• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMISAHAN LOGAM BERAT (PB DAN CD) DALAM BIOSOLID DENGAN PROSES EKSTRAKSI (LEACHING)ASAM – BASA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMISAHAN LOGAM BERAT (PB DAN CD) DALAM BIOSOLID DENGAN PROSES EKSTRAKSI (LEACHING)ASAM – BASA."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ASAM – BASA

PENELITIAN

OLEH :

ANDRY HERDIAN POMANTOUW

NPM : 0731010013

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN ”

JAWA TIMUR

(2)

memberikan rahmat, karunia, serta kekuatan, sehingga kami selaku penulis dapat

menyelesaikan penyusunan penelitian dengan judul “ Pemisahan Logam Berat (Pb dan

Cd) dalam Biosolid dengan Proses Ekstraksi (Leaching) asam - Basa“.

Penelitian merupakan mata kuliah wajib dan diajukan sebagai usaha untuk

memenuhi salah satu persyaratan penyelesaian program pendidikan Strata Satu (S–1)

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

Laporan ini dapat terselesaikan berkat bantuan petunjuk, pengalaman, bimbingan,

dan dorongan dari berbagai pihak. Melalui tulisan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ir. Retno Dewati, MT, selaku Kepala Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi

Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ir. Dyah Suci Puspita, MT selaku Dosen Pembimbing Penelitian yang telah

memberikan pencerahan dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. Ir. Isni Utami, MT selaku Dosen Penguji I Penelitian.

5. Ir. Ely Kurniati, MT selaku Dosen Penguji II Penelitian.

6. Kedua orang tua, kakak, dan adik tercinta, yang selalu memberikan dukungan baik

moral maupun spiritual selama menyelesaikan penelitian ini serta teman-teman yang

(3)

kekurangan. Diharapkan kritik dan saran dari saudara sekalian memicu kami dalam

penyempurnaan yang lebih baik. Semoga semua ini bermanfaat bagi pengetahuan kita

semua. Amin ya robbal alamin...

Surabaya, Februari 2011

(4)

INTI SARI ………...………... i

KATA PENGANTAR ………...…….…... ii

DAFTAR ISI ………...……….…... iv

DAFTAR TABEL ………...……….….. vi

DAFTAR GAMBAR ………...………..…. vii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ………...…….………..…….... 1

I.2 Tujuan Penelitian ...…...………...………..… 2

I.3 Manfaat Penelitian ……...…...………...……. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teori Umum………...………….. 3

II.1.1 Biosolid …...…..…..…....…. 3

II.1.2 Logam Berat ...……..……...……... 6

II.1.2.1 Ion-ion Logam berat …...…... 9

II.1.2.1.1 Pb ( Timbal ) …....…...…….…... 9

II.1.2.1.2 Cd ( Cadmium ) …... 11

II.1.3 Asam - Basa …....………....…... 13

II.1.3.1 Asam Phospat ( H3PO4) ……….………... 14

II.1.8 Kalium Hidroksida ( KOH ) ….…... 15

(5)

II.4 Hipotesa …...……..………...… 24

BAB III METODE PENELITIAN III.1 Bahan – Bahan yang Digunakan ..………....…….….…... 25

III.2 Alat dan Rangkaian Alat ………...….…... 25

III.3 Peubah …...……….……….. 27

III.4 Skema Penelitian ... 28

III.5 Prosedur Penelitian ...…....… 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisa Bahan Baku ( Biosolid ) …... 30

IV.2 Hasil Proses Ekstraksi ………...………... 30

IV.2.1 Hasil Proses Ekstraksi Asam ………... 30

IV.2.2 Hasil Proses Ekstraksi Basa ……...…... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan .……...……….….…... 36

V.2 Saran ...………....……. 37

DAFTAR PUSTAKA

(6)

Tabel II.2 Standart jenis dan konsentrasi bakteri pathogen dalam

biosolid ... 5

Tabel II.3 Standart Kualitas Pupuk Organik Padat (SNI)... 6

Tabel IV.1 Kandungan Logam Berat Pb dan Cd dalam Biosolid

Awal ... 30

Tabel IV.2.1 Pengaruh pH dan Waktu Ekstraksi terhadap Penurunan

Konsentrasi Logam Berat Pb dan Cd dalam Biosolid

dengan Pelarut Asam H3PO4 ... 30

Tabel IV.2.2 Pengaruh pH dan Waktu Ekstraksi terhadap Penurunan

Konsentrasi Logam Berat Pb dan Cd dalam Biosolid

dengan Pelarut Basa KOH ... 33

(7)

Gambar II-1 Solubility Pb ( Timbal ) ……..………... 11

Gambar II-2 Solubility Cd ( Cadmium ) ………...……...….... 13

Gambar III-2 Gambar rangkaian alat …….……….……...…….... 26

Gambar III-4 Gambar skema penelitian ……....………... 28

Gambar IV-2.1a Hubungan antara pH dengan konsentrasi timbal pada waktu yang bervariasi …...………...…..….... 31

Gambar IV-2.1b Hubungan antara pH dengan konsentrasi kadmium pada waktu yang bervariasi ……..……….……...………... 32

Gambar IV-2.2a Hubungan antara pH dengan konsentrasi timbal pada waktu yang bervariasi …...………...…..….... 33

(8)

pengolahan air limbah (IPAL) khususnya yang melibatkan proses biologi baik aerob maupun anaerob. Di dalam biosolid terdapat kandungan logam-logam berat yang merupakan permasalahan dalam pemanfaatan biosolid tersebut khususnya pada aplikasinya untuk lahan pertanian karena hal ini dapat mengakibatkan pencemaran produk hasil pertanian.

Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen – komponen dalam campuran. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan limbah biosolid di Indonesia dan meningkatkan daya guna dan nilai ekonomi biosolid.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium riset Teknik Kimia UPN ”Veteran” Jatim. Penelitian dilaksanakan berdasarkan 2 variabel berubah yaitu waktu ekstraksi dan pH pelarut. Alat yang digunakan adalah flokumatic.

Prosedur penelitian ini adalah biosolid dihaluskan, diayak dengan ukuran 100 mesh kemudian dilakukan ekstraksi dengan alat flokumatic dan pelarut asam H3PO4 dengan pH dan waktu yang telah ditentukan. Kemudian filtrat dan dan residu dikeringkan dengan cara disaring, residu dikeringkan dan dianalisa. Setelah dianalisa kemudian residu di ekstraksi kembali dengan menggunakan pelarut basa KOH dengan pH dan waktu yang telah ditentukan.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biosolid merupakan limbah padat yang bersumber dari pengolahan

air limbah industri dan limbah rumah tangga secara aerob maupun anaerob.

Biosolid ini menjadi permasalahan bagi industri – industri mengingat jumlah

biosolid yang dihasilkan cukup besar kurang lebih mencapai 30-40 ton

perbulan tergantung industri. Pengelolaan yang dilakukan saat ini hanya

dipergunakan sebagai tanah urug (land fill) dan dikirim ke cilengsi untuk

dilakukan pengolahan lebih lanjut lanjut (seperti kompos, daun atau tanah

campuran). Pengolaan ini membutuhkan biaya yang cukup besar dan tidak

memberi nilai ekonomi pada biosolid tersebut.

Berdasarkan kajian literatur dan analisis laboratorium biosolid

mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti :

Nitrogen (N) : 2-3%, Phosphor (P2O5) : 2-4%, Kalium (K2O) : 0,5-1% dan

sulfur (S) : 0,2-0,4%. Serta mengandung bahan organik : 26-30%.

Disamping mengandung unsur hara, biosolid dari limbah industri dapat

mengandung bakteri pathogen dan logam-logam berat. Kualitas biosolid

yang dihasilkan setiap jenis industri berbeda-beda tergantung jenis industri

dan pengolahan air limbahnya.

Dengan memperhatikan kualitas biosolid yang terdapat disetiap

industri, biosolid ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, media tanam yang

(10)

reklamasi lahan pertanian dan juga hasil panen pertanaman baik jumlah

maupun mutunya. Dalam rangka pendayagunaan biosolid untuk menunjang

kegiatan pertaniaan tersebut perlu dilakukan pengkajian terlebih dahulu

mengenai jenis dan konsentrasi bakteri pathogen dan logam-logam berat

yang terkandung dalam biosolid.

Konsentrasi bakteri pathogen dan logam-logam berat yang

terkandung dalam biosolid, kandungannya harus diturunkan agar produk

hasil pengolahan biosolid selanjutnya diaplikasikan pada lahan pertanian.

Pengkajian penelitian ini meliputi : Identifikasi kuantitas dan kualitas (fisik,

kimia dan bilogi) limbah padat biosolid. Dengan proses pengolahan :

Pemisahan logam berat (Pb dan Cd) dalam biosolid dengan proses

Ekstraksi (Leaching) asam – basa ”.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mencari kondisi terbaik penurunan

kadar Logam berat yang terkandung dalam biosolid dengan proses ekstraksi

(leaching) dengan menggunakan pelarut asam – basa.

1.3 Manfaat Penelitian

a. Dapat mengatasi permasalahan limbah biosolid di Indonesia

b. Dapat meningkatkan daya guna dan nilai ekonomi biosolid

c. Sebagai pemberi informasi bahwa pemisahan logam berat dalam

biosolid dapat dilakukan dengan cara proses ekstraksi (leaching) asam

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori Umum.

II.1.1 Biosolid

Biosolid merupakan produk samping (limbah padat) dari

pengoperasian instalasi pengolahan air limbah (IPAL) khususnya yang

melibatkan proses biologi baik aerob maupun anaerob. Berdasarkan kajian

literatur dan analisis laboratorium biosolid mengandung berbagai unsur

makro dan mikro pupuk yang dibutuhkan tanaman seperti : Nitrogen (N) :

2-3%, Phosphor (P2O5) : 2-4%, Kalium (K2O) : 0,5-1% dan sulfur (S) :

0,2-0,4%. Serta mengandung bahan organik : 26-30%. Disamping mengandung

unsur makro dan mikro pupuk, biosolid dari limbah industri dapat

mengandung bakteri pathogen : total coliforms, fecal coliforms, shigella sp,

salmonella sp, escherichia coli dan logam-logam berat : Arsenic (As),

Cadmium (Cd), Chromium (Cr), Copper (Cu), Lead (Pb), Mercury (Hg),

Nickel (Ni), Selenium (Se), dan Zinc (Zn). Konsentrasi unsur makro dan

mikro pupuk, bakteri pathogen dan logam-logam berat yang dihasilkan

setiap jenis industri berbeda-beda tergantung jenis industri dan pengolahan

air limbahnya.

Kandungan bakteri pathogen dan logam-logam berat pada biosolid

merupakan permasalahan dalam pemanfaatan biosolid tersebut khususnya

(12)

Pencemaran produk hasil pertanian. Mengacu pada kandungan bakteri

pathogen dan logam-logam berat tersebut, maka dilakukan pengkajian

tentang kualitas biosolid dari beberapa jenis industri. Pengolahan bakteri

pathogen dan logam-logam berat dalam biosolid ini bertujuan agar produk

hasil pertanian aman untuk dikonsumsi.

Di Indonesia penelitian tentang pengolahan biosolid menjadi suatu

produk yang memiliki nilai ekonomi maupun aplikasinya pada lahan

pertanian yang masih sedikit, sedangkan dibeberapa negara seperti America,

Australia, Kanada, Cina dan negara lainnya telah mengaplikasikan biosolid

ini sebagai media yang sangat bermanfaat untuk perbaikan kualitas lahan

pertaniaan, reklamasi lahan pertanian maupun lahan bekas penambangan

serta produksi pupuk dengan proses pengeringan dan composting.

Kebaharuan penelitian ini terletak pada biosolid dengan proses

ekstraksi asam-basa yang dipergunakan untuk mematikan aktifitas bakteri

pathogen dan mengekstraksi logam-logam berat. Pemakaian pelarut asam

H3PO4 disamping dapat mematikan bakteri pathogen juga mengekstraksi

logam-logam berat serta meningkatkan unsur hara dengan masuknya

(adsorpsi) ion PO4 kedalam biosolid, dengan meningkatnya unsur hara maka

produk yang dihasilkan layak untuk diaplikasikan pada lahan pertanian.

Sedangkan pemakaian pelarut basa seperti KOH difungsikan untuk proses

netralisasi, mematikan bakteri pathogen dan meningkatkan unsur hara dalam

(13)

Kualitas produk biosolid hasil proses ekstraksi asam-basa mengacu

pada standar kualitas yang dikeluarkan oleh Amerika melalui EPA

(Environmental Protection Agency). Standar kualitas biosolid yang dapat

diaplikasikan pada sektor pertanian menurut EPA seperti tercantum dalam

tabel dibawah ini :

Tabel -1 Standart kandungan logam berat pada biosolid untuk pertanian

No. Jenis Logam

Tabel -2 Standart Jenis dan Konsentrasi Bakteri Pathogen dalam Biosolid

No Jenis Bakteri Pathogen Konsentrasi

1 Total coliforms 0

2 Fecal coliforms 0

3 Shigella sp 0

4 Salmonella sp 0

(14)

Tabel -3 Standart Kualitas Pupuk Organik Padat (SNI)

No Parameter Kandungan Pupuk

Organik Padat Organik Cair

1 C-Organik (%) min 15 ≥ 6

2 C/N ratio 12-25 ---

3 Bahan ikutan (Kerikil, beling, plastik)

(%) ≤ 2 ---

Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih

besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik,

mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor

atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen, 1977). Sebagian

logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg)

merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap

unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim,

sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat

(-COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium,

timbal, dan tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat

(15)

senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya (Manahan, 1977).

Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya

racun logam berat terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke

rendah) sebagai berikut merkuri (Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), timah

hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co).

(Sutamihardja dkk, 1982).

Menurut Darmono (1995) daftar urutan toksisitas logam paling

tinggi ke paling rendah terhadap manusia yang mengkomsumsi ikan

adalah sebagai berikut Hg2+ > Cd2+ >Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ >

Cr2+ Sn2+ > Zn2+. Sedangkan menurut Kementrian Negara

Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990) sifat toksisitas logam berat

dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu :

a. Bersifat toksik tinggi yang terdiri dari atas unsur-unsur Hg, Cd,

Pb, Cu, dan Zn.

b. Bersifat toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co.

c. Bersifat toksik rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe.

Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung

terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung

terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam

berat (PPLH-IPB, 1997; Sutamihardja dkk, 1982) yaitu :

1. Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam

lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit

(16)

2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan,

dan akan membahayakan kesehatan manusia yang

mengkomsumsi organisme tersebut.

3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu

lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air.

Disamping itu sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan masa

air yang akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam air,

sehingga sedimen menjadi sumber pencemar potensial dalam skala waktu

tertentu.

Logam berat masih termasuk golongan logam-logam dengan

kriteria-kriteria yang sama dengan logam-logam yang lain. Perbedaannya

terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan

atau masuk kedalam tubuh organisme hidup. Sebagai contoh, bila unsur

logam besi (Fe) masuk dalam tubuh, meski dalam jumlah agak berlebihan

biasanya tidaklah menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap tubuh

karena unsur besi (Fe) dibutuhkan dalam darah untuk mengikat oksigen.

Sedangkan unsur logam berat baik itu logam berat beracun yang

dipentingkan seperti tembaga (Cu), bila masuk ke dalam tubuh dalam

jumlah berlebihan akan menimbulkan pengaruh-pengaruh buruk terhadap

fungsi fisiologis tubuh.

Niebor dan Richardson menggunakan istilah logam berat untuk

menggantikan pengelompokan ion-ion logam ke dalam kelompok biologi

(17)

1. Logam-logam yang dengan mudah mengalami reaksi kimia bila

bertemu dengan juga dengan unsur oksigen atau disebut juga

dengan oxygen-seeking metal.

2. Logam-logam yang dengan mudah mengalami reaksi kimia bila

bertemu dengan unsur nitrogen dan atau unsur belerang (sulfur) atau

disebut juga nitrogen/sulfur seeking metal.

3. Logam antara atau logam transisi yang memiliki sifat khusus

sebagai logam pengganti (ion pengganti) untuk logam-logam atau

ion-ion logam.

www.primenergy.com/reference_BiosolidsDisposal.htm

II.1.2.1 Ion – ion Logam berat

II.1.2.1.1 Timbal (Pb)

Unsur Pb umumnya ditemukan berasosiasi dengan Zn - Cu dalam

tubuh bijih. Pb dalam batuan berada pada struktur silikat yang

menggantikan unsur kalsium/Ca, dan baru dapat diserap oleh tumbuhan

ketika Pb dalam mineral utama terpisah oleh proses pelapukan. Pb di

dalam tanah mempunyai kecenderungan terikat oleh bahan organic dan

sering terkonsentrasi pada bagian atas tanah karena menyatu dengan

tumbuhan, dan kemudian terakumulasi sebagai hasil pelapukan di dalam

lapisan humus.

(18)

Peran Pb sebagai unsur hara tumbuhan juga belum diketahui.

Unsur ini merupakan pencemar kimiawi utama terhadap lingkungan,

tumbuhan (khususnya pada tanaman tomat dan bayam), hewan dan

manusia (Mengel & Kirkby).

(http://soil.faperta.ugm.ac.id/tj/1991/1993%20loga.pdf)

Sifat Timbal (Pb)

§ Timbal merupakan logam putih kebiru-biruan dengan pancaran yang terang

§ Sangat lunak, mudah dibentuk, ductile, dan bukan konduktor listrik yang baik

§ Memiliki resistasi tinggi terhadap korosi

§ Memiliki massa jenis 11,34 gr/cm3

§ Memiliki massa jenis cair pada titik lebur 10,66 gr/cm3

§ Memiliki Titik lebur 600,61 K (327,46 0C)

§ Memiliki Titik didih 2022 K (1749 0C)

§ Memiliki Kalor Peleburan 4,77 kJ/mol

§ Memiliki Kalor penguapan 179,5 kJ/mol

§ Memiliki Kapasitas kalor pada (25 0C) 26,650 J/mol.K

(19)

http://www.erc.umd.edu/ummap/documents/pmg_metal_precip_man1.pdf

II.1.2.1.2 Cadmium (Cd)

Cadmium merupakan bahan alami yang terdapat dalam kerak

bumi. Cadmium murni berupa logam berwarna putih perak dan lunak,

namun bentuk ini tak lazim ditemukan di lingkungan. Kebanyakan

Cadmium (Cd) merupakan produk samping dari pengecoran seng, timah

atau tembaga cadmium yang banyak digunakan berbagai industri, terutama

plating logam, pigmen, baterai dan plastik.

(www.dinkesjatim.go.id/images/.../200504121503-LIMBAH%20B-3.pdf)

Cadmium (Cd) merupakan logam berat pencemar lingkungan yang

tidak memiliki fungsi hayati dan bersifat sangat toksik bagi tumbuhan dan

hewan (Kabata-Pendias dan Pendias, 2001). Fitotoksisitas Cd dapat

menyebabkan klorosis, nekrosis, layu serta gangguan fotosintesis dan

transpirasi sehingga menghambat pertumbuhan (Maier et al., 2003; Smeets

(20)

bagian tanaman yang dapat dikonsumsi tanpa menimbulkan gejala

cekaman, sehingga lebih berisiko bagi kesehatan manusia. Pada manusia,

akumulasi kronis dalam ginjal melebihi 200 mg Cd kg-1 dapat

menyebabkan disfungsi ginjal, kerapuhan dan deformasi tulang, serta

kanker paru (Nawrot et al., 2006; Staessen et al., 1999).

Selain tanah di kawasan industri metalurgi, tanah pertanian di

sekitar kawasan perkotaan dan industri lainnya juga rentan terhadap

pencemaran Cd, yang antara lain bersumber dari deposisi atmosferik sisa

pembakaran bahan bakar fosil, insinerasi plastik dan aki bekas, serta

pemanfaatan biosolid, pupuk dan pestisida yang mengandung Cd

(Alloway, 1995a).

(www.tropicalsoiljournal.net)

Sifat Cadmium (Cd)

§ Timbal merupakan logam yang lembut berwarna putih kebiruan

§ Memiliki massa jenis 8,65 gr/cm3

§ Memiliki massa jenis cair pada titik lebur 7,996 gr/cm3

§ Memiliki Titik lebur 594,22 K (321,07 °C)

§ Memiliki Titik didih 1040 K (767 °C)

§ Memiliki Kalor Peleburan 6,21 kJ/mol

§ Memiliki Kalor penguapan 99,87 kJ/mol

§ Memiliki Kapasitas kalor pada (25 0C) 26,020 J/mol.K

(21)

http://www.erc.umd.edu/ummap/documents/pmg_metal_precip_man1.pdf

II.1.3 Asam – Basa

Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang

sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan

sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga golongan,

yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan

Basa memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat

menentukan sifat suatu larutannya. Untuk menentukan suatu

larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa cara. Yang pertama

menggunakan indikator warna, yang akan menunjukkan sifat

suatu larutan dengan perubahan warna yang terjadi. Misalnya

Lakmus, akan berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam

dan akan berwarna biru dalam larutan yang bersifat basa. Sifat

(22)

pH-nya. pH merupakan suatu parameter yang digunakan untuk

menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam memiliki pH

kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7, sedangkan

larutan netral memiliki pH=7. pH suatu larutan dapat ditentukan

dengan indikator pH atau dengan pH meter.

(http://id.shvoong.com/exact-sciences/1884244-teori-asam-basa)

II.1.3.1 Asam Phospat (H3PO4)

Asam Phospat digunakan dalam berbagai jenis industri, terutama

dalam pembuatan pupuk, deterjen dan farmasi. Di industri baja, digunakan

untuk membersihkan karat-bukti dan produk.

Hal ini juga digunakan sebagai bahan bumbu di minuman

berkarbonasi, bir, selai, jeli dan keju. Di makanan, asam fosfat

menyediakan rasa asam. Sebagian besar asam fosfat digunakan dalam

produksi pupuk. Fosfor merupakan salah satu elemen penting untuk

pertumbuhan tanaman. Fosfat organik adalah senyawa yang memberikan

energi untuk sebagian besar bahan kimia reaksi yang terjadi dalam sel

hidup. Oleh karena itu, memperkaya tanah dengan pupuk fosfat

meningkatkan pertumbuhan tanaman. Kegunaan lainnya, biasa digunakan

pada pembuatan minuman ringan dan berbagai produk makanan.

(http://scifun.chem.wisc.edu/chemweek/pdf/Phosphoric_Acid.pdf)

Asam Phospat (H3PO4) disamping dapat mematikan bakteri

(23)

meningkatnya unsur hara maka produk yang dihasilkan layak untuk

diaplikasikan pada lahan pertanian.

Sifat Asam Phospat (H3PO4)

§ Tidak berwarna atau jernih

§ Berbentuk kristal

§ Memiliki berat molekul : 98

§ Memiliki Specific grafity : 1,834

§ Memiliki titik lebur : 42,35 °C

§ Memiliki titik didih : 213 °C

§ Larut dalam air dan alkohol

(http://ms.wikipedia.org/wiki/Asam phospat)

III.1.3.2 Kalium Hidroksida (KOH)

Kalium hidroksida (KOH) adalah senyawa kimia yang merupakan

basa logam yang sangat beralkali. Senyawa ini kadang juga dikenal

sebagai potasy kaustik, lai potasy, dan kalium hidrat. Dalam bidang

pertanian , kalium hidroksida digunakan untuk memperbaiki pH tanah

asam. Senyawa ini juga dapat digunakan sebagai fungisid atau juga

herbisid. Kegunaan lainnya adalah untuk serbuk- serbuk pencuci untuk

baterai alkali yang menggunakan larutan KOH sebagai elektrolit.

Kalium hidroksida (KOH) juga dapat difungsikan untuk proses

netralisasi, mematikan bakteri pathogen dan meningkatkan unsur hara

sehingga produk yang dihasilkan layak untuk diaplikasikan pada lahan

(24)

Sifat Kalium Hidroksida (KOH)

§ Berbentuk padatan berwarna putih

§ Memiliki berat molekul : 56

§ Keterlarutan dalam air : 1100 g / L (25 ° C)

§ Memiliki titik lebur : 406 °C

§ Memiliki titik didih : 1320 °C

(http://ms.wikipedia.org/wiki/Kalium_hidroksida)

II.2 Landasan Teori

Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan

pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat

tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke

pelarut yang lain.

Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami)

tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan

mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja,karena

komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap

panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi

yang terlalu rendah.

Suatu proses ekstraksi melibatkan tahap-tahap sebagai berikut :

• Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling

berkontak. Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi

pada bidang antar muka bahan ekstraksi dan pelarut.

• Memisahkan larutan ekstraksi dari rafinat, umumnya dengan cara

(25)

• Mengisolasi ekstrak dari larutan ekstrak dan mendapatkan kembali

pelarut, umumnya dengan menguapkan pelarut. Dalam hal-hal tertentu

larutan ekstrak dapat langsung diolah lebih lanjut atau diolah setelah

dipekatkan. Seringkali juga diperlukan tahap-tahap lainnya pada

ekstraksi padat-zat cair, misalnya dapat dilakukan pra-pengolahan

bahan ekstraksi atau pengolahan lanjut untuk mendapatkan kembali

sisa-sisa pelarut.

Pemilihan pelarut pada umumnya di pengaruhi oleh faktor-faktor

berikut ini :

o Selektivitas

Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan

komponen-komponen lain dari bahan ekstrak.

o Kelarutan

Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak

yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).

o Kemampuan tidak saling bercampur

Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara sebatas)

larut dalam bahan ekstrak.

o Kerapatan

Terutama pada ekstraksi cair-cair sedapat mungkin terdapat perbedaan

kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini

dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali

setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda

kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan

(26)

o Reaktivitas

Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara

kimia pada komponen-komponen pada bahan ekstraksi. Sebaliknya

dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya

pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi.

o Titik didih

Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara

penguapan, distilasi atau rektifikasi maka titik didih kedua bahan itu

tidak boleh terlalu dekat dan keduanya tidak membentuk azeotrop.

o Kriteria lain

Pelarut sedapat mungkin harus :

- Murah

- Tersedia dalam jumlah besar

- Tidak beracun

- Tidak eksplosif jika bercampur dengan udara

- Tidak korosif

- Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi

- Memiliki viskositas yang rendah

- Stabil secara kimia dan termis.

Berdasarkan bentuk campuran yang diekstrak ekstraksi dibedakan

menjadi dua macam yaitu :

1. Ekstraksi padat-cair

Dalam hal ini zat yang akan diekstrak terdapat dalam campurannya

(27)

2. Ekstraksi cair-cair

Dalam hal ini zat yang akan diekstrak terdapat dalam campurannya

yang berbentuk cair.

II.2.1. Ekstraksi Padat-Cair

Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen

terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan

proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian

dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan

kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang di

inginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan

diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun

sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya.

(Devy Nandya Utami,2009)

Penggunaan operasi leaching banyak dijumpai pada

industri-industri logam. Leaching diterapkan untuk memisahkan campuran

mineral-mineral yang terdapat dalam konstituen yang tidak diinginkan.

Leaching memegang peranan penting dalam proses logam seperti

aluminium, kobalt, mangan, nikel dan seng. Misalnya mineral tembaga

dipisahkan dari bijinya dengan pelarut asam sulfat atau larutan

ammoniakal dan emas dipisahkan dari bijinya dengan menggunakan

(28)

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam proses leaching :

1. Ukuran partikel

Ukuran partikel yang lebih kecil akan memperbesar luas

permukaan kontak antara partikel dengan liquida, akibatnya akan

memperbesar rate transfer material, disamping itu juga akan

memperkecil jarak difusi. Tetapi jarak partikel yang sangat halus akan

membuat tidak efektiv bila sirkulasi proses tidak dijalan disamping itu

juga akan mempersulit drainage residu.

2. Jenis Solvent / tingkat kelarutan solvent

Dasar pemilihan solvent adalah kemampuan daya larutnya terhadap

komponen yang akan dipisahkan, sedangkan syarat solvent adalah tidak

bereaksi secara kimia terhadap komponen tersebut dan pelarut dengan

viskositas yang sangat rendah sehingga sirkulasi dapat terjadi. Solvent

yang digunakan adalah solvent yang mempunyai tingkat kelarutan yang

tinggi.

3. Suhu Operasi

Kecepatan reaksi meningkat (berbanding lurus) dengan kenaikan

temperatur, tetapi harus diperhatikan bahwa pada suhu tertentu bahan

yang akan dipisahkan dapat rusak.

4. Pengadukan

Secara umum pengadukan bertujuan untuk mendistribusikan suhu

agar merata dan mempercepat kontak solute dengan solvent. Pada

(29)

5. Waktu ektraksi

Factor waktu juga mempengaruhi dalam proses ekstraksi. Semakin

lama waktu ekstraksi yang dijalankan maka kelarutan solid terhadap

solvent semakin lama sehingga hasil yang diperoleh dapat maksimum.

Metode operasi leaching terbagi dalam tiga metode operasi yaitu

batch, semi batch dan continue.

a. Proses Batch

Dalam proses ini, campuran zat dalam reactor selalu sama (

uniform ). Zat pereaksi dimasukkan sekaligus dan reaksi dihentikan saat

konversi yang diinginkan tercapai. Dalam hal yang paling sederhana

bahan ekstraksi padat dicampur beberapa kali dengan pelarut segar di

dalam sebuah tangki pengaduk. Larutan ekstrak yang terbentuk setiap

kali dipisahkan dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat) atau

penyaringan (dalam sebuah alat yang dihubungkan dengan ekstraktor).

Proses ini tidak begitu ekonomis, digunakan misalnya di tempat yang

tidak tersedia ekstraktor khusus atau bahan ekstraksi tersedia dalam

bentuk serbuk sangat halus, sehingga karena bahaya penyumbatan,

ekstraktor lain tidak mungkin digunakan.

b. Proses Semi Batch

Dalam proses semi batch, tangki diisi sebagian zat pereaksi, yang

lainnya dimasukkan secara continue dan penambahan zat pereaksi

(30)

c. Proses Kontinue

Dalam proses ini, zat pereaksi yang dimasukkan reactor secara

continue dan pada saat yang sama juga ada zaat hasil reaksi yang

dikeluarkan dari reactor secara continue dengan kecepatan yang sama,

sehingga tinggi cairan dalam reactor tetap.

Ada tiga macam proses yang harus dilakukan dalam operasi

leaching secara normal yaitu :

• pelarutan konstituen

• pemisahan larutan terhadap solid residu • penentuan solid residu.

Metode perhitungan pada proses leaching dapat dilakukan

dengan beberapa metode, yaitu :

• cara analitis

• diagram segi empat ( Ponchon- Savarit ) • diagram segitiga siku-siku

• diagram Mc. Cabe – Thiele

Ekstraksi banyak dipakai dalam pengambilan suatu zat dari bahan

padat, misalnya pada pengambilan minyak dari biji-bijian hasil pertanian

ataupun dari daun-daunan dan akar tinggal tanaman.

Pada ekstraksi padat-cair, perpindahan masa solute dari dalam

padatan ke cairan melalui dua tahap proses, yaitu diffusi dari dalam

padatan ke permukaan padatan dan perpindahan massa dari permukaan

(31)

proses berlangsung lebih cepat, maka kecepatan ekstraksi ditentukan oleh

proses yang lambat. Jika kedua proses berlangsung dengan kecepatan yang

tidak terlalu berbeda, maka kecepatan ekstraksi ditentukan oleh kedua

proses tersebut.

Bila ukuran padatan relatif kecil, maka diffusi dari dalam padatan

ke permukaan padatan berlangsung cepat, sehingga kecepatan ekstraksi

ditentukan oleh kecepatan perpindahan massa dari permukaan padatan ke

cairan. Sebaliknya, jika ukuran padatan cukup besar dan pengadukan

berlangsung cukup baik maka diffusi dari dalam padatan ke permukaan

mengontrol kecepatan ekstraksi.

II.3 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian sebelumnya tentang penurunan kadar logam

berat ini dilakukan oleh banyak peneliti. Hal ini kita gunakan sebagai dasar

referensi untuk menentukan variabel/peubah yang akan kami jalankan dalam

penelitian kami. Salah satu contoh dalam penelitian lain tentang logam berat

adalah :

Penurunan kadar tembaga (Cu2+) industri perak melalui Pengendapan

dengan pemberian variasi dosis natrium hidroksida(NaOH),Tahun 2003;

Oleh Nor Wijayanti. Penelitian dilakukan dengan cara pembubuhan

berbagai dosis Natrium hidroksida (NaOH) mulai dari 1,0 gram, 1,5 gram,

(32)

cair industri perak. Penelitian ini dilakukan 5 kali pengulangan melalui

pengendapan selama 60 menit.

http://eprints.undip.ac.id/17968/

Pengolahan limbah organik (fenol) dan logam berat (Cr6+ atau Pt4+)

secara simultan dengan fotokatalis TiO2, ZnO-TiO2, dan CdS-TiO2, Tahun

2005; Oleh Slamet, R. Arbianti, dan Daryanto. Recovery Cr dan Pt

dilakukan dengan menambahkan NaOH pada larutan limbah akhir sampai

mencapai pH tertentu. Variasi pH yang dilakukan pada recovery krom

adalah 8, 9, dan 10.

http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/494.pdf

Kajian penurunan logam berat limbah Industri elektroplating dengan

proses presipitasi aliran kontinu,Tahun 2006; Oleh Siti Aisyah. Dengan

peubah/kondisi yang dijalankan yaitu : laju alir limbah dan pH

pengendapan.

Kajian proses pengolahan dan kinerja biosolid pada lahan pertanian,

Tahun 2010; Oleh Ni Ketut Sari.

II.4 Hipotesa

Pemisahan logam berat dalam biosolid dapat dilakukan dengan

proses ekstraksi padat-cair (leaching), menggunakan pelarut asam yaitu

H3PO4 dan pelarut basa yaitu KOH, yang dipengaruhi oleh waktu

pengadukan dan pH. Sehingga dapat diketahui berapa perbandingan

(33)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

III.1. Bahan – bahan yang Digunakan

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah

biosolid yang diperoleh dari PT. SIER. Kemudian biosolid dihaluskan dan

diayak seragam, dengan ukuran 100 mesh. Serbuk biosolid ditimbang

sebanyak 30 gram untuk diekstraksi. Sedangkan sebagai solventnya adalah

asam phospat (H3PO4) untuk asam dan kalium hidroksida (KOH) untuk

basa serta tambahan aquadest yang diperoleh dari Laboratorium Operasi

Teknik Kimia Jurusan Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

III.2. Alat dan rangkaian alat

Pada penelitian ini sebagai alat ekstraksi yang digunakan yaitu 1

set flokumatic dan dilengkapi dengan beaker glass yang diperoleh dari

Laboratorium Operasi Teknik Kimia Jurusan Teknik Kimia Universitas

(34)

Gambar Alat :

1 Set Alat Flokumatik

Keterangan :

1. Indikator kecepatan pengadukan (rpm)

2. Power ON/OFF Alat Flokumatik

3. Pengaduk ( Agitator )

4. Beaker Glass

(35)

III.3. Peubah

1. Peubah yang ditetapkan :

- Berat biosolid = 30 gram

- Volume pelarut = 500 ml

- Kecepatan pengadukan = 100 rpm

- Ukuran partikel biosolid yang lolos = 100 mesh

- Jenis pelarut asam = H3PO4

- Jenis pelarut basa = KOH

2. Peubah yang dijalankan :

- pH pelarut asam = 2, 4, dan 6

- pH pelarut basa = 8, 10 dan 12

(36)

Skema Penelitian :

Biosolid Analisa Bahan Biosolid :

Kandungan logam berat Pb dan Cd

Dihaluskan

Diayak

Ekstraksi dengan pelarut asam (H3PO4)

Residu Filtrat

Dikeringkan

Analisa kandungan logam berat Pb dan Cd

Ekstraksi dengan pelarut basa (KOH)

Analisa kandungan logam berat Pb dan Cd

Residu Filtrat

Di proses dengan metode Ion exchange, Sehingga filtrat

dapat dibuang

Di proses dengan metode Ion exchange, Sehingga filtrat

(37)

III.6. Prosedur Penelitian

Analisa kualitas biosolid (kandungan logam berat Pb dan Cd)

Setelah itu haluskan biosolid dan ayak dengan ukuran partikel 100 mesh.

Timbang biosolid 30 gram untuk pH pelarut dan waktu pengadukan yang

berbeda. Kemudian buat larutan H3PO4 dengan pH masing – masing 2, 4,

dan 6 dan juga buat larutan KOH dengan pH 8, 10 dan 12 dengan volume

masing – masing pelarut 500 ml. Buat larutan dengan pH tersebut dengan

tambahan aquadest, setelah itu cek dengan menggunakan kertas pH meter.

Masukkan biosolid 30 gram ke dalam beaker glass, kemudian

masukkan larutan H3PO4 berdasarkan pH masing – masing larutan

sehingga terbentuk suatu campuran. Tandai masing – masing beaker glass.

Aduk campuran dengan alat flokumatik selama waktu yang ditentukan

dengan kecepatan 100 rpm untuk masing – masing campuran. Setelah

mencapai waktu yang ditentukan , saring dengan kertas saring untuk

memisahkan padatan dan cairan dan tampung dalam Erlenmeyer. Padatan

yang didapat dikeringkan, lalu di analisa kandungan logam beratnya (Pb

dan Cd). Setelah di analisa padatan biosolid diekstraksi kembali dengan

pelarut KOH berdasarkan pH masing – masing larutan selama waktu yang

ditentukan. Didapatkan Padatan biosolid yang sudah diekstraksi dengan

asam – basa, kemudian dianalisa kembali kandungan logam beratnya (Pb

dan Cd). Sedangkan untuk filtratnya secara teoritis tidak dibuang tetapi di

proses lanjut dengan metode ion exchange atau bisa dengan proses

presipitasi. Biosolid yang sudah terekstraksi dengan asam – basa siap

(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil analisa Bahan

Berdasarkan bahan baku yang diperoleh dari PT.SIER, didapatkan

hasil analisa awal untuk kandungan Pb dan Cd dalam biosolid adalah :

Tabel – IV.1 : Kandungan Logam Berat Pb dan Cd dalam Biosolid Awal

IV.2. Hasil Proses Ekstraksi

Dari hasil analisa kandungan logam berat Pb dan Cd dalam

biosolid setelah di ekstraksi dengan asam – basa :

Tabel – IV.2.1 : Pengaruh pH dan Waktu Ekstraksi terhadap Penurunan Konsentrasi Logam Berat Pb dan Cd dalam Biosolid dengan Pelarut Asam H3PO4

Terserap (mg/L) Konsentrasi Sisa (mg/L)

Efisiensi Penurunan

Sampel Parameter Hasil

Uji Satuan

Biosolid

Pb 371,9 mg/L

(39)

6

30 353,95 89,48 17,949 5,821 95,17 93,89

45 356,34 90,42 15,563 4,881 95,82 94,88

60 358,72 91,36 13,178 3,942 96,46 95,86

75 360,53 91,99 11,374 3,306 96,94 96,53

90 362,33 92,63 9,570 2,671 97,43 97,20

Grafik IV.2.1a Hubungan antara pH dengan Konsentrasi Timbal (Pb) pada waktu yang bervariasi

Pembahasan :

Dari grafik diatas dapat kita lihat, bahwa hubungan penurunan kadar

logam berat Pb dengan pH dan waktu yang bervariasi menggunakan pelarut asam

H3PO4 berbanding lurus, dimana semakin tinggi pH dan lama waktu ekstraksi

maka semakin tinggi juga logam berat Pb yang terserap. Hal ini dikarenakan

pembentukan endapan Pb3(PO4)2 sangat sulit mengendap dan sulit larut. Nilai

tertinggi terjadi pada saat pH 6 dan waktu ekstraksi 90 menit. Dengan nilai Pb

(40)

Grafik IV.2.1b Hubungan antara pH dengan Konsentrasi Cadmium (Cd) pada waktu yang bervariasi

Pembahasan :

Hubungan penurunan kadar logam berat Cd dengan pH dan waktu

yang bervariasi menggunakan pelarut asam H3PO4 juga berbanding lurus, dimana

semakin tinggi pH dan lama waktu ekstraksi maka semakin tinggi logam berat Cd

yang terserap. Hal ini dikarenakan pembentukan endapan Cd3(PO4)3 sangat sulit

mengendap dan sulit larut. Nilai tertinggi pada terjadi pada saat pH 6 dan waktu

(41)

Tabel – IV.2.2 : Pengaruh pH dan Waktu Ekstraksi terhadap Penurunan Konsentrasi Logam Berat Pb dan Cd dalam Biosolid dengan Pelarut Basa KOH

Terserap (mg/L) Konsentrasi Sisa (mg/L)

(42)

Pembahasan :

Hubungan penurunan kadar logam berat Pb dengan pH dan waktu

yang bervariasi menggunakan pelarut basa KOH berbanding terbalik, dimana

semakin tinggi pH dan lama waktu ekstraksi maka semakin rendah logam berat Pb

yang terserap. Hal ini dipengaruhi oleh waktu ekstraksi yang lama dapat

mengakibatkan Pb yang larut mengalami proses presipitasi (pengendapan) yang

menyebabkan terbentuknya endapan Pb(OH)2 yang tercampur kedalam biosolid

tersebut. Nilai tertinggi terjadi pada saat pH 8 dan waktu ekstraksi 30 menit,

dengan nilai Pb yang terserap sebesar 20,020 mg/L.

Grafik IV.2.2b Hubungan antara pH dengan Konsentrasi Cadmium (Cd) pada waktu yang bervariasi

(43)

yang bervariasi menggunakan pelarut basa KOH berbanding terbalik, dimana

semakin tinggi pH dan lama waktu ekstraksi maka semakin rendah logam berat

Cd yang terserap. Hal ini dipengaruhi oleh waktu ekstraksi yang lama dapat

mengakibatkan Cd yang larut mengalami proses presipitasi yang menyebabkan

terbentuknya endapan Cd(OH)2 yang tercampur kedalam biosolid tersebut. Nilai

tertinggi terjadi pada saat pH 8 dan waktu ekstraksi 30 menit, dengan nilai Pb

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

1. Kondisi yang terbaik pada pemisahan logam berat Pb dan Cd dalam

biosolid dengan proses ekstraksi menggunakan pelarut asam H3PO4

adalah pada pH 6 dan waktu ekstraksi selama 90 menit dimana kadar

logam berat Pb yang terserap sebesar 362,33 mg/L dan kadar logam

berat Cd yang terserap sebesar 92,63 mg/L.

2. Kondisi yang terbaik pada pemisahan logam berat Pb dan Cd dalam

biosolid dengan proses ekstraksi menggunakan pelarut basa KOH

adalah pada pH 8 dan waktu ekstraksi selama 30 menit dimana kadar

logam berat Pb yang terserap sebesar 20,020 mg/L dan kadar logam

berat Cd yang terserap sebesar 6,722 mg/L.

3. Setelah dilakukan proses ekstraksi (leaching) asam – basa kadar

logam berat Pb yang tersisa didalam biosolid sebesar 3,995 mg/L dan

Cd sebesar 0,980 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa biosolid yang

telah diproses sudah memenuhi standart kandungan logam berat

biosolid untuk pertanian. Bahkan juga sudah memenuhi standart untuk

pupuk organik.

4. Penurunan kadar logam berat Pb dan Cd dapat dilakukan dengan

(45)

5. Pada proses ekstraksi (leaching) asam – basa penurunan kadar logam

berat Pd dan Cd yang paling baik adalah dengan menggunakan pelarut

asam karena pada pelarut asam tidak terjadi proses presipitasi, yang

menyebabkan endapan logam berat bereaksi kembali kedalam

biosolid.

V.2 Saran

1. Diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan dengan mencoba untuk

menggunakan variabel – variabel yang lain yang berpengaruh dalam

pemisahan logam berat dan menggunakan bahan pelarut lain yang

dapat digunakan untuk pemisahan logam berat.

2. Hasil Filtrat pengolahan limbah Biosolid yang sudah diproses

ekstraksi (leaching) menggunakan pelarut asam – basa, sebaiknya

tidak langsung dibuang ke lingkungan tetapi diproses lebih lanjut

karena logam berat Pb dan Cd yang terkandung pada biosolid

sebagian besar beralih ke filtrat.

3. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan cara

membandingkan pelarut mana yang lebih efektif untuk penurunan

kadar logam berat Pb dan Cd, tetapi proses ekstraksinya tidak

dilakukan secara continue seperti penelitian yang kami lakukan.

4. Biosolid yang sudah terekstraksi diharapkan dapat diaplikasikan

sebagai pupuk organik karena konsentrasi logam beratnya sudah

(46)

Metode Ekstraksi “, Laporan Penelitian, Universitas Pembangunan

Nasional Veteran, Surabaya.

• Geankoplis, C, J, 1997, “ Transport Process And Unit

Operation”, Prentice Hall of India, New Delhi.

• MC.Cabe, W.L and Smith,J.C., and Harriot,P. 1993.” Unit Operation of

Chemical Engineering “, P.42-59.83-104,5th Ed.,Mc Graw Hill

CO.,Singapore.

• Pherry, Edition 6, “ Handbook of Chemical Engineering “,Hal

3-82 Tabel 3-67.

• Sari Ni Ketut., 2010, “ Kajian proses pengolahan dan kinerja biosolid

pada lahan pertanian “, Jurnal Hibah, Universitas Pembangunan Nasional

Veteran, Surabaya.

• Siti Aisyah, 2006, “Kajian penurunan logam berat limbah Industri

elektroplating dengan proses presipitasi aliran kontinu”, Laporan

Penelitian, Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Surabaya.

• Treyball R. C., “Mass Transfer Operation”, Bed International Student Ed.,

McGraw Hill Book Company Inc. Kogakaska Company, Ltd. Tokyo.

• Vogel., 1985, “ buku teks analisis anorganik kualitatif makro dan

(47)

lations/ContentAnalysis.aspx)

(www.dinkesjatim.go.id/images/.../200504121503-LIMBAH%20B-3.pdf)

• (www.primenergy.com/reference_BiosolidsDisposal.htm)

Gambar

Tabel -1 Standart kandungan logam berat pada biosolid untuk pertanian
Tabel -3 Standart Kualitas Pupuk Organik Padat (SNI)
Gambar Alat :
Tabel – IV.2.1 : Pengaruh pH dan Waktu Ekstraksi terhadap Penurunan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Disamping sebagai matakuliah inti, mata kuliah ini juga merupakan mata kuliah persyaratan dan sekaligus menjadi pendukung Tugas Akhir Program (TAP). Tujuan mata kuliah ini

Computer playfulness merupakan motivasi instrinsik dalam diri seseorang, adanya sikap spontanitas tertarik untuk menggunakan suatu teknologi komputer yang baru tentu akan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana praktik pengembalian sisa pembelian dengan barang yang dilakukan pedagang Kantin Syariah UIN Raden Intan Lampung,

Peningkatan prestasi belajar siswa kelas eksperimen dengan pemberian tugas membuat Peta Konsep disebabkan karena siswa dapat melihat gambaran materi secara ringkas dan

Adapun judul dari Laporan Akhir ini adalah "Pengaruh Faktor Eksternal Terhadap Pengambilan Kepuf.rsan Nasabah Dalam Menggunakan Produk KCA (Kredit Cepat Aman)

Terkait penerimaan informan mengenai pemberitaan pemberian kartu kuning Jokowi oleh Ketua BEM UI dalam media online Line Today yakni berdasarkan wawancara dengan

Penelitian berjudul Analisis Penggunaan Deiksis Sosial pada Tuturan Host dan Bintang Tamu dalam Acara TalkShow Hitam Putih di Trans7 Edisi Februari 2017 bertujuan

Pelaksanaan Pembelajaran Seni Rupa Dengan Paper Quilling Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak………...105 3. Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui