PENGARUH PEMERINTAHAN BELANDA TERHADAP
PERUBAHAN SISTEM KEKUASAAN RAJA-RAJA
PAKPAK DI SUMBUL PEGAGAN
(1902-1942)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi sebagian
Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
IDAWATI LUMBAN GAOL 3103321024
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini Diajukan Oleh Idawati Lumban Gaol, Nim. 3103321024 Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
Telah Diperiksa Dan Disetujui Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disetujui Oleh Medan, Maret 2014
Ketua Jurusan Dosen Pembimbing
Dra. Lukitaningsih, M.Hum Dr. Samsidar Tanjung, M.Pd
D. Teknik Pengumpulan Data ... 21 E. Teknik Analisis Data ... 22 BAB IV. PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Sumbul Pegagan ... 23 1.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan ... 23 1.2 Komposisi Penduduk ... 27 2. Sejarah singkat terbentuknya kecamatan Sumbul
Pegagan ... 35 3. Asal usul dan persebaran etnis pakpak ... 37 4. Sistem pemerintahan raja-raja pakpak sebelum kedatangan
belanda di sumbul Pegagan ... ... 42 5. Pelaksanaan fungsi pemerintahan raja raja pakpak akibat
adanya pengaruh dari pemerintah belanda ... 50 6. Pemerintah belanda menjalankan sistem kekuasaannya
di sumbul Pegagan ... ... 53
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 61 B. Saran ... 62
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem kekuasaan yang diterapkan di Indonesia sebelum adanya pengaruh
dari budaya luar masih terikat dengan adat istiadat yang berlaku yang dipimpin
oleh ketua kampung. Kedudukan ketua kampung sangat dihormati dan segala
perintah serta larangannya akan ditaati oleh masyarakat yang dipimpinnya. Sesuai
dengan letak geografis kepualauan Indonesia yang diapit oleh dua samudera dan
dua benua, yaitu Asia dan Australia, serta didukung oleh kesuburan tanahnya yang
banyak menghasilkan hasil bumi secara melimpah, maka mulailah bangsa asing
datang ke Indonesia. Mereka semula hanya ingin berdagang dengan bangsa kita.
Tetapi lama-kelamaan terjadilah hubungan yang lebih akrab, tidak saja dalam
perdagangan. Sehingga pengaruh-pengaruh budaya mereka mulai pula
mempengaruhi sistem kebudayaan bangsa kita. Salah satunya adalah keberadaan
kepala kampung sudah diganti oleh seorang Raja . Dan sebuah perkampungan
berubah menjadi kerajaan.
Sistem pemerintahan yang dipakai untuk mengatur roda pemerintahan
pada waktu itu adalah sistem pemerintahan kerajaan yang dipimpin oleh seorang
raja. Sistem pemerintahan yang pernah berlangsung di Indonesia adalah sistem
pemerintahan kerajaan yang bercorak Hindu-Budha dan sistem pemerintahan
perkembangan politik dan perluasan wilayah ada perbedaan beberapa hal seperti
nama, sebutan pejabat, pegawai pemerintahan dan sebagainya.
Ketika Belanda mulai masuk dan menduduki bumi Indonesia,
pembentukan pemerintahan daerah di Indonesia tidak terlepas dari pratek politik
penjajahan Belanda yang ingin menguasai secara keseluruhan bangsa Indonesia.
Dalam menanamkan kekuasaannya Belanda menggunakan berbagai macam cara,
salah satu diantaranya adalah membagi tanah Indonesia atas beberapa daerah
dengan alasan untuk menguasai wilayah Hindia Belanda yang tujuannya adalah
menghancurkan wilayah Republik Indonesia.
Dalam sistem kolonial ini, pihak penjajah berperan sebagai pihak yang
menguasai dan menjajah, sementara pihak pribumi harus tunduk atas segala
peraturan yang diterapkan oleh pihak kolonial. Dalam prateknya mengakibatkan
kerugian di satu pihak (pribumi) dan keuntungan di pihak lain (penjajah).
Abad ke-19 dan awal abad ke-20, Indonesia sudah berada pada
penguasaan bangsa Belanda. Oleh karena itu sistem pemerintahan yang
diterapkannya pun adalah sistem pemerintahan kolonial Hindia-Belanda.
Kekuasaan tertinggi saat itu dipegang dan diatur oleh pemerintahan kerajaan
Belanda. Belanda sering melakukan intervensi terhadap persoalan-persoalan
intern kerajaan. Misalnya, dalam masalah pergantian tahta kerajaan. Akibatnya,
kerajaan-kerajaan yang bersangkutan akan dikendalikan oleh Belanda. Oleh
karena kekuasaan kolonial semakin menguat, kekuasaan Raja semakin merosot.
