• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK ETIKA DALAM KEPERAWATAN KRITIS | Karya Tulis Ilmiah kirim pak ghofur 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ASPEK ETIKA DALAM KEPERAWATAN KRITIS | Karya Tulis Ilmiah kirim pak ghofur 4"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK ETIKA DALAM KEPERAWATAN KRITIS

Anggota Kelompok :

1. Agustina Hermawati (08618)

2. Etna Nur U. (08715)

3. Jhanna Dwi Aziza (08731)

4. RR Septifa Dite H. Sadono (08753)

5. Aryati Oktaviani (08763)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

(2)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupa¬kan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.

Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, bermutu, dan terjangkau. Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan paripurna bermutu (preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif) diperlukan kerja sama yang harmonis antara semua tenaga kesehatan. Namun, keberhasilan tim kesehatan dalam menunaikan tugasnya yang kompleks itu bukan saja ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan mereka, melainkan juga oleh perilaku (professional behaviour), etik (bioethics), dan moral. Dengan kata lain, bahwa pelayanan kesehatan tidak bisa dipisahkan dari pelayanan mediko-etikolegal.

(3)

Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada kesejahteraan manusia, yaitu dengan memberikan bantuan pada individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-hari. Karena bidang gawap keperawatan adalah manusia, mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi. Salah satu aturan yang mengatur hubungan antara perawat dan pasien adalah etika.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah dilema etika dari segala bentuk aspek etik dalam keperawatan kritis atau Keperawatan Gawat Darurat.

C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Utama

Untuk menggambarkan issue-issue etik dalam keperawatan kritis atau Keperawatan Gawat Darurat

2. Tujuan Khusus

a. Untuk dapat mengetahui pengertian keperawatan kritis atau Keperawatan Gawat Darurat.

b. Untuk mengetahui prinsip-prinsip keperawatan kritis atau Keperawatan Gawat Darurat.

(4)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom).

Kata etika berasal dari bahasa Yunani, “Ethos”, atau ”Taetha” yang berarti tempat tinggal, padang rumput, karakter , watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Oleh filsuf Yunani, Aristoteles, etika digunakan untuk menunjukkan filsafat moral yang menjelaskan fakta moral tentang nilai dan norma moral, perintah, tindakan kebajikan dan suara hati. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan "self control", karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri. Seseorang dikatakan baik atau buruk bukanlah dilandaskan atas satu tindakannya saja, melainkan atas dasar pola tindakannya secara umum.

Etika juga diartikan pula sebagai filsafat moral yang berkaitan dengan studi tentang tindakan-tindakan baik ataupun buruk manusia di dalam mencapai kebahagiaannya. Apa yang dibicarakan di dalam etika adalah tindakan manusia, yaitu tentang kualitas baik (yang seyogyanya dilakukan) atau buruk (yang seyogyanya dihindari) atau nilai-nilai tindakan manusia untuk mencapai kebahagiaan serta tentang kearifannya dalam bertindak.

B. Keperawatan Gawat Darurat

(5)

masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.

Gawat darurat (Emergensi) adalah keadaan yang membutuhkan tindakan segera yang untuk menanggulangi ancaman terhadap jiwa atau anggota badan yang timbul secara tiba-tiba. Keterlambatan penanganan dapat membahayakan klien, mengakibatkan terjadinya kecacatan atau mengancam kehidupan.

Penderita gawat darurat adalah penderita yang oleh karena suatu penyebab (penyakit, trauma, kecelakaan, tindakan anestesi) yang bila tidak segera ditolong akan mengalami cacat, kehilangan organ tubuh atau meninggal.

Pada Keperawatan Gawat Darurat diperlukan asuhan keperawatan yang merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan dilaksanakan menggunakan metodologi pemecahan masalah melalui pendekatan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawabnya. Dalam hal ini aspek etik sangat diperlukan dalam penerapan praktek keperawatan dimana tindakan mandiri perawat professional melalui kerjasama dengan pasien baik individu, keluarga, kelompok atau komunitas dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup dan tanggung jawabnya.

Adapun tujuan dari Keperawatan Gawat Darurat, yaitu :

(6)

2. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang Iebih memadai.

3. Menanggulangi korban bencana.

C. Dilema

Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya.

Nilai-nilai, keyakinan dan filosofi individu memainkan peranan penting pada pengambilan keputusan etik yang menjadi bagian tugas rutin perawat. Peran perawat ditantang ketika harus berhadapan dengan masalah dilema etik, untuk memutuskan mana yang benar dan salah; apa yang dilakukannya jika tak ada jawaban benar atau salah; dan apa yang dilakukan jika semua solusi tampak salah. Dilema etik dapat bersifat personal ataupun profesional.

Kerangka pemecahan dilema etik adalah sebagai berikut : a. Mengembangkan data dasar

b. Mengidentifikasi konflik

c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut

(7)

bertambah pelik dengan adanya dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan rasional.

Pada pasien dengan kasus-kasus terminal sering ditemui dilema etik, misalnya kematian batang otak, penyakit terminal misalnya gagal ginjal.

D. Tindakan Keperawatan Gawat Darurat

Prinsip Utama Prinsip Utama PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat Darurat) adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat. Kemudian filosofi dalam PPGD adalah “Time Saving is Life Saving”, dalam artian bahwa seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja (henti nafas selama 2 sampai dengan 3 menit dapat mengakibatkan kematian).

(8)

BAB III PEMBAHASAN

Keperawatan Gawat Darurat merupakan suatu tindakan segera yang harus diberikan untuk menanggulangi suatu ancaman, apabila tidak langsung ditangani maka akan mengancam jiwa. Penderita gawat darurat sangat erat kaitan dengan kematian. Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dan salah satu sistem/organ yaitu : susunan saraf pusat; pernapasan; kardiovaskuler; hati; ginjal; pancreas.

Kerusakan sistem atau organ tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya : trauma/cedera; infeksi; keracunan (poisoning); degenerasi (failure); asfiksi; kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of wafer and electrolit) dan lain sebagainya. Hal-hal seperti inilah yang harus diperhatikan oleh perawat gawat darurat yang memang tugasnya sangat berat dan juga akan mengalami banyak dilema etika yang terjadi apabila tidak hati-hati.

Dalam keperawatan gawat darurat ini peran perawat sangat diutamakan yang diantaranya, yaitu :

a. Fungsi Independen merupakan Fungsi mandiri berkaitan dengan pemberian asuhan (Care).

b. Fungsi Dependen merupakan Fungsi yang didelegasikan sepenuhnya atau sebagian dari profesi lain.

c. Fungsi Kolaboratif merupakan Kerjasama saling membantu dalam program kesehatan (Perawat sebagai anggota Tim Kesehatan).

Dalam hal peran ini perawat harus benar-benar menjalankan perannya karena apabila hal ini diabaikan maka perawat akan banyak menghadapi dilema-dilema etik yang sulit dipertanggung jawabkan secara hukum.

A. Keperawatan Gawat Darurat Ditinjau Dari Aspek Hukum

(9)

keamanan serta keselamatan pasien. Aspek hukum menjadi penting karena konsensus universal menyatakan bahwa pertimbangan aspek legal dan etika tidak dapat dipisahkan dari pelayanan medik yang baik. Walaupun ada undang-undang yang mengatur tentang keperawatan gawat darurat yaitu Pasal 11 Peraturan Menteri Kesehatan tentang Informed Consent menyatakan, dalam hal pasien tidak sadar/pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan secara medik berada dalam keadaan gawat darurat dan atau darurat yang memerlukan tindakan medik segera untuk kepentingannya, tidak diperlukan persetujuan dari siapapun. (Per. Menkes, 1989). Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis

Tetapi yang menjadi tuntutan hukum dalam praktek Keperawatan Gawat Darurat biasanya berasal dari :

a. Kegagalan komunikasi

b. Ketidakmampuan mengatasi dillema dalam profesi

Permasalahan etik lainnya yang muncul dalam hukum Keperawatan Gawat Darurat merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan hukum dalam kegawatdaruratan medik yaitu :

a. Diagnosis keadaan gawat darurat. b. Standar Operating Procedure (SOP). c. Kualifikasi tenaga medis.

d. Hak otonomi pasien : informed consent (dewasa, anak).

e. Kewajiban untuk mencegah cedera atau bahaya pada pasien.

f. Kewajiban untuk memberikan kebaikan pada pasien (rasa sakit, menyelamatkan).

g. Kewajiban untuk merahasiakan (etika >< hukum). h. Prinsip keadilan dan fairness.

i. Kelalaian.

j. Malpraktek akibat salah diagnosis, tulisan yang buruk dan kesalahan terapi : salah obat, salah dosis.

(10)

m. Penyidikan medikolegal untuk forensik klinik : kejahatan susila, child tindakan, mencatat segala instruksi dan mencatat serah terima

B. Keperawatan Gawat Darurat Ditinjau Dari Hukum Islam

Dalam islam ditentukan bahwa setiap manusia harus menghormati manusia yang lainnya, karena Allah sebagai khalik sendiri menghormati manusia. Maka dokter, perawat maupun paramedis lainnya tidak memaksakan sesuatu kepada pasien, segala tindakan yang harus mereka kerjakan haruslah dengan suka rela dan atas keyakinan.

