• Tidak ada hasil yang ditemukan

OBJEKTIVITAS BERITA FILM DOKUMENTER COWBOYS IN PARADISE DI MEDIA ON LINE KOMPAS.COM (Analisis Objektivitas Berita Film Dokumenter Cowboys In Paradise di media on line kompas.com edisi 26 April 2010 – 30 April 2010).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "OBJEKTIVITAS BERITA FILM DOKUMENTER COWBOYS IN PARADISE DI MEDIA ON LINE KOMPAS.COM (Analisis Objektivitas Berita Film Dokumenter Cowboys In Paradise di media on line kompas.com edisi 26 April 2010 – 30 April 2010)."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

OBJEKTIVITAS BERITA FILM DOKUMENTER

“COWBOYS IN PARADISE” DI MEDIA ON LINE KOMPAS.COM

(Analisis Objektivitas Berita Film Documenter “Cowboys in Paradise” di media on line kompas.com edisi 26 April – 30 April 2010)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

(UPN) “Veteran” Jawa Timur

 

OLEH :

ANDI TRILANA ASWAT 0643010064

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JAWA TIMUR

(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian media massa dan Komunikasi Massa ... 9

2.1.2. Berita ... 12

(3)

2.3. Jurnalisme on line sebagai media massa ... 24

2.4. Objektivitas Berita……….. ... 29

2.4.1. Konsep Penyajian Berita... 33

2.5. Kerangka Berfikir ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional ... 38

3.1.1. Berita Film Cowboys In Paradise ... 38

3.2. Kategorisasi Objektivitas Pers ... 40

3.2.1. Akurasi Pemberitaan ... 41

3.2.2. Fairness dan Ketidakberpihakan Pemberitaan ... 43

3.2.3. Validitas Keabsahan Pemberitaan ... 43

3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 45

3.3.1. Populasi ... 45

3.3.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... ... 45

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.5. Teknik Analisis Data ... ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objektivitas penelitian ... 48

(4)

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data………... 54

4.2.1. Objektivitas Pemberitaan……….. ... 54

4.2.1.1. Akurasi Pemberitaan………... 59

4.2.1.2. Fairness………... 67

4.2.1.3. Validitas Pemberitaan………... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………. ... 77

5.2. Saran………. ... 78

DAFTAR PUSTAKA

(5)

 

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori Kesesuaian Judul Berita Dengan

Isi Berita ... 59

Tabel 4.2. Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori Pencantuman Waktu Terjadi Peristiwa ... 61

Tabel 4.3. Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori Penggunaan Data Pendukung ... 63

Tabel 4.4 Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori Faktualitas Berita ... 65

Tabel 4.5 Fairness Dalam Sub Kategori Sisi Sumber Berita ... 67

Tabel 4.6 Fairness Dalam Sub Kategori Luas Kolom ... 69

Tabel 4.7 Validitas Pemberitaan Dalam Sub Kategori Kejelasan Sumber Berita ... 71

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Berita Edisi 26 April 2010 ……… 80

Lampiran 2 : Berita Edisi 27 April 2010 ……… 81

Lampiran 3 : Berita Edisi 28 April 2010 ……… 82

Lampiran 4 : Berita Edisi 29 April 2010 ……… 83

(7)

ABSTRAKSI

ANDI TRILANA ASWAT. OBJEKTIVITAS BERITA FILM DOKUMENTER COWBOYS IN PARADISE DI MEDIA ON LINE KOMPAS.COM (Analisis Objektivitas Berita Film Dokumenter Cowboys In Paradise di media on line

kompas.com edisi 26 April 2010 – 30 April 2010).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat Objektif atau tidak berita

film dokumenter yang di tulis pada media on line kompas.com dengan periode yang

telah ditentukan.

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis isi yang bersifat

kuantitatif, dengan analisis tersebut digunakan untuk mengkaji isi objektivitas

pemberitaan film dokumenter Cowboys In Paradise.

Objektivitas pemberitaan di uji dan di analisis sesuai dengan kategorisasi

yang di sesuaikan dalam buku Rachmat Kriyantono dalam teori yang di sempurnakan

oleh Rachma Ida tentang 3 kategorisasi objektivitas pemberitaan.

Pemberitaan tentang berita film documenter cowboys in paradise menimbulkan opini dari masyarakat .Hasil yang didapat dari 5 berita yang penulis teliti masih bisa di bilang objektif namun belum bisa dikategorisasikan sebagai objektif pemberitaan. Obyektivitas berita merupakan hal yang sangat penting dalam penyajian sebuah berita. Penyajian berita yang tidak obyektif dapat menimbulkan banyak ketidakseimbangan, artinya bahwa berita hanya disajikan berdasarkan informasi pada sumber berita yang kurang lengkap dan cenderung sepihak.

Dari ketiga penghitungan objektivitas menurut kategorisasi, berita yang

diterbitkan oleh media on line kompas.com masih belum bisa dikatakan objektif,

karena belum sepenuhnya memasukkan unsur realita yang sebenar – benarnya.

(8)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini peranan dan pengaruh

informasi dan komunikasi sangat terasa. Tidak ada kegiatan yang dilakukan di dalam

dan oleh masyarakat yang tidak memerlukan informasi. Kenyataan tersebut diatas

tidak dapat dipungkiri kebenarannya. Hanya orang atau bangsa yang mempunyai

banyak informasi yang dapat berkembang dengan pesat. Dalam hal ini negara yang

memiliki kemampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi akan

lebih memperoleh kesempatan memiliki sistem komunikasi yang dapat menunjang

kepentingan nasionalnya, ideologinya, dan pandangan hidupnya.

Sebaliknya negara yang tidak mempunyai kemampuan mengembangkan

teknologi dan infrastruktur akan berada dalam posisi yang lemah dalam

mengembangkan sistem komunikasinya. Seperti kita lihat di dunia ini, komunikasi

sering kali merupakan sarana pertukaran informasi antara pihak yang tidak sama

tinggi (sederajat), menguntungkan pihak yang lebih kuat, lebih kaya dan lebih

lengkap fasilitasnya. Perbedaan di dalam kekuasaan dan kekayaan, disengaja atau,

tidak mempunyai akibat dan pengaruh pada struktur dan arus informasi.

Perkembangan teknologi dalam bidang komunikasi mengakibatkan kegiatan

(9)

Pada awalnya penyampaian informasi atau pesan disampaikan melalui beberapa

media seperti surat kabar dan sejenisnya. Penyampaian informasi melalui media

seperti ini dapat diterima dalam waktu yang lama sehingga kadang informasi itu

diterima dalam keadaan sudah kadaluwarsa. Namun sekarang dengan adanya

teknologi dalam bidang komunikasi penyampaian informasi atau pesan dapat

dilakukan dengan mudah dan informasi dapat diterima dengan cepat misalnya melalui

telepon, surat kabar, televisi, internet dan sebagainya.

Untuk dapat memberikan informasi kepada masyarakat, media atau pers

dituntut untuk bisa menambah pengetahuan pembacanya dengan menyajikan

informasi yang memiliki kebenaran, kepentingan, dan manfaat. Dengan banyaknya

aneka ragam surat kabar pembaca menjadi lebih selektif dalam memilih suat kabar

yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Setiap surat kabar mempunyai ragam berita, mulai dari bidang ekonomi,

sosial, poltik, budaya, kriminal, sampai pada pemberitaan selebriti. Surat kabar dapat

memberikan porsi yang berbeda terhadap suatu kejadian yang sama. Surat kabar satu

menyajikan sebuah berita sebagai berita utama belum tentu pemberitaan tersebut

menjadi berita utama pula di surat kabar lain, bahkan bisa saja tidak dimuat sama

sekali.

Berita diproduksi dan didistribusikan oleh pers. Pers menyandang peran ganda

yaitu sebagai produsen berita dan saluran dalam sebuah proses komunikasi. Pers

(10)

dilindungi oleh undang-undang yang menjamin beropini dan kebebasan memberikan

informasi kepada masyarakat.

Berita harus memenuhi beberapa unsur yang nantinya akan membuat suatu

berita tersebut bisa layak untuk dimuat. Pertama-tama berita harus cermat dan tepat

atau dalam bahasa jurnalistik harus akurat. Selain akurat berita harus lengkap, adil,

dan berimbang. Kemudian berita pun harus tidak mencampurkan fakta dan opini

sendiri atau dalam bahasa akademis berita harus objektif. Karena berita memliki

power untuk membentuk opini publik, jadi sesuatu yang ditulis oleh media harus

memenuhi unsur-unsur di atas agar tidak ada pihak yang dirugikan.

(Kusumaningrat 2006 : 47)

Media online Kompas.com merupakan salah satu media online yang up to

date tiap jamnya, berita-berita yang dimuat adalah berita-berita yang sedang

berlangsung, dan up to date. Salah satu topik yang menarik adalah pemberitaan

tentang film documenter yang bertajuk Cowboys in Paradise, yang mengisahkan

tentang kehidupan gigolo atau pria penghibur wanita yang biasa “mangkal” di pantai

kuta. Pemutaran film Cowboys in Paradise yang diprotes masyarakat Kuta karena

dianggap melecehkan merupakan kasus yang sering menjadi bahan berita bagi suatu

media termasuk didalamnya media online Kompas.com. Kasus ini menjadi perhatian

publik karena kasus ini melibatkan pihak banyak pihak dan termasuk pihak

(11)

kasus film documenter ini menjadi menarik dan seringkali menjadi berita utama

dalam suatu pemberitaan di suatu media termasuk di dalamnya Kompas.Com.

Film ini menggambarkan bagaimana kehidupan gigolo di Kuta, yang menjadi

daya tarik tersendiri bagi wisatawan wanita yang tengah berlibur di Bali. Bahkan,

dalam cuplikan video Cowboys in Paradise ada pernyataan "Seorang istri gigolo yang

merelakan suaminya tidur bersama pelanggan asingnya." Pria-pria yang diduga

gigolo ini selanjutnya dibawa ke Kantor Lurah Kuta untuk pemeriksaan identitas dan

keterangan tentang keterkaitannya terhadap film Cowboys in Paradise. (sumber :

Kompas.com).

Cowboys in Paradise garapan sutradara Amit Virmani merupakan film

dokumenter yang mengisahkan sepak terjang para gigolo sehingga menjadikan Bali

sebagai tujuan wisata yang menarik bagi para turis asing perempuan. Tidak hanya

masyarakat Kuta yang terusik dengan munculnya film Cowboys In Paradise,

kepolisian daerah Bali pun tidak tinggal diam. Polisi kini mulai turun tangan

menyelidiki film yang dinilai merusak citra pariwisata Bali tersebut. (sumber :

kompas.com).

Ketua Badan Pariwisata Bali Ngurah wijaya yakin, miunculnya film gigolo

berjudul cowboys in paradise sangat kecil pengaruhnya pada citra pariwisata pulau

dewata yang dikenal dengan wisata budaya. Meskipun demikian, masalah itu tetap

(12)

mengunakan kedok pariwisata itu bisa saja betul-betul terjadi di tempat tujuan

wisatawan asing. (sumber : kompas.com)

Pihak Kepolisian Daerah Bali terus melakukan penyidikan terkait film

Cowboys in Paradise, yang dinilai telah meresahkan dan memperburuk citra Bali.

Dari hasil penyelidikan sementara diperoleh fakta bahwa sutradara Cowboys in

Paradise, Amit Virmani, telah membuat film tanpa izin. Dalam Undang-Undang

Perfilman Nomor 8 Tahun 1992 Pasal 41 ayat 1 disebutkan bahwa barang siapa yang

membuat usaha film tanpa izin dapat dipidana penjara selama 1 tahun atau denda Rp

40 juta. Saat ini Polda Bali telah membentuk tim khusus untuk mengusut kasus ini

karena film tersebut dianggap telah meresahkan masyarakat Bali. (sumber :

Kompas.com).

Polda Bali berencana memeriksa sutradara Cowboys in Paradise, Amit

Virmani, terkait dugaan tindak pidana yang dilakukannya dalam proses pembuatan

film yang mengisahkan kehidupan gigolo di Bali tersebut. Sejauh ini Polda Bali telah

memeriksa beberapa orang terkait untuk dimintai keterangannya terkait peredaran

film Cowboys in Paradise. (sumber : Kompas.com).

Berita di atas merupakan kutipan dari media online Kompas.com, dalam

beberapa kali upload selama 5 hari yaitu pada tanggal 26 April 2010 sampai dengan

tanggal 30 April 2010. Dalam penulisan berita tersebut judul berita dituliskan dengan

(13)

besar pada judulnya merupakan berita utama atau berita istimewa. Berita utama

dilakukan seselektif mungkin sesuai dengan kebijaksanaan redaksionalnya, dan

sesuatu yang dianggap paling pantas diketahui oleh masyarakat pada saat itu.

Definisi tentang objektivitas berita sangat beragam, namun secara sederhana

dapat dijelaskan bahwa berita yang obyektif adalah berita yang menyajikan fakta,

tidak berpihak dan tidak melibatkan opini dari wartawan. Objektivitas menurut

mcQuail (1994 : 130) lebih merupakan cita-cita yang diterapkan seutuhnya. Dalam

sistem media massa yang memiliki keanekaragaman eksternal, terbuka kesempatan

untuk penyajian informasi yang memihak, meski sumber tersebut harus bersaing

dengan sumber informasi lainnya yang menyatakan dirinya obyektif. Meskipun

demikian tidak sedikit media yang mendapatkan tuduhan “media itu tidak obyektif”.

Objektivitas berita merupakan suatu keadaan berita yang disajikan secara utuh

dan tidak bersifat memihak salah satu sumber berita, yang bertujuan untuk memberi

informasi dan pengetahuan kepada konsumen. (flournoy, 1986 : 48). Setiap berita

yang disajikan dalam suatu surat kabar atau majalah harus memenuhi unsur

obyektivitas. Obyektivitas berita merupakan hal yang sangat penting dalam penyajian

sebuah berita. Penyajian berita yang tidak obyektif dapat menimbulkan banyak

ketidakseimbangan, artinya bahwa berita hanya disajikan berdasarkan informasi pada

sumber berita yang kurang lengkap dan cenderung sepihak.

Sebuah berita bisa dikatakan obyetif bila memenuhi beberapa unsur,

(14)

tujuan atau misi tertentu. Dilihat dari beberapa unsur di atas banyak sekali berita yang

disajikan belum memenuhi unsur-unsur obyektivitas atau bisa dikatakan bahwa berita

tersebut tidak obyektif. Suatu berita yang disajikan tidak obyektif hanya akan

menguntungkan salah satu pihak dan akan merugikan pihak lain.

Untuk dapat memahami ketimpangan arus informasi peneliti sengaja memilih

media online Kompas.com. media online Kompas.com dipilih sebagai obyek

penelitian karena Kompas.com merupakan salah satu media online yang selalu up to

date dalam mengupload berita terbaru, peneliti lebih memilih media online

kompas.com daripada Koran harian Kompas karena di Koran harian kompas berita

kasus film documenter yang berjudul Cowboys in Paradise ini tidak ada atau tidak

dimuat. Alasan kedua penulis memilih media online Kompas.com karena

pemberitaan kasus film documenter yang berjudul Cowboys in Paradise menjadi

sebuah berita yang istimewa, meskipun tidak menjadi headline berita ini

menggunakan font dengan size besar pada judulnya. Dalam penelitian ini metode

yang digunakan adalah analisis isi sehingga diperoleh pemahaman yang akurat dan

penting. Analisisnya adalah berita di surat kabar yang analisis ini digunakan untuk

mengkaji pesan-pesan di media (flournoy, 1986 : 12). Pemanfaatan ilmu komunikasi

media massa dapat diperoleh secara tepat implementasi di lapangan atas obyektivitas

(15)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas yang melandasi penelitian

ini, maka penelitian dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah Objektivitas

pemberitaan kasus film documenter yang berjudul Cowboys in Paradise di media

online Kompas.com.”

1.3. Tujuan penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui objektivitas berita film documenter Cowboys in Paradise di media

online Kompas.com.

1.4 Kegunaan penelitian

1. Kegunaan teoritis : Menambah kajian ilmu komunikasi yang berkaitan dengan

penelitian obyektivitas berita, sehingga hasil penelitin ini diharapkan bisa

menjadi landasan pemikiran untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Kegunaan praktis : penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi

redaksi Kompas.com dalam memberitakan kasus film documenter yang

berjudul Cowboys in Paradise tidak memihak, transparan, dan sumber berita

(16)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Media Massa dan Komunikasi Massa

Media massa seperti yang dikemukakan oleh althusser dan Gramsci dalam

Sobur (2004:30) merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pendapat atau

aspirasi baik itu dari pihak masyarakat maupun dari pihak pemerintah atau negara.

Media massa tersebut sebagai wadah untuk menyalurkan informasi yang merupakan

perwujudan dari hak asasi manusia dalam kehidaupan ermasyarakat dan bernegara,

dalam diri media massa juga terselubung kepentingan-kepentingan yang lain,

misalnya kepentingan kapitalisme modal dan kepentingan keberlangsungan lapangan

pekerjaan bagi karyawan dan sebagainya.

Media massa mempunyai kekuatan yang sangat signifikan dalam usaha

mempengaruhi khlayaknya. Keberadaan media massa mempunyai peranan penting

dalamusaha memberikan informasi penting bagi masyarakat, pengetahuan yang dapat

memperluas wawasan, sarana hiburan sebagai pelepas ketegangan, dan yang tidak

kalah pentingnya adalah peranan media sebagai kontrol sosial untuk memberikan

kritik maupun mendukung kebijakan pemerintah agara memotivasi masyarakat.

(17)

Media massa merupakan institusi baru yang berkaitan dengan produksi dan

distribusi pengetahuan dalam arti luas. Media massa mempunyai sejumlah ciri-ciri

yang menonjol, diantaranya adalah penggunaan teknologi yang relatif maju untuk

produksi (massal) dan penyebaran pesan, mempuyai organisasi yang sistematis dan

aturan-aturan sosial serta sasaran pesan yang mengarah pada audiens dalam jumlah

besar yang tidak bisa ditentukan apakah meraka menerima pesan yang disampaikan,

atau malah menolaknya. Institusi media massa pada dasarnya terbuka, beroprasi

dalam dimensi publik untuk memberikan saluran komunikasi reguler dari berbagai

pesan yang mendapat persetujuan sosial dan dikehendaki oleh banyak individu.

Dalam komunikasi massa menurut Winarni dapat dipusatkan pada

komponen-komponen komunikasi massa, yaitu variabel yang dikandung dalam setiap tindak

komunikasi dan bagaimana variabel ini bekerja pada media massa, kelima komponen

tersebut adalah:

1. Sumber. Komunikasi massa adalah suatu organisasi kompleks yang

mengeluarkan biaya besar untuk menyusun dan mengirimkan pesan.

2. Khalayak. Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan

kepada massa, yaitu khalayak yang jumlahnya besar yang bersifat

heterogen dan anonim.

3. Pesan. Pesan dalam komunikasi massa bersifat umum, maksudnya

adalah setiap orang bisa mengetahui pesan-pesan komunikasi dari

(18)

4. Proses. Ada dua proses dalam komunikasi massa yaitu: 1) Komunikasi

massa merupakan proses satu arah. Komunikasi ini berjalan dari

sumber ke penrima dan tidak secara langsung dikembalikan kecuali

dalam bentuk umpan balik tertunda. 2) Komunikasi massa merupakan

proses dua arah (Proses seleksi). Baik media ataupun khalayak

melakukan seleksi. Media menyeleksi khalayak sasaran atau penerima

menyeleksi dari semua media yang ada, pesan manakah yang mereka

ikuti.

5. Konteks komunikasi massa berlangsung dalam suatu konteks sosial.

Media mempengaruhi konteks sosial masyarakat, dan konteks sosial

masyarakat mempengaruhi media massa. (Winarni, 2003 : 4-5)

Setiap disiplin ilmu dalam komunikasi memiliki ciri-ciri dan karekateristik

yang berbeda-beda, adapun beberapa karakteristik komunikasi massa yang sering

digunakan pada media massa yaitu:

1. Sifatnya satu arah, walaupun beberapa media massa terkadang

melibatkan khalayak secara langsung dengan diadakannya dialog

interaktif, namun itu hanya untuk kepentingan terbatas.

2. Selalu ada proses seleksim misalnya, setiap media memilih

khalayaknya, demikian juga dengan khlayak yang juga menyeleksi

medianya, baik jenis maupun isi siaran dan berita, serta waktu untuk

(19)

3. Menjangkau khalayak secara luas. Dengan adanya satuu stasiun

pemancar pesan atau informasi dapat disampaikan dalam cakupan satu

negara. Namun dalam karakteristik ini sistem ekonomi dan sosial juga

ikut berperan.

4. Berusaha membidik sasaran tertentu, informasi yang disampaikan

harus menarik minat orang-orang sehingga informasi tersebut

disalurkan kepada orang lain

5. Komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang harus peka terhadap

kondisi lingkungannya. Ada interaksi tertentu yang berlangsung antara

media dan masyarakat. Untuk memahami sebuah masyarakat kita

harus menelaah latar belakang, asumsi dan keyakinan-keyakinan

dasarnya. Untuk itu diperlukan penguasaan atas sejarah, sosiologi,

ilmu ekonomi dan filsafat demi memahami sebuah masyarakat secara

benar. (Rivers, 2004 :18)

Dalam komunikasi massa, umpan balik relatif tidak ada atau bersifat tunda,

komunikator cenderung sulit untuk mengetahui umpan balik komunikan secara

segera. Untuk mengetahuinya, maka biasanya harus diadakan seminar terbuka yang

menghubungkan antara komunikator dan komunikan secara langsung, diadakannya

survey atau penelitian. (Vardiansyah, 2004:33).

(20)

Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar,

menarik, dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala

seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on line internet. Berita berasal dari

bahasa sansekerta, yaitu urit yang dalam bahasa Inggris disebut write, yang berarti

sebenarnya adalah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan Writta,

artinya kejadian atau yang telah terjadi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia karya

Poerwadarminto, berita diperjelas menjadi laporan mengenai kejadian atau peristiwa

yang hangat.

Sedangkan menurut McQuail (1989 : 189) berita merupakan sesuatu yang

bersifat metafistik dan sukar dijawab kembali dalam kaitannya dengan institusi dan

kata putus mereka yang bersifat rasa dan sulit diraba karena kehalusannya. Berita

bukanlah cermin kondisi sosial, tetapi laporan tentang salah satu aspek yang telah

menonjolkannya sendiri.

Suatu fakta dapat dikatakan berita, apabila memenuhi syarat antara lain telah

dipublikasikan oleh seseorang atau institusi yang jelas identitasnya, alamat, dan

penanggungjawabnya, fakta tersebut ditemukan oleh jurnalis dengan cara yang sesuai

dengan standar operasional dan prosedur dalam profesi jurnalistik (panuju, 2005 :

52).

Dari beberapa definisi tersebut dapat dirangkum bahwa berita adalah laporan

(21)

para pembaca. Berita merupakan gudang informasi, dan berita merupakan bagian

terpenting dari tabloid atau surat kabar.

Menurut Djuroto (2002 : 48) untuk membuat berita paling tidak harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut

1. Menjaga obyektivitas dalam pemberitaan.

2. Faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa hingga tinggal sebagian

saja.

3. Berita itu harus menceritakan segala aspek secara lengkap.

Sedangkan menurut Kusumaningrat (2006 : 47) unsur-unsur yang membuat

suatu berita layak untuk dimuat ada tujuh yaitu ; Akurat, Lengkap, Adil, Berimbang,

Objektif, Ringkas, Jelas, dan Hangat.

Selain unsur-unsur berita wartawan juga harus memikirkan nilai berita, dalam

cerita atau berita itu tersirat pesan yang ingin disampaikan waratwan kepada

pembacanya. Ada tema yang diangkat dari suatu peristiwa. Nilai berita ini menjadi

menentukan berita layak berita. Menurut Ishwara (2005 : 53) peristiwa-peristiwa

yang memiliki nilai berita ini misalnya yang mengandung konflik, bencana dan

kemajuan, dampak, kemasyhuran, segar dan kedekatan, keganjilan, human interest,

seks, dan aneka nilai lainnya.

(22)

1. Aktualitas, berita tak ubahnya seperti es krim yang gampang meleleh,

bersamaan dengan berlalunya waktu nilainya semakin berkurang. Bagi

surat kabar, semakin aktual berita-beritanya, artinya semakin baru

peristiwa itu terjadi, maka semakin tinggi nilai beritanya.

2. Kedekatan, peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan

pembaca akan menarik perhatian. Kedekatan yang dimaksud tidak

hanya kedekatan secara geografis tapi juga kedekatan emosional.

3. Keterkenalan, kejadian yang menyangkut tokoh terkenal (prominent

names) memang akan banyak menarik pembaca. Hal ini tidak hanya

sebatas nama orang saja, demikian pula dengan tempat-tempat

terkenal,

4. Dampak

Berita memiliki banyak jenis, Menurut Sumadiaria ( 2005 : 69-71 ) dalam

dunia jurnalistik berita berdasarkan jenisnya dapat dibagi dalam tiga kelompok :

1. Elementary yaitu :

a. Straight News report adalah laporan langsung mengenai suatu

peristiwa. Biasanya berita jenis ini ditulis dengan unsur-unsur yang

(23)

b. Depth News Report merupakan laporan yang sedikit berbeda dengan

Straight News report. Reporter (wartawan) menghimpun informasi

dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi

tambahan untuk peristiwa itu sendiri.

c. Comprehensive News merupakan laporan tentang fakta yang bersifat

menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh, mencoba

menggabungkan berbagai serpihan fakta itu dalam satu bangunan

cerita peristiwa sehingga benang merahnya terlihat dengan jelas.

2. Intermediate yaitu :

a. Interpretative Report lebih dari sekedar Straight News report dan

depth news . berita interpretative biasanya memfokuskan pada sebuah

isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Dalam jenis

laporan ini reporter menganalisis dan menjelaskan.

b. Feature Story berbeda dengan jenis berita-berita di atas yang

menyajikan informasi-informasi penting, di feature story penulis

mencari fakta untuk menarik perhatian pembaca. Penulisan feature

lebih bergantung pada gaya penulisan dan humor daripada pentingnya

informasi yang disajikan.

(24)

a. Depth Reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam,

tajam, lengkap, dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau

aktual.dengan membaca karya pelaporan mendalam, orang akan

mengetahui dan memahami dengan baik duduk perkara suatu

persoalan dilihat dari berbagai perspektif atau sudut pandang.

b. Investigative Reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda

dengan laporan interpretatif. Berita jenis ini biasanya memusatkan

pada sejumlah masalah dan kontroversi. Dalam laporan investigatif

waratawan melakukan penyelidikan untuk memeperoleh fakta yang

tersembunyi demi tujuan. Pelaksanaannya sering ilegal atau tidak etis

c. Editoral Writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan

sidang pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini

yang menafsirkan berita-berita yang penting dan mempengaruhi

pendapat umum

Yang dapat membedakan antara berita dengan bukan berita salah satunya

adalah pada ada tidaknya opini. Hal ini didasari bahwa sebuah berita berasal dari

suatu fakta sedangkan opini berangkat dari suatu pemikiran. Berita

mempresentasikan fakta sedangkan opini mempresentasikan gagasan atau ide.

(25)

Suatu fakta dapat dikatakan berita, apabila memenuhi syarat antara lain

telah dipublikasikan oleh seseorang atau institusi yang jelas identitasnya, fakta

tersebut dihimpun oleh jurnalis dengan cara yang sesuai dengan standart

operasional dan prosedur dalam profesi jurnalistik (jurnal mata kuliah

dasar-dasar jurnalistik).

Untuk membuat berita paling tidak, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai

berikut :

1. Menjaga objektifitas dalam pemberitaan.

2. Fakta tidak boleh diputar balikkan sedemikian rupa hingga tinggal sebagian

saja.

3. Berita itu harus menceritakan segala aspek secara lengkap.

Berdasarkan pasal dari kode etik jurnalistik milik AJI (pasal 3/14 Maret

2006) dijabarkan melalui sebagai berikut :

a. Menguji informasi berarti melakukan cek dan re-cek tentang kebenaran

informasi.

b. Berimbang dengan memberikan ruang pemberitaan kepada masing-masing

pihak secara proporsional.

(26)

d. Azas praduga tak bersalah adalah prinsip dengan tidak menghakimi

seseorang.

Setiap berita yang disuguhkan harus dapat dipercaya namun juga dapat

menarik perhatian khalayak sehingga lewat menyajikan hal-hal yang factual dari

apa adanya, kebenaran isi cerita yang disampaikan tidak menimbulkan tanda

tanya dan ada kesesuaian dari judul dengan isi berita.

Unsur yang penting dalam menyajikan berita adalah kesesuaian antara

judul berita dengan isinya, terlebih lagi bagi media massa cetak dengan pembaca

yang memiliki karakteristik pembaca sekilas. Judul berita harus

mempresentasikan seluruh isi berita, hal ini dimaksudkan untuk menghindari

salah persepsi saat berita dibaca hanya menarik saat dibaca sekilas oleh khalayak

melalui judul yang bombastis namun tidak sesuai dengan isi.

Kesesuaian judul dengan isi berita juga merupakan salah satu bentuk

kejujuran jurnalis. Bila ingin berita laku keras, maka haruslah para jurnalis

mencuri berita yang memiliki nilai penting dimata khalayak, bukannya melalui

mengarang judul berita yang se bombastis mungkin sedangkan tidak tercermin

pada isi beritanya.

Pada jurnal mata kuliah jurnalistik, dikatakan fungsi judul berita adalah :

1. Memberikan identitas pada berita

(27)

3. Menarik perhatian pembaca

Mutu surat kabar dalam penyajiannya sangat sering juga menyertakan

gambar, foto, ilustrasi kartun maupun bagan ataupun table yang berguna untuk

memperjelas isi pemberitaan. Penempatan adanya data pendukung berita ini

sangat penting atas pertimbangan berikut :

1. Foto, gambar, table, dan ilustrasi merupakan unsure berita yang pertama kali

menangkap mata serta perhatian pembaca. Woodburn (yang dikutip dari

jurnal jurnalistik media cetak) menjelaskan bahwa data pendukung berita di

atas, memiliki kekuatan stopping power serta menjelaskan bagian dari

unsure berita yang disajikan.

2. Foto dalam surat kabar, dapat digunakan dalam komunikasi dengan pembaca

yang memiliki latar belakang beranekaragam karena foto mampu

menyajikan berita melalui bahasa foto lebih universal.

2.2. Pers Dalam Kaidah Jurnalistik

Ketika semua orang memiliki hak suara, maka mereka pun merasa ikut

berkepentingan dengan jalannya pemerintahan. Setiap orang dengan intensitas yang

berbeda-beda, mulai ikut berpartisipasi dalam urusan publik. Dalam kaitan inilah pers

menjadi sangat penting untuk menjaga sistem politik. Pers juga menjadi sumber

informasi atau pendidik, sumber nilai-nilai budaya baru, sekaligus sumber hiburan.

(28)

Ada dua pengertian pers, yaitu pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas.

Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid

mingguan, dan sebagainya. Sedangkan pers dalam arti luas meliputi media massa

cetak elektronik antara lain radio dan televisi, sebagai media yang menyiarkan karya

jurnalistik. ( Effendy, 2000:90)

Jadi secara tegas, pers adalah lembaga atau badan atau organisasi yang

menyebarkan berita sebagai karya jurnalistik kepada khalayak. Pers dan jurnalistik

dapat diibaratkan sebagai raga dan jiwa. Pers adalah aspek raga, karena ia berwujud,

konkret atau nyata, oleh karena itu dapat diberi nama. Desangkan jurnalistik adalah

aspek jiwa, karena ia abstrak, merupakan kegiatan daya hidup yang menghidupi

aspek pers itu sendiri.

Sedangkan pengertian pers di Indonesia tercantum dalam Undang-undang

No.11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers dan Undang-undang No.

21 Tahun 1982 tentang Perubahan Atas Undang-undang no. 11 Tahun 1966. dalam

Undang –undang tersebut dinyatakan sebagai berikut:

(29)

Jadi berdasar definisi pers diatas jelas tercantum bahwa pers harus

mempunyai idealisme, yakni bahwa pers Indonesia merupakan alat perjuangan

nasional, bukan sekedar penjual berita hanya untuk mencari keuntungan finansial.

Tugas dan fungsi pers adalah mewujudkan keinginan manusia yang haus akan

kebutuhan informasi tersebut melalui medianya. Tetapi fungsi pers bukan hanya itu,

menurut Kusumaningrat fungsi pers yang lebih detail adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Informatif

Yaitu memberikan informasi atau berita kepada khalayak dengan cara

yang teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap berhuna dan penting

bagiorang banyak dan kemudian menuliskan dengan kata-kata. Pers

memberitakan suatu kejadian pada saat itu dan tidak menutup

kemungkinan bahwa pers juga memperingatkan khalayaknya tentang

peristiwa yang diduga akan terjadi.

2. Fungsi Kontrol ( fungsi watchdog )

Pers harus memberitakan apa yang berjalan dengan baik dan tidak

berjalan dengan baik. Fungsi ini harus dilakukan dengan lebih aktif oleh

pers daripada oleh kelompok organisasi masyarakat lain seperti LSM, dan

lain sebagainya.

(30)

Pers harus menceritakan kepada masyarkat tentang arti suatu kejadian

(biasanya melalui tajuk rencana atau tulisan latar belakang) dan jika

diperlukan, pers juga memberitahukan tindakan yang seharusnya diambil

oleh masyakarat dan memberikan alasan mengapa harus bertindak.

4. Fungsi Menghibur

Mereka menceritakan kisah yang menarik dan lucu untuk khalayak

ketahui (humor, drama serta musik) meskipun kisah itu tidak terlalu

penting.

5. Fungsi Regeneratif

Pers membantu menyampaikan warisan sosial kepada generasi baru

terjadi proses regenerasi dari angkatan yang sudah tua kepada angkatan

yang lebih muda dengan cara menceritakan bagaimana sesuatu itu

dilakukan dimasa lampau, bagaimana dunia dijalankan sekarang,

bagaimana itu diselesaikan dan apa yang dianggap dunia itu benar atau

salah.

6. Fungsi Pengawalan Hak-Hak Warga Negara

Pers harus menjaga baik-baik jangan sampai timbul tirani golongan

mayoritas dimana golongan mayoritas itu menguasai dan menekan

golongan mayoritas. Pers harus bekerja berdasarkan teori tanggung jawab

(31)

sesuai dengan yang dibutuhkannya. Dalam beberapa hal khalayak

hendaknya diberi kesempatan untuk menulis kritik dalam media terhadap

segala sesuatu yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat, bahkan

juga tidak menutup kemungkinan untuk mengkritik medianya sendiri.

7. Fungsi Ekonomi

Pers juga dapat berfungsi secara ekonomi yaitu dengan cara melayani

sistem ekonomi melalui iklan

8. Fungsi Swadaya

Untuk memelihara kebebasan yang murni, pers berkewajiban untuk

memupuk kekuatan modalnya sendiri agar tidak ditempatkan dibawah

kehendak siapa saja yang mampu membayarnya sebagai balas jasa. (

Kusumaningrat, 2005 : 27-29 )

Hubungan pers sebagai media yang menjembatani masyarakat dan sistem

pemerintahan mempunyai hubungan yang berkesinambungan dan saling

menguntungkan.

2.3. Jurnalisme Online Sebagai Media Massa

Sejarah media massa memperlihatkan bahwa sebuah teknologi baru tidak

pernah menghilangkan teknologi yang lama, namun mensubstitusinya. Radio tidak

menggantikan surat kabar, namun menjadi sebuah alternatif, menciptakan sebuah

(32)

melemahkan radio, tetapi tetap tidak dapat secara total mengeliminasinya. Maka,

cukup adil juga untuk mengatakan bahwa jurnalisme online mungkin tidak akan bisa

menggantikan sepenuhnya bentuk-bentuk media lama. Melainkan, tampaknya

menciptakan suatu cara yang unik untuk memproduksi berita dan mendapatkan

konsumen berita. Jurnalisme online tidak akan menghapuskan jurnalisme tradisional,

namun meningkatkan intensitasnya. Dengan menggabungkan fungsi-fungsi dari

teknologi internet dengan media tradisional. (Santana, 2005:135)

Secara teknis, momen paling fundamental dalam jurnalisme online adalah penemuan

WWW. Namun secara profesional, momen tersebut dimulai dari pecahnya berita

mengenai Drudge Report yang menyangkut skandal Lewinsky, ketika sebuah e-mail

dikirimkan ke 50 ribu pelanggan pada tanggal 18 Januari 1998. Dalam setiap aspek

penting kisah ini, menurut Lasica ketika menulis Internet Journalism and The

Clinton-Lewinsky Investigation, medium internet

digunakan untuk “membongkar berita-berita skandal, menyuarakan tuduhan-tuduhan

baru, dan merilis secara keseluruhan laporan final Starr atas investigasinya.”

Jurnalisme online telah memicu tren alternatif, mengklaim bahwa jurnalisme online

telah mengubah segala aktivitas jurnalistik dan kegiatan lama profesi jurnalisme.

Sejak itu, jurnalisme online telah maju secara dramatis. Kini, hampir seluruh media

berita memiliki web yang hadir dalam berbagai bentuk. Terdapat tiga kelompok situs

(33)

Model situs berita secara general yang kebanyakan digunakan oleh media

berita tradisional sekadar merupakan edisi online dari medium induknya. Isi

orisinalnya diciptakan kembali oleh internet dengan cara mengintensifkan isi dengan

kapasitas-kapabilitas teknis dari cyberspace. Washington Post Online

(www.washingtonpost.com), CNN Interactive (www.CNN.com) adalah contoh-contoh

tipikal tipe ini.

Pada model situs kedua, bentukan situs Web-nya berisikan orisinalitas

indeks, dengan cara mendesain ulang dan merubah isi dari berbagai media berita.

Saloon, Slate and Drudge Report masuk ke dalam tipe ini. Situs ini memendekkan

portal-portal pemberitaan melalui indeksisasi dan kategorisasi, hasil seleksi berbagai

media dan isi mereka. Model situs ini memfokuskan isu-isu spesifik, melayani

kepentingan komunitas dan kelompok-kelompok sosial tertentu, serta membuat

saluran pertukaran pikiran dan diskusi interaktif dengan pembacanya.

Model situs ketiga berisi diskusi dan komentar-komentar pendek tentang

berita dan media. Media-media watchdogs masuk ke dalam kelompok ini. Mereka

menjadi saluran untuk diskusi masyarakat mengenai permasalahan yang mencuat.

Internet adalah medium terbaru yang mengkonvergensikan seluruh

karakteristik dari bentuk-bentuk terdahulu. Karena apa yang berubah bukanlah

substansinya, melainkan mode-mode produksi dan perangkatnya. (Hilf, 2000:27)

Teori konvergensi menyatakan bahwa berbagai perkembangan bentuk

(34)

media terbaru tersebut cenderung merupakan perpanjangan, atau evolusi, dari

model-model terdahulu. Dalam konteks ini, internet bukanlah suatu pengecualian. (Stoval,

2005:116)

Sebagai bagian dari institusi komunikasi massa formal, jurnalisme online

pun menganut ciri-ciri dan sifat media massa, yaitu :

a.Komunikator melembaga

b.Pesan teroganisir

c.Program berlanjut

d.Periodik

e.Universal

f.Komersial

g.Memiliki status hukum

h.Aktualitas pesan tinggi

i.Secara stimultan/publikatif

j.Profesional

k.Komunikasi heterogen

Jurnalisme online adalah tipe baru jurnalisme karena memiliki sejumlah fitur

dan karakteristik yang berbeda dari jurnalisme tradisional. Fitur-fitur uniknya

mengemuka dalam teknologinya, menawarkan kemungkinan-kemungkinan tidak

terbatas dalam memproses dan meyebarkan berita, J.Pavlik dalam bukunya

Journalism and New Media menyebut tipe baru jurnalisme ini sebagai

(35)

unik, yaitu kemampuan-kemampuan berdasarkan platform digital, kualitas-kualitas

interaktif komunikasi online, dan fitur-fitur yang ditatanya (costumizeable features).

(Santana, 2005:137)

Karakter jurnalisme online yang paling terasa meskipun belum tentu disadari

adalah kemudahan bagi penerbit maupun masyarakat untuk membuat peralihan waktu

penerbitan dan pengaksesan. Penerbit online bisa menerbitkan maupun mengakses

artikel-artikel untuk dapat dilihat saat ini maupun nanti. Ini sebenarnya juga dapat

dilakukan oleh jurnalisme konvensional, namun jurnalisme online dimungkinkan

untuk melakukannya dengan lebih mudah dan cepat karena informasi yang

disebarluaskan lebih cepat daripada jurnalisme konvensional. Sebagai bagian dari

media massa, jurnalisme online pun memiliki dan menjalankan fungsi-fungsi media

massa, yaitu :

a. Fungsi Informasi

Melalui media massa, baik cetak maupun elektronik, masyarakat mendapatkan

informasi mengenai berbagai fenomena kehidupan bermasyarakat dan bernegara,

mulai dari informasi mengenai aspek sosial, kriminalitas, budaya, ekonomi, sampai

dengan informasi mengenai politik. Media juga menjadi sarana komunikasi yang

efektif antara pemerintah sebagai pengambil kebijakan dengan masyarakat. Dalam

berbagai aspek, media merupakan pemberi informasi yang pertama kepada

masyarakat.

(36)

Merupakan fungsi yang dilakukan oleh media massa dalam emberikan pendidikan

kepada masyarakat, termasuk pembinaan moral dan pendidikan budi pelerti.

Informasi yang diberikan kepada masyarakat memberikan wawasan kepada

masyarakat, baik mengenai nilai-nilai maupun norma-norma yang mampu

memberikan penyadaran kepada masyarakat seperti mengenai ekonomi, politik,

hukum, sosial budaya dan aspek lain yang pada intinya informasi yang diberikan

merupakan upaya pemberdayaan masyarakat.

c. Fungsi Hiburan

Media massa juga memiliki fungsi hiburan, terlebih dengan media elektronik yang

secara umum merupakan sarana hiburan bagi masyaakat Indonesia pada umumnya.

Setiap hari berbagai acara hiburan ditayangkan di televisi, baik hiburan untuk

anak-anak maupun orang dewasa. Bahkan media massa sekarang seolah-olah menjadi

“agama baru” yang dapat menggeser nilai-nilai moral dari institusi lain, baik

keluarga, sekolah, maupun agama.

d. Fungsi Kontrol Sosial

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, media juga melaksanakan fungsi

kontrol sosial. Media memberikan sosialisasi nilai baik dan buruk, media juga

menjadi sarana yang efektif dalam memberikan kontrol kepada pengambil kebijakan

dengan memberitakan isu yang memancing opini publik.

(37)

Media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realisasi

dunia yang benar-benar terjadi, agar gambar realitas yang ada di benak khalayak – the

world outside and the pictures in our head, tidaklah bias dikarenakan informasi

media massa tidak kontekstual dengan realitas. Secara ideal, setiap berita yang

disajikan dalam suatu media harus memenuhi unsure objektifitas.

Media massa yang sarat dengan informasi adalah pers. Pers merupakan

cermin realitas karena pers pada dasarnya lebih menekankan fungsi sebagai sarana

pemberitaan. Isi pers yang utama adalah berita. Fakta dan realitas adalah bagian yang

tidak dapat dipisahkan dari konsep objektifitas. Oleh karena itu jika terdapat sebuah

paradigma yang berkaitan dengan ilmu jurnalistik, pasti ditemukan sebuah paradigma

yang mensyaratkan adanya konsep objektifitas dalam penyajian berita.

Pers senantiasa dituntut mengembangkan pemberitaan yang obyektif, yaitu “reporting format that generally spates fact from pinion present an emotionally detached view of the news, and strives for fairness and balanced” (DeFleur, 1994 : 635).

Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak, namun

harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain. Inilah mengapa

pemberitaan di surat kabar selalu dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara

fairness. Yaitu salah satu syarat objektifitas yang juga sering disebut sebagai

pemberitaan cover both side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat

(38)

juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak bohong, menyatakan fakta

bila itu memang fakta, dan pendapat bila itu memang pendapat, dikutip dari Siebert

tahun 1986 (Bungin, 2003 : 153 – 154).

Jurgen Westerstahl menjabarkan konsep objektifitas pada bagan berikut :

Bagan 1. Konsep Obyektivitas Westerstahl (Westerstahl, 1983 : 405)

Westerstahl mengajukan komponen utama objektifitas berita dalam

observasinya “maintaining objectivity in the dissemination of news can, it seems to

me, most easily be defined as” adherence to certain norm or standards” (Charllote,

2006 : 7 – 8 yang dikutip dari Westerstahl, 1983 : 403).

Kefaktualan dikaitkan dengan bentuk penyajian laporan tentang peristiwa atau

pernyataan yang dapat dicek kebenarannya pada sumber dan disajikan tanpa

komentar. Impartialitas dihubungkan dengan sikap netral wartawan/reporter, suatu

sikap yang menjauhkan setiap penilaian pribadi dan subyektif demi pencapaian

sasaran yang diinginkan. Hanya saja, ada jurnalis yang menempatkan objektifitas

sebagai simbol keyakinan di dalam pekerjaannya, dan ada pula jurnalis yang

Objectivity

 

Faktuality

 

Impartiality

Truth

  

Relevance

 

Balance

 

/

 

non

 

(39)

mengoperasionalisasikan objektifitas dalam rutinitas tugas serta tanggungjawabnya

sehari-hari ( Charilote, 2006 : 3).

Objektivitas merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh

media dalam menjalankan profesi jurnalistik. Dalam pasal 3, Kode Etik Jurnalistik

yang dikeluarkan oleh AJI 14 Maret 2006 dikatakan “wartawan Indonesia selalu

menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan

opini yang menghakimi serta menetapkan azas praduga tak bersalah”.

Rachma Ida, membuat sebuah kategorisasi yang mengukur objektifitas pers

sebuah surat kabar dengan tiras minimal 100.000 eksemplar. Dengan obyek

penelitian berita politik dengan skala nasional yang menjadi berita utama

(Kriyantono, 2006 : 224). Rachma Ida disini mencoba untuk mengukur Objektifitas

pemberitaan surat kabar dengan mengoperasionalisasikan dalam dimensi-dimensi

objektifitas yang terdiri dari aktualitas, fairness dan validitas pemberitaan, berikut

kategorisasi objektifitas menurut Rachma Ida (Kriyantono, 2006 : 244 dan juga dalam

Bungin, 2003 : 154-155).

a. Akurasi pemberitaan, yaitu menyangkut kejujuran dalam pemberitaan yang

meliputi:

1) Kesesuaian judul berita dengan isi berita.

(40)

3) Penggunaan data pendukung atau kelengkapan informasi atas kejadian

yang ditampilkan.

4) Faktualitas berita, yaitu menyangkut ada tidaknya pencampuran fakta

dengan opini wartawan yang menulis berita.

b. Fairness atau ketidakberpihakan pemberitaan, yaitu yang menyangkut

keseimbangan penulisan berita yang meliputi :

1) Ketidakberpihakan, dilihat dari sumber berita yang digunakan.

2) Ketidahberpihakan dilihat dari ukuran fisik luas kolom.

c. Validitas keabsahan pemberitaan, diukur dari :

1) Atribusi, yaitu pencantuman sumber berita secara jelas (baik identitas

maupun dalam upaya konfirmasi atau check dan re check).

2) Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita yang mendapatkan

informasi yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu kronologi

peristiwa (berita yang menyangkut peristiwa dengan kronologi

kejadiannya), apakah berasal dari apa yang dilihat, atau hanya sekedar

kedekatannya dengan media yang bersangkutan atau karena jabatannya.

Kategori ini dibagi menjadi : wartawan, pelaku langsung dan bukan

pelaku langsung.

Objektifitas, betapapun sulitnya harus diupayakan oleh insan pers.

Objektifitas berkaitan erat dengan kemandirian pers sebagai institusi sosial, hal ini

(41)

2.4.1. Konsep Penyajian Berita

Konsep penyajian berita salah satunya kembali pada konsep aktualitas

yang menurut Denis McQuail merupakan ciri utama berita melalui menyajikan

suatu peristiwa terbaru, karena itu, sangat penting adanya pemberian identitas

waktu dalam sebuah penyajian berita.

Dalam sebuah berita yang idealnya mengambil bentuk piramida terbalik

yang diurutkan dengan menjelaskan mulai dari bagian berita yang terpenting

sampai pada yang kurang penting, letak tanggal terjadinya peristiwa umumnya

terletak pada bagian teras berita. Bentuk penulisan Piramida Terbalik (Inverted

Pyramid), seperti pada gambar berikut :

(Gambar Piramida Terbalik 5W+ 1H)

J U D U L

LEAD (5W + 1H)

TUBUH

Rincian lead, latar belakang

dan informasi lanjutan

Sangat

(42)

Pada Piramida terbalik ini, penulisan berita dimulai dengan membuat

lead atau teras berita sebagai paragraf pertama. Dalam penulisan lead ini

mencakup rumus dasar dalam menulis berita berupa 5W + 1H yaitu :

a. What : Peristiwa atau hal apa yang terjadi

b. Where : Dimana peristiwa itu terjadi

c. When : Kapan peristiwa itu terjadi

d. Why : Mengapa peristiwa tersebut terjadi

e. Who : Siapa saja yang terlibat dalam peristiwa tersebut

f. How : bagaimana peristiwa tersebut terjadi

Kemudian, lead dikembangkan atau teras berita tersebut dijadikan

sebagai paragraf kedua dan digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan atau

mendukung tulisan pada paragraf pertama.

Paragraf ketiga dan selanjutnya adalah sebagai tubuh berita. Selain

susunan berita yang berbentuk piramida terbalik, yang harus diperhatikan adalah

:

a. Paragraf : lebih baik menggunakan alenia pendek sehingga dapat memberi

kesan yang santai dan mudah untuk dibaca.

b. Gaya bahasa : penggunaan gaya bahasa yang dipakai dapat dimengerti oleh

(43)

berpendidikan. Hal ini dikarenakan khalayak daripada media massa yang

bersifat heterogen.

c. Ekonomis kata : harus menggunakan kalimat yang sesingkat mungkin untuk

mengungkapkan satu maksud. Artinya satu gagasan satu kalimat.

d. Objektifitas : suatu berita harus tetap dijaga dalam Press Release walaupun

mengandung suatu tujuan tertentu. Sehingga seseorang beropini, namun

haruslah jelas opini tersebut dinyatakan oleh siapa.

e. Tetap menjaga keakurasian tulisan atau informasi : karena mampu

mempengaruhi opini pembaca tentang kredibilitas seorang Publik Relations

sebagai sumber informasi.

f. Data perlu diperhatikan Panjang sebuah Press Release : dalam penulisannya

sebaiknya tidak lebih dari dua halaman, sehingga perlu dihindari penggunaan

kata yang berbelit-belit.

Bagian terakhir dalam penyajian berita namun bagiannya merupakan hal

yang tidak kalah penting yaitu berhubungan dengan persyaratan adanya

fakta-fakta yang siap untuk diverifikasi, data terbuka untuk diadakan penelusuran,

narasumber yang memberikan informasi mudah dikenali serta berbagai

pertanggungjawaban berita lainnya.

Nara sumber dalam berita penting karena berkaitan dengan kredibilitas

media massa yang bersangkutan. Ini dikarenakan, perihal nara sumber berkaitan

(44)

dirugikan akan pemberitaan tersebut. Karena itu, masalah nara sumber, jurnalis

dituntut untuk se-valid mungkin dalam menyajikan berita.

2.5. Kerangka Berpikir

Seperti yang telah diketahui bahwa pekerjaan media adalah pekerjaan yang

berhubungan dengan pembentukan realitas. Sehingga, pada dasarnya berita yang

tersaji di hadapan khalayak merupakan hasil olahan atau konstruksi wartawan sebagai

perpanjangan tangan dari media. Karena semua pekerja jurnalis adalah agen :

bagaimana peristiwa yang acak dan kompleks itu disusun sedemikian rupa sehingga

membentuk sebuah berita yang dapat dipahami dan dimengerti oleh khalayak.

Demikian halnya dengan berita mengenai tentang film documenter yang

berjudul Cowboys in Paradise pada situs berita Kompas.com yang memiliki sudut

pandang dalam pemberitaannya mengenai realitas yang ada. Pemuatan berita-berita

mengenai tentang film documenter yang berjudul Cowboys in Paradise di media

online khususnya Kompas.com, dipilih penulis sebagai subyek penelitian.

Berita mengenai tentang film documenter yang berjudul Cowboys in

Paradise yang muncul di media online Kompas.com tersebut dianalisis menggunakan

analisis isi atau objektivitas pemberitaan menurut Rahma Ida (Kriyantono, 2006 :

244). Yang terdiri dari tiga elemen, yaitu akurasi pemberitaan, ketidak berpihakan

(45)

rangkaian yang dapat mewujudkan analisis isi atau obyektivitas pemberitaan dari

suatu media. Selengkapnya, tertera pada bagan dibawah ini.

 

1. Akurasi Pemberitaan :

1. Kesesuaian judul berita sesuai isi berita

2. Pencantuman Waktu Terjadinya Suatu Peristiwa

3. Penggunaan Data Pendukung, Kelengkapan Informasi Atas Kejadian yang Ditampilkan

1. Dilihat Dari Sumber Berita yang Digunakan

2. Dilihat Dari Ukuran Fisik Luas Kolom yang Digunakan

3. Validitas Keabsahan:

1. Atribusi

2. Kompetensi Sumber Berita

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan metodologi riset kuantitatif yang mengharuskan

peneliti mersikap obyektif dan memisahkan diri dari data, karena riset ini

menggambarkan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan.

Berdasarkan metodologi di atas, penelitian ini menggunakan metode analisis

isi. Analisis isi digunakan untuk menganlisis isi pesan yang tampak, dengan cara

sistematik dan obyektif. Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian deskriptif

yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematik, faktual, akurat tentang fakta

serta sifat yang dimiliki suatu populasi yang diteliti.

3.1.1. Berita Film Documenter Cowboys in Paradise

Film ini menggambarkan bagaimana kehidupan gigolo di Kuta, yang menjadi

daya tarik tersendiri bagi wisatawan wanita yang tengah berlibur di Bali. Bahkan,

dalam cuplikan video Cowboys in Paradise ada pernyataan "Seorang istri gigolo yang

merelakan suaminya tidur bersama pelanggan asingnya." Pria-pria yang diduga

gigolo ini selanjutnya dibawa ke Kantor Lurah Kuta untuk pemeriksaan identitas dan

keterangan tentang keterkaitannya terhadap film Cowboys in Paradise. (sumber :

(47)

Film ini menggambarkan bagaimana kehidupan gigolo di Kuta, yang menjadi daya

tarik tersendiri bagi wisatawan wanita yang tengah berlibur di Bali. Bahkan, dalam

cuplikan video Cowboys in Paradise ada pernyataan "Seorang istri gigolo yang

merelakan suaminya tidur bersama pelanggan asingnya." Pria-pria yang diduga

gigolo ini selanjutnya dibawa ke Kantor Lurah Kuta untuk pemeriksaan identitas dan

keterangan tentang keterkaitannya terhadap film Cowboys in Paradise. (sumber :

Kompas.com).

Cowboys in Paradise garapan sutradara Amit Virmani merupakan film

dokumenter yang mengisahkan sepak terjang para gigolo sehingga menjadikan Bali

sebagai tujuan wisata yang menarik bagi para turis asing perempuan. Tidak hanya

masyarakat Kuta yang terusik dengan munculnya film Cowboys In Paradise,

kepolisian daerah Bali pun tidak tinggal diam. Polisi kini mulai turun tangan

menyelidiki film yang dinilai merusak citra pariwisata Bali tersebut. (sumber :

kompas.com).

Ketua Badan Pariwisata Bali Ngurah wijaya yakin, miunculnya film gigolo

berjudul cowboys in paradise sangat kecil pengaruhnya pada citra pariwisata pulau

dewata yang dikenal dengan wisata budaya. Meskipun demikian, masalah itu tetap

harus dilihat sebagai pelajaran berharga karena fenomena pelacuran yang

mengunakan kedok pariwisata itu bisa saja betul-betul terjadi di tempat tujuan

(48)

Pihak Kepolisian Daerah Bali terus melakukan penyidikan terkait film

Cowboys in Paradise, yang dinilai telah meresahkan dan memperburuk citra Bali.

Dari hasil penyelidikan sementara diperoleh fakta bahwa sutradara Cowboys in

Paradise, Amit Virmani, telah membuat film tanpa izin. Dalam Undang-Undang

Perfilman Nomor 8 Tahun 1992 Pasal 41 ayat 1 disebutkan bahwa barang siapa yang

membuat usaha film tanpa izin dapat dipidana penjara selama 1 tahun atau denda Rp

40 juta. Saat ini Polda Bali telah membentuk tim khusus untuk mengusut kasus ini

karena film tersebut dianggap telah meresahkan masyarakat Bali. (sumber :

Kompas.com).

Polda Bali berencana memeriksa sutradara Cowboys in Paradise, Amit

Virmani, terkait dugaan tindak pidana yang dilakukannya dalam proses pembuatan

film yang mengisahkan kehidupan gigolo di Bali tersebut. Sejauh ini Polda Bali telah

memeriksa beberapa orang terkait untuk dimintai keterangannya terkait peredaran

film Cowboys in Paradise. (sumber : Kompas.com).

3.2. Kategorisasi Objektivitas Pers

Dari berita film documenter Cowboys in Paradise di media online

Kompas.com yang dianalisa sebagai obyek dari penelitian ini yang kemudian penulis

mengklasifikasikannya berdasarkan kategori yang telah dibuat dan disesuaikan agar

(49)

bergantung dari kategori-kategorinya. Dengan demikian penelitian menggunakan

kategorisasi yang digunakan oleh Rachma Ida, PhD.

Kategorisasi obyektivitas pemberitaan menurut Rahma Ida

(Kriyantono, 2006 : 244).

3.2.1. Akurasi pemberitaan, yaitu kejujuran dalam pemberitaan. Meliputi :

1) Kesesuaian judul dengan isi berita. Ini menyangkut aspek relevansi, yaitu

apakah kalimat judul utama (bukan subjudul) merupakan bagian dari

kalimat yang sama pada isi berita atau kutipan yang jelas-jelas ada dalam

isi berita. Dengan demikian ada dua kategori :

a) Sesuai, yaitu bila judul merupakan bagian dari kalimat yang sama

pada isi berita atau kutipan yang jelas-jelas ada dalam isi berita.

b) Tidak sesuai, bila judul bukan merupakan bagian dari kalimat yang

sama pada isi berita, atau bukan merupakan kutipan yang jelas-jelas

ada dalam isi berita.

2) Pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa. Ini untuk melihat akurasi

fakta atau opini. Terdapat dua kategori:

a) Mencantumkan waktu, yaitu bila berita mencantumkan waktu, bisa

tanggal, kata-kata atau pernyataan tentang waktu atau keduanya

(50)

b) Tidak mencantumkan waktu, yaitu bila berita tidak mencantumkan

waktu, bias tanggal, kata-kata atau pernyataan tentang waktu atau

keduanya sekaligus.

3) Penggunaan data pendukung atau kelengkapan informasi atas kejadian

yang ditampilkan antara lain menggunakan : tabel, statistik, foto, ilustrasi

gambar dan lainnya. Ada dua kategori :

a) Ada data pendukung, yaitu bila berita dilengkapi salah satu data

pendukung, seperti table, statistic, foto, ilustrasi gambar, buku, UU,

dan lainnya.

b) Tidak ada data pendukung, yaitu bila berita tidak dilengkapi salah satu

pendukung, seperti table, statistic, foto, ilustrasi gambar, buku, UU,

dan lainnya.

4) Faktualitas berita, yaitu menyangkut ada tidaknya percampuran fakta

dengan opini wartawan yang menulis berita. Ada dua kategori, yaitu :

a) Ada pencampuran fakta dan opini, yaitu bila dalam berita itu terdapat

kata-kata opinionative, seperti : tampaknya, diperkirakan,

seakan-akan, terkesan, kesannya, seolah, agaknya, diperkirseakan-akan, diramalkan,

mengejutkan, kontroversi, manuver, sayangnya, dan kata-kata

opinionative lainnya.

b) Tidak ada pencampuran fakta dan opini, yaitu bila dalam berita tidak

terdapat kata-kata opinionative seperti : tampaknya, diperkirakan,

(51)

diramalkan, mengejutkan, kontroversi, manuver, sayangnya, dan

kata-kata opinionative lainnya.

3.2.2. Fairness dan ketidakberpihakan pemberitaan, yaitu menyangkut keseimbangan penulisan berita. Meliputi :

1) Ketidakberpihakan, dilihat dari sumber berita yang digunakan yaitu :

a) Seimbang, yaitu bila masing-masing pihak yang diberitakan diberi

porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari jumlah sumber

beritanya.

b) Tidak seimbang, yaitu bila masing-masing pihak yang diberitakan

tidak diberi porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari jumlah

sumber beritanya.

2) Ketidakberpihakan dilihat dari ukuran fisik luas kolom (centimeters

kolom) yang dipakai yaitu :

a) Seimbang, jika luas kolom yang dipakai antara pihak-pihak yang

terlibat dalam pemberitaan memiliki jumlah kesamaan.

b) Tidak seimbang, yaitu jika luas kolom yang dipakai antara pihak-pihak

yang terlibat dalam pemberitaan tidak memiliki jumlah kesamaan.

3.2.3. Validitas keabsahan pemberitaan:

1) Atribusi, yaitu pencantuman sumber berita secara jelas (baik identitas

maupun dalam upaya konfirmasi atau cek dan recek). Ada dua kategori

(52)

a) Sumber berita jelas, jika dalam berita dicantumkan identitas sumber

berita seperti nama, pekerjaan atau sesuatu yang memungkinkan untuk

dikonfirmasi.

b) Sumber berita tidak jelas, jika dalam berita tidak dicantumkan

identitas sumber berita seperti nama, pekerjaan atau sesuatu yang

memungkinkan untuk dikonfirmasi.

2) Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita, apakah berasal dari apa

yang dilihat sendiri oleh wartawan atau dari sumber berita yang

menguasai persoalan atau hanya sekedar kedekatannya dengan media

yang bersangkutan atau karena jabatannya. Ada dua ketegori, yaitu :

a) Wartawan, bila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil

pengamatan wartawan sendiri secara langsung, yaitu mengungkap

informasi sesuai dengan apa yang dilihat, didengar, dan diketahui oleh

wartawan itu sendiri.

b) Pelaku langsung, bila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil

wawancara wartawan dengan sumber berita yang mengalami langsung

peristiwa tersebut. Misalnya, saksi mata, korban atau orang yang

terlibat langsung dengan peristiwa itu sendiri atau berada di lokasi saat

peristiwa terjadi.

c) Bukan pelaku langsung, bila peristiwa yang diberitakan merupakan

hasil wawancara wartawan dengan sumber berita yang tidak

(53)

memiliki akses informasi lalu menjadi sumber berita. Misalnya,

petugas humas, juru bicara, dan lainnya yang tidak berada di lokasi

saat peristiwa terjadi.

3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

3.3.1. Populasi

Penentuan jumlah populasi dalam suatu penelitian merupakan upaya bagi

peneliti untuk membatasi ruang lingkup analisisnya. Populasi dalam penelitian adalah

seluruh berita yang ada di media online Kompas.com tentang berita film documenter

Cowboys in Paradise pada tanggal 26 April 2010 – 30 April 2010. Populasi

penelitian ini adalah 5 berita film documenter Cowboys in Paradise pada tanggal 26

April 2010 – 30 April 2010.

3.3.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Dalam penarikan sampel, tidak ada ketentuan pasti mengenai jumlah

besar-kecilnya. Hanya saja, yang diutamakan dalam pengambilan sampel haruslah

representatif atau mampu mewakili secara keseluruhan (Kriyantono 2006 : 151),

menyatakan besaran sampel tidak ada ketentuan pastinya, yang penting adalah

hasilnya yang representatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan penulis total

sampling, yaitu sample diambil secara keselurahan dari jumlah populasi yang

didasarkan pada keseluruhan unit populasi, yakni berita film documenter Cowboys in

(54)

Jumlah berita tentang film Cowboys In Paradise pada tanggal 26 April – 30 April

2010 diperoleh sebanyak 5 berita. Jadi sampel yang diambil adalah 5 sesuai dengan

jumlah populasi yang diperoleh memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan

sample. Dengan demikian harus dihindari adanya diskriminasi unit populasi antara

satu dengan yang lain karena semua memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi

sample.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang

diambil secara langsung dari media online Kompas.com yang berupa unit berita pada

tanggal 26 April – 30 April 2010 yang terlebih dahulu telah didokumentasikan.

Prosedur yang digunakan dalam penilitian ini adalah ; pertama, dengan melakukan

pencatatan setiap unit berita film documenter Cowboys in Paradise. Kedua, setiap

data yang dikumpulkan dengan lembar koding untuk memasukkan data-data

berdasarkan kategori-kategori yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan metode

analisis data yang selanjutnya akan dilakukan proses penghitungan dan analisis,

diinterpretasikan guna memperoleh jawaban dari permasalahan yang telah

dirumuskan, serta untuk mengetahui tujuan penelitian.

3.5. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data, terlebih dahulu data yang terkumpul akan diuraikan

(55)

digunakan dalam penelitian ini adalah obyektivitas berita. Data di analisis dengan

menggunakan tabel kategorisasi melalui tabel frekuensi. Dari tabel tersebut akan

dilakukan analisis dan perhitungan prosentase atas akurasi, fairness, validitas berita

yang diungkapkan dalam berita film documenter Cowboys in Paradise di media

(56)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Kompas.com

Situs berita kompas.com adalah bagian dari group Kompas yang terletak di Jl.

Palmerah selatan 19 Jakarta. Oleh karena itu keberadaannya tidak dapat terlepas dari sejarah surat kabar Kompas itu sendiri. Sejarah terbitnya kompas tidak bisa dipisahkan dengan pergolakan masa orde lama. Cikal bakal tebitnya kompas muncul atas ide dari pelaku sejarah pergolakan tersebut, yang gugur sebagai pahlawan revolusi yaitu letjen Ahmad Yani yang saat itu menjabat sebagai panglima TNI AD, menghubungi salah satu rekan sekabinetnya, Drs. Frans Seda, untuk menerbitkan surat kabar yang bias menyaingi dan mengimbangi pers komunis.

Drs. Frans Seda menyanggupi dan mempunyai satu pemikiran dengan sang pencetus ide. Drs. Frans Seda memantangkan penerbitan surat kabar tersebut dengan Ignantius Josef Kasimo, rekannya sesama partai kahtolik, berserta Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetama yang keduanya aktif memimpin majalah Intisari.

(57)

dan ajakan tersebut. Mereka pun mempersiapkan sebuah nama Bentara rakyat. yang secara tegas mendefinisikan visi dan misinya sebagai pembela rakyat yang sebenarnya, Berbeda dengan surat kabar yang berideologi komunis bentukan Partai Komunis Indonesia.

Ketika Bentara Rakyat akan terbit, Drs. Frans Seda yang saat menjabat sebagai menteri perkebunan, dating menemui Presiden Soekarno untuk urusan kenegaraan. Presiden soekarno menanyakan nama Koran yang akan di terbitkan oleh Frans Seda, dan menyebutkan nama Bentara Rakyat di ubah menjadi “Kompas” yang berfusngsi sebagai penunjuk arah mata angin.

Kompas pun resmi menjadi nama surat kabar itu, sedangkan nama yang sudah disiapkan sebelumnya, yaitu Bentara rakyat dijadikan nama yayasan yang menerbitkan surat kabar Kompas. Pada bulan-bulan pertama kompas diplesetkan sebagai Kompt Pas Morgen atau “Kompas”, diawali tidak lebih dari 10 orang dibagian redaksi dan bisnis sampai tahun 1972, kantor redaksi ada di Jl. Pintu Besar selatan kemudian pindah ke Jl. Palmerah Selatan 22-26.

Undang-Undang pokok Pers pada tahun 1982 dan ketentuan surat izin usaha penerbitan pers mewajibkan untuk berbadan hokum. Oleh karena itu, sejak tahun1982 penerbit kompas bukan lagi yayasan Bentara Rakyat, tetapi PT Kompas Media Nusantara.

Gambar

Tabel. 4.1
Tabel. 4.2
Tabel. 4.3
Tabel 4.4
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pemberian Insentif Pemungutan Retribusi Daerah

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubung- an antara peran orang tua dengan konsumsi alkohol pada remaja putra di Desa Sidorejo Kecamatan

Penggunaan Ca polystyrene sulfonate yang diberikan pada pasien gagal ginjal kronik hiperkalemia Rawat Inap di RSUD Kabupaten Sidoarjo terkait dosis, rute,

DHA in the diet of preterm or term infants has been associated with higher mental development scores (measured on the Mental Development Index [MDI] of the Bayley Scales of

ramah lingkungan dengan tetap menjaga kualitas produknya sehingga tahu tetap dapat. menjadi alternatif bahan pangan yang bernilai gizi tinggi namun

Untuk bisa menjadi guru yang profesional dan berkepribadian baik, maka tugas guru adalah membenahi diri melalui berbagai kegiatan untuk menambah ilmu pengetahuan, potensi,

kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan.. yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan