• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pengetahuan pajak, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi studi empiris di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Mataram Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pengetahuan pajak, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi studi empiris di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Mataram Barat"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK, KUALITAS PELAYANAN DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

ORANG PRIBADI

Studi Empiris di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Mataram Barat

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Fransisca Novieta Afsari Dewi NIM: 082114080

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK, KUALITAS PELAYANAN DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

ORANG PRIBADI

Studi Empiris di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Mataram Barat

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Fransisca Novieta Afsari Dewi NIM: 082114080

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Kesabaran da

n usaha keras akan sanggup menghilangkan kesulitan

dan melenyapkan rintangan”

(Mario Teguh)

“Jangan berhenti berupaya ketika menemui kegagalan,

karena kegagalan adalah cara Tuhan mengajari

kita tentang arti kesungguhan”

(Cak Nun)

“Keberhasilan ada

lah kemampuan untuk melewati

dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya

tanpa kehilangan semangat”

(Winston Chuchill)

(6)
(7)
(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi yang telah menunjukkan padaku segudang ilmu pengetahuan yang sangat berharga. Karyawan Fakultas Ekonomi yang telah membantu penulis selama menjalani studi di Fakultas Ekonomi. 4. Bapak Ahmad Rivai selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Mataram Barat yang memberikan ijin untuk melakukan penelitian. dan segenap karyawan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Mataram Barat yang telah banyak membantu dengan mencarikan data yang dibutuhkan serta membantu menyebarkan kuesioner.

5. Seluruh responden yang telah mengisi kuesioner peneliti.

6. Ayahanda Ignatius Made Harsanto Wardi dan Ibunda Andreani Made Supriani yang selalu memberikan perhatian, semangat dan doa untukku sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar dan dapat terselesaikan dengan baik.

(9)

viii

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 16 April 2013

(10)

ix

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

1. Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) ... 13

2. Subjek Pajak ... 14

4. Ketentuan tentang Penyampaian SPT ... 20

(11)

x

1. Definisi Kepatuhan Perpajakan ... 25

2. Definisi Kepatuhan Wajib Pajak (WP)... 26

3. Indikator Kepatuhan WP ... 26

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan WP ... 27

5. Upaya yang Dilakukan Pemerintah untuk Meningkatkan Kepatuhan WP ... 29

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) di

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Mataram Barat Tahun

2010-2012 (Agustus) ... 3

Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Usia ...57

Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...57

Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...58

Tabel 4.4 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan ...58

Tabel 4.5 Data Responden Berdasarkan Jumlah Penghasilan ...59

Tabel 4.6 Data Responden Berdasarkan Tahun Perolehan Nomor Pokok WajibPajak (NPWP) ...59

Tabel 4.7 Deskripsi Hasil Kuesioner ...60

Tabel 4.8 Analisis Uji Validitas Variabel Pengetahuan Pajak ...64

Tabel 4.9 Analisis Uji Validitas Variabel Kualitas Pelayanan ...64

Tabel 4.10 Analisis Uji Validitas Variabel Sanksi Perpajakan ...65

Tabel 4.11 Analisis Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP)...65

Tabel 4.12 Reliability Statistics Variabel Pengetahuan Pajak ...66

Tabel 4.13 Reliability Statistics Variabel Kualitas Pelayanan ...67

Tabel 4.14 Reliability Statistics Variabel Sanksi Perpajakan ...67

Tabel 4.15 Reliability Statistics Variabel Kepatuhan WP OP ...67

Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas ...68

Tabel 4.17 Hasil Koefisiensi Uji Multikolonieritas ...69

Tabel 4.18 Analisis Regresi Linier Berganda ...71

Tabel 4.19 Anova untuk Uji F...73

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ...38

Gambar 4.1 Grafik Scatterplot Heteroskedastisitas ...70

Gambar 4.2 Daerah Diterima dan Ditolak H0 Uji F ...74

Gambar 4.3 Daerah Diterima dan Ditolak H0 (Hipotesis 1) ...76

Gambar 4.4 Daerah Diterima dan Ditolak H0 (Hipotesis 2) ...78

(14)

xiii ABSTRAK

PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK, KUALITAS PELAYANAN DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

ORANG PRIBADI

Studi Empiris di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Mataram Barat

Fransisca Novieta Afsari Dewi NIM: 082114080 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan pajak, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhanWajib Pajak Orang Pribadi (WP OP). Penelitian ini dilakukan karena kepatuhan WP OP di KPP Pratama Mataram Barat tahun 2010-2012 (Agustus) mengalami penurunan.

Penelitian yang dilakukan berupa studi empiris. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling aksidental. Sampel yang digunakan dalam penelitian berjumlah 95 responden. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan metode analisis regresi linier berganda, uji F dan uji t.

(15)

xiv ABSTRACT

THE INFLUENCE OF TAX KNOWLEDGE , QUALITY SERVICE AND TAX PENALTIES TOWARD THE COMPLIANCE OF INDIVIDUAL

TAXPAYER’S

An Empirical Study at Pratama Tax Service Office, West Mataram

Fransisca Novieta Afsari Dewi NIM: 082114080 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

The research was aimed to understand the influence of tax knowledge, quality service and tax penalties toward the compliance of individual taxpayer’s. This research was conducted because the compliance of individual taxpayer’s at Pratama Tax Service Office West Mataram for the year 2010 until 2012 were decreased.

The type of research was an empirical study. The sample was chosen using accidental sampling and resulted with 95 respondents. The research used questionnaire as a tool for data gathering. The research used multiple linear regression, F test and t-test, as the data analysis technique.

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, dapat dilihat dari adanya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah di segala bidang. Pembangunan tersebut sebagai wujud pemenuhan kewajiban pemerintah terhadap rakyat Indonesia. Dalam rangka memenuhi kewajiban tersebut, negara melakukan berbagai upaya untuk mengoptimalkan berbagai jenis penerimaan sebagai sumber pendapatan negara. Terdapat 3 (tiga) sumber penerimaan negara yang menjadi pokok andalan, yaitu penerimaan dari sektor pajak, penerimaan dari sektor migas (minyak dan gas bumi) dan penerimaan dari sektor bukan pajak. Penerimaan dari sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan terbesar negara (Widodo, dkk, 2010: 1).

