• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada An.S dengan Morbili di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada An.S dengan Morbili di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar

pada An.S dengan Morbili di Paviliun Badar

Rumah Sakit Islam Cempaka Putih

Jakarta Pusat

Disusun Oleh :

ELLA HERVIANY

2013750016

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2016

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada An.S dengan Morbili di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat”.

Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menemukan banyak kesulitan dan hambatan, tetapi berkat bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dengan selesainya Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, terutama kepada:

1. Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan segalanya kepada penulis. 2. Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan uswah kepada umatnya.

3. Ns.Idriani, M.Kep., Sp.Mat selaku Ka.Prodi Diploma III Keperawatan FIK UMJ. 4. Ns.Titin Sutini, M.Kep., Sp.Kep.An selaku pembimbing dalam penyusunan karya

tulis ilmiah.

5. Ns.Nurhayati, M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku wali akademik angkatan XXXI.

6. Ns.Endah W, S.Kep selaku pembimbing klinik penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah.

(5)

7. Kepala ruangan dan staff perawat terutama Ibu Rahma, Amd.Kep di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Jakarta, beserta An.S dan keluarga selaku sumber data.

8. Seluruh staff pendidikan dan tata usaha DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

9. Orang tua tercinta Ibu Elpi Yuliawati dan Bapak Suroto yang tidak pernah lelah memberikan semangat yang luar biasa kepada penulis.

10.Rekan-rekan angkatan XXXI terutama Niswah, Ardini, Reiza, Susi, Putri, Dina, Dwi Nuraini dan Lala.

11.Musthofa Mursyid yang tidak pernah bosan memberikan penulis semangat dan dukungan serta membantu proses pembuatan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi tenaga keperawatan pada umumnya dan bagi penulis khususnya, sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan di bidang keperawatan.

Wassalammu’alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh

Jakarta, 21 Juni 2016

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penulisan... 4 1. Tujuan Umum... 4 2. Tujuan Khusus... 4 C. Ruang Lingkup... 5 D. Metode Penulisan... 5 E. Sistematika Penulisan... 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kebutuhan Dasar Manusia... 8

B. Konsep Dasar... 11 1. Pengertian... 11 2. Etiologi... 12 3. Patofisiologi... 12 4. Manifestasi Klinik... 14 5. Komplikasi... 14 6. Pencegahan... 16 7. Penatalaksanaan Medis... 17

C. Konsep Tumbuh Kembang... 18

D. Konsep Hospitalisasi... 22

E. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Morbili... 25

1. Pengkajian keperawatan... 25

2. Diagnosa keperawatan... 28

3. Perencanaan keperawatan... 29

4. Implementasi keperawatan... 33

5. Evaluasi keperawatan... 34

BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian keperawatan... 35 B. Diagnosa keperawatan... 41 C. Perencanaan keperawatan... 41 D. Implementasi keperawatan... 46 E. Evaluasi keperawatan... 70 BAB IV PEMBAHASAN

(7)

A. Pengkajian keperawatan... 78 B. Diagnosa keperawatan... 79 C. Perencanaan keperawatan... 81 D. Implementasi keperawatan... 83 E. Evaluasi keperawatan... 84 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 86 B. Saran... 88 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN:

1. DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Morbili (campak) adalah infeksi virus akut, ditandai oleh demam tinggi dan ruam makulopapel yang timbul secara berurutan mulai dari leher, wajah, badan, anggota atas dan bawah (Widagdo, 2012). Penyakit morbili disebabkan oleh virus campak golongan Paramyxovirus. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet (ludah) orang yang telah terinfeksi. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak usia pra sekolah dan usia sekolah (IDAI, 2010).

Berdasarkan data statistik Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dalam buku Rampengan (2007), morbili menduduki urutan ke-5 dari 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%), urutan ke 5 dari 10 macam penyakit utama pada anak 1-4 tahun (0,77%). Penyakit morbili merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di seluruh dunia. Sebanyak 139.300 orang diperkirakan meninggal akibat campak pada tahun 2010 sebagian besar anak dibawah usia lima tahun. Menurut regional and global summaries of measles incidence WHO, angka insidens campak diwilayah South-East Asia/ Asia Tenggara (SEARO) mencapai 75.770 kasus (WHO, 2010).

Pada tahun 2014, Departemen Kesehatan Indonesia melaporkan terdapat 12.943 kasus campak, lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 11.521 kasus. Jumlah kasus meninggal sebanyak 8 kasus, yang dilaporkan dari 5 provinsi yaitu Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kepulauan Riau dan Kalimantan Timur. Menurut Incidence Rate (IR), campak pada Data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014 berdasarkan provinsi di Indonesia khususnya DKI Jakarta, didapatkan data sebanyak 13,43 per 100.000 penduduk. Sedangkan menurut kelompok umur,

(9)

proporsi kasus campak terbesar terdapat pada kelompok umur 5-9 tahun dan kelompok umur 1-4 tahun dengan proporsi masing-masing sebesar 30% dan 27,6%.

Sedangkan data yang diperoleh dari buku register Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat, selama 2 bulan terakhir dari periode April – Mei 2016 didapatkan klien anak yang dirawat dengan kasus morbili berjumlah 14 klien anak. Jumlah kasus morbili berdasarkan usia adalah 0-1 tahun 4 anak (28,58%), usia 1-3 tahun 6 anak (42,86%), usia 4-6 tahun 2 anak (14,28) dan usia 7-12 tahun 2 anak (14,28%).

Berdasarkan data di atas angka kejadian morbili banyak dialami oleh anak usia 1-3 tahun, karena pada usia tersebut kekebalan tubuh anak masih belum berkembang dengan baik sehingga virus morbili dengan mudah dapat tertular dari anak satu ke anak yang lainnya yang sebelumnya menderita penyakit morbili. Angka kejadian morbili dapat diturunkan dengan pemberian imunisasi campak yang diberikan pada usia 9 bulan, namun akibat rendahnya pemberian imunisasi pada usia tersebut dapat meningkatkan angka kejadian morbili pada anak usia 0-12 bulan. Hal ini dimungkinkan karena pemberian imunisasi yang rendah, karena pada periode tersebut merupakan periode dimana anak mendapatkan imunisasi campak dan angka kejadian menurun sesuai bertambahnya usia.

Dengan pemberian satu dosis vaksin campak, insiden campak dapat diturunkan lebih dari 90%. Namun karena campak merupakan penyakit yang sangat menular, masih dapat terjadi wabah pada anak usia todler dan usia sekolah, meskipun 85-90% anak sudah mempunyai imunitas karena kondisi tersebut juga ditunjang dengan adanya gizi buruk dan penurunan daya tahan tubuh yang dapat menyebabkan anak terkena morbili. Sebenarnya untuk anak terkena morbili tidak

(10)

perlu dirawat, namun hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi, seperti radang paru (pneumonia), diare, radang telinga dan radang otak, terutama pada anak bergizi buruk. Masalah keperawatan yang sering terjadi pada anak dengan morbili adalah kurungnya volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan integritas kulit dan tidak efektifnya bersihan jalan nafas. Jika masalah tersebut tidak ditangani secara cepat dan tepat, maka akan menimbulkan masalah yang lebih berat pada anak bahkan akan menimbulkan kematian akibat komplikasi yang diderita anak tersebut.

Upaya untuk mencegah timbulnya masalah tersebut, sebagai perawat menyadari pentingnya memberikan pemenuhan kebutuhan dasar dengan menggunakan pendekatan keperawatan yang dilakukan secara komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual. Upaya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum, perlu adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi tenaga kesehatan, khususnya tenaga perawat, agar dapat melaksanakan pelayanan keperawatan yang profesional yang mencakup upaya peningkatan kesehatan, promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Adapun upaya promotif yang dapat dilakukan oleh perawat dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh dan memberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua, keluarga dan anak tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Upaya preventifnya, dapat dilakukan dengan cara memberikan informasi kepada keluarga pentingnya imunisasi campak pada usia 9 bulan sebagai imunitas di dalam tubuh anak. Upaya kuratif dilakukan dengan cara memberikan terapi antipiretik sebagai cara untuk menurunkan suhu tubuh, juga memberikan terapi cairan karena pada sebagian besar klien morbili akan mengalam diare dan akan terjadi kehilangan volume cairan, serta mengatasi gangguan nutrisi. Upaya yang terakhir sebagai upaya rehabilitatif dengan cara meningkatkan intake cairan,

(11)

nutrisi dan gizi pada anak, dalam upaya memulihkan status kesehatan anak. Semua dilakukan sebagai upaya penulis sebagai calon perawat dalam memenuhi kebutuhan dasar pada klien yang pada hal ini klien anak dengan Morbili yang mencakup pemenuhan kebutuhan dasar fisiologis (oksigenasi, cairan, nutrisi), serta pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman.

