• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETERMINAN DARI STATUS KESEHATAN, STATUS JAMINAN SOSIAL, DAN STATUS PEKERJAAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI LANJUT USIA (STUDI LANSIA PEDESAAN DI PROVINSI BALI).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DETERMINAN DARI STATUS KESEHATAN, STATUS JAMINAN SOSIAL, DAN STATUS PEKERJAAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI LANJUT USIA (STUDI LANSIA PEDESAAN DI PROVINSI BALI)."

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

i

LAPORAN TAHUNAN

PENELITIAN HIBAH BERSAING

DETERMINAN DARI STATUS KESEHATAN, STATUS JAMINAN

SOSIAL DAN STATUS PEKERJAAN BERDASARKAN

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI LANJUT USIA

(STUDI LANSIA PEDESAAN DI PROVINSI BALI)

Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun

Made Susilawati, S.Si., M.Si., NIDN. 0002097101

Desak Putu Eka Nilakusmawati, S.Si., M.Si., NIDN. 0011067113 Drs. Nyoman Dayuh Rimbawan, MM., NIDN. 0006054807

UNIVERSITAS UDAYANA

(4)
(5)

iii RINGKASAN

Tujuan Secara keseluruhan penelitian ini diarahkan pada status kesehatan, jaminan sosial dan status pekerjaan, dengan tujuan: mengetahui secara luas latar belakang sosial ekonomi lansia; mengetahui model dari status kesehatan lansia dan faktor-faktor yang memengaruhinya; mengetahui model dari status jaminan sosial lansia dan faktor-faktor yang memengaruhinya; dan mengetahui model dari status pekerjaan lansia dan faktor-faktor yang memengaruhinya.

Penelitian ini dilakukan di 8 kabupaten di Provinsi Bali, dengan total sampel sebanyak 430 lansia. Teknik pengambilan sampel untuk setiap kabupaten dipilih secara acak 3 desa, selanjutnya secara proporsional diambil sampel di masing-masing desa. Banyaknya sampel yang diambil proporsional dengan jumlah lansia yang ada di masing-masing desa hingga tercapai jumlah sampel 430 lansia. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Karakteristik sosial ekonomi (umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, pendapatan, status ekonomi), status kesehatan lansia, status jaminan sosial, dan status pekerjaan. Analisis statistika yang digunakan adalah analisis diskriptif dan analisis regresi logistik. Dari model-model yang diperoleh merupakan acuan dalam revisi kebijakan tentang kesejahteraan lansia.

Latar belakang sosial ekonomi lansia diperoleh sebagian besar lansia mempunyai status bekerja, yaitu sebanyak 67,2% dan 32,8% tidak bekerja. Menurut ada/tidaknya Jaminan sosial, diperoleh sebagian besar lansia (81.2%) tidak mempunyai jaminan sosial dan sisanya mempunyai jaminan sosial, seperti tunjangan pensiun, asuransi hari tua, Jaminan sosial lanjut usia (JSLU), maupun tunjangan lainnya. Status kesehatan lansia, menunjukkan sebagian besar responden (63%) mempunyai status sehat, sedangkan sisanya 37% menyatakan tidak sehat.

Model yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara status pekerjaan lansia dengan variabel karakteristik sosial ekonomi lansia adalah model regresi logistic biner. Hasil uji diperoleh variabel-variabel yang berpengaruh pada status bekerja lansia, yaitu: umur, ada tidaknya tunjangan hari tua, dan besarnya pendapatan keluarga. Model terbaik yang diperoleh adalah:

tan 421 . 2 459 . 3 152 . 0 204 . 16 ) (

ˆ x Umur TunjHariTua Pendp

g     (1)

Model 1 mengindikasikan bahwa dengan bertambahnya umur lansia dan ketika lansia mempunyai tunjangan hari tua, hal tersebut akan mengurangi keinginan lansia untuk bekerja. Variabel besaran pendapatan lansia menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan akan menaikkan keinginan lansia untuk bekerja.

Variabel-variabel yang berpengaruh pada status kesehatan lansia adalah variabel umur dan pendapatan keluarga, dengan model terbaik yang diperoleh adalah:

a PendKelu Umur

x

gˆ( )1.1800.033 0.309 arg

(2) Model 2 mengindikasikan bahwa bertambahnya umur akan menurunkan derajat kesehatan lansia dan peningkatan pendapatan keluarga akan menurunkan persepsi responden mengenai status kesehatannya.

Variabel tingkat pendidikan lansia berpengaruh signifikan terhadap status tunjangan hari tua, dengan model terbaik yang diperoleh adalah:

Pendidikan x

gˆ( )6.7670.855

(3)

(6)

iv PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan, karena perkenan-Nya penelitian “Determinan dari Status Kesehatan, Status Jaminan Sosial dan Status Pekerjaan Berdasarkan Karakteristik Sosial Ekonomi Lanjut Usia (Studi Lansia Pedesaan Di Provinsi Bali)” dapat dilaksanakan dengan baik dan Laporan Tahunan ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Terlaksananya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dirjen Dikti yang telah mendanai penelitian ini, sehingga penelitian ini bisa terlaksana.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng, sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana, atas dukungannya dalam kegiatan penelitian ini.

3. Bapak Ir. A.A.G. Raka Dalem, M.Sc. (Hons), selaku dekan FMIPA Universitas Udayana, atas dukungannya.

4. Teman-teman sejawat di FMIPA Universitas Udayana, yang turut memberikan sumbang saran dan dukungan.

5. Mahasiswa Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Udayana yang terlibat dalam pengumpulan data di lapangan, serta semua pihak yang turut membantu demi kelancaran kegiatan penelitian ini.

Laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak diterima dengan senang hati, demi perbaikan pelaksanaan peenelitian di tahun berikutnya. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kita semua

(7)

v DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

RINGKASAN... iii

PRAKATA... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Keutamaan Penelitian ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Konsep dan Definisi Lanjut Usia (Lansia) ... 4

2.2 Lansia dan Permasalahannya ... 6

2.3 Studi Pendahuluan ... 8

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 10

3.1 Tujuan Penelitian ... 10

3.2 Manfaat Penelitian ... 10

BAB IV. METODE PENELITIAN ... 11

4.1 Pemilihan Daerah Penelitian ... 11

4.2 Teknik Sampling ... 11

4.3 Teknik Pengumpulan Data ... 11

4.4 Variabel-variabel Penelitian ... 12

4.5 Metode Analisis Data ... 13

BAB V. HASIL YANG DICAPAI ... 16

5.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia Pedesaan Provinsi Bali ... 16

5.2 Model Status Pekerjaan Lansia ... 18

5.3 Model Status Kesehatan Lansia ... 21

5.4 Model Status Tunjangan Hari Tua Lansia ... 23

BAB VI. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA... .. 26

(8)

vi

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN... 27

7.1 Kesimpulan ... 27

7.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(9)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 5.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia Pedesaan Provinsi Bali ... 16 5.2 Hasil Uji Khi Kuadrat Status Pekerjaan dengan Karakteristik

Sosial Ekonomi ... 19 5.3 Hasil Uji Regresi Logistic Multivariate Status Pekerjaan Lansia ... 20 5.4 Hasil Uji Khi Kuadrat Status Kesehatan dengan Karakteristik

Sosial Ekonomi... ... 22 5.5 Hasil Uji Regresi Logistic Multivariate Status Kesehatan Lansia ... 23 5.6 Hasil Uji Khi Kuadrat Status Tunjangan Hari Tua dengan

(10)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Hasil dari pembangunan nasional telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup yang makin meningkat. Hal tersebut berdampak pada peningkatan jumlah penduduk lanjut usia. Fenomena peningkatan jumlah penduduk lanjut usia pada abad ini, menjadikan penduduk lansia sebagai salah satu kelompok sasaran pembangunan yang menjadi fokus perhatian pemerintah. Menurut BPS (2011), perubahan struktur penduduk lansia ini memberikan implikasi kepada perumusan dan arah kebijakan pembangunan, salah satunya untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk lansia.

Menanggapi kondisi tersebut maka diperlukan adanya penanganan yang lebih baik mengenai kesejahteraan lansia, karena lansia merupakan kelompok yang banyak mengalami kemunduran dari segi fisik, psikologi, sosial, ekonomi, dan kesehatan. Dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup lansia, perlu upaya pemberdayaan guna menunjang derajat kesehatan dan peningkatan mutu kehidupan lansia agar tidak menjadi beban bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakat.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, secara umum jumlah penduduk lansia di Indonesia sebanyak 18,04 juta orang atau 7,59 persen dari keseluruhan penduduk. Jumlah penduduk lansia perempuan (9,75 juta orang) lebih banyak dari jumlah penduduk lansia laki-laki (8,29 juta orang). Sebarannya jauh lebih banyak di daerah perdesaan (10,36 juta orang) dibandingkan di daerah perkotaan (7,69 juta orang). Bila dilihat dari hasil Sensus Penduduk 1971, jumlah penduduk lansia sekitar 5,31 juta orang atau 4,48 persen dari seluruh penduduk, dan menjadi empat kali lipat pada tahun 2010 yaitu sekitar 18,04 juta orang atau 7,59 persen. Jumlah penduduk lansia di Provinsi Bali sebanyak 380.115 orang atau 9,77 persen dari keseluruhan penduduk, dengan komposisi penduduk lansia perempuan sebesar 202.594 orang dan laki-laki 177.521 orang.

(12)

2

baik di daerah perkotaan (7,12 persen) maupun perdesaan (13,80 persen) dan lansia laki-laki di daerah perkotaan (7,12 persen) dan perdesaan (12,01 persen) (BPS, 2011).

Perubahan struktur penduduk mempengaruhi angka beban ketergantungan, salah satunya adalah beban ketergantungan penduduk lansia. Rasio ketergantungan penduduk lansia (old dependency ratio/ODR) adalah angka yang menunjukkan tingkat ketergantungan penduduk lansia pada penduduk usia produktif (15-59 tahun). Dari angka ini tercermin besarnya beban ekonomi yang harus ditanggung penduduk produktif untuk membiayai penduduk lansia. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa rasio ketergantungan penduduk lansia pada tahun 2010 di Provinsi Bali adalah sebesar 15,18, berarti bahwa untuk setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 15-16 orang penduduk lansia. Angka tersebut akan mengalami peningkatan seiring dengan tingginya angka harapan hidup penduduk Provinsi Bali.

Hasil Sensus Penduduk 2010 untuk Provinsi Bali, juga menunjukkan masih banyak lansia yang berperan sebagai kepala rumah tangga (37,69 persen), dimana lansia berperan sebagai pemimpin rumah tangga dan bertanggungjawab terhadap rumah tangga dari segi psikologis maupun ekonomi. Hal ini bertolak belakang dengan kondisi lansia, dimana memasuki masa tua seyogyanya lansia dapat menikmati hari tuanya tanpa beban yang berat. Tingginya persentase lansia yang menjadi tulang punggung keluarga didominasi oleh penduduk lansia laki-laki (65,03 persen).

Penduduk lansia yang termasuk dalam angkatan kerja merupakan lansia potensial. Mereka tergolong sebagai lansia produktif dan mandiri. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa dari keseluruhan penduduk lansia sekitar 54,20 persen diantaranya bekerja. Proporsi lansia laki-laki bekerja (65,35 persen) dan lansia perempuan (44,44 persen). Kondisi ini terjadi baik di daerah perdesaan maupun perkotaan.

(13)

3

Hal yang perlu dicermati adalah adanya pandangan bahwa peningkatan jumlah penduduk lansia akan meningkatkan beban penduduk usia produktif, jika dikaitkan dengan perhitungan rasio ketergantungan penduduk lansia (old dependency ratio/ODR), yang merupakan tingkat ketergantungan penduduk lansia pada penduduk usia produktif. Jika penduduk lansia tersebut semakin meningkat jumlahnya, maka beban penduduk usia produktif akan semakin besar. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak lansia yang bekerja untuk mencari nafkah, seperti yang diuraikan pada uraian hasil Sensus Penduduk 2010 di atas.

1.2 Keutamaan Penelitian

Menurut Affandi (2009), banyaknya lansia yang masih bekerja disebabkan oleh kebutuhan ekonomi yang relatif masih besar, serta secara fisik dan mental lansia tersebut masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Kebutuhan ekonomi yang relatif besar pada lansia kemungkinan disebabkan tidak/belum adanya jaminan sosial ekonomi yang memadai bagi lansia. Di Indonesia jaminan hari tua, seperti uang pensiun masih sangat terbatas untuk mereka yang bekerja di sektor formal saja, tidak untuk sektor informal. Oleh karena itu, perlu dipikirkan berbagai upaya untuk menjangkau lansia yang tidak punya pensiun atau jaminan hari tua., mengingat jumlah mereka lebih banyak dibanding lansia dari sektor formal.

(14)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dan Definisi Lanjut Usia (Lansia)

Pengertian lanjut usia menurut Undang-undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi “Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Menurut BPS, lansia adalah penduduk berumur 60 tahun ke atas. Sedangkan menurut Hardywinoto dan Setiabudhi (1999: 8), kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Penggolongan lansia menurut Depkes, digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu: (1) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia; (2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas); dan (3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

Berdasarkan aspek ekonomi, lansia (60 tahun ke atas) dikelompokkan menjadi (1) lansia yang produktif yaitu lansia yang sehat baik dari aspek fisik, mental maupun sosial; dan (2) lansia yang tidak produktif yaitu lansia yang sehat secara fisik, tetapi tidak sehat dari aspek mental dan sosial; atau sehat secara mental tetapi tidak sehat dari aspek fisik dan sosial; atau lansia yang tidak sehat baik dari aspek fisik, mental maupun sosial.

Secara demografis, pengelompokan penuaan penduduk dapat dilihat dari beberapa ukuran yaitu dependency ratio, persentase penduduk lansia, dan dari sisi umur median penduduk. Dari dependency ratio suatu penduduk disebut sebagai penduduk tua jika dependency ratio penduduk tuanya sudah di atas 10 persen. Dari persentase penduduk lansia, struktur penduduk lansianya sudah mencapai 7 persen ke atas. Sedangkan dari umur median penduduk, sebuah penduduk disebut sebagai penduduk tua jika umur mediannya 30 tahun ke atas.

(15)

5

perlu dipertimbangkan untuk menentukan batasan penduduk lansia adalah aspek biologi, ekonomi, sosial, dan usia atau batasan usia. Secara biologis, penduduk lansia adalah penduduk yang telah menjalani proses penuaan dalam arti menurunnya daya tahan fisik yang ditandai dengan semakin rentannya terhadap serangan berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usia, terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.

Ditinjau dari aspek ekonomi, penduduk lansia secara umum dipandang lebih sebagai beban daripada potensi sumber daya bagi pembangunan. Warga tua dianggap sebagi warga yang tidak produktif dan hidupnya perlu ditopang oleh generasi yang lebih muda. Bagi penduduk lansia yang masih memasuki lapangan pekerjaan, dianggap produktifitasnya sudah menurun, sehingga pada umumnya pendapatannya lebih rendah dibandingkan yang diterima oleh penduduk usia muda. Namun demikian tidak semua yang termasuk dalam kelompok umur lansia ini memiliki kualitas dan produktifitas rendah. Pada sebagian penduduk, kualitas penduduk usia tua tidak kalah dibandingkan mereka yang berada dalam kelompok umur muda, sebab di usia senja mereka telah memiliki cukup pendidikan dan pengalaman yang belum tentu dimiliki oleh kaum muda. Dari sudut pandang sosial, penduduk lansia merupakan suatu kelompok sosial tersendiri. Di negara Barat misalnya, penduduk lansia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini ditandai oleh keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh dalam pengambilan keputusan, serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun di usia tua. Namun di masyarakat tradisional di Asia pada umumnya, termasuk Indonesai, penduduk lansia menduduki kelas sosial yang tinggi, yang harus dihormati oleh masyarakat yang usianya lebih muda. Dari beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam mendefinisikan penduduk lanjut usia, pendekatan usia adalah yang paling memungkinkan untuk digunakan. Batasan usia ini mudah untuk diimplementasikan karena informasi tentang usia hampir selalu tersedia pada berbagai sumber data kependudukan.

