TUGAS AKHIR APLIKASI KOMPUTER
PENGKAJIAN DAN MONITORING PELAKSANAAN PENYEHATAN PERBANKAN
OLEH:
NAMA : MAHENDRI W.K
NIM : 08620306
KELAS : AKUNTANSI (III F)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
Abstraksi
•Kajian ini bertujuan memberi masukan untuk menyempurnakan kebijaksanaan penyehatan perbankan nasional, melalui, pertama, menelaah kinerja bank-bank rekap dalam melaksanakan kebijakan, termasuk ki nerja bank yang berhubungan dengan fungsi
•intermediasi keuangan. Kedua, mengevaluasi berbagai kebijakan, regulasi, dan peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan penyehatan perbankan. Ketiga, mengevaluasi kebijakan makro ekonomi yang terkait deng an pertumbuhan sektor riil.
•Dari penelahaan tersebut dapat disimpulkan: (1) kebijakan rekapitalisasi telah membantu bank sehingga dapat beroperasi secara normal; (2) fungsi intermediasi perbankan telah meningkat; (3) rendahnya penyera pan kredit diduga menjadi penyebab perbankan masih memfokuskan diri pada manajemen portofolio non k redit; (4) peningkatan kredit yang kini berlangsung perlu dilakukan secara berhati-hati; (5) terdapa perkemb angan di sisi sector riil berupa laju pertumbuhan investasi secara makro jauh lebih rendah dibandingkan pra krisis dan utilisasi kapasitas yang terpasang juga rendah.
•Menghadapi kenyataan seperti yang dijelaskan di atas, rekomendasi dari kajian ini adalah perlu pembenahan sektor riil secara menyeluruh. Langkah ini dimulai dengan
pelaksanaan sungguh-sungguh Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2003 tentang Paket Kebijakan Ekonomi
BAB I
Pendahuluan
1.1 LATAR BELAKANG
• Restrukturisasi dan rekapitalisasi perbankan serta perusahaan sudah berjalan lima tahun, tetapi fungsi
perbankan sebagai intermediasi keuangan dirasakan belum juga berjalan normal. Timbullah pertanyaan, apakah kebijakan perbankan yang dilaksanakan sudah memadai, atau perlu penyesuaian, sehingga kebija kan di sektor tersebut, secara khusus mampu mendukung terciptanya sektor perbankan yang sehat, dan secara umum dapat mewujudkan good corporate governance.
• Untuk mengembalikan perbankan ke koridor yang benar, yaitu lembaga intermediasi keuangan,
pemerintah telah mengeluarkan kebijakan bersifat nasional. Beberapa kebijakan khusus diterbitkan untu k menyelamatkan perbankan, seperti penerbitan obligasi pemerintah untuk program rekapitalisasi (reka p), program penjaminan dan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), serta pemberian kredit program. Berkaitan dengan kebijaksanaan penerbitan obligasi rekap, sikap pemerintah hingga saat ini masih konsis ten, yaitu melanjutkan rencana pengamanan perbankan nasional dan menjaga kepercayaan pasar terhad ap pemerintah sebagai penerbit obligasi.
• Pada satu sisi, kebijakan perbankan telah memberi kebebasan kepada pelaku perbankan untuk
• Kebijakan penyehatan perbankan memerlukan biaya cukup besar, sehingga hilanglah kesempatan
--atau setidak-tidaknya tertunda-- rencana pembiayaan program-program pembangunan lain yang me rupakan prioritas. Sebagai contoh, alokasi dana yang seharusnya untuk pembangunan sarana publik, digunakan untuk membayar beban obligasi rekapitalisasi. Tetapi tujuan penyuntikan dana tersebut b elum sesuai dengan yang diharapkan, yaitu perbankan dapat mendorong tumbuhnya sektor riil melal ui fungsinya sebagai intermediasi keuangan.
• Proses pemulihan intermediasi perbankan yang belum berjalan normal ditandai oleh masih
rendahnya pertumbuhan kredit. Hal ini disebabkan oleh: (1) terbatasnya debitur potensial, sehingga sebagian penyaluran kredit baru hanya diberikan dalam bentuk kredit menengah dan kecil untuk tuj uan konsumsi; (2) perbankan menilai resiko usaha masih tinggi dan komitmen kredit belum disalurka n secara optimal, lantaran belum didukung iklim usaha yang kondusif; (3) beberapa bank rekapitalisa si yang masih mengalami masalah likuiditas menghadapi kesulitan menjual obligasi rekap, sebab pas ar sekunder obligasi pemerintah belum berkembang; (4) beberapa bank masih menghadapi kesulitan memenuhi ketentuan Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) .
• Turunnya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sejak awal tahun 2002 belum diikuti perubahan
1.2 RUMUSAN MASALAH
•
Permasalahan yang dapat diangkat dalam
penilitian ini adalah sebagai berikut
•
Bagaimana cara menelaah kinerja bank-bank
rekap dan melaksanakan kebijakan.
•
Mengevaluasi berbagai kebijakan, regulasi,
dan peraturan pelaksanaan.
•
Mengevaluasi kebijakan makro ekonomi yang
1.3 TUJUAN
•
Tujuan khusus studi ini meliputi: (1) penelaahan kondisi fungsi intermediasi
•
keuangan perbankan nasional, setelah hampir lima tahun kebijakan
penyehatan perbankan nasional dilakukan; (2) penelaahan atas faktor-faktor p
enghambat fungsi intermediasi keuangan perbankan, yang meliputi kinerja pe
rbankan penerima obligasi rekap, kondisi sektor riil, dan peraturan dan perun
dang-undangan yang terkait dengan fungsi intermediasi keuangan perbankan.
Penelaahan kinerja perbankan yang menerima obligasi rekap meliputi 10 bank
besar penerima obligasi rekapitalisasi pemerintah.
•
Kondisi fungsi intermediasi keuangan dianalisis menggunakan data-data
BAB II
LANDASAN TEORI
3. METODOLOGI
3.1 KERANGKA ANALISIS
Secara teoritis, fungsi intermediasi keuangan perbankan tidak lepas dari kinerja
perbankan pada sisi manajemen portfolio kredit dan non-kredit, perkembangan sekto
r riil, serta peraturan dan regulasi perbankan. Analisa manajemen perbankan meliputi
: analisa penghimpunan dana; analisa penyaluran dana, termasuk analisa portfolio kr
edit dan nonkredit; dan analisa kinerja bank, termasuk analisa aktiva produktif, analis
a rentabilitas, dan likuiditas.
Akibat krisis ekonomi dan keuangan yang berkepanjangan, terjadi kerusakan
BAB III
ANALISIS DATA
3.1 DATA
Berdasarkan pengumpulan data diketahui bahwa,
Secara keseluruhan, sebagian besar bank,
Tabel 1.
Indikator Kinerja Perbankan Indikator Kinerja
(Rp Triliun)
Indikator Tahun
1998 1999 2000 2001 2002 2003
Aset 895,7 1,006,7 1,030,5 1,099,7 1,112,2 1,142,2
Dana Pihak Ketiga 625,3 617,6 699,1 797,4 835,8 875,4
CAR (%) -15,7 -8,1 12,5 20,5 22,5 20,7
Modal -129,8 -41,2 53,5 62,3 93 105,9
Laba/Rugi Sebelum
Pajak -178,6 -75,4 10,5 13,1 21,9 23,7
Net Interest Income -61,2 -38,6 22,8 37,8 42,9 46,3
NPL gross (%) 48,6 32,8 18,8 12,1 8,3 8,1
NPL net (%) 34,7 7,3 5,8 3,6 2,9 1,8
Kredit 545,5 277,3 320,4 358,6 410,3 475,7
BAB IV
PENUTUP
4. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 KESIMPULAN
1. Kebijakan Rekap telah membantu bank sehingga dapat beroperasi secara normal dengan
mengembalikan posisi neraca bank dan mengatasi cash flow dalam operasional perbankan. Dengan demikian bank menjadi feasible mengelola ekuitasnya (mencari dana sendiri) yang berbentuk obliga si subordinasi dan saham serta dapat meningkatkan ROE dan ROA.
2. Fungsi intermediasi perbankan telah meningkat, seperti ditunjukkan dengan meningkatnya kredit baru dan laju pertumbuhan kredit yang mendekati masa sebelum krisis. Tetapi fungsi intermediasi tersebut masih belum optimal, seperti tercermin pada penyerapan kredit (disbursement) yang jauh lebih rendah dan persetujuan kredit (approval). Di samping itu, peningkatan kredit investasi sangat l ambat dibanding dengan peningkatan kredit konsumsi dan modal kerja yang cukup signifikan.
3. Rendahnya penyerapan kredit diduga menjadi penyebab perbankan masih memfokuskan diri pada manajemen portofolio non kredit. Tinjauan terhadap 10 bank menunjukkan menurunnya porsi obligasi pemerintah (sementara jumlah obligasi yang dimiliki oleh non perbankan/sub registry) men ingkat, yang mencerminkan keinginan bank untuk menambah likuiditas. Namun, karena dana tidak terserap, maka dialihkan dalam bentuk surat berharga (termasuk SBI).
4.2 REKOMENDASI
1. Berdasarkan kesimpulan seperti diuraikan di atas, masalah utama
intermediasi perbankan terletak pada belum siapnya sektor riil. Oleh kare
na itu, langkah pokok yang perlu diambil di antaranya adalah pembenaha
n sektor riil secara menyeluruh. Langkah ini dimulai dengan pelaksanaan
sungguh-sungguh Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2003 tentang Paket Kebi
jakan Ekonomi Menjelang dan sesudah berakhirnya Program Kerjasama d
engan IMF, terutama upaya-upaya pemerintah membenahi sektor riil sec
ara
menyeluruh, termasuk pembenahan kelembagaannya.
2. Diperlukan perbaikan manajemen kredit di sisi perbankan, sehingga
kredit yang sudah disetujui dapat benar-benar disalurkan tanpa