• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum RisTek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum RisTek"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR : 05 /M/PER/VIII/2007

TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN NASKAH PERJANJIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menumbuhkembangkan potensi Kementerian Negara Riset dan Teknologi dalam kemitraan serta membina kepercayaan pihak mitra, perlu upaya peningkatan tertib administrasi bagi pelaksanaan kerjasama kemitraan;

b. bahwa guna meningkatkan tertib administrasi pelaksanaan kerjasama kemitraan dimaksud pada butir a di atas perlu dibuat tata cara penyusunan rancangan naskah perjanjian serta kewenangan pejabat penandatangan naskah perjanjian dengan Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi;

Mengingat : 1. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Perubahan Ke Enam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 2006;

2. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

(2)

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN NASKAH PERJANJIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

a. Kesepakatan Bersama atau yang dalam bahasa Inggris biasa digunakan istilah Memorandum of Understanding (MoU) atau semacamnya, adalah perjanjian payung yang belum mengikat secara hukum.

b. Perjanjian Kerjasama adalah segala bentuk perikatan yang memuat ketentuan-ketentuan yang mengikat secara hukum yang dibuat untuk dan atas nama Kementerian Negara Riset dan Teknologi dengan Pihak Mitra.

c. Kontrak adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, yang ditandatangani oleh pejabat berwenang, yang berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa di lingkungan Kementerian Negara Riset dan Teknologi.

d. Menteri adalah Menteri Negara Riset dan Teknologi.

e. Sekretaris adalah Sekretaris Menteri Negara Riset dan Teknologi.

f. Unit Pemrakarsa adalah unit kerja struktural paling rendah eselon II yang mengusulkan dan menyusun naskah perjanjian.

g. Naskah Awal adalah naskah yang memuat pokok-pokok pikiran tentang substansi yang akan diperjanjikan.

h. Naskah Final adalah naskah yang sah dan boleh ditanda tangani untuk dan atas nama Kementerian Negara Riset dan Teknologi.

(3)

BAB II

RUANG LINGKUP DAN JENIS PERJANJIAN Bagian Kesatu

Ruang Lingkup Perjanjian Pasal 2

Ruang Lingkup perjanjian yang dapat diadakan di lingkungan Kementerian Negara Riset dan Teknologi adalah seluruh perjanjian yang berkaitan dengan penelitian, pengembangan dan penerapan (litbangrap) kegiatan riset, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bagian Kedua Jenis Perjanjian

Pasal 3

Jenis perjanjian yang dapat diadakan di lingkungan Kementerian Negara Riset dan Teknologi antara lain adalah :

a) Kesepakatan Bersama; b) Perjanjian Kerjasama; c) Kontrak.

BAB III

KESEPAKATAN BERSAMA Bagian Kesatu

Naskah Pasal 4

(1) Naskah awal kesepakatan bersama dibuat oleh Unit Pemrakarsa.

(2) Naskah kesepakatan bersama dibuat di atas kertas berlogo Garuda atau logo Ristek. (3) Kertas berlogo Garuda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini hanya

dipergunakan untuk kesepakatan bersama yang ditandatangani oleh Menteri. Dalam hal tertentu Menteri dapat menandatangani kesepakatan bersama dengan mempergunakan kertas berlogo Ristek.

(3) Logo Garuda sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini diletakkan di pojok kiri atas, atau diletakkan di tengah jika pihak lain menggunakan logo yang sama.

(4) Kesepakatan bersama yang ditandatangani oleh Pejabat selain Menteri hanya mempergunakan kertas berlogo Ristek.

(4)

(6) Logo Garuda dan logo Ristek sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini, bentuk dan warnanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Bagian Kedua Telaahan

Pasal 5

(1) Naskah kesepakatan bersama memerlukan telaah aspek substansi, program dan hukum.

(2) Telaah aspek substansi dan program dilakukan oleh pimpinan unit pemrakarsa dan Biro Perencanaan, yang ruang lingkupnya adalah mengkaji isi kesepakatan bersama yang meliputi tujuan, ruang lingkup, bentuk kerjasama, pembiayaan, jangka waktu, dan keterkaitanya dengan program yang mendukung kebijakan Kementerian Negara Riset dan Teknologi serta hal-hal lain yang dipandang perlu.

