• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KARAKTERISTIK TUMBUHAN TERHADAP PENURUNAN SUHU UDARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KARAKTERISTIK TUMBUHAN TERHADAP PENURUNAN SUHU UDARA."

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

.

PENGARUH KARAKTERISTIK TUMBUHAN TERHADAP

PENURUNAN SUHU UDARA

O l e h :

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

NOVALIA ZAHROINI

0752310031

FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM

SURABAYA

2010

(2)

.

PENGARUH KARAKTERISTIK TUMBUHAN TERHADAP

PENURUNAN SUHU UDARA

Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik ( S-1)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

O l e h :

NOVALIA ZAHROINI

0752310031

FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM

SURABAYA

(3)

.

PENURUNAN SUHU UDARA

oleh :

Pembimbing

NOVALIA ZAHROINI

NPM :0752310031

Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada hari : Selasa Tanggal : 26 Oktober 2010

Menyetujui

Ir. Naniek Ratni JAR, MKes NIP: 030 184 976

Penguji I

Mengetahui

DR.Ir. Edi Mulyadi,S.U.__ NIP:19551231 198503 1 00 2

Penguji II

Ir. Yayok Suryo P., MS__

Ketua Program Studi

NIP:19600601 198703 1 00 1

Ir. Tuhu Agung R., MT__ NIP:19620501 198803 1 00 1

Penguji III

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar sarjana (S1), tanggal :

Dekan Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan

Stempel

Okik Hendriyanto C., ST, MT NPTY: 3 7507 99 0172 1

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah dan berkat rahmat Allah SWT, akhirnya penulis dapat meyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Tumbuhan Terhadap Penurunan Suhu Udara”.

Skripsi ini merupakan bagian dari syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar S1 Teknik Lingkungan. Dengan adanya skripsi ini diharapkan dapat membawa manfaat yang besar baik bagi mahasiswa Teknik Lingkungan UPN “Veteran” maupun bagi masyarakat umum.

Ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya penulis sampaikan kepada : 1. Dr. Ir. Edy Mulyadi, SU. Selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan, UPN “ Veteran “ Jatim.

2. Bapak Ir. Tuhu Agung R., MT selaku ketua Program Studi Teknik Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Ir. Naniek Ratni, JAR, MKes selaku Dosen pembimbing skripsi saya yang telah sabar memberikan bimbingan dan bantuannya.

4. Bapak Ir. Yayok Suryo P., MS, Bapak Ir. Tuhu Agung R., MT, Bapak Okik Hendriyanto C., ST, MT selaku dosen penguji, terima kasih bapak atas saran, arahan, dan kritiknya.

5. Rekan – rekan Mahasiswa Teknik Lingkungan yang banyak membantu saya baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian laporan skripsi saya.

(5)

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segala saran dan kritik sangat diharapkan demi sempurnanya skripsi ini.

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan terlebih bagi generasi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, UPN “ Veteran “ Jatim juga bagi masyarakat luas pada umumnya.

Surabaya, November 2010

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………...…….i

DAFTAR ISI ………...……iii

DAFTAR TABEL ………...vi

DAFTAR GRAFIK ………...viii

DAFTAR GAMBAR ………...ix

ABSTRAK ……….………...…...x

BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ………...1

I.2. Perumusan Masalah...4

I.3. Tujuan Penelitian... ………...5

I.4. Manfaat Penelitian ...5

I.5. Ruang Lingkup ………...5

BAB II. TINJUAN PUSTAKA II.1. Ruang Terbuka Hijau Wilayah Perkotaan ………...6

II.2. Tipe-tipe Ruang Terbuka Hijau... ………...9

II.3. Fungsi & Manfaat Ruang Terbuka Hijau... ……….12

II.4. Elemen Pengisi RTH ……….…...14

II.5. Karakteristik Tumbuhan Pada RTH ………...………..17

II.6. Taman Kota... ……….25

(7)

II.8. Faktor-faktor Meteorologi...……….42

II.9. Mekanisme Penurunan Suhu... ……….44

II.10. Landasan teori... ……….46

BAB III. METODE PENELITIAN III.1. Rancangan Penelitian ………..51

III.2. Lokasi & waktu penelitian …....………..52

III.3. Variabel ………..52

III.4. Pengumpulan Data ……….53

III.5. Diagram Alir...……….54

III.6. Analisa Data ……….55

III.7. Alat Yang Digunakan ……….56

III.8. Prosedur Pengukuran ……...………..57

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Kondisi meteorologis di area penelitian...58

IV.2. Sebaran vegetasi di Surabaya Pusat...64

IV.3. Pengaruh variabel penelitian terhadap suhu di Taman Prestasi...67

IV.4. Pengaruh variabel penelitian terhadap Suhu di Taman Dr. Sutomo...75

IV.5. Pengaruh variabel penelitian terhadap suhu di Raya Diponegoro...81

IV.6. Pengaruh variabel penelitian terhadap suhu untuk Groundcover Plants...87

IV.7. Pengaruh variabel penelitian terhadap suhu untuk Tanaman Semak..92

(8)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan...……….105

V.2. Saran...…....……….107

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN A ...108

LAMPIRAN B ...144

LAMPIRAN C ...162

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data hasil penelitian di Taman Prestasi………...…...……...…….59

Tabel 4.2 Data hasil penelitian di Raya Diponegoro…………...………...……....60

Tabel 4.3 Data hasil penelitian di Taman Dr. Sutomo..………...………...61

Tabel 4.4 Rata – rata temperatur ideal di Surabaya Pusat……...……….62

Tabel 4.5 Rata – rata kelembaban udara di Surabaya Pusat..………...………....63

Tabel 4.6 Rata – rata indeks kenyamanan di Surabaya Pusat..………...……….63

Tabel 4.7 Jenis vegetasi di Surabaya Pusat..………...…………...…...….64

Tabel 4.8 Sebaran vegetasi di Surabaya Pusat…...…...……….65

Tabel 4.9 Indeks komposisi vegetasi di Surabaya Pusat……...…...….………....66

Tabel 4.10 Indeks kerapatan vegetasi di Surabaya Pusat…...…...………...…....….67

Tabel 4.11 Data rata – rata hasil penelitian di Taman Prestasi ...………...…..67

Tabel 4.12 Descriptive statistic...……...………...68

Tabel 4.13 Model summary...……...………...…..69

Tabel 4.14 Uji signifikansi model (persamaan)regresi...……...…………...……..69

Tabel 4.15 Persamaan regresi……...………...…...70

Tabel 4.16 Data rata – rata hasil penelitian di Taman Dr. Sutomo ....………...….75

Tabel 4.17 Data rata – rata hasil penelitian di Raya Diponegoro....…………...…....….81

Tabel 4.18 Data rata – rata hasil penelitian groundcover plants di Taman Prestasi ...87

(10)

Tabel 4.20 Data rata – rata hasil penelitian groundcover plants di Raya Diponegoro...91

Tabel 4.21 Data rata – rata hasil penelitian tanaman semak di Taman Prestasi... …...93

Tabel 4.22 Data rata – rata hasil penelitian tanaman semak di Taman Dr. Sutomo...95

Tabel 4.23 Data rata – rata hasil penelitian tanaman semak di Raya Diponegoro... ….97

Tabel 4.24 Data rata – rata hasil penelitian tanaman perdu di Taman Prestasi... …...….99

Tabel 4.25 Data rata – rata hasil penelitian tanaman perdu di Taman Dr. Sutomo... ..….101

(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Pengaruh keempat variabel terhadap suhu di Taman prestasi...……...68

Grafik 4.2 Pengaruh keempat variabel terhadap suhu di Taman Dr. Sutomo...75

Grafik 4.3 Pengaruh keempat variabel terhadap suhu di Raya Diponegoro...………...81

Grafik 4.4 Hasil penelitian groundcover plants di Taman Prestasi…………...87

Grafik 4.5 Hasil penelitian groundcover plants di Taman Dr. Sutomo...89

Grafik 4.6 Hasil penelitian groundcover plants di Raya Diponegoro ... ...…...91

Grafik 4.7 Hasil penelitian tanaman semak di Taman Prestasi ... ...…...93

Grafik 4.8 Hasil penelitian tanaman semak di Taman Dr. Sutomo.... …...95

Grafik 4.9 Hasil penelitian tanaman semak di Raya Diponegoro ... …...……...97

Grafik 4.10 Hasil penelitian tanaman perdu di Taman Prestasi……...…99

Grafik 4.11 Hasil penelitian tanaman perdu di Taman Dr. Sutomo …...101

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

ABSTRAK

Permintaan akan pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh dan bersifat akseleratif untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, termasuk kemajuan teknologi, industri dan transportasi, selain sering mengubah konfigurasi alami lahan/ bentang alam perkotaan juga menyita lahan-lahan tersebut dan berbagai bentukan ruang terbuka lainnya. Ruang Terbuka Hijau (RTH) wilayah perkotaan adalah ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih bersifat terbuka, berisi hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang tumbuh secara alami atau tanaman budi daya.

Keberadaan Ruang Terbuka Hijau sangat memiliki manfaat cukup besar dalam peningkatan kualitas hidup kota seperti sebagai pengendali iklim mikro. Berdasarkan hasil analisa penelitian didapatkan karakter taman kota ditinjau dari sebaran vegetasi dan kerapatan pohon Taman Dr. Sutomo merupakan yang sangat baik dari pada Taman Prestasi dan Raya Diponegoro. Jarak tanam merupakan yang paling berpengaruh terhadap penurunan suhu udara dengan nilai yang didapat adalah 1,429. sedangkan kondisi iklim mikro secara keseluruhan termasuk dalam kategori ”nyaman”, kondisi tersebut dipengaruhi oleh kerapatan vegetasi di setiap taman.

(14)

ABSTRACT

The demand for using urban land always grows and be acseleratif for the construction of urban facilities, including advances of technology, industry and transportation, in addition to frequently change the natural configuration of the land / urban landscape are also confiscating lands and various other open space formation. Green Open Space is a space in the urban areas in the city or the large region, both in the form of elongated area / pathway or clustered, where its use is more open, containing the green plants or plants that grow naturally or crop cultivation .

Exsistence of green open space have big enough to have benefit of the quality of city environment , for example by controller of micro climate.

Based on the analysis results showed the character of a city park in terms of vegetation distribution and tree density result of Dr. Sutomo Park is an excellent achievement from Prestasi Park and Diponegoro. Spacing of plants is the most influential to decrease air temperature with the value obtained is 1.429. while the micro climate conditions as a whole are included in the category of "comfortable", that condition is influenced by vegetation density at each park. Keywords: green open space, microclimate, vegetation distribution, comfort

(15)

1

I.1 Latar Belakang

Kota mempunyai luas yang tertentu dan terbatas. Permintaan akan pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh dan bersifat akseleratif untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, termasuk kemajuan teknologi, industri dan transportasi, selain sering mengubah konfigurasi alami lahan/ bentang alam perkotaan juga menyita lahan-lahan tersebut dan berbagai bentukan ruang terbuka lainnya. Kedua hal ini umumnya merugikan keberadaan RTH (Ruang Terbuka Hijau/ Urban Green Space) yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak ekonomis.

Di lain pihak, kemajuan alat dan pertambahan jalur transportasi dan sistem utilitas, sebagai bagian dari peningkatan kesejahteraan warga kota, juga telah menambah jumlah bahan pencemar dan telah menimbulkan berbagai ketidaknyamanan di lingkungan perkotaan. Untuk mengatasi kondisi lingkungan kota seperti ini sangat diperlukan RTH sebagai suatu teknik bioengineering dan bentukan biofilter yang relatif lebih murah, aman, sehat, dan menyamankan.

(16)

lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan. Pemanfaatannya lebih bersfat berisi hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alami atau tanaman budi daya. (Anonim, 2009)

Taman merupakan sebuah areal yang berisikan komponen material keras dan lunak yang saling mendukung satu sama lainnya yang sengaja direncanakan dan dibuat oleh manusia dalam kegunaanya sebagai tempat penyegar dalam dan luar ruangan. Taman dapat dibagi dalam taman alami dan taman buatan. Taman yang sering dijumpai adalah taman rumah tinggal, taman lingkungan, taman bermain, taman rekreasi, taman botani.

Kepadatan penduduk dan kegiatan ekonomi Surabaya menghasilkan akumulasi panas di kota. Panas yang terpusat di bagian-bagian tertentu suatu kota dikenal sebagai kutub panas kota (urban heat island). Hampir semua kegiatan ekonomi perkotaan dapat dijumpai di kota

ini, tidaklah mengherankan jika kota Surabaya memiliki kondisi udara yang kurang nyaman dan terasa sangat panas. Dan juga masih tergolong minimnya ruang terbuka hijau yang tersedia mengakibatkan peningkatan suhu udara di Surabaya. Semakin memanasnya suhu Kota Surabaya disebabkan tingginya gas emisi ( komposisi gas-gas dan senyawa buangan yang dibuang ke udara bebas ) yang dilepas ke udara terutama yang terbesar berasal dari karbon monoksida (CO) 5.480.000 ton/tahun bersumber dari Industri & transpostasi.

(17)

memiliki unsur-unsur alami yang cukup banyak. Perubahan unsur – unsur lingkungan dari yang alami menjadi unsur buatan menyebabkan terjadinya perubahan karakteristik iklim mikro. Berbagai aktivitas perkotaan, seperti kegiatan industri dan transportasi, mengubah komposisi atmosfer yang berdampak pada perubahan komponen ekosistem. Selain itu, polusi udara diperkotaan menyebabkan perubahan validitas dan daya serap atmosfer terhadap radiasi matahari. (Susanti, 2006)

RTH perkotaan mempunyai manfaat kehidupan yang tinggi Berbagai fungsi yang terkait dengan keberadaannya (fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek dan lingkungan) tidak hanya dapat dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan untuk kelangsungan kehidupan perkotaan tetapi juga dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas kota. Untuk mendapatkan RTH yang fungsional dan estetik dalam suatu sistem perkotaan maka luas minimal, pola dan struktur, serta bentuk dan distribusinya harus menjadi pertimbangan dalam membangun dan mengembangkannya.

Taman kota menjadi salah satu bagian penting dalam kehidupan masyarakat kota. Seperti layaknya paru - paru dalam tubuh kita, taman kota memiliki fungsi yang signifikan. Secara umum, taman kota memiliki tiga fungsi yang satu sama lain mempunyai keterkaitan, diantaranya fungsi ekologis, estetika dan fungsi sosial.

(18)

penduduk, seperti meredam kebisingan maupun yang paling signifikan adalah menyerap kelebihan CO2, untuk kemudian dikembalikan menjadi

oksigen (O2

1. Faktor – faktor yang mempengaruhi penurunan suhu udara ).

Selain menghasilkan oksigen, pohon juga berperan besar dalam menetralisir udara, dimana secara fisiologis tumbuhan memiliki kemampuan untuk mengakumulasi logam berat, yang digunakan sebagai katalisator reaksi metabolisme dan berperan pada pembentukan organ tumbuhan. Dengan adanya taman kota dapat menurunkan suhu udara di wilayah tersebut.

Taman yang ideal adalah taman yang memenuhi ketiga fungsi pokoknya, yakni fungsi ekologis, estetis dan sosial. Dan ketiga fungsi itu saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Yang pasti dimana taman tersebut dilestarikan sesuai dengan keasliannya, maka ketiga fungsi itu akan terbangun dengan sendirinya

I. 2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam kajian ini adalah :

(19)

I. 3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengenali karakter ruang terbuka hijau yang dapat menurunkan suhu udara

2. Mengetahui pengaruh karateristik tumbuhan terhadap suhu udara. 3. Mengevaluasi kondisi iklim mikro

I. 4 Manfaat

Manfaat yang didapat dalam pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Keberadaan RTH yang proporsional dapat mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan

2. Memberikan masukan dalam pembentukan taman yang sesuai dengan arah rencana dan rancangannya.

I. 5 Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini dibatasi hal-hal sebagai berikut :

1. Wilayah yang akan diteliti adalah wilayah Surabaya Pusat

2. Keanekaragaman tanaman yang terdapat pada lokasi ruang terbuka hijau meliputi jenis tanaman, kerapatan, dan indeks luas daun (Leaf Area Index).

(20)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Ruang Terbuka Hijau Wilayah Perkotaan

Kota mempunyai luas yang tertentu dan terbatas, permintaan akan pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh dan bersifat akseleratif untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, termasuk kemajuan teknologi, industri dan transportasi, selain sering mengubah tatanan alami lahan/bentang alam perkotaan juga menyita lahan-lahan tersebut dan berbagai bentukan ruang terbuka lainnya. Kedua hal ini umumnya merugikan keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak ekonomis. Di lain pihak, kemajuan alat dan pertambahan jalur transportasi dan sistem utilitas, sebagai bagian dari peningkatan kesejahteraan warga kota, juga telah menambah jumlah bahan pencemar dan telah menimbulkan berbagai ketidaknyamanan di lingkungan perkotaan. Untuk mengatasi kondisi lingkungan kota seperti ini sangat diperlukan sekali RTH untuk menyegarkan kembali udara perkotaan.

(21)

perencanaan dan pembangunannya. Tata guna lahan, sistem transportasi, dan sistem jaringan utilitas merupakan tiga faktor utama dalam menata ruang kota. Dalam perkembangan selanjutnya, konsep ruang kota selain dikaitkan dengan permasalahan utama perkotaan yang akan dicari solusinya juga dikaitkan dengan pencapaian tujuan akhir dari suatu penataan ruang yaitu untuk kesejahteraan, kenyamanan, serta kesehatan warga dan kotanya.

Ruang publik terbuka khususnya ruang terbuka hijau merupakan salah satu kebutuhan masyarakat perkotaan saat ini dan ruang terbuka hijau sangat berperan penting menjadi paru-paru kota. Di ruang publik terbuka itu, warga dapat bersosialisasi melalui berbagai kegiatan seperti olahraga, bercengkerama, rekreasi, diskusi, pameran/bazar, dan lainnya. Anak-anak mungkin bisa bermain dengan leluasa di bawah teduhnya pohon-pohon yang rimbun. Singkatnya, ini menjadi tempat rekreasi dan olahraga yang menyenangkan tanpa harus mengeluarkan biaya.

(22)

pertimbangan dalam membangun dan mengembangkannya. Karakter ekologis, kondisi dan keinginan warga kota, serta arah dan tujuan pembangunan dan perkembangan kota merupakan determinan utama dalam menentukan besaran RTH fungsional ini.

Keberadaan ruang terbuka hijau penting dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan. Pengendalian pembangunan wilayah perkotaan harus dilakukan secara proporsional dan berada dalam keseimbangan antara pembangunan dan fungsi-fungsi lingkungan. Kelestarian RTH suatu wilayah perkotaan harus disertai dengan ketersediaan dan seleksi tanaman yang sesuai dengan arah rencana dan rancangannya.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi (a) bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan (b) bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman, berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasi menjadi (a) bentuk RTH kawasan (areal, non linear), dan (b) bentuk RTH jalur (koridor,

(23)

diklasifikasi menjadi (a) RTH kawasan perdagangan, (b) RTH kawasan perindustrian, (c) RTH kawasan permukiman, (d) RTH kawasan per-tanian, dan (e) RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga, alamiah.

Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi (a) RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh peme-rintah (pusat, daerah), dan (b) RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik privat.

II. 2 Tipe-Tipe Ruang Terbuka Hijau

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.63 th 2002 tentang hutan kota, menjelaskan beberapa tipe – tipe RTH adalah sebagai berikut :

a. Tipe kawasan permukiman adalah Ruang Terbuka Hijau yang dibangun pada areal permukiman, yang berfungsi sebagai penghasil oksigen, penyerap karbondioksida, peresap air, penahan angin, dan peredam kebisingan, berupa jenis komposisi tanaman pepohonan yang tinggi dikombinasikan dengan tanaman perdu dan rerumputan.

Karakteristik pepohonannya :

(24)

2. pohon-pohon penghasil bunga/ buah/ biji yang bernilai ekonomis.

b. Tipe kawasan industri adalah Ruang Terbuka Hijau yang dibangun di kawasan industri yang berfungsi untuk mengurangi polusi udara dan kebisingan, yang ditimbulkan dari kegiatan industri.

Karakteristik pepohonannya:

Pohon-pohon berdaun lebar dan rindang, berbulu dan yang mempunyai permukaan kasar/berlekuk, bertajuk tebal, tanaman yang menghasilkan bau harum.

c. Tipe rekreasi adalah Ruang Terbuka Hijau yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan rekreasi dan keindahan, dengan jenis pepohonan yang indah dan unik.

Karakteristik pepohonannya:

Pohon-pohon yang indah dan atau penghasil bunga/buah yang digemari oleh satwa, seperti burung, kupu-kupu dan sebagainya. d. Tipe pelestarian plasma nutfah adalah Ruang Terbuka Hijau yang

berfungsi sebagai pelestari plasma nutfah, yaitu :

1. Sebagai konservasi plasma nutfah khususnya vegetasi secara insitu.

2. Sebagai habitat khususnya untuk satwa yang dilindungi atau yang dikembangkan.

Karateristik pepohonannya :

(25)

e. Tipe perlindungan adalah Ruang Terbuka Hijau yang berfungsi untuk :

1. Mencegah atau mengurangi bahaya erosi dan longsor pada daerah dengan kemiringan cukup tinggi dan sesuai karakter tanah.

2. Melindungi daerah pantai dari gempuran ombak (abrasi). 3. Melindungi daerah resapan air untuk mengatasi masalah

menipisnya volume air tanah atau masalah intrusi air laut. Karakteristik pepohonannya :

1. Pohon-pohon yang memiliki daya evapotranspirasi yang rendah.

2. Pohon-pohon yang dapat berfungsi mengurangi bahaya abrasi pantai seperti mangrove dan pohon-pohon yang berakar kuat.

f. Tipe pengamanan adalah Ruang Terbuka Hijau yang berfungsi untuk Meningkatkan keamanan pengguna jalan pada jalur kendaraan dengan membuat jalur hijau dengan kombinasi pepohonan dan tanaman perdu.

Karakteristik pepohonannya :

Pohon-pohon yang berakar kuat dengan ranting yang tidak mudah patah, yang dilapisi dengan perdu yang liat, dilengkapi jalur pisang-pisangan dan atau tanaman merambat.

(26)

II. 3 Fungsi dan Manfaat

RTH, baik RTH publik maupun RTH privat, memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis, dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitektural, sosial, dan fungsi ekonomi. Dalam suatu wilayah perkotaan empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota. RTH berfungsi ekologis, yang menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu wilayah kota, seperti RTH untuk perlindungan sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat kehidupan liar. RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur kota.

Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar), keinginan dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat

(27)

II.3.1 Pola dan Struktur Fungsional

Pola RTH kota merupakan struktur RTH yang ditentukan oleh hubungan fungsional (ekologis, sosial, ekonomi, arsitektural) antar komponen pembentuknya. Pola RTH terdiri dari (a) RTH struktural, dan (b) RTH non struktural. RTH struktural merupakan pola RTH yang dibangun oleh hubungan fungsional antar komponen pembentuknya yang mempunyai pola hierarki planologis yang bersifat antroposentris. RTH tipe ini didominasi oleh fungsi-fungsi non ekologis dengan struktur RTH binaan yang berhierarkhi. Contohnya adalah struktur RTH berdasarkan fungsi sosial dalam melayani kebutuhan rekreasi luar ruang (outdoor recreation) penduduk perkotaan seperti yang diperlihatkan dalam urutan hierakial sistem pertamanan kota (urban park system) yang dimulai dari taman perumahan, taman lingkungan, taman kecamatan, taman kota, taman regional, dst). RTH non struktural merupakan pola RTH yang dibangun oleh hubungan fungsional antar komponen pembentuknya yang umumnya tidak mengikuti pola hierarki planologis karena bersifat ekosentris. RTH tipe ini memiliki fungsi ekologis yang sangat dominan dengan struktur RTH alami yang tidak berhierarki. Contohnya adalah struktur RTH yang dibentuk oleh konfigurasi ekologis bentang alam perkotaan tersebut, seperti RTH kawasan lindung, RTH perbukitan yang terjal, RTH sempadan sungai, RTH sempadan danau, RTH pesisir.

(28)

bobot tertinggi pada kerawanan ekologis kota (tipologi alamiah kota: kota lembah, kota pegunungan, kota pantai, kota pulau, dll) sehingga dihasilkan suatu pola RTH struktural.

II. 4 Elemen Pengisi RTH

RTH dibangun dari kumpulan tumbuhan dan tanaman atau vegetasi yang telah diseleksi dan disesuaikan dengan lokasi serta rencana dan rancangan peruntukkannya. Lokasi yang berbeda (seperti pesisir, pusat kota, kawasan industri, sempadan badan-badan air, dll) akan memiliki permasalahan yang juga berbeda yang selanjutnya berkonsekuensi pada rencana dan rancangan RTH yang berbeda.

Untuk keberhasilan rancangan, penanaman dan kelestariannya maka sifat dan ciri serta kriteria (a) arsitektural dan (b) hortikultural tanaman dan vegetasi penyusun RTH harus menjadi bahan pertimbangan dalam menyeleksi jenis-jenis yang akan ditanam.

Persyaratan umum tanaman untuk ditanam di wilayah perkotaan: (a) Disenangi dan tidak berbahaya bagi warga kota

(b) Mampu tumbuh pada lingkungan yang marjinal (tanah tidak subur, udara dan air yang tercemar)

(c) Tahan terhadap gangguan fisik (vandalisme) (d) Perakaran dalam sehingga tidak mudah tumbang

(e) Tidak gugur daun, cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural (f) Dapat menghasilkan O

(29)

(g) Bibit/benih mudah didapatkan dengan harga yang murah/terjangkau oleh masyarakat

(h) Prioritas menggunakan vegetasi endemik/lokal (i) Keanekaragaman hayati

Jenis tanaman endemik atau jenis tanaman lokal yang memiliki keunggulan tertentu (ekologis, sosial budaya, ekonomi, arsitektural) dalam wilayah kota tersebut menjadi bahan tanaman utama penciri RTH kota tersebut, yang selanjutnya akan dikembangkan guna mempertahankan keanekaragaman hayati wilayahnya dan juga nasional.