Untuk mengaplikasikan tindakan keperawatan dalam hal mengatasi berbagai macam permasalahan pada klien anak dengan Morbili, penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Anak dengan Morbili” di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Cempaka Putih, Jakarta

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum

Setelah melakukan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar selama 3 hari diharapkan penulis mendapatkan gambaran dan pengalaman yang nyata dalam memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada An. S dengan Morbili melalui proses pendekatan keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan pemenuhan kebutuhan dasar melalui proses pendekatan keperawatan diharapkan penulis:

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien Morbili.

b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien anak dengan Morbili.

c. Mampu menentukan rencana asuhan keperawatan pada klien anak dengan Morbili.

d. Mampu melakukan tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada klien anak dengan Morbili.

(12)

e. Mampu melaksanakan evaluasi dari implementasi keperawatan pada klien anak dengan Morbili.

f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus dalam praktek.

g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung maupun penghambat serta dapat mencari solusi atau alternatif pemecahan masalah pada anak dengan Morbili.

h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan Morbili.

C. Ruang Lingkup

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis membatasi lingkup permasalahan yaitu Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar yang diberikan pada An.S dengan Morbili yang di rawat di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Cempaka Putih, Jakarta. Dilakukan mulai tanggal 29 April 2016 sampai dengan 1 Mei 2016.

D. Metode Penulisan

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan Metode Deskriftif, yaitu metode ilmiah yaitu dengan mengumpulkan data, menganalisa dan menarik kesimpulan yang disajikan dalam bentuk narasi.

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara:

1. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan bahan-bahan yang sesuai dengan materi Karya Tulis Ilmiah ini dengan membaca, menelaah, mempelajari dan memahami literature dan sumber-sumber lain.

2. Studi kasus, yaitu dengan mengadakan wawancara dan observasi langsung serta praktek nyata pada klien dibagian anak khususnya ruang isolasi Badar RS.Islam Cempaka Putih, Jakarta.

(13)

E. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah sistematika penulisan laporan kasus ini, disusun menjadi 5 Bab yang terdiri dari:

Bab I: Pendahuluan

Meliputi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II: Tinjauan Teoritis

A. Konsep kebutuhan dasar manusia: kebutuhan fisiologis, kebutuhan nyaman dan aman, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.

B. Konsep dasar terdiri dari: pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi dan penatalaksanaan.

C. Konsep tumbuh kembang D. Konsep hospitalisasi

E. Konsep asuhan keperawatan melaluli pendekatan proses keperawatan meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Bab III: Tinjauan Kasus

Merupakan laporan hasil asuhan keperawatan pada anak dengan morbili yang meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan evaluasi.

Bab IV: Pembahasan

Membahas Kesenjangan yang terjadi antara Bab II dan Bab III meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan evaluasi.

(14)

BAB V: Penutup

Meliputi kesimpulan dan saran

A. Kesimpulan: berisi uraian singkat mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan morbili mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan evaluasi.

B. Saran: berisi tentang usulan-usulan mengenai hal yang harus diperbaiki dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan morbili guna meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

(15)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai konsep kebutuhan dasar manusia dan konsep dasar yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada anak dengan morbili. Adapun uraian tersebut sebagai berikut:

A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting, bermanfaat atau diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Orang pertama yang menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950, Abraham Maslow seorang psikolog dari Amerika mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Hierarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yakni:

1. Kebutuhan fisiologis (Physiologic Needs).

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritis tertinggi dalam hierarki Maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan kebutuhan yang lain. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, yaitu: a. Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas

b. Kebutuhan cairan dan elektrolit c. Kebutuhan nutrisi

d. Kebutuhan eliminasi

e. Kebutuhan istirahat dan tidur f. Kebutuhan aktivitas

(16)

h. Kebutuhan seksual

Kebutuhan seksual tidak diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup seseorang, tetapi penting untuk mempertahankan kelangsungan umat manusia.

2. Kebutuhan rasa aman dan nyaman (Safety and comfortable). Kebutuhan ini meliputi:

a. Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan dan infeksi b. Bebas dari rasa takut dan kecemasan

c. Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau asing

3. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (Love and Belonging Needs). Kebutuhan ini meliputi:

a. Memberi dan menerima kasih sayang

b. Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain c. Kehangatan

d. Persahabatan

e. Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta lingkungan sosial

4. Kebutuhan harga diri (Self-Esteem Needs). Kebutuhan ini meliputi:

a. Perasaan tidak bergantung pada orang lain b. Kompeten

c. Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain

5. Kebutuhan aktualisasi diri (Need for Self Actualization). Kebutuhan ini meliputi:

(17)

b. Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri c. Tidak emosional

d. Mempunyai dedikasi yang tinggi e. Kreatif

f. Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya

Adapun kebutuhan dasar yang terganggu pada anak dengan morbili mencakup: 1) Gangguan Kebutuhan fisiologis

Beberapa kebutuhan fisiologis yang terganggu pada anak dengan morbili adalah, sebagai berikut:

a) Gangguan kebutuhan oksigenasi

Pada anak dengan morbili akan mengalami inflamasi pada seluruh lapisan mukosa tubuhnya. Salah satunya inflamasi akan terjadi pada lapisan mukosa sistem pernafasan. Proses inflamasi pada saluran pernafasan dapat menyebabkan peningkatan produksi sekret, hal ini dapat dimanifestasikan dengan adanya batuk, pilek dan adanya suara ronchi sehingga pada anak dengan morbili akan mengalami tidak efektif bersihan jalan nafas yang berdampak terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada anak dengan morbili.

b) Gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit

Morbili merupakan salah satu penyakit infeksi virus, dimana salah satu tanda dari infeksi adalah terjadinya peningkatan suhu tubuh, sebagai dampak adanya peningkatan metabolisme, hal ini menyebabkan terjadinya kehilangan cairan karena peningkatan IWL. Salah satu komplikasi dari morbili adalah diare, hal tersebut dapat memperparah terjadinya kehilangan cairan yang berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada anak dengan morbili.

(18)

c) Gangguan kebutuhan nutrisi

Bercak koplik pada mulut merupakan salah satu manifestasi dari morbili. Kesulitan makan akan terjadi sebagai akibat dari hal tersebut dimana anak akan merasakan nyeri pada mukosa mulut sehingga akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan nutrisi.

2) Gangguan kebutuhan rasa aman dan nyaman

Beberapa diantara lapisan mukosa tubuh yang terjadi inflamasi adalah sistem persepsi sensori, hal tersebut dapat dimanifestasikan dengan terjadinya konjungtivitis dan fotopobia. Sebagai tanda dari inflamasi pada integritas, anak dengan morbili akan timbul rash/ruam pada seluruh tubuh yang menyebabkan gatal pada bagian kulit tubuh. Maka pada anak dengan morbili akan mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman.

B. Konsep Dasar 1. Pengertian

Morbili ialah penyakit infeksi virus yang akut dan menular yang pada umumnya menyerang anak-anak, ditandai oleh tiga stadium prodromal, stadium erupsi dan stadium konvalensi (Suriadi, 2010).

Morbili adalah virus akut menular yang disebabkan oleh virus morbili (paramiksovirus) yang terdapat pada sekret nasofaring dan darah selama masa prodromal selama 24 jam setelah timbul bercak-bercak (Pudiastuti, 2011).