(3) Telaah aspek hukum dilakukan oleh Biro Hukum dan Humas yang ruang lingkupnya adalah mengkaji isi naskah kesepakatan bersama terhadap penerapan prinsip-prinsip hukum yang meliputi persyaratan subyektif, persyaratan obyektif, penafsiran hukum dan format.

(4) Naskah kesepakatan bersama yang memerlukan telaahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini disampaikan kepada Biro Hukum dan Humas paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum penandatanganan.

Bagian Ketiga Paraf Pasal 6

(1) Naskah kesepakatan bersama memerlukan paraf dari Unit Pemrakarsa, Biro Hukum dan Humas, Biro Perencanaan dan Sekretaris Menteri, di atas kertas lembar proses apabila naskah kesepakatan bersama ditandatangani oleh Menteri atau Pejabat Eselon I.

(2) Naskah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini disampaikan kepada Biro Hukum dan Humas, Biro Perencanaan dan Sekretaris Menteri, untuk diparaf paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum pelaksanaan penandatanganan.

Bagian Keempat Naskah final

(5)

(1) Naskah kesepakatan bersama yang telah ditelaah aspek substansi, aspek hukum, serta aspek program sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dan telah diparaf oleh pimpinanan Unit Pemrakarsa, Biro Hukum dan Humas, Biro Perencanaan dan Sekretaris Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 disebut naskah final kesepakatan bersama.

(2) Naskah yang sah dan boleh ditandatangani untuk dan atas nama Kementerian Negara Riset dan Teknologi adalah naskah final.

(3) Unit Pemrakarsa bertanggung jawab atas naskah final serta proses penandatangannya.

Bagian Kelima Pejabat Penandatangan

Pasal 8

(1) Menteri adalah pejabat yang berwenang menandatangani naskah kesepakatan bersama dengan pihak lain.

(2) Menteri dapat memberikan kuasa kepada pejabat Eselon I di bawahnya atau serendah-rendahnya kepada Pejabat Eselon II di lingkungan Kementerian Negara Riset dan Teknologi, untuk mewakili penandatanganan naskah kesepakatan bersama.

(3) Menteri dalam memberikan kuasa kepada pejabat di bawahnya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. adanya keterkaitan antara substansi kesepakatan bersama dengan fungsi dan tanggungjawab pejabat yang diberi kuasa dalam operasionalisasi perjanjian dimaksud;

b. Pejabat yang diberi kuasa adalah pejabat dalam jabatan yang sejajar atau setara dengan Pejabat penandatangan dari pihak mitra.

Bagian Keenam Kuasa Menandatangani

Pasal 9

(1) Pimpinan unit pemrakarsa mengajukan permohonan memperoleh kuasa kepada Menteri untuk menandatangani naskah final kesepakatan bersama melalui Sekretaris Menteri.

(2) Surat Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh Sekretaris Menteri.

(6)

(4) Sekretaris Menteri dapat menandatangani kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atas nama Menteri.

BAB IV

PERJANJIAN KERJASAMA Bagian Kesatu

Naskah Pasal 10

(1) Naskah perjanjian kerjasama dibuat oleh Unit Pemrakarsa.

(2) Naskah perjanjian kerjasama dibuat di atas kertas berlogo Ristek. Logo Ristek diletakkan di pojok kiri atas.

(3) Logo Ristek sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini bentuk dan warnanya sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.

Bagian Kedua Telaahan Pasal 11

(1) Naskah perjanjian kerjasama memerlukan telaah aspek substansi dan aspek hukum. (2) Telaah aspek substansi dilakukan oleh pimpinan unit pemrakarsa dan Biro

Perencanaan. Telaah aspek substansi adalah mengkaji isi perjanjian kerjasama yang meliputi tujuan, ruang lingkup, hak dan kewajiban, pembiayaan, jangka waktu, dan hal-hal lain yang bersifat teknis.

