• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN TAUHID DI MADRASAH IBTIDAIYYAH JAM IYYATUL KHAIR KELAS VI TAHUN AJARAN 2019/2020, CIPUTAT TIMUR. Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN TAUHID DI MADRASAH IBTIDAIYYAH JAM IYYATUL KHAIR KELAS VI TAHUN AJARAN 2019/2020, CIPUTAT TIMUR. Skripsi"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk

Memenuhi Persyartan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh: Siti Amalia NIM. 11150110000137

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

AJARAN 2019/2020, CIPUTAT TIMUR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk

Memenuhi Persyartan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh: Siti Amalia NIM. 11150110000137 Dibawah bimbingan Dr. Dimyati, MA NIP. 196407041993031003

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

Jam’iyyatul Khair Kelas VI Tahun Ajaran 2019/2020 disusun oleh Siti Amalia,

NIM. 11150110000137, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 25 November 2020 di hadapan dewan penguji, karena itu penulis berhak memperoleh gelas Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 11 Januari 2021 PANITIA UJIAN MUNAQOSAH

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal Tanda Tangan

Drs. Abdul Haris, M.Ag. 18 Januari 2021 ... NIP. 19660901 199503 1 001

Sekertaris (Sekertaris Jurusan/Prodi)

Drs. Rusdi Jamil, M.Ag. 18 Januari 2021 ... NIP. 19621231 199503 1 005

Penguji I

Yudhi Munadi, S.Ag., MAg. 14 Januari 2021

NIP. 197012031998031003 Penguji II

Dr. Akhmad Shodiq, M.Ag. 14 Januari 2021 ... NIP. 197107091998031001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dr. Sururin, M.Ag NIP. 197103191998032001

(4)
(5)

i

Tujuan daru penelitian ini adalah: 1). Untuk mengungkapkan data-data yang di dapat, & mendeskripsikan metode dan model pembelajaran yang digunakan guru terkait dengan materi pendidikan tauhid di sekolah. 2). Untuk mendeskrispikan upaya-upaya yang dilakukan guru terkait dengan pendidikan tauhid. 3). Untuk mendeskripsikan kendala yang dialami guru dalam menerapkan pendidikan tauhid.

Metode Penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan kegiatan pembelajaran pendidikan tauhid di Madrasah Ibtidaiyyah Jam’iyyatul Khair Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara terstruktur, dan dokumentasi. Teknik Analisis data yang digunakan di mulai dengan menganalisis data sebelum terjun ke lapangan kemudian menganlisi data yang telah di dapat setelah terjun ke lapangan dengan tahap 1). Mereduksi data dengan mencatat dan merekam, serta mendokumentasikan hal-hal yang terjadi di lapangan, 2). Menyajikan data dengan cara menguraikan dan mendeskripsikan data yang telah di dapat dari lapangan, 3). Menyimpulkan data dengan mengolah data yang telah di dapat dan menyimpulkannya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa metode pembelajaran yang dibunakan dalam pembelajaran tauhid di materi akidah akhlak ialah ceramah, tanya jawab, diskusi, drill, resitasi dan uswah. Guru mengupayakan membiasakan peserta didik melaksanakan kegiatan terkait dengan pendidikan tauhid yang di lakukan di sekolah seperti melaksanakan shalat dhuha, shalat dzuhur berjamah, membaca Asma al-Husna, menghafal surat-surat pilihan, membaca juz ‘amma, dan merayakan hari besar islam. Faktor pendukung dalam pengimplementasian pendidikan tauhid di Madrasah Ibtidiyyah Jam’iyyattul Khair. Adapun faktor

(6)

ii

adalah naik dan turunnya minat belajar peserta didik, tingkat intelgensi peserta didik yang berbeda-beda, kemampuan guru dalam mengelola kelas, fasilitas sekolah yang kurang memadai serta Sebagian dari wali murid yang sulit untuk bekerja sama.

(7)

iii

Madrasah Ibtidaiyah Jam'iyyatul Khair Grade VI, East Ciputat.

The purpose of this research is: 1). To reveal the data that can, & describe the learning methods and models that teachers use related to tauhid education materials in schools. 2). To decriminalize the efforts made by teachers related to tawhid education. 3). To describe the constraints experienced by teachers in applying tawhid education.

The research method used in this study is qualitatively descriptive. The results of this study were conducted by describing tawhid education learning activities in Madrasah Ibtidaiyyah Jam'iyyatul Khair Ciputat Timur, South Tangerang. Data collection is done by observation, structured interviews, and documentation. The data analysis technique used starts by analyzing the data before jumping into the field then analysing the data that has been in the can after plunging into the field with stage 1). Reduce data by recording and recording, and documenting things that happen in the field, 2). Present data by deciphering and describing the data that has been received from the field, 3). Conclude the data by processing the data that has been in the can and concluding it.

The results showed that the learning methods that are presented in tawhid learning in the moral activity material are lectures, discussions, drills, recitations and ultrasounds. Teachers seek to get used to students carrying out activities related to tawhid education carried out in schools such as performing dhuha prayers, praying dzuhur congregations, reading al-Asma al-Husna, memorizing preferred letters, reading juz' amma, and celebrating the great day of Islam. Supporting factor in the implementation of tawhid education in Madrasah Ibtidiyyah Jam'iyyattul Khair. The supporting factors in the implementation of tawhid education are the high learning interest of students, good teacher competence in carrying out classroom learning, parental support and a good

(8)
(9)

v

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan bimbingan-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judl “Implementasi Pendidikan Tauhid di Madrasah Ibitidiyah Jam’iyyatul Khair”. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat lepas dari adanya bimbingan, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami menghaturkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Armany Lubis M.A Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Dr. Hj. Sururin, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Abdul Haris, M.Ag. Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Drs. Rusdi Jamil M.Ag. sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ahmad Irfan Mufid, MA. Dosen Pembimbing Akademik.

6. Dr. Dimyati MA. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan banyak masukan dan pengertian selama belajar di UIN Syarif Hiadayatullah Jakarta dan mencurahkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan ilmu, bimbingan dan arahan dalam penyusunan skrispi ini. 7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Program Studi

Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal pengetahuan untuk menyusun skrispi ini.

(10)

vi

dukungan baik materil dan non materil dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Adik tersayang Inas Fida yang selalu membantu dan menemani penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini

11. Carnati S.Pd selaku Kepala MI Jam’iyyatul Khair yang telah memberikan Izin penelitian

12. Saryanih S.Pd selaku Wali kelas yang telah membantu kelancaran dalam penelitian skripsi ini.

13. Siswa kelas VI MI Jam’iyyatul Khair membantu dalam terselesaikannya skripsi ini

14. Seorang “Terspecial” penulis yang dirahasiakan Namanya, yang senantiasa selalu memberikan support dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. “Gesrek Squad” Emilia, Riri Roikoh, Nur Jannah, Atik Nuratiikah, Wildayanti telah memberikan warna warni selama penulis menyelesaikan skripainya.

16. Fitri Lestari rekan seperjuangan dalam penelitian dan menyelesaikan skripsi.

17. Sahabat-sahabat tersayang Widya Wibowo, Ummi Khairiah yang selalu memberikan dukungan , doa, serta motivasi.

18. Teman Rainbow penulis Rizky Tria Amanda, Gustin Ambarsih, Alvien Permana, Tasya Annisa selalu membantu memberikan dukungan dan motivasi.

19. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. Dan masih banyak lagi pihak pihak tekait dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis tidak dapat menyebutkan satu-persatu dalam lemberan ini. Semoga Allah memblasa kebaikan kalian dan senantiasa mendapatkan rahmat dan berkah-Nya. Penulis juga menyadari bahwa penulisan skrispi

(11)

vii

(12)

viii

dan lain sebagainya, yang aslinya ditulis dengan huruf Arab dan harus disalin ke dalam huruf latin. Adapun pedoman transliterasi menurut pedoman penulisan skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin

ا ث Ś ح ḥ خ Kh ذ Ź ش Sy ص Ṣ ض ḍ ط ṭ ظ Ť ع ᾽ غ Ģ

(13)

ix

Vocal Tunggul

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin

◌ َ

A

◌ َ

I

◌ َ

U

3. Mȃdd (Panjang)

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin

َ

ى

ا

َ

ى

َ

و

4. Tȃ’ marbȗtah

Tȃ’ marbȗtah hidup transliterasinya adalah /t/. Tȃ’ marbȗtah mati ditransliterasinya adalah /h/.

Kalau pada satu kata yang akhirnya katanya adalah Tȃ’ marbȗtah diikuti oleh kata yang digunakan oleh kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah maka Tȃ’ marbȗtah itu ditransliterasikan dengan /h/. contoh:

دﻮﺟﻮﻟا ةﺪﺣو

= Wahdat al-wujứd atau Wahdatul wujứd.

(14)

x 6. Kata Sandang

a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan huruf yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung/hubung. Contoh: al - zalzalah (az zalzalah)

b. Kata sandang diikuti oleh huruf Qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh: al - syamsu (bukan asy – syamsu),

7. Penulisan Hamzah

a. Bila hamzah terletak di awal kita, maka ia tidak dilambangkan dan ia

seperti a;if, contoh: akaltu, ȗitya.

b. Bila di tengah dan di akhir ditransliterasikan dengan apostrof, contoh:

ta’kulȗna atau syai’un.

8. Huruf Kapital

Huruf capital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata sandangnya. Contoh:

ن َ

آﺮ ﻘ ﻟ ا

= al-Qur’an, rah a ww a Mun Madinatul -l a =

ا

َ

َ

َ

ﺪ ﻳ

َ ـﻨ

َ

َ

ا

َ

َ

ﻤ ﻨ

َـ ﱠ

َ

ر ة

َ

. i d ȗ s Ma -l a =

ا

َ

َ

َ

َ

َ

َ

د

َ

ي

(15)

xi

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK i

ABSTRAK ii

KATA PENGANTAR v

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN viii

DAFTAR ISI xi BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Identifikasi Masalah 8 C. Pembatasan Masalah 9 D. Rumusan Masalah 9 E. Tujuan 9 F. Manfaat 10

BAB II KAJIAN TEORITIK 12

A. Pendidikan 11

B. Tauhid 20

C. Pendidikan Tauhid di Madrasah 30

D. Hasil Penelitian Relevan 32

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 34

A. Tempat dan Waktu Penelitian 34

B. Metode Penelitian 34

C. Sumber Data 34

D. Teknik Pengumpulan Data 35

E. Uji Keabsahan Data 38

F. Teknik Analisis Data 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42

A. Gambaran Umum MI Jam’iyyatul Khiar 41

B. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Tauhid di Madrasah Ibtidaiyah

(16)

xii

Jam’iyyatul Khair.

66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 67

A. Kesimpulan 67

B. Saran 68

DAFTAR PUSTAKA 69

(17)

1

Dasar pendidikan nasional adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Rumusan Konstitusional tersebut apabila dicermati menegaskan bahwa arah dan tujuan pendidikan nasional adalah untuk membentuk manusia beriman dan bertaqwa, berbudi pekerti luhur, sehat jasmani rohani, cakap, berilmu, dan kreatif, mengembangkan kemandirian serta menjadi warga negara yang baik. Ini semua dalam rangka membangun watak bangsa yang beradab dan bermartabat.2

Rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut sangat ideal dan komprehensif untuk memberikan suasana kebatinan dan semangat serta motivasi bagi setiap komponen manusiawi yang terkait dan terus berusaha untuk mencapai cita-cita yang ideal itu. Dijelaskan pula dalam UU No.20 Tahun 2003 Pasal 1, butir 1, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yan diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Jadi menurut amanat UU No.20 Tahun 2003 ini, peserta didik harus di dorong aktif mengambangkan potensinya untuk memiliki kekuatan

1 Husamah dkk, Pengantar Pendidikan, (Malang: UMM Press, 2015), Cet.1, hal.32 2 Ibid, hal.32

(18)

yang kuat, akhlak yang mulia serta keterampilan-keterampilan yang diperlukan yang implikasinya pada kehidupan yang bermasyarkat.3

Berdasarkan pernyataan Undang-Undang Dasar dan Pancasila tentang Pendidikan Nasional dan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan agar peserta didik berakhlak mulia, beriman dan bertaqwa yang berertai pendidikan tidak hanya bersifat keduniawian saja, yang dimana pendidikan keagamaan juga ikut andil besar didalamnya.

Kehidupan manusia yang tidak akan lepas dari aspek keagamaan yang memang menjadi bagian dari sifat manusia. Bahwa manusia di samping bersifat jasmani, tetapi juga ruhani-spiritual. Jelas bahwa hanya agama yang senantiasa dapat menjaga penegakan moralitas iman dan tingkah laku yang luhur bagi umatnya. Ketika telah terjadi internalisasi nilai-nilai ajaran agama kepada hati sanubari dan merasuk di dalamnya maka ia akan menjadi pegangan dan pedoman kehidupan sehari hari. Dalam konteks sosial bisa dilihat bahwa kelompok keagamaanlah yang senantiasa mampu menjaga kehidupan masyarakat sampai kehidupan kenegaraan agar tetap berjalan dalam koridor nilai-nilai agama dan tidak menyimpang darinya.4

Jadi fungsi agama sebagai penjaga moral/etika masyarakat yang adiluhur inilah yang harus senantiasa dipertahankan dan dipelihara dengan baik dengan baik sehingga perilaku warga masyarakat tetap dalam koridor moralitas dan iman yang benar. Maka di sinilah pendidikan agama sebagai media pewarisan nilai-nilai menjadi penting dan bermakna bagi manusia dan kemanusiaan sera tidak bisa dihilangkan begitu saja.5

Hal itu sesuai dengan pendapat Christoper J Lukas (1984) yang mengatakan bahwa pendidikan tidak hanya terkait dengan aspek transfer of

3 Husamah dkk, Pengantar Pendidikan, (Malang: UMM Press, 2015), Cet.1, hal. 33 4 Bunga Rampai, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, 2005), hal.42 5 Ibid, hal.42

(19)

lebih luas, pendidikan diharapkan dapat terjadi perubahan secara mendasar pada aspek moralitas, budaya, kesejahteraan, dan sebagainya (Naim,2004).6 Islam termasuk salah satu agama yang sangat menekankan dan mengapresiasi tinggi terhadap pendidikan yang mengacu pada integritas keimanan peserta didik agar kelak akhlak mulia yang di miliki mampu menjadi bekal kesejahteraan hidup dan kebahagiaan dunia akhirat. Seperti yang di katakan oleh salah satu tokoh islam yaitu Al-Ghazali, tujuan pendidikan yaitu pembentukan insan paripurna, baik di dunia maupun di akhirat, manusia dapat mencapai kesempurnaan apabila mau berusaha mencari ilmu dan selanjutnya mengamalkan. Oleh sebab itu di dalam pelaksanaan pendidikan agama islam sudah dapat dipastikan bahwa di dalamnya juga diajarkan nilai-nilai akhlak yang mulia. Selanjutnya, Al-Ghazali mengatakan, di dalam hal pendidikan islam mewajibkan kepada para pendidikan islam harus memiliki adab yang baik, karena anak didiknya selalu melihat pendidikanya sebagai contoh yang harus diikutinya.

Pendidikan dasar islam yang harus di kenalkan sejak awal ialah pendidikan keimanan. Mengikat anak dengan dasar-dasar keimanan seperti iman kepada Allah, iman kepada malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul Allah, pertanyaan dua malaikat di alam kubur, azab kubur, hari kebangkitan, surga dan neraka semua perkara yang bersifat ghaib. Kemudian mengikat anak dengan dasar-dasar syariat adalah setiap perkara yang mampu mengantarkan kepada manhaj Rabbani (Jalan Allah), ajaran-ajaran Islam akidah, ibadah, akhlak, hukum, aturan-aturan dan ketetapan-ketetapan.

Pendidikan agama secara langsung menyentuh esensi yang sangat mendasar pada diri anak, terutama dari segi nilai sikap atau pada pengalaman agamanya. Dapat dipastikan bahwa sekolah akan memberikan nilai sikap dan tuntutan perilaku serta contoh keagamaan yang positif.

6 Bunga Rampai, Pendidikan Agama dan Keagamaan, , (Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, 2005), hal.43

(20)

menanamkan, serta berharap peserta didik dapat mengamalkannya di kehidupan yang mendatang. Memperkenalkan keimanan sejak awal anak lahir kedunia memang sudah menjadi tabiat dan suatu keharusan namun sebagai pendidik usaha yang di lakukan tidak cukup hanya sampai situ saja. Di perlukan penguatan dan pembiasaan yang terus menerus dan dilakukan setiap hari, agar keimanan dan akhlak mulia yang di miliki benar-benar matang, dan generasi penerus bangsa pun memiliki moral yang sangat berkualitas.

Pendidikan bisa dipandang berhasil dan dinyatakan baik jika ada kerjasama dan pengawasan yang di lakukan orang tua dan pendidik atau siapa saja yang memerhatikan pendidikan agar anak terhindar dari perilaku yang menyimpang yang mengakibatkan moral dan akhlak mulia yg dimiliki hilang.

Degradasi akhlak dan banyak perilaku menyimpang yang terjadi di kalangan remaja masa kini dapat di sebabkan karna rendah dalam pendidikan keimanan. Berdasarkan hasil riset dan beberapa artikel yang memuat persoalan kenakalan remaja dari OKEZONE.COM yang menyatakan kasus bullying di Indonesia selalu bertambah setiap tahun. Berdasarkan data komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2019, tercatat kasus bullying di sekolah memakan 107 korban dengan 127 pelaku dari usia sekolah.7 Hal ini dikarenakan pemahaman remaja yang minim dengan pengetahuan dalam perilaku baik dan buruk antar sesama. Kenakalan remaja lainnya yang terjadi dan semakin meningkat adalah pemakian obat-obatan, kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisiaris Jendral Polisi Heru Winarko menyebut penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja makin meningkat sebesar 24-28 persen di banding tahun lalu kasus penyalah gunaan narkotika yang hanya berjumlah 20 persen.8

7 Kasus kekerasan dan Bullying, di akses dari http://www.okezone.com, pada tanggal 12 november 2019 pukul 18:30

(21)

pendidikan dan tidak dibiasakan untuk memila-milih makanan dan minuman yang pantas untuk dikonsumsi.

Sebagai pendidik tentunya harus memiliki upaya yang lebih keras kembali mengingat perkembangan zaman yang sangat pesat. Kembali mengevaluasi upaya-upaya pendidikan yang salah atau kurang dalam menamankan dan memperkuat keimanan peserta didik. Mengingat dengan cara mempertebal keimanan peserta didik adalah salah satu usaha yang harus dilakukan untuk mencegah meningkatnya kenakalan remaja.

Pendidikan yang bersifat keduniawian tentu tidak cukup untuk membangun akhlak peserta didik yang berarti sekolah umum yang mengajarkan agama tidak secara mendalam pun tidak cukup untuk mematangkan pendidikan keimanan peserta didik.

Madrasah menjadi Lembaga pendidikan yang di pilih oleh kalangan masyarakat, mengingat madrasah ialah Lembaga pendidikan yang mengajarkan agama secara mendalam dan diyakini dapat menanamkan pendidikan keimanan dengan baik sehingga kematangan moral, akhlak mulia, dan budi pekerti peserta didik dapat di capai. Seiring berkembangnya zaman yang begitu pesat madrasah di Indonesia mengalami proses perkembangan yang begitu signifikan.

Anton Timur Jaelani mengatakan bahwa madrasah di Indonesia muncul sekitar abad ke-20, yang di latar belakangi oleh beberapa oleh beberapa faktor: Pertama, kuatnya pengaruh semangat pembaruan Islam yang berasal dari Timur Tengah (Saudi Arab), Kedua, respons umat Islam dalam bidang pendidikan terhadap kebijakan pemerintahan Hindia Belanda yang mendirikan serta mengembangkan sekolah-sekolah umum. Ketiga, adanya ketidakpuasan sebagai komponen umat Islam terhadap sistem pendidikan yang telah ada, yakni pesantren yang hanya menitik beratkan perhatian pada

(22)

perhatian pada pendidikan umum.

Jadi, pendirian madrasah pada dasarnya merupakan upaya untuk merespons kondisi aktual pendidikan pada awal abad ke-20, yang dipandang hanya mengedepankan pendidik di sekolah umum. Madrasah muncul sebagai upaya untuk mengintegrasikan sistem pendidikan pesantren dan sistem pendidikan umum yang didirikan Belanda. Hal ini agaknya sebagai alasan bagi sebagian umat Islam yang berlatarbelakang pendidikan Belanda, namun masih kuat berpegang pada tradisi keislaman. Mereka juga memiliki semangat nasionalisme yang tinggi, untuk membentuk sebuah sistem pendidikan yang tidak hanya memperhatikaan pendidikan umum tetapi juga pendidikan agama.10

Abdul Mujid Muhaimin mengatakan bahwa dengan nasionalisme, umat Islam mendirikan madrasah sebagai bentuk manifestasi dan realisasi pembaruan sistem pendidikan Islam, penyempurnaan terhadap sistem pesantren ke arah sistem pendidikan yang lebih memungkinkan lulusannya untuk memperoleh kesempatan yang sama dengan sekolah umum, adanya sikap mental pada sebagian umat Islam, terutama santri yang terpukau dengan sistem pendidikan tradisional yang dilaksanakan pesantren dan sistem pendidikan modern ala Barat.11

Dalam perkembangannya, pada awal kemerdekaan, peran dan kontribusi madrasah sangat signifikan, karena peran Departemen Agama RI yang mulai resmi berdiri 3 Januari 1946. Lembaga inilah yang secara intensif memperjuangkan poltik pendidikan Islam di Indonesia. Orientasi usaha Departemen Agama RI dalam bidang pendidikan Islam bertumpu pada aspirasi umat Islam agar pendidikan agama diajarkan di sekolah, di samping pada pengembangan madrasah itu sendiri. Departemen Agama RI sudah banyak melakukan perubahan dan kebijakan dalam memajukan

9 Abdullah Idi, Etika Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), hal.164 10 Ibid, hal.164

(23)

masyarakat masih memiliki interes yang lebih tinggi terhadap sekolah umum yang dinilai memiliki pretise yang lebih baik dari pada madrasah. Di samping alasan kualitas lebih baik, dengan masuk sekolah umum agaknya dipandang lebih terbuka terhadap beragam jenis lapangan pekerjaan. Kini,

image itu telah mulai berubah karena sejumlah madrasah di kota-kota besar

mulai menunjukan kualitasnya yang lebih baik dan sejajar dengan sekolah umum. Salah satu kelebihan madrasah, kurikulumnya cenderung universal dan tidak mendikotomikan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum.12

Salah satu faktor keberhasilan belajar siswa adalah pendidik, strategi, model, dan metode pembelajaran yang di terapkan dalam proses pembelajatan dengan baik akan menghasilkan pembelajaran yang memuaskan. Pendidikan keimanan atau ketauhidan tidak cukup jika hanya bentuk verbal sangat diperlukan praktek dan pembiasaan. Maka sebaliknya jika strategi model, dan metode pembelajaran yang tidak di terapkan dengan baik maka kegagalan pembelajaran terjadi.

Madrasah yang dikenal sebagai Lembaga pendidikan yang mengedepankan materi keagamaan dan memiliki serangkaian kegiatan keagamaan menjadi acuan masyarakat agar kelak buah hatinya mempunyai kekuatan spiritual yang matang sehingga akhlak buah hatinya terbentuk dengan baik dan diamalkan secara baik pula.

Madrasah Ibtidaiyah Jam’iyyatul Khair merupakan Lembaga yang dikelola oleh sebuah Yayasan yang bernama “Yayasan Pendidikan Jam’iyyatul Khair”, yang dikukuhkan berdasarkan Akte Notaris No.70 tanggal 31 maret 1988 melalui notaris KGS Zainal Arifin SH. Madrasah Ibtidaiyah Jam’iyyatul Khair mulai berdiri pada tahun 1962 di atas tanah wakaf seluas 1160m², dan baru mendapat izin oprasional pada tahun 1981, melalui kantor wilayah Departemen Agama Provinsi Jawa Barat Nomor I/10/04/XVI/269/1981 tanggal 14 februari 1981. Berdasarkan izin tersebut

(24)

menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dengan baik.

Madrasah Ibitidaiyah Jam’iyyatul Khair telah berdiri kurang lebih selama 58 tahun. Kemudian dapat menjalankan pendidikan dan pengajaran dengan baik kurang lebih selama 39 tahun, tentunya selalu melakukan banyak evaluasi-evaluasi setiap tahunnya untuk meningkatkan mutu dan kualitas sekolah sesuai dengan perkembangan zaman baik dari kurikulum yang digunakan, kualitas tenaga kerja yang terus dikembangkan yang tujuannya selalu mengacu pada peserta didik agar mereka mampu mencetak generasi penerus bangsa yang baik. Hal ini terbukti, seiring berjalannya waktu kepercayaan masyarakat yang meningkat pada Madrasah Ibtidaiyah Jam’iyyatul Khair untuk mendidik buah hati mereka, melihat banyak sekali para calon peserta didik yang mendaftar setiap tahunnya namun Madarasah Ibtidiyah Jam’iyyatul Khair hanya mampu menerima sebagiannya saja. Masyarakat sekitar sangat percaya kepada Madrasah Ibtidaiyah Jam’iyyatul Khair dalam mengembangkan bakat, dan penguatan spiritual agama anak-anaknya. Karena Madrasah Ibtidaiyah Jam’iyyatul konon katanya memiliki banyak serangkaian kegiatan keislaman yang mengacu pada pembentuk karakter peserta didik dengan baik, mempunyai kinerja guru yang berkualitas sehingga pengutan keimanan dan penguatan akhlak. Berdasaran latar belakang yang telah dipaparkan di atas. Penulis tertarik untuk mengkaji dan menganalisa bagaimana implementasi pendidikan tauhid di Madrasah Ibtidaiyah Jam’iyyatul Khair- Tangerang selatan, Ciputat, guna meningkatkan kemampuan pengetahuan peserta didik dalam pendidikan ketauhidannya dan dapat menerapkan dalam kehidupannya maka penulis mengambil judul “Implementasi Pendidikan Tauhid di

Madrasah Ibtidaiyah Jam’iyyatul Khair- Tangerang Selatan, Ciputat” B. Identifikasi Masalah

1. Pendidikan yang bersifat keduniawian tidak cukup untuk penguatan spiritual keagamaan peserta didik.

(25)

peserta didik dalam pendidikan ketauhidan/keimanan.

3. Pengimplementasian pendidikan tauhid di Madrasah Ibtidaiyah Jam’iyyatul Khair menjadi alternatif dalam penguatan spiritual keagamaan peserta didik.

4. Metode, dan model pembelajaran yang di terapkan kurang baik, dan penerapan yang kurang di tekankan kepada peserta didik.

C. Pembatasan Masalah

Agar penulisan ini lebih terarah dan tidak terjadi perluasan masalah dalam pembahasannya, maka penulis membatasi permasalahan yang ada. Adapun masalah yang dibatasi ialah:

1. Pengimplementasian pendidikan tauhid di Madrasah Ibtidaiyah Jam’iyyatul Khair menjadi alternatif dalam penguatan spiritual keagamaan peserta didik.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan lata belakang masalah dan pembatasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengimplementasi pendidikan tauhid di Madrasah Ibtidaiyah Jam’iyyatul Khair, Tangerang Selatan, Ciputat?

E. Tujuan

Tujuan penelitian ini sesuai dengan masalah dan tujuannya adalah:

1. Untuk mengetahui pengimplementasian pendidikan tauhid di Madrasah Ibtidaiyyah Jam’iyyatul Khair, Tangerang Selatan, Ciputat.

F. Manfaat

1. Manfaat Praktis

a. Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

b. Menjadi sumbangan untuk perkembangan pembelajaran di sekolah 2. Manfaat Teoritis

a. Bagi penulis

Menjadi sarana dan rujukan pengetahuan mengenai pendidikan tauhid di Madrasah Ibtidaiyah Jam’iyyatul Khair

(26)

Menjadi masukan untuk peningkatan model dan metode dalam proses pembelajaran pendidikan tauhid

c. Bagi sekolah

Menjadi bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dan menjadi bahan eval

(27)

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pendidikan

1. Pengertian pendidikan

Secara bahasa, dalam bahasa Indonesia kata “pendidikan” berasal dari kata “didik”. Kata didik dan mendidik adalah memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Kemudian makna pendidikan secara istilah adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.1 Dalam bahasa inggris, education (pendidikan) berasal dari kata

educate (Mendidik) artinya memberi peningkatan (to elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to evolve, to develop). Dalam pengertian yang

sempit, education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memeroleh pengetahuan (McLeod, 1989).2

Kemudian, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa, dan negara. Beberapa ahli pendidikan mendefnisikan pendidikan, sebagai berikut:

a. Poerbakawatja dan Harahap (1981), pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu

1 Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1988), Cet. Ke-1, hal.204

(28)

menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. Orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang tua yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik misalnya guru sekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama dan sebagainya.3 b. Ahmad D Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah

bimbingan jasmani dan rohani untuk membentuk kepribadian utama, membimbing keterampilan jasmaniah dan rohaniah sebagai perilaku konkret yang memberi manfaat pada kehidupan siswa di masyarakat.4

c. W.J.S. Poerwadarminta (1985:702) menjelaskan secara linguistis, sebagai kata benda, pendidikan berarti proses perubahan sikap dan Tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajatann dan latihan.5 d. Nana Sudjana mengemukakan. Pendidikan adalah usaha sadar

memanusiakan manusia. Atau membudayakan manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial, moral, sesuai dengan kemampuan dan martabat manusia.6

e. Al-Abrasyi, memberikan pengertian bahwa pendidikan adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannya, halus perasaanya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan.7

Jadi, dapat di simpulkan definisi pendidikan dari beberapa ahli yang telah terpapar di atas tadi pendidikan ialah usaha sadar terencana dan tersusun yang dilakukan manusia agar mempunyai kepribadian yang

3 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, (PT: Remaja Rosdakarya: 2010), cet. 15, hal.11 4 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), Cet. Ke-1. Hal.16

5 Ibid, hal.13

6 Ramayulis, Dasar-dasar kependidikan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), Cet.Ke 1, hal. 16 7 Ibid, hal.16

(29)

baik, serta mampu memanusiakan manuisa, menjadi mahluk yang bermartabat, mempunyai moral yang tinggi, dan mampu beretika baik. Serta dapat mengembangkan potensi dirinya dan juga bermanfaat untuk lingkuangan sekitarnya.

Kemudian, makna pendidikan secara luas adalah segala penhalaman belajar yang dilalui peserta didik dengan segala lingkungan dan sepanjanng hayat. Pada hakikatnya kehidupan mengandung unsur pendidikan karena adanya interaksi dengan lingkungan, namun yang penting bagaimana peserta diri menyesuaikan diri dan menempatkan diri dengan sebaik-baiknya dalam berinteraksi dengan semua dan atau dengan siapapun di dalam lingkungan, pribahasa adat Minangkabau menyebut “Alam takambang jadi guru” (alam terbentang menjadi guru).8

Adapun, makna pendidikan yang sempit adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan di lembaga pendidikan formal (madrasah/sekolah), dalam batasan sempit ini pendidikan muncul dalam bentuk system pendidikan yang lengkap.9

2. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan secara umum ialah mengembangkan segala potensi bawaan manusia secara integral, simultan, dan berkelanjutan agar manusia mampu melaksanakan tugas dan kewajiban dalam kehidupan guna mencapai kebahagiaan di masa sekarang dan masa mendatang.10

Adapun, tujuan pendidikan nasional di Negara Indonesia adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti

8 Ramayulis, Dasar-dasar kependidikan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), Cet.Ke 1, hal.17 9 Ibid, hal.18

10 Rulam Ahamadi, Pengantar Pendidkan, (Yogyakarta: Ar-ruzz media, 2016), Cet.Ke2, hal.49

(30)

luhur, berkepribadian, mandiri, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, beretos kerja, professional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.11

Hasil pendidikan/hasil akhir pendidikan itu merupakan keseluruhan dari pada hasil-hasil pendidikan yang dicapai secara bertahap dari bagian-bagian pendidikan sebelumnya. Oleh karena itu untuk dapat mencapai tujuan akhir tersebut anak-anak perlu hirarki diantarkan untuk dapat mencapai macam-macam tujuan pendidikan yang harus mereka alami. Untuk itu para pendidik harus mengetahui beberapa macam tujuan pendidikan sebagaimana yang di kemukakan oleh Langeveld sebagai berikut:12

1. Tujuan Umum

Tujuan umum berarti tujuan total atau tujuan yang lengkap yaitu tujuan yang pada akhirnya dicapai oleh pendidik terhadap anak didik yaitu terwujudnya kedewasaan jasmani dan rohaninya (Branadib,1989)

2. Tujuan Khusus

Menurut Umar Tirtaraharja, dkk, 2005:38-39 tujuan khusus pendidikan adalah:

a. Cita-cita pembangunan suatu masyarakat/bangsa b. Tugas suatu badan atau Lembaga pendidikan c. Bakat dan kemampuan anak didik

d. Kesanggupan-kesanggupan yang ada pada pendidik e. Tingkat pendidikan, dan sebagainya.

3. Tujuan Insidental/seketika

Tujuan ini disebut tujuan seketika karena tujuan ini timbul secara kebetulan, secara medadak dan hanya bersifat sesaat. Tujuan ini meskipun hanya sesaat dapat memberikan andil dalam pencapaian tujuan selanjutnya, karena melalui tujuan-tujuan seperti ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman langsung yang

11 Rulam Ahamadi, Pengantar Pendidkan, (Yogyakarta: Ar-ruzz media, 2016), Cet.Ke2 hal.48

12 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005) Cet.Ke.1, hal. 40

(31)

erat hubungannya dengan kehidupannya nanti di masa yang akan datang.13

4. Tujuan Sementara

Tujuan sementara adalah tujuan pendidikan yang dicapai di anak pada tiap fase perkembangan; misalnya anak dapat berbicara, dapat menjaga kebersihan diri dan sebagainya.

Agar tujuan sementara ini dapat tercapai dengan sebaik-baiknya maka pendidik harus mengetahui masa peka yaitu masa di mana masanya/matang untuk mempelajari sesuatu yang akan dicapai dengan tersebut.

5. Tujuan Tidak Lengkap

Tujuan ini erat hubungannya dengan aspek-aspek pendidikan yang akan membentuk aspek-aspek kepribadian manusia, seperti misalnya aspek-aspek pendidikan; kecerdasan, moral, sosial, kaegamaan estetika, dan sebagainya.

6. Tujuan Perantara

Tujuan perantara ini merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Misalnya anak belajar membaca dan menulis selain agar anak dapat membaca dan menulis juga nantinya diharapkan dapat membantu kelancaran pelajaran-pelajaran lainnya di sekolah.14

3. Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan merupakan tempat manusia berinteraksi

sehingga manusia dapat terus mengembangkan kemampuannya ke arah yang lebih baik. Terdapat 3 jenis lingkugan pendidikan yang membawa pengaruh besar dan memberikan pengalaman kepada manusia.15 Yaitu sebagai berikut:

13 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005) Cet.Ke.1, hal. 41

14 Ibid, hal. 42

(32)

a. Keluarga

Keluarga menjadi alasan utama dalam lingkungan pendidikan karna keluarga memiliki peran dalam pendidikan anak dan berpengaruh terhadap kepribadian anak. Adiwikarta (1988:69) mengatakan bahwa pengaruh keluarga terhadap kepribadian anak itu besar, meskipun dalam ukuran yang relative, telah diterima secara luas di kalangan masyarakat.16

Terdapat tiga fungsi yang melekat sebagai ciri keluarga, yaitu sebagai berikut:

1) Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak oleh orang tuanya (fungsi biologis).

2) Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh kemesraan dan afeksi (fungsi afeksi).

3) Keluarga membentuk kepribadian anak (Fungsi sosialisasi).17 b. Sekolah

Pendidikan di sekolah tidak kalah besar pengaruhnya terhadap kemampuan dan pengalaman manusia. Sekolah atau sering disebut dengan satuan pendidikan adalah suatu kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Vembrianto (1990:80) mengatakan bahwa keberadaan sekolah mempunyai dua aspek penting, yaitu aspek individual dan sosial. Di satu pihak, keberadaan sekolah bertugas memengaruhi dan menciptakan kondisi yang memungkinkan perkembangan pribadi anak secara optimal. Di pihak lain, sekolah bertugas mendidik agar anak mengabdikan dirinya kepada masyarakat. Pilihan dan perimbangan yang tepa tantara kedua macam tugas tersebut merupakan sumber pertentangan pendapat dari waktu ke waktu.18

16 Teguh Triwiyantio, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), Cet.Ke 3, hal.72 17 Ibid, hal.71

(33)

c. Mayarakat

Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, tetapi hidup bermasyarakat menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan. Sisi indvidualitas manusia tidak bisa menolak sisi sosialnya, kesendirian manusia tidak bisa meninggalkan masyarakatnya.

Keterlibatan masyarakat secara luas dapat membantu menngidentifikasi dan memperoleh dukungan bagi nilai-nilai yang diajarkan.19

4. Faktor-Faktor Pendidikan

Para ahli pendidikan membagi faktor-faktor pendidikan menjadi

lima faktor, sebagai berikut: a. Faktor Tujuan

Tujuan (tujuan akhir) merupakan dunia cita yang sulit untuk diwujudkan. Ia berada di dunia sana yang hanya ada dalam angan-angan. Untuk mencapai tujuan itu sangat diperlukan usaha yang maksimal. Itulah sebabnya tujuan dibuat berjenjang seperti anak tangga. Untuk mencapai anak tangga paling atas, harus melalui anak tangga di bawahnya. Sebelum melaksnakan aktivitas, termasuk pendidikan, yang pertama-tama harus ditetapkan adalah tujuan. Tujuan berfungsi untuk:

1) Mengakhiri usaha. 2) Mengarahkan usaha.

3) Merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan lain. 4) Memberi nilai pada usaha (berhasil atau gagal).20

Jika fungsi tujuan di atas di bawa ke dalam aktivitas pendidikan, maka fungsi tujuan pendidikan adalah sebagai batas atau ukuran apakah tujuan itu sudah tercapai atau belum. Tujuan pendidikan juga mengarahkan aktivitas pendidikan sehingga tidak

19 Teguh Triwiyantio, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), Cet.Ke 3, hal. 78 20 Sulaiman saat, Faktor-Faktor Determinan dalam Pendidikan, At-Ta’dib, Vol.8, No.2, hal.9

(34)

salah arah. Tujuan pendidikan harus ditetapkan secara berjenjang, sehingga mudah diukur. Dalam aktivitas pendidikan ditetapkan tujuan-tujuan antara yang diarahkan untuk mencapai tujuan akhir dari pendidikan. Di akhir aktivitas pendidikan itu dapat dilakukan penilaian, apakah pendidikan itu berhasil atau gagal mencapai tujuan ditentukan sebelumnya.

b. Faktor anak

Anak didik adalah orang-orang yang sedang belajar. Anak didik dititik beratkan pada anak-anak yang masih dalam tahap usia perkembangan baik fisik maupun psikis. Belum dewasa dan masih membutuhkan pertolongan bimbingan dari orang dewasa di sekitarnya. Istilah peserta didik mengandung makna yang lebih luas, mencakup anaak yang belum dewasa, dan juga orang yang sudah dewasa, tetapi masih dalam tarap mencari atau menuntut ilmu dan keterampilan.21

Anak didik atau peserta didik semuanya menjadi salah satu sub sistem dalam system pendidikan. Keberadaan peserta didik dalam sistem pendidikan merupakan hal yang muthlak untuk berlangsungnya aktivitass pendidikan. Tanpa peserta didik, pendidikan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya, sebab tidak ada gunanya guru tanpa peserta didik. Peserta didik, selain sebagai objek pendidikan, juga sebagai subjek pendidikan.22

c. Faktor pendidik

Pendidik adalah orang yang diserahi tugas atau amanah untuk mendidik. Pendidikan itu sendiri dapat berarati memelihara, membina, membimbing, mengarahkan, menumbuhkan. Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab XI pasal 39 tentang Pendidik dan Tenaga

21 Sulaiman saat, Faktor-Faktor Determinan dalam Pendidikan, At-Ta’dib, Vol.8, No.2, hal.7 22 Ibid, hal.8

(35)

Kependidikan dinyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merecanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi.23

d. Faktor alat

Alat pendidikan adalah segala sesuatu atau apa saja yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan sebagai usaha, juga merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Jadi alat pendidikan dapat alat dari suatu alat, yaitu alat pendidikan. Segala perlengkapan yang dipakai dalam usaha pendidikan disebut dengan alat pendidikan.24

e. Faktor lingkungan

Hendroyuwono (1983:3) menyatakan bahwa dalam khazanah psikologi pendidikan, lingkungan pendidikan sereing dimasukan dalam faktor yang mempengaruhi belajar.25

5. Implementasi Pendidikan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia implementasi mempunyai arti pelaksanaan dan penerapan. Artinya yaitu yang dilakukan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah di rancang atau didisain dan kemudian dijalan sepenuhya.

Implementasi selain dipandang sebagai sebuah proses, implementasi juga dipandang sebagai penerapan sebuah inovasi dan senantiasa melahirkan adanya perubahan kearah inovasi atau perbaikan, implementasi dapat berlangsung terus menerus sepanjang waktu. Nana syaodih sebagaimana dikutip oleh Syafiudin mengemukakakn bahwa proses implementasi setidaknya ada tiga tahapan atau langkah yang

23 Sulaiman saat, Faktor-Faktor Determinan dalam Pendidikan, At-Ta’dib, Vol.8, hal.3 24 Ibid, hal.11

(36)

harus dilaksanakan, yaitu: tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Tauhid

1. Pengertian Tauhid

Berbicara mengenai ilmu tauhid ialah ilmu yang membahas tentang keEsaan tuhan. Dan sudah kita ketahui bahwa ilmu tauhid ialah ilmu yang sangat penting dalam agama islam dan tauhid ialah induk ilmu karena sudah sungguh terjadi berdasarkan kejadian alam semesta. Ilmu tauhid ialah sebagai tanda agama yang sejati dan murni. Tanpanya manusia tidak akan tahu tujuan dan makna kehidupan. Sebab, sebagai hambanya kita harus mengetahui kepada siapa kita akan menyembah, bagaimana akan kehidupan di dunia dan di akhirat, bagaimana cara kita akan memanfaatkan hidup yang sementara ini dan memanfaatkan kehidupan dengan sebaik-baiknya. Maka dari itu sudah seharusnya kita mempelajari ilmu tauhid agar kita mengetahui sifat-sifat wajib dan mustahil bagi tuhan.

Agama Islam adalah Agama tauhid. Konsep ketauhidan yang

dimaksudkan merupakan realisasi dari ucapan dan dua kalimat syahadat

(Syahadatain).26 Hal ini berdasarkan Firman Allah yang termaktub

dalam Surah Al-Ikhlas (112) ayat (1-4) sebagai berikut.







































“Katakanlah dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tiada Pula diperanakan, Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia”

(37)

Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah merupakan kata benda yakni yang berarti keesaan Allah: kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu. Perkataan tauhid berasal dari bahas Arab yaitu, Masdar dari kata wahhada)دحو( , yuwahhidu)دحوي(, tauhidan)ادحوت( .27

Menurut Zainudin, arti harfiah, Tauhid ialah “mempersatukan” berasal dari kata “Wahid” yang berarti “Satu”. Dan menurut istilah Agama Islam, tauhid adalah (Keyakinan) tentang ke Esaan Allah, dan segala pikiran dan teori. Kemudian yang dinamakan ilmu Tauhid ialah tujuannya menetapkan keEsaan Allah baik dalam zat-Nya atau perbuatan-Nya, dan menjadikan Allah sebagai tujuan akhir dalam alam semesta ini. Sebagaimana yang telah di ajatkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW.28 Sebagaimana firman Allah:

























“yang berbuat demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain dia: maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?” (QS: Az-Zumar 39:6)

Namun, seseorang tidak bisa di anggap sudah bertauhid jika hanya mempercayai adanya Allah. Seseorang bisa di anggap sudah bertauhid apabila memercayai adanya Allah dan menjadikannya sebagai satu-satunya Tuhan yang memiliki sifat keilahian dan sama sekali tidak memandang tuhan manapun untuk disamakan dengan-Nya. Kemudian sebagai konsekuensinya menjadikan Allah sebagai satu-satunya tempat bergantung dan bersandar atas segala kehidupan di dunia ini.29

Tauhid merupakan prima causa (asal yang pertama, asal dari segalanya) dari seluruh keyakinan agam Islam. Oleh karena itu, jika seseorang telah menerima tauhid sebagai prima causa (asal yang

27 M. Yusran Asmuni dari tim penyusun kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen

P & K, Jakarta, 1989. Dalam bukunya “Ilmu Tauhid” Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1993,1 28 Zainudin, Ilmu Tauhid Lengkap, (PT RINEKA: Jakarta, 1996), cet. 2, hal.1

(38)

pertama, asal dari segala-galanya) dan seluruh keyakinan agama Islam lainnya, maka pokok-pokok keyakinan yang di sebut rukun iman yang lain merupakan akibat yang logis dari penerimaan tauhid tersebut. Jikalau manusia yakin kepada Allah yang Esa dalam sifat dan perbuatan-Nya (antara lain mempunyai kehendak, berkuasa) ia akan meyakini pula adanya para malaikat yang di ciptakan Allah khusus untuk melaksanakan tugas yang di tetapkan-Nya, di antaranya untuk menyampaikan kehendak-Nya kepada umat manusia.30

Keharusan membicarakan tauhid ini dilandasi oleh masih adanya kesan kuat dalam pandangan keagamaan umumnya kaum muslimin bahwa tauhid hanyalah percaya kepada Allah. jika kita kaji lebih mendalam dan teliti dalam al-quran, akan ditemukan bahwa makna tauhid tidak hanya berhenti pada “Wilayah Allah”. kalu tauhid hanyaa berarti percaya kepada Allah, orang-orang Mekkah yang memusuhi Rasulullah adalah kaum yang benar-benar percaya kepada Allah. Sebbagaimana Firman Allah yang artinya:











































































“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaKu, Apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaKu,

(39)

Apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.”

Ayat di atas memberikan pengertian bahwa tauhid (sebagai ekspresi dari iman) tidak cukup hanya percaya kepada Allah, dan percaya bahwa dia sebagai pencipta langit dan bumi dan sebagai pemberi rizki. Tauhid yang benar tentang siapa Dia dan bagaimana bersikap kepada-Nya serta kepada obyek-obyek selain Dia (Rahman, 124).31

2. Macam-Macam Tauhid

Secara tingkatan, Tauhid di bagi menjadi 3 bagian yaitu sebagai

berikut:

a. Tauhid Rububiyah

Secara etimologis kata “Rabb” sebenarnya mempunyai banyak arti, antara lain menumbuhkan, mengembangkan, mendidik, memelihara, memperbaiki, menanggung, mengumpulkan, mempersiapkan, memimpin, mengepalai, menyelesaikan suatu perkara dan lain-lain.32

Kemudian yang dimakud dengan tauhid rububiyah adalah tauhid ketuhanan ialah mengakui tidak ada yang menjadikan langit, bumi, manusia, binatang, pohon, batu, tanah, zat-zat gas, cair, ataupun padat dan lain sebagainya melainkan Allah. dan Allah lah yang maha kuat tidak ada kekuatan yang bisa menandinginya. Dialah sang maha pemberi segalanya, dialah sang maha pencipta. Jadi yang dinamakan tauhid rububiyah adalah tauhid yang berkenaan dengan hal-hal yang menyangkut ketuhanan.

Dalam firman Allah di katakan:

Rububiyah adalah mengesakan Allah sebagai satu-satunya pencipta segala yang ada dan akan ada. Dia penguasa dan pengatur

31 Bunga Rampai, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan), hal.5-6

(40)

seluruh mekanisme gerak dan segala hajat makhluk-Nya. Rububiyah juga mengandung pengertian bahwa Allah adalah pelaku mutlak dalam setiap kejadian, misalnya penciptaan, pengaturan, perubahan, penambahan, pengurangan, penentuan langkah, membuat sesuatu, menghidupkan dan mematikan. (al-Qothani, 1994:1-5).

Firman Allah









“Ingatlah menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah” (QS. Al-A’raf: 54)

Pengesaan Allah dalam kepemilikan, artinya kita yakin bahwa tidak ada yang memiliki mahluk kecuali yang menciptakan mereka, sebagaimana firman-Nya.





















“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi”

(QS. Ali Imran: 189)































“Katakanlah, Siapakah yang di Tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu?”. (QS. Al-Mukmin:88)33

Percaya kepada rububiyah Allah harus di sertai percaya pada uluhiyah-Nya. Uluhiyah allah adalah sesuatu pernyataan tegas dari

33 Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, Syarah Kitab Tauid, (Bekasi: PT Darul Falah, 2016), Jilid.2, hal.xvii

(41)

hamba-Nya yang menyatakan bahwa ilahul haq, tiada selain Allah. dengan tauhid uluhiyah, tujuan hidup manusia di perjelas. Manusia tidak patut tunduk dan mengabdi kepada apa dan siapapun. Manusia hanya patuh tunduk dan mengabdi kepada Allah (Raharjo, 1993:237).34

b. Tauhid Uluhiyah

Tauhid Yang dimaksud dengan Tauhid Uluhiyah ialah: meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT.

Firman Allah:





















Yang artinya: “Dan Tuhan mu adalah Tuhan yang maha esa, tidak ada tuhan melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyanyang”. (QS. Al-Baqarah: 163).

Singkatnya, keyakinan tentang Allah SWT, sebagai tuhan satu-satunya, baik zat-Nya, maupun sifat dan perbuatan-Nya itulah yang disebut Tauhid Uluhiyah. Uluhiyah kata nisbat dari Illah: Al-illah berarti: Tuhan yang wajib ada, yaitu Allah, sedangkan Uluhiyah berarti: mengakui dan meyakini Allah sebagai satu-satu-Nya Tuhan.35

Tauhid ini juga bisa disebut tauhid ibadah karena dua pertimbangan: Pertama, karena penisbatannya kepada Allah SWT, yang disebut tauhid uluhiyah. Kedua, karena penisbatan kepada mahluk, yang disebut tauhid ibadah. Yang dimaksud mengesakan Allah SWT dengan ibadah. Dan yang berhak diibadahi hanya Allah SWT. Sebagaimana Firman-Nya:

34 Bunga Rampai, pendidikan agama dan keagamaan, (Jakarta: Balai penenlitian dan pengembangan agama, 2005), hal.9

(42)



































“Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil.” (QS. Luqman: 30)

Pengesaan Allah dengan tauhid uluhiyah ini hendaklah engkau menjadi hamba bagi Allah semata, mengesakan nya dalam ketundukan, kecintaan, pengagungan dan beribadah kepada-Nya dengan sesuatuu yang diisyaratkan-Nya. Sebagaimana Firman-Nya:





















“Janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah).”

(QS. Al - Isra’: 22)

c. Tauhid Asma’ Wasifat

Tauhid al-asma’ wa ash-shifat ialah menetapkan apa yang Allah tetapkan untuk diri-Nya/apa yang ditetapkan oleh Rasul-Nya berupa nama-nama dan sifat-sifat, kemudian menyucikan-Nya dari segala yang Dia sucikan dari-Nya dari padanya dan disucikan darinya oleh Rasul-Nya berupa celaan kekurangan. (Sholih bin Fauzan: 2013,56).36

Artinya dari pengesaan Allah Azza wa Jalla dengan asma’ dan sifat yang menjadi milik-Nya. Hal ini mencakup dua hal:

1). Penetapan. Artinya kita harus menetapkan seluruh asma’ dan sifat bagi Allah, sebagaimana yang Dia tetapkan bagi Diri-Nya dalam Kitab-Nya atau sunnah Nabi-Nya.

36 fitriyani Rismawati, Pendidikan Tauhid Melalui Metode Berpikir Rasional-Argumentatif, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016, hal.186

(43)

2). Penafian permisalan, bahwa kita tidak menjadikan sesuatu yang semisal dengan Allah dalam asma’ dan sifat-Nya, sebagaimana firman-Nya yang arti-Nya.

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Asy- Syura: 11)

Ayat ini menunjukan bahwa semua sifat Allah tidak diserupai oleh siapa pun dari mahluk. Meskipun ada persekutuan dalam dasar makna, tapi toh hakikat keadaanya tetap berbeda. Siapa yang menetapkan apa yang ditetapkan Allah bagi Diri-Nya, berarti dia orang yang menggugurkan, seperti apa yang dilakukan Fir’aun. Siapa yang menetapkannya dengan disertai penyerupaan, berarti dia mirop dengan orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah di samping menyembah Allah. siapa yang menetapkanhya tanpa penyerupaan, berarti dia termasuk golongan muwahidin.37

Ketiga macam Tauhid itu satu sama lain saling berkaitan. Artinya sahnya Tauhid Uluhiyah tergantung kepada ada dan sahnya Tauhid Rububiyah dan Tauhid Asma’ wa sifat. Tahuid Rububiyah sah kalau disertai Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Asma’ wa sifat. d. Tauhid Menurut 4 Imam mazhab

Tauhid menurut empat imam mazhab fiqh yaitu bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, serta mengakui semua yang disampaikan para Nabi dan Rasul.

Tauhid dalam prespektif empat imam mazhab tidak memiliki perbedaan di antaranya, mereka sama-sama mengikuti Al-Quran dan As-Sunnah, dan sesuai dengan apa yang menjadi pegangan para sahabat dan tabi’in. Empat imam mazhab sepkat dalam masalah asma’ wa sifat, masalah qodar (takdir) dan lainnya.

3. Hikmah mempelajari tauhid

37 Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, Syarah Kitab Tauid, (Bekasi: PT Darul Falah, 2016), Jilid.2, hal.xvii

(44)

Mempelajari ilmu Tauhid biasanya didorong oleh keinginan untuk

mengetahui lebih banyak dan lebih mendalam tentang Tuhan. Sebelum itu seseorang sudah memiliki keyakinan (Iman) kepada Tuhan, namun masih hanya secara samar-samar. Hal itu disebabkan karena pada dasarrnya setiap manusia lahir dengan membawa benih Iman dalam jiwanya. Jika tauhid sudah merasuk dan meresap ke dalam jiwa seseorang, maka akan tumbuh dalam jiwanya perasaan:38

a. Rela atas pemberian Allah SWT. Untuk dirinya mengenai rizki, kedudukan dan lain-lain. Dengan demikian, maka hidupnya menjadi tertib sebab dia yakin atas berlakunya pengawasan Allah atas segala perilakunya, dan dia yakin bahwa pemberian Allah SWT itu tidak bisa dirubah dengan cara apapun. Allah SWT berfirman:39













Yang Artinya: “Allah memperluas rezeki orang yang ia kehendaki dan mempersempit (bagi orang-orang yang ia kehendaki)” (QS. Ar-Ra’d: 26)

b. Rasa Harga diri dan menghargai orang lain, sebab orang yang bertauhid memandang semua manusia mempunyai derajat yang sama. Berasal dari keturunan yang sama dan tidak berhak di pertuankan dan diperhamba.40











































38 Zainudin, Ilmu Tauhid Lengkap, (PT RINEKA: Jakarta, 1996), cet. 2, hal. 39 Ibid, hal. 13

(45)

Artinya: “Hai sekaian manusia! sesungguhnya aku telah menjadikan kamu dari asal seorang laki-laki (Adam) dan seorang perempuan (Hawa) dan Aku menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku (kabilah), supaya kamu saling mengenal. Sesungguhya yang termulia di antara kamu ialah kamu yang paling takwa, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al- Hujurat: 13)

c. Rasa kasih sayang terhadap sesama manusia. Orang bertauhid memandang semua manusia saudara. Orang bertauhid tidak bertindak aniaya (zalim) terhadap sesama makhluk Allah, apalagi sesama manusia. Umat yang bertauhid sudah pasti berperi kemanusiaan, mempunyai sikap terbuka dan bergotong royong.41

C. Pendidikan Tauhid di Madrasah Ibtidaiyah 1. Pengertian Madrasah

Kata Madrasah dalam bahasa Arab merupakan bentuk kata

‘keterangan tempat’ dari kata darasa. Secara harfiah Madrasah dapat diartikan sebagai ‘tempat belajar para belajar’ atau ‘tempat untuk memberikan pelajaran’. Dalam bahasa Indonesia madrasah berarti ‘sekolah’ di mana sekolah itu berasal dari kata asing, yakni school atau

scola,42

Secara mendasar dapat di katakan bahwa, madrasah mempunyai karakter yang spesifik bukan hanya melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran agama, tetapi mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan hidup di dalam masyarakat. Madrasah yang membawa fungsi teologis demikian, akan pararel dengan kesadaran teologis masyarakat yang dilandasi oleh kebutuhan memper dalam dan mengamalkan ilmu-ilmu agamanya. Oleh karena itu madrasah adalah milik masyarakat dan menyatu dengan nilai-nilai yang telah hidup dan dikembangkan di dalam kebudayaan sebagai milik masyarakat. Cita-cita mendirikan madrasah berkaitan dengan ibadah untuk mencapai

41 Zainudin, Ilmu Tauhid Lengkap, (PT RINEKA: Jakarta, 1996), cet. 2, hal. 15 42 Abdullah Idi, Etika Pendidikan keluarga, sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015) Cet. Ke.1, hal.161

(46)

keridhaan allah sehingga kemudian berkait dengan fungsi ibadah sosial yang kebanyakan menjadi tugas partikelir dan bersifat swasta.43

Sama seperti sekolah pada umumnya madrasah juga mempunyai jenjang pendidikan yang jelas. Jika di sekolah umum disebut dengan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Madrasah disebut Madrasah Ibtidaiyah (MI) Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA). Di sekolah umum hanya mengajarkan agama secara umum saja, di mana mata pelajaran agama digabungkan menjadi satu yang di sebut PAI. Namun jika di madrasah pembelajaran agama islam lebih dispesifikasikan seperti Akidah Akhlaq, Fiqh, SKI, dan Qur’an Hadist. Hal ini bertujuan agar pembelajaran agama benar-benar di pahami secara matang dan dapat diterapkan oleh peserta didik dengan baik dan diharapkan agar benar-benar bisa menjadi pedoman hidup agara kelak ke depannya mampu memperbaiki generasi dengan cara memperbaiki agamanya. Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan atau keimanan yang benar, mempelajari bagaimana tata cara berinteraksi dengan manusia (habluminannas) serta hubungan manusia dengan sang khalik (habluminallah). Dengan ini diharapkan siswa tertanam keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Maka dari itu, materi pendidikan Aqidah Akhlak bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama, akan tetapi bagaimana membentuk kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan ketakwaan

43 Abdul Rachman Saleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) hal.20

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran I : Surat Keputusan Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Nomor : UN.3.4/kp.01.1/556/2014 Tentang Perubahan atas Surat

Pada umumnya sastra kitab mengisahkan ajaran dan memaparkan hasil diskusi mempergunakan pusat pengisahan orang ketiga (omniscient author) yang bersifat romantik-ironik

Ketepat waktuan penyampaian laporan keuangan dalam riset ini yaitu rentang waktu pengumuman laporan keuangan tahunan yang telah diaudit (auditan) kepada publik yaitu lamanya

Ini dulu Lama-lama, tidak semua upacara resmi dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan, bahkan upacara yang bersifat kenegaraan pun pernah ada (atau mungkin banyak?) yang tak

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditegaskan bahwa obyek penulisan buku ini adalah cara pandang sains dan agama dalam menjelaskan masalah aqidah (kepercayaan kepada Tuhan)

Program pemberdayaan yang ditawarkan untuk menyelesaikan kondisi adanya balita kurang gizi, kondisi sulit ekonomi sehingga para ibu kurang memperhatikan gizi

Tingginya laju pertumbuhan harian pada perlakuan B dibandingkan perlakuan lain disebabkan oleh kandungan protein pakan serta dosis temulawak yang lebih efektif

PLAN ESTYZURINA BINTI MOHO RAMBU PUAN CAMELIA BINTI AFFENOI. PUAN DAVANG CASSNANI BINTI ABANG MOUHO HASHM