• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN WILLIAMS FLEXION EXERCISE (WFE) LEBIH BAIK DARI PADA BACK STRENGTHENING EXERCISE (BSE) DENGAN KOMBINASI INTERVENSI INFRA RED DAN MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI FUNGSIONAL PADA PEKERJA BURUH BANGUNAN PENDERITA LBP MIOGENIK DI BANJAR DAKDAKAN DE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERIAN WILLIAMS FLEXION EXERCISE (WFE) LEBIH BAIK DARI PADA BACK STRENGTHENING EXERCISE (BSE) DENGAN KOMBINASI INTERVENSI INFRA RED DAN MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI FUNGSIONAL PADA PEKERJA BURUH BANGUNAN PENDERITA LBP MIOGENIK DI BANJAR DAKDAKAN DE"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PEMBERIAN

WILLIAM’S FLEXION EXERCISE

(WFE) LEBIH

BAIK DARI PADA

BACK STRENGTHENING EXERCISE

(BSE)

DENGAN KOMBINASI INTERVENSI

INFRA RED

DAN

MASSAGE

TERHADAP PENURUNAN NYERI FUNGSIONAL

PADA PEKERJA BURUH BANGUNAN PENDERITA LBP

MIOGENIK DI BANJAR DAKDAKAN DESA ABIANTUWUNG

KECAMATAN KEDIRI TABANAN

MADE ADITYA YOGI GUNTARA

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Nama : Made Aditya Yogi Guntara

NIM : 1202305032

Judul Skripsi : “Pemberian William’s Flexion Exercise (WFE) lebih baik

dari pada Back Strengthening Exercise (BSE) pada

Intervensi Infra Red dan Massage Terhadap Penurunan

Nyeri Fungsional pada Pekerja Buruh Bangunan Penderita

LBP Miogenik di Banjar Dakdakan Desa Abiantuwung

Kecamatan Kediri Tabanan”

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa oleh Dosen Pembimbing Skripsi untuk

diajukan ke Sidang Skripsi.

Denpasar, 9 Mei 2016

Komisi Pembimbing

Pembimbing I

(I Made Niko Winaya, SKM, Sst.Ft, M.Fis)

Pembimbing II

(dr. I Putu Adiartha Griadhi, M.Fis)

(3)

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS

KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

Denpasar, 13 Mei 2016

Pembimbing I

(I Made Niko Winaya, SKM, Sst.Ft, M.Fis)

Pembimbing II

(dr. I Putu Adiartha Griadhi, M.Fis)

NIP. 19761125 200501 1 002

Penguji

(Dr. dr. I Made Muliarta, M.Kes)

(4)

iv

SKRIPSI

PEMBERIAN

WILLIAM’S FLEXION EXERCISE

( WFE)

LEBIH BAIK DARI PADA

BACK STRENGTHENING

EXERCISE

(BSE) DENGAN KOMBINASI INTERVENSI

INFRA RED

DAN

MASSAGE

TERHADAP PENURUNAN

NYERI FUNGSIONAL PADA PEKERJA BURUH BANGUNAN

PENDERITA LBP MIOGENIK DI BANJAR DAKDAKAN

DESA ABIANTUWUNG KECAMATAN KEDIRI TABANAN

TELAH DIUJIKAN DIHADAPAN TIM PENGUJI PADA HARI: JUMAT

TANGGAL: 13 MEI 2015

MENGETAHUI

KETUA

PS FISIOTERAPI FK UNUD

Prof.Dr.dr.I.N.Adiputra, MOH, PFK NIP. 19471211 197602 1 001 DEKAN

FK UNIVERSITAS UDAYANA

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

“Pemberian William’s Flexion Exercise lebih baik dari pada Back Strengthening

Exercise pada Intervensi Infra Red dan Massage Terhadap Penurunan Nyeri

Fungsional pada Pekerja Buruh Bangunan Penderita LBP Miogenik di Banjar

Dakdakan Desa Abiantuwung Kecamatan Kediri Tabanan”.

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

sarjana Fisioterapi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan

Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu

dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan Skripsi

ini, yaitu kepada:

1. Prof.Dr.dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes selaku dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana.

2. Prof.Dr.dr.I Nyoman Adiputra, MOH, PFK selaku ketua Program Studi

Fisioterapi Universitas Udayana.

3. I Made Niko Winaya SKM, SSt.Ft, M.Fis selaku pembimbing sekaligus

pengajar yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam

(6)

vi

4. dr. I Putu Adiartha Griadhi, M.Fis selaku pembimbing sekaligus pengajar

yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan

skripsi ini

5. Dosen-dosen pengajar dan staf Program Studi Fisioterapi yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini

6. Ibu, Bapak dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan

semangat untuk menyelesaikan skripsi ini

7. Seluruh teman-teman Axoplasmic yang selalu membantu dan memberikan

semangat.

8. Seluruh kerabat dan sejawat yang tidak mungkin penulis sebutkan satu

persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak penulis sangat

harapkan.

Denpasar, 9 Mei 2016

(7)

PEMBERIAN WILLIAM’S FLEXION EXERCISE (WFE) LEBIH BAIK DARI PADA BACK STRENGTHENING EXERCISE (BSE) DENGAN KOMBINASI INTERVENSI INFRA RED DAN MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI FUNGSIONAL PADA PEKERJA BURUH BANGUNAN PENDERITA

LBP MIOGENIK DI BANJAR DAKDAKAN DESA ABIANTUWUNG KECAMATAN KEDIRI TABANAN

ABSTRAK

Nyeri punggung bawah miogenik adalah nyeri pada punggung bawah yang disebabkan oleh gangguan pada unsur tendomusculer tanpa disertai dengan gangguan neurologis antara vertebra torakal 12 sampai dengan bagian bawah pinggul dan anus. Back Strengthening Exercise dan William Flexion Exercise pada intervensi kombinasi Infra Red dan Massage adalah teknik intervensi penurunan nyeri padasubyek dengan keluhan sakit punggung bawah.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah adanya perbedaan pemberian Back Strengthening Exercise dengan William’s Flexion Exercise pada intervensi kombinasi Infra Red dan Massage lebih baik dalam menurunkan Low Back Pain Miogenik pada pekerja buruh bangunan di Banjar Dakdakan, Tabanan.

Penelitian eksperimental dengan rancangan Pre and Post Test Control GroupDesign. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling.Sampel merupakan 18 orang pekerja buruh bangunan di Banjar Dakdakan dengan nyeri punggung bawah yang dipilih berdasarkan skor Modified Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire dengan nilai >20%.Rerata selisih penurunan skor nyeri fungsional Low Back Pain Miogenik pada kelompok Back Strengthening Exercise dan kelompok William’s Flexion Exercise diuji dengan Independent t-test

Hasil analisis untuk skor nyeri fungsional punggung bawah non-spesifik menunjukkan bahwa rerata selisih penurunan nyeri fungsional punggung bawah non-spesifik yang bermakna pada kelompok Back Strengthening Exercise dan kelompok William’s Flexion Exercise (14,55 dan 22,88) dengan nilai p = 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa intervensi William’s Flexion Exercise menghasilkan penurunan skor nyeri fungsional punggung bawah miogenik lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan intervensi Back Strengthening Exercise

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian intervensi William’s Flexion Exercise lebih baik dalam menurunkan nyeri fungsional punggung bawah Miogenik dari pada pemberian Back Strengthening Exercise pada intervensi Infra Red dan Massage pada Pekerja Buruh Bangunan di Banjar Dakdakan, Tabanan

(8)

viii

GIVING WILLIAM’S FLEXION EXERCISE (WFE) IS BETTER THAN BACK

STRENGTHENING EXERCISE (BSE)WITH INFRA RED COMBINATION OF INTERVENTION AND MASSAGE TO DECREASE PAIN FUNCTIONAL

BY THE BUILDING WORKERS WHICH SUFFER LBP MIOGENIC AT THE REGION OF DAKDAKAN ABIANTUWUNG KEDIRI TABANAN

ABSTRACT

Miogenic low back pain is lower back pain caused by disorders of the elements tendomusculer which is not accompanied by neurological disorders between the thoracic vertebra 12 and the lower pelvic and anal. Back Strengthening Exercise and William Flexion Exercise by Infra Red interventions of combinations and Massage are the technique of pain relief interventions in subjects with symptoms of lower back pain. This research was conducted to determine whether there is difference provision between Back Strengthening Exercise with William's Flexion Exercise with Infra Red combination of intervention and Massage are better than decreasing miogenic low back pain by the building workers at the region of Dakdakan, Tabanan.

This study is an experimental research design with Pre and Post Test Control Group Design. The sampling technique is purposive sampling. The samples are 18 people of building workers at Dakdakan region with lower back pain were selected based on the scores Modified Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire with values> 20%. The average difference in reduction in pain scores Low Back Pain Miogenik functional groups Back Strengthening Exercise and William's Flexion Exercise groups were tested by Independent t-test.

The analysis result for functional pain scores of non-specific lower back showed that the average difference in pain reduction functional non-specific lower back that is meaningful to the group Back Strengthening Exercise and the group of William's Flexion Exercise (14.55 and 22.88) with a value of p = 0.000 ( p <0.05). This indicates that the intervention of William's Flexion Exercise resulted in a decrease in pain scores of functional lower back miogenic significantly greater than the intervention of Back Strengthening Exercise

From the result, it can be concluded that the provision of William's Flexion Exercise is better in reducing miogenic low back pain functional than the provision of Back Strengthening Exercise with intervention of Infra Red and Massage by the building workers at Dakdakan, Tabanan.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ... iii

SKRIPSI ...iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ...Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.3.1 Tujuan Umum ... Error! Bookmark not defined.

1.3.2 Tujuan Khusus ... Error! Bookmark not defined.

1.4 Manfaat ... Error! Bookmark not defined.

1.4.1 Keilmuan / Institusi Pendidikan ... Error! Bookmark not defined.

1.4.2 Praktis ... Error! Bookmark not defined.

(10)

x

2.1 Gambaran Klinis Low Back Pain MogenikError! Bookmark not defined.

2.1.1 Definisi Low Back Pain Miogenik .... Error! Bookmark not defined.

2.1.2 Etiologi ... Error! Bookmark not defined.

2.1.3 Patofisiologi Low Back Pain MiogenikError! Bookmark not defined.

2.1.4 Tanda dan Gejala... Error! Bookmark not defined.

2.1.5 Anatomi Terapan dan Biomekanik ... Error! Bookmark not defined.

2.1.6 Biomekanik Vertebra lumbal ... Error! Bookmark not defined.

2.2 Konsep Dasar Nyeri ... Error! Bookmark not defined.

2.2.1 Definisi Nyeri ... Error! Bookmark not defined.

2.2.2 Mekanisme Timbulnya Nyeri ... Error! Bookmark not defined.

2.3 Pengukuran Nyeri ... Error! Bookmark not defined.

2.3.1 Pengukuran Nyeri Fungsional ... Error! Bookmark not defined.

2.3.2 Penilaian Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire .. Error! Bookmark not defined.

2.4 Intervensi Infrared dan Massage pada Low Back Pain Miogenik .. Error! Bookmark not defined.

2.4.1 Definisi ... Error! Bookmark not defined.

2.4.2 Mekanisme penurunan nyeri pada penderita Low Back Pain Miogenik

dengan modalitas infrared... Error! Bookmark not defined.

2.4.3 Indikasi dan Kontraindikasi Infrared Error! Bookmark not defined.

2.4.4 Aplikasi Infra Red ... Error! Bookmark not defined.

2.4.5 Definisi massage ... Error! Bookmark not defined.

2.4.6 Mekanisme penurunan nyeri pada penderita Low Back Pain Miogenik

(11)

2.4.7 Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian MassageError! Bookmark not defined.

2.4.8 Aplikasi Massage Eufleurage ... Error! Bookmark not defined.

2.5 Intervensi Back Strengthening Exercise dan William’s Flexion Exercise

... Error! Bookmark not defined.

2.5.1 Pengantar Back Strengthening ExerciseError! Bookmark not defined.

2.5.2 Mekanisme Back Strengtheing Exercise menurunkan nyeri fungsional

akibat LBP miogenik ... Error! Bookmark not defined.

2.5.3 Aplikasi Back Strengthening ExerciseError! Bookmark not defined.

2.5.4 William’s Flexion Exercise ... Error! Bookmark not defined.

2.5.5 Mekanisme Wiliiam Flexion Exercise menurunkan nyeri fungsional

akibat low back pain miogenik ... Error! Bookmark not defined.

2.5.6 Aplikasi William’s Flexion exercise . Error! Bookmark not defined.

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESISError! Bookmark

not defined.

3.1 Kerangka Berpikir ... Error! Bookmark not defined.

3.2 Kerangka Konsep ... Error! Bookmark not defined.

3.3 Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV METODE PENELITIAN ...Error! Bookmark not defined.

4.1 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.3 Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined.

4.3.1 Populasi ... Error! Bookmark not defined.

(12)

xii

4.3.3 Besar Sampel ... Error! Bookmark not defined.

4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel... Error! Bookmark not defined.

4.4 Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.5 Definisi Operasional Variabel ... Error! Bookmark not defined.

4.6 Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.7 Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.7.1 Prosedur Pendahuluan : ... Error! Bookmark not defined.

4.7.2 Prosedur Pelaksanaan : ... Error! Bookmark not defined.

4.8 Alur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.9 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

BAB V HASIL PENELITIAN ...Error! Bookmark not defined.

5.1 Data Karakteristik Sampel ... Error! Bookmark not defined.

5.2 Uji Persyaratan Analisis ... Error! Bookmark not defined.

5.2.1 Uji Normalitas dan Homogenitas pada Kelompok Back Strengthening

Exercise kombinasi intervensi Infra Red dan Massage dan kelompok William’s Flexion Exercise kombinasi intervensi Infra Red dan Massage ... Error! Bookmark not defined.

5.3 Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

5.3.1 Efektifitas Back Strengthening Exercise kombinasi intervensi Infra

Red dan Massage Terhadap Penurunan Skor Nyeri Fungsional akibat

Low Back Pain Miogenik ... Error! Bookmark not defined.

5.3.2 Efektifitas William’s Flexion Exercise kombinasi intervensi Infra Red

dan Massage Terhadap Penurunan Skor Nyeri Fungsional akibat low

back pain miogenik ... Error! Bookmark not defined.

5.3.3 Perbandingan Penurunan Skor Nyeri Fungsional akibat low back pain

miogenik pada Kelompok Back Strengthening Exercise kombinasi

(13)

Exercise kombinasi intervensi Infra Red dan Massage ... Error! Bookmark not defined.

BAB VI PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined._Toc454752381

6.1 Karakteristik Sampel ... Error! Bookmark not defined.

6.2 Pemberian Back Strengthening Exercise kombinasi intervensi Infra Red

dan Massage dapat Menurunkan Nyeri Fungsional akibat low back pain

miogenik ... Error! Bookmark not defined.

6.3 Pemberian William’s flexion Exercise kombinasi intervensi Infra Red dan

Massage dapat Menurunkan Nyeri Fungsional akibat low back pain

miogenik ... Error! Bookmark not defined.

6.4 Pemberian William’s Flexion Exercise kombinasi intervensi Infra Red dan

Massage Lebih Baik Menurunkan Nyeri Fungsional akibat Low Back

Paint Miogenik dari pada Pemberian Back Strengthening Exercise

kombinasi intervensi Infra Red dan Massage.Error! Bookmark not defined.

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ...Error! Bookmark not defined.

7.1 Simpulan ... Error! Bookmark not defined.

7.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ...Error! Bookmark not defined.

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kurva Vertebra dilihat dari lateral .... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.2Vertebralumbal (Cael, 2010) ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.3 Ligamen - ligamen yang memperkuat columna vertebralis... Error!

Bookmark not defined.

Gambar 2.4 Otot deep abdominal (Cael, 2010) .... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.5 Otot- otot Paravertebral ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.6 Posisi Collumna Vertebralis saat melakukan gerakan sederhana

... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.7massage Eflluarge (Simon,2002) ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.8 Sit-up / Abdominal crunches ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.9 opposite arm leg(Kisner,2007) ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.10 Back extension (Kisner, 2007) ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.11 Pelvic tilting ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.12 Single knee to chest ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.13 Doubel to chest ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.14 Partial Sit Up ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.15 Hamstring Stretch ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.16 Squat ... Error! Bookmark not defined.

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Interpretasi nilai Modified Oswestry Low Back Pain Disability

Questionnaire (Hiagian, 2013) ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.1 Kerangka Konsep ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.1 Prosedur Assessment Fisioterapi ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 5.1 Distribusi Data Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Nyeri Fungsional Low Back

Pain Miogenik... Error! Bookmark not defined.

Tabel 5.3 Skor Nyeri Fungsional akibat Low Back Pain Miogenik Sebelum dan

Sesudah pada Kelompok Perlakuan Back Strengthening Exercise

kombinasi intervensi Infra Red dan MassageError! Bookmark not

defined.

Tabel 5.4 Skor Nyeri Fungsional akibat low back pain miogenik Sebelum dan

Sesudah pada Kelompok Perlakuan William’s Flexion Exercise

kombinasi intervensi Infra Red dan MassageError! Bookmark not

defined.

Tabel 5.5 Perbandingan Penurunan Skor Nyeri Fungsional akibat low back pain

miogenik pada Kelompok Back Strengthening Exercise dengan

Intervensi Infra Red dan Massage dan Kelompok William’s flexion

kombinasi intervensi Infra Red dan MassageError! Bookmark not

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent ... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 2 Lembar Persetujuan ... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 3 Curriculum Vitae ... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 4 Kuisioner ... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 5 Form Assessment Fisioterapi ... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 6 Data Hasil Pengukuran Penurunan NyeriError! Bookmark not

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia globalisasi menuntut masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

ekonomi. Bekerja merupakan hal wajib yang dilakukan, seiring kemajuan

globalisasi maka daya konsumsi kebutuhan primer, sekunder dan tersier juga

semakin meningkat. Masyarakat terkadang melupakan kesehatan demi

mewujudkan kebutuhannya dengan sering tidak memperhatikan waktu istirahat dan

durasi bekerja. Keadaan ini sangat penting untuk dipaparkan ditambah keadaan

posisi kerja yang kurang baik saat menyelesaikan aktivitas pekerjaan yang

kemudian banyak menimbulkan keluhan, masalah ketidak nyamanan pada saat

bekerja akan menimbulkan rasa sakit sehingga menganggu aktivitas pekerjaan salah

satunya keluhan sakit pinggang yang biasa dikenal dengan istilah low back pain

(LBP).

Pengertian dari program kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu upaya

pemberian perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja bagi masyarakat pekerja

yang bertujuan untuk menjamin keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan.

Pelaksanaannya seperti upaya keselamatan kerja, kesehatan kerja seperti

pencegahan terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di

tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi (Sugeng Budiono

(18)

2

Menurut pandangan fisioterapi, sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang

dapat melakukan aktivitas sehari–hari tanpa adanya gangguan dari gerak dan fungsi

tubuhnya. Kondisi dan fungsional tubuh yang optimal memungkinkan seseorang

dapat melakukan pekerjaannya dengan baik, sebaliknya tanpa kemampuan

fungsional yang maksimal, maka seseorang akan sulit untuk menyelesaikan

pekerjaannya. Fisioterapi dalam pelayanan kesehatan profesional bertanggung

jawab atas kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat khususnya dalam

perbaikan gerak dan mengembalikan fungsional selama daur kehidupan (Abdullah,

2015). Fisioterapi mempunyai peranan penting dalam penanganan nyeri punggung

bawah. Pemilihan modalitas terapi yang tepat menjadi suatu keharusan bagi

seorang fisioterapis.

Definisi low back pain (LBP) adalah sindroma klinik yang dirasakan dengan

gejala utama rasa nyeri atau perasaan tidak nyaman pada tulang punggung bagian

bawah dan sekitarnya (Tiger, 2010). Pada umumnya cenderung sebagian besar

orang dewasa pernah mengalami LBP mengakibatkan terganggunya aktivitas

fungsional.

Penyebab LBP bervariasi dari yang ringan (misal sikap tubuh yang salah)

sampai yang berat dan serius (misal keganasan). LBP miogenik dapat

mengakibatkan spasme pada otot yang menimbulkan penderita merasakan nyeri.

Spasme otot yang berkepanjangan dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh

darah yang mengakibatkan iskemia, sehingga penderita akan membatasi adanya

(19)

3

Berdasarkan buku data induk kependudukan di Br. Dakdakan, pekerjaan

masyarakat yang paling dominan adalah buruh bangunan, hasil data yang diperoleh

dari buku induk penduduk 65% masyarakat bekerja sebagai buruh bangunan.

Pekerjaan sebagai buruh bangunan memerlukan kapasitas aktivitas fungsional

tubuh yang optimal, tubuh akan banyak melakukan gerakan mengangkat beban dan

tanpa disadari aktifitas pekerjaan membungkuk statis menyebabkan tekanan

intradiskal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukan sikap kerja dengan

resiko tinggi yang dilakukan para pekerja disebabkan dalam melakukan

pekerjaanya para pekerja mengangkat beban berlebih secara manual, sehingga

pergerakan tubuh para pekerja banyak yang dipaksakan menjahui posisi tubuh yang

alamiah. Jadi dianjurkan pada para pekerja untuk sikap tubuh berdiri, duduk dan

jongkok hendaknya disesuaikan dengan prinsip-prinsip ergonomi (Sritomo, 2003).

Kemudian pada saat bekerja perlu diperhatikan postur tubuh dalam keadaan

seimbang agar dapat bekerja dengan nyaman dan tahan lama (Merulalia, 2010).

Keadaan anatomis tubuh sangat mempengaruhi fungsi dan struktur dari trunk,

adanya ketegangan otot, ligament, dan sendi serta tekanan pada diskus,

menyebabkan otot-otot lumbal akan mengalami sensasi rasa yang tidak nyaman.

Aktifitas pekerja buruh bangunan sangat bermacam-macam dibutuhkan kekuatan

fisik yang prima serta mengetahui posisi tubuh yang ergonomis untuk melakukan

pekerjaan seperti membuat dan mengaduk bahan bangunan yang dilakukan dengan

cara membungkuk, mengangkat semen, pasir dan material lainnya secara

(20)

4

Exercise merupakan tindakan yang paling baik dilakukan pada kasus LBP

miogenik untuk mencegah terjadinya resiko nyeri punggung bawah (low back pain)

berulang. Exercise merupakan program yang tepat sangat membantu untuk

meningkatkan flexibilitas otot dan menguatkan otot sehingga mencegah terjadinya

re-injury (Anthoni Delitto, 2012)

Back Strengthening Exercise (BSE) dipilih karena memiliki kelebihan, jika

diberikan sesuai prosedur yang benar akan meningkatkan kekuatan otot deep

abdominal dan lumbal secara isotonik serta penguatan yang bertujuan untuk

meningkatkan kekuatan otot secara aktif atau sering disebut stabilisasi aktif

sehingga secara fisiologis tubuh dalam keadaan yang tegak. Peningkatan kekuatan

otot akan mempengaruhi pembebanan dan gerakan secara statis dan dinamis untuk

menstabilkan fungsional lumbal sekaligus mampu untuk menurunkan nyeri

fungsional akibat LBP miogenik, ditambah jenis latihannya yang lebih sedikit dan

efisien waktu (Kisner, 2007)

William’s flexion exercise (WFE ) merupakan latihan yang paling sering

digunakan di klinik serta dikombinasikan dengan modalitas fisioterapi untuk

menurunkan nyeri low back pain. Gerakan latihan ini bertujuan untuk membuka

foramen intervertebralis sendi facet, untuk mengulur otot fleksor hip dan ekstensor

lumbal, menguatkan otot abdominalis dan otot gluteal serta meningkatkan

mobilitas pada jaringan ikat bagian posterior lumbosakral joint. Latihan fleksi

lumbal lebih sesuai untuk mengurangi nyeri dan peningkatan flexibilitas LGS

(21)

5

Pendekatan fisioterapi yang dapat dipilih untuk kasus LBP miogenik adalah

BSE dengan kombinasi intervensi Infra Red dan Massage ditambah dengan WFE

dengan kombinasi intervensi Infra Red dan Massage untuk membuktikan

efektivitas yang lebih baik untuk menangani permasalahan nyeri fungsional akibat

low back pain miogenik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1. Apakah pemberian BSE dengan intervensi Infra Red dan Massage dapat

menurunkan nyeri fungsional pada penderita low back pain miogenik?

2. Apakah pemberian WFE dengan intervensi Infra Red dan Massage dapat

menurunkan nyeri fungsional pada penderita low back pain miogenik?

3. Apakah ada perbedaan terhadap pemberian kombinasi BSE dengan

intervensi Infra Red dan Massage dan WFE dengan intervensi Infra Red dan

Massage untuk menurunkan nyeri fungsional pada penderita LBP

miogenik?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran secara umum perbedaan kombinasi latihan

BSE dengan WFEdengan intervensi Infra red dan massage untuk menurunkan nyeri fungsional pada penderita nyeri punggung miogenik pada pekerja buruh

bangunan penderita low back pain miogenik di Banjar Dakdakan Desa

(22)

6

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk membuktikan efektivitas pemberian BSE pada intervensi Infra

Red dan Massage untuk menurunkan nyeri fungsional akibat Low Back

Pain Miogenik pada pekerja buruh bangunan di Banjar Dakdakan Desa

Abiantuwung Kecamatan Kediri Tabanan.

b. Untuk membuktikan efektivitas pemberian pemberian WFE Infra Red

dan Massage untuk menurunkan nyeri fungsional akibat Low Back Pain

Miogenik pada pekerja buruh bangunan di Banjar Dakdakan Desa

Abiantuwung Kecamatan Kediri Tabanan..

c. Untuk membuktikan perbedaan efektivitas pemberian BSE pada

intervensi Infra Red dan Massage dengan WFE Infra Red dan Massage

untuk menurunkan nyeri fungsional akibat Low Back Pain Miogenik

pada pekerja buruh bangunan di Banjar Dakdakan Desa Abiantuwung

Kecamatan Kediri Tabanan..

1.4 Manfaat

1.4.1 Keilmuan / Institusi Pendidikan

a. Memberi dasar ilmiah dalam menurunkan nyeri fungsional akibat LBP

Miogenik

b. Digunakan sebagai bahan referensi atau acuan untuk penelitian

selanjutnya yang akan membahas hal yang sama.

c. Menambah khasanah ilmu dalam bidang pendidikan pada umumnya dan

(23)

7

1.4.2 Praktis

a. Dapat dijadikan acuan dalam memilih tindakan fisioterapi untuk

(24)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Klinis Low Back Pain Mogenik

2.1.1 Definisi Low Back Pain Miogenik

Nyeri punggung bawah miogenik adalah nyeri pada punggung bawah yang

disebabkan oleh gangguan pada unsur tendomusculer tanpa disertai dengan

gangguan neurologis antara vertebra torakal 12 sampai dengan bagian bawah

pinggul dan anus (Magee, 2013). LBP miogenik berhubungan dengan gangguan

otot di daerah punggung bawah, tendon, dan ligamen yang bisa timbul pada saat

melakukan aktifitas sehari-hari secara berlebihan, seperti duduk lama, berdiri

lama atau mengangkat beban berat dengan cara yang salah, dimana nyeri

bersifat tumpul dan tidak menjalar ke tungkai (Magee, 2013). Gangguan yang

terjadi pada LBP miogenik yaitu nyeri tekan pada regio lumbal, spasme

otot-otot punggung bawah, sehingga dapat mengakibatkan ketidakseimbangan

antara otot abdominal dan paravertebrae, yang dapat mengakibatkan terjadinya

keterbatasan gerak. Adanya ketidakseimbangan tersebut akan menyebabkan

penurunan mobilitas lumbal akibat adanya nyeri, spasme, ketidakseimbangan

otot tersebut, sehingga aktivitas fungsional terganggu, terutama aktivitas yang

memerlukan gerak membungkuk dan memutar badan (Meliana & Pinzon,

(25)

9

2.1.2 Etiologi

Menurut Borenstein dan Wiessel (2004), faktor-faktor penyebab nyeri

punggung bawah dapat diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu :

a). Faktor statik

Faktor mekanik statik adalah deviasi sikap atau postur tubuh yang

menyebabkan peningkatan sudut lumbosakral (sudut antara segmen

Vertebra L5 dan Vertebra S1) yang normalnya 30-34 derajat, atau

peningkatan lengkung lordotik lumbal dalam waktu yang cukup lama, serta

menyebabkan pergeseran titik pusat berat badan (center of gravity/CoG),

yang normalnya berada di garis tengah sekitar 2,5 cm di depan segmen

Vertebra S2. Peningkatan sudut lumbosakral dan pergeseran CoG tersebut

akan menyebabkan peregangan pada ligamen dan berkontraksinya otot-otot

yang berusaha untuk mempertahankan postur tubuh yang normal, akibatnya

dapat terjadi sprain atau strain pada ligamen atau otot-otot sekitar punggung

bawah yang menimbulkan nyeri (Pandono, 2008).

b.) Faktor dinamik

Faktor mekanik dinamik atau kinetik yaitu terjadinya stress atau beban

mekanik abnormal pada struktur jaringan (ligamen atau otot) di daerah

punggung bawah saat melakukan gerakan. Stress atau beban mekanik

tersebut melebihi kapasitas fisiologik atau toleransi otot maupun ligamen di

daerah punggung bawah. Timbulnya nyeri adalah akibat kelainan pada

ritme lumbal pelvis yaitu karena fungsinya tidak sempurna. Gerakan yang

(26)

10

gerakan kombinasi terutama fleksi dan rotasi, dan bersifat repetitif, apalagi

disertai dengan beban, misalnya ketika sedang mengangkat beban yang

berat (Pandono, 2008). Menurut Bull dan Archad (2007), faktor-faktor

resiko pada nyeri punggung bawah dapat dibagi menjadi 2 kelompok utama,

yaitu faktor eksternal atau pekerjaan dan faktor internal :

1) Faktor eksternal atau pekerjaan

a). pekerjaan fisik yang berat, yang terutama memberikan tekanan yang

cukup besar pada punggung bawah;

b). pekerjaan yang berhubungan dengan posisi statik yang berkepanjangan,

misalnya berdiri atau duduk yang cukup lama, apalagi disertai dengan

vibrasi atau getaran pada tubuh.

c). pekerjaan yang dilakukan dengan gerakan membungkuk atau memutar

tubuh secara berulang-ulang.

d). pekerjaan yang membosankan, repetitif, atau tidak memberikan

kepuasan.

2) Faktor internal

Faktor internal berkaitan dengan individu itu sendiri, antara lain :

a) umur, dari berbagai studi epidemiologik, kejadian nyeri punggung bawah

meningkat pada usia 30 tahun dan mencapai puncaknya pada usia sekitar 55

tahun

b) antropometrik, berhubungan dengan berat badan, individu dengan

(27)

11

bawah karena obesitas menyebabkan hiperlordosis lumbal sehingga terjadi

pergeseran titik pusat berat badan ke depan.

2.1.3 Patofisiologi Low Back Pain Miogenik

Keluhan utama pasien LBP miogenik adalah adanya nyeri, spasme, dan

keterbatasan fungsional yang berhubungan dengan mobilitas lumbal. Nyeri

merupakan pengalaman sensoris yang tidak menyenangkan akibat kerusakan

jaringan pada tubuh (Meliana & Pinzon, 2004).

Nyeri terjadi jika saraf sensori perifer, yang disebut nociseptor terpicu oleh

rangsang mekanik, kimiawi maupun thermal maka impuls nyeri akan

dihantarkan ke serabut-serabut afferen cabang spinal, dari medula spinalis

impuls diteruskan ke otak melalui traktus spinotalamikus kolateral, selanjutnya

akan memberikan respon terhadap impuls saraf tersebut. Respon tersebut

berupa upaya untuk menghambat atau mensupresi nyeri dengan pengeluaran

substansi peptida endogen yang mempunyai sifat analgesik yaitu endorphin.

Impuls nyeri yang mencapai medulla spinalis, akan memicu respon reflek spinal

segmental yang menyebabkan spasme otot dan vasokonstriksi (Tan, 2006).

Spasme otot yang terjadi disini adalah merupakan suatu mekanisme proteksi,

karena adanya spasme otot akan membatasi gerakan sehingga dapat mencegah

kerusakan lebih berat, namun dengan adanya spasme otot, juga terjadi

vasokonstriksi pembuluh darah yang menyebabkan iskemia dan sekaligus

menjadi titik picu terjadinya nyeri (Meliala & Pinzon, 2004).

Pada nyeri miogenik, aktivasi nosiceptor umumnya disebabkan oleh

(28)

12

yang berlebihan dapat terjadi pada saat tubuh dipertahankan dalam posisi statik

atau posisi yang salah dalam jangka waktu yang cukup lama, dimana otot-otot

di daerah punggung akan berkontraksi untuk mempertahankan postur tubuh

yang normal (Bernard, 2003).

Penggunaan otot yang berlebih ini akan menimbulkan iskemia atau inflamasi

sehinga akan terjadi peningkatan berbagau mediator inflamasi seperti

histamine, bradikinin, serotonin, atau 5-hydroxytriptamine (5-HT) dan

prostaglandin (PGE 2) (Meliala & Pinzon, 2004). Mediator inflamasi tersebut

akan mensensitisasi nociseptor otot, akibatnya otot menjadi lebih sensitif,

stimulasi yang seharusnya tidak menimbulkan nyeri dapat menimbulkan

terjadinya nyeri. Setiap gerakan pada otot dapat menimbulkan nyeri sekaligus

menambah spasme otot. Adanya spasme otot menyebabkan ketidakseimbangan

otot abdominal dan paravertebrae, maka akan membatasi mobilitas lumbal

terutama untuk gerakan membungkuk (fleksi) dan memutar (rotasi) (Hills,

2006). Nyeri dan spasme otot seringkali membuat individu takut menggunakan

otot-otot punggungnya untuk melakukan gerakan lumbal, selanjutnya akan

menyebabkan perubahan fisiologi pada otot tersebut yaitu berkurangnya massa

otot dan penurunan kekuatan otot, akhirnya menimbulkan penurunan tingkat

(29)

13

2.1.4 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala LBP miogenik adalah ditemukannya nyeri otot yang dikenal

sebagai nyeri miogenik, yaitu nyeri yang tidak wajar yang tidak sesuai dengan

distribusi saraf serta dermatom dengan reaksi yang sering berlebihan. Nyeri

tersebut ditandai dengan adanya nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan

(triger point), kehilangan ruang gerak kelompok otot yang bersangkutan (loss

of range motion), spasme otot punggung bawah. Adanya spasme otot daerah

lumbosakral, ketidakseimbangan otot stabilisator dan fiksator trunk, mobilitas

lumbosakral terbatas, sehingga mengalami penurunan aktivitas fungsional.

keluhan akan hilang apabila kelompok otot lumbosakral diregangkan

(Riyantania, 2010)

2.1.5 Anatomi Terapan dan Biomekanik

Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai struktur pada columna

vertebralis dan struktur regio lumbal

1. Columna vertebralisdan Regio Lumbal

a. Tulang vertebra

Tulang vertebra adalah sekumpulan tulang yang tersusun dalam

columna vertebralis yang berfungsi untuk menjaga tubuh pada posisi

berdiri di atas dua kaki. Garis berat tubuh manusia di kepala berawal

dari vertex, diteruskan melalui columna vertebralis ke tulang panggul

yang selanjutnya akan meneruskan lagi ke tungkai melalui acetabulum.

(30)

14

vertebra diperkuat oleh ligamen dan otot-otot yang sekaligus mengatur

keseimbangan gerakannya (Wibowo, 2007).

Columna vertebralis dibentuk oleh serangkaian tulang vertebra yang

teridiri dari 7 buah vertebrae cervicales, 12 buah vertebrae thoracicae,

5 buah vertebrae lumbal, os sacrum dan coccyx. Os sacrum merupakan

penyatuan dari 5 buah vertebrae sacrales, dan coccyx terdiri dari 4 buah

vertebrae coccyeae. Dengan demikian dikatakan bahwa columna

vertebralis dibentuk oleh 33 buah tulang vertebra (Wibowo, 2007).

Tulang-tulang vertebra pada columna vertebralis membentuk curva

lordosis dan kifosis secara bergantian jika dilihat pada bidang sagital.

Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva lordosis dimana derajat

lordosis pada segmen cervical lebih kecil dari pada derajat lordosis

pada segmen lumbal. Pada segmen thoracic dan sacrococcygeal

memebentuk kurva kifosis. Posisi kurva pada posisi netral tersebut

bukanlah posisi yang mutlak.Antara ruas-ruas tulang vertebra

dihubungkan oleh discus intervertebralis yang memungkinkan untuk

(31)

15

Gambar 2.1 Kurva Vertebra dilihat dari lateral

Sumber: http://www.spineuniverse.com

b. Lumbal spine

Tulang vertebralumbal memiliki bentuk yang lebar dan besar,

vertebralumbal sesuai untuk menyangga seluruh beban dari kepala,

badan dan ekstremitas atas. Tulang lumbal berhubungan dengan lower

thorakal, upper sacral, dan hip pelvic complex. Sendi lumbal terdiri

atas 5 ruas corpus vertebralis yang merupakan bagian dari columna

vertebralis (Wibowo, 2007).

Pada setiap ruas tulang terbentuk atas sebuah corpus yang bentuknya

mirip ginjal. Lumbal memiliki corpus yang lebih besar dan tebal jika

dibandingkan dengan corpus vertebralis yang lain dan bentuknya

kurang lebih bulat dengan bagian atas dan bawah yang datar, satu

(32)

16

transversus, sepasang processus articularis superior dan inferior,

dimana kedua bagian ini saling bertemu pada kedua belah sisi dalam

bentuk sendi facet dan foramen intervertebralis, tempat menjalarnya

cauda equina dimana merupakan lanjutan dari spynal cord, dengan

kurva lordosis yang dimiliki oleh lumbal menyebabkan lumbal

menerima beban paling besar dari segmen columna vertebralis lainnya.

Selain itu lumbal juga mempunyai mobilitas yang tinggi (Wibowo,

2007).

Gambar 2.2Vertebralumbal (Cael, 2010)

Gerakan pada collumna vertebralis bergantung pada segmen mobile,

yaitu , 2 sendi facet dan jaringan lunak diantaranya. Segmen tersebut

memberikan beberapa derajat gerakan pada setiap regio (Kurniasih,

2011). Pada regio lumbal, orientasi sendi facet lebih kedalam bidang

sagital sehingga gerak yang dominan adalah fleksi – ekstensi.

Disamping itu, terjadi gerakan lateral fleksi kiri dan kanan serta rotasi

(33)

17

akan bergerak menekuk kearah anterior sehingga terjadi peregangan

pada discus intervertebralis bagian posterior (Kurniasih, 2011). Pada

gerakan ekstensi, corpus vertebra bagian atas akan bergerak menekuk

kearah posterior, sementara discus menjadi mampat pada bagian

posterior dan teregang pada bagian anterior. Ligamen longitudinal

anterior juga mengalami penguluran sementara ligamen longitudinal

posterior rileks. Dengan demikian, gerakan ekstensi dibatasi oleh

struktur tulang dari arkus vertebra dan ketegangan ligamen

longitudinal anterior (Kurniasih, 2011).Pada gerakan lateral fleksi ,

corpus vertebra bagian atas akan bergerak kearah ipsilateral, sementara

discus sisi kontralateral mengalami ketegangan karena bergeser kearah

kontralateral (Kurniasih, 2011).Pada bagian rotasi, vertebra bagian atas

berotasi pada vertebra bagian bawah ,tetapi gerakan rotasi ini hanya

terjadi disekitar pusat rotasi. Discus intervertebralis tidak berperan

dalam gerakan rotasi, sehingga gerakan rotasi sangat dibatasi oleh sendi

facet vertebra lumbal (Kurniasih, 2011).

c. Discus Intervertebralis

Discus intervertebralis merupakan struktur penghubung antara

ruas-ruas vertebra yang cukup besar (Kurniasih, 2011). Fungsi discus

intervertebralis antara lain memperluas gerak antar tulang vertebra,

sebagai shock absorber, melindungi permukaan sendi ruas-ruas

vertebra yang bersangkutan serta sebagai stabilisasi tulang vertebra

(34)

18

Discus intervertebralis memiliki nucleus pulposus yang berbentuk

bulat ibarat bola yang terletak antara dua papan, sehingga memiliki

derajat gerak yaitu :

1. Tilting ke depan-belakang dalam bidang sagital sebagai fleksi

-ekstensi, gliding ke depan-belakang dalam bidang sagital sebagai

anterior-posterior glide

2. Tilting kesamping kanan-kiri dalam bidang frontal sebagai lateral

fleksi kanan-kiri, gliding kesamping kanan-kiri dalam bidang frontal

sebagai gerak geser kanan-kiri

3. Rotasi kiri dalam bidang transversal sebagai rotasi

kanan-kiri, gliding sumbu longitudinal sebagai traksi-kompresi

(Sudaryanto, 2013)

d. Ligamen

Ligamen memperkuat columna vertebralis sehingga membentuk

postur tubuh seseorang. Ligamen-ligamen tersebut antara lain :

1) Ligamen longitudinal anterior

Ligamen longitudinal anterior merupakan jaringan fibrous

yangterdapat di sepanjang bagian depan columna vertebralis.

Ligamenum ini dimulai dari os occipital dan berakhir pada os

sacrum, makin kebawah ukurannya semakin lebar namun pada

daerah thoracal ligamen ini menyempit (Wibowo, 2007).Fungsi

(35)

19

tetapi tidak cukup kuat memfiksir annulus fibrosus discus

intervertebralis (Kurniasih, 2011).

2) Ligamen longitudinal posterior

Di bagian belakang corpus, di dalam canalis vertebralis terdapat

ligamen longitudinal posterior. Berbeda dengan yang anterior,

ligamen longitudinal posterior berawal dari corpus cervicalis kedua

dan juga berakhir pada permukaan anterior canalis ossos sacri

(Wibowo, 2007).

Ligamen ini melekat pada discus intervertebralis, oleh karena

ligamen ini dapat mengfiksir atau menutupi discus intervertebralis

sehingga berfungsi membatasi gerakan terutama gerakan fleksi dan

ekstensi serta berperan sebagai pelindung. Namun karena ligamen

ini tidak melekat secara penuh, maka pada bagian posterolateral dari

discus intervertebralis tidak terlindungi. Ligamen ini sangat sensitif

karena banyak mengandung serabut saraf afferentt nyeri (A δ dan

tipe C) dan memiliki sirkulasi darah yang banyak (Kurniasih, 2011).

3) Ligamen intertransversal

Ligamen ini melekat pada tuberculum asesori dari processus

transversus dan berkembang baik pada regio lumbal. Ligamen ini

mengontrol gerakan lateral fleksi kearah kontralateral (Sudaryanto,

2004).

(36)

20

Ligamen ini sangat elastis dan melekat pada arcus vertebra

tepatnya pada setiap lamina vertebra, kearah anterior dan lateral,

ligamen ini menutup capsular dan ligamen anteriomedial sendi

facet. Ligamen ini mengontrol gerakan fleksi lumbal (Sudaryanto,

2004).

5) Ligamen interspinosus

Ligamen ini sangat kuat yang melekat pada setiap processus

spinosus dan memanjang kearah posterior dengan ligamen

supraspinosus. Ligamen ini berperan sebagai stabilisator pasif saat

gerakan fleksi lumbal (Sudaryanto, 2004).

6) Ligamen supraspinosus

Ligamen ini melekat pada setiap ujung processus spinosus. Pada

regio lumbal, ligamen ini kurang jelas karena menyatu dengan

serabut insersio otot lumbodorsal. Ligamen ini berperan sebagai

stabilisator pasif saat gerakan fleksi lumbal (Sudaryanto, 2004).

Gambar 2.3 Ligamen - ligamen yang memperkuat columna vertebralis

e. Otot – Otot Vertebra Lumbal

Sistem otot / muscular pada regio punggung bawah bila dilihat pada

(37)

21

dan posterior. Namun karena tidak ada batas jelas antara dinding anterior

dan lateral maka lebih mudah bila memakai istilah antero-lateral. Dinding

antero-lateral ini disusun oleh otot-otot abdominal dan fascia abdominalis,

sedangkan dinding posterior oleh otot-otot paravertebral dan columna

vertebralis.

1. Dinding Antero Lateral

Otot-otot abdominal (dinding antero-lateral) tersusun atas tiga lapisan.

Lapisan pertama adalah otot oblikus eksternus abdominis, lapisan ke dua

adalah otot oblikus internus sedangkan lapisan ke tiga adalah otot

transversus abdominis dan otot rektus abdominis.

a. Otot oblikus eksternus berorigo di permukaan eksternal kosta ke 5 – 12;

insersio pada linea alba, tuberkulum pubikum dan setengah bagian

anterior krista iliaka; fungsi untuk fleksi dan rotasi trunk.

b. Otot oblikus internus berorigo dari fascia torakolumbal, 2/3 bagian

anterior krista iliaka dan separuh bagial lateral ligamen inguinal;

insersio pada sisi posterior kosta ke 10 – 12, linea alba dan pekten pubis;

fungsinya dalam kompresi dan penyanggaan viscera abdominal serta

fleksi dan rotasi trunk.

c. Otot transversus abdominis berorigo dari permukaan internal kartilago

kosta ke 7 – 12, fascia torakolumbal, krista iliaka dan 1/3 lateral ligamen

inguinal; insersio pada linea alba, krista pubikum, lapisan anterior

(38)

22

mengencangkan dinding abdominal, kompresi/menekan serta

menyangga viscera abdominal.

d. Otot rektus abdominis berorigo pada simpisis pubis dan krista pubikum,

insersio di prosesus xifoideus dan kartilago kosta ke 5 – 7, fungsinya

untuk fleksi trunk, menekan viscera abdominal dan mengontrol tilting

pelvis (antilordosis).

Gambar 2.4 Otot deep abdominal (Cael, 2010)

Bagian Lateral abdomen terdapat otot quadratus lumborum dan otot

psoas dapat dimasukkan ke dalam lapisan otot deep dari dinding lateral

(Kapandji, 2010). Otot quadratus lumborum memiliki tiga jenis serabut

yaitu serabut yang berjalan dari kosta 12 ke krista iliaka, serabut dari kosta

12 ke prosesus transversus vertebra lumbal dan serabut dari prosesus

transversus vertebra lumbal 1-4 ke krista iliaka. Otot psoas terdiri dari

psoas mayor dan psoas minor. Origo kedua otot ini adalah di sisi lateral

(39)

23

insersio psoas mayor pada trokantor minor femur dan psoas minor pada

linea pektinea.

2. Dinding Posterior

Otot-otot dinding posterior dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu

otot-otot ekstrinsik dan intrinsik.

a. Kelompok ekstrinsik meliputi lapisan otot-otot superficial dan

intermediate yang berfungsi menghasilkan dan mengontrol gerakan

ekstremitas serta respirasi. Otot ekstrinsik yang sampai ke regio punggung

bawah hanyalah latissimus dorsi. Otot ini berorigo di Krista iliaka, 4 kosta

terbawah, 6 vertebra torakal terbawah dan fascia torakolumbal, insersio di

fossa intertuberkularis humeri. Fungsinya lebih banyak pada gerakan

ekstensi sendi bahu.

b. Otot-otot intrinsik terbagi menjadi tiga lapisan yaitu superficial,

intermediate dan deep. Namun pada regio punggung bawah hanya terdapat

lapisan intermediate dan deep. Otot-otot intrinsik berperan utama pada

gerakan kolumna vertebralis dan pemeliharaan postur. Otot-otot pada regio

punggung bawah sebagian besar termasuk kelompok intrinsik. Pada lapisan

intermediate terdapat otot paravertebral / erector spine yaitu otot

iliocostalis, otot longissimus dan otot spinalis. Otot-otot ini disebut “otot

panjang” punggung, merupakan otot dinamik yang menghasilkan gerakan

ekstensi saat beraksi secara bilateral. Lapisan deep disusun oleh otot-otot

yang berjalan oblik, terdiri dari otot semispinalis,otot multifidus dan otot

(40)

24

dan melekat pada prosesus spinosus vertebra di atasnya. Kerja otot-otot ini

relatif inaktif pada posisi berdiri santai, namun aksinya sangat diperlukan

sebagai otot postural statik untuk menjaga stabilitas columna vertebralis

(Moore dan Dalley, 2004).

Gambar 2.5 Otot- otot Paravertebral

(Putz R dan Pabst R, 2006)

2.1.6 Biomekanik Vertebra lumbal

Biomekanik adalah studi tentang struktur dan fungsi dari sistem biologis

dengan mekanika. Ditinjau dari keluasan gerak sendinya, sendi tersebut termasuk

amphiartrosis (hyaline joint). Adapun bidang geraknya antara lain bidang gerak

sagital , transversal dan frontal. Sedangkan gerakan yang terjadi yaitu fleksi,

ekstensi, rotasi, dan latero fleksi. Pada pemeriksaan gerakan dari columna

vertebralis ini mengambil titik pusat pada sendi lumbosacral (Kapandji, 2010).

(41)

25

Gerakan ini menempati bidang sagital dengan axis gerakan frontal. Sudut

yang normal gerakan fleksi lumbal sekitar 60º. Gerakan ini dilakukan oleh otot

fleksor yaitu otot rectus abdominis dibantu oleh otot-otot ekstensor spine

(Kapandji, 2010).

2) Gerakan Ekstensi lumbal

Gerakan ini menempati bidang sagital dengan axis frontal. Sudut ekstensi

lumbal sekitar 35º. Gerakan ini dilakukan oleh otot spinalis dorsi, otot longisimus

dorsi dan iliocostalis lumborum (Kapandji, 2010).

3) Gerakan Rotasi

Terjadi di bidang horizontal dengan aksis melalui processus spinosus

dengan sudut normal yang dibentuk 45º dengan otot penggerak utama m.

iliocostalis lumborum untuk rotasi ipsi lateral dan kontra lateral, bila otot

berkontraksi terjadi rotasi ke pihak berlawanan oleh m. obliqus eksternus

abdominis. Gerakan ini dibatasi otot rotasi samping yang berlawanan dan ligamen

interspinosus (Kapandji, 2010).

(42)

26

Gerakan pada bidang frontal dan sudut normal yang dibentuk sekitar

30°dengan otot penggerak m. obliqus internus abdominis, m. rektus abdominis

(Hislop dan Montgomery, 2013).

Gambar 2.6 Posisi Collumna Vertebralis saat melakukan gerakan sederhana

Keterangan:

A. Posisi collumna pada saat beristirahat

B. Posisi collumna pada saan teregang

C. Posisi collumna pada saat terkompresi

D. Posisi collumna pada saat ekstensi, tulang vertebra di atas bergerak ke posterior

(43)

27

2.2 Konsep Dasar Nyeri

2.2.1 Definisi Nyeri

Nyeri menurut The International For Study of Pain (IASP) adalah

pengalaman sensorik dan emosional yang tidak nyaman, yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan atau berpotensi terjadinya kerusakan jaringan

atau menggambarkan adanya kerusakan jaringan. Nyeri juga merupakan

suatu refleks untuk menghindari dari semacam bahaya, tetapi perasaan nyeri

itu terlalu keras atau berlangsung terlalu lama akan berakibat tidak baik bagi

badan (William, 2005). Nyeri dapat juga diartikan sebagai refleks untuk

menghindari rangsangan dari luar badan, atau melindungi badan dari

hal-hal yang membahayakan tubuh dan menjadi sinyal adanya kerusakan

jaringan. Berdasarkan patofisiologinya nyeri terbagi atas :

1. Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, yaitu nyeri yang timbul akibat

adanya stimulus mekanis terhadap nosiseptor

2. Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang timbul akibat disfungsi primer

pada sistem saraf

3. Nyeri idiopatik, nyeri dimana kelainan patologi tidak dapat

ditemukan

4. Nyeri psikologik, penyebab nyeri tidak dapat ditemukan kelainan

organik tetapi penderita mengeluh nyeri. Dan biasanya keluhan nyeri

(44)

28

2.2.2 Mekanisme Timbulnya Nyeri

Impuls disampaikan oleh serabut saraf yang bermyelin besar dan

kecil, aktivitas dari serabut saraf besar akan menghambat aktivitas

substansia gelatinosa yang menyebabkan pintu gerbang tertutup sehingga

impuls nyeri tidak sampai, sedangkan saraf yang bermyelin kecil

memperlancar impuls masuk kedalam substansia gelatinosa selanjutnya

naik ke otak untuk diterjemahkan sebagai nyeri. Ada empat proses dalam

transmisi nyeri :

1. Proses transduksi

Merupakan proses dimana suatu stimulasi nyeri diubah menjadi

suatu aktivitas listrik yang akan diterima oleh ujung – ujung saraf. Stimulasi

ini dapat berupa stimulasi fisik mekanis (berupa tekanan), thermis (panas

dan dingin), atau kimiawi (Kurniasih, 2011).

2. Proses transmisi

Yaitu penyaluran impuls melalui saraf sensorik menyusul proses

transduksi. Impuls ini akan disalurkan oleh serabut A δ dan serabut C

sebagai neuron pertama, dari perifer ke medulla spinalis dimana impuls

tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh tractus

spinothalamikus sebagai neuron kedua. Dari thalamus selanjutnya impuls

disalurkan kedaerah somatosensorik diskorteks serebri melalui neuron

ketiga, dimana impuls tersebut diterjemahkan dan dirasakan sebagai

(45)

29

3.Proses modulasi

Proses dimana terjadi interaksi antara sistem analgesik endogen

yang dihasilkan oleh tubuh dengan input nyeri yang masuk ke cornu

posteriormedulla spinalis. Sistem analgesik endogen ini meliputi enkefalin,

endorfin, serotinin memiliki efek yang dapat menekan impuls nyeri pada

cornu posteriormedulla spinalis. Cornu posterior ini dapat diibaratkan

sebagai pintu yang dapat tertutup atau terbuka untuk menyalurkan impuls

nyeri. Proses terbuka dan tertutupnya pintu nyeri tersebut diperankan oleh

sistem analgesik endogen (Kurniasih, 2011). Modulasi nyeri terdapat empat

tingkatan yaitu:

a. Level sensoris

Pada tingkat ini terjadi pada proses transduksi, dimana rangsang

nyeri yang diterima diubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan

diterima ujung-ujung saraf bebas (Kurniasih, 2011).

b. Level spinal

Pada level spinal dimulai terjadinya proses transmisi dimana impuls

nyeri disalurkan melalui saraf sensorik menyusul proses transduksi.

Axon dari saraf afferent yang membawa rangsang nyeri mencapai

medulla spinalis hingga ke dorsal root. Sel-sel di cornu posterior

bertugas memproses informasi yang diterima oleh stimulus nyeri. Sel-sel

ini juga dapat berfungsi sebagai alat dalam mekanisme inhibisi dan

fasilitasi nyeri dari pusat kontrol (Kurniasih, 2011). Impuls nyeri pada

(46)

30

inhibisi pelepasan substansi P, dimana substansi ini dapat meningkatkan

sensitifitas ujung-ujung serabut saraf (Kurniasih, 2011).

c. Level supraspinal

Pada tingkat ini terdapat dua jalur ascending utama, yaitu tractus

spinothalamicus, dandorsal colum postsynaptic spinomedularly

system.Tractus spinothalamicus sangat penting untuk transmisi baik

rangsang nyeri maupun panas ke pusat. Tractus spinothalamicus berakhir

di thalamus. (Kurniasih, 2011).

Thalamus berfungsi sebagai stasiun relay untuk informasi sensorik.

Neuron-neuron di thalamus menerima input dari beberapa area di perifer

untuk diteruskan ke corteks serebri. Pelepasan endorpin dan cortisol

dapat mengurangi rasa nyeri pada tingkat ini karena efek analgesiknya

(Kurniasih, 2011).

d. Level sentral

Modulasi nyeri pada level sentral melibatkan sistem limbic sebagai

pusat emosional. Proses akhir dari rangkaian proses nocisepsi adalah

persepsi. Persepsi merupakan cara seseorang memperlakukan secara

aktual nyeri yang dirasakannya, yang mencakup sikap dan tingkah laku

yang kompleks, psikis dan faktor emosional yang tertinggi mencakup

rasa takut yang berlebihan dan gembira, kadang – kadang secara

temporer dapat memblokade impuls nyeri di cornu posterior medulla

(47)

31

e. Proses Persepsi

Adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks yang dimulai

dari proses transduksi, transmisi dan modulasi yang pada gilirannya

akan menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal dengan

persepsi nyeri (Kurniasih, 2011).

2.3 Pengukuran Nyeri

2.3.1 Pengukuran Nyeri Fungsional

Pengukuran kondisi spesifik status kesehatan sering digunakan dalam

percobaan klinis untuk perbaikan pasien. Salah satu pengukuran nyeri fungsional

adalah Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire. Perkembangan

Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire di prakarsai pertama kali oleh

John O’Brien pada tahun 1976. Indeks tersebut dirancang sebagai ukuran untuk

penilaian dan hasil (Hiagian, 2013)

2.3.2 Penilaian Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire

Sampel diminta untuk mengekpresikan derajat nyeri yang dialami

menggunakan Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire yang telah

dimodifikasi untuk masyarakat Indonesia. Terdapat 10 bagian pertanyaan yang

masing-masingnya membahas tentang intensitas nyeri, kebutuhan pribadi,

mengangkat beban, berjalan, duduk, berdiri, tidur, kehidupan sosial, kehidupan

sexual, dan bepergian (Hiagian, 2013).

Dari masing-masing petanyaan terdapat enam pilihan pernyataan jawaban

(48)

32

adalah 5. Apabila lebih dari satu pernyataan jawaban yang pilih maka pilih yang

nilainya paling tinggi. Apabila seluruh pertanyaan sudah dijawab maka nilainya

dikalkulasian sebagai berikut : apabila 16 (nilai total) dari 50 (nilai total yang

memungkinkan) x 100% = 32% (Hiagian, 2013).

Berikut adalah interpretasi nilai dari Modified Oswestry Low Back Pain

Disability Questionnaire :

Tabel 2.1 Interpretasi nilai Modified Oswestry Low Back Pain Disability

Questionnaire (Hiagian, 2013)

Hasil Interpretasi

0% - 30% Disabilitas ringan

31% - 60% Diasabilitas sedang

61% - 100% Disabilitas berat

2.4 Intervensi Infrared dan Massage pada Low Back Pain Miogenik

2.4.1 Definisi

Infrared merupakan pancaran gelombang elektromagnetik dengan

panjang gelombang 7.700 sampai 4 juta Ao. Infrared dapat digunakan untuk

mengatasi keluhan yang hanya sampai di bagian kulit. Sebagian besar

radiasi infrared yang datang pada kulit akan langsung diserap oleh lapisan

kulit bagian luar. Bagian dalam kulit akan mengalami pemanasan dari

(49)

33

infra red diabsorbsi oleh kulit, maka akan terjadi peningkatan suhu secara

lokal.

2.4.2 Mekanisme penurunan nyeri pada penderita Low Back Pain Miogenik

dengan modalitas infrared

Pemanasan pada jaringan superfisial dapat menghasilkan relaksasi

dari otot skelet. Reaksi ini merupakan refleks alamiah yang dicetuskan oleh

efek reseptor suhu pada kulit. Stimulasi pada superfisialis dapat mengurangi

aktivitas serabut gamma sehingga kepekaan otot spindel akan berkurang.

Selain itu dengan pemberian pemanasan dengan modalitas infrared dapat

menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga menyebabkan aliran

darah pada daerah nyeri yang diakibatkan oleh Low back pain miogenic

menjadi lancar. Pemberian infra red menyebabkan kulit akan tampak

kemerah-merahan, hal ini disebabkan karena adanya dilatasi pada pembuluh

darah kapiler dan arteriole. Keadaan ini merupakan reaksi tubuh terhadap

adanya energi panas yang diterima oleh ujung-ujung syaraf sensoris yang

kemudian dipengaruhi mekanisme pengatur panas (heat regulating

mechanism). Dengan sirkulasi darah yang meningkat ini, maka pemberian

nutrisi dan oksigen meningkat, sehingga kadar sel darah merah dan anti

bodies dalam jaringan akan meningkat. Dengan demikian jaringan akan

menjadi lebih baik dan perlawanan terhadap agen penyebab proses radang

juga semakin baik. Dengan lancarnya sirkulasi darah maka zat ”P” juga akan

ikut terbuang, sehingga rasa nyeri berkurang dan terjadi relaksasi otot

(50)

34

a) Efek fisiologis

1.Meningkatkan proses metabolisme.

Suatu reaksi kimia akan dapat dipercepat dengan adanya panas atau

kenaikan temperatur akibat pemanasan. Proses metabolisme yang

terjadi pada lapisan superficial kulit akan mengalami peningkatan

sehingga pemberian oksigen dan nutrisi ke jaringan menyebabkan

pengeluaran sampah-sampah sisa hasil pembakaran dalam tubuh dan

adanya perbaikan pada jaringan.

2.Vasodilatasi pembuluh darah

Efek thermal yang dihasilkan oleh sinar infrared dapat menyebabkan

dilatasi pembuluh darah kapiler dan artiole. Kulit akan mengadakan

reaksi dan berwarna kemrah-merahan yang disebut erythema. Untuk ini

mekanisme vasomotor mengadakan reaksi dengan jalan pelebaran

pembuluh darah sehingga jumlah panas daratakan keseluruh jaringan

lewat sirkulasi darah. Dengan sirkulasi darah yang miningkat, maka

pemberian nutrisi dan oksigen kepada jaringan akan meningkat,

sehingga pemeliharaan jaringan menjadi lebih baik dan perlawanan

terhadap radang juga baik.

3. Pigmentasi

Penyinaran yang berulang-ulang dengan sinar infra red dapat

menimbulkan pigmentasi pada tempat yang disinari. Hal tersebut

disebabkan oleh karena adanya perubahan sel-sel darah merah di tempat

(51)

35

4. Pengaruh terhadap jaringan otot.

Kenaikan temperatur membantu terjadi relaksasi otot, pemanasan juga

akan mengaktifkan terjadinya pembuangan sisa-sisa metabolisme.

5. Distruksi Jaringan.

Penyinaran yang diberikan dapat menimbulkan kenaikan temperatur

jaringan yang cukup tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama

sehingga diluar toleransi jaringan penderita.

b).Efek terapeutik

1) Mengurangi rasa sakit

Mild heating menimbilkan efek sedatif pada superficial sensoris

nerve ending, stronger heating dapat counter iritation yang akan

menimbulkan pengurangan nyeri. Deangan sirkulasi darah yang

lancar maka zat ”P” yang merupakan salah satu penyebab nyeri akan

ikut terbuang.

2) Relaksasi otot

Relaksasi otot mudah dicapai bila jaringan otot dalam keadaan

hangat dan rasa sakit tidak ada.

3) Meningkatkan suplai darah

Adanya kenaikan temperatur akan menimbulkan vasodilatasi, yang

akan menyebabkan terjadinya peningkatan darah kejaringan

setempat.

(52)

36

Penyinaran di daerah yang luas akan mengaktifkan glandula

sudoifera diseluruh badan, sehingga dengan demikian akan

meningkatkan pembuangan sisa-sisa hasil metabolisme melalui

keringat.

2.4.3 Indikasi dan Kontraindikasi Infrared

a. Indikasi Infrared

Indikasi merupakan suatu keadaan atau kondisi tubuh dapat

diberikan intervensi infrared, serta infrared tersebut akan memberikan

pengaruh yang positif terhadap tubuh. Indikasi dalam infrared adalah:

1) Keadaan tubuh yang sangat lelah.

2) Vasokontriksi pembuluh darah.

3) Kelainan-kelainan tubuh yang diakibatkan pengaruh cuaca atau kerja yang

kelewat batas (sehingga otot menjadi kaku dan rasa nyeri pada persendian

serta gangguan pada persarafan).

b. Kontraindikasi Infra Red

Kontraindikasi atau pantangan terhadap infra red adalah sebagai keadaan

atau kondisi tidak tepat diberikan masase, karena justru akan menimbulkan

akibat yang merugikan bagi tubuh itu sendiri. Kontraindikasi dalam infra red

adalah:

1. Pasien sedang menderita penyakit kulit. Adanya luka-luka baru atau

cedera akibat berolahraga atau kecelakaan.

2. Sedang menderita patah tulang, pada tempat bekas luka, bekas cedera,

Gambar

Gambar  2.1 Kurva Vertebra dilihat dari lateral
Gambar  2.2Vertebralumbal (Cael, 2010)
Gambar  2.3 Ligamen - ligamen yang memperkuat columna vertebralis
Gambar  2.4 Otot deep abdominal (Cael, 2010)
+7

Referensi

Dokumen terkait