II.4.1 Jenis-Jenis Tanaman Penghijauan

Menurut BAPEDAL Propinsi Jawa Timur tahun 2008 dalam merealisasikan peningkatan kualitas lingkungan hidup, maka jenis-jenis tanaman untuk penghijauan agar diarahkan pada tanaman yang sesuai dengan kondisi dan potensi daerah masing-masing berupa :

a. Tanaman produktif (misal : Mangga, Rambutan, Durian, Melinjo, Jambu Mente, Kakau, Kelapa).

b. Tanaman kayu-kayuan / tanaman keras yang berfungsi sebagai penghijaun (misal : Mahoni, Acasia, Sengon, Angsana, Johar, Trembesi, Sono Keling, Eucalyptus).

(30)

d. Tanaman langka (misal : Sawo Kecik, Matoa, Juwet Putih, Jeruk Nambangan, Nangka Celeng, Gandaria, Wuni, Kedawung).

e. Tanaman tepi jalan (misal : Bungur, Kemiri, Mindi, Tanjung, Asem, Mahoni, Sono Keling, Sono Kembang, Acasia, Tiara Payung, Glodokan).

Menurut BAPEDAL Propinsi Jawa Timur tahun 2008 dalam memilih jenis tanaman tersebut agar memperhatikan keserasian fungsi tanaman lain :

1. Pohon yang berfungsi dapat mengawetkan dan menyuburkan tanah serta dapat menghasilkan nilai tambah ekosistem (untuk lahan kritis). 2. Pohon yang dapat berfungsi meredam kebisingan (untuk lingkungan

pabrik, pinggir jalan).

3. Pohon yang dapat mengundang burung sehingga dapat menjadi rekreasi (untuk lingkungan pemukiman, kampus dan kantor).

4. Pohon yang menampilkan ciri khas daerah (untuk lingkungan kantor, kampus, sekolah, pinggir jalan).

5. Tanaman langka guna memelihara pelestariannya (untuk lingkungan kantor, kampus, sekolah, pemukiman).

6. Pohon yang dapat menghasilkan nilai tambah ekonomis sebagai penambah pendapatan masyarakat (untuk lahan kritis, lingkungan pemukiman).

(31)

memperkecil silau cahaya, mengurangi polusi udara dan menambah keindahan serta kesehatan fisik dan mental manusia.

8. Pohon/tanaman yang dapat menyerap polusi udara (untuk lingkungan pabrik, pinggir jalan) antara lain :

a. Untuk debu (misal : pohon Keres dan bunga Matahari).

b. Untuk peredam kebisingan (misal : pohon Beringin dan Tiara Payung).

c. Untuk menyerap bau (misal : pohon Cempaka, Kenanga dan Tanjung).

d. Untuk menyerap S02 dan NO2

e. Untuk menyerap Pb (timbal) antara lain :

(misal : Kayu arang (Caria grandis)), Kiputri (Podocarpus verisfolius)).

- Penyerap Pb (timbal) sangat tinggi (misal : Jambu biji, Ketapang, Bungur, Mahoni, Johar, dan sem Londo).

- Penyerap Pb (timbal) sedang (misal : Mangga, Cemara Laut dan Angsana).

- Penyerap Pb (timbal) rendah (misal : Daun Kupu-kupu, Kenanga, Kenari, Karet Kebun, Dadap dan Akasia)

II. 5. Karaketeristik Tumbuhan Pada Ruang Terbuka Hijau

(32)

suhu udara, memperbaiki kondisi tanah dan sebagainya. Vegetasi dapat menghadirkan estetika tertentu yang terkesan alamiah dari garis, bentuk, warna, dan tekstur yang ada dari tajuk, daun, batang, cabang, kulit batang, akar, bunga, buah maupun aroma yang ditimbukan dari daun, bunga maupun buahnya.

Guna mendapatkan keberhasilan pembangunan RTH, hendaknya dipilih tanaman berdasarkan beberapa pertimbangan dengan tujuan agar tanaman dapat tumbuh baik dan dapat menanggulangi masalah lingkungan yang muncul. Aspek hortikultural sangat penting dipertimbangkan dalam pemilihan jenis tanaman untuk RTH. Selain itu guna menunjang estetika

urban design, pemilihan jenis vegetasi untuk RTH juga harus mempertimbangkan aspek arsitektural dan artistik visual.

II.5.1 Pengelompokan Tanaman berdasarkan Aspek Arsitektural dan

Artistik Visual

Berdasarkan fungsinya dalam lansekap secara umum, dikemukakan bahwa tanaman dapat berfungsi sebagai:

a. Pemandangan ( Visual control )

b. Penghalang secara fisik ( Physical Bariers )

c. Pengontrol iklim ( Climate Control ) d. Pelindung dari erosi ( Erotion Control )

(33)

Fungsi di atas dapat dipenuhi dengan melakukan pemilihan dan penataan tanaman sesuai karakter masing-masing tanaman.

II.5.2 Pengelompokan berdasarkan Bentuk Tajuk dan Struktur Tanaman

Beberapa istilah yang sering digunakan dalam mengklasifikasikan tanaman secara arsitektural biasanya ditinjau dari tajuk, bentuk massa dan struktur tanaman., pengertian dari beberapa istilah tersebut adalah:

a. Tajuk merupakan keseluruhan bentuk dan kelebaran maksimal tertentu dari ranting dan daun suatu tanaman.

b. Struktur Tanaman ialah bentuk tanaman yang terlihat secara keseluruhan.

Berdasarkan bentuk massa, tajuk dan struktur tanaman, Tanaman dikelompokkan menjadi : (Laurie, 1986 dalam ruhiko, 2009)

a. Tanaman Pohon

(34)

b. Tanaman perdu

Tanaman golongan perdu merupakan tanaman berkayu yang pendek dengan batang yang cukup kaku dan kuat untuk menopang bagian-bagian tanaman. Golongan perdu biasanya dibagi menjadi tiga, yaitu perdu rendah, perdu sedang, dan perdu tinggi. Bunga sikat botol, krossandra dan euphorbia termasuk dalam golongan tanaman perdu.

c. Tanaman semak (shrubs)

Tanaman golongan semak dicirikan dengan batang yang berukuran sama dan sederajat. Bambu hias termasuk dalam golongan tanaman ini. Pada umumnya tanaman ini mempunyai ketinggian di bawah 8 m.

d. Tanaman merambat (liana)

Tanaman golongan liana lebih banyak digunakan untuk tanaman rambat dan tanaman gantung. Liana dicirikan dengan batang yang tidak berkayu dan tidak cukup kuat untuk menopang bagian tanaman lainnya. Alamanda termasuk dalam golongan tanaman liana.

e. Tanaman Herba, Terna, Bryoids dan Sukulen

Golongan herba (herbaceous) atau terna merupakan jenis tanaman dengan sedikit jaringan sekunder atau tidak sama sekali (tidak berkayu) tetapi dapat berdiri tegak. Kana dan tapak darah termasuk dalam golongan tanaman herba.

(35)

rumput-rumputan) dan campuran. Tekstur daun ada yang keras, papery dan sekulen. Coverage biasanya sangat beragam, ada tumbuhan yang sangat tinggi dengan penutupan horizontal dan luas, relatif dapat sebagai penutup, ada yang menyambung dan terpisah-pisah. Penutupan tumbuhan merupakan indikasi dari sistem akar di dalam tanah. Sistem akar sangat penting dan mempunyai pengaruh kompetisi pada faktor-faktor ekologi.

Tanaman sekulen adalah jenis tanaman ’lunak’ yang tidak berkayu dengan batang dan daun yang mampu menyimpan cadangan air dan tahan terhadap kondisi yang kering. Kaktus termasuk dalam golongan tanaman sekulen.

II.5.3 Beberapa Karakteristik Tanaman dalam Membentuk Ruang

Unsur estetika / artistik visual sangat penting dalam membentuk ruang dan karakter arsitektural kota melalui penataan RTH yang baik. Masing-masing tanaman memiliki karakter yang khas. Beberapa unsur yang sering dipertimbangkan dalam memilih tipe estetika tanaman di perkotaan antara lain:

a. Bertajuk indah

b. Tajuk mudah dibentuk c. Berdaun indah

d. Berbunga indah, dan

(36)

Sebagai unsur yang dominan dalam RTH, berdasarkan tampilan artistik visual dan estetika, pohon dapat dikelompokkan menjadi:

a. Berdasarkan bentuk tajuknya, pohon dapat dikelompokkan menjadi : 1) Pohon berbentuk tiang /kolom

2) Pohon berbentuk payung 3) Pohon bertajuk bulat 4) Pohon bertajuk oval

5) Pohon bertajuk melebar di atas 6) Bohon bertajuk segitiga

7) Pohon bertajuk tidak beraturan

b. Berdasarkan kerapatan/kepadatan massanya, dapat dikelompokkan menjadi:

1) Transparan, seperti flamboyan dan cemara angin 2) Sedang, seperti angsana, akasia, dan sebagainya. 3) Massif, seperti beringin dan cemara gembel

c. Berdasarkan kesan struktural yang ditimbulkannya, terdapat pohon yang memberi kesan :

1) Berstruktur ringan jika tanaman itu memberi kesan ramping, yaitu tanaman dengan cabang atau ranting kecil, berdaun kecil atau halus dan jarang;

(37)

3) Berstuktur berat, jika batang, cabang dan rantingnya besar dan berdaun lebat seperti beringin, trembesi, dan karet munding. Selain itu ada pula pohon yang terkesan gagah seperti beringin, ataupun yang terkesan magis seperti kamboja dan cempaka.

II.5.4 Pengelompokan Berdasarkan Pembentuk dan Ornamental Space

Penanaman tumbuhan yang mempertimbangkan aspek arsitekrural akan lebih meningkatkan fungsi RTH. Penggolongan tanaman berdasarkan aspek arsitektural berarti tanaman itu fungsinya lebih ditingkatkan dalam konsep pembentukan ruang luar/ space. Membentuk space berarti mengolah tanaman sebagai pembatas maupun pengisi space. Fungsi tanaman dalam pembentuk dan pengisi ruang meliputi :

a. Tanaman Pelantai (Ground Cover)

(38)

b. Tanaman Pendidinding, Pembatas dan Pengarah

Tanaman pendinding adalah tanaman yang membentuk kesan dinding, dibagi menjadi :

1) Tanaman yang membentuk dinding rendah, yaitu tanaman setinggi mata kaki sampai setinggi lutut seperti semak yang masih pendek dan tanaman border (pembatas)

2) Tanaman yang membentuk dinding sedang, yaitu tanaman yang setinggi lutut sampai setinggi badan seperti semak yang sudah besar dan perdu

3) Tanaman yang membentuk dinding tinggi, yaitu tanaman yang setinggi badan sampai beberapa meter seperti tanaman perdu dan beberapa jenis cemara dan bambu. Selain sebagai physical barrier, tanaman ini dapat berfungsi menjadi pengarah pergerakan, pengontrol visual, kebisingan maupun debu dan polutan lainnya. Tanaman pembatas, pengarah dan pembentuk pandangan adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang berfungsi sebagai pembatas pemandangan yang kurang baik, pengarah gerakan bagi pemakai jalan pada jalan yang berbelok atau menuju ke suatu tujuan tertentu, juga karena letak dapat memberikan kesan yang berbeda sehingga dapat menghilangkan kejenuhan bagi pemakai jalan.

(39)

dapat berbentuk pohon atau perdu yang diletakkan dengan suatu komposisi membentuk kelompok.

c. Tanaman Pengatap atau Peneduh

Tanaman peneduh atau pengatap adalah jenis tanaman berbentuk pohon dengan percabangan yang tingginya lebih dari 2 meter, mempunyai percabangan melebar ke samping seperti pohon yang rindang dan dapat memberikan keteduhan dan menahan silau cahaya matahari, terutama bagi pejalan kaki. Bentuk pengatapan juga dapat menggunakan tanaman seperti bougenvile dan stefanot.

d. Tanaman sebagai Ornamen dan Pengisi Ruang

Tanaman sebagai ornamen atau penghias adalah tanaman yang mempunyai warna menarik pada bunga, daun, kulit batang atau dahan, serta yang bertajuk indah. Sebagai tanaman penghias, bisa dimanfaatkan untuk menghias dinding, pengisi ruang atau yang lainnya. Kehadiran tanaman pengisi ruang cenderung menjadi point of interest melalui penataan yang sculptural. Tanaman untuk fungsi ini bias ditanam secara sendirian atau berkelompok (komunal).

II. 6 Taman Kota

(40)

lahan berpagar yang digunakan untuk mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan (Laurie, 1986 : 9). Dari batasan dapat diambil pengertian sebagai berikut :

a. Taman merupakan wajah dan karakter bahan atau tapak, berarti bahwa menikmati taman mencakup dua hal, yaitu penampakan visual, dalam arti yang bisa dilihat dan penampakan karakter dalam arti apa yang tersirat dari taman tersebut. Mungkin dari ceritanya, gambar yang teraplikasi, nilai-nilai yang terkandung dari taman tersebut.

b. Taman mencakup semua elemen yang ada, baik elemen alami (natural), elemen buatan manusia (artificial), bahkan makhluk hidup yang ada didalamnya, terutama manusia.

Secara umum akhirnya diambil pengertian pembeda antara taman sebagai landscape dan taman sebagai garden, yaitu bahwa taman (landscape) elemen tamannya lebih banyak didominasi oleh elemen alami, sedangkan (garden) elemennya lebih didominasi oleh elemen buatan manusia (artificial) dan dalam luas yang lebih terbatas.

II.6.1 Taman Kota Berdasarkan Rancangannya

Berdasarkan rancangannya taman kota terbagi atas : a. Taman Alami (Natural)

(41)

alami sudah terbentuk sebelumnya, namun dalam penataannya disesuaikan dengan kondisi lahan kota, misalnya hutan kota, taman pengarah jalan, taman alami yang tumbuh dalam kota, dan sebagainya. b. Taman Buatan (Artificial)

Taman buatan atau artificial merupakan sebuah taman yang elemen-elemennya lebih banyak didominasi dengan elemen buatan manusia. Taman artificial dirancang untuk menyeimbangkan kondisi kota dan taman kota, antara lain bermanfaat untuk mengendalikan suhu, panas sinar matahari, pengendali angin, memperbaiki kualitas udara, untuk sarana bermain, rekreasi, memberikan kesenangan, kegembiraan, kenyamanan, sebagai pembatas fisik, pengontrol pandangan, dan lain sebagainya.

II. 6. 2 Taman Kota Berdasarkan Aktifitasnya

Ada tiga macam taman kota berdasarkan aktifitasnya : a. Taman untuk rekreasi aktif.

(42)

b. Taman untuk rekreasi pasif

Taman untuk rekreasi pasif adalah taman yanmg dibentuk agar dapat dinikmati keindahan dan kerindangannya, tanpa mengadakan aktivitas dan kegiatan apapun, misalnya waduk, hutan buatan, penghijauan tepi kali, jalur hijau, lapangan terbang, dan lainnya.

c. Taman untuk rekreasi aktif dan pasif.

Taman untuk rekreasi aktif dan pasif merupakan taman yang bisa dinikmati keindahan sekaligus ada fungsi lain dan dapat digunakan untuk mengadakan aktivitas, misalnya taman lingkungan. Taman lingkungan atau community park adalah suatu taman yang dibuat dan merupakan bagian dari suatu pemukiman, selain rumah ibadah, pasar, sekolah, dan lain-lainnya.

II.6.3 Fungsi Taman kota

(43)

a. Taman Kota

Di tinjau dari kondisi fisiknya, taman kota disebut juga dengan ruang terbuka atau open space yang digunakan oleh orang banyak untuk beraktifitas disetiap waktu. Pengertian mengenai taman kota ini adalah taman yang berada di lingkungan perkotaan dalam skala yang luas dan dapat mengantisipasi dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan kota. Taman kota ini dapat dinikmati semua orang tanpa harus mengeluarkan biaya.

b. Fungsi Taman Kota

Fungsi taman kota sangat besar karena berusaha menciptakan suatu space yang manusiawi bagi penduduk kota. Adapun fungsi dari taman kota adalah sebagai berikut :

a). Fungsi sosial

Fungsi sosial dari taman kota antara lain :;

• sebagai tempat melakukan aktifitas bersama

• sebagai tempat komunikasi sosial

• sebagai tempat peralihan dan menunggu

• sebagai tempat bermain dan olah raga

• sebagai sarana olah raga dan rekreasi

• sarana penghubung antara tempat satu dengan tempat lainnya

• pembatas diantara massa bangunan

(44)

• sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian, dan keindahan lingkungan.

b) Fungsi ekologis

Fungsi ekologis dari taman kota antara lain :

• penyegaran udara, mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro

• penyerap air hujan

• pengendalian banjir dan pengaturan tata air

• memelihara ekosistem tertentu dan perlindungan plasma nuftah

• pelembut arsitektur bangunan.

II.6.4 Peranan Taman Kota terhadap Ekologi Kota

Peranan taman kota secara ekologis adalah : 1) Sarana Kesehatan (Higienis)

Taman kota sangat berguna sekali karena unsur utama taman adalah tanaman, yang dalam proses fotosintesis akan mengeluarkan O2, O2 dipergunakan oleh makhuk hidup dengan bantuan sinar

matahari. Dengan bantuan sinar matahari ini, taman akan menyerap CO2 yang dihasilkan manusia dalam pernafasan, dan tanaman

menghasilkan O2 dari proses fotosintesis yang kemudian dihirup

(45)

2) Pengaturan Iklim (Klimatologis)

Taman dapat melindungi manusia dari panas matahari dan tekanan suhu panas serta peneduh. Taman mampu menyerap panas dari atmosfer yang dekat dengan permukaan tanah disekitar tanaman, sehingga daerah disekitarnya menjadi nyaman. Penghijauan memperkecil amplitudo variasi yang lebih besar dari kondisi udara panas ke kondisi udara sejuk.

3) Perlindungan (Protektif)

Taman dapat melindungi manusia dari angin kencang, panas sinar matahari, serta mempunyai sifat melindungi dari asap-asap kendaraan dan gas-gas dari buangan industri dan gas beracun mengambang di udara, melalui proses kimiawi zat hijau daun dapat mengubah CO2 menjadi O2

4) Pengaturan Persediaan Air Tanah (Hidrologis)

juga gas-gas lainnya seperti zat lemas (N) dan (S). Dengan begitu penghijauan mampu menyerap polusi udara di kota.

(46)

tanaman, air dalam daun akan menjaga tegangan sel daun bertahan tegar.

5) Pencegah Erosi (Orlogis)

Semakin besar curah hujan yang terjadi pada suatu daerah dataran, semakin besar pula banjir yang diterima didaerah . Namun oleh adanya taman atau ruang terbuka hijau, sebagi resapan air guna menjaga keseimbangan tata air dalam tanah, mengurangi aliran air permukaan, menangkap dan menyimpan air, menjaga keseimbangan tanah agar kesuburan tanah tetap terjamin (Hakim, 2000). Penghijauan atau penyebaran taman yang merata akan dapat menanggulangi banjir. Seperti pada banjir kiriman karena limpahan air hujan dari dataran tinggi ke dataran yang lebih rendah, volume air bertambah menyebabkan saluran tidak mampu menampung volume air tersebut, lalu banjir genangan yang merupakan hujan lokal pada daerah karena air hujan melebihi kapasitas saluran-saluran hingga melimpah ke permukaan, dan banjir air pasang yang disebabkan naiknya permukaan air laut yang melebihi muka air saluran atau sungai, sehingga kali yang bermuara di pantai terjadi peristiwa

(47)

tanpa menimbulkan erosi, karena tanah tertutup oleh tanaman yang dapat mencegah erosi. Bahkan semua jenis rumput, semak-semak, pepohonan mampu menampung air genangan tanpa menimbulkan kelongsoran tanah. Tanpa tanaman, semak-semak, dan pepohonan berakar diatas tanah akan mudah mengakibatkan erosi.

6) Penyeimbang Alam ( Edhapis )

Tanaman dapat memberikan lingkungan hidup bagi makhluk. Akar tanaman menerobos tanah, menggemburkan tanah, dan memberikan tanaman menerobos tanah, menggemburkan tanah, dan memberikan lingkungan hidup bagi mikroorganisme. Ini menyuburkan tanah dan tanaman, hal ini disebut simbiosis. Tanaman juga memberikan kehidupan lain diatas tanah, sebagai tempat hidup satwa. Pohon peneduh di taman kota, di tepi jalan sebagai tempat hidup satwa burung atau unggas dan serangga berkembang mambantu keseimbangan alam.

7) Keindahan (Estetika)

(48)

8) Kejiwaan (Psikis)

Taman kota dapat membawa dan memberikan suasana sejuk dan tentram, serta damai bagi jiwa manusia. Hal ini dapat mengurangi gangguan syaraf dan kejiwaan manusia, sehingga dengan adanya taman tersebut dapat mengalihkan perhatian kita dari suasana tegang serta pengaruh kejiwaan kita menjadi tenang, karena adanya sirkulasi udara dalam kota.

9) Pendidikan (Edukatif)

Taman dapat menjadi media untuk pendidikan pengetahuan alam, sarana penelitian, pendidikan, dan membentuk kesadaran lingkungan (Rustam Hakim, 2000)

10)Pencipta Lingkungan Hidup (Ekologi)

Taman merupakan pengikat yang menyatukan manusia dengan kondisi alam lingkungannya, sehingga antara manusia dengan taman seakan-akan saling membutuhkan dalam kehidupan lingkungannya.

11)Sosial-Ekonomi

(49)

II. 7 Pengaruh Gas Rumah Kaca

Perubahan iklim merupakan tantangan paling serius yang dihadapi dunia pada saat ini. Sejumlah bukti baru dan kuat yang muncul dalam studi mutakhir memperlihatkan bahwa masalah pemanasan yang terjadi 50 tahun terakhir disebabkan oleh tindakan manusia yang mana temperatur dibumi telah naik secara cepat, perubahan iklim juga dipengaruhi oleh aktivitas matahari dan ozon serta kegiatan vulakanik dan sulfat. Namun sejak tahun 1960-an, penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca yang menurut sebagian ahli disebabkan oleh meningkatnya kandungan gas karbon dioksida dan partikel polutan lainnya di atmosfer bumi. Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas-gas rumah kaca. Gas rumah kaca adalah gas-gas di atmosfer yang memiliki kemampuan untuk dapat menyerap radiasi matahari yang dipantulkan oleh bumi, sehingga menyebabkan suhu dipermukaan bumi menjadi hangat. Menurut konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change – UNFCCC), ada 6 jenis gas yang digolongkan sebagai GRK, yaitu: karbondioksida (CO2), dinitro oksida (N2O ), metana (CH4),

sulfurheksaflorida (SF6), perflorokarbon (PFCs), dan hidroflorokarbon

(50)

Sifat gas rumah kaca adalah menaikkan suhu bumi dengan cara menangkap radiasi gelombang pendek dari matahari dan memantulkannya ke bumi. Gas rumah kaca juga memantulkan radiasi gelombang panjang ke bumi, sehingga bumi seakan-akan mendapatkan pemanasan dua kali. Dampak dari gas rumah kaca adalah pemanasan global dan efek rumah kaca. Sedangkan dampak turunan dari pemanasan global salah satunya adalah perubahan iklim. Naiknya suhu rata-rata bumi adalah salah satu bukti telah terjadi perubahan iklim. Pemanasan global ini pun mendapatkan radiasi matahari tambahan lagi karena terdapatnya lubang ozon. Penipisan ozon mengakibatkan radiasi sinar ultraviolet dari matahari yang masuk ke bumi semakin besar intensitasnya.

(51)

II.7.1 Gas – Gas Rumah Kaca

Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di menyebabkan secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas mencapai atmosfer akibat penguapan air dari proses alami seperti: letusan vulkanik; pernapasan hewan dan manusia (yang menghir pembakaran material organik (seperti berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom

Gas-gas rumah kaca adalah beberapa jenis gas yang terperangkap di atmosfer dan berfungsi seperti atap rumah kaca yang mampu meneruskan radiasi gelombang panjang matahari, namun menahan radiasi inframerah yang diemisikan oleh permukaan bumi. Sumber gas-gas rumah kaca tersebut dapat terbagi menjadi dua yaitu alami dan akibat aktifitas manusia. Gas rumah kaca yang terjadi secara alami adalah CO2, methane.

Sedangkan gas yang dihasilkan akibat aktifitas manusia antara lain CO2

(Proses pembakaran bahan bakar fosil), NO2 (aktifitas pertanian dan

(52)

GRK (gas rumah kaca) adalah sejumlah gas yang terdapat di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca terjadi karena naiknya konsentrasi gas2

a. Uap

) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Energi yang masuk ke bumi 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer, 25% diserap awan , 45% diabsorpsi permukaan bumi serta 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi.

Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktivitas manusia tidak secara langsung mempengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal. Dalam

Air

disebabkan efek rumah kaca akibat gas-gas antropogenik akan menyebabkan meningkatnya kandungan uap air di mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca, yang mengakibatkan meningkatnya temperatur, dan kembali semakin meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air berperan sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO2. Perubahan dalam jumlah uap

(53)

b. Karbondioksida

Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian. Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer, aktivitas manusia yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya. Pada tahun 1750, terdapat 281 molekul karbondioksida pada satu juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi karbondioksida telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36 persen). Jika prediksi saat ini benar, pada tahun 2100, karbondioksida akan mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm. Estimasi yang lebih tinggi malah memperkirakan bahwa konsentrasinya akan meningkat tiga kali lipat bila dibandingkan masa sebelum

c. Metana

(54)

tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada pertengahan 1700-an, jumlah metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat.

d. Nitrogen

Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Ntrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pra industri.

Oksida

e. Gas lainnya

(55)

Para ilmuan telah lama mengkhawatirkan tentang gas-gas yang dihasilkan dari proses manufaktur akan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Pada tahun 2000, para ilmuan mengidentifikasi bahan baru yang meningkat secara substansial di atmosfer. Bahan tersebut adalah meningkat dengan sangat cepat, yang walaupun masih tergolong langka di atmosfer tetapi gas ini mampu menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang telah dikenal sebelumnya. Hingga saat ini sumber industri penghasil gas ini masih belum teridentifikasi.

II.7.2 Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca adalah efek dimana radias infra merah yang dipantulkan oleh permukaan bumi, tidak diteruskan oleh atmosfer ke luar angkasa tetapi dipantulkan kembali ke bumi. Gas Rumah Kaca bersifat memantulkan radiasi infra merah. Efek rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata 1-5°C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkat

(56)

dipantulkannya kembali radiasi infra merah ini ke bumi. Ditambah dengan radiasi ultraviolet dari matahari, akan menyebabkan naiknya suhu permukaan bumi. Tiga gas rumah kaca yang paling berperan dalam efek rumah kaca yaitu uap air, karbon dioksida dan methana. Gas ini menyerap radiasi infra merah yang dipancarkan oleh permukaan bumi dan meradiasi kembali energi ke bumi dalam bentuk panas, yang menyebabkan pemanasan pada permukaan bumi, dengan adanya peningkatan emisi karbondioksida dari manusia, efek rumah kaca secara drastis akan meningkat.

II. 8 Faktor-Faktor Meteorologi

Faktor-faktor meteorologi dalam penyebaran polusi udara meliputi: 1. Pergerakan udara

Pergerakan massa udara dapat terjadi secara global, benua, regional atau local. Menurut kondisi geografisnya pergerakan tersebut dapat dibagi menjadi 3 yaitu macroscale, mesoscale, microscale.

2. Panas

(57)

suhu ini disebut lapse rate. Kestabilan udara mempengaruhi disperse polutan di udara

3. Tekanan

Udara mempunyai berat, maka seluruh udara tertekan ke bawah. Distribusi tekanan digambarkan secara isobar. Garis tekanan rendah atau tinggi ini mempengaruhi cuaca. Pada tekanan tinggi, dimana langit cerah polutan dapat terdispersi sampai tingkat yang diinginkan. Sedangkan pada tekanan rendah dimana langit berawan disperse minimal terjadi.

4. Kecepatan angin dan arah angin

Angin adalah pergerakan udara biasa. Arah angin ditentukan tekanan rendah atau tinggi. Kecepatan angin yang besar mengakibatkan pergolakan angin yang besar dan penyebaran udara akan lebih cepat dan kompleks. Arah angin yang sejajar disperse polutan udara penyebarannya akan lebih cepat, sedangkan arah angin yang tegak lurus akan lebih lambat penyebarannya.

5. Kelembaban

Kelembaban mempengaruhi suhu udara, sehingga juga mempengaruhi penyebaran polutan.

6. Temperatur

(58)

udara tinggi. Dengan adanya temperature yang tinggi dan kelembaban konsentrasi polutan menjadi tinggi sehingga penyebaran polutan akan lebih banyak lagi.

7. Curah hujan

Dengan adanya curah hujan partikel dapat terhapus terutama partikel debu.

II. 9 Mekanisme Penurunan Suhu Udara

Penurunan suhu udara dapat terjadi apabila udara panas yang terdapat di udara dikurangi dengan cara penyerapan, pemantulan, dan pentransmisian dan adanya proses evapotranspirasi. Intersepsi daun-daun maupun menyerap, memantulkan, dan mentransmisikan radiasi sinar matahari, Monteit (1975) dalam Hanifa (2007) menyatakan bahwa keefektifan pengurangan panas matahari oleh tumbuhan sangat bergantung pada bentuk sistem percabangan, bentuk daun, dan indeks luas daun (luas seluruh daun per luas proyeksi penutup tajuk).

Selanjutnya, proses evapotranspirasi dari tumbuhan dapat memberikan pengaruh terhadap penurunan suhu udara yaitu dengan adanya uap air yang dilepaskan ke udara oleh tumbuhan, sehingga mampu menyerap panas sinar matahari.

(59)

udara pagi, siang dan sore hari. Taman yang memiliki struktur vegetasi dengan pohon yang rapat. Semak rimbun, dan herba yang rimbun memiliki kemampuan sedang untuk menurunkan udara pagi, dan siang hari. Sedangkan taman yang memiliki pohon rimbun dan tersebar dalam taman dengan herba yang memiliki kerapatan, kerimbunan, dan kekerapan yang tinggi memiliki kemampuan kecil dalam menurunkan suhu udara pada siang hari.

Pada pagi hari dan sore hari laju evapotranspirasi tumbuhan relatif rendah, sehingga peranannya dalam penurunan suhu udara lebih rendah dibandingkan dengan penurunan suhu udara akibat penyerapan, pemantulan dan pentransmisian panas oleh daun-daun. Pada siang hari, ketika pancaran matahari tegak lurus dengan permukaan bumi, maka panas matahari maksimum akan dipantulkan oleh tajuk pohon dan perdu, serta akan diserap oleh daun-daun untuk fotosintesis. Pada saat itu, laju evapotranspirasi tumbuhan akan mencapai titik maksimum sehingga kemampuan air untuk menyerap panas sinar matahari juga mencapai titik maksimum.

(60)

Taman yang memiliki tanaman perdu dengan kerimbunan rendah dan kekerapan sedang serta terkumpul di bagian tengah taman tanpa naungan dari kerimbunan pohon akan menyebabkan suhu udara pada bagian tengah taman relatif tinggi. Akan tetapi, karena adanya pengaruh angin yang membawa udara panas dari luar taman yang tidak terhalang oleh perdu, maka pada siang hari tidak terdapat penurunan suhu udara.

II. 10 Landasan Teori

Suhu adalah besaran fisis yang menentukan besar kecil ukuran panas suatu benda/zat (padat, cair, gas) secara relatif. Untuk mengetahui panas, dingin suatu benda/zat dapat dilakukan dengan cara membandingkan suatu benda dengan benda sejenis lain, misalnya dengan memakai tangan. Agar mendapat gambaran tentang suhu (temperatur) suatu substansi secara objektif (akurat) amat diperlukan alat ukur temperatur yang dikenal dengan nama termometer.

II.10.1 Inversi Suhu

(61)

Pergerakan udara di atmosfer dapat terjadi secara vertical maupun horizontal. Gerakan horizontal terutama disebabkan oleh aliran angin. Jika angin yang terjadi bersifat aktif dan kekuatannya cukup, polutan tidak mempunyai waktu cukup untuk mengumpul karena cepat disebarkan. Atmosfer disekeliling gunung, bukit dan bangunan – bangunan di daerah perkotaan akan memperlambat dan memecah gerakan angin sehingga mengurangi gerakan udara horizontal. Karena gerakan horizontal terbatas, disperse polutan menjadi tergantung pada gerakan udara vertikal.

Suhu udara di atas bumi secara normal menurun sesuai dengan tingginya lapisan – lapisan atmosfer. Udara yang letaknya paling dekat dengan permukaan bumi dihangatkan oleh bumi dan mengembang sehingga densitasnya lebih rendah daripada udara yang lebih dingin diatasnya. Udara yang hangat dan densitasnya lebih kecil kemudian akan naik menembus udara yang lebih dingin, dan udara yang lebih dingin akan turun untuk menggantikannya. Udara yang lebih dingin ini kemudian akan dipanaskan lagi oleh bumi, mengembang dan naik kembali. Gerakan udara akan terjadi dengan cara ini dan polutan akan tersebar.

(62)

tidak normal di mana suhu udara, misalnya dari 3000 ft sampai 5000 ft atau 6000 ft naik secara berlapis. Di atas lapisan ini, keadaan suhu tetap normal yaitu suhu akan menurun dengan semakin tingginya lapisan atmosfer. Suhu pada lapisan tersebut ( misalnya diantara 3000 ft sampai 5000 atau 6000 ft ) disebut lapisan inversi.

Adanya lapisan inversi menghambat sirkulasi atmosfer secara vertikal, karena udara yang lebih dingin tidak dapat naik menembus lapisan inversi yang lebih hangat. Polutan yang terdapat di dalam udara akan terperangkap pada lapisan bawah tersebut karena udaranya tidak bergerak. Keadaan semacam ini mungkin tidak akan berubah selama beberapa hari selama sampai kondisi cuaca berubah dan lapisan inversi pecah. Masalah polusi lainnya yang timbul akibat adanya lapisan inversi ini adalah kenaikan aktivitas fotokimia. Lapisan inversi ini biasanya sangat hangat, kering dan tidak berawan, sehingga akan mentransmisi sinar matahari dalam jumlah maksimum, dan berinteraksi fotokimia dengan polutan yang terperangkap membentuk smogdalam jumlah tinggi. Jadi jumlah smog yang tinggi biasanya berhubungan dengan polusi udara yang menyangkut inversi suhu. ( Fardiaz, 1992 )

II.10 2 Iklim Mikro

(63)

iklim pada lapisan udara terdekat dengan permukaan tanah ( sekitar 2 m ), tetapi dapat juga diartikan sebagai iklim di wilayah yang sempit, seperti hutan kota, desa, rawa, dsb, dan juga bahwa mikroklimat adalah kondisi iklim pada skala kecil.

Mikroklimatologi yang merupakan cabang dari klimatologi yang mempelajari iklim di daerah yang amat terbatas/ sempit, karena berhubungan dengan tanaman. Datanya diambil dari udara setinggi 1,5 m diatas permukaan tanah. Iklim mikro juga dapat diartikan sebagai iklim di wlayah yang sempit seperti hutan, rawa, desa, dsb.(Daldjoeni, 1986 : 45)

Dengan demikian, ada beberapa pandangan terhadap pengertian dari iklim mikro. Namun pada dasarnya pengertian iklim mikro sendiri adalah mengarah pada pengertian mikroklimat yang dipelajari melalui cabang ilmu “mikroklimatologi”.

(64)

hidup dan udara disekitarnya akan terjadi saling pengaruh atau interaksi satu sama lain.

Pengetahuan tentang sifat – sifat benda atau bahan sehubungan dengan kemampuannya untuk menyerap, memantulkan atau meneruskan radiasi matahari, serta kemampuannya dalam menyerap dan menahan air, sering dimanfaatkan manusia dalam usahanya untuk memodifikasi iklim mikro.

(65)

51 III. 1 Rancangan Penelitian

(66)

III. 2 Penentuan Sampel Penelitian

Penentuan sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling, berdasarkan karakteristik tertentu dengan pertimbangan yaitu

terdapat perbedaan jenis dan jumlah vegetasi, terdapat variasi iklim harian, perbedaan iklim mikro, tingkat kenyamanan yang berbeda tiap pagi, siang dan sore hari.

Purposive sampling/ judmental sampling adalah peneliti

menggunakan pertimbangan sendiri dengan berbekal pengetahuan yang cukup tentang populasi tersebut untuk memilih anggota – anggota sampel. Data yang diperoleh dari purposive sampling paling banyak akan memberikan arah kesimpulan. Prosedur dari purposive sampling ini adalah definisikan dari populasi yang akan diteliti, tentukan dasar membuat pertimbangan, tekanan pengambilan sampel (n), dan ambil sampel secara sengaja sesuai tujuan. ( Silalahi, 2003 )

Jumlah titik pengambilan sampel minimal 3 (tiga) titik meliputi 2 (dua) titik pada daerah arah angin dominan dibawah sumber pencemar dan 1 (satu) titik pada daerah arah angin dominan diatas sumber pencemar. Dalam penelitian ini menggunakan 5 (lima) titik dimasing-masing lokasi agar data yang didapatkan bisa lebih valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

(67)

lokasi pengambilan contoh dianjurkan merupakan garis yang searah dengan arah angin yang dominan, dimulai dari lokasi datangnya angin dan berturut-turut pada lokasi arah angin dibawah sumber pencemar. (UPT K3, 2009)

III. 3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah Surabaya Pusat mulai pada Oktober 2009 sampai dengan 1 Juli 2010. Penelitian ini difokuskan pada taman kota dan jalur hijau, dengan lokasi yang telah ditentukan sebanyak 3 lokasi yaitu :

1. Taman Prestasi 2. Taman Dr. Sutomo 3. Raya Diponegoro

III. 4 Variabel

a. Variabel yang diteliti : 1 Jenis tumbuhan 2 Kepadatan tumbuhan 3 Ketinggian pohon 4 Indeks area daun b. Variable yang dipengaruhi :

- Suhu

(68)

- Indeks kenyamanan - Kecepatan dan arah angin

III. 5 Pengumpulan Data

Data yang dipergunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah data primer dan sekunder,yaitu :

a. Data primer

Sumber data primer diperoleh secara langsung dari sumber asli yang terdiri dari data suhu, kelembaban, kepadatan tumbuhan, jenis tumbuhan, ketinggian pohon, indeks luas daun, indeks kenyamanan, kecepatan dan arah angin.

b. Data sekunder

Sumber data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data yang telah diperoleh adalah

• Laporan badan pengendalian dampak lingkungan tahun 2008

• Data – data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan

(69)

III. 6 Diagram Alir

Penentuan Lokasi

Penentuan Variabel Penelitian 1. Suhu

2. Kelembaban 3. Jenis Tumbuhan 4. Kerapatan Tumbuhan 5. Ketinggian pohon 6. Indeks luas daun 7. Indeks kenyamanan 8. Kecepatan dan Arah angin

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

Pembahasan

Output Penelitian

(70)

III. 7 Analisa Data

Penentuan sampel untuk variabel sebaran vegetasi (tumbuhan) meliputi jenis tumbuhan, kepadatan tumbuhan, ketinggian pohon, dan indeks luas daun dilakukan dengan cara pengamatan pada setiap lokasi penelitian. Sampel variabel iklim mikro meliputi temperatur, kelembaban udara dan indeks kenyamanan, kecepatan dan arah angin.

Pada setiap lokasi pengamatan dilakukan pengukuran temperatur kelembaban udara, kecepatan dan arah angin yaitu setiap titik sampel dalam satu hari pengukuran dilakukan pagi, siang, dan sore hari.

Pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan ekologi (ecological approach), yang menekankan hubungan timbal balik antara

vegetasi dengan unsur-unsur iklim. Analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut : (Lampiran B – Kriteria rumus dan contoh perhitungan)

• Sebaran vegetasi yang diamati meliputi :

1. Jenis dan jumlah pohon perindang, dihitung dengan mengidentifikasikan, mencatat, dan menghitung jumlah pohon perindang setiap titik pengamatan.

2. Komposisi jenis vegetasi (C) ditentukan dengan menghitung jenis vegetasi (pohon perindang) persatuan luas.

(71)

4. Keadaan sebaran vegetasi, ditentukan dengan cara menjumlahkan nilai dari komposisi jenis vegetasi dan kerapatan vegetasi setiap kelas per jumlah kelas kedua parameter dikali 100%.

• Kondisi iklim mikro, parameter yang diamati meliputi :

1. Temperatur, diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan menggunakan thermometer suhu yang diletakkan pada setiap lokasi titik pengamatan.

2. Temperatur Optimum (TI), ditentukan dari hasil pengukuran pagi (Tp) dan siang hari (Ts), menggunakan rumus Thom.

3. Kelembaban ideal (RHi), ditentukan dari hasil pengukuran menggunakan alat thermohygrometer.

4. Indeks kenyamanan (IK), ditentukan dari hasil pengukuran temperatur dan kelembaban udara di setiap lokasi penelitian dengan menggunakan rumus Nievwolt.

III. 8 Alat Yang Digunakan

Pada penelitian ini alat yang dipakai adalah : a. Termohygrometer

Untuk mengukur kelembaban udara dan temperatur.

(72)

b. Anemometer

Untuk mengukur kecepatan dan arah angin

c. Klinometer

Untuk mengukur ketinggian pohon

III. 9 Prosedur Penelitian

1. Menentukan titik – titik yang diamati untuk mengukur variabel yang ditentukan di area taman kota dan jalur hijau.

2. Memasang alat pengukur suhu, kelembaban udara, kecepatan dan arah angin di setiap titik – titik yang ditentukan.

3. Pengukuran dilakukan disetiap titik yang telah ditentukan, dan dilakukan pagi, siang dan sore hari. Pencatatan angka yang tertera pada alat dilakukan per 1 menit sampai didapatkan nilai yang konstan.

Gambar 3.2 Anemometer

(73)

59 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Kondisi Meteorologis di Area Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Surabaya pusat pada 3 lokasi antara lain Taman Prestasi, Taman Dr. Sutomo dan Raya Diponegoro, masing – masing lokasi terdapat 5 (lima) titik pengamatan dan masing – masing titik dilakukan 3 (tiga) kali pengulangan yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Pengukuran ini dilaksanakan pada hari Senin sebagai hari yang padat lalu lintas.

Gambar

Tabel 4.1. Data Hasil Penelitian di Taman Prestasi
Tabel 4.7. Jenis Vegetasi di Surabaya Pusat
Tabel 4.18 Data Rata – Rata Hasil Penelitian Groundcover Plants di
Tabel 4.22 Data Rata – Rata Hasil Penelitian Semak di Taman Dr. Sutomo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian hot bath ini merupakan salah satu dari berbagai jenis metode hidroterapi yang sering digunakan untuk memberikan manfaat berupa pembuluh darah menjadi

Berdasarkan identifikasi perkembangan wilayah Perkotaan Kecamatan Kapas baik perkembangan ekonomi maupun alih fungsi lahan dan analisa keruangan diperoleh kawasan

bahwa energi listrik memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia maupun untuk pembangunan. Iklim di Indonesia umumnya beriklim tropis, dimana hanya

Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Terhadap keberhasilan Program PNPM Mandiri Perkotaan. Pelaksanaan PNPM Mandiri

Fungsi ekologis dan ekonomi dari berbagai ekosistem dan sumber daya alam baik di daratan maupun perairan yang dipaparkan di atas akan tampak dan dirasakan

menggunakan eco-bag serta didukung oleh adanya perceived value oleh konsumen seperti berbagai manfaat yang akan didapat seperti manfaat ekologis, manfaat ekonomis,

diharapkan akan mendapatkan berbagai macam manfaat yang dapat diambil anttara lain: (1) Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan akan menambah ilmu pengetahuan dan

Kemudian manfaat dari penelitian diharapkan: pertama, memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan, khususnya yang terkait dengan masalah pengembangan sumber daya aparatur melalui