Dalam keperawatan gawat darurat pelayanan yang diberikan merupakan tindakan yang memang darurat yang apabila tidak diberikan pelayanan maka pasien tersebut dapat kehilangan nyawanya.

Islam memang mengenal darurat yang akan meringankan suatu hukum. Ada kaidah Idzaa dhoogal amr ittasi’ (jika kondisi sulit, maka Islam memberikan kemudahan dan kelonggaran). Bahkan Kaedah lain menyebutkan: ‘Kondisi darurat menjadikan sesuatu yang haram menjadi mubah’. Namun darurat itu bukan sesuatu yang bersifat rutin dan gampang dilakukan. Umumnya darurat baru dijadikan pilihan manakala memang kondisinya akan menjadi kritis dan tidak ada alternatif lain. Itu pun masih diiringi dengan resiko fitnah dan sebagainya. Sebagai mana firman Allah yang berbunyi yang artinya :

(11)

ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “ ( Al-Baqarah : 173 )

Dalam batas-batas tertentu, mayoritas ulama memperbolehakan berobat kepada lawan jenis jika sekiranya yang sejenis tidak ada, dengan syarat ditunggui oleh mahram atau orang yang sejenis. Alasannya, karena berobat hukumnya hanya sunnah dan bersikap pasrah (tawakkal) dinilai sebagai suatu keutamaan (fadlilah). Ulama sepakat bahawa pembolehan yang diharamkan dalam keadaan darurat, termasuk pembolehan melihat aurat orang lain,ada batasnya yang secara umum ditegaskan dalam al-qur’an dengan menjauhi kezaliman dan lewat batas.

(12)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada kesejahtraan manusia, yaitu dengan memberikan bantuan pada individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu aturan yang mengatur hubungan antara perawat dan pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian.

Etik atau Ethnics berasal dari bahasa Yunani,yaitu etos yang artinya adat,kebiasaan,perilaku atau karakter. Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Etika dan Moral merupakan sumber dalam merumuskan standard dan prinsip- prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hak-hak manusia.

Gawat darurat (Emergensi) adalah keadaan yang membutuhkan tindakan segera yang untuk menanggulangi ancaman terhadap jiwa atau anggota badan yang timbul secara tiba-tiba. Pasien gawat darurat adalah pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat. Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D (Airway – Breathing – Circulation – Disability).

Dengan adanya kode etik kepercayaan masyarakat akan suatu profesi dapat diperkuat,karena setiap klien mempunyai kepastian bahwa kepentingannya akan terjamin.

B. Saran

(13)
(14)

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : EGC.

Sudjito, M.H. 2003. Dasar-dasar Pengelolaan Penderita Gawat Darurat. Surakarta : UNS Press.

Hamdani, Njowito. 1992. Ilmu Kedokteran Kehakiman Edisi Kedua. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Majelis Kehormatan Etika Kedokteran. 2002. Kode Etik Kedokteran Indonesia. Jakarta : Majelis Kehormatan Etika Kedokteran.

Presiden RI. 2004. UU no. 29 tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.

Puja. 2009. Dilema Etik. http://wayanpuja.blinxer.com/? page_id=72, akses tanggal

Sarwat, Ahmad. 2008. Hukum Mengotopsi

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai suatu informasi yang tertulis, dokumentasi keperawatan merupakan media komunikasi yang efektif antar profesi dalam suatu tim pelayanan kesehatan

Tujuan dari penelitian ini adalah Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pemberian pendidikan kesehatan tentang pemberian makan yang baik pada bayi untuk

bahwa sesuai ketentuan Pasal 26 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu dan dalam rangka meningkatkan pelayanan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pasal 75 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur mengenai aborsi provokatus

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Ny.S DENGAN INFARK MIOCARD AKUT (IMA) DI RUANG INTENSIVE CARE.. UNIT (ICU) RUMAH SAKIT SITI KHADIJAH

Sehubungan dengan penyelenggaraan Ujian Proposal Karya Tulis Ilmiah Program Studi Keperawatan (D3) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang Tahun Akademik

Tujuan dalam penulisan ilmiah ini adalah mengetahui proses asuhan keperawatan pada Tn.K dengan diagnose medis stroke non hemoragik di instalasi gawat darurat RSUD

DEHIDRASI BERAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM KOTA SALATIGA”. Adakah bukan karya tulis ilmiah oarang lain sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk