KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayah-Nya yang telah dilimpahkan sehinga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul “ Analisis Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Pengolahan Dan
Industri Perdagangan Di Kota Surabaya ”.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian berkat bantuan dan bimbingan yang diterima dari Dr Syamsul Huda. SE. MT Selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.
Atas terselesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
ii
3. Bapak Drs. Ec. Marseto D.S, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Dr Syamsul Huda. SE. MT selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan-masukan yang berarti bagi penulis.
5. Segenap staf pengajar dan staf kantor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu dan pelayanan akademik bagi penulis dan semua mahasiswa UPN.
6. Segenap keluarga khususnya Kedua orang tua tercinta yang telah sabar mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih sayang baik moral, material, maupun spiritual.
Akhir kata yang dapat terucapkan semoga penyusunan skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang membutuhkan, semoga Allah SWT memberikan balasan setimpal.
Wassallamualaikum Wr.Wb
Surabaya, Desember 2009
ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN INDUSTRI PENGOLAHAN DAN INDUSTRI
PERDAGANGAN DI KOTA SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Diajukan Oleh :
ARDI PURWANTO
0511010101/ FE / IE
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2009
ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN INDUSTRI PENGOLAHAN DAN INDUSTRI
PERDAGANGAN DI KOTA SURABAYA
Oleh :
ARDI PURWANTO
0511010101
/ FE / IE
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal : 23-12-2009
Pembimbing : Tim Penguji : Pembimbing Utama Ketua
Dr. Syamsul Huda SE, MT Dr. Syamsul Huda SE, MT Sekretaris
Dra. Sri Muljaningsih MP Angggota
Dra Ec Niniek Imaningsih MP
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
SKRIPSI
ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN INDUSTRI PENGOLAHAN DAN INDUSTRI
PERDAGANGAN DI KOTA SURABAYA
Yang diajukan
ARDI PURWANTO
0511010101
/ FE / IE
Disetujui untuk ujian skripsi oleh
Pembimbing Utama
Drs. Syamsul Huda SE, MT Tanggal : ...
Mengetahui
Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran ‘
Jawa Timur
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
ABSTRAKSI... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Perumusan Masalah... 5
1.3. Tujuan Penelitian... 5
1.4. Manfaat Penelitian... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu... 7
2.2 Landasan Teori... 12
2.2.1 Pengertian Umum Industri Besar... 12
2.2.1.1. Devinisi Industri Dan Industri Besar……… 12
2.2.1.2. Macam Industri………. 13
2.2.1.3. Kriteria Industri Besar……….. 15
2.2.1.4. Kebijakan Pengembangan Industri………. 15
2.2.1.5. Hubungan Industri Besar... 16
2.2.2. Pengertian Investasi……… 16
2.2.2.1. Teori Investasi………. 18
2.2.2.2. Macam-macam Investasi... 21
2.2.2.3. Faktor-faktor Yang Menentukan Investasi... 23
2.2.2.4. Hubungan Investasi Industri Besar... 25
2.2.3. Pengertian Tenaga Kerja... 25
2.2.3.1. Pengertian Angkatan Kerja... 27
2.2.3.2.Pengertian Bukan Angkatan Kerja... 28
2.2.3.3. Hubungan Tenaga Kerja... 31
2.2.4. Nilai Produksi……… 32
2.2.4.1. Arti Dan Pengertian Nilai Produksi……….… 32
2.2.4.2. Fungsi Produksi………. 32
2.2.4.3. Faktor-faktor Produksi……… 33
2.2.4.4. Manfaat Fungsi Produksi………. 34
2.2.4.5. Jenis Proses Produksi……….. 35
2.2.4.6. Gross National Product (GNP)………. 35
2.2.4.7. Gross Domestic Product (GDP)……… 36
2.3 Kerangka Pemikiran……… 36
2.4. Hipotesis……… 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... ... 40
3.2 Teknik Pengukuran Sampel... 42
3.3 Jenis dan Sumber Data... 42
3.3.1 Jenis Data... 42
3.3.2 Sumber Data... 42
3.4 Teknik Pengumpulan Data... 42
3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... 43
3.5.1 Teknik Analisis... 43
3.5.2 Uji Hipotesis... 44
3.6. Asumsi Uji BLUE………. 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian………. 51
4.1.1. Kondisi Geografis……….. 51
4.1.2. Kependudukan……… 52
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian……… 53
4.2.1. Perkembangan Pendapatan Industri Pengolahan……… 53
4.2.2. Perkembangan Pendapatan Industri Perdagangan……… 54
4.2.3. Perkembangan Investasi……… 55
4.2.4. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja………. 56
4.2.5. Perkembangan Nilai Produksi………. 57
4.3. Hasil Analisis……….. 58
4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis……….. 63
4.3.2. Hipotesis Secara Parsial………. 63
4.3.3. Pembahasan……….. 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan………. 66
5.2. Saran……….. 68
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perkembangan Pendapatan Industri Pengolahan 1993-2007….. 54
Tabel 2. Perkembangan Pendapatan Industri Perdagangan 1993-2007… 55 Tabel 3. Perkembangan Industri-industri Tahun 1993-2007………. 56
Tabel 4. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja 1993-2007…………... 57
Tabel 5. Perkembangan Penyerapan Nilai Produksi Tahun 1993-2007… 58 Tabel 6. Tes Autokorelasi……… 61
Tabel 7. Tes Multikolinier……… 61
Tabel 8. Tes Heterokedastisitas.……….………. 62
Tabel 9. Analisis Varians (ANOVA)……….… 63
Tabel 10. Hasil Analisis Variabel Investasi (X1), Jumlah Tenaga Kerja (X2), Nilai Produksi (X3) Terahadap Pendapatan Industri Pengolahan Dan Perdagangan ………..… 64
Tabel 11. Hasil Koefisien Variabel Independent……… 64
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kurva Marginal Effisiensi Of Investment (MEI)... 20
Gambar 2 Komposisi Penduduk Dan Tenaga Kerja……… 30
Gambar3 Kerangka Pemikiran Analisis beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Industri Pengolahan……… 38
Gambar3 Kerangka Pemikiran Analisis beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Industri Perdagangan…………..……… 39
Gambar 4 Kurva Distribusi F ………..……... 46
Gambar 5 Kurva Distribusi T ………... 47
Gambar 6 Statistik d Durbin – Watson... 51
Gambar 7 Statistik Durbin – Watson... 60
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Data Regresi
2. Analisis Multiple Regression 3. Analisis coefficients
4. Residuals statistics
5. Analisis multiple Regression 6. Analisis coefficients
ANALISIS YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRI
PENGOLAHAN DAN INDUSTRI PERDAGANGAN DI KOTA
SURABAYA
Oleh :
Ardi Purwanto
ABSTRAKSI
Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan ekonomi nasional adalah sangat penting, sebab pemerataan tanpa pertumbuhan ekonomi berarti membagi atau memeratkan kemiskinan. terjadinya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran nyata dari kebijakan perubahan yang dilakukan oleh masing-masing daerah.
Perkembangan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional. Sejalan dengan hal tersebut, maka proses yang menciptakan nilai atau memperbesar nilai suatu barang produksi dengan mudah kita katakana bahwa produksi setiap usaha yang menciptakan dan memperbesar daya barang semakin banyak jumlah tenaga kerja yang memproduksi hasil produksinya sehingga nantinya akan juga menambah jumlah unit. Data yang dianalisis menggunakan model Regresi Linier berganda dengan uji statistik yang digunakan adalah uji F dan uji t.
Berdasarkan hasil analisis secara simultan antara variable bebas investasi (X1), jumlah tenaga kerja (X2), dan jumlah produksi (X3), dan terhadap variable
terikat pendapatan industri pengolahan (Y1), dan industri perdagangan (Y2), di
peroleh F hitung > F tabel. Maka Ho di tolak maka Hi di tolak berarti secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap industri dan Sedangkan hasil uji t secara parsial variabel jumlah investasi (X1), terhadap industri (Y1), dan industri (Y2), diperoleh t hitung > t
tabel maka Ho di tolak dan Hi diterima pada level signifikan 5%,sehingga secara parsial jumlah investasi berpenggaruh secara nyata terhadap industri kecil dan besar. variabel jumlah tenaga kerja (X2) terhadapan pendapatan industri
pengolahan (Y1) dan perdagangan (Y2), di peroleh t hitung > t tabel , maka Ho
ditolak dan Hi diterima pada level signifikan 5% sehingga secara parsial jumlah tenaga kerja berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan industri kecil dan besar , variabel jumlah produksi (X3) tehadap pendapatan industri kecil (Y1) dan
industry besar (Y2) di peroleh t hitung < t tabel , maka Ho ditolak dan Hi
ditolaki pada level signifikan 5% sehingga secara parsial jumlah produksi tidak berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan industri tersebut .
Kata kunci : pendapatan industri pengolahan ,pendapatan industri perdagangan ,jumlah investasi ,jumlah tenaga kerja ,jumlah produksi .
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui bahwa pelaksanaan pembangunan selama ini tetap berlandaskan pada pola trilogi pembangunan yang terdiri dari pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang ingin mewujudkan cita-cita nasional yaitu berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan ekonomi nasional adalah sangat penting, sebab pemerataan tanpa pertumbuhan ekonomi berarti membagi atau memeratakan kemiskinan. Dan itu dapat terjadi apabila terjadi pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi melampaui pertumbuhan penduduk. (Glendoh, 2001 : 3).
Pembangunan ekonomi diharapkan dapat terwujudnya perekonomian nasional yang mandiri dan handal berdasarkan demokrasi ekonorni untuk meningkatkan kemakmuran seluruh rakyat secara selaras, adil dan merata.
2 Industrialisasi merupakan alur pokok pembangunan nasional dan pembangunan daerah yang bertujuan mewujudkan masyarakat yang maju dan mandiri. Selain berperan strategis untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan meningkatkan produktifitas masyarakat, juga berperan menciptakan lapangan usaha serta memperluas lapangan usaha serta memperluas kesempatan kerja, meningkatkan serta meratakan pendapatan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan.
Mengingat pentingnya dalam mencapai pembangunan ekonomi di sektor industri kecil dan industri besar diantara sektor-sektor lain, maka penelitian ini mencoba menganalisa dan mengetahui pengaruh faktor- faktor , investasi, jumlah tenaga kerja, dan jumlah produksi yang dapat meningkatkan pendapatan dua sektor industri besar di Kota Surabaya.
Industri besar merupakan bagian dan dunia usaha mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional, meskipun jika di lihat skala ekonominya tidak seberapa namun jumlah sangat besar dan dominan serta sumbangan yang diberikan selama ini baik untuk masyarakat maupun untuk negara.
3 besar menghadapi beberapa kendala seperti tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Cepatnya kemampuan manajerial dan sumberdaya manusia ini mengakibatkan pengusaha besar mampu menjalankan usahanya dengan baik. Secara umum, masalah dasar yang dihadapi pengusaha besar adalah: Pertama, kelemahan dalam penjualan hasil produksi dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam struktur penyaluran dan keterbatasan untuk penyaluran jalur terhadap sumber-sumber pangsa pasar. Ketiga, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia di karena banyaknya cabang bagian dalam struktur organisasi perusahan. Keempat, keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha besar (sistem informasi pemasaran). Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan. Keenam, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha besar (Kuncoro 2006 : 8).
4 perkembangan pendapatan industri nesar itu sendiri, karena secara tidak langsung pengenalan merupakan salah satu hal yang penting sebagai factor penunjang dan pendorong terhadap aktivitas pengusaha dalam meningkatkan pendapatan industri besar dan memperluas usaha yang dimilikinya. (Mashudi, 2002 : 4).
5
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Apakah investasi industri pengolahan ,jumlah tenaga kerja industri pengolahan ,nilai produksi industri pengolahan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan industri pengolahan di kota Surabaya?
b. Apakah investasi industri perdagangan ,jumlah tenaga kerja industri Perdagangan ,nilai produksi industri perdagangan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan industri perdagangan di kota Surabaya?
c. Manakah diantara variabel investasi,jumlah tenaga kerja,dan nilai produksi yang mempunyai berpengaruh paling dominan terhadap pendapatan industri pengolahan dan perdagangan di kota Surabaya?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh investasi industri pengolahan, jumlah tenaga kerja industri pengolahan ,jumlah tenaga kerja industri pengolahan, nilai produksi industri pengolahan terhadap industri pengolahan di kota Surabaya.
6 produksi industri perdagangan terhadap industri perdagangan di kota Surabaya.
c. Untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh paling besar terhadap industri pengolahan dan perdagangan di Kota Surabaya.
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah kota Surabaya dalam menentukan kebijakan pembangunan ekonomi industri yang berhubungan dengan masalah peningkatan pendapatan para pengusaha besar.
b. Dapat menambah acuan akademis sekaligus untuk koleksi perpustakaan guna membantu mahasiswa maupun masyarakat dalam membahas atau memecahkan permasalahan yang sama.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Kondisi Geografis
Secara geografis Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya terletak antara 7° 21’
Lintang selatan dan 112° 36’ Lintang Selatan sampai dengan 112° 54’ Bujur Timur.
Wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 – 6 meter diatas permukaan
laut, kecuali di sebelah selatan yang mencapai daerah Lidah dan Gayungan
Adapun batas – batas wilayah kota Surabaya adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Selat Madura
b. Sebelah Timur : Selat Madura
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo
d. Sebelah Barat : Kabupaten Gresik
Luas wilayah seluruhnya kurang lebih 326,36 KM² yang terbagi dalam 5 wilayah
pembantu Walikotamadya,28 wilayah kecamatan dan 163 Desa/Kelurahaan, secara
administrative 5 wilayah kerja pembantu walikotamadya Surabaya yaitu:
a. Wilayah kerja pembantu walikotamadya Surabaya pusat meliputi kecamatan
Tegalsari, kecamatan Bubutan, kecamatan Genteng, kecamatan Siwalankerto.
b. Wilayah kerja pembantu walikotamadya Surabaya utara meliputi kecamatan
Semampir, kecamatan Krembangan, kecamatan Kenjeran, kecamatan Pabean
Cantikan.
53
c. Wilayah kerja pembantu walikotamadya Surabaya timur meliputi kecamatan
Rungkut, kecamatan Tambak Sari, kecamatan Mulyorejo, kecamatan Gunung
Anyar, kecamatan Tenggilis Mejoyo.
d. Wilayah kerja pembantu walikotamadya Surabaya selatan meliputi kecamatan
Gayungan , kecamatan Jambangan , kecamatan Wonocolo, kecamatan
Wonokromo, kecamatan Sawahan, kecamatanDukuh Pakis,
kecamatanWiyung,dan kecamatan Karang Pilang
e. Wilayah kerja pembantu walikotamadya Surabaya Barat meliputi kecamatan
Tandes, kecamatan Suko Manunggal, kecamatan Asem Rowo , kecamatan
Benowo, kecamatan Lakarsantri.
4.1.2. Kependudukan
Kota Surabaya merupakan kota dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup
tinggi setelah DKI Jakarta yang merupakan ibukota Negara Indonesia dimana jumlah
penduduk kota Surabaya pada tahun 1998 mencapai 2.373.282 jiwa, yang terdiri dari
1.184834 laki – laki dan 1.188448 perempuan.
Tingkat kepadatan penduduk yang terjadi di kota Surabaya di sebabkan dengan
adanya beberapa factor, yaitu :
a. Faktor Geografis dan letak stategis
Surabaya merupakan gerbang utama bagi kawasan Indonesia bagian Timur,
memiliki posisi penting dan fasilitas yng menunjang bagi kegiatan
perekonomian seperti perdagangan industri, perhubungan, dan perbankan.
54
b. Faktor Industri
Pertumbuhan dan perkembangan baik industri besar, sedang, kecil, maupun
industri kerajinan tangan merupakan daya tarik tersendiri bagi arus penyebaran
urbanisasi. Hal ini dapat diketahui bahwa wilayah kecamatan yang banyak
memiliki industri, tingkat kepadatan penduduk lebih besar di bandingkan
dengan wilayah yang jarang industrinya. Dengan besarnya jumlah penduduk
akan mempengaruhi terhadap jumlah tenaga kerja yang tersedia di masyarakat,
yang perlu di tampung pada berbagai sector ekonomi.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang data- data
serta perkembangan Pendapatan Industri Pengolahan dan Industri Perdagangan
sehingga dapat mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi terhadap
perkembangan Jumlah Investasi, Jumlah Tenaga Kerja, dan Nilai Produksi.
4.2.1. Perkembangan Pendapatan Industri Pengolahan
Berdasarkan tabel di balik ini diketahui bahwa perkembangan Pendapatan
Industri Pengolahan selama 15 tahun ( 1993-2007) cenderung mengalami
kenaikan. Perkembangan tertinggi Pendapatan Industri Pengolahan adalah pada
tahun 2000 sebesar 65,83 % dan perkembangan terendah adalah pada tahun 1999
sebesar 5,69 %. Pendapatan Industri Pengolahan tertinggi terjadi pada tahun 2007
sebesar Rp. 43.881.450,06 juta dan Pendapatan Industri pengolahan terendah pada
tahun 1993 sebesar Rp.3.483.799,48 juta.
55
Perkembangan Pendapatan Industri Pengolahan dapat disajikan dalam
tabel di bawah ini :
Tabel.1. Perkembangan Pendapatan Industri Pengolahan Tahun 1993-2007
Tahun Pendapatan Industri Pengolahan (Juta Rp)
2000 16.968.336,43 65,83
2001 19.515.123,96 15,00
2002 22.410.706,75 14,83
2003 25.108.884,62 12,03
2004 28.376.127,08 13,01
2005 34.294.945,36 20,85
2006 39.088.197,71 13,97
2007 43.881.450,06 12,26
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur ( diolah )
4.2.2. Perkembangan Pendapatan Industri Perdagangan
Perkembangan Pendapatan Industri Perdagangan dari tahun ke tahun
mengalami kenaikan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2 yang menjelaskan bahwa
pada tahun 1993 sampai 2007, Perkembangan terbesar Pendapatan Industri
Perdagangan pada tahun 1998 sebesar 65,15 % dan terendah sebesar 7,08 % terjadi
pada tahun 1999, Pendapatan Industri Perdagangan terbesar pada tahun 2007
sebesar Rp.57.458.047,26 dan Pendapatan Industri Perdagangan yang terendah
yaitu pada tahun 1993 sebesar Rp.2.747.622,83.
56
Tabel.2. Perkembangan Pendapatan Industri Perdagangan Tahun 1993-2007
Tahun Pendapatan Industri Perdagangan ( Juta Rupiah )
Perkembangan ( % )
1993 2.747.622,83 -
1994 3.221.255,89 17,23
1995 3.811.095,23 18,31
1996 4.469.980,28 17,28
1997 5.208.614,71 16,52
1998 8.602.530,42 65,15
1999 9.211.993,80 7,08
2000 15.809.950,52 71,62
2001 18.401.803,16 16,39
2002 22.367.667,06 21,55
2003 26.074.170,91 16,57
2004 33.544.644,41 28,65
2005 40.625.196,00 21,10
2006 49.041.621,63 20,71
2007 57.458.047,26 17,16
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur ( diolah )
4.2.3. Perkembangan Investasi
Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa perkembangan Investasi baik
industri Pengolahan maupun Perdagangan selama 15 tahun ( 1993-2007)
cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi Investasi industri
Pengolahan adalah pada tahun 1999 sebesar 119,60 % dan industri Perdagangan
sebesar 119,59 % terjadi pada tahun 1999 hal ini disebabkan pada tahun 1999
sampai 2003 sudah membaiknya perekonomian di Indonesia karena pada tahun
1998 terjadi krisis yang melanda di Indonesia meski perkembangan terendah
industri pengolahan terjadi pada tahun 2001 sebesar -66,69 %, dan Industri besar
sebesar - 66,73 %, Karena pada tahun 2001 terjadi kenaikan harga BBM sehingga
banyak Investor yang mau menginvestasikan modalnya di Indonesia khususnya di
Surabaya dan tahun 1999 masih sedikitnya investasi yang masuk di Indonesia
khususnya di Surabaya dikarenakan awal untuk pemulihan ekonomi dimana pada
57
tahun 1998 telah terjadi krisis ekonomi. Investasi industri pengolahan tertinggi
terjadi pada tahun 2000 sebesar Rp.467.414 juta dan Investasi terendah pada tahun
2001 sebesar Rp.55.673 juta, dan Investasi industri perdagangan tertinggi terjadi
pada tahun 2000 sebesar Rp.431.929 juta dan Investasi terendah pada tahun 2001
sebesar Rp.143.698 juta
Tabel.3. Perkembangan Investasi Industri Pengolahan dan Industri Perdagangan Tahun 1993-2007
Tahun Investasi Industri Pengolahan
4.2.4. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja
Berdasarkan tabel di balik ini diketahui bahwa perkembangan Penyerapan
Tenaga Kerja selama 15 tahun ( 1993-2007 ) cenderung mengalami fluktuasi.
Perkembangan tertinggi Penyerapan Tenaga Kerja baik industri Pengolahan
maupun industri perdagangan adalah pada tahun 1999, sebesar 62,29 hal ini
disebabkan pada tahun 1999 sudah membaiknya perekonomian di Indonesia
58
karena pada tahun 1998 terjadi krisis yang melanda di Indonesia. dan
perkembangan terendah industri baik industri Pengolahan maupun industri
perdagangan terjadi pada tahun 2001 sebesar -70,94 % yang disebabkan pada
tahun tersebut adanya kenaikan BBM sehingga banyak tenaga kerja yang di PHK
dan di rumahkan. Penyerapan Tenaga Kerja untuk industri pengolahan tertinggi
terjadi pada tahun 1999 sebesar 103.175 orang dan Penyerapan Tenaga Kerja
terendah pada tahun 2002 sebesar 29.297 orang, Penyerapan Tenaga Kerja untuk
industri perdagangan tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 95.158 orang dan
Penyerapan Tenaga Kerja terendah pada tahun 2002 sebesar 29.297 orang
Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja dapat disajikan dalam tabel di
bawah ini :
Tabel.4. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 1993-2007
Tahun Penyerapan
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur ( diolah ).
59
4.2.5 Perkembangan Jumlah Produksi
Berdasarkan tabel dibawah dapat diketahui bahwa pekembangan Nilai
Produksi selama 15 tahun ( 1993-2007 ) cenderung mengalami fluktuasi.
Perkembangan tertinggi selama periode penelitian adalah pada tahun 1994 sebesar
29,61 % dan industri perdagangan pada tahun 1998 sebesar 20,86 % dengan Nilai
Produksi sebesar Rp.407.324 yang ditahun sebelumnya nilainya sebesar Rp.
314.260. Sedangkan Nilai Produksi industri perdagangan sebesar Rp.398.208 yang
ditahun sebelumnya nilainya sebesar Rp.329.463 perkembangan terendah adalah
pada tahun 2001 sebesar -57,21 % dan industri perdagangan sebesar -47,70 %
Karena pada tahun 2001 terjadi kenaikan harga BBM sehingga Nilai Produksi
yang dihasilkan industri kecil kurang optimal dan berkurang . Nilai Produksi
tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar Rp.519.462,sedangkan industri
Perdagangan sebesar Rp.479.504.
Tabel.5. Perkembangan Nilai Produksi Tahun 1993-2007
Tahun Nilai Produksi
1994 407.324 29,61 294.959 14,71
1995 488.013 19,80 353.388 19,80
1996 463.807 - 4,96 335.860 - 4,95
1997 494.194 6,55 329.463 - 1,90
1998 449.044 - 9,13 398.208 20,86
1999 518.790 15,53 460.059 15,53
2000 519.462 0,12 479.504 4,22
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur( diolah )
60
4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased
Estimator).
Agar dapat diperoleh hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) atau perkiraan linier tidak bias yang terbaik maka estimasi tersebut harus memenuhi beberapa asumsi yang berkaitan. Apabila salah satu asumsi
tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat
BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.
Dalam hal ini harus dihindarkan terjadinya kasus-kasus sebagai berikut :
1. Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data
observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross-sectional)” (Gujarati, 1995:201). Untuk mengujji variabel-variabel yang diteliti apakah terjadi autokorelasi atau
tidak dapat digunakan uji Durbin Watson, yaitu dengan cara membandingkan
nilai Durbin Watson yang dihitung dengan nilai Durbin Watson (dL dan du)
dalam tabel. Distribusi penetuan keputusan dimulai dari 0 (nol) sampai 4
(empat).
Kaidah keputusan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Jika d lebih kecil daripada dL atau lebih besar daripada (4-dL), maka
hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat autokorelasi.
2. Jika d teletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima yang
berarti tidak ada autokorelasi.
61
3. Jika nilai d terletak antara dL dan dU atau antara (4-dL) dan (4-dU) maka
uji Durbin-Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti, untuk
nilai-nilai ini tidak dapat disimpulkan ada tidaknya autokorelasi di antara
faktor-faktor penganggu.
Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi dalam model penelitian
maka perlu dilihat nilai DW tabel. Diketahui jumlah variabel bebas adalah 3
(k=3) dan banyaknya data adalah (n=15) sehingga diperoleh nilai DW tabel
adalah sebesar dL = 0,814 dan dU = 1,750
Gambar 7. Kurva Statistik Durbin Watson
Daerah Daerah Daerah Daerah
Kritis Ketidak- Terima Ho Ketidak- Kritis pastian pastian
Tolak Tidak ada Tolak Ho autokorelasi Ho
0 dL= 0,814 dU = 1,750 (4-dU) = 2,250 (4-dL) = 3,186 d
Sumber : Lampiran 43
Berdasarkan hasil analisis kesembilan sector, maka dalam model
regresi ini tidak terjadi gejala autokorelasi karena nilai DW tes yang diperoleh
adalah sebagai berikur :
62
Tabel 6. Tes Autokorelasi
Variabel
Nilai DW test
Ketentuan Daerah Keterangan
Pendapatan Industri 0,814 – 1,750 (daerah ketidak pastian) 1,750 – 2,250 (tidak ada autokorelasi) 2,250 – 3,186 (daerah ketidak pastian) 3,186 - 4 ( ada autokorelasi )
Daerah ketidakpastian
Sumber : Lampiran 4
2. Multikolinier
Multikolinieritas berarti ada hubungan linier yang “sempurna” atau
pasti di antara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi.
Dari dugaan adanya multikolinieritas tersebut maka perlu adanya
pembuktian secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinier dengan cara
menghitung Variance Inflation Factor (VIF). VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians. Apabila VIF lebih besar dari 10, hal ini berarti
terdapat multikolinier pada persamaan regresi linier.
Adapun hasil yang diperoleh setelah diadakan pengujian analisis
regresi linier berganda diketahui bahwa dari keempat variabel yang dianalisis
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7 : Tes Multikolinier
(X3) Ketentuan Keterangan Pendapatan Industri Pengolahan 5,129 2,973 2,453 ≤ 10 Tidak terjadi
Multikolinier Pendapatan Industri Perdagangan 2,903 1,534 6,704 ≤ 10 Tidak terjadi Multikolinier
Sumber pada output Coefficients
63
Maka hasil yang diperoleh setelah diadakan pengujian analisis
regresi linier berganda diketahui bahwa dari ketiga variabel dalam tiap
variabel persektor di mana nilai VIF lebih kecil dari 10 sehingga dalam model
regresi ini tidak terjadi multikolinier.
3. Heterokedastisitas
Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan
variabel bebas (X). Hal ini bisa diidentifikasikan dengan menghitung korelasi
rank spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Pembuktian
adanya heterokedastisitas dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 8. Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman
Variabel Y/X
Pendapatan Industri Pengolahan 0,206 0,372 0,781 ≥ 0,05 Tidak terjadi heterokedastisitas Pendapatan Industri Perdagangan 0,630 0,383 0,732 ≥ 0,05 Tidak terjadi
heterokedastisitas
Sumber pada output NonParametrik
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh tingkat signifikansi koefisien
korelasi rank spearman untuk variabel terikat keseluruhan residualnya lebih
besar dari 0,05 (tidak signifikan) sehingga tidak mempunyai korelasi yang
berarti antara nilai residual dengan variabel yang menjelaskan. Jadi dapat
disimpulkan persamaan tersebut tidak terjadi heterokedastisitas.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diatas dapat
disimpulkan bahwa pada model penelitian ini tidak terjadi pelanggaran asumsi
klasik.
64
4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis
Dalam analisis ini digunakan analisis regresi linier berganda dan untuk
mengolah data yang ada diguanakan alat bantu komputer dengan program SPSS
(Statistic Program For Social Science) versi 13.0. Untuk mengetahui hasil analisis secara simultan antara variabel bebas terhadap Pendapatan Industri
pengolahan dan Industri Perdagangan sebagai variabel terikat digunakan uji F
dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Analisis Varian ( Anova )
Variabel terikat Tingkat
Signifikan (0,05)
Keterangan
Pendapatan Industri Pengolahan 0,000 Signifikan
Pendapatan Industri Perdagangan 0,000 Signifikan
Sumber pada output Anova
Oleh karena F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
berarti bahwa secara keseluruhan variabel bebas yaitu Investasi (X1), Jumlah
Tenaga Kerja (X2), dan Nilai Produksi (X3), berpengaruh secara simultan dan
nyata terhadap Pendapatan Industri pengolahan dan Industri Perdagangan (Y).
4.3.2. Uji Hipotesis Secara Parsial
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas
Investasi (X1), Jumlah Tenaga Kerja (X2), dan Nilai Produksi (X3) terhadap
Pendapatan Industri pengolahan dan Industri Perdagangan. Hasil penghitungan
tersebut dapat dilihat dalam tabel analisis sebagai berikut :
65
Tabel 10. Hasil Analisis Variabel Investasi (X1), Jumlah Tenaga Kerja (X2), dan Nilai Produksi (X3), terhadap Pendapatan Industri pengolahan dan Industri Perdagangan.
Variabel Y/X Tingkat
Signifikan
Pendapatan Industri Pengolahan 23743144 176,113 1103,535 45,093
Pendapatan Industri Perdagangan 20733451 272,213 1548,968 55,808
Sumber pada output Coefficient
4.3.3. Pembahasan
Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen yang didapat maka
peneliti dapat mengambil kesimpulan dari Pendapatan Industri Pengolahan dan
Industri Perdagangan tersebut bahwa :
Jumlah Investasi berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap Pendapatan
Industri Kecil. Hal ini disebabkan karena meningkatnya perluasan peran dan
fungsi perbankan untuk memudahkan memperoleh kredit dari lembaga
perbankan yang juga diharapkan Kredit Usaha Rakyat dapat mempermudah
UKM dalam mengakses permodalan perbankan, menggerakan sektor
produktifitas maupun meningkatkan investasi yang secara otomatis akan
mengerakan atau menambah produksi barang dan jasa yang dihasilkan sehingga
akan menambah pendapatan Industri pengolahan dan Industri Pedagangan.
66
Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap
Pendapatan Industri Kecil. Hal ini disebabkan karena semakin banyak tenaga kerja
yang memiliki kemampuan ketrampilan melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan jasa maka akan menghasilkan dan meningkatkan hasil produksi yang
dapat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan Industri pengolahan dan
Industri Perdagangan.
Nilai Produksi tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap
Pendapatan Industri Pengolahan dan Industri Perdagangan. Hal ini disebabkan
karena naiknya nilai produksi bukan hanya berdasarkan dari nilai investasi maupun
tenaga kerja yang secara umum melainkan naiknya nilai produksi juga berasal dari
sub secara khusus misalnya : dari mesin – mesin produksi yang dimiliki oleh
industri besar, dan teknologi alat yang canggih yang di gunakan untuk
meningkatkan produksi.
Variabel yang berpengaruh paling dominan empat variabel bebas terhadap
Pendapatan Industri Pengolahan dan Industri Perdagangan di Surabaya: Investasi
(X1), Tenaga Kerja (X2), dan Nilai Produksi (X3), dapat diketahui dengan melihat
koefisien determinasi parsial yang paling besar, dimana dalam perhitungan
ditunjukkan oleh variabel Investasi dengan koefisien determinasi parsial (r2)
sebesar 0,746 atau sebesar 74,6 % untuk pendapatan industri pengolahan dan
0,855 atau sebesar 85,5 % untuk pendapatan industri perdagangan.
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara
variabel bebas Investasi (X1), Jumlah Tenaga Kerja (X2), dan Nilai Produksi
(X3), dan terhadap variabel terikatnya Pendapatan Industri Kecil dan Besar (Y)
diperoleh F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang berati
bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara
simultan dan nyata terhadap Pendapatan Industri Pengolahan dan Industri
Perdagangan.
2. Pengujian secara parsial atau individu Jumlah Investasi (X1) terhadap
Pendapatan Industri pengolahan dan Industri Perdagangan (Y1&2). Diketahui hasil
perhitungan secara parsial diperoleh t hitung > t tabel , maka Ho ditolak dan Hi
diterima pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Jumlah Investasi (X1)
berpengaruh secara nyata dan positif terhadap Pendapatan Industri pengolahan
dan Industri Perdagangan (Y1&2). Hal ini disebabkan meningkatnya perluasan
peran dan fungsi perbankan untuk memudahkan memperoleh kredit dari
lembaga perbankan yang juga diharapkan Kredit Usaha Rakyat dapat
mempermudah UKM dalam mengakses permodalan perbankan, menggerakan
sektor produktifitas maupun meningkatkan investasi yang secara otomatis akan
68
mengerakan atau menambah produksi barang dan jasa yang dihasilkan sehingga
akan menambah pendapatan Industri pengolahan dan Industri Pedagangan.
3. Pengujian secara parsial atau individu Jumlah Tenaga Kerja (X2) terhadap
Pendapatan Industri pengolahan dan Industri Perdagangan (Y). Diketahui hasil
perhitungan secara parsial diperoleh t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi
diterima, pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Jumlah Tenaga Kerja
(X2) berpengaruh secara nyata positif terhadap Pendapatan Industri pengolahan
dan Industri Perdagangan (Y). Hal ini disebabkan karena semakin banyak tenaga
kerja yang memiliki kemampuan ketrampilan melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan jasa maka akan menghasilkan dan meningkatkan hasil
produksi yang dapat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan Industri
pengolahan dan Industri Perdagangan.
4. Pengujian secara parsial atau individu Nilai Produksi (X3) terhadap Pendapatan
Industri pengolahan dan Industri Perdagangan (Y). Diketahui hasil perhitungan
secara parsial diperoleh t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak, pada
level signifikan 5 % sehingga secara parsial Nilai Produksi (X3) tidak
berpengaruh secara nyata positif terhadap Pendapatan pengolahan dan Industri
Perdagangan (Y). Hal ini disebabkan karena naiknya nilai produksi bukan hanya
berdasarkan dari nilai investasi maupun tenaga kerja yang secara umum
melainkan naiknya nilai produksi juga berasal dari sub secara khusus misalnya :
dari mesin – mesin produksi yang dimiliki oleh industri besar, dan teknologi alat
yang canggih yang di gunakan untuk meningkatkan produksi.
69
atan industri
perdagangan.
a n
berikut ini diketahui beberapa saran
engusaha untuk
p stabil agar banyak investor yang masuk untuk menanamkan
modalnya.
5. Variabel yang berpengaruh paling dominan empat variabel bebas terhadap
Pendapatan Industri Pengolahan dan Industri Perdagangan di Surabaya: Investasi
(X1), Tenaga Kerja (X2), dan Nilai Produksi (X3), dapat diketahui dengan
melihat koefisien determinasi parsial yang paling besar, dimana dalam
perhitungan ditunjukkan oleh variabel Investasi dengan koefisien determinasi
parsial (r2) sebesar 0,746 atau sebesar 74,6 % untuk pendapatan industri
pengolahan dan 0,855 atau sebesar 85,5 % untuk pendap
S ra
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka
sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :
1. Pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dapat memberikan proses perizinan
agar yang tidak rumit agar lebih banyak lagi Investor maupun p
menanamkan modalnya dan memperoleh modal dengan mudah.
2. Pemerintah membuat kebijakaan moneter agar menjaga perkembangan ekonomi
DAFTAR PUSTAKA
Arif, 2006. Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Madiun, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Surabaya
Anonim, 1994, Jawa Timur Dalam Angka, Penerbit BPS Jawa Timur, Surabaya. , 1997, Jawa Timur Dalam Angka, Penerbit BPS Jawa Timur, Surabaya. , 2003, Jawa Timur Dalam Angka, Penerbit BPS Jawa Timur, Surabaya. , 2006, Jawa Timur Dalam Angka, Penerbit BPS Jawa Timur, Surabaya , 2008, Jawa Timur Dalam Angka, Penerbit BPS Jawa Timur, Surabaya Arsyad, Lincolin, 1992. Ekonomi Pembangunan, Edisi Kedua, Penerbit BP STIE
YKPN, Yogyakarta
Dumairy, 1997, Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta, Hal 75 Dom busch dan Fischer, 1995, Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta,
Hal 46
Hermojo, 2005, Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Industri Kecil di Kabupaten Jombang: Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Surabaya
Kuncoro. 2006, Teori, Masalah dan Kebijakan Ekonomi Pembangunan, Penerbit UPPAMPYKPN, Yogyakarta
Nisa, 2004, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Industri Kecil di Daerah Tingkat II Kabupaten Pacitan, Skiripsi, Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Surabaya
Putong, Iskandar, 2003. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro, Edisi Kedua, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta
Rosyidi, Suherman, 1994. Pengantar Teori Ekonomi, Pendekatan Kepada Teori
Ekonomi Mikro dan Makro, Edisi Baru, Cetakan Pertama, Penerbit PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
, 2003. Pengantar Teori Ekonomi, Pendekatan Kepada Teori
Ekonomi Mikro dan Makro, Edisi Baru, Cetakan Pertama, Penerbit PT.
Sukirno. Sadono, 2001. Pengantar Teori Makro Ekonomi, Edisi Kedua, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
, 2002. Makroekonomi Teori Pengantar, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
, 2004. Pengantar Teori Makro Ekonomi, Edisi Kedua, Penerbit
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Sulaiman Wahid, 2004, Analisis regresi menggunakan SPSS, Penerbit Andi, Yogjakarta.
Suroto, 1992. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja, Edisi Kedua, Penerbit, BPFE UGM, Yogyakarta.
Suparmoko, M, 1992. Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Keempat, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.
Winardi, 1992, Ekonomi indusri Edisi Pertama, Penerbit PT Gramedia Jakarta Widarjono, Agus, 2005, Ekonometrika, Teori, dan Aplikasi, Edisi Pertama,
Ekorosia FE UII Yogjakarta .
Todaro, Michael P dan Stephan C Smith, 2003, Pembangunan Ekonomi di Dunia
Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.