(16)

6

tingkat kesehatan juga rendah. Hal tersebut tentunya akan menambah kesulitan bagi para lansia dan keluarganya. Disatu sisi mereka hidup miskin dan harus memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang layak. Lalu bagaimanakah kondisi mereka sebenarnya dan apa yang mestinya dilakukan pemerintah untuk menopang kelangsungan hidup mereka.

Selain itu, faktor keluarga juga amat menentukan di dalam perjalanan hidup para lansia dimana selama ini diyakini bahwa dukungan penduduk lanjut usia merupakan tanggung jawab keluarga, terutama anak, sesuai dengan nilai yang dianut oleh kebanyakan masyarakat bahwa menjaga orang tua yang masih berusia lanjut merupakan kewajiban anak sebagai keturunannya (Noveria dalam Affandi 2009). Disamping itu, banyak orang tua yang beranggapan bahwa anak merupakan tempat bergantung jika mereka sudah tua dan tidak sanggup hidup sendiri, baik karena alasan ekonomi maupun alasan kesehatan.

Nilai-nilai penghargaan terhadap orang tua tersebut tidak akan dapat bertahan, mengingat perubahan nilai-nilai kehidupan di atas akan berubah seiring dengan perubahan jaman. Hal ini dibuktikan dengan mulai banyak kasus orang tua yang terlantar, mulai dari gelandangan sampai dengan menumpuknya orang tua di panti jompo. Kondisi ini memaksa mereka untuk tetap menjadi anggota pasar kerja sangatlah dimungkinkan di masa depan (Affandi, 2009)

2.2 Lansia dan Permasalahannya

Tesis umum dari teori modernisasi adalah bahwa modernisasi secara relatif menghasilkan lansia dengan status lebih rendah di masyarakat manapun. Hasil Modernisasi berdampak pada peningkatan harapan hidup dan penurunan fertilitas karena teknologi modern membawa serta sarana untuk peningkatan hidup dan mengontrol kelahiran (Cowgill & Holmes, 1972). Konsekuensi dari modernisasi dan urbanisasi tentu akan memberikan kontribusi pada hilangnya banyak kekuasaan dan prestise dari orang tua dan juga mempengaruhi perawatan lansia (Cowgill, 1986).

(17)

7

dengan usia pensiun, pemanfaatan yang efektif dari tenaga usia lanjut dan pengaturan hidup yang tepat untuk orang tua, dan lainnya, dapat mendasari kebijakan penting yang perlu mendapatkan penanganan.

Masalah penuaan membutuhkan komitmen jangka panjang. Kebijakan harus dibuat sesegera mungkin dengan mempertimbangkan kondisi khusus dari budaya dan kondisi sosial untuk tiap-tiap daerah. Dalam semua negara di dunia, penuaan penduduk mengubah rasio ketergantungan dan secara dramatis meningkatkan jumlah lanjut usia yang akan membutuhkan perawatan.

Cantor (1989) menunjukkan bahwa meningkatnya jumlah lansia membawa perubahan dramatis dalam kehidupan keluarga, dalam sifat dan tingkat intervensi yang diperlukan untuk mendukung populasi yang menua, dan pengertian kita tentang peran keluarga dan masyarakat dalam menyediakan kebutuhan tersebut. Meskipun orang tua mengelola secara mandiri dengan hanya biasanya bantuan anggota keluarga, peningkatan jumlah usia lanjut dan orang yang menderita kelemahan dan ketidakmampuan memerlukan perawatan sosial yang lebih luas.

Peningkatan jumlah lansia menimbulkan berbagai masalah sosial dan ekonomi bagi keluarga dan negara. Perubahan dramatis dalam lingkungan yang lebih besar disebabkan oleh pembangunan ekonomi. Urbanisasi, industrialisasi, migrasi, dan globalisasi menyebabkan perubahan dalam struktur keluarga dan dukungan antar generasi lansia.

(18)

8

perawatan dari dokter desa. Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa status perkawinan responden, status pekerjaan, pendapatan bulanan keluarga, dan kebiasaan keracunan (habit of intoxication ) secara signifikan mempengaruhi status kesehatan lansia perempuan. Selanjutnya, analisis penyalahgunaan (abuse) menunjukkan bahwa sekitar 35 persen disalahgunakan, terutama secara mental karena kemiskinan. Analisis multivariat menunjukkan bahwa usia responden, status perkawinan, tingkat pendidikan dan status pekerjaan secara signifikan mempengaruhi penyalahgunaan (abuse) lansia perempuan. Temuan menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara pengaturan hidup, status kesehatan, dan penyalahgunaan (abuse).

Penelitian Milligan, K. & Tammy, S. (2008) tentang lansia bekerja, dari hasil surveI diperoleh tanggapan responden mengenai sikap tentang pekerjaan dan pension, diperoleh bahwa sebagian besar menyatakan memilih untuk berhenti bekerja ketika mereka pensiun dan banyak dari mereka yang ingin melanjutkan akan mencari pengaturan paruh waktu.

2.3 Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan telah dilakukan mengkhususkan pada model status pekerjaan lansia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Studi pendahuluan dilakukan di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, dengan pertimbangan di Kabupaten Badung, Kecamatan Mengwi memiliki penduduk lansia paling banyak (35,75%). Data studi pendahuluan diperoleh melalui penyebaran angket kepada para lansia yang berumur 60-74 tahun dan sudah pensiun. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan teknik

(19)

9

tanggungan, ada/tidaknya tunjangan hari tua, sedangkan tingkat pendidikan juga ikut berpengaruh tetapi secara tidak langsung.

Berdasarkan hasil analisis log linear diperoleh model log linear terbaik sebagai berikut:

3 log mijklmno = U + U756(omn) + U234(jkl) + U724(ojl) + U736(okn)

Persamaan di atas menjelaskan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi lansia masih bekerja adalah status dalam rumah tangga, status kawin, lama sakit dalam seminggu, ada atau tidaknya tanggungan, ada atau tidaknya tunjangan hari tua, sedangkan tingkat pendidikan juga ikut berpengaruh tetapi secara tidak langsung.

(20)

10

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

Secara keseluruhan penelitian ini diarahkan pada status kesehatan, jaminan sosial, dan status pekerjaan lansia, dengan tujuan sebagai berikut:

1. mengetahui secara luas latar belakang sosial ekonomi lansia;

2. mengetahui model dari status kesehatan lansia dan faktor-faktor yang memengaruhinya;

3. mengetahui model dari status jaminan sosial lansia dan faktor-faktor yang memengaruhinya;

4. mengetahui model dari status pekerjaan lansia dan faktor-faktor yang memengaruhinya.

Sehingga temuan yang didapatkan dari penelitian ini adalah: 1. model status kesehatan lansia,

2. model status jaminan sosial lansia, dan 3. model status pekerjaan

Dari model-model yang diperoleh merupakan acuan dalam revisi kebijakan tentang kesejahteraan lansia

3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh dapat sebagai sumber informasi bagi pengambil kebijakan maupun peneliti lain, mengenai kondisi nyata lansia di perdesaan Provinsi Bali, dalam hal ini akan diketahui gambaran secara umum tentang kararteristik sosial ekonomi lansia, meliputi status kesehatan, status jaminan social, dan status pekerjaan lansia.

Berdasarkan model yang diperoleh, yaitu model status kesehatan, status jaminan sosial dan status pekerjaan lansia, maka diketahui faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian dan perlu ditindaklanjuti oleh pengambil kebijakan dalam rangka perbaikan kebijakan tentang kesejahteraan lansia.

(21)

11

BAB IV

METODE PENELITIAN 4.1Pemilihan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di daerah perdesaan di 8 kabupaten yang ada di Provinsi Bali. Pemilihan lokasi penelitian yang merupakan wilayah perdesaan di 8 kabupaten di Provinsi Bali, mengacu pada klasifikasi perdesaan dan perkotaan di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik Tahun 2010 (Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010). Data dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari sumber primer, yaitu diambil secara langsung oleh peneliti menggunakan kuesioner dan angket.

4.2Teknik Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di perdesaan di Provinsi Bali. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode proportional stratified random sampling. Proportional stratified random sampling digunakan jika populasi memiliki anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional, serta dihitung berdasarkan perbandingan (Sugiyono, 2008). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 430 lansia, dengan rincian sebagai berikut: untuk setiap kabupaten dipilih secara acak 3 desa, selanjutnya secara proporsional diambil sampel di masing-masing desa. Banyaknya sampel yang diambil proporsional dengan jumlah lansia yang ada di masing-masing desa hingga tercapai jumlah sampel 430 lansia.

4.3 Teknik Pengumpulan Data

(22)

12

4.4 Variabel-variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Karakteristik sosial ekonomi yang dijabarkan dalam variabel berikut:

 Umur (tahun),

 Jenis kelamin, dikelompokkan: Laki-laki dan Perempuan

 Status perkawinan, dikelompokkan: Tidak kawin; Kawin; Cerai hidup; dan Cerai mati.

 Tingkat pendidikan, dikelompokan: tidak sekolah; SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi.

 Status dalam rumah tangga, dikelompokkan: Anggota rumah tangga dan Kepala rumah tangga

 Ada/Tidak Tanggungan, dikelompokkan: Tidak dan Ada

 Jumlah anggota keluarga yang masih ditanggung oleh responden: …… orang

 Lama sakit dalam satu minggu terakhir: ….. hari

 Keluhan sakit yang dialami, dikelompokkan: Panas; Pilek; Batuk; Asma; Diare; Lainnya (sebutkan)

 Jenis tunjangan hari tua yang dimiliki, dikelompokkan: Pensiunan, Asuransi Hari Tua, Jaminan Sosial Lanjut Usia, Lainnya (sebutkan)

 Jenis pekerjaan responden, dikelompokkan: Petani, Peternak, Pedagang, Lainnya (sebutkan)

 Jam kerja dalam satu minggu: …..jam

 Pendapatan rata-rata responden per bulan, dikelompokkan: tidak berpenghasilan; di bawah Rp.500.000; Rp.500.001-Rp.1.000.000; diatas Rp. 1.000.000 (sebutkan)

 Pendapatan keluarga rata-rata per-bulan, dikelompokkan: di bawah Rp. 1.000.000; Rp.1.000.001-Rp.2.000.000; di atas Rp.2.000.000 (sebutkan)

 Kepuasan terhadap kondisi ekonomi, dikelompokkan: Tidak dan Ya.

 Status ekonomi, dikelompokkan: tidak bergantung pada keluarga; bergantung pada keluarga

2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah:

(23)

13

Selain itu penilaian diri mengenai kesehatan adalah komponen umum dari survei berbasis populasi. Untuk mengetahui status kesehatan responden dalam penelitian ini diberikan pertanyaan: “bagaimaimana status kesehatan responden saat ini?” pilihan jawaban dikelompokkan sebagai: tidak sehat dan sehat.

 Status jaminan sosial, dikelompokkan: tidak mempunyai jaminan sosial; memiliki jaminan sosial (pensiunan, asuransi hari tua, jaminan sosial lanjut Usia (JSLU) untuk lansia tidak potensial, dan lainnya)

 Status Pekerjaan, dikelompokkan: tidak bekerja; bekerja dengan status berusaha sendiri; bekerja dengan status berusaha dibantu buruh, pekerja tidak dibayar; pekerja bebas; buruh/karyawan.

4.5 Metode Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini, mengikuti langkah-langkah berikut: 1. Melakukan analisis deskriptif untuk mendapatkan karakteristik sosial ekonomi

lansia dengan menentukan persentase variabel secara univariat.

2. Melakukan teknik analisis univariat menggunakan analisis Khi Kuadrat untuk mengetahui keterkaitan masing-masing variabel karakteristik sosial ekonomi lansia dengan status kesehatan lansia, status jaminan sosial, dan status pekerjaan lansia. Statistik uji analisis Khi Kuadrat dirumuskan sebagai berikut:



    I i J j ij ij ij hitung m m n 1 1 2 2 ˆ ˆ  dimana: ij

n = frekuensi pengamatan pada baris ke-i kolom ke-j

i

n = frekuensi pengamatan pada baris ke-i j

n = frekuensi pengamatan pada kolom ke-j

 

n = N = jumlah seluruh pengamatan

i = 1,2, ……, I

j = 1, 2, ……,J

Statistik uji tersebut, selanjutnya dibandingkan dengan distribusi 2 dengan derajat bebas

I1



J 1

dan risiko kesalahan  , serta kriteria penolakan H0
(24)

14

3. Melakukan teknik analisis multivariate menggunakan analisis regresi logistik untuk menentukan faktor-faktor yang memengaruhi status kesehatan, status jaminan sosial dan status pekerjaan lansia. Analisis regresi logistik menurut Hosmer dan Lemeshow (2000) merupakan metode regresi dengan variabel respon Y merupakan kategorik atau dikotomi, sedangkan variabel bebasnya merupakan variabel kategorik dan atau kontinu.

Model regresinya adalah x x pxp

x x x

g    

             

0 1 1 2 2  ) ( 1 ) ( ln ) ( Dengan:

β = parameter regresi x = variabel bebas

Semua data diedit, dikumpulkan, dan kemudian dianalisis menggunakan bantuan program statistik SPSS 19.0.

(25)
(26)

16

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia Perdesaan Provinsi Bali

Penelitian ini adalah penelitian tahun pertama yang memfokuskan pada determinan dari status kesehatan, status jaminan sosial dan status pekerjaan berdasarkan karakteristik sosial ekonomi lanjut usia di perdesaan di Provinsi Bali. Data yang diambil merupakan hasil jawaban responden lansia terhadap kuisioner yang disebar di delapan kabupaten di Bali. Data yang terkumpul adalah sebanyak 430 data. Hasil analisis deskriptif karakteristik sosial ekonomi lansia perdesaan Provinsi Bali dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1. Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia Perdesaan Provinsi Bali

Variabel N % Variabel N %

Status Bekerja 1. Tidak Bekerja 2. Bekerja

141 289

32,8 67,2

Ada tidak Tanggungan 1. Tidak ada

2. Ada 285 145 66,3 33,7 Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Wanita 231 199 53,7 46,3 Status Kesehatan 1. Tidak sehat 2. Sehat 159 271 37,0 63,0 Status Kawin

1. Belum Kawin 2. Kawin 3. Cerai Hidup 4. Cerai Mati

12 331 6 81 2,8 77,0 1,4 18,8

Tunjangan Hari Tua 1. Tidak ada

2. Ada 349 81 81,2 18,8 Tingkat Pndidikan 1. Tidak sekolah 2. SD 3. SMP 4. SMA 5. PT 193 180 26 20 11 44,9 41,9 6,0 4,7 2,6 Pendapatan 1. Tidak ada 2. < Rp.500.000 3. 500.000-1 juta 4. > 1 Juta

143 132 97 58 33,3 30,7 22,6 13,5 Status dalam Rumah Tangga 1.Anggota Rumah Tangga

2. Kepala Rumah Tangga 251 179 58,4 41,6 Pendapatan Keluarga 1. < 1 juta

2. 1.000.001 – 2 juta 3. > 2 juta

181 169 80 42,1 39,3 18,6

(27)

17

semakin besar. Alasan ekonomi yang menjadi sebab lansia bekerja juga dikemukakan oleh Sigit (1988), dengan masih bekerjanya lansia berarti mereka masih dapat menghidupi dirinya sendiri. Bahkan tidak sedikit lansia yang masih menghidupi keluarga anaknya yang tinggal bersamanya, karena mereka hidup dalam keluarga yang tidak mampu.

Deskripsi responden menurut ada/tidaknya tunjangan hari tua, diperoleh sebagian besar lansia (81.2%) tidak mempunyai tunjangan hari tua, dan sisanya mempunyai tunjangan hari tua, seperti tunjangan pensiun, asuransi hari tua, Jaminan sosial lanjut usia (JSLU), maupun tunjangan lainnya. Status kesehatan lansia, menunjukkan sebagian besar responden 63% dari 430 total lansia mempunyai status sehat, sedangkan sisanya 37% menyatakan tidak sehat. Karakteristik lansia yang lain, hasil penelitian menunjukkan bahwa 53.7% responden adalah lansia laki-laki dan 46,3% lansia wanita. Status kawin lansia menunjukkan bahwa 77% dengan status kawin, 18.8% status cerai mati, dan sisanya terdiri dari status belum kawin dan cerai hidup. Responden menurut statusnya dalam rumah tangga, menunjukkan 58.4% anggota rumah tangga dan 41.6% merupakan kepala rumah tangga. Karakteristik responden menurut ada/tidaknya tanggungan dalam rumah tangga, diperoleh sebagian besar lansia, yaitu 66,3% tidak mempunyai tanggungan, sedangkan sisanya menyatakan mempunyai tanggungan.

Variabel tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa sebagian besar lansia mempunyai tingkat pendidikan Tidak Sekolah sebesar 44,9%, SD 41,9%, sisanya 13,2% dengan status SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Secara keseluruhan, tingkat pendidikan lansia umumnya rendah, seperti halnya kondisi pendidikan penduduk Indonesia pada umumnya. Kondisi demikian sangat dimaklumi mengingat kebanyakan lansia pada saat usia sekolah, mereka hidup dalam jaman penjajahan pada masa itu, dan besar kemungkinan bahwa hanya sedikit dari mereka bersekolah, selain itu juga sarana pendidikan masih sangat terbatas dibandingkan sekarang.

(28)

18

mempunyai pekerjaan. Sama halnya dengan responden yang bekerja di sektor industri. Tingkat pendidikan yang ditamatkan responden sejalan dengan tingkat pekerjaan dan pendapatan yang diperoleh. Karena tingkat pendidikan responden rendah dan pekerjaan yang mereka peroleh adalah di sektor informal, penghasilan mereka rendah. Dengan kondisi seperti itu, mereka tidak dapat menabung/ menyisihkan uang untuk hari tua. Ketika mereka berhenti dari pekerjaan tidak mendapatkan tunjangan kesejahteraan hari tua, sehingga kondisi di lapangan mayoritas responden mempunyai pendapatan per bulan sangat sedikit.

Deskripsi pendapatan keluarga responden diperoleh sebanyak 42,1% dari 430 lansia dengan pendapatan kurang dari Rp. 1.000.000,-, pendapatan antara Rp. 1.000.001,- – Rp. 2.000.000,- sebanyak 39,3%, dan pendapatan lebih dari Rp. 2.000.000,- sebesar 18,6%. Deskripsi responden menurut ketergantungan ekonomi lansia terhadap anggota keluarga lain, menunjukkan bahwa 58,8% menyatakan tergantung, dan 41,2% menyatakan tidak tergantung secara ekonomi terhadap anggota keluarga lain. Jawaban responden mengenai pertanyaan apakah merasa puas terhadap kondisi ekonomi mereka saat ini, diperoleh 54,7% responden menyatakan tidak puas dan 45,3% menyatakan puas terhadap kondisi ekonomi mereka.

5.2 Model Status Pekerjaan Lansia

Masa pensiun seharusnya diisi dengan menikmati hari tua bersama anak dan cucu-cucunya, tetapi kenyataan di Provinsi Bali terutama di pedesaan masih ada 67,2% lansia yang berstatus bekerja. Alasan terbesar lansia ini masih bekerja adalah untuk menambah penghasilan dan membantu keuangan keluarga. Pekerjaan yang paling banyak ditekuni adalah pekerjaan kasar seperti buruh tani, buruh bangunan, dan sebagian lagi pedagang.

Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi lansia tersebut masih bekerja dapat dijelaskan dengan melakukan analisis statistic univariat dan multivariate. Analisis univariat dilakukan untuk melihat ada/tidaknya keterkaitan antara status pekerjaan lansia dengan karakteristik sosial ekonomi menggunakan statistik uji khi kuadrat. Hipotesis untuk uji ini adalah:

(29)

19

Hi: Ada keterkaitan status pekerjaan dengan variabel karakteristik sosial ekonomi

Tabel 5.2 Hasil Uji Khi Kuadrat Status Pekerjaan dengan Karakteristik Sosial Ekonomi

Status Pekerjaan Vs Variabel Karakteristik

Nilai Khi kuadrat

Nilai Sign. Keputusan

1. Tingkat Pendidikan 22.428 0.000 Tolak Ho

2. Status Kawin 22.390 0.000 Tolak Ho

3. Status dalam Rumah Tangga 18.600 0.000 Tolak Ho

4. Ada/tidaknya Tanggungan 26.178 0.000 Tolak Ho

5. Jenis Kelamin 6.896 0.009 Tolak Ho

6. Status Kesehatan 19.700 0.000 Tolak Ho

7. Ada/tidaknya Tunjangan Hari Tua 0.875 0.350 Terima Ho

8. Pendapatan 322.635 0.000 Tolak Ho

9. Pendapatan Keluarga 1.966 0.374 Terima Ho

10. Puas/tidak pada kondisi ekonomi 0.710 0.402 Terima Ho

11. Ketergantungan secara ekonomi pada keluarga lain

41.980 0.000 Tolak Ho

Hasil uji khi kuadrat pada Tabel 5.2 menjelaskan bahwa secara sendiri-sendiri tidak terlihat adanya keterkaitan antara status pekerjaan lansia dengan status ada/tidaknya tunjangan hari tua, pendapatan keluarga dan kepuasan pada kondisi ekonomi, ini terlihat dari nilai signifikansi yang lebih besar dari taraf nyata 5%, sehingga Ho diterima. Sedangkan hubungan antara status pekerjaan lansia dengan variabel karakteristik sosial lainnya signifikan yang menunjukkan adanya keterkaitan status pekerjaan dengan variabel-variabel ini.

(30)
[image:30.595.88.515.98.364.2]

20

Tabel 5.3. Hasil Uji Regresi Logistic Multivariate Status Pekerjaan Lansia Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step 1a Umur -0.111 0.027 17.250 1 0.000 0.895

JenisKlmn 0.646 0.427 2.292 1 0.130 1.908

StatusKwn -0.088 0.192 0.212 1 0.645 0.916

Pendidik 0.074 0.256 0.085 1 0.771 1.077

StatusRT 0.725 0.485 2.232 1 0.135 2.064

Tanggungan -0.047 0.441 0.012 1 0.914 0.954

StatKeshtn 0.242 0.346 0.488 1 0.485 1.274

TunjHariTua -1.384 0.537 6.644 1 0.010 0.251

Pendptan 2.688 0.295 83.290 1 0.000 14.701

PendKeluarga -0.464 0.257 3.265 1 0.071 0.629

PuasTarget -0.734 0.377 3.787 1 0.052 0.480

EkoTergntg -0.678 0.399 2.883 1 0.090 0.507

Constant 6.069 2.389 6.455 1 0.011 432.323

a. Variable(s) entered on step 1: Umur, JenisKlmn, StatusKwn, Pendidik, StatusRT, Tanggungan, StatKeshtn, TunjHariTua, Pendptan, PendKeluarga, PuasTarget, EkoTergntg.

Berdasarkan pada nilai signifikansinya yang lebih besar dari taraf nyata 5% dapat diputuskan variabel-variabel yang berpengaruh pada status bekerja lansia, yaitu: umur, ada tidaknya tunjangan hari tua, dan besarnya pendapatan keluarga. Maka model terbaik yang diperoleh adalah:

tan 421 . 2 459 . 3 152 . 0 204 . 16 ) (

ˆ x Umur TunjHariTua Pendp

g     (1)

Model 1 menunjukkan bahwa nilai OR untuk umur = 0,895 berarti bertambahnya umur satu tahun akan mengurangi keinginan lansia untuk bekerja 0,895 kali. Ketika bertambahnya umur lansia selalu diikuti dengan menurunnya derajat kesehatan, sehingga mengurangi pula keinginan untuk bekerja. Hal ini sejalan dengan hasil uji khi kuadrat (Tabel 5.2) untuk status kesehatan yang signifikan (sign. = 0.001 < α = 0.05) dengan status bekerja. Artinya sehat tidaknya lansia ada kaitan dengan bekerja tidaknya lansia.

(31)

21

Begitu pula pada variabel besaran pendapatan dengan nilai OR = 14,071 menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan akan menaikkan keinginan lansia untuk bekerja sebesar 14,071 kali.

Model 1 mengindikasikan bahwa dengan bertambahnya umur lansia dan ketika lansia mempunyai tunjangan hari tua, hal tersebut akan mengurangi keinginan lansia untuk bekerja. Variabel besaran pendapatan lansia menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan akan menaikkan keinginan lansia untuk bekerja.

Dengan banyaknya lansia yang bekerja, perlu dipikirkan lapangan pekerjaan dan jenis pekerjaan yang sesuai dengan kondisi mereka. Mereka masih tetap menjadi modal pembangunan, tanpa mengurangi kesempatan bekerja untuk penduduk usia produktif. Namun, kondisi seperti ini perlu didukung adanya jaminan sosial yang dapat membantu kebutuhan lansia, terutama untuk lansia yang bekerja di sektor informal.

5.3 Model Status Kasehatan Lansia

Bertambahnya umur pada lansia selalu berkaitan dengan kondisi kesehatan mereka. Ketika memasuki masa lansia adalah hal wajar bila diikuti pula dengan menurunnya derajat kesehatannya. Hal-hal apa saja yang dapat berpengaruh pada status kesehatan lansia ini dapat dilihat dari model status kesehatan yang diperoleh baik berdasarkan analisis univariat maupun analisis multivariat.

Hasil uji univariat dengan analisis khi kuadrat pada status kesehatan lansia terlihat pada Tabel 5.4. Analisis ini adalah untuk melihat ada tidaknya keterkaitan antara status kesehatan dengan karakteristik sosial ekonomi, dengan hipotesis yang diuji adalah Ho: Tidak ada keterkaitan status kesehatan dengan variable karakteristik social ekonomi Hi: Ada keterkaitan status kesehatan dengan variabel karakteristik sosial ekonomi.

(32)

22

[image:32.595.89.529.152.375.2]

pada kondisi ekonomi dan ada tidaknya ketergantungan sektor ekonomi pada keluarga lain dengan status kesehatan.

Tabel 5.4. Hasil Uji Khi Kuadrat Status Kesehatan dengan Karakteristik Sosial Ekonomi

Status Kesehatan vs Variabel Karakteristik

Nilai Khi kuadrat

Nilai Sign. Keputusan

1. Tingkat Pendidikan 94.182 0.000 Terima Ho

2. Status Kawin 4.143 0.246 Tolak Ho

3. Status dalam Rumah Tangga 10.848 0.001 Tolak Ho

4. Ada tidaknya Tanggungan 4.188 0.041 Tolak Ho

5. Jenis Kelamin 9.336 0.002 Tolak Ho

7. Pendapatan 45.152 0.000 Tolak Ho

8. Pendapatan Keluarga 39.478 0.000 Tolak Ho

9. Puas/tidak pd kondisi ekonomi 24.241 0.000 Tolak Ho

10. Ketergantungan sektor ekonomi pada keluarga lain

13.191 0.000 Tolak Ho

Analisis selanjutnya adalah melakukan pengujian secara simultan atau serempak dan analisis secara parsial untuk mengetahui variabel karakteristik mana saja yang berpengaruh pada status kesehatan lansia. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik biner dengan variabel responnya adalah status kesehatan berkategori sehat dan tidak sehat.

Berdasarkan Tabel 5.5 variabel yang berpengaruh pada status kesehatan lansia adalah variable dengan tingkat signifikansi (sig.) lebih kecil 0.05. Ada dua variabel yang signifikan berpengaruh yaitu variabel umur dan pendapatan keluarga, oleh karena itu model terbaik yang diperoleh adalah:

a PendKelu Umur

x

gˆ( )1.1800.033 0.309 arg

(33)

23

[image:33.595.88.518.174.433.2]

tergolong tinggi cenderung mempersepsi diri mempunyai status kesehatan tidak sehat. Berbeda dengan lansia dengan pendapatan keluarga yang tergolong rendah cenderung mempersepsi diri bahwa status kesehatan mereka sehat.

Tabel 5.5 Hasil Uji Regresi Logistic Multivariate Status Kesehatan Lansia Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Umur -0.033 0.016 4.024 1 0.045 0.968

JenisKlmn 0.340 0.303 1.253 1 0.263 1.405

StatusKwn -0.053 0.134 0.157 1 0.692 0.948

Pendidik 0.214 0.156 1.894 1 0.169 1.239

StatusRT 0.522 0.325 2.575 1 0.109 1.685

Tanggungan 0.271 0.261 1.076 1 0.300 1.311

TunjHariTua 0.488 0.331 2.171 1 0.141 1.629

StatKerja 0.239 0.328 0.529 1 0.467 1.269

Pendptan 0.298 0.168 3.138 1 0.076 1.347

PendKeluarga -0.309 0.157 3.862 1 0.049 0.734

PuasTarget 0.453 0.239 3.604 1 0.058 1.574

EkoTergntg 0.288 0.246 1.373 1 0.241 1.334

Constant -1.180 1.674 0.497 1 0.481 0.307

a. Variable(s) entered on step 1: Umur, JenisKlmn, StatusKwn, Pendidik, StatusRT, Tanggungan, TunjHariTua, StatKerja, Pendptan, PendKeluarga, PuasTarget, EkoTergntg.

5.4 Model Status Tunjangan Hari Tua Lansia

Secara umum di Indonesia tunjangan hari tua biasanya diberikan hanya pada pekerja formal berupa uang pensiunan, hanya sedikit yang memberikan tunjangan hari tua pada pekerja informal. Padahal sebagian besar masyarakat di Indonesia bekerja pada sector informal. Hasil analisis deskriptif menunjukkan dari 430 lansia yang menjadi responden dalam penelitian ini hanya 81 orang (18,8%) yang mempunyai tunjangan hari tua, sisanya 349 orang (81,2%) tidak memiliki tunjangan hari tua. Variabel karakteristik sosial mana saya yang terkait dengan ada tidaknya tunjangan hari tua ini dapat dilihat dari hasil analisis univariat pada Tabel 5.6.

(34)

24

[image:34.595.91.529.165.411.2]

keterkaitan dengan ada tidaknya tunjangan hari tua. Sedangkan variabel lainnya mempunyai keterkaitan dengan status tunjangan hari tua.

Tabel 5.6 Hasil Uji Khi Kuadrat Status Tunjangan Hari Tua dengan Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia

Ada Tidaknya Tunjangan Hari Tua vs Variabel Karakteristik

Nilai Khi kuadrat

Nilai Sign. Keputusan

1. Tingkat Pendidikan 94.182 0.000 Tolak Ho

2. Status Kawin 4.143 0.246 Terima Ho

3. Status dalam Rumah Tangga 10.848 0.001 Tolak Ho

4. Ada tidaknya Tanggungan 4.188 0.041 Tolak Ho

5. Jenis Kelamin 9.336 0.002 Tolak Ho

6. Status Kesehatan 11.837 0.001 Tolak Ho

7. Pendapatan 45.152 0.000 Tolak Ho

8. Pendapatan Keluarga 39.478 0.000 Tolak Ho

9. Puas/tidak pd kondisi ekonomi 24.241 0.000 Tolak Ho

10. Ketergantungan sektor ekonomi pada keluarga lain

13.191 0.000 Tolak Ho

Analisis selanjutnya adalah menentukan model terbaik dengan analisis regeri logistic multivariate. Hasilnya seperti yang tertera pada Tabel 5.7, menunjukkan bahwa hanya variabel tingkat pendidikan lansia yang signifikan berpengaruh terhadap status tunjangan hari tua, dengan model terbaik yang diperoleh adalah:

Pendidikan x

gˆ( )6.7670.855

(3)

(35)
[image:35.595.90.515.101.361.2]

25

Tabel 5.7 Hasil Uji Regresi Logistic Multivariate Status Tunjangan Hari Tua Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Umur 0.038 0.022 3.024 1 0.082 1.039

JenisKlmn -0.581 0.432 1.808 1 0.179 0.560

StatusKwn 0.251 0.199 1.593 1 0.207 1.285

Pendidik 0.855 0.166 26.527 1 0.000 2.351

StatusRT -0.114 0.426 0.071 1 0.789 0.892

Tanggungan 0.409 0.325 1.578 1 0.209 1.505

StatKeshtn 0.531 0.336 2.494 1 0.114 1.700

StatKerja -0.477 0.445 1.151 1 0.283 0.620

Pendptan 0.233 0.196 1.413 1 0.234 1.262

PendKeluarga 0.019 0.212 0.008 1 0.929 1.019

PuasTarget 0.473 0.319 2.202 1 0.138 1.605

EkoTergntg -0.385 0.313 1.510 1 0.219 0.680

Constant -6.767 2.431 7.747 1 0.005 0.001

(36)

26

BAB VI

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

6.1 Rencana Tahap Penelitian Tahun II

Berdasarkan hasil penelitian tahap pertama untuk daerah perdesaan ditemukan sebagian besar lansia masih bekerja dan minimya lansia yang mempunyai jaminan sosial seperti asuransi hari tua, pensiunan, jaminan sosial lanjut usia (JSLU), dan jenis jaminan sosial lainnya.

Berdasarkan hal tersebut muncul pertanyaan, bagaimanakah kondisi lansia di perkotaan Provinsi Bali? Apakah rekomendasi kebijakan yang diberikan berdasarkan hasil penelitian di perdesaan ini dapat dijadikan acuan untuk revisi kebjakan kesejahteraan lansia di perkotaan? Apakah model dari status kesehatan, status jaminan social, dan status pekerjaan lansia untuk lansia perdesaan bisa menjadi acuan untuk menyusun kebijakan lansia perkotaan? Bagaimanakah latar belakang, kondisi status kesehatan, status jaminan sosial, dan status pekerjaan lansia di perkotaan?

(37)

27

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Latar belakang sosial ekonomi lansia diperoleh sebagian besar lansia mempunyai status bekerja, yaitu sebanyak 67,2% dan 32,8% tidak bekerja. Alasan masih bekerja, sebagian besar responden menyatakan karena secara fisik dan mental masih merasa mampu dan kuat bekerja dan desakan ekonomi berupa pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin besar.

Deskripsi responden menurut ada/tidaknya tunjangan hari tua, diperoleh sebagian besar lansia (81.2%) tidak mempunyai tunjangan hari tua, dan sisanya mempunyai tunjangan hari tua, seperti tunjangan pensiun, asuransi hari tua, Jaminan sosial lanjut usia (JSLU), maupun tunjangan lainnya. Status kesehatan lansia, menunjukkan sebagian besar responden 63% dari 430 total lansia mempunyai status sehat, sedangkan sisanya 37% menyatakan tidak sehat.

Karakteristik lansia yang lain, hasil penelitian menunjukkan bahwa 53.7% responden adalah lansia laki-laki dan 46,3% lansia wanita, dengan status kawin sebesar 77%, 18.8% status cerai mati, dan sisanya terdiri dari status belum kawin dan cerai hidup. Responden menurut statusnya dalam rumah tangga, menunjukkan 58.4% anggota rumah tangga dan 41.6% merupakan kepala rumah tangga. Karakteristik responden menurut ada/tidaknya tanggungan dalam rumah tangga, diperoleh sebagian besar lansia, yaitu 66,3% tidak mempunyai tanggungan, sedangkan sisanya menyatakan mempunyai tanggungan, dengan rata-rata tanggungan 2 orang.

Sebagian besar lansia mempunyai tingkat pendidikan Tidak Sekolah sebesar 44,9%, SD 41,9%, sisanya 13,2% dengan status SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Secara keseluruhan, tingkat pendidikan lansia umumnya rendah.

(38)

28

2.000.000,- sebesar 39,3%, dan pendapatan lebih dari Rp. 2.000.000,- sebesar 18,6%. Deskripsi responden menurut ketergantungan secara ekonomi terhadap anggota keluarga lain, menunjukkan bahwa 58,8% menyatakan tergantung, dan 41,2% menyatakan tidak tergantung secara ekonomi terhadap anggota keluarga lain. Sebanyak 54,7% responden menyatakan tidak puas dan 45,3% menyatakan puas terhadap kondisi ekonomi mereka saat ini.

Model yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara status pekerjaan lansia dengan variabel karakteristik sosial ekonomi lansia adalah model regresi logistic biner. Hasil uji diperoleh variabel-variabel yang berpengaruh pada status bekerja lansia, yaitu: umur, ada tidaknya tunjangan hari tua, dan besarnya pendapatan keluarga. Model terbaik yang diperoleh adalah:

tan 421 . 2 459 . 3 152 . 0 204 . 16 ) (

ˆ x Umur TunjHariTua Pendp

g     (1)

Model 1 mengindikasikan bahwa dengan bertambahnya umur lansia dan ketika lansia mempunyai tunjangan hari tua, hal tersebut akan mengurangi keinginan lansia untuk bekerja. Variabel besaran pendapatan lansia menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan akan menaikkan keinginan lansia untuk bekerja.

Variabel-variabel yang berpengaruh pada status kesehatan lansia adalah variabel umur dan pendapatan keluarga, dengan model terbaik yang diperoleh adalah:

a PendKelu Umur

x

gˆ( )1.1800.033 0.309 arg

(2) Model 2 mengindikasikan bahwa bertambahnya umur akan menurunkan derajat kesehatan lansia dan peningkatan pendapatan keluarga akan menurunkan persepsi responden mengenai status kesehatannya. Lansia dengan pendapatan keluarga yang tergolong tinggi cenderung mempersepsi diri mempunyai status kesehatan tidak sehat. Berbeda dengan lansia dengan pendapatan keluarga yang tergolong rendah cenderung mempersepsi diri bahwa status kesehatan mereka sehat.

Variabel tingkat pendidikan lansia berpengaruh signifikan terhadap status tunjangan hari tua, dengan model terbaik yang diperoleh adalah:

Pendidikan x

gˆ( )6.7670.855

(3)

(39)

29

7.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka beberapa hal yang dapat disarankan adalah:

1. Kondisi banyaknya lansia yang bekerja, perlu dipikirkan lapangan pekerjaan dan jenis pekerjaan yang sesuai dengan kondisi mereka. Mereka masih tetap menjadi modal pembangunan, tanpa mengurangi kesempatan bekerja untuk penduduk usia produktif. Namun, kondisi seperti ini perlu didukung adanya jaminan sosial yang dapat membantu kebutuhan lansia, terutama untuk lansia yang bekerja di sektor informal.

(40)

30

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Moch. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penduduk Lanjut Usia

Memilih Untuk Bekerja. Journal of Indonesian Applied Economics, Vol. 3 No. 2 Oktober 2009, 99-110

Anonim. Referensi Kesehatan. http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/lansia/ diakses pada tanggal 25 April 2012.

BPS. 2010. Peraturan Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010, Tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

_______. 2011. Statistik Penduduk Lanjut Usia Indonesia 2010 Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

_______. 2011. Statistik Penduduk Lanjut Usia Provinsi Bali 2010 Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Cantor, Marjorie H. 1989. Social Care: Family and Community Support Systems.

ANNALS, AAPSS.

Chen, Hsiao-hung Nancy. 2007. Social Safety Nets and Socio-economic Disparity Under Globalization, Department of Sociology, Taiwan: National Chengchi University Taipei.

Cowgill, Donald O. & Holmes, Lowell D. (Editors). 1972. Aging and Modernization, New York: Appleton-Century-Crofts

Cowgill, D. 1986 . Ageing Around the World. Belmont, CA.: Wadsworth Publishing Co.

Fillenbaum, G. G. 1984. “The Well-being of the Elderly: Approaches to

Multidimensional Assessment”, World Health Organization. Publication No.84.

Geneva, WHO.

Hardywinoto dan Setiabudi, T, 1999. Panduan Geontorologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek. Jakarta: Penerbit PT GramediaPustaka Jakarta Utama.

Hosmer, DW & S. Lemeshow. 2000. Apllied Logistik Regression . New York: John Wiley and Sons.

Kantor Menteri Negara Kependudukan / BKKBN, 1998. Demografi Multiregional. Jakarta.

Milligan, K. & Tammy S. 2008. Working While Receiving a Pension: Will Double Dipping Change The Elderly Labour Market? Paper prepared for the John Deutsch Institute conference on Retirement Policy Issues in Canada, held in Kingston Ontario on October 25-26, 2007

Munsur, Ahmed Mohammad; Tareque, Ismail; and Rahman, K. M. Mustafizur. 2010. Determinants of Living Arrangements, Health Status and Abuse among Elderly Women: A Study of Rural Naogaon District, Bangladesh. Journal of

International Women's Studies, 11(4), 162-176. Dalam: http://vc.bridgew.edu/jiws/vol11/iss4/12

(41)

DETERMINAN DARI STATUS

KESEHATAN, STATUS

JAMINAN SOSIAL DAN

STATUS PEKERJAAN

BERDASARKAN

KARAKTERISTIK SOSIAL

EKONOMI LANJUT USIA

(STUDI LANSIA PEDESAAN DI

PROVINSI BALI)

by

Desak Putu Eka Nilakusmawati

FILE

T IME SUBMIT T ED 23- JAN- 2016 08:52PM

SUBMISSION ID 623159048

WORD COUNT 7416

CHARACT ER COUNT 48066

9-

(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)

14

%

SIMILARIT Y INDEX

14

%

INT ERNET SOURCES

3

%

PUBLICAT IONS

6

%

ST UDENT PAPERS

1

2

%

2

1

%

3

1

%

4

1

%

5

1

%

6

1

%

7

1

%

8

1

%

DETERMINAN DARI STATUS KESEHATAN, STATUS

JAMINAN SOSIAL DAN STATUS PEKERJAAN

BERDASARKAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI

LANJUT USIA (STUDI LANSIA PEDESAAN DI PROVINSI

BALI)

ORIGINALITY REPORT

PRIMARY SOURCES

www.damandiri.or.id

Int ernet Source

www.mpsppmuh.or.id

Int ernet Source

kti-akbid.blogspot.com

Int ernet Source

www.slideshare.net

Int ernet Source

nepjol.info

Int ernet Source

hotrospss.blogspot.com

Int ernet Source

vc.bridgew.edu

Int ernet Source

iwakpin.blogspot.com

(74)

9

<

1

%

10

<

1

%

11

<

1

%

12

<

1

%

13

<

1

%

14

<

1

%

15

<

1

%

16

<

1

%

17

<

1

%

18

<

1

%

19

<

1

%

20

<

1

%

digilib.unimus.ac.id

Int ernet Source

madib.blog.unair.ac.id

Int ernet Source

tyaarumkusuma.blogspot.com

Int ernet Source

Submitted to iGroup

St udent Paper

eprints.uns.ac.id

Int ernet Source

www.statcan.gc.ca

Int ernet Source

www.bridgew.edu

Int ernet Source

Submitted to Unika Soegijapranata

St udent Paper

repository.unhas.ac.id

Int ernet Source

www.nomorperdanasuper.com

Int ernet Source

doc.farmasi.asia

Int ernet Source

Noveria, Mita. "Grandchildren Caregiving:

(75)

21

<

1

%

22

<

1

%

23

<

1

%

24

<

1

%

25

<

1

%

26

<

1

%

27

<

1

%

28

<

1

%

29

<

1

%

in West Java)", Journal of Population Ageing,

2015.

Publicat ion

Suyasa, I Gede Putu Darma, Lily Dongxia

Xiao, Penelope Ann Lynn, Pawel Piotr Skuza,

and Jan Paterson. "Prevalence of faecal

incontinence in community-dwelling older

people in Bali, Indonesia : Faecal

incontinence in Bali elderly", Australasian

Journal on Ageing, 2014.

Publicat ion

sitiroikhanah.blogspot.com

Int ernet Source

www.dinkespurworejo.go.id

Int ernet Source

pt.slideshare.net

Int ernet Source

repository.uin-suska.ac.id

Int ernet Source

www.pps.unud.ac.id

Int ernet Source

keperawatan.unsoed.ac.id

Int ernet Source

library.um.ac.id

Int ernet Source
(76)

30

<

1

%

31

<

1

%

32

<

1

%

33

<

1

%

34

<

1

%

35

<

1

%

36

<

1

%

37

<

1

%

38

<

1

%

39

<

1

%

40

<

1

%

41

<

1

%

www.econ.ubc.ca

Int ernet Source

www.researchgate.net

Int ernet Source

downloads-kumpulan-referensi-skripsi.blogspot.com

Int ernet Source

wwwmuhammadbayu.blogspot.com

Int ernet Source

www.kampusmajapahit.ac.id

Int ernet Source

umk.ac.id

Int ernet Source

beritahankam.blogspot.com

Int ernet Source

eprints.uny.ac.id

Int ernet Source

repository.usu.ac.id

Int ernet Source

ebookmarket.org

Int ernet Source

prezi.com

Int ernet Source
(77)

42

<

1

%

43

<

1

%

44

<

1

%

45

<

1

%

EXCLUDE QUOT ES OFF

EXCLUDE BIBLIOGRAPHY

OFF

EXCLUDE MAT CHES OFF

digilib.stikeskusumahusada.ac.id

Int ernet Source

marlinasulistianingsih.blogspot.com

Int ernet Source

www.growlife.com

Int ernet Source

Gambar

Tabel 5.1. Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia  Perdesaan Provinsi Bali
Tabel 5.2  Hasil Uji Khi Kuadrat Status Pekerjaan dengan Karakteristik Sosial  Ekonomi
Tabel 5.3. Hasil Uji Regresi Logistic Multivariate Status Pekerjaan Lansia
Tabel 5.4. Hasil Uji Khi Kuadrat Status Kesehatan dengan Karakteristik Sosial  Ekonomi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Rangkaian kata di atas akan menjadi kalimat baku jika dilakukan hal berikut.. Kata dalam dihilangkan dan kata memutuskan diubah menjadi

Kesalahan konsep terbanyak terjadi karena siswa gagal atau salah dalam mengidentifikasi bangun dalam soal, sehingga siswa tidak mampu menentukan rumus atau

Mie kering dengan bahan dasar tepung ubi jalar perlakuan terbaik memiliki rerata nilai kesukaan warna mie kering ubi jalar sebesar 4.2 (netral) untuk parameter aroma sebesar

Secara umum penambahan E.burtonii yang terlalu awal (hari ke 2) pada semua level konsentrasi, menyebabkan penurunan produksi pigmen merah oleh semua strain M

Pengaruh Jarak Tanam Inang Sekunder Kayu Putih (Melaleuca leucadendron Linn.) terhadap Pertumbuhan Semai Cendana (Santalum album Linn.) Sampai Umur 4,5 Bulan di Petak

Software ini sangat mudah digunakan, karena tidak menggunakan bahasa pemrograman, hanya dengan mendrag and drop icon-icon yang tersedia pada pustaka icon program ke dalam lembaran

There are many kinds to learn about English like grammar and speaking, but the writer only focuses on the influence of the application of the direct method

Andriani, SE, MM., dan Amrul Mutaqin, M.EI : Peran Spiritual Quotient Pemimpin Dalam Upaya Optimalisasi Kinerja Karyawan (Studi Kasus Di Lembaga Managemen Infaq Kota