(3) Telaahan aspek hukum dilakukan oleh Biro Hukum dan Humas. Telaahan aspek hukum adalah mengkaji isi naskah perjajian kerjasama terhadap penerapan prinsip-prinsip hukum yang meliputi persyaratan subyektif, persyaratan obyektif, penafsiran hukum dan format.

Bagian Ketiga Paraf Naskah

Pasal 12

(7)

(2) Naskah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini disampaikan kepada Biro Hukum dan Humas, serta Sekretaris Menteri, untuk diparaf paling lama 5 (lima) hari kerja sebelum pelaksanaan penandatanganan.

Bagian Keempat Naskah final

Pasal 13

(1) Naskah perjanjian kerjasama yang telah ditelaah aspek substansi dan aspek hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dan telah diparaf oleh pimpinanan Unit Pemrakarsa, Biro Hukum dan Humas serta Sekretaris Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 disebut naskah final perjanjian kerjasama.

(2) Naskah final adalah naskah yang sah dan boleh ditandatangani untuk dan atas nama Kementerian Negara Riset dan Teknologi.

(3) Unit Pemrakarsa bertanggung jawab atas naskah final serta proses penandatangannya.

Bagian Kelima

Pejabat Penandatangan Naskah Final Pasal 14

(1) Pejabat Eselon I atau Eselon II adalah pejabat yang berwenang menandatangani naskah final perjanjian kerjasama untuk dan atas nama Kementerian Negara Riset dan Teknologi dengan persetujuan Sekretaris Menteri.

(2) Kewenangan pejabat untuk menandatangani perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, memperhatikan:

a. Ruang lingkup kewenangan dan tanggung jawab terhadap substansi perjanjian kerjasama;

b. Pejabat penandatangan adalah pejabat yang sejajar atau setara dengan pejabat penandatangan dari Pihak Mitra.

BAB V KONTRAK Bagian Kesatu

Naskah Pasal 15

(8)

(2) Naskah kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dibuat di atas kertas berlogo Ristek, yang diletakkan di tengah atas.

(3) Logo Ristek sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini bentuk dan warnanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Bagian Kedua Telaahan

Pasal 16

(1) Setiap Kontrak memerlukan telaahan aspek hukum oleh Biro Hukum dan Humas, dan Kontrak senilai di atas 50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah) memerlukan pendapat dari ahli hukum kontrak yang profesional.

(2) Telaahan aspek hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah mengkaji isi kontrak terhadap penerapan prinsip-prinsip hukum kontrak yang meliputi persyaratan umum, persyaratan khusus, penafsiran hukum dan format kontrak.

Bagian Ketiga Paraf Pasal 17

(1) Naskah kontrak memerlukan paraf Biro Hukum dan Humas, di atas kertas lembar proses.

(2) Naskah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini disampaikan kepada Biro Hukum dan Humas, untuk diparaf paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum pelaksanaan penandatanganan.

Bagian Keempat Naskah Final

Pasal 18

(1) Naskah kontrak yang telah ditelaah aspek substansi dan aspek hukumnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, yang telah diparaf oleh Penanggungjawab Kegiatan, Kuasa Pengguna Anggaran dan Biro Hukum dan Humas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 disebut naskah final.

(9)

(3) Pejabat Pembuat Komitmen bertanggung jawab atas naskah final serta proses penandatangannya.

Bagian Keenam

Pejabat Penandatangan Kontrak Pasal 19

(1) Pejabat Pembuat komitmen adalah pejabat yang memiliki kewenangan menandatangani kontrak dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa.

(2) Pejabat yang memiliki kewenangan untuk menandatangani kontrak yang bernilai di atas Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah) adalah pengguna barang/jasa.

Bagian Ketujuh Penandatangan Kontrak

Pasal 20

(1) Sebelum dilakukan penandatangan oleh para pihak, setiap naskah final kontrak memerlukan paraf dari Penanggungjawab Kegiatan, Kuasa Pengguna Anggaran dan Biro Hukum dan Humas, di atas kertas lembar proses.

(2) Naskah final sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini disampaikan kepada Biro Hukum dan Humas untuk diparaf, paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum penandatanganan

BAB VI

FORMAT NASKAH PERJANJIAN Pasal 21

Setiap perjanjian yang dibuat sekurang-kurangnya memenuhi unsur-unsur ketentuan standar baku pada lampiran I, II, dan III peraturan ini, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi ini.