Menurut Menteri Keuangan Republik Indonesia, Agus Martowardojo (www.pajak.go.id) realisasi penerimaan perpajakan pada tahun 2011 mencapai Rp872,6 triliun (99,3% dari sasaran APBN-P 2011 sebesar Rp878,7 triliun) atau naik sebesar Rp149,3 triliun (20,6%) dari realisasi tahun 2010 sebesar Rp723,3 triliun. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk terus meningkatkan penerimaan pajak. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak adalah dengan melakukan tax reform, yaitu dengan melakukan reformasi terhadap peraturan dan

(17)

Sistem pemungutan pajak di Indonesia berubah dari official assessment system menjadi self assessment system, dimana self assessment system merupakan

sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak (WP) untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang. Keuntungan self assessment system adalah WP diberi kepercayaan oleh pemerintah (fiskus) untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku (Tarjo dan Indra Kusumawati, 2006: 101-102).

Selain memiliki keuntungan, self assessment system juga memilki kelemahan. Dalam prakteknya self assessment system sulit berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau bahkan sering disalahgunakan. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya WP yang dengan sengaja tidak patuh, kesadaran WP yang masih rendah atau kombinasi dari keduanya, sehingga WP enggan untuk melaksanakan kewajiban membayar pajak. Rendahnya kepatuhan dan kesadaran WP terlihat dari sangat kecilnya jumlah mereka yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan mereka yang melapokan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunannya (Sadhani, 2004 dalam Tarjo dan Indra Kusumawati 2006).

(18)

tingkat yang optimal dan tax ratio sebagai salah satu indikator kinerja perpajakan di suatu negara yang masih rendah.

Kepatuhan WP (tax compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan WP dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, serta kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Pada hakekatnya kepatuhan WP dipengaruhi oleh faktor internal, yakni faktor yang berasal dari dalam diri WP sendiri serta kondisi sistem administrasi perpajakan yang meliputi tax service dan tax enforcement. Perbaikan administrasi perpajakan diharapkan dapat mendorong kepatuhan WP (Wulandari, 2010: 2).

Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Mataram Barat, hingga bulan Agustus tahun 2012 terdapat sebanyak 49.904 Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) yang terdaftar dan sebanyak 34.141 WP OP yang efektif. Namun 13.864 WP OP yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan WP OP di KPP Pratama Mataram Barat hanya 41%. Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat kepatuhan di KPP Pratama Mataram Barat ternyata makin menurun dari tahun ke tahun.

Tabel 1.1 Tingkat Kepatuhan WP OP di KPP Pratama Mataram Barat Tahun 2010-2012 (Agustus)

(19)

Berdasarkan Tabel 1.1 maka dapat dilihat bahwa dari tahun 2010 hingga tahun 2012 (Agustus), tingkat kepatuhan WP OP di KPP Pratama Mataram Barat mengalami penurunan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian guna mengetahui apa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan WP OP di KPP Pratama Mataram Barat.

Beberapa penelitian tentang kepatuhan Wajib Pajak (WP) telah dilakukan oleh peneliti-peneliti. Budi R (2007) melakukan kajian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak yang ada di wilayah Kota Surabaya. Hasil penelitian berdasarkan uji secara simultan faktor kejelasan Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan, filsafat negara dan tingkat pendidikan WP secara statistik berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan dalam membayar pajak. Faktor kejelasan Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap kepatuhan membayar pajak.

(20)

Penelitian yang dilakukan oleh Prabawa (2012) mengenai pengaruh kualitas pelayanan dan sikap WP terhadap kepatuhan pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Badung Utara. Hasil penelitian Prabawa (2012) menunjukkan bahwa secara simultan (serempak) kualitas pelayanan dan sikap WP OP memiliki pengaruh yang signifikan pada kepatuhan pelaporan WP OP di KPP Pratama Badung Utara. Sedangkan secara parsial kualitas pelayanan dan sikap WP memiliki pengaruh yang positif terhadap kepatuhan pelaporan WP OP di KPP Pratama Badung Utara.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengetahuan Pajak, Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Studi Empiris di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Mataram Barat”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Apakah pengetahuan pajak, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan secara simultan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi?

2. Apakah pengetahuan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi?

(21)

4. Apakah sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang pribadi?

C.Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa batasan masalah. Hal tersebut dilakukan agar tidak terlalu luas dan dapat menjawab masalah yang ada, maka masalah akan dibatasi pada:

1. Penelitian dilaksanakan di ruang lingkup Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Mataram Barat;

2. Responden yang digunakan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP); 3. Kepatuhan WP OP diukur berdasarkan penyampaian Surat Pemberitahuan

(SPT) Tahunan maupun Masa.

D.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan pajak, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) di KPP Pratama Mataram Barat.

E.Manfaat Penelitian

1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

(22)

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan bacaan serta referensi di bidang perpajakan bagi pihak yang berminat terhadap topik perpajakan.

3. Bagi Penulis

Dalam penelitian yang dilaksanakan, penulis dapat mengetahui secara langsung faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan WP OP. Selain itu, penelitian ini juga memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan bagi penulis dalam mempraktikan teori yang telah dipelajari pada saat kuliah.

F. Sistematika Penulisan Bab I: Pendahuluan

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II: Landasan Teori

Bab ini menguraikan penjelasan mengenai teori-teori pendukung yang berkaitan dengan topik penelitian serta hipotesis penelitian. Bab III: Metode Penelitian

(23)

Bab IV: Analisis Data dan Pembahasan

Bab analisis data dan pembahasan akan menjelaskan mengenai deskripsi data responden, deskripsi hasil kuesioner, teknik pengujian data, uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, uji F, analisis koefisien determinasi (adjusted R2), uji t dan pembahasan.

Bab V: Penutup

Pada bab penutup berisikan hasil kesimpulan dari analisis data penelitian, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.

(24)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pajak

1. Definisi Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam Mardiasmo (2011: 1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:

a. Iuran dari rakyat kepada kas negara

(25)

b. Berdasarkan Undang-Undang

pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaanya;

c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah;

d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Menurut R. Santoso Brotodihardjo dalam Rahayu (2010: 22), pajak adalah iuran kepada kas negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

2. Fungsi Pajak

Menurut Mardiasmo (2011: 1), ada dua fungsi pajak, yaitu: a. Fungsi budgetair (penerimaan)

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya;

b. Fungsi regulerend (mengatur)

(26)

3. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2011: 7), sistem pemungutan pajak terdiri dari: a. Official Assessment System

adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menetukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak (WP).

Ciri-ciri official assessment system:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus;

2) Wajib Pajak bersifat pasif;

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) oleh fiskus;

b. Self Assessment System

adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri self assessment system:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri;

2) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang;

(27)

c. With Holding System

adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-ciri with holding system, yaitu wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

4. Hambatan Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2011: 8), hambatan terhadap pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi:

a. Perlawanan pasif

Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan, antara lain:

1) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat;

2) Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat; 3) Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik; b. Perlawanan aktif

(28)

Bentuk perlawanan aktif, antara lain:

1) Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar Undang-Undang. Menurut Stiglitz (1985) dalam Simanjuntak dan Imam (2012: 90), prinsip utama penghindaran pajak dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) prinsip yaitu:

a) Menunda pembayaran pajak (postponement of taxes);

b) Memilih tarif pajak yang lebih rendah (different marjinal tax ratio);

c) Merekayasa penghasilan menjadi berbagai jenis penghasilan yang memiliki tarif berbeda-beda (manipulation of different types of income that are taxed to different degrees).

2) Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang (menggelapkan pajak).

B. Pajak Penghasilan (PPh)

1. Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh)

(29)

2. Subjek Pajak

Pajak Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, Pasal 2 yang menjadi subjek pajak adalah:

a. 1) Orang Pribadi;

2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak;

b. Badan;

c. Bentuk Usaha Tetap (BUT).

3. Yang Tidak Termasuk Subjek Pajak

Yang tidak termasuk subjek pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2 adalah: a. Kantor perwakilan negara asing;

b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan Warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

(30)

2) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.

d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud pada huruf c, dengan syarat bukan Warga Negara Indonesia (WNI) dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

C. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 1. Pengertian NPWP

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 6 menyatakan bahwa Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

2. Orang pribadi yang wajib memiliki NPWP antara lain: a. Orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

(31)

Besarnya PTKP setahun adalah:

1) Wajib Pajak sendiri : Rp15.840.000,- 2) Wajib Pajak kawin : Rp17.160.000,- 3) Wajib Pajak kawin dan memiliki 1 tanggungan : Rp18.480.000,- 4) Wajib Pajak kawin dan memiliki 2 tanggungan : Rp19.800.000,- 5) Wajib Pajak kawin dan memiliki 3 tanggungan : Rp21.120.000,-

3. Pendaftaran NPWP

Berdasarkan self assessment system, setiap WP yang memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan wajib mendaftarkan diri untuk memiliki NPWP dengan cara:

a. Datang langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Pajak (KP2KP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan WP;

b. Melalui internet di situs Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dengan alamat www.pajak.go.id

(32)

mendaftarkan diri ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan.

Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, bila sampai dengan suatu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) setahun, wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya. WP OP lainnya yang memerlukan NPWP dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh NPWP.

4. Pencantuman NPWP

Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, Wajib Pajak (WP) diwajibkan mencantumkan NPWP yang dimilikinya.

5. Fungsi NPWP

a. Sarana dalam administrasi perpajakan;

b. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas WP dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya;

c. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi pajak.

6. Manfaat memiliki NPWP

(33)

2) Pembuatan rekening koran di bank; 3) Pengajuan SIUP/ TDP;

4) Pembayaran pajak final (PPh Final, PPN, dan BPHTB, dll); 5) Pembuatan paspor;

6) Mengikuti lelang di instansi Pemerintah, BUMN, dan BUMD. b. Kemudahan pelayanan perpajakan:

1) Pengembalian pajak;

2) Pengurangan pembayaran pajak; 3) Penyetoran dan pelaporan pajak.

7. Sanksi

(34)

D.Surat Pemberitahuan (SPT)

1. Definisi Surat Pemberitahuan (SPT)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 11 menyatakan bahwa Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan.

2. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)

Menurut Mardiasmo (2011: 31), fungsi SPT bagi Wajib Pajak (WP) Pajak Penghasilan (PPh) adalah sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/ atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) tahun pajak atau bagian tahun pajak;

b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/ atau bukan objek pajak; c. Harta dan kewajiban; dan/ atau

(35)

3. Jenis Surat Pemberitahuan (SPT)

a. Secara garis besar SPT dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

1) Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak;

2) Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

b. Surat Pemberitahuan (SPT) meliputi: 1) SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh); 2) SPT Masa yang terdiri dari:

a) SPT Masa PPh;

b) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN);

c) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai (PPnBM).

c. Surat Pemberitahuan (SPT) dapat berbentuk: 1) Formulir kertas (hardcopy);

2) e-SPT.

4. Ketentuan Tentang Penyampaian SPT

a. Penyampaian SPT oleh Wajib Pajak (WP) dapat dilaksanakan:

1) Secara langsung ke KPP/ KP2KP atau tempat lain yang ditentukan (drop box, pojok pajak, mobil pajak keliling);

(36)

3) Dengan cara lain yaitu melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat atau e-filling melalui penyedia jasa aplikasi atau ASP (Application Service Provider).

b. Bukti penerimaan SPT untuk yang disampaikan: 1) Secara langsung adalah tanda penerimaan surat;

2) e-filling melalui ASP adalah bukti penerimaan elektronik;

3) Pos dengan bukti pengiriman surat adalah bukti pengiriman surat dan; 4) Perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan adalah tanda

penerimaan surat. c. Batas waktu penyampaian:

1) SPT Masa, paling lama dua puluh hari setelah akhir Masa Pajak, kecuali untuk SPT Masa PPh Pasal 22, PPN dan PPnBM yang dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yaitu secara mingguan paling lama pada hari kerja terakhir minggu berikutnya, dan SPT Masa PPh Pasal 22, PPN dan PPnBM yang dipungut oleh Bendahara paling lama 14 hari setelah Masa Pajak berakhir.

Untuk WP dengan kriteria tertentu yang melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu SPT Masa, paling lama 20 hari setelah berakhirnya Masa Pajak terakhir;

(37)

5. Sanksi Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT

Apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar (Mardiasmo, 2011: 36):

a. Rp500.000,- (lima ratus ribu rupiah) untuk SPT Masa PPN; b. Rp100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk SPT Masa lainnya;

c. Rp1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk SPT Tahunan PPh WP Badan; d. Rp100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk SPT Tahunan PPh WP orang

pribadi.

Menurut Mardiasmo (2011: 37), keterlambatan atau tidak menyampaikan SPT oleh Wajib Pajak disebabkan karena:

a. Kealpaan

Setiap orang yang melakukan kealpaannya: 1) Tidak menyampaikan SPT;

(38)

Namun, apabila setelah perbuatan pertama kali, didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.

b. Kesengajaan

Setiap orang yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT dan/ atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

E.Wajib Pajak (WP)

1. Definisi Wajib Pajak (WP)

(39)

2. Hak-Hak Wajib Pajak (WP)

Menurut Mardiasmo (2011: 56), hak-hak Wajib Pajak (WP) antara lain: a. Mengajukan surat keberatan dan surat banding;

b. Menerima tanda bukti pemasukan SPT;

c. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan; d. Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT;

e. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran pajak;

f. Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam surat ketetapan pajak;

g. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak;

h. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta pembetulan surat ketetapan pajak yang salah;

i. Memberikan kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban pajaknya;

j. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak; k. Mengajukan keberatan dan banding.

3. Kewajiban Wajib Pajak

a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP;

(40)

d. Mengisi dengan benar SPT (SPT diambil sendiri), dan memasukkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dalam batas waktu yang telah ditentukan; e. Menyelenggarakan pembukuan/ pencatatan;

f. Jika diperiksa wajib:

1) Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;

2) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan. g. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau

dokumen serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan.

F. Kepatuhan Perpajakan

1. Definisi Kepatuhan Perpajakan

(41)

2. Definisi Kepatuhan Wajib Pajak (WP)

Menurut Norman D. Nowak (Moh. Zain, 2004 dalam Rahayu, 2010), kepatuhan Wajib Pajak sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana:

a. Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan;

b. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas; c. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar; d. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Menurut Chaizi Nasucha dalam Rahayu (2010: 139), kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari:

a. Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri;

b. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT); c. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan; d. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.

3. Indikator Kepatuhan Pajak

(42)

Perpajakan, indikator kepatuhan Wajib Pajak (WP) antara lain dilihat dari (Simanjuntak dan Imam, 2012: 103):

a. Aspek ketepatan waktu

Sebagai indikator kepatuhan adalah prosentase pelaporan SPT yang disampaikan tepat waktu sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

b. Aspek income atau penghasilan Wajib Pajak

Sebagai indikator kepatuhan adalah kesediaan membayar kewajiban angsuran Pajak Penghasilan (PPh) sesuai ketentuan yang berlaku;

c. Aspek law enforcement (pengenaan sanksi)

Sebagai indikator kepatuhan adalah pembayaran tunggakan pajak yang ditetapkan berdasarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) sebelum jatuh tempo;

d. Dalam perkembangannya indikator kepatuhan ini dapat juga dilihat dari aspek lainnya, contoh: aspek pembayaran dan aspek kewajiban pembukuan.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pajak

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak (WP), antara lain (Rustiyaningsih, 2011: 49):

a. Pemahaman terhadap sistem self assessment

(43)

terutang WP. Sistem ini efektif apabila WP memiliki kesadaran, kejujuran, dan kedisiplinan dalam melaksanakan peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang berlaku;

b. Kualitas pelayanan

Hakikat pelayanan umum adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan instansi pemerintah di bidang pelayanan umum;

2) Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna (efisien dan efektif);

3) Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa, dan peran serta masyarakat dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

Kualitas pelayanan dapat diukur dengan kemampuan memberikan pelayanan yang memuaskan, dapat memberikan pelayanan dengan tanggapan, kemampuan, kesopanan, dan sikap dapat dipercaya yang dimiliki oleh aparat pajak. Pelayanan yang berkualitas harus dapat memberikan 4K, yaitu keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukum.

c. Tingkat pendidikan

(44)

Tingkat pendidikan yang rendah akan berpeluang WP enggan melaksanakan kewajiban perpajakan karena kurangnya pemahaman mereka terhadap sistem perpajakan yang diterapkan;

d. Tingkat penghasilan

Penghasilan WP sebagai objek pajak dalam Pajak Penghasilan (PPh) sangat terkait dengan besarnya pajak terutang. Tingkat penghasilan akan mempengaruhi kepatuhan WP dalam membayar pajak tepat waktunya. Kemampuan WP dalam memenuhi kewajiban pajak terkait erat dengan besarnya penghasilan, maka salah satu yang dipertimbangkan dalam pemungutan pajak adalah tingkat penghasilan; e. Persepsi Wajib Pajak terhadap sanksi perpajakan

Sanksi perpajakan diberikan kepada WP agar WP mempunyai kesadaran dan patuh terhadap kewajiban pajak. Sanksi perpajakan dalam Undang-Undang Perpajakan berupa sanksi administrasi (denda dan bunga) dan sanksi pidana. Adanya sanksi perpajakan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan WP.

5. Upaya yang Dilakukan Pemerintah untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak (WP)

(45)

meningkat. Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi, antara lain (www.pajak.go.id dalam Rustiyaningsih, 2011: 52):

a. Menerbitkan dan mengirimkan surat teguran, imbauan, dan surat tagihan;

b. Memberikan sosialisasi perpajakan yang menyangkut pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan;

c. Menyampaikan ucapan terima kasih kepada Wajib Pajak yang mengirimkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan tepat waktu;

d. Menjadikan masyarakat sadar pajak merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya sehingga akan berdampak pada peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak;

Selain itu, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan kesadaran pajak sehingga WP semakin patuh terhadap kewajiban perpajakan antara lain dengan:

a. Meningkatkan kualitas pelayanan kantor pajak;

b. Memudahkan WP memenuhi kewajiban administrasi perpajakan (layanan e-SPT, mengadakan sosialisasi perpajakan yang akan memberikan pemahaman kepada WP terkait hak dan kewajiban mereka); c. Menyederhanakan sistem perpajakan yang diterapkan;

(46)

G. Pengetahuan Pajak

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Pramuditha (2010), pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Menurut Nanda (2005) dalam Pramuditha (2008), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang terkait dengan kurangnya pengetahuan terdiri dari:

1. Kurang terpapar informasi; 2. Kurang daya ingat/ hapalan; 3. Salah menafsirkan informasi; 4. Keterbatasan kognitif;

5. Kurang minta untuk belajar;

6. Tidak familiar terhadap sumber informasi.

(47)

Langkah terbaik yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pengetahuan pajak WP yakni dengan cara diadakannya materi perpajakan dalam pendidikan formal dan pendidikan informal (Romandana, 2012). Pendidikan secara formal dapat diperoleh dalam materi di sekolah hingga perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan informal (sosialisasi perpajakan) berupa penyuluhan, seminar, spanduk-spanduk, media massa elektronik lainnya dapat diakses melalui web resmi perpajakan (www.pajak.go.id). Langkah-langkah tersebut dapat berjalan baik jika memberikan dampak yang baik juga bagi WP dalam memahami peraturan perundang-undangan serta akan memunculkan kesadaran diri yang tinggi bagi WP untuk melaksanakan kewajiban mereka sebagai WP patuh dan sukarela.

Pengetahuan WP mengenai aturan dan Ketentuan Perpajakan yang berlaku diharapkan akan meningkatkan kepatuhan pajak. Informasi yang dimiliki WP akan mempengaruhi mereka terhadap kepatuhan WP, semakin banyak informasi yang mereka ketahui maka akan membantu mereka untuk bisa memberikan tanggapan. Tingkat pengetahuan yang dimiliki WP akan mempengaruhi keputusan mereka untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

H. Kualitas Pelayanan

(48)

Hardiyansyah, 2011: 36). Kualitas pelayanan yang diberikan oleh petugas pelayanan merupakan ujung tombak terdepan karena berhadapan langsung dengan publik, sehingga petugas tersebut harus memiliki profesionalisme serta memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat (Hardiyansyah, 2011: 44).

Menurut Zeithaml dkk (1990) dalam Hardiyansyah (2011: 47), dimensi pelayanan publik dapat dikembangkan menjadi sebagai berikut:

1. Tangible, terdiri atas fasilitas fisik, peralatan, personil dan komunikasi; 2. Reliable, terdiri dari kemampuan unit pelayanan dalam menciptakan

pelayanan yang dijanjikan dengan tepat;

3. Responsiveness, kemauan untuk membantu konsumen bertanggungjawab terhadap mutu layanan yang diberikan;

4. Competence, tuntuntan yang dimilikinya, pengetahuan dan keterampilan yang baik oleh aparatur dalam memberikan pelayanan;

5. Courtesy, sikap atau perilaku ramah, bersahabat, tanggap terhadap keinginan konsumen serta mau melakukan kontak atau hubungan pribadi; 6. Credibility, sikap jujur dalam setiap upaya untuk menarik kepercayaan

masyarakat;

7. Security, jasa pelayanan yang diberikan harus dijamin bebas dari berbagai bahaya dan resiko;

(49)

9. Communication, kemauan pemberi layanan untuk mendengarkan suara, keinginan atau aspirasi pelanggan, sekaligus kesediaan untuk selalu menyampaikan informasi baru kepada masyarakat;

10. Understanding the customer, melakukan segala usaha untuk mengetahui kebutuhan pelanggan.

Beberapa dimensi atau atribut yang harus diperhatikan dalam peningkatan kualitas pelayanan (Gesperesz, 1997 dalam Hardiyansyah, 2011: 51) yaitu:

1. Ketepatan waktu pelayanan;

2. Akurasi pelayanan (berkaitan dengan reliabilitas);

3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan;

4. Tanggung jawab yang berkaitan dengan penerimaan pesanan ataupun penanganan keluhan;

5. Kelengkapan (ketersediaan sarana pendukung); 6. Variasi model pelayanan (inovasi);

7. Pelayanan pribadi (fleksibilitas atau penanganan permintaan khusus);

8. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan (berkaitan dengan lokasi, ruang, kemudahan, dan informasi);

9. Atribut yaitu pendukung pelayanan lainnya (kebersihan lingkungan, AC, fasilitas ruang tunggu, fasilitas musik atau televisi).

(50)

kemampuan memberikan pelayanan yang memuaskan, dapat memberikan pelayanan dengan tanggapan, kemampuan, kesopanan, dan sikap dapat dipercaya yang dimiliki oleh aparat pajak. Selain itu, kemudahan dalam melaksanakan hubungan komunikasi yang baik, tersedianya fasilitas fisik termasuk sarana komunikasi yang memadai, dan pegawai yang cakap dalam tugas dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pelayanan.

I. Sanksi Perpajakan

Sanksi adalah hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan (Jatmiko, 2006). Menurut Mardiasmo (2011: 59), sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan Perundang-undangan Perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ ditaati/ dipatuhi. Selain itu, sanksi perpajakan juga dapat digunakan sebagai alat pencegah (preventif) agar Wajib Pajak (WP) tidak melanggar norma.

Sanksi perpajakan diberikan agar WP mempunyai kesadaran dan patuh terhadap kewajiban pajak. Adanya sanksi perpajakan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan WP. Sanksi pajak dalam Undang-Undang Perpajakan, berupa (Mardiasmo, 2011: 59):

1. Sanksi administrasi merupakan pembayaran kerugian kepada negara, khususnya yang berupa denda, bunga, dan kenaikan.

(51)

Menurut ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan (Mardiasmo, 2011: 59) ada 3 (tiga) macam sanksi pidana yaitu:

a) Denda pidana

Sanksi berupa denda pidana selain dikenakan kepada Wajib Pajak (WP), ada juga yang diancamkan kepada pejabat pajak atau kepada pihak ketiga yang melanggar norma. Denda pidana dikenakan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran maupun bersifat kejahatan.

b) Pidana kurungan

Pidana kurungan hanya diancamkan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran dapat ditujukan kepada WP dan pihak ketiga. c) Pidana penjara

Pidana penjara diancamkan terhadap kejahatan. Ancaman pidana penjara tidak ada yang diajukan kepada pihak ketiga, melainkan kepada pejabat dan Wajib Pajak.

Sanksi perpajakan diberikan kepada WP agar WP mempunyai kesadaran dan kepatuhan terhadap kewajiban pajak. Adanya sanksi perpajakan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan WP.

J. Peneliti Terdahulu

(52)

Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan, filsafat negara dan tingkat pendidikan WP secara statistik berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan dalam membayar pajak. Faktor kejelasan Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap kepatuhan membayar pajak.

Supriyati dan Nur Hidayati (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengetahuan pajak dan persepsi Wajib Pajak (WP) terhadap kepatuhan WP. Hasil penelitian Supriyati dan Nur Hidayati (2008) menunjukkan bahwa variabel pengetahuan pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan WP, sedangkan variabel persepsi WP terhadap petugas pajak dan kriteria WP patuh tidak memiliki pengaruh terhadap terhadap kepatuhan WP. Salah satu penyebab berpengaruhnya pengetahuan pajak terhadap kepatuhan WP adalah mulai bertambahnya tingkat pengetahuan pajak yang diperoleh langsung dari petugas pajak ataupun sosialisasi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

(53)

yang positif terhadap kepatuhan pelaporan WP OP di KPP Pratama Badung Utara.

Muliari dan Ery (2009) melakukan kajian mengenai pengaruh persepsi tentang sanksi perpajakan dan kesadaran Wajib Pajak (WP) pada kepatuhan pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Denpasar Timur. Hasil penelitian yang dilakukan Muliari dan Ery adalah persepi WP tentang sanksi perpajakan dan kesadaran WP secara parsial berpengaruh positif dan signifikan kepada pelaporan WP OP di KPP Pratama Denpasar Timur.

H. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan WP OP dalam penyetoran dan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan atau Masa.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen yaitu kepatuhan WP, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah pengetahuan pajak, kualitas pelayanan, dan sanksi perpajakan.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pengetahuan Pajak

Kualitas Pelayanan Pajak

Pengetahuan Pajak

Sanksi Perpajakan

(54)

I. Hubungan Pengaruh Pengetahuan Pajak, Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

1. Hubungan pengaruh pengetahuan pajak dan kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP)

Menurut Gardina dan Haryanto (2006) dalam Supriyati dan Nur Hidayati (2008), salah satu penyebab rendahnya kepatuhan Wajib Pajak (WP) adalah pengetahuan pajak yang dimiliki oleh WP. Sebagian besar WP memperoleh pengetahuan pajak dari petugas pajak. Pengetahuan pajak juga diperoleh WP melalui radio, televisi, majalah pajak, surat kabar, internet, buku perpajakan, konsultan pajak, seminar pajak maupun dari pelatihan pajak yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Sosialisasi dan penyuluhan merupakan salah satu cara yang dilakukan DJP untuk memberikan pengetahuan dan informasi pajak melalui petugas pajak dan diharapkan dapat memudahkan masyarakat khususnya WP dalam memahami administrasi pajak dan menambah pengetahuan perpajakan (Widodo, 2010: 169).

Berdasarkan pemahaman di atas, maka dapat disimpulkan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1: Pengetahuan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan WP OP.

2. Hubungan pengaruh kualitas pelayanan dan kepatuhan WP OP

(55)

disampaikan oleh masyarakat (Pandiangan, 2008: 95). Layanan yang diberikan masih dianggap terlalu birokratis, tidak transparan, terlalu panjang, tidak jelas bahkan sering dirasakan berbelit-belit. Oleh sebab itu, dilakukan reformasi birokrasi yang diarahkan untuk memberikan peningkatan pelayanan yang lebih baik kepada publik khususnya bagi WP melalui langkah prioritas yang dilaksanakan dengan memberikan layanan unggulan (Pandiangan, 2008: 95). Menurut Widodo (2010: 150), adanya upaya untuk memberikan kemudahan dan selalu berlaku adil dalam administrasi perpajakan secara signifikan berpengaruh terhadap kepatuhan sukarela WP.

Berdasarkan pemahaman di atas, maka dapat disimpulkan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H2: Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan WP OP.

3. Hubungan pengaruh sanksi perpajakan dan kepatuhan WP OP

(56)

Berdasarkan pemahaman di atas, maka dapat disimpulkan hipotesis penelitian sebagai berikut:

(57)

42 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian empiris merupakan penelitian terhadap fakta empiris yang diperoleh berdasarkan observasi atau pengalaman. Penelitian ini memerlukan kehadiran peneliti untuk melakukan observasi terhadap fakta atau segala sesuatu yang dialami tanpa perantaraan orang lain. Penelitian empiris umumnya lebih menekankan pada penyelidikan aspek perilaku daripada opini (Indriantoro dan Supomo, 2009: 29).

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada penelitian empiris, karena untuk memperoleh data peneliti perlu melakukan observasi secara langsung yaitu dengan melakukan penyebaran kuesioner secara langsung kepada Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat dilakukannya penelitian ini adalah di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Mataram Barat.

(58)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian adalah Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) yang berada di ruang lingkup KPP Pratama Mataram Barat.

2. Objek penelitian adalah pengetahuan pajak, kualitas pelayanan, sanksi perpajakan dan kepatuhan WP OP.

D. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Menurut Indriantoro dan Supomo (1999: 146), data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer diperoleh dari responden dengan cara mendistribusikan kuesioner secara langsung. Kuesioner ini berisi pernyataan-pernyataan mengenai kepatuhan WP OP, pengetahuan pajak, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan. Kuesioner yang disebarkan berisi identitas responden dan pernyataan-pernyataan yang bersifat tertutup.

E. Teknik Pengumpulan Data

(59)

dan bagian kedua berisikan pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian untuk mendapatkan data penelitian.

F. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala Likert yang digunakan untuk mengukur tanggapan atau respons seseorang tentang obyek sosial (Umar, 2003: 82). Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan memberikan skala pada setiap instrument sebagai berikut:

1. SS merupakan jawaban Sangat Setuju diberi skor 5. 2. S merupakan jawaban Setuju diberi skor 4.

3. N merupakan jawaban Netral diberi skor 3.

4. TS merupakan jawaban Tidak Setuju diberi skor 2.

5. STS merupakan jawaban Sangat Tidak Setuju diberi skor 1.

G. Variabel Penelitian

(60)

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain (Indriantoro dan Supomo, 2009: 63). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan pajak (X1),

kualitas pelayanan (X2) dan sanksi perpajakan (X3) yang dinyatakan dalam

skor total hasil pengukuran pernyataan responden mengenai pengetahuan pajak, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan yang telah dilaksanakan di ruanga lingkup KPP Pratama Mataram Barat.

a. Pengetahuan Pajak (X1)

(61)

b. Kualitas Pelayanan (X2)

Kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan terpenuhinya harapan atau kebutuhan pelanggan, di mana pelayanan dikatakan berkualitas apabila dapat menyediakan produk atau jasa (pelayanan) sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan (Lan, 2003 dalam Hardiyansyah, 2011).

Menurut Hardiyansyah (2011:44), kualitas pelayanan yang diberikan oleh petugas pelayanan merupakan ujung tombak terdepan karena berhadapan langsung dengan publik, sehingga petugas tersebut harus memiliki profesionalisme serta memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.

Pelayanan yang berkualitas harus dapat memberikan 4K, yaitu keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukum. Kualitas pelayanan dapat diukur dengan kemampuan memberikan pelayanan yang memuaskan, dapat memberikan pelayanan dengan tanggapan, kemampuan, kesopanan, dan sikap dapat dipercaya yang dimiliki oleh aparat pajak (Ni Luh dalam Rustiyaningsih, 2011). Pernyataan mengenai kualitas pelayanan bersumber pada penelitian yang dilakukan Jatmiko (2006) dan Maharia (2011).

c. Sanksi Perpajakan (X3)

(62)

pencegah (preventif) agar Wajib Pajak (WP) tidak melanggar norma (Mardiasmo, 2011: 59). Sanksi perpajakan dibedakan menjadi sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi merupakan pembayaran kerugian kepada negara, khususnya berupa denda, bunga dan kenaikan. Sedangkan sanksi pidana merupakan suatu alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus agar norma pajak dipatuhi. Pernyataan mengenai sanksi perpajakan bersumber pada penelitian yang dilakukan oleh Jatmiko (2006) dan Novitasari (2007).

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2009: 63). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP).

(63)

substantif atau hakekatnya memenuhi semua ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan. Pernyataan mengenai kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) bersumber pada penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2006).

H. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sumarni dan Salamah (2006: 69), populasi merupakan keseluruhan obyek yang diteliti dan terdiri atas sejumlah individu, baik yang terbatas (finite) maupun tidak terbatas (infinite). Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang berada di ruang lingkup KPP Pratama Mataram Barat.

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Sumarni dan Salamah, 2006: 70). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel nonprobabilititas dengan pengambilan sampel aksidental. Menurut Sumarni dan Salamah (2006: 78), pengambilan sampel aksidental menentukan sampel berdasarkan kebetulan yang ditemui atau siapa pun yang dipandang oleh peneliti cocok sebagai sumber data.

(64)

n = N 1 + Ne2 Keterangan:

n = jumlah sampel minimum N = jumlah populasi

e = persentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel.

I. Teknik Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas

Menurut Arikunto (1998: 160) dalam Taniredja dan Hidayati (2011: 42), secara mendasar validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Suatu instrumen yang valid atau sah mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Jadi, suatu alat pengukur dapat dikatakan valid jika alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu.

Teknik korelasi yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah korelasi product moment. Berikut ini rumus korelasi product moment (Sugiyono, 2012: 228):

Keterangan:

(65)

X = skor tiap item pernyataan

Y = skor seluruh pernyataan (total variabel) n = jumlah responden

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas pada dasarnya adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Jika hasil pengukuran yang dilakukan secara berulang relatif sama maka pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat reliabilitas yang baik (Umar, 2003: 149).

Menurut Priyatno (2011: 69), uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Metode uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah cronbach’s alpha. Hasil pengujian dapat dikatakan reliabel jika nilai cronbach’s alpha di atas 0,6 (Sekaran, 1992 dalam Jatmiko, 2006).

J. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab rumusan masalah atau pembuktian hipotesis, maka penelitian melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Deskripsi Karakteristik Responden

(66)

pekerjaan, jumlah penghasilan dan tahun kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

2. Deskripsi Hasil Kuesioner

Deskripsi hasil kuesioner merupakan gambaran tentang variabel yang digunakan. Deskripsi ini memuat data statistik seperti: rerata (mean), simpangan baku (standar deviasi), nilai minimum dan nilai maksimum. 3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi dasar dan asumsi klasik dilakukan sebelum analisis regresi linier. Uji-uji asumsi ini meliputi:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, nilai residu mempunyai distribusi yang normal (Santoso, 2010: 210). Dalam penelitian ini untuk menguji normalitas residual digunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).

Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis sebagai berikut (Ghozali, 2005: 144 dalam Wulandari, 2011: 42):

H0 : Data residual berdistribusi normal

Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau menerima H0 adalah sebagai berikut:

Jika P-value < α, maka H0 ditolak

(67)

b. Uji Multikolinieritas

Menurut Santoso (2010: 203), uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar-variabel independen. Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinieritas adalah dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance value. Batas dari VIF adalah 10 dan nilai tolerance value ≤ 0,1. Jika nilai VIF ≥ 10 dan nilai tolerance value ≤

0,1, maka terjadi multikolinieritas. c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Priyatno (2011: 296), uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot.

Menurut Nugroho (2005: 62) dalam Wulandari (2011: 44), analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linier tidak terdapat heterokedastisitas jika:

1) Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0;

2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja; 3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola

(68)

4. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi (Priyatno, 2011: 238).

Persamaan regresi linier berganda adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Keterangan:

Y = Variabel dependen X1, X2, X3 = Variabel independen

a = Nilai konstanta b1, b2, b3 = Koefisien regresi

e = Simpangan baku estimasi (error) 5. Pengujian Hipotesis (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tergantung (Priyatno, 2011: 258).

Dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H0 : b1; b2; b3 = 0, artinya pengetahuan pajak, kualitas pelayanan

dan sanksi perpajakan secara simultan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

Ha: b1; b2; b3 ≠ 0: pengetahuan pajak, kualitas pelayanan dan

(69)

Kriteria pengujian pada uji F :

H0 diterima bila Fhitung ≤ Ftabel dan dikatakan signifikan jika > 0,05

H0 ditolak bila Fhitung > Ftabel dan dikatakan signifikan jika < 0,05

6. Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Analisis determinasi digunakan untuk mengetahui prosentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Priyatno, 2011: 251).

7. Pengujian Hipotesis (Uji t)

Tujuan dilakukan pengujian ini adalah ingin mengetahui sebuah nilai tertentu yang diberikan sebagai pembanding, berbeda secara nyata ataukah tidak dengan rata-rata sebuah sampel.

Dengan rumus hipotesis sebagai berikut:

H0 : b1 = 0, artinya pengetahuan pajak tidak berpengaruh terhadap

kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

Ha : b1 ≠ 0, artinya pengetahuan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan

Wajib Pajak Orang Pribadi.

H0 : b2 = 0, artinya kualitas pelayanan tidak berpengaruh terhadap

kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

Ha : b2 ≠ 0, artinya kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan

Wajib Pajak Orang Pribadi.

H0 : b3 = 0, artinya sanksi perpajakan tidak berpengaruh terhadap

(70)

Ha : b3 ≠ 0, sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib

Pajak Orang Pribadi. Kriteria pengujian:

H0 diterima jika –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel dan dikatakan signifikan jika > 0,05

H0 ditolak jika –thitung < -ttabel atauthitung > ttabel dan dikatakan signifikan jika <

(71)

56 BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Responden

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Mataram Barat hingga bulan Agustus 2012, jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) efektif yang tercatat sebesar 34.141. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin, sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian berjumlah 100 WP OP. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada WP OP yang berada di KPP Pratama Mataram Barat.

Kuesioner yang disebarkan kepada WP OP berjumlah 110 kuesioner. Namun dari 110 kuesioner yang disebarkan hanya 95 kuesioner yang dikembalikan dan terisi lengkap, sedangkan 15 kuesioner tidak terisi lengkap dan dianggap cacat sehingga tidak dapat digunakan dalam penelitian.

(72)

1. Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Usia

Usia

Sumber: Data primer diolah

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini berusia 45-54 tahun.

2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis

(73)

3. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat

Sumber: Data primer diolah

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan di jenjang SLTA/ SMA sebanyak 43 responden dan tingkat pendidikan strata S-1 berjumlah 45 responden. 4. Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.4 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase

(%)

Sumber: Data primer diolah

(74)

5. Responden Berdasarkan Jumlah Penghasilan

Tabel 4.5 Data Responden Berdasarkan Jumlah Penghasilan

Tingkat Penghasilan Frekuensi Persentase (%) responden memiliki jumlah penghasilan sebesar Rp1.500.000,00-Rp3.000.000,00. Sedangkan responden dengan jumlah penghasilan Rp3.000.000,00-Rp5.000.000,00 sebanyak 41 responden.

6. Responden Berdasarkan Tahun Kepemilikan NPWP

Tabel 4.6 Data Responden Berdasarkan Tahun Perolehan NPWP Tahun Perolehan

(75)

B. Deskripsi Hasil Kuesioner

Deskripsi ini berisi data penelitian atau hasil dari kuesioner yang telah disebarkan tentang variabel yang digunakan. Deskripsi hasil kuesioner memuat data statistik seperti rerata (mean), simpangan baku (standar deviasi), serta skor minimum dan skor maksimum. Deskripsi hasil kuesioner secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Deskriptif Hasil Kuesioner

Variabel Penelitian

Standar deviasi = besarnya nilai penyimpangan rata-rata.

1. Pengetahuan Pajak

(76)

Pajak Orang Pribadi (WP OP) pasti memiliki pengetahuan pajak yang berbeda-beda. Sebagian besar pengetahuan pajak diperoleh WP OP dari sosialisasi yang diberikan oleh petugas pajak. Sosialisasi ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pajak sehingga dapat menambah wawasan WP OP dan mampu memberikan kesadaran akan pentingnya pajak.

Berdasarkan tabel di atas, tanggapan dari 95 responden mengenai pengetahuan pajak rata-rata sebesar 34,24 dengan standar deviasi sebesar 2,319. Responden memiliki total skor pengetahuan pajak minimum sebesar 26 dan maksimum sebesar 40.

2. Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan dikatakan berkualitas apabila dapat menyediakan produk atau jasa (pelayanan) sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. Kualitas pelayanan diukur dengan kemampuan memberikan pelayanan yang memuaskan, memberikan pelayanan dengan tanggap, kemampuan, kesopanan, dan sikap dapat dipercaya yang dimiliki oleh petugas pajak.

(77)

3. Sanksi Perpajakan

Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ ditaati/ dipatuhi. Sanksi perpajakan diberikan/ dikenakan agar Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) mempunyai kesadaran dan patuh terhadap kewajiban pajak. Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan tanggapan 95 responden mengenai sanksi perpajakan nilai rata-rata sebesar 14,60 dengan standar deviasi sebesar 2,185. Nilai minimum untuk nilai terendah dari total skor nilai responden sebesar 9 dan nilai maksimum untuk nilai tertinggi dari total skor nilai responden sebesar 20.

4. Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP)

Kepatuhan WP OP didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana WP OP memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan pajak didasarkan pada adanya kewajiban WP OP untuk memasukkan Surat Pemberitahuan (SPT) dan melaporkan semua penghasilan secara akurat.

Gambar

Gambar 2.1   Kerangka Pemikiran ......................................................................38  Gambar 4.1   Grafik Scatterplot Heteroskedastisitas ..........................................70
Tabel 1.1 Tingkat Kepatuhan WP OP di KPP Pratama Mataram Barat  Tahun 2010-2012 (Agustus)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil tersebut memperlihatkan juga bahwa, meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan pada karakteristik keterampilan berpikir kreatif secara umum antara subjek

Tujuan kajian ini adalah untuk mengkaji hubungan antara motivasi, persekitaran kerja, kerja berpasukan dan kepimpinan terhadap kepuasan pekerja di kalangan pekerja

Berkaitan dengan Evaluasi Renja Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi Riau Tahun 2019 yang mempertimbangkan bahwa Dinas Komunikasi, Informatika dan

Dalam proses akuntansi diidentifikasikan berbagai transaksi atau peristiwa yang merupakan kegiatan ekonomi perusahaan, yang dilakukan melalui pengukuran, pencatatan, penggolongan,

Sasaran adalah kelompok ternak sapi di beberapa kecamatan di kabupaten Karangasem Bali. Sebelum dilakukan penentuan kelompok ternak sapi dilakukan penentuan

Jika benda yang akan digambar diletakkan di kwadran pertama, dan diproyeksikan pada bidang-bidang proyeksi, maka cara proyeksi ini disebut “Proyeksi kwadran pertama“ atau

Yang menghendaki profesi Notaris di Indonesia adalah pasal 1868 Kitab undang-undang hukum perdata yang berbunyi: “Suatu akta otentik ialah suatu akta didalam bentuk yang

Dari penelitian terhadap pembelajaran tenses bahasa Inggris berbasis web yang telah dilakukan, terdapat saran yang diusulkan peneliti diantaranya sebagai berikut. Perancangan