OBJEKTIVITAS BERITA FILM DOKUMENTER
“COWBOYS IN PARADISE” DI MEDIA ON LINE KOMPAS.COM
(Analisis Objektivitas Berita Film Documenter “Cowboys in Paradise” di media on line kompas.com edisi 26 April – 30 April 2010)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
(UPN) “Veteran” Jawa Timur
OLEH :
ANDI TRILANA ASWAT 0643010064
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JAWA TIMUR
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Kegunaan Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian media massa dan Komunikasi Massa ... 9
2.1.2. Berita ... 12
2.3. Jurnalisme on line sebagai media massa ... 24
2.4. Objektivitas Berita……….. ... 29
2.4.1. Konsep Penyajian Berita... 33
2.5. Kerangka Berfikir ... 36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional ... 38
3.1.1. Berita Film Cowboys In Paradise ... 38
3.2. Kategorisasi Objektivitas Pers ... 40
3.2.1. Akurasi Pemberitaan ... 41
3.2.2. Fairness dan Ketidakberpihakan Pemberitaan ... 43
3.2.3. Validitas Keabsahan Pemberitaan ... 43
3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 45
3.3.1. Populasi ... 45
3.3.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... ... 45
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 46
3.5. Teknik Analisis Data ... ... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objektivitas penelitian ... 48
4.2. Penyajian Data dan Analisis Data………... 54
4.2.1. Objektivitas Pemberitaan……….. ... 54
4.2.1.1. Akurasi Pemberitaan………... 59
4.2.1.2. Fairness………... 67
4.2.1.3. Validitas Pemberitaan………... 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………. ... 77
5.2. Saran………. ... 78
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori Kesesuaian Judul Berita Dengan
Isi Berita ... 59
Tabel 4.2. Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori Pencantuman Waktu Terjadi Peristiwa ... 61
Tabel 4.3. Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori Penggunaan Data Pendukung ... 63
Tabel 4.4 Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori Faktualitas Berita ... 65
Tabel 4.5 Fairness Dalam Sub Kategori Sisi Sumber Berita ... 67
Tabel 4.6 Fairness Dalam Sub Kategori Luas Kolom ... 69
Tabel 4.7 Validitas Pemberitaan Dalam Sub Kategori Kejelasan Sumber Berita ... 71
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Berita Edisi 26 April 2010 ……… 80
Lampiran 2 : Berita Edisi 27 April 2010 ……… 81
Lampiran 3 : Berita Edisi 28 April 2010 ……… 82
Lampiran 4 : Berita Edisi 29 April 2010 ……… 83
ABSTRAKSI
ANDI TRILANA ASWAT. OBJEKTIVITAS BERITA FILM DOKUMENTER COWBOYS IN PARADISE DI MEDIA ON LINE KOMPAS.COM (Analisis Objektivitas Berita Film Dokumenter Cowboys In Paradise di media on line
kompas.com edisi 26 April 2010 – 30 April 2010).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat Objektif atau tidak berita
film dokumenter yang di tulis pada media on line kompas.com dengan periode yang
telah ditentukan.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis isi yang bersifat
kuantitatif, dengan analisis tersebut digunakan untuk mengkaji isi objektivitas
pemberitaan film dokumenter Cowboys In Paradise.
Objektivitas pemberitaan di uji dan di analisis sesuai dengan kategorisasi
yang di sesuaikan dalam buku Rachmat Kriyantono dalam teori yang di sempurnakan
oleh Rachma Ida tentang 3 kategorisasi objektivitas pemberitaan.
Pemberitaan tentang berita film documenter cowboys in paradise menimbulkan opini dari masyarakat .Hasil yang didapat dari 5 berita yang penulis teliti masih bisa di bilang objektif namun belum bisa dikategorisasikan sebagai objektif pemberitaan. Obyektivitas berita merupakan hal yang sangat penting dalam penyajian sebuah berita. Penyajian berita yang tidak obyektif dapat menimbulkan banyak ketidakseimbangan, artinya bahwa berita hanya disajikan berdasarkan informasi pada sumber berita yang kurang lengkap dan cenderung sepihak.
Dari ketiga penghitungan objektivitas menurut kategorisasi, berita yang
diterbitkan oleh media on line kompas.com masih belum bisa dikatakan objektif,
karena belum sepenuhnya memasukkan unsur realita yang sebenar – benarnya.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini peranan dan pengaruh
informasi dan komunikasi sangat terasa. Tidak ada kegiatan yang dilakukan di dalam
dan oleh masyarakat yang tidak memerlukan informasi. Kenyataan tersebut diatas
tidak dapat dipungkiri kebenarannya. Hanya orang atau bangsa yang mempunyai
banyak informasi yang dapat berkembang dengan pesat. Dalam hal ini negara yang
memiliki kemampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi akan
lebih memperoleh kesempatan memiliki sistem komunikasi yang dapat menunjang
kepentingan nasionalnya, ideologinya, dan pandangan hidupnya.
Sebaliknya negara yang tidak mempunyai kemampuan mengembangkan
teknologi dan infrastruktur akan berada dalam posisi yang lemah dalam
mengembangkan sistem komunikasinya. Seperti kita lihat di dunia ini, komunikasi
sering kali merupakan sarana pertukaran informasi antara pihak yang tidak sama
tinggi (sederajat), menguntungkan pihak yang lebih kuat, lebih kaya dan lebih
lengkap fasilitasnya. Perbedaan di dalam kekuasaan dan kekayaan, disengaja atau,
tidak mempunyai akibat dan pengaruh pada struktur dan arus informasi.
Perkembangan teknologi dalam bidang komunikasi mengakibatkan kegiatan
Pada awalnya penyampaian informasi atau pesan disampaikan melalui beberapa
media seperti surat kabar dan sejenisnya. Penyampaian informasi melalui media
seperti ini dapat diterima dalam waktu yang lama sehingga kadang informasi itu
diterima dalam keadaan sudah kadaluwarsa. Namun sekarang dengan adanya
teknologi dalam bidang komunikasi penyampaian informasi atau pesan dapat
dilakukan dengan mudah dan informasi dapat diterima dengan cepat misalnya melalui
telepon, surat kabar, televisi, internet dan sebagainya.
Untuk dapat memberikan informasi kepada masyarakat, media atau pers
dituntut untuk bisa menambah pengetahuan pembacanya dengan menyajikan
informasi yang memiliki kebenaran, kepentingan, dan manfaat. Dengan banyaknya
aneka ragam surat kabar pembaca menjadi lebih selektif dalam memilih suat kabar
yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Setiap surat kabar mempunyai ragam berita, mulai dari bidang ekonomi,
sosial, poltik, budaya, kriminal, sampai pada pemberitaan selebriti. Surat kabar dapat
memberikan porsi yang berbeda terhadap suatu kejadian yang sama. Surat kabar satu
menyajikan sebuah berita sebagai berita utama belum tentu pemberitaan tersebut
menjadi berita utama pula di surat kabar lain, bahkan bisa saja tidak dimuat sama
sekali.
Berita diproduksi dan didistribusikan oleh pers. Pers menyandang peran ganda
yaitu sebagai produsen berita dan saluran dalam sebuah proses komunikasi. Pers
dilindungi oleh undang-undang yang menjamin beropini dan kebebasan memberikan
informasi kepada masyarakat.
Berita harus memenuhi beberapa unsur yang nantinya akan membuat suatu
berita tersebut bisa layak untuk dimuat. Pertama-tama berita harus cermat dan tepat
atau dalam bahasa jurnalistik harus akurat. Selain akurat berita harus lengkap, adil,
dan berimbang. Kemudian berita pun harus tidak mencampurkan fakta dan opini
sendiri atau dalam bahasa akademis berita harus objektif. Karena berita memliki
power untuk membentuk opini publik, jadi sesuatu yang ditulis oleh media harus
memenuhi unsur-unsur di atas agar tidak ada pihak yang dirugikan.
(Kusumaningrat 2006 : 47)
Media online Kompas.com merupakan salah satu media online yang up to
date tiap jamnya, berita-berita yang dimuat adalah berita-berita yang sedang
berlangsung, dan up to date. Salah satu topik yang menarik adalah pemberitaan
tentang film documenter yang bertajuk Cowboys in Paradise, yang mengisahkan
tentang kehidupan gigolo atau pria penghibur wanita yang biasa “mangkal” di pantai
kuta. Pemutaran film Cowboys in Paradise yang diprotes masyarakat Kuta karena
dianggap melecehkan merupakan kasus yang sering menjadi bahan berita bagi suatu
media termasuk didalamnya media online Kompas.com. Kasus ini menjadi perhatian
publik karena kasus ini melibatkan pihak banyak pihak dan termasuk pihak
kasus film documenter ini menjadi menarik dan seringkali menjadi berita utama
dalam suatu pemberitaan di suatu media termasuk di dalamnya Kompas.Com.
Film ini menggambarkan bagaimana kehidupan gigolo di Kuta, yang menjadi
daya tarik tersendiri bagi wisatawan wanita yang tengah berlibur di Bali. Bahkan,
dalam cuplikan video Cowboys in Paradise ada pernyataan "Seorang istri gigolo yang
merelakan suaminya tidur bersama pelanggan asingnya." Pria-pria yang diduga
gigolo ini selanjutnya dibawa ke Kantor Lurah Kuta untuk pemeriksaan identitas dan
keterangan tentang keterkaitannya terhadap film Cowboys in Paradise. (sumber :
Kompas.com).
Cowboys in Paradise garapan sutradara Amit Virmani merupakan film
dokumenter yang mengisahkan sepak terjang para gigolo sehingga menjadikan Bali
sebagai tujuan wisata yang menarik bagi para turis asing perempuan. Tidak hanya
masyarakat Kuta yang terusik dengan munculnya film Cowboys In Paradise,
kepolisian daerah Bali pun tidak tinggal diam. Polisi kini mulai turun tangan
menyelidiki film yang dinilai merusak citra pariwisata Bali tersebut. (sumber :
kompas.com).
Ketua Badan Pariwisata Bali Ngurah wijaya yakin, miunculnya film gigolo
berjudul cowboys in paradise sangat kecil pengaruhnya pada citra pariwisata pulau
dewata yang dikenal dengan wisata budaya. Meskipun demikian, masalah itu tetap
mengunakan kedok pariwisata itu bisa saja betul-betul terjadi di tempat tujuan
wisatawan asing. (sumber : kompas.com)
Pihak Kepolisian Daerah Bali terus melakukan penyidikan terkait film
Cowboys in Paradise, yang dinilai telah meresahkan dan memperburuk citra Bali.
Dari hasil penyelidikan sementara diperoleh fakta bahwa sutradara Cowboys in
Paradise, Amit Virmani, telah membuat film tanpa izin. Dalam Undang-Undang
Perfilman Nomor 8 Tahun 1992 Pasal 41 ayat 1 disebutkan bahwa barang siapa yang
membuat usaha film tanpa izin dapat dipidana penjara selama 1 tahun atau denda Rp
40 juta. Saat ini Polda Bali telah membentuk tim khusus untuk mengusut kasus ini
karena film tersebut dianggap telah meresahkan masyarakat Bali. (sumber :
Kompas.com).
Polda Bali berencana memeriksa sutradara Cowboys in Paradise, Amit
Virmani, terkait dugaan tindak pidana yang dilakukannya dalam proses pembuatan
film yang mengisahkan kehidupan gigolo di Bali tersebut. Sejauh ini Polda Bali telah
memeriksa beberapa orang terkait untuk dimintai keterangannya terkait peredaran
film Cowboys in Paradise. (sumber : Kompas.com).
Berita di atas merupakan kutipan dari media online Kompas.com, dalam
beberapa kali upload selama 5 hari yaitu pada tanggal 26 April 2010 sampai dengan
tanggal 30 April 2010. Dalam penulisan berita tersebut judul berita dituliskan dengan
besar pada judulnya merupakan berita utama atau berita istimewa. Berita utama
dilakukan seselektif mungkin sesuai dengan kebijaksanaan redaksionalnya, dan
sesuatu yang dianggap paling pantas diketahui oleh masyarakat pada saat itu.
Definisi tentang objektivitas berita sangat beragam, namun secara sederhana
dapat dijelaskan bahwa berita yang obyektif adalah berita yang menyajikan fakta,
tidak berpihak dan tidak melibatkan opini dari wartawan. Objektivitas menurut
mcQuail (1994 : 130) lebih merupakan cita-cita yang diterapkan seutuhnya. Dalam
sistem media massa yang memiliki keanekaragaman eksternal, terbuka kesempatan
untuk penyajian informasi yang memihak, meski sumber tersebut harus bersaing
dengan sumber informasi lainnya yang menyatakan dirinya obyektif. Meskipun
demikian tidak sedikit media yang mendapatkan tuduhan “media itu tidak obyektif”.
Objektivitas berita merupakan suatu keadaan berita yang disajikan secara utuh
dan tidak bersifat memihak salah satu sumber berita, yang bertujuan untuk memberi
informasi dan pengetahuan kepada konsumen. (flournoy, 1986 : 48). Setiap berita
yang disajikan dalam suatu surat kabar atau majalah harus memenuhi unsur
obyektivitas. Obyektivitas berita merupakan hal yang sangat penting dalam penyajian
sebuah berita. Penyajian berita yang tidak obyektif dapat menimbulkan banyak
ketidakseimbangan, artinya bahwa berita hanya disajikan berdasarkan informasi pada
sumber berita yang kurang lengkap dan cenderung sepihak.
Sebuah berita bisa dikatakan obyetif bila memenuhi beberapa unsur,
tujuan atau misi tertentu. Dilihat dari beberapa unsur di atas banyak sekali berita yang
disajikan belum memenuhi unsur-unsur obyektivitas atau bisa dikatakan bahwa berita
tersebut tidak obyektif. Suatu berita yang disajikan tidak obyektif hanya akan
menguntungkan salah satu pihak dan akan merugikan pihak lain.
Untuk dapat memahami ketimpangan arus informasi peneliti sengaja memilih
media online Kompas.com. media online Kompas.com dipilih sebagai obyek
penelitian karena Kompas.com merupakan salah satu media online yang selalu up to
date dalam mengupload berita terbaru, peneliti lebih memilih media online
kompas.com daripada Koran harian Kompas karena di Koran harian kompas berita
kasus film documenter yang berjudul Cowboys in Paradise ini tidak ada atau tidak
dimuat. Alasan kedua penulis memilih media online Kompas.com karena
pemberitaan kasus film documenter yang berjudul Cowboys in Paradise menjadi
sebuah berita yang istimewa, meskipun tidak menjadi headline berita ini
menggunakan font dengan size besar pada judulnya. Dalam penelitian ini metode
yang digunakan adalah analisis isi sehingga diperoleh pemahaman yang akurat dan
penting. Analisisnya adalah berita di surat kabar yang analisis ini digunakan untuk
mengkaji pesan-pesan di media (flournoy, 1986 : 12). Pemanfaatan ilmu komunikasi
media massa dapat diperoleh secara tepat implementasi di lapangan atas obyektivitas
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas yang melandasi penelitian
ini, maka penelitian dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah Objektivitas
pemberitaan kasus film documenter yang berjudul Cowboys in Paradise di media
online Kompas.com.”
1.3. Tujuan penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui objektivitas berita film documenter Cowboys in Paradise di media
online Kompas.com.
1.4 Kegunaan penelitian
1. Kegunaan teoritis : Menambah kajian ilmu komunikasi yang berkaitan dengan
penelitian obyektivitas berita, sehingga hasil penelitin ini diharapkan bisa
menjadi landasan pemikiran untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan praktis : penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi
redaksi Kompas.com dalam memberitakan kasus film documenter yang
berjudul Cowboys in Paradise tidak memihak, transparan, dan sumber berita
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Media Massa dan Komunikasi Massa
Media massa seperti yang dikemukakan oleh althusser dan Gramsci dalam
Sobur (2004:30) merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pendapat atau
aspirasi baik itu dari pihak masyarakat maupun dari pihak pemerintah atau negara.
Media massa tersebut sebagai wadah untuk menyalurkan informasi yang merupakan
perwujudan dari hak asasi manusia dalam kehidaupan ermasyarakat dan bernegara,
dalam diri media massa juga terselubung kepentingan-kepentingan yang lain,
misalnya kepentingan kapitalisme modal dan kepentingan keberlangsungan lapangan
pekerjaan bagi karyawan dan sebagainya.
Media massa mempunyai kekuatan yang sangat signifikan dalam usaha
mempengaruhi khlayaknya. Keberadaan media massa mempunyai peranan penting
dalamusaha memberikan informasi penting bagi masyarakat, pengetahuan yang dapat
memperluas wawasan, sarana hiburan sebagai pelepas ketegangan, dan yang tidak
kalah pentingnya adalah peranan media sebagai kontrol sosial untuk memberikan
kritik maupun mendukung kebijakan pemerintah agara memotivasi masyarakat.
Media massa merupakan institusi baru yang berkaitan dengan produksi dan
distribusi pengetahuan dalam arti luas. Media massa mempunyai sejumlah ciri-ciri
yang menonjol, diantaranya adalah penggunaan teknologi yang relatif maju untuk
produksi (massal) dan penyebaran pesan, mempuyai organisasi yang sistematis dan
aturan-aturan sosial serta sasaran pesan yang mengarah pada audiens dalam jumlah
besar yang tidak bisa ditentukan apakah meraka menerima pesan yang disampaikan,
atau malah menolaknya. Institusi media massa pada dasarnya terbuka, beroprasi
dalam dimensi publik untuk memberikan saluran komunikasi reguler dari berbagai
pesan yang mendapat persetujuan sosial dan dikehendaki oleh banyak individu.
Dalam komunikasi massa menurut Winarni dapat dipusatkan pada
komponen-komponen komunikasi massa, yaitu variabel yang dikandung dalam setiap tindak
komunikasi dan bagaimana variabel ini bekerja pada media massa, kelima komponen
tersebut adalah:
1. Sumber. Komunikasi massa adalah suatu organisasi kompleks yang
mengeluarkan biaya besar untuk menyusun dan mengirimkan pesan.
2. Khalayak. Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan
kepada massa, yaitu khalayak yang jumlahnya besar yang bersifat
heterogen dan anonim.
3. Pesan. Pesan dalam komunikasi massa bersifat umum, maksudnya
adalah setiap orang bisa mengetahui pesan-pesan komunikasi dari
4. Proses. Ada dua proses dalam komunikasi massa yaitu: 1) Komunikasi
massa merupakan proses satu arah. Komunikasi ini berjalan dari
sumber ke penrima dan tidak secara langsung dikembalikan kecuali
dalam bentuk umpan balik tertunda. 2) Komunikasi massa merupakan
proses dua arah (Proses seleksi). Baik media ataupun khalayak
melakukan seleksi. Media menyeleksi khalayak sasaran atau penerima
menyeleksi dari semua media yang ada, pesan manakah yang mereka
ikuti.
5. Konteks komunikasi massa berlangsung dalam suatu konteks sosial.
Media mempengaruhi konteks sosial masyarakat, dan konteks sosial
masyarakat mempengaruhi media massa. (Winarni, 2003 : 4-5)
Setiap disiplin ilmu dalam komunikasi memiliki ciri-ciri dan karekateristik
yang berbeda-beda, adapun beberapa karakteristik komunikasi massa yang sering
digunakan pada media massa yaitu:
1. Sifatnya satu arah, walaupun beberapa media massa terkadang
melibatkan khalayak secara langsung dengan diadakannya dialog
interaktif, namun itu hanya untuk kepentingan terbatas.
2. Selalu ada proses seleksim misalnya, setiap media memilih
khalayaknya, demikian juga dengan khlayak yang juga menyeleksi
medianya, baik jenis maupun isi siaran dan berita, serta waktu untuk
3. Menjangkau khalayak secara luas. Dengan adanya satuu stasiun
pemancar pesan atau informasi dapat disampaikan dalam cakupan satu
negara. Namun dalam karakteristik ini sistem ekonomi dan sosial juga
ikut berperan.
4. Berusaha membidik sasaran tertentu, informasi yang disampaikan
harus menarik minat orang-orang sehingga informasi tersebut
disalurkan kepada orang lain
5. Komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang harus peka terhadap
kondisi lingkungannya. Ada interaksi tertentu yang berlangsung antara
media dan masyarakat. Untuk memahami sebuah masyarakat kita
harus menelaah latar belakang, asumsi dan keyakinan-keyakinan
dasarnya. Untuk itu diperlukan penguasaan atas sejarah, sosiologi,
ilmu ekonomi dan filsafat demi memahami sebuah masyarakat secara
benar. (Rivers, 2004 :18)
Dalam komunikasi massa, umpan balik relatif tidak ada atau bersifat tunda,
komunikator cenderung sulit untuk mengetahui umpan balik komunikan secara
segera. Untuk mengetahuinya, maka biasanya harus diadakan seminar terbuka yang
menghubungkan antara komunikator dan komunikan secara langsung, diadakannya
survey atau penelitian. (Vardiansyah, 2004:33).
Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar,
menarik, dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala
seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on line internet. Berita berasal dari
bahasa sansekerta, yaitu urit yang dalam bahasa Inggris disebut write, yang berarti
sebenarnya adalah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan Writta,
artinya kejadian atau yang telah terjadi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia karya
Poerwadarminto, berita diperjelas menjadi laporan mengenai kejadian atau peristiwa
yang hangat.
Sedangkan menurut McQuail (1989 : 189) berita merupakan sesuatu yang
bersifat metafistik dan sukar dijawab kembali dalam kaitannya dengan institusi dan
kata putus mereka yang bersifat rasa dan sulit diraba karena kehalusannya. Berita
bukanlah cermin kondisi sosial, tetapi laporan tentang salah satu aspek yang telah
menonjolkannya sendiri.
Suatu fakta dapat dikatakan berita, apabila memenuhi syarat antara lain telah
dipublikasikan oleh seseorang atau institusi yang jelas identitasnya, alamat, dan
penanggungjawabnya, fakta tersebut ditemukan oleh jurnalis dengan cara yang sesuai
dengan standar operasional dan prosedur dalam profesi jurnalistik (panuju, 2005 :
52).
Dari beberapa definisi tersebut dapat dirangkum bahwa berita adalah laporan
para pembaca. Berita merupakan gudang informasi, dan berita merupakan bagian
terpenting dari tabloid atau surat kabar.
Menurut Djuroto (2002 : 48) untuk membuat berita paling tidak harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
1. Menjaga obyektivitas dalam pemberitaan.
2. Faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa hingga tinggal sebagian
saja.
3. Berita itu harus menceritakan segala aspek secara lengkap.
Sedangkan menurut Kusumaningrat (2006 : 47) unsur-unsur yang membuat
suatu berita layak untuk dimuat ada tujuh yaitu ; Akurat, Lengkap, Adil, Berimbang,
Objektif, Ringkas, Jelas, dan Hangat.
Selain unsur-unsur berita wartawan juga harus memikirkan nilai berita, dalam
cerita atau berita itu tersirat pesan yang ingin disampaikan waratwan kepada
pembacanya. Ada tema yang diangkat dari suatu peristiwa. Nilai berita ini menjadi
menentukan berita layak berita. Menurut Ishwara (2005 : 53) peristiwa-peristiwa
yang memiliki nilai berita ini misalnya yang mengandung konflik, bencana dan
kemajuan, dampak, kemasyhuran, segar dan kedekatan, keganjilan, human interest,
seks, dan aneka nilai lainnya.
1. Aktualitas, berita tak ubahnya seperti es krim yang gampang meleleh,
bersamaan dengan berlalunya waktu nilainya semakin berkurang. Bagi
surat kabar, semakin aktual berita-beritanya, artinya semakin baru
peristiwa itu terjadi, maka semakin tinggi nilai beritanya.
2. Kedekatan, peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan
pembaca akan menarik perhatian. Kedekatan yang dimaksud tidak
hanya kedekatan secara geografis tapi juga kedekatan emosional.
3. Keterkenalan, kejadian yang menyangkut tokoh terkenal (prominent
names) memang akan banyak menarik pembaca. Hal ini tidak hanya
sebatas nama orang saja, demikian pula dengan tempat-tempat
terkenal,
4. Dampak
Berita memiliki banyak jenis, Menurut Sumadiaria ( 2005 : 69-71 ) dalam
dunia jurnalistik berita berdasarkan jenisnya dapat dibagi dalam tiga kelompok :
1. Elementary yaitu :
a. Straight News report adalah laporan langsung mengenai suatu
peristiwa. Biasanya berita jenis ini ditulis dengan unsur-unsur yang
b. Depth News Report merupakan laporan yang sedikit berbeda dengan
Straight News report. Reporter (wartawan) menghimpun informasi
dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi
tambahan untuk peristiwa itu sendiri.
c. Comprehensive News merupakan laporan tentang fakta yang bersifat
menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh, mencoba
menggabungkan berbagai serpihan fakta itu dalam satu bangunan
cerita peristiwa sehingga benang merahnya terlihat dengan jelas.
2. Intermediate yaitu :
a. Interpretative Report lebih dari sekedar Straight News report dan
depth news . berita interpretative biasanya memfokuskan pada sebuah
isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Dalam jenis
laporan ini reporter menganalisis dan menjelaskan.
b. Feature Story berbeda dengan jenis berita-berita di atas yang
menyajikan informasi-informasi penting, di feature story penulis
mencari fakta untuk menarik perhatian pembaca. Penulisan feature
lebih bergantung pada gaya penulisan dan humor daripada pentingnya
informasi yang disajikan.
a. Depth Reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam,
tajam, lengkap, dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau
aktual.dengan membaca karya pelaporan mendalam, orang akan
mengetahui dan memahami dengan baik duduk perkara suatu
persoalan dilihat dari berbagai perspektif atau sudut pandang.
b. Investigative Reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda
dengan laporan interpretatif. Berita jenis ini biasanya memusatkan
pada sejumlah masalah dan kontroversi. Dalam laporan investigatif
waratawan melakukan penyelidikan untuk memeperoleh fakta yang
tersembunyi demi tujuan. Pelaksanaannya sering ilegal atau tidak etis
c. Editoral Writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan
sidang pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini
yang menafsirkan berita-berita yang penting dan mempengaruhi
pendapat umum
Yang dapat membedakan antara berita dengan bukan berita salah satunya
adalah pada ada tidaknya opini. Hal ini didasari bahwa sebuah berita berasal dari
suatu fakta sedangkan opini berangkat dari suatu pemikiran. Berita
mempresentasikan fakta sedangkan opini mempresentasikan gagasan atau ide.
Suatu fakta dapat dikatakan berita, apabila memenuhi syarat antara lain
telah dipublikasikan oleh seseorang atau institusi yang jelas identitasnya, fakta
tersebut dihimpun oleh jurnalis dengan cara yang sesuai dengan standart
operasional dan prosedur dalam profesi jurnalistik (jurnal mata kuliah
dasar-dasar jurnalistik).
Untuk membuat berita paling tidak, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
1. Menjaga objektifitas dalam pemberitaan.
2. Fakta tidak boleh diputar balikkan sedemikian rupa hingga tinggal sebagian
saja.
3. Berita itu harus menceritakan segala aspek secara lengkap.
Berdasarkan pasal dari kode etik jurnalistik milik AJI (pasal 3/14 Maret
2006) dijabarkan melalui sebagai berikut :
a. Menguji informasi berarti melakukan cek dan re-cek tentang kebenaran
informasi.
b. Berimbang dengan memberikan ruang pemberitaan kepada masing-masing
pihak secara proporsional.
d. Azas praduga tak bersalah adalah prinsip dengan tidak menghakimi
seseorang.
Setiap berita yang disuguhkan harus dapat dipercaya namun juga dapat
menarik perhatian khalayak sehingga lewat menyajikan hal-hal yang factual dari
apa adanya, kebenaran isi cerita yang disampaikan tidak menimbulkan tanda
tanya dan ada kesesuaian dari judul dengan isi berita.
Unsur yang penting dalam menyajikan berita adalah kesesuaian antara
judul berita dengan isinya, terlebih lagi bagi media massa cetak dengan pembaca
yang memiliki karakteristik pembaca sekilas. Judul berita harus
mempresentasikan seluruh isi berita, hal ini dimaksudkan untuk menghindari
salah persepsi saat berita dibaca hanya menarik saat dibaca sekilas oleh khalayak
melalui judul yang bombastis namun tidak sesuai dengan isi.
Kesesuaian judul dengan isi berita juga merupakan salah satu bentuk
kejujuran jurnalis. Bila ingin berita laku keras, maka haruslah para jurnalis
mencuri berita yang memiliki nilai penting dimata khalayak, bukannya melalui
mengarang judul berita yang se bombastis mungkin sedangkan tidak tercermin
pada isi beritanya.
Pada jurnal mata kuliah jurnalistik, dikatakan fungsi judul berita adalah :
1. Memberikan identitas pada berita
3. Menarik perhatian pembaca
Mutu surat kabar dalam penyajiannya sangat sering juga menyertakan
gambar, foto, ilustrasi kartun maupun bagan ataupun table yang berguna untuk
memperjelas isi pemberitaan. Penempatan adanya data pendukung berita ini
sangat penting atas pertimbangan berikut :
1. Foto, gambar, table, dan ilustrasi merupakan unsure berita yang pertama kali
menangkap mata serta perhatian pembaca. Woodburn (yang dikutip dari
jurnal jurnalistik media cetak) menjelaskan bahwa data pendukung berita di
atas, memiliki kekuatan stopping power serta menjelaskan bagian dari
unsure berita yang disajikan.
2. Foto dalam surat kabar, dapat digunakan dalam komunikasi dengan pembaca
yang memiliki latar belakang beranekaragam karena foto mampu
menyajikan berita melalui bahasa foto lebih universal.
2.2. Pers Dalam Kaidah Jurnalistik
Ketika semua orang memiliki hak suara, maka mereka pun merasa ikut
berkepentingan dengan jalannya pemerintahan. Setiap orang dengan intensitas yang
berbeda-beda, mulai ikut berpartisipasi dalam urusan publik. Dalam kaitan inilah pers
menjadi sangat penting untuk menjaga sistem politik. Pers juga menjadi sumber
informasi atau pendidik, sumber nilai-nilai budaya baru, sekaligus sumber hiburan.
Ada dua pengertian pers, yaitu pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas.
Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid
mingguan, dan sebagainya. Sedangkan pers dalam arti luas meliputi media massa
cetak elektronik antara lain radio dan televisi, sebagai media yang menyiarkan karya
jurnalistik. ( Effendy, 2000:90)
Jadi secara tegas, pers adalah lembaga atau badan atau organisasi yang
menyebarkan berita sebagai karya jurnalistik kepada khalayak. Pers dan jurnalistik
dapat diibaratkan sebagai raga dan jiwa. Pers adalah aspek raga, karena ia berwujud,
konkret atau nyata, oleh karena itu dapat diberi nama. Desangkan jurnalistik adalah
aspek jiwa, karena ia abstrak, merupakan kegiatan daya hidup yang menghidupi
aspek pers itu sendiri.
Sedangkan pengertian pers di Indonesia tercantum dalam Undang-undang
No.11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers dan Undang-undang No.
21 Tahun 1982 tentang Perubahan Atas Undang-undang no. 11 Tahun 1966. dalam
Undang –undang tersebut dinyatakan sebagai berikut:
Jadi berdasar definisi pers diatas jelas tercantum bahwa pers harus
mempunyai idealisme, yakni bahwa pers Indonesia merupakan alat perjuangan
nasional, bukan sekedar penjual berita hanya untuk mencari keuntungan finansial.
Tugas dan fungsi pers adalah mewujudkan keinginan manusia yang haus akan
kebutuhan informasi tersebut melalui medianya. Tetapi fungsi pers bukan hanya itu,
menurut Kusumaningrat fungsi pers yang lebih detail adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Informatif
Yaitu memberikan informasi atau berita kepada khalayak dengan cara
yang teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap berhuna dan penting
bagiorang banyak dan kemudian menuliskan dengan kata-kata. Pers
memberitakan suatu kejadian pada saat itu dan tidak menutup
kemungkinan bahwa pers juga memperingatkan khalayaknya tentang
peristiwa yang diduga akan terjadi.
2. Fungsi Kontrol ( fungsi watchdog )
Pers harus memberitakan apa yang berjalan dengan baik dan tidak
berjalan dengan baik. Fungsi ini harus dilakukan dengan lebih aktif oleh
pers daripada oleh kelompok organisasi masyarakat lain seperti LSM, dan
lain sebagainya.
Pers harus menceritakan kepada masyarkat tentang arti suatu kejadian
(biasanya melalui tajuk rencana atau tulisan latar belakang) dan jika
diperlukan, pers juga memberitahukan tindakan yang seharusnya diambil
oleh masyakarat dan memberikan alasan mengapa harus bertindak.
4. Fungsi Menghibur
Mereka menceritakan kisah yang menarik dan lucu untuk khalayak
ketahui (humor, drama serta musik) meskipun kisah itu tidak terlalu
penting.
5. Fungsi Regeneratif
Pers membantu menyampaikan warisan sosial kepada generasi baru
terjadi proses regenerasi dari angkatan yang sudah tua kepada angkatan
yang lebih muda dengan cara menceritakan bagaimana sesuatu itu
dilakukan dimasa lampau, bagaimana dunia dijalankan sekarang,
bagaimana itu diselesaikan dan apa yang dianggap dunia itu benar atau
salah.
6. Fungsi Pengawalan Hak-Hak Warga Negara
Pers harus menjaga baik-baik jangan sampai timbul tirani golongan
mayoritas dimana golongan mayoritas itu menguasai dan menekan
golongan mayoritas. Pers harus bekerja berdasarkan teori tanggung jawab
sesuai dengan yang dibutuhkannya. Dalam beberapa hal khalayak
hendaknya diberi kesempatan untuk menulis kritik dalam media terhadap
segala sesuatu yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat, bahkan
juga tidak menutup kemungkinan untuk mengkritik medianya sendiri.
7. Fungsi Ekonomi
Pers juga dapat berfungsi secara ekonomi yaitu dengan cara melayani
sistem ekonomi melalui iklan
8. Fungsi Swadaya
Untuk memelihara kebebasan yang murni, pers berkewajiban untuk
memupuk kekuatan modalnya sendiri agar tidak ditempatkan dibawah
kehendak siapa saja yang mampu membayarnya sebagai balas jasa. (
Kusumaningrat, 2005 : 27-29 )
Hubungan pers sebagai media yang menjembatani masyarakat dan sistem
pemerintahan mempunyai hubungan yang berkesinambungan dan saling
menguntungkan.
2.3. Jurnalisme Online Sebagai Media Massa
Sejarah media massa memperlihatkan bahwa sebuah teknologi baru tidak
pernah menghilangkan teknologi yang lama, namun mensubstitusinya. Radio tidak
menggantikan surat kabar, namun menjadi sebuah alternatif, menciptakan sebuah
melemahkan radio, tetapi tetap tidak dapat secara total mengeliminasinya. Maka,
cukup adil juga untuk mengatakan bahwa jurnalisme online mungkin tidak akan bisa
menggantikan sepenuhnya bentuk-bentuk media lama. Melainkan, tampaknya
menciptakan suatu cara yang unik untuk memproduksi berita dan mendapatkan
konsumen berita. Jurnalisme online tidak akan menghapuskan jurnalisme tradisional,
namun meningkatkan intensitasnya. Dengan menggabungkan fungsi-fungsi dari
teknologi internet dengan media tradisional. (Santana, 2005:135)
Secara teknis, momen paling fundamental dalam jurnalisme online adalah penemuan
WWW. Namun secara profesional, momen tersebut dimulai dari pecahnya berita
mengenai Drudge Report yang menyangkut skandal Lewinsky, ketika sebuah e-mail
dikirimkan ke 50 ribu pelanggan pada tanggal 18 Januari 1998. Dalam setiap aspek
penting kisah ini, menurut Lasica ketika menulis Internet Journalism and The
Clinton-Lewinsky Investigation, medium internet
digunakan untuk “membongkar berita-berita skandal, menyuarakan tuduhan-tuduhan
baru, dan merilis secara keseluruhan laporan final Starr atas investigasinya.”
Jurnalisme online telah memicu tren alternatif, mengklaim bahwa jurnalisme online
telah mengubah segala aktivitas jurnalistik dan kegiatan lama profesi jurnalisme.
Sejak itu, jurnalisme online telah maju secara dramatis. Kini, hampir seluruh media
berita memiliki web yang hadir dalam berbagai bentuk. Terdapat tiga kelompok situs
Model situs berita secara general yang kebanyakan digunakan oleh media
berita tradisional sekadar merupakan edisi online dari medium induknya. Isi
orisinalnya diciptakan kembali oleh internet dengan cara mengintensifkan isi dengan
kapasitas-kapabilitas teknis dari cyberspace. Washington Post Online
(www.washingtonpost.com), CNN Interactive (www.CNN.com) adalah contoh-contoh
tipikal tipe ini.
Pada model situs kedua, bentukan situs Web-nya berisikan orisinalitas
indeks, dengan cara mendesain ulang dan merubah isi dari berbagai media berita.
Saloon, Slate and Drudge Report masuk ke dalam tipe ini. Situs ini memendekkan
portal-portal pemberitaan melalui indeksisasi dan kategorisasi, hasil seleksi berbagai
media dan isi mereka. Model situs ini memfokuskan isu-isu spesifik, melayani
kepentingan komunitas dan kelompok-kelompok sosial tertentu, serta membuat
saluran pertukaran pikiran dan diskusi interaktif dengan pembacanya.
Model situs ketiga berisi diskusi dan komentar-komentar pendek tentang
berita dan media. Media-media watchdogs masuk ke dalam kelompok ini. Mereka
menjadi saluran untuk diskusi masyarakat mengenai permasalahan yang mencuat.
Internet adalah medium terbaru yang mengkonvergensikan seluruh
karakteristik dari bentuk-bentuk terdahulu. Karena apa yang berubah bukanlah
substansinya, melainkan mode-mode produksi dan perangkatnya. (Hilf, 2000:27)
Teori konvergensi menyatakan bahwa berbagai perkembangan bentuk
media terbaru tersebut cenderung merupakan perpanjangan, atau evolusi, dari
model-model terdahulu. Dalam konteks ini, internet bukanlah suatu pengecualian. (Stoval,
2005:116)
Sebagai bagian dari institusi komunikasi massa formal, jurnalisme online
pun menganut ciri-ciri dan sifat media massa, yaitu :
a.Komunikator melembaga
b.Pesan teroganisir
c.Program berlanjut
d.Periodik
e.Universal
f.Komersial
g.Memiliki status hukum
h.Aktualitas pesan tinggi
i.Secara stimultan/publikatif
j.Profesional
k.Komunikasi heterogen
Jurnalisme online adalah tipe baru jurnalisme karena memiliki sejumlah fitur
dan karakteristik yang berbeda dari jurnalisme tradisional. Fitur-fitur uniknya
mengemuka dalam teknologinya, menawarkan kemungkinan-kemungkinan tidak
terbatas dalam memproses dan meyebarkan berita, J.Pavlik dalam bukunya
Journalism and New Media menyebut tipe baru jurnalisme ini sebagai
unik, yaitu kemampuan-kemampuan berdasarkan platform digital, kualitas-kualitas
interaktif komunikasi online, dan fitur-fitur yang ditatanya (costumizeable features).
(Santana, 2005:137)
Karakter jurnalisme online yang paling terasa meskipun belum tentu disadari
adalah kemudahan bagi penerbit maupun masyarakat untuk membuat peralihan waktu
penerbitan dan pengaksesan. Penerbit online bisa menerbitkan maupun mengakses
artikel-artikel untuk dapat dilihat saat ini maupun nanti. Ini sebenarnya juga dapat
dilakukan oleh jurnalisme konvensional, namun jurnalisme online dimungkinkan
untuk melakukannya dengan lebih mudah dan cepat karena informasi yang
disebarluaskan lebih cepat daripada jurnalisme konvensional. Sebagai bagian dari
media massa, jurnalisme online pun memiliki dan menjalankan fungsi-fungsi media
massa, yaitu :
a. Fungsi Informasi
Melalui media massa, baik cetak maupun elektronik, masyarakat mendapatkan
informasi mengenai berbagai fenomena kehidupan bermasyarakat dan bernegara,
mulai dari informasi mengenai aspek sosial, kriminalitas, budaya, ekonomi, sampai
dengan informasi mengenai politik. Media juga menjadi sarana komunikasi yang
efektif antara pemerintah sebagai pengambil kebijakan dengan masyarakat. Dalam
berbagai aspek, media merupakan pemberi informasi yang pertama kepada
masyarakat.
Merupakan fungsi yang dilakukan oleh media massa dalam emberikan pendidikan
kepada masyarakat, termasuk pembinaan moral dan pendidikan budi pelerti.
Informasi yang diberikan kepada masyarakat memberikan wawasan kepada
masyarakat, baik mengenai nilai-nilai maupun norma-norma yang mampu
memberikan penyadaran kepada masyarakat seperti mengenai ekonomi, politik,
hukum, sosial budaya dan aspek lain yang pada intinya informasi yang diberikan
merupakan upaya pemberdayaan masyarakat.
c. Fungsi Hiburan
Media massa juga memiliki fungsi hiburan, terlebih dengan media elektronik yang
secara umum merupakan sarana hiburan bagi masyaakat Indonesia pada umumnya.
Setiap hari berbagai acara hiburan ditayangkan di televisi, baik hiburan untuk
anak-anak maupun orang dewasa. Bahkan media massa sekarang seolah-olah menjadi
“agama baru” yang dapat menggeser nilai-nilai moral dari institusi lain, baik
keluarga, sekolah, maupun agama.
d. Fungsi Kontrol Sosial
Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, media juga melaksanakan fungsi
kontrol sosial. Media memberikan sosialisasi nilai baik dan buruk, media juga
menjadi sarana yang efektif dalam memberikan kontrol kepada pengambil kebijakan
dengan memberitakan isu yang memancing opini publik.
Media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realisasi
dunia yang benar-benar terjadi, agar gambar realitas yang ada di benak khalayak – the
world outside and the pictures in our head, tidaklah bias dikarenakan informasi
media massa tidak kontekstual dengan realitas. Secara ideal, setiap berita yang
disajikan dalam suatu media harus memenuhi unsure objektifitas.
Media massa yang sarat dengan informasi adalah pers. Pers merupakan
cermin realitas karena pers pada dasarnya lebih menekankan fungsi sebagai sarana
pemberitaan. Isi pers yang utama adalah berita. Fakta dan realitas adalah bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari konsep objektifitas. Oleh karena itu jika terdapat sebuah
paradigma yang berkaitan dengan ilmu jurnalistik, pasti ditemukan sebuah paradigma
yang mensyaratkan adanya konsep objektifitas dalam penyajian berita.
Pers senantiasa dituntut mengembangkan pemberitaan yang obyektif, yaitu “reporting format that generally spates fact from pinion present an emotionally detached view of the news, and strives for fairness and balanced” (DeFleur, 1994 : 635).
Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak, namun
harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain. Inilah mengapa
pemberitaan di surat kabar selalu dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara
fairness. Yaitu salah satu syarat objektifitas yang juga sering disebut sebagai
pemberitaan cover both side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat
juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak bohong, menyatakan fakta
bila itu memang fakta, dan pendapat bila itu memang pendapat, dikutip dari Siebert
tahun 1986 (Bungin, 2003 : 153 – 154).
Jurgen Westerstahl menjabarkan konsep objektifitas pada bagan berikut :
Bagan 1. Konsep Obyektivitas Westerstahl (Westerstahl, 1983 : 405)
Westerstahl mengajukan komponen utama objektifitas berita dalam
observasinya “maintaining objectivity in the dissemination of news can, it seems to
me, most easily be defined as” adherence to certain norm or standards” (Charllote,
2006 : 7 – 8 yang dikutip dari Westerstahl, 1983 : 403).
Kefaktualan dikaitkan dengan bentuk penyajian laporan tentang peristiwa atau
pernyataan yang dapat dicek kebenarannya pada sumber dan disajikan tanpa
komentar. Impartialitas dihubungkan dengan sikap netral wartawan/reporter, suatu
sikap yang menjauhkan setiap penilaian pribadi dan subyektif demi pencapaian
sasaran yang diinginkan. Hanya saja, ada jurnalis yang menempatkan objektifitas
sebagai simbol keyakinan di dalam pekerjaannya, dan ada pula jurnalis yang
Objectivity
Faktuality
Impartiality
Truth
Relevance
Balance
/
non
mengoperasionalisasikan objektifitas dalam rutinitas tugas serta tanggungjawabnya
sehari-hari ( Charilote, 2006 : 3).
Objektivitas merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh
media dalam menjalankan profesi jurnalistik. Dalam pasal 3, Kode Etik Jurnalistik
yang dikeluarkan oleh AJI 14 Maret 2006 dikatakan “wartawan Indonesia selalu
menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan
opini yang menghakimi serta menetapkan azas praduga tak bersalah”.
Rachma Ida, membuat sebuah kategorisasi yang mengukur objektifitas pers
sebuah surat kabar dengan tiras minimal 100.000 eksemplar. Dengan obyek
penelitian berita politik dengan skala nasional yang menjadi berita utama
(Kriyantono, 2006 : 224). Rachma Ida disini mencoba untuk mengukur Objektifitas
pemberitaan surat kabar dengan mengoperasionalisasikan dalam dimensi-dimensi
objektifitas yang terdiri dari aktualitas, fairness dan validitas pemberitaan, berikut
kategorisasi objektifitas menurut Rachma Ida (Kriyantono, 2006 : 244 dan juga dalam
Bungin, 2003 : 154-155).
a. Akurasi pemberitaan, yaitu menyangkut kejujuran dalam pemberitaan yang
meliputi:
1) Kesesuaian judul berita dengan isi berita.
3) Penggunaan data pendukung atau kelengkapan informasi atas kejadian
yang ditampilkan.
4) Faktualitas berita, yaitu menyangkut ada tidaknya pencampuran fakta
dengan opini wartawan yang menulis berita.
b. Fairness atau ketidakberpihakan pemberitaan, yaitu yang menyangkut
keseimbangan penulisan berita yang meliputi :
1) Ketidakberpihakan, dilihat dari sumber berita yang digunakan.
2) Ketidahberpihakan dilihat dari ukuran fisik luas kolom.
c. Validitas keabsahan pemberitaan, diukur dari :
1) Atribusi, yaitu pencantuman sumber berita secara jelas (baik identitas
maupun dalam upaya konfirmasi atau check dan re check).
2) Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita yang mendapatkan
informasi yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu kronologi
peristiwa (berita yang menyangkut peristiwa dengan kronologi
kejadiannya), apakah berasal dari apa yang dilihat, atau hanya sekedar
kedekatannya dengan media yang bersangkutan atau karena jabatannya.
Kategori ini dibagi menjadi : wartawan, pelaku langsung dan bukan
pelaku langsung.
Objektifitas, betapapun sulitnya harus diupayakan oleh insan pers.
Objektifitas berkaitan erat dengan kemandirian pers sebagai institusi sosial, hal ini
2.4.1. Konsep Penyajian Berita
Konsep penyajian berita salah satunya kembali pada konsep aktualitas
yang menurut Denis McQuail merupakan ciri utama berita melalui menyajikan
suatu peristiwa terbaru, karena itu, sangat penting adanya pemberian identitas
waktu dalam sebuah penyajian berita.
Dalam sebuah berita yang idealnya mengambil bentuk piramida terbalik
yang diurutkan dengan menjelaskan mulai dari bagian berita yang terpenting
sampai pada yang kurang penting, letak tanggal terjadinya peristiwa umumnya
terletak pada bagian teras berita. Bentuk penulisan Piramida Terbalik (Inverted
Pyramid), seperti pada gambar berikut :
(Gambar Piramida Terbalik 5W+ 1H)
J U D U L
LEAD (5W + 1H)
TUBUH
Rincian lead, latar belakangdan informasi lanjutan
Sangat
Pada Piramida terbalik ini, penulisan berita dimulai dengan membuat
lead atau teras berita sebagai paragraf pertama. Dalam penulisan lead ini
mencakup rumus dasar dalam menulis berita berupa 5W + 1H yaitu :
a. What : Peristiwa atau hal apa yang terjadi
b. Where : Dimana peristiwa itu terjadi
c. When : Kapan peristiwa itu terjadi
d. Why : Mengapa peristiwa tersebut terjadi
e. Who : Siapa saja yang terlibat dalam peristiwa tersebut
f. How : bagaimana peristiwa tersebut terjadi
Kemudian, lead dikembangkan atau teras berita tersebut dijadikan
sebagai paragraf kedua dan digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan atau
mendukung tulisan pada paragraf pertama.
Paragraf ketiga dan selanjutnya adalah sebagai tubuh berita. Selain
susunan berita yang berbentuk piramida terbalik, yang harus diperhatikan adalah
:
a. Paragraf : lebih baik menggunakan alenia pendek sehingga dapat memberi
kesan yang santai dan mudah untuk dibaca.
b. Gaya bahasa : penggunaan gaya bahasa yang dipakai dapat dimengerti oleh
berpendidikan. Hal ini dikarenakan khalayak daripada media massa yang
bersifat heterogen.
c. Ekonomis kata : harus menggunakan kalimat yang sesingkat mungkin untuk
mengungkapkan satu maksud. Artinya satu gagasan satu kalimat.
d. Objektifitas : suatu berita harus tetap dijaga dalam Press Release walaupun
mengandung suatu tujuan tertentu. Sehingga seseorang beropini, namun
haruslah jelas opini tersebut dinyatakan oleh siapa.
e. Tetap menjaga keakurasian tulisan atau informasi : karena mampu
mempengaruhi opini pembaca tentang kredibilitas seorang Publik Relations
sebagai sumber informasi.
f. Data perlu diperhatikan Panjang sebuah Press Release : dalam penulisannya
sebaiknya tidak lebih dari dua halaman, sehingga perlu dihindari penggunaan
kata yang berbelit-belit.
Bagian terakhir dalam penyajian berita namun bagiannya merupakan hal
yang tidak kalah penting yaitu berhubungan dengan persyaratan adanya
fakta-fakta yang siap untuk diverifikasi, data terbuka untuk diadakan penelusuran,
narasumber yang memberikan informasi mudah dikenali serta berbagai
pertanggungjawaban berita lainnya.
Nara sumber dalam berita penting karena berkaitan dengan kredibilitas
media massa yang bersangkutan. Ini dikarenakan, perihal nara sumber berkaitan
dirugikan akan pemberitaan tersebut. Karena itu, masalah nara sumber, jurnalis
dituntut untuk se-valid mungkin dalam menyajikan berita.
2.5. Kerangka Berpikir
Seperti yang telah diketahui bahwa pekerjaan media adalah pekerjaan yang
berhubungan dengan pembentukan realitas. Sehingga, pada dasarnya berita yang
tersaji di hadapan khalayak merupakan hasil olahan atau konstruksi wartawan sebagai
perpanjangan tangan dari media. Karena semua pekerja jurnalis adalah agen :
bagaimana peristiwa yang acak dan kompleks itu disusun sedemikian rupa sehingga
membentuk sebuah berita yang dapat dipahami dan dimengerti oleh khalayak.
Demikian halnya dengan berita mengenai tentang film documenter yang
berjudul Cowboys in Paradise pada situs berita Kompas.com yang memiliki sudut
pandang dalam pemberitaannya mengenai realitas yang ada. Pemuatan berita-berita
mengenai tentang film documenter yang berjudul Cowboys in Paradise di media
online khususnya Kompas.com, dipilih penulis sebagai subyek penelitian.
Berita mengenai tentang film documenter yang berjudul Cowboys in
Paradise yang muncul di media online Kompas.com tersebut dianalisis menggunakan
analisis isi atau objektivitas pemberitaan menurut Rahma Ida (Kriyantono, 2006 :
244). Yang terdiri dari tiga elemen, yaitu akurasi pemberitaan, ketidak berpihakan
rangkaian yang dapat mewujudkan analisis isi atau obyektivitas pemberitaan dari
suatu media. Selengkapnya, tertera pada bagan dibawah ini.
1. Akurasi Pemberitaan :
1. Kesesuaian judul berita sesuai isi berita
2. Pencantuman Waktu Terjadinya Suatu Peristiwa
3. Penggunaan Data Pendukung, Kelengkapan Informasi Atas Kejadian yang Ditampilkan
1. Dilihat Dari Sumber Berita yang Digunakan
2. Dilihat Dari Ukuran Fisik Luas Kolom yang Digunakan
3. Validitas Keabsahan:
1. Atribusi
2. Kompetensi Sumber Berita
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan metodologi riset kuantitatif yang mengharuskan
peneliti mersikap obyektif dan memisahkan diri dari data, karena riset ini
menggambarkan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan.
Berdasarkan metodologi di atas, penelitian ini menggunakan metode analisis
isi. Analisis isi digunakan untuk menganlisis isi pesan yang tampak, dengan cara
sistematik dan obyektif. Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian deskriptif
yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematik, faktual, akurat tentang fakta
serta sifat yang dimiliki suatu populasi yang diteliti.
3.1.1. Berita Film Documenter Cowboys in Paradise
Film ini menggambarkan bagaimana kehidupan gigolo di Kuta, yang menjadi
daya tarik tersendiri bagi wisatawan wanita yang tengah berlibur di Bali. Bahkan,
dalam cuplikan video Cowboys in Paradise ada pernyataan "Seorang istri gigolo yang
merelakan suaminya tidur bersama pelanggan asingnya." Pria-pria yang diduga
gigolo ini selanjutnya dibawa ke Kantor Lurah Kuta untuk pemeriksaan identitas dan
keterangan tentang keterkaitannya terhadap film Cowboys in Paradise. (sumber :
Film ini menggambarkan bagaimana kehidupan gigolo di Kuta, yang menjadi daya
tarik tersendiri bagi wisatawan wanita yang tengah berlibur di Bali. Bahkan, dalam
cuplikan video Cowboys in Paradise ada pernyataan "Seorang istri gigolo yang
merelakan suaminya tidur bersama pelanggan asingnya." Pria-pria yang diduga
gigolo ini selanjutnya dibawa ke Kantor Lurah Kuta untuk pemeriksaan identitas dan
keterangan tentang keterkaitannya terhadap film Cowboys in Paradise. (sumber :
Kompas.com).
Cowboys in Paradise garapan sutradara Amit Virmani merupakan film
dokumenter yang mengisahkan sepak terjang para gigolo sehingga menjadikan Bali
sebagai tujuan wisata yang menarik bagi para turis asing perempuan. Tidak hanya
masyarakat Kuta yang terusik dengan munculnya film Cowboys In Paradise,
kepolisian daerah Bali pun tidak tinggal diam. Polisi kini mulai turun tangan
menyelidiki film yang dinilai merusak citra pariwisata Bali tersebut. (sumber :
kompas.com).
Ketua Badan Pariwisata Bali Ngurah wijaya yakin, miunculnya film gigolo
berjudul cowboys in paradise sangat kecil pengaruhnya pada citra pariwisata pulau
dewata yang dikenal dengan wisata budaya. Meskipun demikian, masalah itu tetap
harus dilihat sebagai pelajaran berharga karena fenomena pelacuran yang
mengunakan kedok pariwisata itu bisa saja betul-betul terjadi di tempat tujuan
Pihak Kepolisian Daerah Bali terus melakukan penyidikan terkait film
Cowboys in Paradise, yang dinilai telah meresahkan dan memperburuk citra Bali.
Dari hasil penyelidikan sementara diperoleh fakta bahwa sutradara Cowboys in
Paradise, Amit Virmani, telah membuat film tanpa izin. Dalam Undang-Undang
Perfilman Nomor 8 Tahun 1992 Pasal 41 ayat 1 disebutkan bahwa barang siapa yang
membuat usaha film tanpa izin dapat dipidana penjara selama 1 tahun atau denda Rp
40 juta. Saat ini Polda Bali telah membentuk tim khusus untuk mengusut kasus ini
karena film tersebut dianggap telah meresahkan masyarakat Bali. (sumber :
Kompas.com).
Polda Bali berencana memeriksa sutradara Cowboys in Paradise, Amit
Virmani, terkait dugaan tindak pidana yang dilakukannya dalam proses pembuatan
film yang mengisahkan kehidupan gigolo di Bali tersebut. Sejauh ini Polda Bali telah
memeriksa beberapa orang terkait untuk dimintai keterangannya terkait peredaran
film Cowboys in Paradise. (sumber : Kompas.com).
3.2. Kategorisasi Objektivitas Pers
Dari berita film documenter Cowboys in Paradise di media online
Kompas.com yang dianalisa sebagai obyek dari penelitian ini yang kemudian penulis
mengklasifikasikannya berdasarkan kategori yang telah dibuat dan disesuaikan agar
bergantung dari kategori-kategorinya. Dengan demikian penelitian menggunakan
kategorisasi yang digunakan oleh Rachma Ida, PhD.
Kategorisasi obyektivitas pemberitaan menurut Rahma Ida
(Kriyantono, 2006 : 244).
3.2.1. Akurasi pemberitaan, yaitu kejujuran dalam pemberitaan. Meliputi :
1) Kesesuaian judul dengan isi berita. Ini menyangkut aspek relevansi, yaitu
apakah kalimat judul utama (bukan subjudul) merupakan bagian dari
kalimat yang sama pada isi berita atau kutipan yang jelas-jelas ada dalam
isi berita. Dengan demikian ada dua kategori :
a) Sesuai, yaitu bila judul merupakan bagian dari kalimat yang sama
pada isi berita atau kutipan yang jelas-jelas ada dalam isi berita.
b) Tidak sesuai, bila judul bukan merupakan bagian dari kalimat yang
sama pada isi berita, atau bukan merupakan kutipan yang jelas-jelas
ada dalam isi berita.
2) Pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa. Ini untuk melihat akurasi
fakta atau opini. Terdapat dua kategori:
a) Mencantumkan waktu, yaitu bila berita mencantumkan waktu, bisa
tanggal, kata-kata atau pernyataan tentang waktu atau keduanya
b) Tidak mencantumkan waktu, yaitu bila berita tidak mencantumkan
waktu, bias tanggal, kata-kata atau pernyataan tentang waktu atau
keduanya sekaligus.
3) Penggunaan data pendukung atau kelengkapan informasi atas kejadian
yang ditampilkan antara lain menggunakan : tabel, statistik, foto, ilustrasi
gambar dan lainnya. Ada dua kategori :
a) Ada data pendukung, yaitu bila berita dilengkapi salah satu data
pendukung, seperti table, statistic, foto, ilustrasi gambar, buku, UU,
dan lainnya.
b) Tidak ada data pendukung, yaitu bila berita tidak dilengkapi salah satu
pendukung, seperti table, statistic, foto, ilustrasi gambar, buku, UU,
dan lainnya.
4) Faktualitas berita, yaitu menyangkut ada tidaknya percampuran fakta
dengan opini wartawan yang menulis berita. Ada dua kategori, yaitu :
a) Ada pencampuran fakta dan opini, yaitu bila dalam berita itu terdapat
kata-kata opinionative, seperti : tampaknya, diperkirakan,
seakan-akan, terkesan, kesannya, seolah, agaknya, diperkirseakan-akan, diramalkan,
mengejutkan, kontroversi, manuver, sayangnya, dan kata-kata
opinionative lainnya.
b) Tidak ada pencampuran fakta dan opini, yaitu bila dalam berita tidak
terdapat kata-kata opinionative seperti : tampaknya, diperkirakan,
diramalkan, mengejutkan, kontroversi, manuver, sayangnya, dan
kata-kata opinionative lainnya.
3.2.2. Fairness dan ketidakberpihakan pemberitaan, yaitu menyangkut keseimbangan penulisan berita. Meliputi :
1) Ketidakberpihakan, dilihat dari sumber berita yang digunakan yaitu :
a) Seimbang, yaitu bila masing-masing pihak yang diberitakan diberi
porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari jumlah sumber
beritanya.
b) Tidak seimbang, yaitu bila masing-masing pihak yang diberitakan
tidak diberi porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari jumlah
sumber beritanya.
2) Ketidakberpihakan dilihat dari ukuran fisik luas kolom (centimeters
kolom) yang dipakai yaitu :
a) Seimbang, jika luas kolom yang dipakai antara pihak-pihak yang
terlibat dalam pemberitaan memiliki jumlah kesamaan.
b) Tidak seimbang, yaitu jika luas kolom yang dipakai antara pihak-pihak
yang terlibat dalam pemberitaan tidak memiliki jumlah kesamaan.
3.2.3. Validitas keabsahan pemberitaan:
1) Atribusi, yaitu pencantuman sumber berita secara jelas (baik identitas
maupun dalam upaya konfirmasi atau cek dan recek). Ada dua kategori
a) Sumber berita jelas, jika dalam berita dicantumkan identitas sumber
berita seperti nama, pekerjaan atau sesuatu yang memungkinkan untuk
dikonfirmasi.
b) Sumber berita tidak jelas, jika dalam berita tidak dicantumkan
identitas sumber berita seperti nama, pekerjaan atau sesuatu yang
memungkinkan untuk dikonfirmasi.
2) Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita, apakah berasal dari apa
yang dilihat sendiri oleh wartawan atau dari sumber berita yang
menguasai persoalan atau hanya sekedar kedekatannya dengan media
yang bersangkutan atau karena jabatannya. Ada dua ketegori, yaitu :
a) Wartawan, bila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil
pengamatan wartawan sendiri secara langsung, yaitu mengungkap
informasi sesuai dengan apa yang dilihat, didengar, dan diketahui oleh
wartawan itu sendiri.
b) Pelaku langsung, bila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil
wawancara wartawan dengan sumber berita yang mengalami langsung
peristiwa tersebut. Misalnya, saksi mata, korban atau orang yang
terlibat langsung dengan peristiwa itu sendiri atau berada di lokasi saat
peristiwa terjadi.
c) Bukan pelaku langsung, bila peristiwa yang diberitakan merupakan
hasil wawancara wartawan dengan sumber berita yang tidak
memiliki akses informasi lalu menjadi sumber berita. Misalnya,
petugas humas, juru bicara, dan lainnya yang tidak berada di lokasi
saat peristiwa terjadi.
3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
3.3.1. Populasi
Penentuan jumlah populasi dalam suatu penelitian merupakan upaya bagi
peneliti untuk membatasi ruang lingkup analisisnya. Populasi dalam penelitian adalah
seluruh berita yang ada di media online Kompas.com tentang berita film documenter
Cowboys in Paradise pada tanggal 26 April 2010 – 30 April 2010. Populasi
penelitian ini adalah 5 berita film documenter Cowboys in Paradise pada tanggal 26
April 2010 – 30 April 2010.
3.3.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Dalam penarikan sampel, tidak ada ketentuan pasti mengenai jumlah
besar-kecilnya. Hanya saja, yang diutamakan dalam pengambilan sampel haruslah
representatif atau mampu mewakili secara keseluruhan (Kriyantono 2006 : 151),
menyatakan besaran sampel tidak ada ketentuan pastinya, yang penting adalah
hasilnya yang representatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan penulis total
sampling, yaitu sample diambil secara keselurahan dari jumlah populasi yang
didasarkan pada keseluruhan unit populasi, yakni berita film documenter Cowboys in
Jumlah berita tentang film Cowboys In Paradise pada tanggal 26 April – 30 April
2010 diperoleh sebanyak 5 berita. Jadi sampel yang diambil adalah 5 sesuai dengan
jumlah populasi yang diperoleh memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan
sample. Dengan demikian harus dihindari adanya diskriminasi unit populasi antara
satu dengan yang lain karena semua memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi
sample.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang
diambil secara langsung dari media online Kompas.com yang berupa unit berita pada
tanggal 26 April – 30 April 2010 yang terlebih dahulu telah didokumentasikan.
Prosedur yang digunakan dalam penilitian ini adalah ; pertama, dengan melakukan
pencatatan setiap unit berita film documenter Cowboys in Paradise. Kedua, setiap
data yang dikumpulkan dengan lembar koding untuk memasukkan data-data
berdasarkan kategori-kategori yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan metode
analisis data yang selanjutnya akan dilakukan proses penghitungan dan analisis,
diinterpretasikan guna memperoleh jawaban dari permasalahan yang telah
dirumuskan, serta untuk mengetahui tujuan penelitian.
3.5. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data, terlebih dahulu data yang terkumpul akan diuraikan
digunakan dalam penelitian ini adalah obyektivitas berita. Data di analisis dengan
menggunakan tabel kategorisasi melalui tabel frekuensi. Dari tabel tersebut akan
dilakukan analisis dan perhitungan prosentase atas akurasi, fairness, validitas berita
yang diungkapkan dalam berita film documenter Cowboys in Paradise di media
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Kompas.com
Situs berita kompas.com adalah bagian dari group Kompas yang terletak di Jl.
Palmerah selatan 19 Jakarta. Oleh karena itu keberadaannya tidak dapat terlepas dari sejarah surat kabar Kompas itu sendiri. Sejarah terbitnya kompas tidak bisa dipisahkan dengan pergolakan masa orde lama. Cikal bakal tebitnya kompas muncul atas ide dari pelaku sejarah pergolakan tersebut, yang gugur sebagai pahlawan revolusi yaitu letjen Ahmad Yani yang saat itu menjabat sebagai panglima TNI AD, menghubungi salah satu rekan sekabinetnya, Drs. Frans Seda, untuk menerbitkan surat kabar yang bias menyaingi dan mengimbangi pers komunis.
Drs. Frans Seda menyanggupi dan mempunyai satu pemikiran dengan sang pencetus ide. Drs. Frans Seda memantangkan penerbitan surat kabar tersebut dengan Ignantius Josef Kasimo, rekannya sesama partai kahtolik, berserta Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetama yang keduanya aktif memimpin majalah Intisari.
dan ajakan tersebut. Mereka pun mempersiapkan sebuah nama Bentara rakyat. yang secara tegas mendefinisikan visi dan misinya sebagai pembela rakyat yang sebenarnya, Berbeda dengan surat kabar yang berideologi komunis bentukan Partai Komunis Indonesia.
Ketika Bentara Rakyat akan terbit, Drs. Frans Seda yang saat menjabat sebagai menteri perkebunan, dating menemui Presiden Soekarno untuk urusan kenegaraan. Presiden soekarno menanyakan nama Koran yang akan di terbitkan oleh Frans Seda, dan menyebutkan nama Bentara Rakyat di ubah menjadi “Kompas” yang berfusngsi sebagai penunjuk arah mata angin.
Kompas pun resmi menjadi nama surat kabar itu, sedangkan nama yang sudah disiapkan sebelumnya, yaitu Bentara rakyat dijadikan nama yayasan yang menerbitkan surat kabar Kompas. Pada bulan-bulan pertama kompas diplesetkan sebagai Kompt Pas Morgen atau “Kompas”, diawali tidak lebih dari 10 orang dibagian redaksi dan bisnis sampai tahun 1972, kantor redaksi ada di Jl. Pintu Besar selatan kemudian pindah ke Jl. Palmerah Selatan 22-26.
Undang-Undang pokok Pers pada tahun 1982 dan ketentuan surat izin usaha penerbitan pers mewajibkan untuk berbadan hokum. Oleh karena itu, sejak tahun1982 penerbit kompas bukan lagi yayasan Bentara Rakyat, tetapi PT Kompas Media Nusantara.