan rumah sakit harus diusahakan agar sebersih dan sesteril mungkin. Hal tersebut tidak selalu bisa sepenuhnya terlaksana, karenanya tidak mungkin infeksi rumah sakit ini bisa diberantas secara total. Untuk mengetahui bahwa

telah terjadi infeksi nosokomial yang amat penting untuk kepentingan surveillance

(3)

48 Bulan P. Pertiwi & M.Sabir, Identifikasi variasi bakteri ... Rumah sakit adalah tempat yang

rentan terjadinya infeksi nosokomial, akibat kurangnya kesadaran terhadap pemeliharaan kebersihan.[2] Pada suatu rumah sakit yang mempunyai ruang

Intensive Care Units (ICU), angka (rate) infeksi nosokomialnya lebih tinggi dibanding yang tidak mempunyai ruang

Intensive Care Units (ICU). Kejadian infeksi nosokomial juga lebih tinggi di rumah sakit pendidikan oleh karena lebih banyak dilakukan tindakan pemeriksaan (diagnostik) dan pengobatan yang bersifat invasif.[1]

Pemenuhan kebutuhan oksigen adalah bagian dari kebutuhan fisiologis menurut Hirarki Maslow masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Pemberian kebutuhan oksigen dalam pelayanan kesehatan dan perawatan pasien dapat dilakukan dengan cara menggunakan nasal kanul.[3]

Bakteri adalah mikroorganisme

bersel tunggal tidak berinti yang dilengkapi oleh semua perangkat yang

esensial untuk kelangsungan hidup dan reproduksinya. Bakteri patogen yang

menginvasi tubuh menyebabkan kerusakan jaringan dan menimbulkan penyakit terutama dengan mengeluarkan enzim atau toksin yang secara fisik mencederai atau mengganggu fungsi sel dan organ tubuh.[4]

METODE

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional deskriptif.

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Undata Palu dan Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Februari sampai April 2015. Populasi penelitian ini adalah pasien yang dirawat di Ruang ICU RSUD Undata yang menggunakan nasal kanul. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode consecutive sampling. Dalam penelitian ini pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 22 sampel.

(4)

49 Bulan P. Pertiwi & M.Sabir, Identifikasi variasi bakteri ...

menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari pengambilan usapan pada pasien yang menggunakan nasal kanul dan data sekunder mengenai jumlah pasien yang dirawat di Ruang ICU RSUD Undata tahun 2015. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan melihat pertumbuhan kuman pada nasal kanul di Ruang ICU RSUD Undata. Hasil penelitian diolah dan disajikan dalam tabulasi data dan gambaran grafik.

HASIL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Hasil Kultur Sampel

Sumber : Data Primer, 2015.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 22 sampel, dimana 21 sampel terdapat pertumbuhan bakteri (95,45%) dan 1 sampel yang tidak terdapat

pertumbuhan bakteri (4,55%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variasi Bakteri

Sumber : Data Primer, 2015.

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa dari 22 sampel, variasi bakteri yang didapatkan 5 sampel untuk

Micrococcus varians (22,72%), 5 sampel untuk Staphylococcus aureus (22,72%), 3 sampel untuk Staphylococcus epidermidis

(13,63%), 2 sampel untuk Klebsiella pneumonia (9,09%), 2 sampel untuk

Eschericia coli (9,09%), 1 sampel untuk

Streptococcus sp. (4,55%), 1 sampel untuk

(5)

50 Bulan P. Pertiwi & M.Sabir, Identifikasi variasi bakteri ...

Enterobacter sp. (4,55%),. dan 1 sampel untuk Serratia sp. (4,55%). Adapun dari hasil kultur terdapat 1 sampel yang tidak terjadi pertumbuhan bakteri (4,55%).

Pada penelitian ini, kendala utama yang dihadapi oleh peneliti adalah

kesulitan dalam hal mendapatkan sampel penelitian. Pasien yang di rawat di Ruang ICU sangat bergantung pada tingkat keparahan penyakitnya, semakin parah penyakit yang diderita, penggunaan alat bantu napas seperti oksigen bervariasi (pasien tidak hanya menggunakan nasal kanul, tetapi menggunakan sunkup/masker oksigen). Selain itu, kriteria sampel yang diambil harus memenuhi kriteria minimal 2 hari perawatan dengan nasal kanul.

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang ICU RSUD Undata Palu dan Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah sejak tanggal 16 Februari hingga 15 April 2015. Penelitian

ini bertujuan untuk mengidentifikasi variasi bakteri pada nasal kanul di Ruang

ICU RSUD Undata tahun 2015.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 22 sampel yang didapatkan pada penelitian terdapat 21 sampel yang menunjukkan adanya bakteri pada penggunaan nasal kanul di Ruang ICU RSUD Undata. Hal ini menunjukkan

bahwa pada penggunaan nasal kanul terdapat begitu banyak bakteri patogen yang bisa saja menyebabkan infeksi nosokomial terlebih di Ruang ICU.

Hasil identifikasi bakteri dari uji biokimia menunjukkan berbagai variasi bakteri pada nasal kanul di Ruang ICU RSUD Undata yaitu Staphylococcus

aureus, Micrococcus varians,

Staphylococcus epidermidis, Klebsiella pneumonia, Eschericia coli, Streptococcus sp., Bacillus sp., Enterobacter sp. dan

Serratia sp.. Adanya bakteri pada nasal kanul menunjukkan adanya faktor risiko terjadinya infeksi nosokomial, mengingat kondisi pasien yang dirawat di ruangan tersebut rentan terjadinya infeksi karena sistem imun yang lemah.

Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan

(6)

51 Bulan P. Pertiwi & M.Sabir, Identifikasi variasi bakteri ... merupakan flora normal saluran nafas

pada manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara bersifat patogen invasif sehingga apabila bakteri tersebut masuk melalui saluran pernafasan dapat menyebabkan pneumonia pada infeksi primer ataupun

sekunder. Jika Staphylococcus aureus

menyebar luas dalam darah dapat menyebabkan infeksi paru.[5]

Bakteri terbanyak berikutnya adalah Micrococcus varians. Micrococcus varians adalah bakteri saprofit yang dapat mengkontaminasi kulit, mukosa dan juga oropharynx. Micrococcus varians dapat menyebabkan bacteremia yang selanjutnya dapat menyebabkan berbagai macam penyakit infeksi seperti abses intracranial, artritis septik, pneumonia, endocarditis dan meningitis.[5]

Selain Staphylococcus aureus dan

Micrococcus varians, juga ditemukan bakteri gram positif lainnya yaitu

Streptococcus sp.. Bakteri Streptococcus sp. normalnya terdapat di saluran nafas sekitar 5-40%. Apabila bakteri ini terdapat di nasal kanul dan daya tahan tubuh

pejamu abnormal, bakteri tersebut akan masuk ke saluran pernafasan sehingga

dapat menyebabkan pneumonia, sinusitis, dan bronchitis.[5]

Selain itu terdapat bakteri gram positif Staphylococcus epidermidis. Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit, saluran napas, dan saluran cerna

manusia. Bakteri ini pada keadaan oportunistik dapat menyebabkan penyakit pada orang dengan fungsi imun yang terganggu, seperti infeksi paru, endocarditis dan meningitis.[5]

Bakteri gram negatif lainnya yang ditemukan adalah Enterobacter sp. dan

Eschericia coli. Bakteri ini merupakan flora normal usus. Kehadiran bakteri tersebut ditemukan di nasal kanul bersifat sementara. Bakteri tersebut bersifat patogen di udara. Apabila melebihi batas angka kuman, bakteri itu dapat masuk ke saluran nafas kemudian beredar dalam darah sehingga menyebabkan meningitis. Adanya Enterobacter sp. dan Eschericia coli di nasal kanul terkait dengan penyebaran melalui udara terkait dengan

kotoran manusia yang terbawa oleh aliran udara. Terpaparnya bakteri-bakteri

(7)

52 Bulan P. Pertiwi & M.Sabir, Identifikasi variasi bakteri ... udara saat petugas medis sedang

membersihkan pasien dalam ruang ICU yang merupakan ruangan perawatan khusus dimana pasien yang dirawat di ruangan ini memiliki posisi tempat tidur yang sangat berdekatan antar setiap

pasien.[5]

Jenis bakteri gram negatif lain yang mengkontaminasi udara dan dapat menyebabkan bahaya pada saluran pernafasan adalah Klebsiella pneumonia.

Bakteri Klebsiella pneumonia banyak ditemukan di mulut, kulit, saluran usus, dan udara namun habitat alami dari bakteri ini adalah di tanah. Bakteri ini terdapat dalam saluran nafas sekitar 5% dari orang normal. Apabila bakteri ini lebih dari normal pada udara dan terhirup melalui saluran pernafasan, maka dapat menimbulkan pneumonia dan bronkopneumoniae.[5]

Bakteri Bacillus sp. merupakan bakteri gram positif batang yang tumbuhnya dapat secara aerob maupun

fakultatif anaerob. Bacillus dapat menimbulkan penyakit anthrax pada kulit,

paru-paru dan saluran pencernaan berupa pembengkakan limpa.[5]

Bakteri lainnya yaitu Serratia sp.. Bakteri ini merupakan coccobacil gram negatif. Serratia sp. adalah patogen oportunistik yang umum pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Serratia sp. menyebabkan pneumonia, bakteremia dan

endocarditis.[5]

Bakteri yang ditemukan hampir sama dengan bakteri yang ditemukan oleh Imaniar pada tahun 2013 yang melakukan penelitian tentang kualitas mikrobiologi udara di inkubator unit peritanologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Terdapat 9 jenis bakteri yang ditemukan oleh Imaniar, yaitu Neisseria sp.,

Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, E.coli, Shigella sp., Salmonella sp., E. aerogenes.,

P.aeruginosa., dan Klebsiella

pneumonia.[6] Namun yang membedakan

adalah didapatkannya bakteri

Micrococcus varians yang merupakan bakteri terbanyak pada nasal kanul. Selain

(8)

53 Bulan P. Pertiwi & M.Sabir, Identifikasi variasi bakteri ... penelitian dilakukan oleh Abubakar tahun

2009 bahwa pada penggunaan oksigen aliran yang rendah dapat memudahkan terjadinya pertumbuhan bakteri seperti

Pseudomonas maltophilia, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumonia, Staphylococcus epidermidis, Enterobacter agglomerans, Serratia dan Bacillus.[7]

Berdasarkan penelitian ini adanya bakteri pada penggunaan nasal kanul dapat menyebabkan infeksi nosokomial khususnya di ruang ICU. Bila daya tahan tubuh lemah maka bakteri-bakteri tersebut yang tadinya tidak bersifat patogen dapat menimbulkan penyakit atau bersifat oportunis. Dengan diketahuinya bakteri pada nasal kanul di ruang ICU, maka perlu dilakukan upaya pencegahan infeksi karena pada umumnya pasien yang dirawat mempunyai daya tahan tubuh lemah sehingga sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu perlu upaya pencegahan yang melibatkan seluruh tenaga medis untuk menjaga kesterilan

dari alat nasal kanul yang digunakan oleh pasien. Membuat kondisi steril pada nasal

kanul sangat penting karena terapi oksigen merupakan sistem tertutup sehingga

memungkinkan bakteri masuk melalui selang oksigen yang merupakan ujung yang terbuka.

Pemakaian nasal kanul yang lebih dari 48 jam sebaiknya tidak dilakukan, mengingat bahwa potensi tumbuhnya

bakteri pada alat ini sangat besar apabila digunakan lebih dari 48 jam. Desinfeksi menjadi sangat penting dilakukan untuk mencegah penularan infeksi nosokomial khususnya di ruang ICU.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa, penggunaan nasal kanul terdapat berbagai variasi pertumbuhan bakteri diantaranya bakteri

Staphylococcus aureus, Micrococcus varians, Staphylococcus epidermidis,

Eschericia coli, Klebsiella pneumonia,

Streptococcus sp., Enterobacter sp.,

Bacillus sp. dan Serratia sp..

SARAN

(9)

54 Bulan P. Pertiwi & M.Sabir, Identifikasi variasi bakteri ... mengenai variasi bakteri di Ruang

ICU, dengan variabel seperti membandingkan berbagai macam alat bantuan oksigen yang ada di Ruang ICU.

2. Bagi rumah sakit sebaiknya dilakukan

desinfeksi kembali pada nasal kanul yang akan digunakan oleh pasien setiap 48 jam perawatan, karena apabila kanul tersebut digunakan lebih dari 48 jam perawatan akan menyebabkan pertumbuhan bakteri patogen yang apabila dalam keadaan oportunistik dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo, dkk., (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Interna Publishing: Jakarta. p: 2906-2907.

2. Akbar, T., (2012). Identifikasi Kuman Legionella pada Filter AC (Air Conditioner) di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Karya Tulis Ilmiah Program Studi Analisis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wiyata Husada: Samarinda.

3. Widayanti, D.M., Patmi, A.S., Sulaidah, D., (2009). Studi Tingkat

Kepatuhan Perawat dalam

Pemberian Oksigen Melalui Nasal

Kanul Sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) Oksigenasi di Ruang Rawat Inap Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Jurnal Ilmiah Keperawatan Vol. 1 No.1 ISSN 2085-3742. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah: Surabaya. 4. Sherwood, L., (2011). Fisiologi

Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 6. EGC: Jakarta. p: 447-448.

5. Jawets, Melnick, Adelberg, (2007).

Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. EGC: Jakarta. p: 204-257.

6. Imaniar E., Ety Apriliana, Prambudi Rukmono, (2013). Kualitas Mikrobiologi Udara di Inkubator Unit Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Abdul Moeloek

Bandar Lampung. MAJORITY

(Medical Journal of Lampung University); ISSN 2337-3776. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Gambar

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variasi Bakteri

Referensi

Dokumen terkait

Nilai koefisien serap bunyi rata-rata dari beberapa jenis tongkol jagung yang telah dibuat papan partikel dapat dilihat pada Gambar 3.. Gambar 3.Rerata nilai koefisien

diri merupakan tindakan yang dilakukan oleh individu untuk mengontrol variabel-. variabel luar yang dapat menentukan berbagai tingkah

pendekatan tematikal analisis adalah untuk mengindentifikasi gambaran pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi dengan kualitas hidupnya. Penelitian ini telah

Hanya yang menjadi permasalahan adalah mengenai data yang akurat tentang kondisi harta yang dimiliki seseorang. Si pemilik tentu berpikir bahwa harta tersebut merupakan miliknya

Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pengawasan kerja sesuai dengan hasil penelitian adalah penetapan standar kerja yang masih belum terlaksana dengan baik disebabkan

Sedangkan pada urat kalsit memiliki nilai (Th), (Tm) serta salinitas relatif paling kecil dari semua tipe urat yang ditemukan dilokasi penelitian (urat generasi ke- 3), merupakan

Hubungan Kecanduan Game Online Mobile Legend terhadap Interaksi Sosial Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Malang Hasil analisa dengan mengunakan analisa korelasi product moment

ANALISIS PENGARUH CAR, LDR, NIM, NPL, BOPO, DAN DPK TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN (Studi Kasus pada Bank Umum Yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode