emasuki bulan ketiga di tahun
2011, KPAN terus melakukan
serangkaian kegiatan sesuai dengan
tugas pokok yang tertuang dalam
Per-pres 75 Tahun 2006 untuk memimpin
dan mengkoordinasikan upaya
penanggulangan AIDS di Indonesia.
Berbagai kegiatan telah dilakukan
dengan melibatkan sektor dan
jarin-gan kelompok populasi kunci sebagai
anggota KPAN, serta para mitra
in-ternasional.
Bulan Maret diawali dengan
ditan-datanganinya kesepakatan antara
KPAN dengan Badan Pengembangan
dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia (BPPSDM) Kemkes dalam
penguatan dan pengembangan sumber
daya manusia di kedua pihak. Dalam
penguatan kapasitas, di bulan Maret
telah diadakan beberapa pelatihan
antara lain Pelaporan, Pemetaan dan
Harm Reduction (HR). Sedangkan
lokakarya yang dilakukan adalah
Pembahasan Modul PMTS
(Pencegahan HIV Melalui Transmisi
Seksual), Diseminasi PABM
(Pemulihan Adiksi Berbasis
Masyarakat) dan Lokakarya HIV dan
AIDS bagi TKI oleh BNP2TKI.
Dalam kerjasama internasional,
KPAN juga terus melakukan
koordi-nasi dalam ATFOA Meeting di
Bangkok.
Selain itu, juga disampaikan hasil
Rakernas IPPI di Bogor dan
infor-masi program digitalisasi dokumen
dan artikel informasi HIV dan AIDS
yang dilakukan Pusat Informasi
AIDS Nasional (PIAN). Hal ini
di-harapkan makin memudahkan para
penggiat dan pemerhati HIV dan
AIDS untuk mengakses informasi
dalam format digital.
Laporan Kegiatan Bulan Maret 2011
Sekretariat KPA Nasional: Menara Topas lt.9 Jl. MH Thamrin Kav.9 Jakarta Telp. 021.3901758 Fax. 021.3902665
www.aidsindonesia.or.id
Penandatangan Kerjasama KPAN dan BPPSDM
KPA Nasional
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional
Kabar Menara Topas 9
Diskusi kelompok dalam Pelatihan Penulisan Sektor dan Masyarakat Sipil
“Tenaga kerja Indonesia dimana
pun harus mendapat informasi
HIV dan AIDS agar mampu
mela-kukan pencegahan” Jumhur
Hi-dayat, Kepala BNP2TKI
Sesi Diskusi Pelatihan HR Bagi Petugas Kesehatan
ini harus dilakukan secara berkelanjutan. Ini juga berlaku bagi para pekerja dalam negeri, terutama dalam kategori 4 M (man
mobile with money in macho environ-ment), yaitu laki-laki yang memilki uang,
jauh dari keluarga serta bekerja di ling-kungan dengan mayoritas pekerja laki-laki,
Sementara itu, Bapak Tatang dari Kemlu, menekankan pentingnya kerjasama luar negeri dalam upaya perlindungan TKI di bidang kesehatan, termasuk HIV dan AIDS di luar negeri.
Keluaran dari acara ini adalah meningkat-nya komitmen BNP2TKI dan juga pe-mangku kepentingan lain, seperti PJTKI, Asosiasi Buruh Migran, termasuk sektor terkait, terutama dalam pendidikan dan pemberian informasi HIV kepada calon TKI.
Tenaga Kerja Indonesia (TKI), merupakan kelompok penduduk yang rawan terinfeksi HIV. Terpisah dari keluarga, risiko kekerasan dan pelecehan seks, hingga kebutuhan biologis di tempat kerja meru-pakan factor penyebab TKI berisiko. Atas dasar itu Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) berinisiatif melakukan Lo-kakarya AIDS Pada TKI, tanggal 16-17 Maret 2011 di Jakarta.
Acara dibuka oleh Kepala BNP2TKI, Jumhur Hidayat yang menekankan pentingnya perlindungan kesehatan bagi TKI, yang harus dimulai dengan upaya pencegahan komprehensif, yaitu dengan pemberian informasi melalui pelatihan yang benar sebelum pemberangkatan. Hadir selaku pembicara adalah Sekretaris KPAN, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu, Tatang Budie Utama dan Deputi
Penempatan BNP2TKI, Ade Noch. Dalam paparannya, Ibu Nafsiah mene-kankan, AIDS merupakan isu kesehatan nasional, sebagaimana dalam Inpres 3/2010, HIV dan AIDS merupakan salah satu butir penting. Selain itu, seharusnya perlindungan TKI bisa dilakukan dalam tiap tahap penempatan TKI, dari sebelum pemberangkatan hingga kepulangan. Hal
Penandatanganan Kerjasama BPPSDM dan KPAN
terkait dengan peningkatan keterampilan dan keahlian dalam bidang HIV dan AIDS. Dengan demikian, pelatihan yang dilakukan KPAN akan memiliki standar mutu dan kompetensi yang terukur dan diakui Kemkes. Hal ini diharapkan mampu memberikan nilai lebih bagi para peserta pelatihan terutama bagi penggiat HIV dan AIDS di daerah.
Dalam kerjasama ini juga, BPPSDM juga berkomitmen menjadikan Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Ciloto, Jawa Barat sebagai Pusat Pelatihan HIV dan AIDS Nasional yang didukung oleh Balai Pelatihan Kesehatan lain di tingkat provinsi. Pada acara ini, turut hadir per-wakilan PB IDI, Deputi Pengembangan Program KPAN, Kepala –Kepala Balai Pelatihan, serta undangan dari jajaran Kementerian Kesehatan.
Sumber daya manusia handal merupakan kebutuhan utama dalam upaya peningka-tan dan penguapeningka-tan upaya penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia. Untuk itu dibutuhkan pelatihan dan pendidikan yang bermutu, terpola, serta berkesinam-bungan. Menjawab tantangan tersebut, Kepala Badan Pengembangan dan Pem-berdayaan Sumber Daya Manusia (BPPSDM) Kementerian Kesehatan dan Sekretaris KPA Nasional menandatangani kesepakatan untuk mengadakan ker-jasama penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di Indo-nesia.
Penandatanganan dilakukan oleh Bapak dr. Bambang Giatno Rahardjo, MPH, selaku Kepala BPPSDM dan Ibu dr. Naf-siah Mboi, Sp.A, MPH selaku Sekretaris KPAN.
Dalam penandatanganan yang dilakukan di kantor BPPSDM Jakarta pada tanggal 3
Maret 2011 ini, kedua pihak bersepakat untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki dalam rangka penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan HIV dan AIDS. Tindak lanjut penting dari kesepakatan ini adalah akan dilakukan proses sertifikasi setiap kegiatan yang dilakukan KPAN Penandatangan Kesepakatan Kerjasama oleh dr. Bambang Giatno, MPH (Kepala BPPSDM) dan dr. Nafsiah Mboi, Sp,A, MPH (Sekretaris KPAN)
Jumpa Pers dalam Workshop AIDS pada TKI di BNP2TKI Jakarta
Lokakarya Finalisasi Modul PMTS oleh 4 PR
sif HR, skrining dan assessment terapi adiksi. Juga dibahas program terapi ruma-tan bagi pasien, perubahan perilaku dalam program terapi rumatan, dan prinsip dasar konseling, koordinasi layanan dan ruju-kan serta rencana tindak lanjut. Masing-masing provinsi mengidentifikasi kebutu-han layanan program HR.
Tindak lanjut dari pelatihan ini tiap wilayah mampu melakukan koordinasi program HR yang lebih baik, memperkuat jejaring kerja yang ada, serta mampu me-laksanakan materi konseling adiksi yang tepat.
Evaluasi program HR tahun 2010 menun-jukkan bahwa KPAN bersama dengaa Dinkes telah mengembangkan program LASS (Layanan Alat Suntik Steril) pada 161 puskesmas di 21 provinsi. Sebanyak 12.050 orang penasun mengakses layanan ini, baik di Puskesmas maupun dari petu-gas penjangkau LSM.
Petugas kesehatan perlu memiliki penge-tahuan tentang adiksi dalam melakukan penilaian kondisi pasien untuk menentu-kan jenis layanan yang dibutuhmenentu-kan. Pe-latihan Adiksi dan Konsep HR bagi Dok-ter dan Perawat di Puskesmas diadakan di Surabaya pada tanggal 21-25 Maret 2011 merupakan gelombang 2 dari 3 gelom-bang yang direncanakan. Peserta pelati-han berasal dari Surabaya, Malang, Kab Banyuwangi, Kab Jember, Kab Malang, Makasar, Denpasar, Pontianak,
Banjarma-sin, Manado, Samarinda, Mataram, Ku-pang, Kab Lombok Timur. Peserta adalah perwakilan dari KPA Kabupaten/Kota, Dinkes, Puskesmas, dan LSM/PKNI. Dalam pelatihan ini membahas program HR, kebijakan penanggulangan gangguan penggunaan napza, ringkasan tentang adiksi napza, paparan 9 paket
komprehen-GWL-Ina, WHO, KPAP DKI, BKKBN dan CHAI.
Lokakarya berjalan amat produktif dan menghasilkan banyak masukan untuk penyempurnaan modul. Tindak lanjut nya adalah penyesuaian struktur Modul PMTS yang mengikuti kaidah-kaidah kediklatan untuk memenuhi prasyarat sertifikasi BPPSDM. Akan dilakukan pertemuan yang mengumpulkan narasumber ahli untuk melengkapi materi Modul PMTS untuk topik-topik sesuai masukan lokakarya. Uji Coba Modul PMTS pada 30 orang Widya Iswara BPPSDM dengan dana BPPSDM. Dan pada bulan Mei – Juni pertengahan akan dilakukan rangkaian pelatihan Fasilitator Provinsi secara regional.
Penularan HIV melalui transmisi seksual meru-pakan faktor risiko tertinggi dalam laporan AIDS Kemkes sepan-jang 2010. Karena itu dibutuhkan pendekatan baru yang komprehen-sif melalui intervensi struktural. Terkait hal tersebut, KPAN mengembangkan Pedoman Program Pencegahan HIV Melalui Transmisi Seksual (PMTS) dengan dukungan sektor terkait.
Dalam rangka membangun harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan dan pelaksanaan di lapangan maka dikembangkan tahapan kegiatan
sistematis untuk penerapan PMTS sesuai pedoman yang telah disusun secara nasional di 33 propinsi. Dan pada tanggal 30-31 Maret 2011 di Jakarta, dilakukan Lokakarya Pembahasan Modul PMTS yang bertujuan untuk melakukan sosialisasi dan finalisasi draft Modul PMTS dan menetapkan calon Fasilitator Nasional PMTS dan memberi rekomendasi calon Fasilitator Provinsi PMTS. Lokakarya diikuti oleh 32 orang yang terdiri dari KPAN, NU, PKBI, Kemkes, BBPK Ciloto, YPI, FHI, OPSI,
Pelatihan Adiksi dan Konsep Program Harm Reduction (HR) bagi Dokter
Untuk tetap mendorong
berjalannya
manajemen
organisasi yang baik dan
bertanggung jawab, Ikatan
Perempuan Positif
Indone-sia (IPPI) melakukan
Ra-pat Kerja Nasional yang
dilakukan di Bogor pada
tanggal
28-31
Maret
2011.
Tujuan
umum
kegiatan
ini
adalah
melakukan finalisasi dan pengesahan RENSTRA
IPPI 2011-2014. Dengan tujuan khususnya
merumuskan fokus isu-isu prioritas yang akan
dikerjakan IPPI periode tahun 2011-2014 serta
merumuskan strategi IPPI dalam upaya memenuhi
kebutuhan anggota.
Peserta dalam rapat ini adalah para Dewan
Pengurus, Sekretariat Nasional dan anggota IPPI
sebanyak 20 orang, yang berasal dari wilayah
Jakarta,
Bandung,
Surabaya,
Yogyakarta,
Denpasar, Padang, Medan, Manado, Makassar,
Mataram dan Papua.
Dalam pertemuan ini, diawali
dengan evaluasi pelaksanaan
program dan kegiatan IPPI di
tahun 2010. Evaluasi
disam-paikan dari tingkat nasional
hingga regional dan daerah.
Selain pembahasan kinerja,
rapat juga disertai dengan
ma-teri
peningkatan
kapasitas
berupa paparan dan dan diskusi
tentang HAM, jender dan keorganisasian. Hasil dari
pertemuan ini selain telah disahkannya Renstra IPPI
2011-2014, juga disepakati rencana kerja dan kegiatan
IPPI untuk tahun 2011.
Salah satu rekomendasi utama bagi IPPI adalah
pening-katan koordinasi antar pengurus di tingkat nasional dan
daerah. Rekomendasi penting lainnya adalah, IPPI
su-dah harus mulai melakukan advokasi untuk mampu
mengakses APBD dalam kegiatan di daerah
masing-masing.
Pendekatan komunitas merupakan salah satu dasar dalam
me-nentukan keberhasilan penatalaksanaan penyalahgunaan napza.
Kolaborasi dengan sarana berbasis komunitas sangat diperlukan.
Untuk itu KPAN menginisiasi pengembangan Pedoman
Pemulihan Adiksi Berbasis Masyarakat (PABM). Program ini
penting untuk diperluas karena angka penularan HIV pada
penasun masih tinggi. Sebagai bagian dari pemantauan, KPAN
mengadakan pertemuan diseminasi program PABM untuk
men-dapat solusi terhadap permasalahan yang ada sehingga terbentuk
pelayanan berkelanjutan yang komprehensif. Pertemuan
diada-kan pada tanggal 30 Maret 2011 di Sekretariat KPAN, Jakarta.
Hadir dalam acara ini perwakilan Kemkes, Polri, BNN, RS,
PKM, perguruan tinggi, Badan PBB dan LSM.
Dalam diskusi dipaparkan tentang keberhasilan program di beberapa wilayah. Selain itu juga disampaikan pentingnya
keberlanjutan dan integrasi program dalam layanan HR yang lain, termasuk mendorong pemberi layanan untuk
memberi-kan informasi akses untuk layanan pengobatan dan perawatan. Sementara itu beberapa kendala dalam program adalah
permasalahan pada penasun yang kompleks dan unik, pelibatan kelompok masyarakat yang minim, kebutuhan sumber
daya manusia dan pendanaan. Masalah lain adalah masih tingginya stigma dan diskriminasi masyarakat.
Sesi Pemberian Materi dalam Rakernas IPPI 2011
Salah satu kegiatan di Panti Rehab BNN
Lokakarya Diseminasi Pedoman PABM
Pusat Informasi AIDS Nasional (PIAN) KPAN secara
rutin mengembangkan dokumentasi e-book untuk
do-kumen, artikel, maupun pedoman yang terkait dengan
in-formasi HIV dan AIDS. Daftar dokumen yang telah
dila-kukan digitalisasi dan diunduh dalam bentuk e-book.
Daf-tar Buku Digitalisasi saat ini anDaf-tara lain:
1.
Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS
2007-2010.
2.
Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS
Pada Anak dan Remaja 2007-2010
3.
Strategi Penanggulangan HIV dan AIDS Pada
Perem-puan 2007-2010
4.
Strategi dan Rencana Aksi Penanggulangan HIV dan
AIDS 2010-2014
5.
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS
di Indonesia 2007-2010
6.
National HIV and AIDS Strategy and Action
7.
Panduan Organisasi dan TAta kerja Sekretariat Komisi
Penanggulangan AIDS di Daerah
8.
Peraturan Menteri Dalam Negri No. 20 tahun 2007,
Pe-doman Umum Pembentukan KPA dan pemberdayaan
Masyarakat dalam rangka penanggulangan HIV AIDS
di Daerah.
9.
Informasi Dasar Penanggulangan HIV dan AIDS di
In-donesia Seri 1: Profil KPAP di 33 Provinsi
10.
Pembelajaran Penanggulangan HIV dan AIDS di
Indo-nesia
Untuk dokumen lain, dapat juga dilihat dan diunduh
me-lalui:
www.aidsindonesia.or.id/elibrary
. Sementara itu,
do-kumen lain saat ini masih dalam proses dan akan terus kami
informasikan secara berkala melalui website tersebut dan
laporan bulanan KPAN.
Penulisan dan pelaporan yang baik merupakan bagian penting
dalam penyampaian informasi kepada masyarakat. Terkait hal ini
KPAN secara teratur melakukan pelatihan peningkatan kapasitas
sektor dan masyarakat sipil dalam pendokumentasian laporan.
Pelatihan kali ini diadakan di Bogor pada tanggal 22-25 Maret, dan
dihadiri oleh 25 peserta dari sektor kementerian dan lembaga, serta
masyarakat sipil dan jaringan populasi kunci. Dalam acara yang
ber-langsung selama 4 hari, difokuskan pada pengumpulan data dalam
rangka penyusunan dokumentasi pelaksanaan program HIV dan AIDS di masing-masing sektor. Teknik pengumpulan
data yang dibahas dalam pelatihan ini adalah wawancara, focus group discussion (FGD) dan observasi atau pengamatan.
Melalui pelatihan ini, para peserta, terutama yang berasal dari sektor kementerian dan lembaga mampu melakukan
pen-gumpulan data yang valid dan dipercaya.
Dalam pelatihan yang berlangsung secara partisipatif ini, para peserta tidak hanya mendapatkan materi melalui ceramah,
tetapi juga praktek dan role play, mulai dari teori hingga pengolahan data dan penulisan laporan. Dalam evaluasi akhir,
para peserta menyatakan cukup nyaman dengan metode pelatihan yang dilakukan.
Tindak lanjut dari pelatihan ini adalah akan dilakukan pengumpulan data oleh semua sektor, terkait dengan evaluasi 5
Ta-hun Perpres 75 TaTa-hun 2006 tentang KPAN, juga dilakukan pendalaman kajian di 6 sektor terpilih yaitu Kemkes,
Kemda-gri, Kemsos, Kemnakertrans, Kembudpar dan TNI. Diharapkan input dari pengumpulan data ini akan melengkapi laporan
perkembangan penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia.
Peserta Pelatihan Dokumentasi Sektor
Pelatihan Dokumentasi Sektor dan Masyarakat Sipil
ASEAN ke-19.
Tindak lanjut dari kegiatan ini adalah: (I) Pemutakhiran data Indonesia dalam Laporan Regional ASEAN untuk HIV dan AIDS yang akan diluncurkan pada KTT ASEAN ke 19 di Bali, (II) Melakukan tindak lanjut kepada Kementrian Luar Negeri, Menkokesra, Kemkes dan BAPPENAS terkait pemindahan rencana kegiatan dari KTT ASEAN ke 18 ke KTT ASEAN ke 19 dan (III) Melakukan tindak lanjut kepada ATFOA dan Sekretariat ASEAN terkait pengembangan materi sebagai bagian dalam Peringatan 10 Tahun Komitmen ASEAN untuk HIV dan AIDS.
Pada tanggal 28-29 Maret 2011 KPAN menghadiri pertemuan konsultasi ATFOA di Bangkok dalam rangka persiapan konsultasi Akses Universal Asia Pasifik, implementasi Rencana Kerja ASEAN (AWP) IV dan KTT ASEAN ke-18 dan ke-19 di Indonesia. Dalam pertemuan ini delegasi KPAN diwakili oleh Ibu Nafsiah Mboi dan Elis Widen.
Beberapa hasil dari kegiatan ini adalah adanya pernyataan ATFOA yang dikem-bangkan dalam pertemuan konsultasi AT-FOA pada tanggal 28-29 Maret 2011 ter-sebut, dan akan dibacakan dalam perte-muan konsultasi Akses Universal Asia Pacific pada tanggal 30-31 Maret 2011 di Bangkok. Selain itu dalam pertemuan ini juga dibahas kemajuan Implementasi Rencana Kerja ASEAN (AWP) IV.
Sedangkan beberapa rekomendasi penting yang ditujukan untuk persiapan KTT ASEAN ke-18 dan ke-19 di Indonesia antara lain:
• ATFOA mendukung penuh rencana Peringatan 10 tahun Komitmen ASE-AN untuk HIV dan AIDS dalam KTT ASEAN sebagai bagian dari pelaksanaan ASEAN Work Plan IV on HIV and AIDS 2011-2015.
• ATFOA telah menunjuk core team yang terdiri dari anggota ATFOA dari Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia dan Indonesia untuk bertemu pada bulan Mei 2011 di Ja-karta, Indonesia, untuk mengembang-kan rancangan Komitmen ASEAN untuk HIV dan AIDS pada KTT
LSM, yaitu Rumah Cemara,
GWL-Ina, dan Srikandi Pasundan.
Dalam proses pelatihan, peserta
men-dapat materi konsep pemetaan,
peng-gunaan hasil pemetaan dan tools
pe-metaan. Hal penting lain adalah
prak-tek lapangan yang dibagi dalam
kelompok, yang dilanjutkan dengan
presentasi hasil kegiatan dan diskusi.
Dalam diskusi, peserta
mengungkap-kan proses kunjungan dan temuan di
lapangan, termasuk dengan tantangan
yang dihadapi. Yang selanjutnya para
fasilitator memberikan masukan atas
tantangan yang terjadi.
Tindak lanjut kegiatan ini, peserta
bersama fasilitator melakukan diskusi
rancangan pedoman pemetaan
popu-lasi kunci. Hasil rancangan ini
disepakati oleh peserta untuk
diterap-kan masing-masing daerah.
*SSF= Single Stream of Funding
Salah satu cara mengidentifikasi
be-saran masalah HIV dan sebaran
popu-lasi kunci adalah dengan melakukan
estimasi. Data estimasi ini banyak
digunakan
sebagai
acuan
dalam
penyusunan rencana program respons
HIV dan AIDS. Namun data esti,asi
tidak cukup bagi pelaksana program,
sehingga diperlukan pemetaan.
Pe-metaan merupakan upaya
mendapat-kan data yang lebih mendekati realita
seperti jumlah dan persebaran
popu-lasi kunci.
Untuk memperkuat hal tersebut,
KPAN mengadakan Pelatihan
Pe-metaan Populasi Kunci. Kegiatan
di-lakukan di Bandung tanggal 28-31
Maret 2011. Peserta yang hadir
berasal dari 10 Provinsi SSF Group C
yaitu; NAD, Bangka Belitung,
Beng-kulu, Jambi, Kalimantan Tengah,
lawesi Tengah, Sulawesi Barat,
Su-lawesi Tenggara, Gorontalo dan
Maluku
Utara.
Masing
masing
provinsi diwakili oleh dua orang yang
berasal dari Pengelola Program KPA
Provinsi (PP), LSM, Jaringan atau
populasi kunci.
Narasumber berasal dari KPAN
di-tambah dengan perwakilan dari
Jarin-gan Populasi Kunci (Waria, LSL dan
WPS). Untuk memudahkan praktek
lapangan maka panitia meminta
ban-tuan fasilitator daerah, yaitu mereka
yang pernah membantu pelatihan
pe-metaan populasi kunci pada tahun
lalu. Mereka berasal dari jaringan/
Presentasi dan diskusi praktek lapangan oleh peserta
Pertemuan Konsultasi Akses Universal Asia Pasifik
No Kegiatan Gambaran Kegiatan Rencana Output
1
Briefing Jender
Merupakan bagian dari upayapengarusutamaan jender dalam tiap program penanggulangan AIDS di Indonesia
Tiap program penanggulangan AIDS di Indonesia menjadi sensitif jender dan peli-batan aktif peserta perempuan
2
Pertemuan Tim Pelaksana
Kegiatan rutin yang dilakukanKPAN untuk berkoordinasi den-gan seluruh anggota KPAN
Laporan kemajuan dan perkembangan program AIDS di lingkungan sektor anggota KPAN
3
Training HR Komprehensif dan
Adiksi – Angk 3
Rangkaian kegiatan bagi Petugas Kesehatan dalam program HR
Peningkatan kapasitas pada petugas kese-hatan terkait dengan program HR di laya-nan kesehatan
4
Penyusunan Kebijakan
Penanggu-langan AIDS bidang Agama, Buruh
migran, pariwisata
Pendampingan dalam penyusu-nan kebijakan dan penganggaran program penanggulangan AIDS di bidang agama
Adanya dokumen kebijakan penanggulan-gan AIDS di Kementerian terkait
5
Penyusunan Kebijakan
Penanggulangan AIDS pada Buruh
Migran
Pendampingan dalam penyusu-nan kebijakan dan program penanggulangan AIDS pada isu buruh migran yang melibatkan pihak-pihak terkait
Tersusunnya dokumen kebijakan Penang-gulangan AIDS pada buruh migran
6
Lokakarya evaluasi kegiatan diskusi
penasun melalui buku panduan
Pembahasan buku panduan serta diskusi masukan bagi penyem-purnaan panduan.
Adanya masukan dalam penyempurnaan buku panduan diskusi bagi penasun
7
Lokakarya Pengembangan dan
Pe-manfaatan Kurukulum HIV dan AIDS
untuk Pendidikan
Meningkatkat peran serta akademisi dalam mempersiap-kan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam mengelola upaya penanggulan-gan HIV dan AIDS di Indonesia melalui perguruan tinggi
Terdapatnya masukan bagi draft kurikulum penanggulangan HIV dan AIDS bagi pergu-ruan tinggi
10
Persiapan Pertemuan NASA 2011
Penjelasan rencana danmekan-isme pengumpulan data NASA serta menjelaskan peran dan kontribusi KPAN dalam pengum-pulan data.
Adanya kesepahaman serta komitmen dalam penyusunan data NASA 2011