BAB VII BAHASA

Pasal 22

(1) Naskah Perjanjian dibuat dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaedah penulisan Bahasa Indonsia yang telah disempurnakan. (2) Naskah Perjanjian yang melibatkan pihak asing dibuat dalam satu naskah dengan

(10)

BAB VIII PELANGGARAN

Pasal 23

(1) Perjanjian yang tidak memenuhi ketentuan di dalam Peraturan ini merupakan pelanggaran administratif.

(2) Kementerian Negara Riset dan Teknologi tidak bertanggungjawab atas setiap Perjanjian yang tidak memenuhi ketentuan dalam peraturan ini.

BAB IX

PENOMORAN DAN DOKUMENTASI Pasal 24

(1) Penomoran dan Pendokumentasi setiap naskah kesepakatan bersama dan perjanjian kerjasama dilakukan oleh Bagian Hukum, Biro Hukum dan Humas atas dasar naskah asli yang telah ditandatangani dan dilengkapi dengan kertas lembar proses.

(2) Penomoran dan Pendokumentasian naskah kesepakatan bersama dan perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini yang ditandatangani bukan oleh Menteri dilampiri surat kuasa asli.

(3) Penomoran setiap naskah asli kontrak dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen masing-masing.

(4) Pejabat Pembuat Komitmen mendokumentasikan naskah asli kontrak yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak dan menyerahkan foto copy naskah asli kontrak kepada Bagian Hukum Biro Hukum dan Humas disertai dengan kertas lembar proses.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN DAN KETENTUAN PENUTUP

Bagian Kesatu Ketentuan Peralihan

Pasal 25

(11)

Bagian Kedua Ketentuan Penutup

Pasal 26

Peraturan ini mulai berlaku efektif pada tanggal 2 Januari 2008.

Ditetapkan di : J a k a r ta Pada tanggal : 28 Agustus 2007

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI Ttd,

KUSMAYANTO KADIMAN

(12)

LAMPIRAN I

Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor : 05/M/PER/VIII/2007

I. KESEPAKATAN BERSAMA

Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan ini, maka dalam penyusunan naskah Kesepakatan Bersama di lingkungan Kementerian Negara Riset dan Teknologi harus memuat sekurang-kurangnya :

1. Para Pihak yang bersepakat. 2. Nomor Kesepakatan Bersama.

3. Tanggal,Bulan , dan Tahun dibuatnya Kesepakatan Bersama. 4. Tujuan dibuatnya Kesepakatan Bersama.

5. Ruang Lingkup Kesepakatan Bersama. 6. Pelaksanaan.

7. Pembiayaan.

8. Hak Kekayaan Intelektual. 9. Masa Berlaku.

(13)

LAMPIRAN II

Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor : 05/M/PER/VIII/2007

II. PERJANJIAN KERJASAMA

Berdasarkan Peraturan ini, maka dalam penyusunan naskah Perjanjian Kerjasama di lingkungan Kementerian Negara Riset dan Teknologi harus memuat sekurang-kurangnya :

1. Para Pihak yang Bersepakat. 2. Nomor Perjanjian Kerjasama.

3. Tanggal,Bulan, dan Tahun dibuatnya Perjanjian Kerjasama. 4. Dasar dibuatnya Perjanjian Kerjasama. (Bila diperlukan). 5. Ruang Lingkup.

6. Maksud dan Tujuan dibuatnya Perjanjian Kerjasama. 7. Bentuk Perjanjian Kerjasama.

8. Hak dan Kewajiban Para Pihak. 9. Biaya Pelaksanaan Kegiatan. 10. Monitoring dan Evaluasi.

11. Keadaan Kahar (Force Majeure). 12. Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan. 13. Penyelesaian Perselisihan.

14. Addendum. 15. Penutup.

(14)

LAMPIRAN III

Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor : 05/M/PER/VIII/2007

III. KONTRAK

Kontrak sekurang-kurangnya memuat ketentuan sebagai berikut :

1. Para Pihak yang menandatangani kontrak yang meliputi nama, jabatan, dan alamat.

2. Nomor Kontrak.

3. Tanggal, Bulan dan Tahun dibuatnya Kontrak.

4. Pokok Pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yan jelas mengenai jenis dan jumlah barang/jasa yang diperjanjikan.

5. Syarat Umum Kontrak yang meliputi: a. Penafsiran;

b. Pengertian Peristilahan (Definisi); c. Daftar Referensi Kerja.

6. Dokumen Kontrak, yang meliputi :

a. Surat Perjanjian/Kontrak dan lampirannya; b. Syarat umum kontrak;

c. Syarat khusus kontrak;

d. Penawaran dan lampirannya; e. Kerangka Acuan Kerja (KAK/TOR); f. Dokumen pengadaan dan lampiran. 7. Lingkup Pekerjaan.

8. Jangka Waktu Pelaksanaan.

9. Hak dan kewajiban para pihak yang terikat di dalam perjanjian. 10. Nilai atau harga kontrak pekerjaan, serta syarat-syarat pembayaran. 11. Persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terinci.

12. Tata Cara Pembayaran.

(15)

14. Perubahan Personil/Tenaga Ahli.

15. Pengawasan dan Pembantuan Pekerjaan. 16. Pengalihan Pekerjaan Kepada Pihak Lain. 17. Hak Paten, Hak Cipta dan Merek.

18. Jaminan Teknis /hasil pekerjaan yang dilaksanakan dan/atau ketentuan mengenai kelaikan.

19. Materai, Pajak Dan Biaya Lainnya. 20. Asuransi.

21. Perubahan Kegiatan Pekerjaan.

22. Ketentuan Keadaan Kahar (Force Majeur).

23. Ketentuan mengenai Cidera Janji dan sansi dalam hal para pihak tidak memenuhi kewajibannya.

24. Ketentuan mengenai Denda Keterlambatan.

25. Ketentuan mengenai Penghentian dan Pemutusan Kontrak Secara Sepihak. 26. Ketentuan mengenai Penyelesaian Perselisihan.

27. Ketentuan mengenai Perlindungan Tenaga Kerja.

28. Ketentuan mengenai Bentuk dan Tanggungjawab Gangguan Lingkungan. 29. Ketentuan mengenai Tempat Kedudukan.

30. Ketentuan Tambahan.

Ditetapkan di : J a k a r t a

Pada tanggal : 28 Agustus 2007

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI

Ttd,

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

dilanjutkan dengan mencari multiplisitas sikel dari graf total pada graf lain, misalnya penelitian terhadap multiplisitas sikel dari graf total pada graf double star bipartisi

Tapi dilain sisi, penerapan sanksi pidana berdasarkan penelitian penulis, pelaku pelanggaran kelaikan kendaraan angkutan umum di Kabupaten Donggala yang dijatuhkan

Masalah-masalah yang didapati didalam masyarakat Desa Kradenan ini yaitu masih adanya masyarakat sebagai wajib pajak di Desa Kradenan yang tidak membayar pajak bumi dan bangunan

Dalam tugas akhir ini, diprediksikan kebutuhan air bersih untuk wilayah pelayanan IPA Sumur Dalam Banjarsari PDAM Kota Surakarta pada tahun 2020 dan menganalisis

Service worker akan meneruskan setiap request berjenis GET dari halaman web ke server dalam kondisi online, lalu menduplikasi respons server dan disimpan ke

Karena pada poros kincir angin gaya aksial yang tejadi lebih besar dari gaya radial, maka dipilih jenis bantalan yang mampu menahan gaya aksial yang besar dan gaya radial lebih

Melihat dari jumlah keseluruhan siswa MA NU Miftahul Falah Cendono Dawe Kudus begitu banyak maka peneliti memutuskan memilih kelas XI sebagai populasi dalam penelitian

§ Bahwa dalam pertimbangan Majelis Hakim dalam putusan nomor : 207/Pid.B/ 2016/PN.Dum tanggal 31 Agustus 2016 hal.20 “Barang bukti berupa 1 (satu) unit mobil merk