• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PENGARUH ALUNAN MUSIK, INTENSITAS CAHAYA DAN ARAH DATANG CAHAYA PADA BAGIAN

PENYORTIRAN TABLET PARACETAMOL 500 MG DI PT. KIMIA FARMA (Persero) Tbk.

PLANT MEDAN

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Industri

Oleh : M. SYAFI’I LUBIS

NIM. : 050423010

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008

(2)

ANALISA PENGARUH ALUNAN MUSIK, INTENSITAS

CAHAYA DAN ARAH DATANG CAHAYA PADA BAGIAN

PENYORTIRAN TABLET PARACETAMOL 500 MG

DI PT. KIMIA FARMA(Persero) Tbk.

PLANT MEDAN

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Oleh :

M. SYAFI’I LUBIS NIM. : 050423010

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Ir. Poerwanto, MSc) (Ir. Nurhayati Sembiring, MT)

P R O G R A M P E N D I D I K A N S A R J A N A E K S T E N S I

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008

(3)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS SARJANA

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... . vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

RINGKASAN... xi

I. Pendahuluan ... I-1 I.1. Latar Belakang Permasalahan... I-1 I.2. Rumusan Permasalahan ... I-2 I.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian... I-2 I.4. Manfaat Penelitian ... I-3 I.5. Ruang Lingkup dan Asumsi ... I-3 I.5.1. Ruang Lingkup Penelitian ... I-3 I.5.2. Asumsi-Asumsi... I-4 I.6. Sistematika Penulisan ... I-4

(4)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

II. Gambaran Umum Perusahaan... II-1 III. Landasan Teori ... III-1 IV. Metodologi Penelitian ... IV-1

4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ... IV-1 4.2. Objek Penelitian ... IV-3 4.3. Rancangan Penelitian ... IV-3 4.4. Studi Pendahuluan ... IV-3 4.5. Teknik Pengumpulan Data ... IV-4 V. Pengumpulan dan Pengolahan Data ... V-1

5.1. Metode Pengumpulan Data ... V-1 5.2. Pengumpulan Data ... V-1 5.3. Pengolahan Data ... V-3 5.3.1. Penyajian Jumlah Kesalahan Hasil Penyortiran... V-3 5.3.2. Uji Kenormalan dengan Chi Square ... V-4 5.4. Perhitungan Analisa Varian untuk Menguji Hipotesis ... V-9 5.5. BNJ (Uji Tukey)... V-13

5.5.1. Taraf faktor Intensitas Cahaya ... V-13 5.5.2. Taraf faktor Alunan Musik ... V-16 5.5.3. Taraf faktor Arah Datang Cahaya ... V-17 5.6. Perhitungan dengan SPSS... V-19

(5)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.7. Chi Square Test... V-20 VI. Analisa dan Pembahasan Hasil ... VI-1

6.1. Hasil Pngujian Hipotesis... VI-1 6.2. Analisis Tingkat Kesalahan Hasil Penyortiran ... VI-3

6.2.1. Hubungan Intensitas Cahaya dengan Hasil Kerja

dan Grafik... ... VI-3 6.2.2. Hubungan Arah Datang Cahaya dengan Hasil

Kerja dan Grafik... VI-5 6.2.3. Hubungan Alunan Musik dengan Hasil Kerja

dan Grafik ... VI-6 6.3. Hubungan Interaksi Ketiga Faktor dengan Hasil Kerja ... VI-8 6.4. BNJ (Uji Tukey)... VI-9 6.4.1. Intensitas Cahaya ... VI-9 6.4.2. Alunan Musik... VI-9 6.4.3. Arah Datang Cahaya ... VI-9 VII. Kesimpulan dan Saran... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran... VII-2

(6)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Denah Bak Pengolahan Limbah Cair ... II-35 4.1. Block Diagram Metodologi Penelitian ... IV-2 6.1. Grafik Hubungan Intensitas Cahaya dengan Hasil Kerja . VI-4 6.2. Grafik Hubungan Arah Datang Cahaya dengan Hasil Kerja VI-6 6.3. Grafik Hubungan Alunan Musik dengan Hasil Kerja…… VI-7 6.4. Grafik Hubungan Interaksi Ke-3 Faktor dengan Hasil Kerja VI-8

(7)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Data Perincian Tenaga Kerja ...II-11 2.2. Parameter Pengukuran Limbah Cair ...II-37 3.1. Data Hasil Pengamatan ...III-10 3.2. Analisis Ragam Data ...III-12 3.3. Daftar Anava Desain Eksperimen Faktorial a x b x c...III-23

3.4. Rasio F untuk Eksperimen Faktorial a x b x c ...III-24 3.5. Rasio F untuk Eksperimen Faktorial a x b x c ...III-24 5.1. Jumlah Tablet Cacat Hasil Penyortiran Tablet Paracetamol .V-2 5.2. Data Hasil Observasi Eksperimen Faktorial 3 x 2 x 3 ...V-3 5.3. Hasil Pengurutan Data...V-4 5.4. Data Distribusi Frekuensi Penyortiran Tablet Paracetamol ..V-5 5.5. Data untuk Perhitungan Standar Deviasi dari Data

Berkelompok...V-6 5.6. Data BKA dan BKB beserta Luas Interval ...V-7 5.7. Data Luas Kurva dan Chi Kuadrat Hasil Penyortiran...V-7 5.8. Data Revisi Luas Kurva Hasil Penyortiran ...V-8 5.9. Daftar a x c ...V-9 5.10. Daftar b x c ... V-9 5.11. Daftar b x a ...V-9 5.12. Daftar Anava untuk Eksperimen Faktorial 3 x 2 x 3...V-12

(8)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.13. Data Taraf Faktor Intensitas Cahaya...V-14 5.14. Tabel Rata-Rata Berpasangan untuk Intensitas Cahaya...V-15 5.15. Data Taraf Faktor Alunan Musik ...V-16 5.16. Tabel Rata-Rata Berpasangan untuk Alunan Musik...V-17 5.17. Data Taraf Faktor Arah Datang Cahaya...V-17 5.18. Tabel Rata-Rata Berpasangan untuk Arah Datang Cahaya ...V-18 6.1. Perhitungan Tingkat Kesalahan Intensitas Cahaya ...VI-4 6.2. Perhitungan Tingkat Kesalahan Arah Datang Cahaya...VI-5 6.3. Perhitungan Tingkat Kesalahan Alunan Musik ...VI-7

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah rahmat dan karunia-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini, yang berjudul

“Analisa Pengaruh Alunan Musik, Intensitas Cahaya Dan Arah Datang Cahaya Pada Bagian Penyortiran Tablet Paracetamol 500 mg di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan”.

Dalam Tugas Sarjana ini, Penulis bertujuan untuk mendapatkan pengaruh faktor fisik lingkungan kerja khususnya alunan musik, intensitas cahaya dan arah datang cahaya terhadap hasil penyortiran tablet Paracetamol 500 mg serta dengan memberikan perlakuan berupa perubahan faktor fisik lingkungan kerja apakah terdapat perbedaan hasil penyortiran dan perlakuan mana yang menyebabkan hal tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan cara eksperimen lapangan, data yang dikumpulkan dengan taraf faktor yang berbeda-beda yaitu alunan musik dengan taraf memakai musik dan tanpa musik, intensitas cahaya dengan taraf 100 lux, 200 lux, 300 lux dan arah datang cahaya dengan posisi kiri, depan dan kanan dari operator.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Uji Keseragaman Data, Uji Kenormalan Data dengan Chi Square, Analisa Varians, dan BNJ (Uji Tukey).

Dari hasil analisa diperoleh tingkat kesalahan maksimum pada taraf faktor tanpa alunan musik, taraf faktor intensitas cahaya sebesar 100 lux dan taraf faktor arah datang cahaya dari sebelah kanan operator. Sedangkan dengan menggunakan

(10)

BNJ (Uji Tukey) terdapat perbedaan secara berarti antar taraf yaitu pada taraf faktor tanpa musik dan taraf faktor arah datang cahaya dari sebelah kanan operator. Dengan taraf faktor intensitas cahaya sebesar 100 lux, 200 lux, dan 300 lux tidak terdapat perbedaan secara berarti antar taraf.

Tugas sarjana ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik Industri pada Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah berusaha untuk membuat yang terbaik, namun oleh keterbatasan, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk lebih menyempurnakan Tugas Sarjana ini.

Semoga Tugas Sarjana ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Universitas Sumatera Utara, Medan Penulis Juni, 2008

(11)

UCAPAN TERIMA KASIH

Tugas Sarjana ini tidak akan pernah terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Ir. Poerwanto, MSc. selaku pembimbing I, yang telah meluangkan banyak waktunya untuk memberikan motivasi, bimbingan arahan dan koreksi dalam penulisan Tugas Sarjana ini.

2. Ibu Ir. Nurhayati Sembiring, MT selaku pembimbing II, yang telah begitu sangat sabar dan telah banyak meluangkan waktu yang sangat terbatas untuk memberikan motivasi, bimbingan, arahan dan koreksi agar Tugas Sarjana ini dapat selesai dengan baik.

3. Bapak Drs. Nunu Fuad Gunawan Apt. selaku Plant Manager PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, Plant Medan yang banyak membantu penulis selama proses pengambilan data di lapangan dan memberikan informasi-informasi yang sangat diperlukan dalam penulisan Tugas Sarjana ini.

4. Seluruh staf dan karyawan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang telah memberikan bantuan berupa informasi dan dukungan moril selama penulisan tugas sarjana ini.

(12)

5. Istri dan anakku tercinta, yang senantiasa memberikan dukungan baik berupa doa serta dukungan semangat yang sangat berarti sekali bagi terselesaikannya Tugas Sarjana ini.

6. Ibunda tersayang, yang selalu mendoakan putranya untuk segera dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

7. Seluruh teman-temanku khususnya anak-anak Ekstensi ‘05 yang selalu hadir memberikan semangat untuk penulis.

8. Dan buat semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam pembuatan Tugas Sarjana ini, terima kasih karena tanpa kalian penulis bukan siapa-siapa.

Demikian penulis sampaikan untuk memulai pembahasan Tugas Sarjana ini. Dalam hal ini penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana yang disajikan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga Tugas Sarjana ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Universitas Sumatera Utara, Medan Penulis Juni, 2008

(13)

RINGKASAN

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD), Obat Rutin, dan Obat Generik, salah satu produk yang dihasilkan adalah tablet Paracetamol 500 mg, pada saat proses produksi kecacatan produk sering terjadi sehingga untuk dapat dipasarkan produk ini harus disortir terlebih dahulu untuk menjamin produk yang kurang baik (cacat) tidak beredar dipasaran.

Penelitian ini bertujuan untuk dapat menganalisa pengaruh alunan musik, intensitas cahaya dan arah datang cahaya terhadap hasil penyortiran tablet Paracetamol 500 mg. Metoda yang digunakan adalah Analisa Varians dengan taraf signifikan yang digunakan α 0,05. Analisa hubungan antara intensitas cahaya terhadap hasil kerja (tingkat keberhasilan) diperoleh tingkat kesalahan maksimum pada saat intensitas cahaya sebesar 100 lux, dengan taraf faktor arah datang cahaya diperoleh tingkat kesalahan maksimum pada saat arah datang cahaya dari kanan operator, serta antara taraf faktor alunan musik diperoleh tingkat kesalahan maksimum pada saat tanpa alunan musik. Dengan menggunakan BNJ (Uji Tukey) dengan taraf faktor intensitas cahaya 100 lux, 200 lux dan 300 lux tidak berpengaruh terhadap hasil penyortiran tablet Paracetamol 500 mg (tidak terdapat perbedaan secara berarti antar taraf). Sedangkan pada taraf faktor tanpa musik berpengaruh terhadap hasil penyortiran tablet Paracetamol 500 mg (terdapat perbedaan secara berarti antar taraf), Serta dengan taraf faktor arah datang cahaya kanan, kiri dan depan berpengaruh terhadap hasil penyortiran tablet Paracetamol 500 mg (terdapat perbedaan secara berarti antar taraf).

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan merupakan unit poduksi formulasi yang memproduksi obat-obatan untuk memenuhi kebutuhan obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD), Obat Rutin dan Obat Generik. Salah satu produk yang dihasilkan adalah tablet Paracetamol 500 mg, pada saat proses produksi kecacatan produk sering terjadi sehingga untuk dapat dipasarkan produk ini harus disortir terlebih dahulu untuk menjamin produk yang kurang baik (cacat) tidak beredar dipasaran. Adapun kriteria tablet yang kurang baik (cacat) dan tidak diterima pasar adalah :

1. Bintik-bintik hitam yaitu pada tablet berbentuk bulat datar, berwarna putih dan berbintik hitam pada tablet.

2. Pecah pada bagian pinggir (keping) yaitu pada tablet berbentuk bulat datar, berwarna putih pada bagian pinggir tablet pecah-pecah.

3. Terbelah dua yaitu pada tablet berbentuk bulat datar, berwarna putih pada bagi- an tengah tablet terbelah menjadi dua bagian atau lebih.

Semakin teliti seorang operator maka kesalahan hasil penyortiran dapat diperkecil. Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil penyortiran tablet Paracetamol 500 mg perlu dilakukan pada perusahaan farmasi, khususnya di

(15)

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan. Oleh karena itu pada proses penyortiran tablet Paracetamol 500 mg ini perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi hasil dari penyortiran tablet Paracetamol 500 mg tersebut, yang mana faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu alunan musik, intensitas cahaya dan arah datang cahaya.

1.2. Perumusan Permasalahan

Dari penelitian ini permasalahan yang diambil adalah :

1. Bagaimanakah pengaruh alunan musik, intensitas cahaya, dan arah datang cahaya terhadap hasil kerja operator ?

2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi hasil penyortiran tablet Paracetamol 500 mg ?

1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Dengan melihat permasalahan diatas maka tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mendapatkan pengaruh faktor fisik lingkungan kerja khususnya alunan musik, intensitas cahaya, dan arah datang cahaya terhadap hasil penyortiran tablet Paracetamol 500 mg.

(16)

2. Untuk melihat apakah dengan memberikan perlakuan berupa perubahan terhadap faktor fisik lingkungan kerja khususnya alunan musik, intensitas cahaya dan arah datang cahaya mempengaruhi hasil penyortiran tablet Paracetamol 500 mg, bila hasil yang didapat ternyata terdapat perbedaan hasil penyortiran maka perlakuan mana yang menyebabkan perbedaan tersebut.

1.3.2. Sasaran Penelitian

Sasaran yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap hasil penyortiran tablet Paracetamol 500 mg dengan menggunakan analisa Varians. 2. Untuk mengetahui pengaruh dari berbagai faktor perlakuan pada hasil proses

penyortiran tablet Paracetamol 500 mg.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam perancangan dan pengaturan lingkungan kerja, khususnya yang berkaitan dengan lingkungan fisik dibagian penyortiran tablet Paracetamol 500 mg.

2. Mengusulkan memperbaiki lingkungan kerja dan kondisi kerja khususnya bagian penyortiran tablet Paracetamol 500 mg yang sesuai dengan operator.

(17)

1.5. Ruang Lingkup dan Asumsi-Asumsi 1.5.1. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk memfokuskan tujuan penelitian ini maka akan dijelaskan ruang lingkup penelitian yang digunakan :

1. Objek yang dianalisa adalah proses penyortiran, diruang penyortiran tablet Paracetamol 500 mg.

2. Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi hasil penyortiran tablet Paracetamol 500 mg pada penelitian ini dibatasi hanya pada alunan musik, intensitas cahaya, dan arah datang cahaya.

3. Intensitas cahaya yang dipakai dengan taraf faktor 100 lux, 200 lux, dan 300 lux terhadap hasil penyortiran tablet Paracetamol 500 mg.

4. Arah datang cahaya yang dipakai dengan taraf kiri, depan dan kanan operator. 5. Alunan musik yang dipakai adalah jenis musik pop dengan frekuensi 40 dB dan

taraf yang digunakan memakai musik, dan tanpa musik.

1.5.2. Asumsi-Asumsi

Beberapa asumsi yang digunakan agar pemecahan masalah dapat dilakukan dengan baik adalah sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan pada pekerjaan penyortiran tablet Paracetamol 500 mg. 2. Analisa data hanya didasarkan pada saat penelitian dilakukan.

3. Operator yang dipilih adalah operator yang memiliki pengalaman dan kemampuan rata-rata.

(18)

4. Data yang diperoleh setelah dipertimbangkan kelayakannya adalah benar.

1.6. Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika penulisan tugas akhir ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup, asumsi serta sistematika.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Menampilkan gambaran perusahan secara umum dan ringkas mengenai atribut perusahan yang menjadi objek studi diantaranya sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, organisasi dan manajemen serta proses produksi baik itu mengenai uraian bahan yang digunakan, jumlah dan spesifikasi produk yang dihasilkan, uraian proses produksi serta mesin dan peralatan yang digunakan pada proses produksi.

BAB III : LANDASAN TEORI

Mengemukakan teori-teori dari referensi dan literatur yang sesuai dengan materi penelitian yang dijelaskan dan mendukung terhadap masalah-masalah yang terjadi.

(19)

Menampilkan langkah-langkah dan tahapan-tahapan yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap tahapan secara ringkas disertai diagaram alirnya.

BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Memuat data hasil penelitian yang diperoleh dari perusahaan sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pemecahan masalah.

BAB VI : ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Menganalisis hasil keseluruhan penelitian dari pengolahan data dan pemecahan masalah.

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil keseluruhan penelitian dan menganalisa dapat diambil kesimpulan dan saran untuk menjadi bahan pertimbangan oleh perusahaan.

(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

2.1.1. Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. yang merupakan badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus 1971. Sejarah berdirinya PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. terdiri atas beberapa periode, yaitu :

a. Periode I (1957-1959)

Pada periode ini pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi perusahaan farmasi milik bangsa Belanda yang ada di Indonesia. Program nasionalisasi ini dikoordinasi oleh Badan Pengambilalihan Perusahaan Farmasi (BAPHAR), yang meliputi :

1. NV. RATHKAMP & NV. BAVOSTA di Jakarta

2. NV. BANDOENGSCHE KININE FABRICK di Bandung 3. NV. ORDENEMING IODIUM WATUDAKON di Mojokerto. 4. NV. INDUSTRI TELLA di Surabaya.

5. CV. APOTIK MALANG di Malang

(21)

b. Periode II (1960-1968)

Pada periode ini dilakukan pembentukan Perusahaan Negara Farmasi (PNF) dari perusahaan-perusahaan farmasi milik bangsa Belanda yang telah dinasionalisasikan sebelumnya. Pembentukan Perusahaan Negara Farmasi (PNF) berdasarkan PP. No. : 60/1961 dibawah koordinasi Badan Pimpinan Umum Farmasi Negara sebagai peleburan BAPPHAR yang bernaung dibawah Departemen Kesehatan. Perusahan-perusahaan yang didirikan adalah :

1. PNF. RADJA FARMA (ex. Rathkamp) di Jakarta 2. PNF. NURANI FARM A (ex. Van Gorkom) di Jakarta 3. PNF. NAKULA FARMA (ex. Bavosta) di Jakarta 4. PNF. BHINNEKA KINA FARMA di Bandung 5. PN. SARI HUSADA (ex. Sari Delle) di Yogyakarta 6. PN. KASSA HUSADA (ex. Varbanstaffen) di Surabaya 7. PNF. BIOFARMA (ex. Pasteur Instute) di Bandung 8. PNF. RADJA FARMA (ex. Rathkamp) di Medan

c. Periode III (1969-1970)

Pada periode ini, Pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden No. : 17/1967 untuk meningkatkan efesiensi disetiap BUMN sehingga Departemen

Kesehatan melebur perusahaan-perusahaan milik negara tersebut kedalam Perusahaan Negara Farmasi (PNF) dan Alat-Alat kesehatan Bhinneka Kimia Farma dan PNF.

(22)

Kassa Husada di Surabaya dirubah menjadi Perusahaan Umum dan Perusahaan Daerah, kemudian PN. Sari Husada di Yogyakarta berdiri sendiri sebagai anak perusahaan.

d. Periode IV (1971-2001)

Periode ini dimulai tahun 1971 ditandai dengan dikelurkannya PP No. : 116 tahun 1971 yang berlaku sejak tanggal 19 Maret 1971. Perusahaan Negara Farmasi dan alat-alat Kesehatan Bhinneka Kimia Farma dinyatakan menjadi Perseroan Terbatas (PT) setelah lulus mengikuti proses audit yang selanjutnya disahkan pada tanggal 16 Agustus 1971 sebagai PT. Kimia Farma (Persero) dengan Akta Notaris dan diumumkan dalam berita negara.

e. Periode V (Juni 2001 - sekarang)

Pada tanggal 28 Juni 2001 PT. Kimia Farma (Persero) menjadi perusahaan terbuka (Go Public) dengan nama PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, dimana untuk privatisasi tahap I saham yang dilepas adalah sebanyak 9% dengan rincian 3% untuk program Kepemilikan Saham Karyawan dan Manajemen (KSKM) dan sisanya 6% untuk masyarakat umum.

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. didukung oleh 5 unit produksi farmasi yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Watudakon-Jawa Timur dan Tanjung

(23)

Morawa-Medan dan 1 unit Riset dan Pengembangan di Bandung. Satu unit Riset dan Pengembangan dan kelima pabrik yang telah memenuhi syarat Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) ini adalah :

1. Unit Riset dan Pengembangan di Bandung

Dengan dukungan kuat Riset & Pengembangan, segmen usaha yang dikelola oleh perusahaan induk ini memproduksi obat jadi dan obat tradisional, yodium, kina dan produk-produk turunannya, serta minyak nabati. Lima fasilitas produksi yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia merupakan tulang punggung dari segmen industri.

2. Plant Jakarta

Memproduksi sediaan tablet, tablet salut, kapsul, sirup kering, suspensi/sirup, tetes mata, krim, antibiotika dan injeksi. Unit ini merupakan satu-satunya pabrik obat di Indonesia yang mendapat tugas dari pemerintah untuk memproduksi obat golongan narkotika. Industri formulasi ini telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ISO-9001.

3. Plant Bandung

Memproduksi bahan baku kina dan turunan-turunannya, rifampisin, obat asli indonesia dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Unit produksi ini telah mendapat US-FDA Approval. Selain itu, Plant Bandung juga memproduksi tablet, sirup, serbuk, dan produk kontrasepsi Pil Keluarga Berencana. Unit produksi ini

(24)

telah menerima sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ISO-9002.

4. Plant Semarang

Memproduksi minyak jarak yang banyak dipakai dalam bidang kosmetika dan industri farmasi, juga melakukan pemurnian minyak-minyak nabati (bedak). Pabrik ini telah mendapatkan sertifikat ISO 9001 dan Lloyd’s Register Quality Assurance (LRQA)

5. Plant Watudakon di Jawa Timur

Merupakan satu-satunya pabrik yang mengolah tambang Yodium di Indonesia. Unit ini memproduksi yodium dan garam-garamnya, bahan baku ferro sulfat sebagai bahan utama pembuatan tablet besi untuk obat tambah darah, dan kapsul lunak ”Yodiol” yang merupakan obat pilihan untuk pencegahan gondok. Plant Watudakon juga mempunyai fasilitas produksi formulasi seperti tablet, tablet salut, kapsul lunak, salep, sirup, dan cairan obat luar/dalam. Unit ini telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), ISO-9002 dan ISO-14001.

6. Plant Medan

Merupakan satu-satunya pabrik obat PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. yang berada di luar Jawa, yang fungsinya terutama memenuhi kebutuhan obat di wilayah Sumatera. Produk yang dihasilkan oleh pabrik yang telah memperoleh sertifikat

(25)

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), yang meliputi tablet, krim, kapsul lunak dan salep.

Pada tanggal 4 Januari 2003 PT. Kimia Farma membentuk 2 anak perusahaan yaitu : 1. PT. Kimia Farma Health & Care

2. PT. Kimia Farma Trading & Distribution Sedangkan pabrik sebagai Holding Company.

2.1.2. Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan merupakan unit poduksi formulasi yang memproduksi obat-obatan untuk memenuhi kebutuhan obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD), Obat Rutin dan Obat Generik. Pabrik ini berdiri pada tahun 1967 dengan nama Radja Farma dan dulunya juga merupakan perusahaan farmasi milik Belanda yang dinasionalisasikan oleh pemerintah Indonesia. Pada tahun 1971 perusahaan ini berubah nama menjadi PT. Kimia Farma dan menjadi perusahaan cabang dari PT. Kimia Farma Jakarta. Dengan adanya SK. Direksi No. : Kep. 14/DIR/VI/2004 pada tanggal 14 Juni 2004 maka PT. Kimia Farma (Persero) cabang Medan berubah menjadi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan. Distribusi obat-obatan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan dikelola oleh Unit Logistik Sentral (ULS) yang berada di Jakarta. ULS inilah yang mendistribusikannya melalui PT. Trading & Distribution.

(26)

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang terletak di jalan Medan Tanjung Morawa Km. 9 No. 59 Medan, merupakan unit produksi obat jadi dan telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk sediaan yang diproduksi, yaitu tablet, kapsul dan krim.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada dibawah pembinaan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN dalam upaya mendukung program pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya di bidang kesehatan.

Produksi yang dihasilkan adalah obat-obatan yang bermutu dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat yang meliputi obat-obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD), Obat Generik Berlogo (OGB), obat-obat paten dan alat kontrasepsi.

Dalam menjalankan semua usahanya PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, memiliki 3 (tiga) unit usaha, meliputi :

1. Bidang Produksi

Produk-produk andalan yang dihasilkan perusahaan ini adalah : a. Produk etikal.

b. Produk ”Over The Counter” (OTC) yaitu obat yang dapat dijual bebas. c. Produk Generik Berlogo.

(27)

d. Produk lisiensi dari beberapa perusahaan asing yaitu : Sankyo (Jepang), Heinrich (Jerman), Solvay Duphar (Belanda).

e. Produk Bahan Baku. f. Produk Kontrasepsi.

g. Produk-produk penugasan pemerintah (narkotika) 2. Bidang Pelayanan (PT. Health & Care)

3. Bidang Distribusi (PT. Trading & Distribution) yang dijalankan oleh anak perusahaan PT. KF Trading and Distribution.

4. Klinik Kesehatan dan Optik.

2.3. Letak dan Lokasi Perusahaan

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.Plant Medan terletak di Jalan Raya Medan Tanjung Morawa Km 9 No. 59, Kotamadya Medan, Propinsi Sumatera Utara, Indonesia. Perusahaan ini berdiri di atas lahan dengan luas 20.269 m2 yang terdiri dari :

a. Ruang perkantoran.

b. Ruang laboratorium Pemastian Mutu & IPC. c. Ruang produksi tablet/kapsul.

d. Ruang produksi krim/salep. e. Ruang penimbangan sentral. f. Gudang bahan baku.

(28)

g. Gudang bahan kemas. h. Gudang etiket.

i. Gudang obat jadi.

j. Bangunan penunjang seperti tempat pencucian, dapur, mushola, dan tempat olahraga.

Prasarana transportasi yang tersedia di lokasi ini dapat dikatakan sangat baik, yakni dengan adanya fasilitas jalan tol yang terletak cukup dekat dengan lokasi pabrik (kurang dari 1 km) dan dengan tersedianya angkutan umum yang cukup banyak bagi karyawan. Kebutuhan listrik pabrik disuplai oleh PLN, kebutuhan air disuplai oleh PDAM TIRTANADI, dan layanan jaringan telekomunikasi dari TELKOM sudah mencukup memadai.

2.4. Struktur Organisasi, Uraian Tugas dan tanggung Jawab

Sebelum menjalankan suatu aktifitas dalam perusahan, sangat penting untuk mencantumkan suatu struktur organisasi, uraian tugas dan tanggung jawab bagi seluruh pegawai yang ada dalam perusahaan.

2.4.1. Struktur Organisasi

Dalam melaksanakan kegiatannya PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan, menggunakan struktur organisasi yang disusun sedemikian rupa sehingga jelas terlihat batas-batas tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil dalam organisasi. Struktur organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan

(29)

dapat dilihat pada lampiran 1, dimana di dalamnya mencakup level manager sampai pada level asisten manager dan supervisor, sedangkan untuk level karyawan tidak digambarkan.

Berdasarkan keterangan diatas maka hubungan kerja dalam organisasi perusahaan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan adalah hubungan campuran lini-fungsional. Hal ini ditunjukkan dengan adanya hubungan lini pada pelimpahan wewenang dan tanggung jawab manager pabrik kepada asisten manajer sehingga terbentuk departemen Produksi, PPiC, dan Pemastian Mutu. Hubungan fungsional dijumpai pada hubungan antara sesama karyawan dengan bagian personalia, keuangan, akuntansi, gudang, pembelian, teknik dan pemeliharaan serta umum.

2.4.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Untuk menjalankan suatu organisasi diperlukan personil-personil yang menduduki jabatan tertentu didalam organisasi tersebut. Adapun uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab pada masing-masing jabatan dalam struktur organisasi pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan dapat dilihat pada

(30)

2.5. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.5.1. Tenaga Kerja

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memiliki sumber daya manusia terdiri dari tenaga kerja tetap yang merupakan tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung.

Tenaga kerja langsung adalah pekerja pada bagian produksi/pengolahan di pabrik, sedangkan tenaga kerja tidak langsung adalah pekerja yang kerjanya tidak berhubungan langsung dengan produksi.

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memiliki 77 orang tenaga kerja. Adapun data perincian tenaga kerja di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan dapat dilihat pada tabel 2.1. pada halaman berikut.

2.5.2. Jam Kerja

Jam kerja yang berlaku pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan dari senin sampai jum’at adalah 8 jam sehari, dengan jadwal sebagai berikut :

- Pukul 08.00 – 12.00 Wib Waktu Kerja - Pukul 12.00 – 13.00 Wib Waktu Istirahat - Pukul 13.00 – 16.00 Wib Waktu Kerja

(31)

Tabel 2.1. Data Perincian Tenaga Kerja pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.Plant Medan.

Jabatan/Bagian Pria Wanita Total

Plant Manager 1 - 1 Asisten Manager Produksi 1 - 1 Pemastian Mutu - - - Supervisor : Personalia 1 - 1 Penyimpanan - 1 1 Tablet/Kapsul - - - Pengemasan - 1 1 PMPP - 2 2 PPiC 1 - 1 Pengadaan - 1 1

Tehnik & Pemeliharaan 1 - 1

Akutansi - 1 1 Keuangan 1 - 1 Staff : Personalia - 1 1 Keuangan - 1 1 PPiC - 2 2 Pengadaan - - - PMPP - 6 6 Gudang 4 1 5

Tehnik & Pemeliharaan 1 - 1

Tablet/kapsul - 23 23

Pengemasan 1 19 20

Satpam 6 - 6

Total 18 59 77

Sumber : PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan

2.6. Sistem Pengupahan dan Fasilitas lainnya. 2.6.1. Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan terdiri atas 3 (tiga) tahap, yaitu :

1. Gaji Dasar I, yaitu berupa gaji pokok pegawai. Gaji Dasar ini diberikan setiap tanggal 5 tiap bulannya.

(32)

2. Gaji Dasar II, yaitu berupa tunjangan transportasi (konjungtor). Gaji Dasar ini diberikan setiap tanggal 20 tiap bulannya.

3. Tunjangan lainnya, yaitu berupa tunjangan tertib kerja dan upah lembur. Diberikan setiap tanggal 20 tiap bulannya.

2.6.2. Fasilitas Tenaga Kerja

Kesejahteraan Fasilitas yang diberikan oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan kepada tenaga kerja atau karyawannya adalah sebagai berikut :

1. Tunjangan Hari Besar Keagamaan (THR)

Besarnya tunjangan ditentukan berdasarkan ketentuan dari perusahaan. 2. Tunjangan Dinas.

Diberikan kepada karyawan yang melakukan dinas demi kemajuan perusahaan atau karena ditugaskan keluar kota untuk jangka waktu tertentu.

3. Tunjangan dan pelayanan kesehatan dengan menyediakan dokter perusahaan dan memberikan rumah sakit rujukan.

4. Pemberian alat keselamatan kerja seperti : head cover, masker, sarung tangan dan sepatu kerja.

5. Upah Lembur

Diberikan apabila karyawan harus bekerja melebihi jam kerja yang telah ditetapkan.

6. Bonus

(33)

7. Cuti

Cuti diberikan untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan selama bekerja, perusahaan memberikan cuti kepada karyawannya. Pengaturan ini dimaksudkan agar kegiatan perusahaan dapat berjalan secara optimal.

2.7. Proses Produksi

Produksi adalah semua kegiatan pembuatan mulai dari peneriman bahan awal, pengolahan sampai dengan menghasilkan obat jadi. Kegiatan produksi ini dilakukan di area tertutup dan tidak berhubungan langsung dengan bagian gudang ataupun perkantoran.

Sebelum dimulainya kegiatan produksi, petugas yang terlibat dalam kegiatan produksi ataupun yang memasuki area produksi harus memakai pakaian bersih, penutup kepala, mulut, dan mendesinfeksi tangan dengan desinfektan yang tersedia sebelum memakai sarung tangan.

Hal – hal yang harus diperhatikan sebelum memulai kegiatan produksi :

1. Ruang produksi harus tetap terjaga kebersihan, dimana kegiatan pembersihan dilakukan tiap pagi sebelum dimulai kegiatan produksi dan sore hari sesudah selesai kegiatan produksi.

2. Temperatur dan kelembaban tiap ruangan produksi diatur sedemikian rupa menggunakan Air Handling Unit (AHU) menggunakan AC sentral.

3. Peralatan yang digunakan harus dipastikan selalu dalam keadaan bersih sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan produksi.

(34)

4. Ruangan produksi harus mendapat penerangan dan pertukaran udara yang cukup agar kegitan produksi berjalan lancar.

Produksi dilaksanakan setelah adanya SPK dari bagian PPiC ke bagian produksi, dan dilakukan produksi sesuai dengan protap yang telah ditetapkan serta mendokumentasi setiap tindakan yang dilakukan selama produksi.

2.7.1. Standar Mutu Bahan / Produk

Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. : 43/Menkes/SK/II/1988 tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik dan Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Depkes RI No. : 05410/A/SK/XII/1989 tentang Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik.

Pengawasan mutu adalah semua pengawasan yang dilakukan selama pembuatan dan dirancang untuk menjamin agar produk obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi spesifikasi, identifikasi, kekuatan, kemurnian dan karakteristik lain yang telah ditetapkan. Pengawasan Mutu merupakan bagian yang paling penting dari Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) agar tiap obat yang dibuat memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya.

2.7.1.1. Pemeriksaan Mutu Bahan Baku dan Bahan Pengemas

Bahan baku dan bahan pemgemas datang dari pemasok ke bagian gudang, kemudian petugas laboratorium melakukan sampling dan pemeriksaan terhadap :

(35)

1. Bahan baku dan bahan tambahan

a. Pemeriksaan organoleptis, meliputi bentuk, warna, bau dan rasa.

b. Pemeriksaan kimia, meliputi pemeriksaan kualitatif, kuantitatif dan pH. c. Pemeriksaan fisika, meliputi titik lebur, kelarutan dan berat jenis. 2. Bahan Pengemas

a. Pemeriksaan kemasan, meliputi ukuran dan kebocoran wadah.

b. Pemeriksaan etiket, meliputi ukuran, kebenaran tulisan dan lambang, desain dan warna.

2.7.1.2. Pengawasan Selama Proses (In Process Control / IPC)

Tujuan dilakukan pengawasan selama berlangsungnya proses pengolahan yaitu untuk mencegah terlanjur diproduksinya obat yang tidak memenuhi spesifikasi. Laboratorium pengujian IPC terletak di area produksi. Pengawasan ini dilakukan dengan cara mengambil contoh dan mengadakan pemeriksaan dan pengujian terhadap produk yang dihasilkan pada tahap-tahap tertentu dari proses pengolahan.

Pengawasan dalam proses pengolahan dilaksanakan oleh 2 pihak, yaitu :

1. Bagian Produksi, yang menjamin bahwa mesin dan peralatan produksi serta proses yang digunakan akan menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.

2. Bagian Pengawasan Mutu, yang meyakinkan bahwa produk yang dihasilkan pada tahap tertentu telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum dilanjutkan proses berikutnya. Bagian pengawasan mutu menentukan apakah tahap lanjutan

(36)

dari proses pengolahan dapat dilaksanakan berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan.

Pengawasan dalam proses pengolahan (IPC) hendaklah meliputi pengujian parameter kualitas antara lain :

1. Tablet : pemerian, bobot rata-rata, bobot satuan, kadar bahan aktif, kekerasan, friabilitas, waktu hancur dan disolusi.

2. Kapsul : pemerian, bobot rata-rata, bobot satuan, kadar bahan aktif, waktu hancur dan disolusi.

3. Krim dan salep : pemerian, pH (kecuali salep), bobot rata-rata, homogenitas dan kadar bahan aktif.

2.7.1.3. Pengawasan dalam Proses Pengemasan

Pengawasan dalam proses pengemasan hendaklah meliputi pemeriksaan parameter kualitas, antara lain :

a. Kerapatan tutup wadah seperti tutup botol dan tutup tube. b. Jumlah satuan produk dalam kemasan.

c. Kebenaran dan kebersihan bahan pengemas yang dipakai.

d. Kerapian pengemasan, penulisan nomor batch, tanggal kadaluarsa. e. Kebocoran produk yang dikemas dalam strip.

(37)

2.7.2. Bahan yang Digunakan 2.7.2.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam proses produksi, dimana bentuknya akan mengalami perubahan, yang langsung ikut di dalam proses produksi dan terjual pada barang jadi.

Untuk pembuatan Hydrocortisone 2.5% Krim, bahan baku yang digunakan antara lain adalah :

1. Hydrocortisone Acetas. 2. Natrii Tetraboras. 3. Methylis Parabenum. 4. Aqua Destillata. 5. Propylis Parabenum. 6. Cetyl Alcohol. 7. Acidum Stearinicum. 8. Paraffinum Liquidium. 9. Ammonia Liquidium 20 %. 10. Polysorbatum 80.

Untuk pembuatan Betametason 0.1% Krim, bahan baku yang digunakan antara lain adalah :

1. Betamethazonum Valerat. 2. Dehydax Wax Sx.

(38)

4. Propylis Parabenum. 5. Aqua Destillata.

Untuk pembuatan tablet Antalgin 500 mg, bahan baku yang digunakan adalah : 1. Methylis Parabenum 2. Propylis Parabenum 3. Aqua Destillata 4. Amylum Maydis 5. Methampyronum 6. Lactosum

Untuk pembuatan tablet Paracetamol 500 mg, bahan baku yang digunakan adalah : 1. Acetaminophenum Pulvis. 2. Povidonum K-30. 3. Methylis Parabenum. 4. Aqua Destillata. 5. Amylum Maydis. 6. Lactosum.

7. Acidum Silicicum Kolloidal 200. 8. Sodium Starch Glycolate.

9. Talkum Venetum. 10. Magnesii Stearas.

(39)

Untuk pembuatan kapsul Chloramphenicol 250 mg, bahan baku yang digunakan adalah :

1. Chloramphenicolum, levo 2. Magnesii Stearas

3. Microcrystaline Cellulose (Avicel) 4. Natrii Lauryl Sulfas

5. Capsul No. II H/H

2.7.2.2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan sebagai pelengkap bahan baku untuk bersama-sama membentuk barang jadi. Bahan-bahan ini tidak ikut dalam proses, tetapi merupakan bagian dalam produk. Yang menjadi bahan tambahan antara lain :

1. Kantong plastik, berfungsi sebagai media kemasan awal pada produk tablet dan kapsul sebelum dimasukkan ke dalam botol kemasan.

2. Botol kemasan, berfungsi sebagai media kemasan akhir pada produk tablet dan kapsul.

3. Silika Gel, berfungsi sebagai pengawet obat untuk produk tablet dan kapsul. 4. Tube, berfungsi sebagai media kemasan awal untuk produk krim.

(40)

6. Etiket, yaitu kertas yang ditempelkan pada botol kemasan untuk produk tablet dan kapsul, yang berisikan komposisi bahan, indikasi, nama produk, expired date dan batch number.

7. Dus, berfungsi sebagai media kemasan untuk produk krim.

8. Kotak, berfungsi sebagai media kemasan setelah dus untuk produk krim.

9. Kotak Induk, berfungsi sebagai media kemasan akhir untuk produk krim, tablet dan kapsul.

2.7.2.3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan dalam suatu proses produksi yang dikenakan langsung atau tidak langsung terhadap bahan baku dalam suatu proses produksi untuk mendapatkan produk yang diinginkan tetapi bahan ini tidak ikut pada bahan jadi. Pada proses produksi krim, tablet, dan kapsul ini, tidak terdapat bahan penolong, karena semua bahan yang digunakan dalam proses akan terdapat pada produk jadi.

2.7.3. Uraian Proses

Setelah adanya perintah produksi dari PPiC, bagian produksi meminta bahan baku ke bagian gudang dengan surat perintah pengeluaran bahan baku dan bahan pengemas, petugas gudang melakukan penimbangan atau penyerahan bahan sesuai dengan yang ditulis pada SPPBB/SPPBK tersebut. Selama produksi berlangsung, dibuat laporan proses produksi mulai dari penimbangan bahan baku sampai pengemasan yang bertujuan untuk dokumentasi.

(41)

Sehingga bila terjadi kekeliruan ataupun kesalahan pada proses produksi, dapat segera diketahui pada proses mana kesalahan tersebut terjadi dan diambil tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Laporan proses produksi membuat nama sediaan, No. Batch, Besar Batch, tahapan proses, operator, tanggal, jam, hasil, pengawasan yang berguna untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu batch sediaan. Laporan proses produksi ini diisi oleh petugas yang melakukan suatu tahapan proses produksi dan diketahui oleh supervisor produksi.

Selama proses produksi berlangsung dilakukan pengawasan dalam proses (In Process Control/IPC). IPC yang dilakukan ada 2 macam, yaitu :

1. Dilakukan oleh pihak produksi, yaitu setiap 15 menit sekali dilakukan pemeriksaan keseragaman bobot.

2. Dilaksanakan oleh pihak pengawasan mutu, antara lain : uji kekerasan, waktu hancur, disolusi, friabilitas, keseragaman bobot dan kadar zat berkhasiat.

Obat yang telah selesai diproduksi akan dilakukan pengemasan primer dibagian produksi yang selanjutnya diserahkan kebagian pengemasan melalui pass box untuk dilakukan pengemasan sekunder sampai dihasilkan obat jadi. Obat jadi yang telah selesai dikemas, ditimbang bobotnya dan dicatat, selanjutnya dibuat permohonan pemeriksaan ke bagian pengawasan mutu untuk dilakukan finished pack analysis. Obat jadi yang lulus pemeriksaan selanjutnya diserahkan ke gudang

(42)

Bagian produksi pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan terdiri dari :

1. Jalur Produksi Krim

Jalur produksi krim terpisah dari jalur produksi yang lain dimana pada jalur produksi ini terdiri dari beberapa ruangan dimana setiap ruangan tersebut telah diatur suhu, kelembaban dan tekanan dengan AHU. Adapun ruangan pada jalur produksi krim terdiri dari :

a. Ruang penimbangan

Pada ruangan ini dilengkapi dengan beberapa alat timbangan digital, lemari asam, dust collector, Air Handling Unit (AHU). Bahan-bahan yang telah ditimbang akan

ditempatkan pada staging area untuk kemudian diambil oleh petugas produksi lain untuk dilakukan proses produksi selanjutnya. Ruang penimbangan ini dipakai untuk menimbang bahan sediaan krim, tablet dan kapsul.

b. Ruang pencampuran

Pada ruangan ini dilengkapi dengan alat double jacket tank untuk memanaskan air, ultra torrax untuk mencampur bahan aktif dengan bahan dasar krim, mixer untuk pengadukan sehingga diperoleh produk ruahan. Alat–alat tersebut dibersihkan setiap pagi hari sebelum digunakan dan sore hari sesudah selesai digunakan. Bila tidak ada kegiatan produksi maka pembersihan dilakukan seminggu sekali. Selama proses produksi dilakukan IPC oleh bagian pengawasan mutu.

(43)

c. Ruang pengisian

Ruang untuk melakukan pengisian sediaan krim ada 3 yaitu : - Ruang Pengisian I

Dilengkapi dengan mesin pengisian krim Elemech dengan kapasitas 2400 tube/jam dan neraca analitik.

- Ruang pengisian II

Dilengakapi dengan mesin pengisi bahan Pharmech dengan kapasitas 900-2000 tube/jam dan neraca analitik.

- Ruang pengisian III

Dilengkapi dengan mesin neraca pengisi krim Pharmech dengan kapasitas 1600 tube/jam dan neraca analitik. Sebelum pengisian krim, tube kosong yang telah dibersihkan di bagian pengemasan dimasukkan ke pass box, dibawa oleh petugas produksi ke ruang pengisian dan disusun ke mesin pengisian yang telah dimasukkan massa krim, kemudian dilakukan pengisian. Setiap 15 menit dilakukan pemeriksaan bobot oleh operator dan pada awal dan akhir pengisian dilakukan pemeriksaan oleh bagian pengawasan mutu. d. Ruang karantina

Pada ruang ini disimpan produk ruahan untuk menunggu pemeriksaan laboratorium. Produk ruahan yang telah selesai diperiksa oleh bagian pengemasan melalui pass box untuk dilakukan pengemasan skunder.

(44)

2. Jalur Produksi tablet

Jalur produksi tablet terletak terpisah dari jalur produksi krim untuk menghindari terjadinya pencemaran silang. Pada unit tablet juga terdapat beberapa ruangan dimana setiap ruangan tersebut telah diatur suhu, kelembaban dan tekanan dengan AHU, juga dilengkapi dengan dust collector sentral. Adapun ruangan pada jalur produksi tablet terdiri dari :

a. Ruang pencampuran

Semua bahan tambahan dan bahan aktif dimasukkan ke dalam super mixer dan dicampur hingga homogen, pengecualian untuk bahan pelicin dan bahan penghancur luar. Massa di atas di granulasi dengan menggunakan alat rotary wet granulator sehingga didapat granul basah. Untuk selanjutnya granul basah

tersebut dipindah ke ruang pengeringan. b. Ruang pengeringan

Granul basah yang dihasilkan dikeringkan di dalam oven dengan suhu 50-60oC selama 10 jam (tergantung pada bahan yang akan dikeringkan). Kapasitas oven tersebut 450 kg/hari. Setelah kering dilakukan pemeriksaan laboratorium dan selanjutnya dipindahkan ke ruangan granulasi untuk dilakukan pengayakan.

c. Ruang granulasi

Massa granul yang telah dikeringkan digranulasi dengan alat communiting fitz mill, kemudian dipindahkan ke ruang pencampuran akhir.

(45)

d. Ruang pencampuran akhir

Massa yang telah digranulasi dimasukkan ke dalam alat V-mixer dan ditambahkan dengan bahan pelicin dan bahan penghancur luar. Hasil yang diperoleh kemudian diperiksa di bagian IPC. Massa yang telah memenuhi syarat dipindahkan ke ruang pencetakan.

e. Ruang pencetakan

Ruang untuk pencetakan ada 5, masing-masing ruangan terdapat 1 alat cetak dan juga terdapat dust collector, neraca analitis, dan AHU. Pencetakan dilakukan misalnya dengan menggunakan mesin cetak tablet merek Cadmach (Cu) dengan kecepatan mesin 50 ribu tablet/jam. setiap 15 menit operator harus memeriksa keseragaman bobot. Bagian pengawasan mutu di dalam ruangan produksi melakukan pemeriksaan/pengujian terhadap produk ruahan yang meliputi : pemerian, friabilitas, waktu hancur, kekerasan tablet, disolusi dan keseragaman bobot.

f. Ruang sortir

Tablet yang dihasilkan disortir oleh petugas dari debu dan juga bentuk tablet yang tidak bagus/pecah, kemudian dipindahkan ke ruangan pengemasan.

g. Ruang pengemasan

Tablet yang telah diluluskan oleh bagian pemastian mutu dibawa ke ruang pengemasan primer dan dikemas dalam kantong plastik. Tiap kantong berisi 1000 tablet dengan menggunakan mesin penghitung dan silica gel. Setelah selesai

(46)

dilakukan pengemasan primer, tablet yang telah dikemas dipindahkan ke ruangan melalui pass box untuk dilakukan pengemasan skunder.

Bagan proses pembuatan tablet dapat dilihat pada Lampiran 21.

3. Jalur Produksi Kapsul

Sediaan kapsul yang produksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan adalah Chloramfenikol 250 mg kapsul. Seperti jalur produksi krim dan tablet, jalur produksi kapsul juga terletak terpisah untuk menghindari terjadinya pencampuran silang. Pada jalur produksi kapsul juga terdapat beberapa ruangan dimana setiap ruangan tersebut telah diatur suhu, kelembaban dan tekanan udara, juga dilengkapi dust collector sentral. Adapun ruangan pada unit kapsul terdiri dari : a. Ruang pengeringan

Bahan yang akan dipakai untuk pembuatan kapsul ditimbang di ruang penimbangan sesuai dengan SPK. Untuk bahan pengisi (Avicel) dikeringkan terlebih dahulu di dalam oven selama ± 12 jam pada suhu 85oC. setelah itu semua bahan dipindahkan ke ruang pencampuran.

b. Ruang pencampuran

Pada ruang ini dilakukan pencampuran bahan aktif, bahan pengisi dan bahan tambahan lainnya dengan menggunakan alat V-mixer selama ± 15 menit. Setelah homogen, massa dilakukan pemeriksaan oleh bagian pengawasan mutu dan kemudian dipindahkan ke ruang pengisian kapsul.

(47)

c. Ruang pengisian kapsul

Massa yang telah homogen dimasukkan ke mesin pengisi kapsul (Kwang Dah). Pada awal dan akhir pengisian dilakukan pengujian laboratorium dan setiap 15 menit dilakukan pemeriksaan keseragaman bobot oleh operator. Setelah itu dipindahkan ke ruang seleksi kapsul.

d. Ruang seleksi kapsul

Kapsul yang telah selesai diisi disortir dan dibersihkan dari debu–debu yang melekat pada kapsul. Setelah itu dilakukan pemeriksaan oleh bagian pemastian mutu dan dipindahkan ke ruang pengemasan.

e. Ruang pengemasan primer

Kapsul yang telah diluluskan oleh bagian pematian mutu dibawa keruang pengemasan primer dan dikemas dalam kantong plastik. Tiap kantong berisi 1000 kapsul dengan menggunakan mesin penghitung dan silica gel. Setelah selesai dilakukan pengemasan, dipindahkan ke ruangan melalui pass box untuk dilakukan pengemasan skunder.

Bagan proses pembuatan kapsul dapat dilihat pada Lampiran 22.

4. Jalur pengemasan

Pengemasan primer untuk semua sediaan (krim, tablet, kapsul) dilakukan di zona abu, kemudian dimasukkan ke bagian pengemasan sekunder melalui pass box yang menghubungkan antara jalur produksi dengan jalur pengemasan. Sebelum dilaksanakan pengemasan sekunder dilaksanakan pemeriksaan kesiapan jalur

(48)

pengemasan yang meliputi pemeriksaan kebersihan jalur dari sisa produk, kemasan dan etiket batch sebelumnya. Pada bagian pengemasan terdapat 3 jalur pengemasan.

Sebelum memulai pengemasan, dilakukan pemeriksaan kesesuaian produk yang dikemas dengan kemasannya, yang meliputi etiket, penomoran batch, tanggal kadaluarsa. Setelah pengemasan, dilaksanakan pemeriksaan kesesuaian jumlah dalam kotaknya, ditimbang kemudian dikarantina. Sediaan obat jadi yang telah dikemas dan diluluskan oleh bagian pengawasan mutu selanjutnya dikirim ke gudang penyimpanan.

2.8. Mesin dan Peralatan

Dalam kegiatan produksi, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memiliki sarana mesin-mesin serta peralatan untuk menjalankan produksinya.

2.8.1. Mesin Produksi

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan dalam melaksanakan proses produksi menggunakan sarana produksi berupa mesin-mesin dan peralatan sebagai berikut :

a. Mesin Pencampuran Tablet (Super Mixer Machine)

Fungsi : Untuk mencampur bahan baku obat yang berupa serbuk

menjadi massa tablet yang homogen.. Spesifikasi Mesin :

(49)

Model : SM – 100

System : Batch

Full Volume Bowl : 300 L

Power Supply : - Tegangan : 380 Volt

- Frekuensi : 50 Hz

Dimensi (mm) : 2450 x 950 x 2430

b. Mesin Cetak Tablet (Rotary Tableting Machine)

Fungsi : Untuk mencetak massa cetak yang berupa serbuk butiran

menjadi tablet dengan sistem kempa cetak. Spesifikasi Mesin :

Merk : Cadmach Model : CMB-4D-27

No. Seri : 495/T/00-01

Maximum depth to fill : 11/16” – 17.5

Maximum tablet diameter : 5/8” – 16 mm

Maximum upper punch entry : 5/16” – 8 mm Minimum upper punch entry : 1/16” – 1.5 mm

Maximum operating pressure : 6500 kg Pressure roll diameter : 8 ” – 203 mm

Dimensi (mm) : 1790 x 1000 x 1040

Hp and speed – 50 Hz motor 3.75 Kw (5 HP)

(50)

Kapasitas : 50.000 tablet/jam

Buatan : Karnavati Engineering Ltd, India, 2000

Jumlah : 2 unit

c. Mesin Cetak Tablet (Rotary Tableting Machine)

Fungsi : Untuk mencetak massa cetak yang berupa serbuk butiran

menjadi tablet dengan sistem kempa cetak. Spesifikasi Mesin :

Merk : Cadmach Model : CU-20

No. Seri : 107/AL/00-01

Maximum operating pressure : 100 kN

Tamp. Pressure : 10 kN

Maximum tablet diameter : 25 mm

Maximum depth to fill : 20.5 mm

Maximum tablet thickness: 10 mm

Maximum upper punch penetration: 3 to 8 mm

Dimensi (mm) : 79 x 77 x 179 h (cm)

Net Weight : 950 kg

Kapasitas : 50.000 tablet/jam

Buatan : Karnavati Engineering Ltd, India, 2000

(51)

d. Double Jacketed Tank

Fungsi : Untuk mendidihkan aqua destillata dan melebur bahan baku

kering. Spesifikasi Mesin :

Merk : Pharmeq

Kapasitas : 30 liter

Buatan : Pharmeq, Bandung

Jumlah : 1 unit

e. Drying Oven

Fungsi : Untuk mengeringkan granul basah yang berasal dari proses pencampuran Spesifikasi Mesin : Merk : Pharmeq Kapasitas : 250 kg Suhu : 80 o C Waktu : 8 jam System : Batch Dimensi : 162 x 100 x 220

Buatan : Pharmeq, Bandung, 1976

(52)

f. Mesin Granulator (Rotary Wet Granulator)

Fungsi : Untuk memproses bahan campuran yang berupa massa lembab

untuk diproses menjadi granul sehingga kadar air di dalam massa tersebut berkurang.

Spesifikasi Mesin :

Merk : Pier Lih Machinery

Buatan : Pier Lih Machinery Co. Ltd, Taipeh, 2002

Tegangan : 380 Volt

Jumlah : 1 unit

2.8.2. Peralatan (Equipment)

a. Timbangan

Fungsi : Untuk menimbang bahan baku obat sebelum proses

pengolahan Merk : EDB-SART

Kapasitas : 12 Kg

Buatan : Sartorius AG – Jerman

Jumlah : 1 unit

b. Timbangan

Fungsi : Untuk menimbang bahan baku obat sebelum proses

pengolahan Merk : EDB-SART

(53)

Kapasitas : Max. 150 Kg

Buatan : Sartorius AG – Jerman

Jumlah : 1 unit

c. Timbangan

Fungsi : Untuk menimbang bahan baku obat sebelum proses

pengolahan Merk : EDB-SART

Kapasitas : 310 gr

Buatan : Sartorius AG – Jerman

Jumlah : 1 unit

d. Timbangan

Fungsi : Untuk menimbang hasil kemas

Merk : EDB-SART

Kapasitas : 35 Kg

Buatan : Sartorius AG – Jerman

Jumlah : 1 unit

2.8.3. Utilitas

a. Listrik

Penggunaan listrik yang digunakan untuk menjalankan produksi perusahaan ini disuplai dari PLN dengan daya sebesar 865 KVA, 20000 Volt.

(54)

PDAM Tritanadi menyediakan air bersih untuk produksi, sedangkan untuk kegiatan pendukung seperti kegiatan dapur, disediakan dari sumur bor, dimana digunakan pompa air untuk mensuplai air dari dalam tanah dan ditampung ke dalam bak penampungan.

2.8.4. Safety and Fire Protection

Untuk keamanan serta keselamatan para pekerja, maka para pekerja pada perusahaan ini menggunakan :

a. Sepatu kerja b. Baju Lab c. Masker

d. Penutup Kepala

Perusahaan memberikan perlengkapan kepada pekerja untuk menjamin keselamatan secara individual bagi pekerja apabila memiliki zona hitam dan zona abu-abu.

Untuk fire protection, disediakan tabung pemadam api (fire extinguisher) disetiap departemen agar ketika terjadi kebakaran dapat langsung diatasi.

2.9. Pengolahan Limbah

2.9.1. Pengolahan Limbah Padat

Sumber limbah padat berasal dari:

(55)

2. Debu yang berasal dari vacum cleaner yang digunakan untuk membersihkan ruang produksi dan alat produksi.

3. Wadah, etiket yang rusak dari bagian pengemasan. Untuk tube sebelum dimusnahkan digunting terlebih dahulu.

4. Bahan-bahan yang tidak memenuhi spesifikasi ataupun yang telah rusak yang berasal dari bagian gudang.

Semua limbah padat tersebut dibakar oleh petugas dan sisa pembakaran tersebut dibuang ke tempat pembuangan akhir.

2.9.2. Pengolahan Limbah Cair

Pada gambar 2.1. diperlihatkan denah bak pengolahan limbah cair PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan

A C B D E F G H

Gambar 2.1. Denah Bak Pengolahan Limbah Cair PT. Kimia Farma (Persero)

Tbk. Plant Medan

Keterangan : A = Saluran masuk E = Bak Aerasi

(56)

C = Mesin Pompa G = Bak Sedimentasi D = Bak Netralisasi H = Bak Biokontrol

Sumber limbah cair berasal dari air cucian di ruang produksi dan air cucian alat-alat di laboratorium.

Proses pengolahan limbah cair, yaitu :

1. Limbah cair yang dikeluarkan ditampung dalam bak penampungan selanjutnya dipompakan dengan mesin pompa ke bak netralisasi.

2. Pada bak netralisasi ditambahkan air kapur untuk menetralkan limbah cair yang dikeluarkan. Selanjutnya limbah cair yang telah netral dialirkan ke bak aerasi (E) 3. Pada bak aerasi (E) dilakukan aerasi dengan menggunakan aerator yang bertujuan

untuk menginjeksikan udara ke dalam bak tersebut supaya bakteri aerob yang terdapat dalam bak tersebut dapat melakukan penguraian bahan-bahan organik yang terdapat dalam limbah cair tersebut. Selanjutnya juga dialirkan ke bak aerasi (F) dengan mendapatkan perlakuan yang sama. Lalu dialirkan ke bak sedimentasi. 4. Pada bak sedimentasi, limbah cair tersebut didiamkan/diendapkan beberapa hari

dan selanjutnya dialirkan ke bak biokontrol.

5. Pada bak biokontrol, dilakukan pengujian terhadap hasil pengolahan limbah cair tersebut berupa nilai BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand). Bila telah memenuhi syarat nilai BOD dan COD maka limbah

cair yang telah diolah tersebut dapat dibuang ke lingkungan. Air buangan (limbah) digunakan menyiram tanaman di lingkungan pabrik.

(57)

Tabel 2.2. Parameter Pengukuran Limbah Cair

Sumber : Badan Pemeriksaan Obat & Makanan R.I. Parameter Proses Pembuatan Bahan Formula (mg/L) Formulasi (Pencampuran) (mg/L)

BOD (Biological Oxygen Demand) 100 75

COD (Chemical Oxygen Demand) 300 150

TSS (Total Suspended Solid) 100 75

Total-N 30 -

Fenol 1,0 -

(58)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Manusia dan Pekerjaannya

Keadaan diri manusia sebagai pekerja sangat mempengaruhi pekerjaan sehingga suasana kerja yang baik harus selalu diciptakan. Salah satu yang mempengaruhi diri pekerja adalah lingkungan tempat ia bekerja.

Lingkungan kerja atau tempat kerja dikatakan baik apabila dalam kondisi tertentu manusia dapat melakukan kegiatannya dengan optimal. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dengan manusia yang bekerja pada lingkungan tersebut dapat terlihat akibatnya dalam jangka waktu tertentu, seperti turunnya produktivitas kerja, efisiensi dan ketelitian. Keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan fisik tempat bekerja sangat berpengaruh dalam peningkatan produktivitas suatu perusahaan.

3.1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kerja

Keberhasilan kerja manusia dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor individual dan faktor situasional. Sesuai dengan namanya, faktor pertama terdiri dari faktor-faktor yang datang dari diri si pekerja itu sendiri dan sering kali sudah ada sebelum si pekerja yang bersangkutan datang di pekerjaannya. Kecuali hal-hal seperti pendidikan dan semuanya adalah faktor-faktor yang tidak mudah bahkan tidak dapat

(59)

dirubah. Artinya faktor-faktor yang sudah tetap ini adalah hal-hal yang sudah ada dan harus dapat diterima seadanya.

Berbeda dengan yang pertama, faktor kedua terdiri dari faktor-faktor yang hampir sepenuhnya dapat diatur dan dapat dirubah, dan faktor-faktor ini berada diluar diri pekerja. Pemimpin perusahaan yang berhak merubahnya, karenanya faktor-faktor ini disebut juga faktor-faktor management. Kelompok-kelompok faktor situasional terbagi kedalam dua sub kelompok yaitu yang terdiri dari faktor-faktor sosial dan keorganisasiannya, dan yang terdiri dari faktor-faktor fisik pekerjaan yang bersangkutan.

Dengan dasar pengetahuan ini, adalah tugas pimpinan untuk mengatur semua faktor-faktor yang dikuasainya dan menjalinnya dengan faktor-faktor diri pekerja untuk menciptakan suatu keadaan yang memberikan keberhasilan tinggi.

3.1.2. Beberapa Segi Mengenai Faktor-faktor Diri

Setiap pekerjaan memiliki ciri-cirinya sendiri, dari mana timbul tuntutan masing-masing tentang pekerjaan macam apa yang dibutuhkannya. Faktor-faktor yang terdapat dalam diri manusia tidak dapat berubah dan untuk itu harus ada penyesuaian dengan pekerjaan yang akan dilakukannya.

Kecocokan antara pekerja dengan pekerjaannya merupakan suatu syarat penting karena jika diabaikan hasil pekerjaanya akan rendah. Begitu pekerja yang bersangkutan menyadari hal ini, apalagi jika dengan demikian ia kehilangan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya lewat dari kerjanya ini, maka

(60)

hasil kerjanya akan semakin rendah lagi. Hal ini jelas semakin tidak dikehendaki baik oleh pekerja maupun perusahaan.

3.1.3. Beberapa Segi Mengenai Faktor-faktor Pekerjaan

Hubungan antara manusia pekerja dengan mesin dan peralatan-peralatan dan lingkungan kerja dapat dilihat sebagai hubungan yang unik karena interaksi antara hal-hal di atas yang membentuk suatu sistem kerja tidak terlampau sederhana bahkan melibatkan berbagai disiplin ilmu.

Hal tersebut perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan agar pada akhirnya dapat mendatangkan produktivitas yang tinggi. Selain itu perlu diperhatikan keadaan-keadaan faktor fisik lain seperti kemampuan kerja, pengaruh lingkungan fisik terhadap lingkungan kerja, perancangan mesin dan peralatan agar cocok dengan pemakaiannya dan cara-cara untuk menangani pemakaiannya1.

3.2. Faktor-Faktor Fisik Lingkungan Kerja (Working Environment Physic Factors)

3.2.1. Penerangan di Tempat Kerja

Penerangan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat obyek-obyek secara jelas, cepat, tanpa menimbulkan kelelahan. Kebutuhan akibat adanya penerangan yang baik, akan makin diperlukan apabila kita mengerjakan suatu pekerjaan yang memerlukan ketelitian karena penglihatan. Penerangan yang terlalu suram, mengakibatkan mata pekerja makin cepat lelah akibat mata akan berusaha

(61)

untuk bisa melihat, dimana lelahnya mata akan mengakibatkan kelelahan mental, lebih jauh lagi keadaan tersebut bisa menimbulkan rusaknya mata, karena bisa menyilaukan.

Kemampuan mata untuk bisa melihat obyek dengan jelas ditentukan oleh : ukuran obyek, derajat kontras diantara obyek dan sekelilingnya, luminasi (brightness) dan lamanya melihat. Yang dimaksud dengan derajat kontras adalah perbedaan derajat terang relatif antara obyek sekelilingnya, sedangkan luminasi berarti arus cahaya yang dipantulkan oleh obyek. Standar penerangan yang diterima adalah setara dengan 100 sampai dengan 200 kali lilin. Penerangan harus memperhatikan tidak timbulnya kesilauan (glare), pantulan dari permukaan yang berkilat, dan peningkatan suhu ruangan. Ternyata lampu-lampu fluorescent (neon TL = tube luminasence) lebih memenuhi syarat dalam hal ini2.

Manfaat lampu fluorescent adalah : - Efisiensi yang tinggi.

- Kesilauan rendah. - Tidak banyak bayangan.

- Terdapat dalam berbagai warna.

3.2.2. Pencahayan

Manusia sebagai makhluk yang sempurna tetapi tetap tidak luput dari berbagai kekurangan. Dalam arti kata segala kemampuannya masih dipengaruhi oleh

(62)

beberapa faktor. Beberapa faktor tersebut dapat datang dari diri sendiri (intern). Salah satu faktor yang berasal dari luar adalah kondisi lingkungan kerja.

Suatu pekerjaan dapat berjalan baik apabila faktor pencahayaan dibuat sesuai dengan kebutuhan tempat kerja. Dalam hal ini perlu diperhatikan kekuatan cahaya, arah sumber cahaya, dan jenis sumber cahaya, dengan kebutuhan tempat kerja. Cahaya yang menerpa mata dapat langsung berasal dari sumber sinar seperti sinar matahari, bola lampu, nyala api, atau lilin sering disebut sinar panas, juga dapat terjadi karena pemantulan suatu benda atau bidang.

Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat

objek-objek secara jelas, cepat, tanpa menimbulkan kesalahan. Kebutuhan akan pencahayaan yang baik akan makin diperlukan apabila mengerjakan suatu pekerjaan yang memerlukan ketelitian karena penglihatan pencahayaan yang terlalu suram akan mengakibatkan mata pekerja menjadi lebih cepat lelah karena mata akan berakomodasi lebih lanjut, dimana lelahnya mata mengakibatkan kelelahan mental, lebih jauh lagi keadaan tersebut menimbulkan rusaknya mata.

Pencahayaan merupakan aspek lingkungan non fisik penting bagi keselamatan kerja. Perancangan dan pengaturan pencahayaan yang baik ditempat kerja merupakan suatu usaha preventif terhadap kelelahan dan kecelakaan3.

3.2.3. Pengaturan Pencahayaan Buatan

Penerangan yang baik memberikan kesan bagi pekerja untuk dapat melihat suatu objek yang dikerjakan secara jelas, dan membuat pandangan terhadap

(63)

lingkungan kerja menyenangkan dan menyegarkan. Permasalahan penerangan menyangkut sifat indra penglihatan, sehingga tidak membuat silau pandangan.

Menurut Ernest W. Steel (1965), pengaturan pencahayaan buatan dapat

diklasifikasikan sistem pencahayaan pada ruang kerja yaitu : a. Pencahayaan langsung (direct lighting)

Hampir semua cahaya langsung (90% - 100%) diarahkan pada permukaan yang perlu diterangi, 0 – 10% diarahkan keatas. Cara ini mengakibatkan cahaya bayangan yang mengganggu serta memungkinkan terjadinya kesilauan-kesilauan, baik pemantulan lampunya.

b. Pencahayaan semi langsung (semi directlighting)

Distribusi cahaya terutama adalah kearah bawah (60% - 90%), langsung pada permukaan yang diterangi, sedangkan selebihnya menerangi sekitarnya serta dipantulkan kelangit-langit dinding. Dengan demikian dikurangi kelemahan-kelemahan dai cahaya langsung.

c. Pencahayaan langsung tak langsung (general diffusi).

Pengaturan ini disebut juga penyebaran merata, dimana cahaya yang dipancarkan merata keseluruh ruangan.

d. Pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting)

Cahaya yang didistribusikan kearah atas berkisar antara 60% - 90%, dan 10% - 40% diarahkan kearah bawah. Pada sistem ini pencahayaan ini pantulan (reflectance value) dari langit-langit harus tinggi agar cahaya yang dipantulkan ke bawah cukup banyak.

(64)

e. Pencahayaan tidak langsung (indirect lighting)

Cahaya yang didistribusikan kearah atas sekitar 90% - 100%, untuk dipantulkan. Kemudian menerangi keseluruhan ruangan berupa cahaya diffusi, sedangkan 0 – 10% diarahkan kepermukaan yang perlu diterangi.

3.2.4. Pengukuran Pencahayaan

Tujuan pengukuran pencahayaan didasarkan pada perancangan dan evaluasi tempat kerja. Karena mata beradaptasi terhadap tingkat pencahayaan, maka setiap perubahan illuminasi harus diperkirakan jumlah cahaya di area kerja yang mungkin. Ukuran cahaya dikenal sebagai fotometri utama adalah intensitas cahaya, perubahan cahaya, illuminasi dan luminasi.

Desain umum mengatur cahaya yang baik dan menyebar ke seluruh ruangan kerja sehingga tidak ada ruangan gelap. Faktor pemantulan cahaya dari langit-langit dan dinding pada jarak tertentu tidak silau dan tidak ada bayangan. Ukuran ruangan dengan sistem pencahayaan haruslah bersesuaian, dimana indeks ruangan sangat penting diperhatikan antara lain panjang ruangan, lebar ruangan, dan tinggi penerangan sumber cahaya diatas permukaan yang perlu diterangi.

Untuk menghindari kesilauan perlu diperhatikan :

a. Hindarkan penempatan lampu atau sumber cahaya pada bidang visual dari operator.

Gambar

GAMBAR   HALAMAN
TABEL HALAMAN  2.1.      Data Perincian Tenaga Kerja .................................................II-11
Tabel 2.1. Data Perincian Tenaga Kerja pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.Plant     Medan
Tabel 2.2. Parameter Pengukuran Limbah Cair
+7

Referensi

Dokumen terkait

Profil pertanyaan siswa yang akan diukur dalam penelitian ini adalah : (1) Kualitas pertanyaan siswayang akan diukur dan dikategorikan berdasarkan klasifikasi

Aplikasi pengenalan pola plat nomor kendaraan dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan backpropagation dapat berjalan dengan baik. Kendala yang sering muncul adalah

Hasil yang dicapai adalah (1) mitra mengetahui Two-Tier Diagnostic Test disertai Certainty of Response Index (CRI) sebagai instrumen dan metode yang dapat mengidentifikasi

1. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde. Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga. Mencari sumber atau literature 4. Diskusi tentang diagnosis

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Peramalan Jumlah Ekspor Provinsi Sumatera Utara Menurut Sektor Pertambangan dan Penggalian Tahun 2018”. Terimakasih penulis sampaikan

Pondasi tiang digunakan untuk suatu bangunan yang tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk memikul beban berat

Daerah Hasil Komposisi untuk Data Bulan Januari..

Visual atau “mise-en-scène” ialah apa yang kita dapat lihat dengan mata kasar dan apa yang terdapat dalam skrin kamera. Kadang kala, kita boleh menggunakan pergerakan kamera