Morbili (campak) adalah infeksi virus akut, ditandai oleh demam tinggi dan ruam makulopapel yang timbul secara berurutan mulai dari leher, wajah, badan, anggota atas dan bawah (Widagdo, 2012).

(19)

Berdasarkan dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa morbili adalah penyakit infeksi oleh virus yang akut dan menular yang pada umumnya menyerang anak-anak, ditandai oleh tiga stadium yaitu stadium prodromal, stadium erupsi dan stadium konvalensi, dengan gejala-gejala berupa bercak koplik pada mukosa dan faring, ruam ditandai dengan suhu tubuh meningkat, konjungtivitas, sampai dengan ruam menghitam dan mengelupas.

2. Etiologi

Penyakit Campak (morbili) disebabkan oleh infeksi virus yang sangat menular, yaitu paramiksovirus. Virus morbili yang berasal dari sekret saluran pernafasan, darah dan urine dari orang yang terinfeksi. Penyebaran infeksi melalui kontak langsung dengan droplet dari orang yang terinfeksi. Masa inkubasi selama 10-20 hari, dimana periode yang sangat menular adalah dari hari pertama hingga hari ke 4 setelah timbulnya rash (pada umumnya pada stadium kataral) (Pudiastuti 2011 dan Suriadi 2010).

3. Patofisiologi

Lesi esensial campak terdapat di kulit, membran mukosa nasofaring, bronkus dan saluran cerna dan pada konjungtiva yang tersebar oleh virus morbili melalui udara. Proliferasi sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear terjadi sekitar kapiler. Terjadi reaksi inflamasi berupa peningkatan suhu tubuh dan metabolisme tubuh sehingga terjadi resiko defisit volume cairan. Virus morbili menyebar ke berbagai organ melalui hematogen. Reaksi radang menyeluruh berupa bercak koplik berwarna kelabu dikelilingi eritema pada mukosa bukal dan faring. Pada saat reaksi radang pada saluran cerna maka hygiene harus sangat dijaga agar tidak menyebabkan diare pada anak. Reaksi inflamasi akan meluas ke dalam jaringan limfoid dan membrana mukosa trakeobronkial ditandai dengan pilek, batuk serta peningkatan frekuensi nafas. Hal tersebut dapat menjadi komplikasi berupa bronkopneumonia oleh infeksi bakteri sekunder.

(20)

Gangguan rasa nyaman: peningkatan

suhu tubuh

Penyebaran ke berbagai organ melalui hematogen

Virus Morbili

Droplet infection

Eksudat yang serius, proliferasi sel mononukleus, polimorfonukleus

Reaksi inflamasi: demam, suhu naik, metabolisme naik, RR naik, IWL naik

Rash, ruam pada daerah balik telinga, leher, pipi, muka dan

seluruh tubuh, rasa gatal Konjutiva Radang Resiko kurang volume cairan Konjungtivitis Gangguan Persepsi sensori: visual Kulit menonjol sekitar sebasea dan folikel rambut

Eritema membentuk macula papula di kulit normal Gangguan Integritas kulit Gangguan istirahat tidur Saluran nafas: Inflamasi saluran nafas atas: bercak koplik pada mukosa bukalis meluas ke jari trakeobronkial Batuk, Pilek, RR Bronkopneumonia Gangguan pola nafas, Ketidak efektifan bersihan jalan nafas Saluran cerna Terdapat bercak koplik berwarna kelabu dikelilingi eritema pada mukosa bukalis, berhadapan pada molar, platum durum dan mole

Mulut pahit, anoreksia Gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh Hygiene tidak dijaga dan imunitas kurang akan meluas pada

saluran cerna bagian bawah

(usus)

Absorsi turun Diare Defisit volume cairan

BAB terus menerus Gangguan Integritas

kulit

(21)

4. Manifestasi Klinis

Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih 10-20 hari dan kemudian timbul gejala – gejala yang dibagi dalam 3 stadium, yaitu:

a. Stadium prodromal (Catarrhal)

Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam, malaise, batuk, konjungtivitis, koriza, terdapat bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dikelilingi oleh eritema, terletak di mukosa bukalis berhadapan dengan molor bawah, timbul dua hari sebelum munculnya rash. b. Stadium erupsi

Koriza dan batuk – batuk bertambah, terjadi eritema yang berbentuk makula papula disertai meningkatnya suhu badan. Mula mula eritema muncul dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang – kadang terdapat perdarahan ringan di bawah kulit, pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah belakang leher.

c. Stadium konvalensi

Erupsi berkurang dan meninggalkan bekas yang berwarna lebih (hiperpigmentasi) yang akan menghilang dengan sendirinya. Selanjutnya diikuti gejala anorexia, malise, limfadenopati.

5. Komplikasi

Menurut IDAI (2010), komplikasi yang bisa terjadi pada anak dengan morbili adalah, sebagai berikut:

a. Laringitis akut

Timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas, yang bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan distres pernafasan, sesak, sianosis dan stridor. Ketika demam turun keadaan akan membaik dan gejala akan menghilang.

(22)

b. Bronkopneumonia

Dapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri. Ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas dan adanya ronki basah halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akan menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut sampai beberapa hari lagi.

c. Ensefalitis

Biasanya terjadi pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus campak, dengan mortalitas antara 30-40%. Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus campak ke dalam otak.

d. Otitis media

Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang telinga biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus akan terjadi otitis media purulenta.

e. Enteritis

Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret pada fase prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus.

f. Konjungtivitis

Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai dengan adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotopobia. Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus campak atau antigennya dapat dideteksi pada lesi konjungtiva pada hari-hari pertama sakit.

(23)

6. Pencegahan

Menurut Rampengan (2008), morbili dapat dicegah dengan pemberian imunisasi, yang meliputi:

a) Imunisasi aktif

Vaksin yang diberikan ialah “Live Attenuated Measles Vaccine”. Mula-mula diberikan strain Edmonson B, tetapi strain ini dapat menimbulkan panas tinggi dan eksantema pada hari ke-7 sampai ke-10 pascavaksinasi sehingga strain vaksin ini sering diberikan bersama-sama dengan gamma globulin di lengan lain. Sekarang digunakan strain Schwarz dan Moraten dan tidak diberikan bersama gamma globulin. Vaksin ini diberikan secara subkutan dan dapat menimbulkan kekebalan yang berlangsung lama. Di Indonesia, digunakan vaksin buatan perum Biofarma yang terdiri dari virus morbili hidup yang sudah dilarutkan mengandung virus morbili tidak kurang dari 1000 TCID50 dan Neomisin B sulfat tidak lebih dari 50 mikrogram.

Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml pada umur 9 bulan. Pada anak di bawah umur 9 bulan umumnya tidak dapat memberikan kekebalan yang baik, karena gangguan dari antibodi yang dibawa sejak lahir. Pemberian vaksin ini akan menyebabkan alergi terhadap tuberculin selama 2 bulan setelah vaksinasi. Bila anak telah mendapat immunoglobulin atau transfusi darah sebelumnya, vaksin ini harus ditangguhkan sekurang-kurangnya 3 bulan.

Program pemerintah Indonesia menganjurkan pemberian vaksin campak sebanyak 1 dosis pada usia 9 bulan, tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa pemberian vaksin campak dosis ke-2 pada usia 15 bulan (bisa diberikan Measles Mumps Rubella (MMR)) akan memberikan cakupan imunitas lebih dari 90%. Beberapa negara Eropa menganjurkan pemberian vaksin campak 2 dosis dengan dasar pemikiran dosis ke-2 untuk memberikan proteksi bagi

(24)

mereka yang tidak mengalami serokonversi pada imunisasi pertama. Vaksinasi campak tidak boleh dilakukan bila:

1) Menderita infeksi saluran nafas akut atau infeksi akut lainnya yang disertai dengan demam lebih dari 38˚C

2) Riwayar kejang demam 3) Defisiensi imunologik

4) Sedang mendapat pengobatan kortikosteroid dan imunosupresif

Adapun efek samping dari pemberian imunisasi adalah, sebagai berikut: 1) Hiperpireksia (5-15%)

2) Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas (10-20%) 3) Morbili form rash (3-15%)

4) Kejang demam (0,2%)

5) Ensefalitis (1 di antara 1,16 juta anak) 6) Demam (13,95)

b) Imunisasi Pasif 1) Globulin imun

Antibodi kekebalan yang diperoleh hanya bersifat sementara. Biasanya antibodi tersebut diberikan pada bayi usia kurang dari 1 tahun yang terpapar campak, wanita hamil dan anak dengan immunocompromise. 2) Globulin imun intravena

7. Penatalaksanaan Medis

Menurut Rampengan (2008) dan Suriadi (2010), penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada klien dengan morbili adalah, sebagai berikut:

(25)

b. Pemberian vitamin A: <6 bulan : 50.000 IU/hari ≥ 2 hari 6-11 bulan : 100.000 IU/hari ≥ 2 hari > 12 bulan : 200.000 IU/hari ≥ 2 hari c. Istirahat baring selama suhu tubuh meningkat dan pemberian antipiretik. d. Pemberian antibiotik pada anak-anak yang berisiko tinggi atau terdapat

infeksi sekunder. e. Pemberian obat batuk. f. Pemberian sedativum. g. Kortikosteroid dosis tinggi.

C. Konsep Tumbuh Kembang Pada Anak Usia Todler

Menurut Hidayat (2014), pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia todler adalah, sebagai berikut:

1. Pertumbuhan Fisik

Pada masa ini, anak akan mengalami beberapa perlambatan dalam pertumbuhan fisik. Pada tahun kedua, anak hanya mengalami kenaikan berat badan sekitar 1,5-2,5 kg dan penambahan tinggi badan 6-10 cm. Pertumbuhan otak juga akan mengalami perlambatan, kenaikan lingkar kepala hanya 2 cm. Untuk pertumbuhan gigi, terdapat tambahan 8 buah gigi susu, termasuk gigi geraham pertama dan gigi taring, sehingga seluruhnya berjumlah 14-16 buah. Pada usia dua tahun, pertumbuhan fisik berat badan sudah mencapai 4 x berat badan lahir dan tinggi badan sudah mencapai 50 persen tinggi badan orang dewasa. Menginjak usia tiga tahun, rata-rata berat badan naik menjadi 2-3 kg/tahun, tinggi badan naik 6-8 cm/tahun dan lingkar kepala menjadi sekitar 50 cm.

2. Perkembangan motorik, bahasa dan adaptasi sosial

Perkembangan motorik kasar ditandai dengan kemampuan anak untuk melangkah dan berjalan dengan tegak. Pada usia sekitar 18 bulan, anak mampu menaiki tangga dengan berpegangan dan pada akhir tahun kedua sudah mampu

(26)

berlari-lari kecil, menendang bola dan mulai mencoba melompat. Perkembangan motorik halus ditandai dengan kemampuan anak untuk menyusun atau membuat menara pada kubus. Perkembangan bahasa ditandai dengan lebih banyaknya perbendaharaan kata yang dimiliki oleh anak, kemampuan meniru, mengenal dan merespon orang lain. Selain itu, anak juga sudah mampu menunjukkan dua gambar, mampu mengombinasikan kata-kata dan melambaikan tangan. Perkembangan adaptasi sosial ditandai dengan kemampuan anak untuk membantu kegiatan rumah, menyuapi boneka, menggosok gigi, mencoba memakai baju.

3. Perkembangan Kepribadian

Pada buku Wong (2009), perkembangan kepribadian dibagi menjadi beberapa perkembangan menurut para ahli, yaitu:

a. Perkembangan Psikososial (Erikson)

Menurut Erikson, perkembangan psikososial pada usia todler berada pada tahap otonomi vs perasaan malu dan ragu-ragu. Tahap ini merupakan tahap anus-otot (anal/mascular stages), masa ini disebut masa balita yang berlangsung mulai usia 1-3 tahun (early childhood). Pada masa ini anak cenderung aktif dalam segala hal, sehingga orang tua dianjurkan untuk tidak terlalu membatasi ruang gerak serta kemandirian anak. Namun tidak pula terlalu memberikan kebebasan melakukan apapun yang dia mau.

Pembatasan ruang gerak pada anak dapat menyebabkan anak akan mudah menyerah dan tidak dapat melakukan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain. Begitu pun sebalikny, jika anak terlalu diberi kebebasan mereka akan cenderung bertindak sesuai yang dia inginkan tanpa memperhatikan baik buruk tindakan tersebut. Sehingga orang tua dalam mendidik anak pada usia ini harus seimbang antara pemberian kebebasan dan pembatasan ruang gerak

(27)

anak. Karena dengan cara itulah anak akan bisa mengembangkan sikap kontrol diri dan harga diri.

b. Perkembangan Psikoseksual (Sigmund Freud)

Menurut Sigmund Freud, perkembangan psikoseksual pada usia todler berada pada fase anal. Fase ini berlangsung pada umur 1-3 tahun. Pada fase ini anak menunjukkan sifat ke-AKU-annya. Sikapnya sangat narsistik dan egoistic. Ia pun mulai belajar mengenal tubuhnya sendiri dan mendapatkan kepuasan dari pengalaman.

Suatu tugas penting yang lain dalam fase ini adalah perkembangan pembicaraan dan bahasa. Anak mula-mula hanya mengeluarkan bahasa suara yang tidak ada artinya, hanya untuk merasakan kenikmatan dari sekitar bibir dan mulutnya. Pada fase ini hubungan interpersonal anak masih sangat terbatas. Ia melihat benda-benda hanya untuk kebutuhan dan kesenangan dirinya. Pada umur ini seorang anak masih bermain sendiri, ia belum bisa berbagi atau main bersama dengan anak lain. Sifatnya sangat egosentrik dan sadistik.

c. Perkembangan Kognitif (Piaget)

Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia todler berada pada tahap sensorimotor. Tahap sensorimotor dari perkembangan intelektual terdiri atas enam subtahap yang dikendalikan oleh sensasi tempat terjadinya pembelajaran sederhana, yaitu:

1) 12-24 bln . perkembangan cepat, masih sederhana dalam kemampuan mencari alasan

2) 13-18 bln memakai eksperimen yang aktif untuk mencapai tujuan yang sebelumnya, mulai mengambil keputusan yang rasional dan alasan yang intelektual

(28)

3) Merasa berbeda dengan orang lain ditunjukkan dgn keberanian melakukan hal-hal bersifat resiko, tanpa ada ortu.

4) Sadar akan adanya akibat yang dilakukan, dan tidak dapat menstransfer pengetahuan yang baru

5) Belum dapat mengaplikasikan obyek yang sempurna

6) 19-24 bulan merupakan akhir tahap sensorimotor yang mana dapat menduga sesuatu yang mempunyai pengaruh padanya, Imitasi dengan meningkatkan simbol-simbol, mulai merasa mengantisipasi waktu, suhu, mengingat dan mampu menunggu dan Berfikir dan berperilaku egosentris

d. Perkembangan Moral (Kohlberg)

Menurut Kohlberg, perkembangan moral pada usia todler berada pada tingkat pra-konvensional. Tingkat pra-konvensional terorientasi secara budaya dengan label baik/ buruk dan benar/ salah, anak-anak mengintegrasikan label ini dalam konsekuensi fisik atau konsekuensi menyenangkan dari tindakan mereka. Awalnya, anak-anak menetapkan baik atau buruknya suatu tindakan dari konsekuensi tindakan tersebut. Mereka menghindari hukuman dan mematuhi tanpa mempertanyakan siapa yang berkuasa untuk menentukan dan memperkuat aturan dan label. Mereka tidak memiliki konsep tatanan moral dasar yang mendukung konsekuensi ini. Anak-anak kemudian menentukan bahwa perilaku yang benar terdiri atas sesuatu yang memuaskan kebutuhan mereka sendiri (dan terkadang kebutuhan orang lain). Meskipun unsur-unsur keadilan, memberi dan menerima, dan pembagian yang adil juga terlihat pada tahap ini, hal tersebut diinterpretasikan dengan cara yang sangat praktis dan konkret tanpa kesetiaan, rasa terima kasih atau keadilan

(29)

e. Perkembangan spiritual (Fowler)

Menurut Fowler, perkembangan spiritual pada usia todler berada pada tahap intutivie-projective. Pada tahap ini dijelaskan bahwa masa todler merupakan waktu utama untuk meniru perilaku orang lain. Anak-anak menirukan gerakan dan perilaku keagamaan orang lain tanpa memehami makna atau pentingnya aktivitas tersebut. Selama usia prasekolah anak-anak menyerap beberapa nilai dan keyakinan orang tua mereka. Sikap orang tua terhadap kode moral dan keyakinan beragama menyampaikan kepada anak tentang apa yang mereka anggap baikdan buruk. Pada usia ini anak-anak masih meniru perilaku dan mengikuti keyakinan orang tua sebagai bagian dari kehidupan mereka sehari-hari bukan atas dasar pemahaman mengenai konsep dasarnya.

D. Konsep Hospitalisasi

Hospitalisasi adalah proses karena suatu alasan yang terencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di RS menjalani terapi dan perawatan sampai dipulangkan kembali ke rumah. Perasaan yang sering muncul pada anak: cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah. (Wong, 2009)

1. Pada anak

a. Reaksi terhadap penyakit

1) Toddler kurang mampu mengidentifikasi konsep tentang citra tubuh, terutama batasan tubuh. Oleh sebab itu, prosedur yang sangat mengganggu akan menimbulkan kecemasan.

2) Bereaksi terhadap nyeri mirip dengan bayi, dan pengalaman sebelumnya dapat mempengaruhi toddler dengan baik. Toddler juga dapat merasa sedih jika mereka hanya merasa akan mengalami nyari.

b. Reaksi terhadap hospitalisasi

1) Dalam berespon kejadian yang menegangkan, seperti hospitalisasi mekanisme pertahanan primer toddler adalah regresi

(30)

2) Toddler juga dapat merasa kehilangan kendali berkaitan dengan keterbatasan fisik, kehilangan rutinitas, ketergantungan, dan takut terhadap cedera atau nyeri pada tubuh.

3) Perpisahan mempengaruhi kebanyakan toddler, yang menganggap tersebut sebagai ditinggalkan. Hospitalisasi yang dapat meningkatkan ansietas perpisahan, memiliki 3 fase:

a) Protes. Toddler secara verbal menagis kepada orang tua, menyerang orang lain secara verbal atau fisik, berusaha untuk menemukan orang tua, memegang orang tua erat-erat dan tidak dapat ditenangkan.

b) Putus asa. Toddler tidak tertarik dengan lingkungan dan permainan serta menunjukkan sikap yang pasif, depresi, dan kehilangan nafsu makan.

c) Penolakan (penyangkalan). Toddler membuat keputusan yang dangkal dan menunjukkan minat dengan jelas tetapi tetap menolak. Fase ini biasanya terjadi setelah perpisahan dalam waktu lama dan jarang terlihat pada anak yang dirawat.

2. Pada orang tua

Reaksi orang tua terhadap anak yang sakit tergantung pada kegawatan terhadap penyakit, pengalaman dirawat di rumah sakit, support sisrtem, budaya dan pola komunikasi dalam keluarga, sehingga orang tua akan berespon terhadap anaknya yang sakit. Perasaan cemas takut, sedih dan frustasi adalah perasaan yang umum yang diekspresikan oleh orang tua. Rasa cemas paling tinggi dirasakan orang tua pada saat menunggu informasi tentang diagnosa penyakit anaknya. Perilaku yang sering ditunjukan orang tua berkaitan dengan adanya perasaan cemas dan takut adalah: sering bertanya tentang hal yang sama berulang-ulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang dan bahkan marah.

(31)

Perasaan tersebut diatas muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh , pada kondisi ini orang tua menunjukkan perilaku isolasi atau tidak mau didekati orang lain, bahkan bisa tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Perasaan frustasi muncul pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang diterima orang tua, baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan menjadi depresi. Sering kali orang tua menunjukkan perilaku tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan pulang paksa.

3. Pada saudara kandung

Orang tua pada dasarnya tidak boleh membedakan perlakuan pada anak yang sedang sakit dan dirawat di rumah sakit dengan saudara kandung lainnya di rumah. Selain kehadiran fisik orang tua di rumah sakit, perhatian dalam bentuk lain misalnya: uang, makanan dan hal lain yang berhubungan dengan perawatan anak di rumah sakit menuntut orang tua untuk memprioritaskannya dibandingkan keperluan anak lain.

Reaksi yang sering muncul pada saudara kandung (sibling) terhadap kondisi ini adalah: marah, cemberut, benci dan rasa bersalah. Marah, jengkel terhadap orang tua yang dinilai tidak memperhatikan. Cemburu, dirasakan orang tua lebih mementingkan saudaranya yang sedang sakit. Rasa bersalah, anak berfikir mungkin saudaranya sakit akibat kesalahannya.

(32)

E. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Morbili 1. Pengkajian keperawatan

Menurut Asmadi (2008), pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Di sini semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual klien.

Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik serta diagnostik. Menurut Lenny (2009) dan Rampengan (2008), data yang harus dikaji pada klien dengan morbili adalah, sebagai berikut:

a. Identitas klien dan keluarga

1) Klien: Nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan agama.

2) Orang tua: Nama, alamat, pendidikan

3) Saudara kandung: urutan anak dalam keluarga

b. Riwayat keperawatan

1) Riwayat kesehatan masa lalu

Bayi dan anak-anak yang terkena morbili biasanya yang belum mendapatkan imunisasi atau telah mendapatkan imunisasi campak tapi kemungkinan besar vaksinnya tidak tersimpan dengan baik sehingga mengakibatkan kualitas vaksin menurun atau pemberian dosis yang tidak tepat dan pernah kontak dengan penderita morbili

(33)

2) Riwayat kesehatan sekarang a) Awal Serangan

Keluhan awal yang muncul pada anak morbili yaitu: (1) Suhu tubuh meningkat

(2) Malaise, batuk, fotopobia, konjungtivitas, coryza

(3) Eritma muncul dari belakang telinga ke sepanjang rambut dan bagian belakang bawah

b) Faktor Pencetus

Virus morbili yang berasal dari sekret saluran pernafasan, darah dan urin dari orang yang terinfeksi. Penyebaran infeksi melalui kontak langsung dengan droplet dan orang terinfeksi.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat penyakit keluarga mungkin didapati salah satu anggota keluarga ada yang menderita morbili yang dapat ditularkan melalui sekret saluran pernafasan,darah dan urin.

d. Riwayat imunisasi

Kelengkapan imunisasi anak terhadap penyakit yang disebabkan oleh imunisasi yang belum diberikan seperti BCG, DPT I, II, III, hepatitis, polio dan campak.

e. Kesehatan dasar 1) Kebutuhan nutrisi

Pada anak dengan morbili pola nutrisi umumnya mengalami perubahan karena adanya bercak pada daerah mulut sehingga anak tidak nafsu makan, mual, muntah dan berat badan menurun.

(34)

Pada anak dengan morbii biasanya akan mengalami diare dikarenakan virus yang menyerang sistem pencernaan anak.

3) Aktivitas

Pola aktivitas anak dengan morbili biasanya terganggu, karena anak mengalami anak malaise, keadaan umum lemah dan dari tindakan isolasi pada anak.

4) Kebutuhan istirahat dan tidur

Kebutuhan istirahat dan tidur pada anak yang terkena morbili pasti terganggu dikarenakan adanya demam, potopobia, konjungtivitas dan gatal akibat adanya rash pada kulit.

5) Personal hygiene

Pada anak dengan morbili pada umumya merasa gatal dan adanya rash pada kulit sehingga personal hygiene anak harus tetap dijaga.

f. Pemeriksaan fisik 1) Inspeksi

a) Keadaan umum lemah b) Kesadaran komposmentis

c) Adanya ruam kemerahan diseluruh tubuh seperti wajah, telinga, leher dan pada badan.

d) Konjungtiva anemis e) Fotopobia

f) Turgor kulit tidak elastis g) Mukosa bibir kering

h) Peningkatan produksi sekret 2) Palpasi

Teraba pembesaran kelenjar getah bening pada sudut mandibula dan daerah leher belakang

(35)

a) Kadang terdapat distensi abdomen b) Peristaltik usus meningkat

4) Auskultasi

Pada anak dengan morbili biasanya mengalami komplikasi broncopneumonia, sehingga hasil auskultasi didapatkan suara ronchi.

g. Pemeriksaan penunjang 1) Pemeriksaan laboratorium

a) Test elisa (Ig m dan Ig g meningkat) b) Leukosit menurun (leukopenia) 2) Pemeriksaan radiologi

Rontgen thorax, didapatkan gambaran infiltrate yang menunjukkan adanya broncopneumonia.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan melibatkan proses berfikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain. Komponen komponen dalam pernyataan diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi), tanda dan gejala (sign and symptom) (Asmadi,2008)

Diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada anak dengan morbili menurut Suriadi (2010) adalah, sebagai berikut:

a. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme virulen

b. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum

(36)

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

e. Gangguan aktifitas berhubungan dengan isolasi dari kelompok sebaya

3. Rencana keperawatan

Menurut Deswani (2009), intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari klien dan tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang diharapkan. Intervensi keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan jelas. Pengelompokan seperti bagaimana, kapan, dimana, frekuensi dan besarnya, menunjukan isi dari aktivitas yang direncanakan. Intervensi keperawatan dapat dibagi menjadi dua, yaitu mandiri (dilakukan oleh perawat) dan kolaboratif (yang dilakukan bersama dengan memberi perawatan lainnya).

Tiga komponen utama yang harus ada dalam sebuah rencana asuhan keperawatan adalah sebagai berikut. Diagnosa keperawatan atau masalah yang diprioritaskan, kriteria hasil yaitu apa hasil yang diharapkan dan kapan ingin mengetahui hasil yang diharapkan tersebut, intervensi yaitu apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan atau kriteria hasil.

Adapun intervensi yang dilakukan pada setiap diagnosa keperawatan yang dibuat menurut Suriadi (2010) adalah, sebagai berikut:

a. Dx: Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme virulen Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi penyebaran infeksi.

Kriteria hasil:

1) Penyebaran infeksi tidak terjadi

2) Tidak ada tanda-tanda penyebaran infeksi

3) Tidak ada tanda-tanda kolor, dubor, rubor, tumor dan fungsiolaesa Intervensi:

(37)

1) Tempatkan anak pada ruangan khusus 2) Batasi pengunjung

3) Pertahankan tindakan septik dan aseptik 4) Pertahankan isolasi yang ketat di rumah sakit

5) Pertahankan istirahat selama periode prodromal (kataral)

6) Berikan antibiotik sesuai anjuran dokter untuk mencegah infeksi sekunder

b. Dx 2: Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas kembali efektif

Krtiteria hasil:

1) Batuk hilang/kurang 2) Sekret hilang/berkurang

3) Frekuensi nafas normal (20-30 kali/menit) 4) Ronchi tidak ada

Intervensi

1) Kaji ulang status pernafasan (irama, kedalaman, suara nafas, penggunaan obat bantu pernafasan)

2) Kaji ulang tanda-tanda vital (denyut nadi, irama dan frekuensi) 3) Berikan posisi tempat tidur semi fowler atau fowler

4) Bantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya

5) Anjurkan anak untuk banyak minum 6) Lakukan fisioterapi dada

7) Berikan terapi inhalasi

8) Berikan obat-obatan yang dapat meningkatkan efektifnya jalan nafas (seperti bronkodilator, antikolenergik dan anti peradangan)

(38)

c. Dx 3: Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perubahan integritas kulit dapat teratasi.

Kriteria hasil:

1) Ruam-ruam pada kulit berkurang 2) Klien tampak tenang

3) Bebas dari infeksi sekunder

4) Kulit tetap bersih, kering dan bebas iritasi Intervensi

1) Pertahankan kuku anak tetap pendek

2) Jelaskan kepada keluarga agar anak tidak menggaruk rash

3) Berikan anthistamin sesuai intruksi dokter dan monitor efek sampingnya

4) Monitor permukaan kulit secara keseluruhan terhadap tanda-tanda iritasi atau adanya kerusakan pada jaringan kulit lainnya

5) Anjurkan pada orang tua agar menjaga kulit tetap utuh, bersih dan kering

6) Anjurkan pada orang tua agar anak memakai pakaian yang longgar 7) Anjurkan pada orang tua untuk menjaga agar pakaian dan laken tetap

bersih dan kering

d. Dx 4: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak ade kuat

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pada anak teratasi

Kriteria hasil:

1) Konjungtiva an-anemis 2) Nafsu makan anak bertambah

(39)

4) Berat badan naik sesuai usia Intervensi:

1) Kaji nutrisi anak

2) Izinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak 3) Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk

meningkatkan kualitas intake nutrisi

4) Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan nutrisi melalui oral tidak mencukupi kebutuhan gizi anak

5) Menilai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (berat badan, lingkar lengan dab membran mukosa)

6) Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering

7) Timbang berat badan seminggu 2x 8) Pertahankan kebersihan mulut anak

9) Jelaskan pada keluarga pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit anak

f. Dx 5: Gangguan aktivitas berhubungan dengan isolasi dari kelompok sebaya

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluarga dan anak memahami tujuan dari isolasi

Kriteria hasil:

1) Keluarga klien dapat menunjukan pemahaman tentang isolasi pada anak 2) Anak dapat melakukan aktivitas yang tepat dan tetap dapat melakukan

interaksi Intervensi:

1) Jelaskan pada keluarga dan anak alasan untuk mengisolasikan anak dan penggunaan kewaspadaan khusus untuk meningkatkan pemahaman tentang pembatasan atau isolasi

(40)

2) Berikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan, keterampilan tangan, nonton televisi)

3) Perkenalkan diri pada anak tiap melakukan tindakan

4) Libatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih aktivitas yang diinginkan

4. Implementasi Keperawatan

Menurut Asmadi (2008), implementasi adalah perwujudan dari rencana keperawatan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah, sebagai berikut:

a. Membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan b. Mencakup peningkatan kesehatan

c. Mencakup pencegahan penyakit d. Mencakup pemulihan kesehatan e. Memfasilitasi koping klien

Adapun prinsip-prinsip dalam implementasi pada tiap-tiap diagnosa adalah, sebagai berikut:

a. Mencegah penyebaran infeksi

b. Mempertahankan bersihan jalan nafas c. Mempertahankan integritas kulit

d. Mempertahankan intake nutrisi yang adekuat e. Mempertahankan aktivitas anak selama di isolasi

(41)

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dalam keperawatan adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesahatan lainnya. Penilaian evaluasi keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.

a. Jenis evaluasi tersebut ada dua, yaitu:

1) Evaluasi proses: menilai jalannya pelaksanaan proses keperawatan sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan klien. Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.

2) Evaluasi hasil: menilai hasil asuhan keperawatan yang diperlihatkan dengan perubahan tingkat laku klien. Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan.

b. Hasil evaluasi

1) Tujuan tercapai: jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

2) Tujuan tercapai sebagian: jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan

3) Tujuan tidak tercapai: jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru

c. Evaluasi masing-masing diagnosa adalah sebagai berikut: 1) Penyebaran infeksi tidak terjadi

2) Bersihan jalan nafas kembali efektif 3) Integritas kulit utuh

4) Perubahan nutrisi dapat teratasi 5) Gangguan aktivitas dapat terpenuhi

(42)

BAB III TINJAUAN KASUS

Dalam BAB ini penulis melaporkan hasil asuhan keperawatan pada An.S dengan Morbili di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta. Pelaksanaan asuhan keperawatan ini dilakukan selama 3 hari yaitu dari tanggal 29 April sampai dengan 1 Mei 2013 . Untuk melengkapi data-data ini penulis melakukan wawancara dengan orang tua klien, perawat yang bertugas, melakukan observasi, melihat catatan medis dan catatan keperawatan.

Laporan ini sesuai dengan tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan 1. Data Dasar (terlampir) 2. Resume

An.S usia 1 tahun 5 bulan datang ke IGD tanggal 28 April 2016 jam 20.30 WIB, dengan keluhan panas ± 7 hari, mual, muntah, nafsu makan berkurang, batuk berdahak, pilek, BAB cair sudah 5x berwarna kekuningan, terdapat ruam-ruam pada seluruh tubuh, kesadaran komposmentis, keadaan umum sakit sedang. Dianjurkan untuk dirawat dengan diagnosa medis : Morbili. Dilakukan pengkajian ulang di Paviliun Badar tanggal 29 April 2016 jam 04.30 WIB dengan keluhan panas masih naik turun, batuk berdahak, pilek, BAB cair, tidak nafsu makan, makan hanya sedikit, terdapat kemerahan pada seluruh tubuh, keadaan umum sakit sedang, kesadaran komposmentis, suhu: 38,4˚C, nadi: 120 x/menit, RR: 27 x/menit. Masalah yang muncul tidak efektif bersihan jalan nafas, defisit volume cairan, resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Berdasarkan masalah tersebut, telah dilakukan intervensi diantaranya adalah: mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji status pernafasan, mengkaji status hidrasi, melakukan rehidrasi dengan memberikan cairan baik peroral maupun

(43)

parenteral, telah dilakukan pemeriksaan hematologi rutin dan elektrolit serta diberikan terapi, yaitu:

(a) Puyer panas + Dzp 3 x 1bks (Jam 06,12,18)

(b) Puyer batuk pilek 3 x 1bks (Jam 06,12,18)

(c) Sanmol drop 3 x 0.8cc (Jam 06,12,18)

(d) Cefixime syr 2 x 2cc (Jam 06,18)

(e) Vit.A 100.000 ui 4 x 1bks (Jam 06,12,18,24)

(f) Zink tablet 1x 1 tablet (Jam 06)

(g) Antrain 3 x 125mg (Jam 06,12,18)

(h) Cefotaxime 3 x 250mg (Jam 06,12,18)

(i) Farbivent 1 ampul + nacl 2cc 2 x 1 (Jam 06,18)

3. Data Fokus a. Data subjektif

Orang tua klien mengatakan “suhu tubuh An.S masih tidak stabil kadang naik dan turun, anak lemas, batuk, pilek dan sulit mengeluarkan dahaknya, malas minum, hanya menghabiskan ½ gelas, tidak nafsu makan, saat diberikan makan terlihat ingin muntah, hanya menghabiskan 1-2 sendok makan saja, sebelum sakit berat badan 10 kg, BAK 5 kali sehari, BAB sudah 5 kali konsistensi cair dengan warna kekuningan. Terdapat kemerahan pada seluruh badan An.S, sering menggaruk tubuhnya dan anak menjadi rewel, mata merah, malas untuk membuka mata, jika melihat cahaya lampu seperti kesilauan, mata bengkak, An.S hanya ingin digendong, An.S kadang-kadang menangis ketika perawat datang.

(44)

b. Data objektif

Kesadaran komposmentis, keadaan umum sakit sedang, nadi: 120 x/menit, suhu: 38,4˚C, RR: 27 x/menit, berat badan: 9 kg (berat badan ideal: 11 kg dan terjadi penurunan BB: 18,2%), LILA: 12 cm, mengalami dehidrasi sedang, mukosa bibir kering, terdapat bercak koplik, konjungtiva anemis, mata terlihat bengkak dan kemerahan, terdapat konjungtivitis, An. S tampak malas membuka mata, cubitan dinding abdomen kembali segera, turgor kulit elastis, tampak bercak merah di seluruh tubuh, terdengar suara ronchi di interkosta 3 sternal kanan saat bernafas, klien terlihat batuk dan pilek, klien tampak sering menggaruk punggungnya, terdapat sisa makanan ¾ porsi, diit bubur tim rendah serat dan TKTP, klien tampak tidak mau berinteraksi dengan perawat, takut saat perawat akan melakukan prosedur tindakan, klien terpasang infus RL 8tpm makro drip. Intake : Infus 8x3x24 = 576 cc Minum+ASI = 400 cc + 976 cc Output : BAB 5x100 = 500 cc BAK 5x50 = 250 cc IWL (30-1,5) x 9 = 256,5 cc Kenaikan suhu 0,9˚ = 27,7 cc + 1034,2 cc Balance cairan : 976 cc – 1034,2 cc = - 58,2 cc/hari

1) Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 29 April 2016 Hematologi rutin:

a) Haemoglobin : 10.3 g/dL (10.8-12.8) b) Leukosit : 7.31 10³/µL (6.00-7.00)

(45)

c) Hematokrit : 33% (35-43) d) Trombosit : 302 10³/µL (229-553) e) Eritrosit : 4.69 10³/µL (3.60-5.20) Elektrolit: a) Natrium : 135 mEq/L (135-147) b) Kalium : 4.2 mEq/L (3.5-5.0) c) Klorida : 103 mEq/L (94-111) 2) Penatalaksanaan a) Terapi oral :

(1) Puyer panas + Dzp 3 x 1bks (Jam 06,12,18) (2) Puyer batuk pilek 3 x 1bks (Jam 06,12,18)

(3) Sanmol drop 3 x 0.8cc (Jam 06,12,18)

(4) Cefixime syr 2 x 2cc (Jam 06,18)

(5) Vit.A 100.000 ui 4 x 1bks (Jam 06,12,18,24)

(6) Zink tablet 1x 1 tablet (Jam 06)

b) Terapi injeksi :

(1) Antrain 3 x 125mg (Jam 06,12,18)

(2) Cefotaxime 3 x 250mg (Jam 06,12,18)

c) Terapi inhalasi

(1) Farbivent 1ampul+ nacl 2cc 2 x 1 (Jam 06,18) d) Terapi cairan

(46)

4. Analisa Data

Nama klien / umur : An.S / 1,5 tahun

No.Kamar / ruangan : Kamar 13 / Paviliun Badar RSICP Jakarta Pusat

Data Masalah Etiologi

Data Subjektif:

Orang tua klien mengatakan “ An. S mengalami batuk, pilek dan sulit mengeluarkan dahak”

Data Objektif:

- Keadaan umum sakit sedang - RR 29 x/ menit

- Terdengar suara ronchi di interkosta 3 sternal kanan saat bernafas

- Klien tampak batuk berdahak - Leukosit 7,31 10³/µL

Data Subjektif:

Orang tua klien mengatakan “suhu tubuh anak masih tidak stabil kadang naik daan turun, malas minum, BAK 5x/hari, BAB sudah 5x/hari konsistensi cair dengan warna kekuningan“ Data Objektif :

- Keadaan umum sakit sedang - Klien terlihat lemas

- Tingkat dehidrasi sedang - N : 120x/ menit

- S : 38,4˚c

- Minum hanya 300cc - Mukosa bibir kering - Turgor kulit elastis

- Cubitan dinding abdomen kembali segera

- Balance cairan -58,2 cc/hari - Hasil lab: Ht: 33%

Elektrolit: Na: 139 mEq/L, K: 4,2 mEq/L dan Cl: 103 mEq/L

Data Subjektif:

Orang tua mengatakan “ An.S hanya makan 1-2 sendok saja, saat diberikan makanan seperti ingin muntah, berat badan sebelum

Tidak efektif bersihan jalan nafas

Defisit volume cairan

Resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Peningkatan produksi sputum

Pengeluaran cairan yang berlebih

Intake yang tidak adekuat

(47)

sakit 10 kg” Data Objektif: Antropometri: - BBS : 9 Kg - LILA: 12 cm - Penurunan BB 18,2% Biochemical: - Hasil laboratorium: Hb:10,3 g/dL Clinical sign: - Konjungtiva anemis - Terdapat bercak koplik - Klien terlihat lemas Diet history

- Sisa makanan > 3/4 porsi - Diit: bubur tim rendah serat

dan TKTP Data Subjektif:

Orang tua mengatakan “An. S matanya merah dan bengkak, seperti ingin memejamkan mata terus, jika melihat cahaya lampu seperti kesilauan”

Data objektif:

- Terdapat konjungtivitis - Mata terlihat bengkak dan

kemerahan

- Terlihat tidak ada sekret pada mata

- Klien tampak malas membuka mata

- Fotopobia Data subjektif :

Orang tua mengatakan “badan An.S merah-merah di seluruh tubuh, terkadang menggaruk punggunya dan An.S menjadi rewel”

Data objektif:

- Tampak bercak merah di seluruh tubuh, mulai dari muka, badan hingga ke ekstremitas

- Klien tampak sering menggaruk-garuk

punggungnya

Resiko perubahan persepsi sensori: visual

Resiko gangguan integritas kulit Konjungtivitis dan fotopobia Rash/ruam pada seluruh tubuh

(48)

Data subjektif :

Orang tua mengatakan “An.S rewel, selalu ingin digendong, jika ada perawat menghampiri An.S menangis”

Data objektif :

- Klien tampak tidak mau berinteraksi dengan perawat - Klien hanya terlihat ditempat

tidur saja, kadang digendong ibunya

- Klien tampak takut saat perawat akan melakukan prosedur tindakan

Takut pada anak Dampak hospitalisasi (takut pada orang asing dan prosedur tindakan)

B. Diagnosa Keperawatan

1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebih 3. Resiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat

4. Resiko perubahan persepsi sensori: visual berhubungan dengan konjungtivitis dan fotopobia

5. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan rash/ruam pada seluruh tubuh

6. Takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi (takut pada orang asing dan prosedur tindakan)

C. Perencanaan Keperawatan

1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas kembali efektif

(49)

Kriteria Hasil :

a. Batuk dan pilek berkurang b. RR normal (25-48x/menit) c. Bunyi pernafasan vesikuler

d. Leukosit dalam batas normal 5.00 – 14.50 10³/µL Rencana Keperawatan :

1) Kaji ulang status pernafasan (irama, kedalaman, suara nafas, penggunaan obat bantu pernafasan)

2) Kaji tanda-tanda vital/shift (nadi, suhu dan RR) 3) Atur posisi postural drainage

4) Lakukan fisioterapi dada

5) Memberikan klien minum air hangat ½-1 gelas 6) Berikan terapi oral:

a) Puyer batuk 3x1bks (jam.06,12,18) b) Cefixime syr 2x2cc (jam. 06,18)

7) Berikan terapi injeksi cefotaxime 3x250mg (jam.06,12,18)

8) Berikan terapi inhalasi farbivent 1 ampul+nacl 2 cc 2x1 (jam.06,18) 9) Kolaborasi dengan dokter untuk indikasi pemeriksaan radiologi

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebih Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan defisit volume cairan dapat teratasi

Kriteria hasil :

a. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir dan mulut lembab, cubitan dinding abdomen kembali segera < 2 detik) b. Tanda-tanda vital dalam batas normal (Nadi:90-160x/menit,

RR:25-48/menit, Suhu : 36,5-37,5˚C) c. Intake dan output seimbang d. Hasil lab dalam batas normal

(50)

1) Hematokrit: 33% (35-43)

2) Elektrolit: natrium 135-147 mEq/L, kalium 3.5-5.0 mEq/L, klorida 94-111 mEq/L

e. BAB 1-2x/hari dengan konsistensi lembek

Rencana Tindakan

1) Kaji tanda-tanda vital/shift (suhu, nadi dan RR)

2) Kaji tanda-tanda dehidrasi/24 jam (kelopak mata, mukosa bibir, cubitan dinding abdomen)

3) Monitor intake dan output cairan/24 jam

4) Timbang berat badan/hari untuk mengetahui kehilangan cairan 5) Anjurkan orang tua memberikan anak kompres hangat jika demam 6) Anjurkan orang tua untuk memberikan klien minum 1-2 gelas/hari

7) Anjurkan pada orang tua untuk memberikan anak pakaian yang tipis, longgar dan dapat menyerap keringat

8) Observasi tetesan infus RL 8tpm makro drip (kelancaran tetesan) 9) Berikan rehidrasi parenteral

10)Berikan terapi oral:

a) Puyer panas + dzp 3x1bks (jam.06,12,18) b) Sanmol drop 3x0.8cc (jam.06,12,18) c) Zink tablet 1x1 tablet (jam.06)

11)Berikan terapi injeksi antrain 3x25mg (jam.06,12,18)

3. Resiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi

(51)

Kriteria hasil :

a. Konjungtiva an-anemis b. Nafsu makan meningkat c. Berat badan naik sesuai usia

d. Hasil lab dalam batas normal Haemoglobin 10.8-12.8g/dL Rencana Keperawatan :

1) Kaji pola makan klien (frekuensi, konsistensi, jumlah dan variasi) 2) Observasi mual dan muntah

3) Timbang berat badan

4) Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan porsi kecil tapi sering

5) Anjurkan orang tua mendampingi dan memotivasi anak saat makan 6) Anjurkan orang tua untuk memberikan makan dalam keadaan hangat 7) Berikan makan bubur tim rendah serat dan TKTP

8) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin atau suplemen tambahan.

4. Resiko perubahan persepsi sensori : visual berhubungan konjungtivitis

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan perubahan persepsi sensori: visual tidak terjadi.

Kriteria hasil :

a. Bengkak dan kemerahan dimata berkurang b. Tidak terdapat konjungtivitis dan fotopobia Rencana Tindakan :

1) Kaji ketajaman penglihatan klien

2) Informasikan kepada orang tua untuk memperhatikan anaknya agar tidak mengucek mata

3) Anjurkan kepada orang tua untuk mengatur pencahayaan ruangan yang nyaman untuk klien

(52)

4) Anjurkan orang tua untuk menjaga area mata tetap bersih 5) Berikan vitamin A 100.000 ui 4x1bks (jam.06,12,18,24)

6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian salap mata jika diperlukan

5. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan rash/ruam pada seluruh tubuh

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan gangguan integritas kulit tidak terjadi

Kriteria hasil :

a. Ruam pada kulit berkurang

b. Kulit tampak bersih, kering, bebas iritasi dan lesi c. Integritas kulit baik

Rencana Tindakan :

1) Kaji keadaan kulit selama masa perawatan

2) Informasikan pada orang tua untuk tidak menggaruk rash/ruam tetapi dengan menggosok dengan telapak tangan.

3) Anjurkan pada orang tua untuk mempertahankan kuku klien tetap pendek 4) Anjurkan pada orang tua untuk memberikan pakaian yang tipis, longgar dan

menyerap keringat

5) Anjurkan orang tua untuk menjaga kulit tetap bersih dan kering 6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi topical

6. Takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi (takut pada orang asing dan prosedur tindakan)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan takut pada anak dapat teratasi

Kriteria hasil :

a. Anak mau berinteraksi dengan perawat b. Tidak menangis saat didekati dengan perawat

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

 Amerika Serikat dengan kekuatan ekonominya berusaha memengaruhi negara-negara lain khususnya yang baru  Amerika Serikat dengan kekuatan ekonominya berusaha memengaruhi

Hasil penelitian ini adalah : (1) peranan Lenin adalah mewujudkan dan mendirikan negara komunis pertama di Rusia dan menjadi pemimpin Partai Bolshevik yang sangat berperan

Perkebunan N usantara XII (Persero) Kantor Wilayah II Jember adalah subjek pajak dalam negeri, yang berstatus sebagai pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23 atas jasa

Mardiasmo (2003:109) mengungkapkan bahwa pendapatan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal

Pada soal latihan 5.1 kita membuat tabel hiperbolik-trigonometri yang diketahui sebagai berikut :.. Sinh, cosh, dan tanh rentang -5 ≤ x

Selain itu, data juga menunjukkan bahwa bayi yang lahir dari ibu dengan preeklampsia memiliki risiko lebih besar untuk menderita cerebral palsy dibandingkan dengan anak

Mengacu pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan untuk mengurangi resistansi pada tanah menggunakan semen konduktif sebagai media pentanahan elektroda jenis