Raja dan para pejabat lainnya semakin bergantung kepada kekuasaan asing.
kolonial. Perubahan-perubahan itu menunjukkan bahwa kedaulatan dan kekuasaan
politik kaum pribumi sudah tidak begitu berarti. Praktik kolonialisme yang
dilakukan oleh bangsa Belanda atas wilayah Indonesia mengakibatkan terjadinya
berbagai perubahan dalam aspek-aspek kehidupan masyarakat. Pada dasarnya
perubahan itu terjadi pada aspek kehidupan politik, sosial ekonomi, pendidikan
dan aspek kebudayaan.
Pemerintahan raja-raja Pakpak di Sumbul Pegagan telah ada jauh sebelum
kedatangan penjajahan Belanda. Walaupun saat itu belum dikenal sebutan
Wilayah/Daerah Otonomi, tetapi kehadiran sebuah pemerintahan pada zaman
tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dengan adanya pengakuan terhadap
raja-raja Adat. Ketika Belanda mulai masuk dan menduduki Sumbul Pegagan,
Belanda merubah struktur kekuasaan di Sumbul Pegagan. Perubahan nilai nilai,
pola dan struktur sistem kekuasaan ini terjadi secara cepat dengan mengacu pada
sistem dan pembagian wilayah kerajaan Belanda, sehingga daerah Sumbul ini juga
ikut ditetapkan sebagai Onder Afdeling. Dalam sistem kolonial ini, pihak penjajah
berperan sebagai pihak yang menguasai dan menjajah, sementara pihak pribumi
harus tunduk atas segala peraturan yang diterapkan pihak kolonial.
Beberapa hal tersebut lah yang menjadi faktor pendorong peneliti merasa
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di latar belakang diatas, maka
dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian berikut:
1. Sistem pemerintahan tradisional sebelum kedatangan Belanda di Sumbul
Pegagan
2. Pelaksanaan fungsi pemerintahan tradisional raja-raja Pakpak di Sumbul
Pegagan akibat adanya pengaruh dari pemerintahan Belanda
3. Pemerintah Belanda menjalankan sistem kekuasaannya di Sumbul
Pegagan
4. Tujuan Belanda tetap mengakui hukum adat dalam struktur pemerintahan
yang dibentuk
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah yang timbul serta keterbatasan
waktu, dana, dan tenaga yang tersedia, maka agar penelitian ini terarah pada
tujuannya, dibuat pembatasan masalah untuk memudahkan bagi peneliti dalam
melaksanakan penelitiannya. Dalam hal ini peneliti membatasi penelitiannya yaitu
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana sistem pemerintahan raja-raja Pakpak sebelum kedatangan
Belanda di Sumbul Pegagan?
2. Bagaimana pelaksanaan fungsi pemerintahan raja-raja Pakpak akibat
adanya pengaruh dari pemerintahan Belanda?
3. Bagaimana Pemerintah Belanda menjalankan sistem kekuasaannya di
Sumbul Pegagan?
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem pemerintahan raja-raja Pakpak
sebelum kedatangan Belanda di Sumbul Pegagan
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan fungsi pemerintahan raja-raja
Pakpak akibat adanya pengaruh dari pemerintahan Belanda
3. Untuk mengetahui bagaimana Pemerintah Belanda menjalankan sistem
F. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menambah dan memperluas pengetahuan peneliti dan pembaca
tentang bagaimanan perubahan sistem kekuasaan Raja-raja Pakpak pada
masa pemerintahan Belanda
2. Sebagai perbandingan bagi mahasiswa pendidikan sejarah maupun bagi
jurusan lainnya dengan bidang penelitian yang sama pada lokasi
penelitian yang berbeda untuk menghasilkan keputusan yang sempurna
3. Dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan
pemerintah setempat dalam mengembangkan pengetahuan sejarah lokal
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan uraian yang terdapat pada bab sebelumnya, maka
dalam bab ini dapat ditarik kesimpulan yang ditemukan sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa asal usul etnis Pakpak adalah
dari India Selatan lalu berkembang di tanah Pakpak dan menjadi suku
Pakpak yang mana pada dasarnya mereka sudah mempunyai marga
sejak dari negeri asalnya namun kemudian membentuk marga baru
yang tak jauh berbeda dari marga aslinya.
2. Sistem pemerintahan di daerah Pakpak ini telah ada jauh sebelum
kedatangan penjajahan Belanda. Pemerintahan masa itu dikendalikan
oleh Pertaki sebagai raja-raja adat merangkap sebagai Kepala
Pemerintahan kemudian Raja Ekuten/Takal Aur/Kampung/Suak serta
adanya rakyat Pakpak. Adapun sistem Pemerintahan Kerajaan Belanda
adalah parlementer. Dalam ketatanegaraan Belanda, secara resmi
Raja/Ratu biasanya menggunakan konsep trias politica atau politik
tiga serangkai yang merupakan pengikat antara tiga kekuasaan yaitu
kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif.
3. Pada masa penjajahan Belanda dahulu, struktur pemerintahan di daerah
Pakpak diatur oleh Belanda dari sistem yang lama ke sistem yang baru
dimana Raja Aur diganti dengan Raja Ekuten yang dibantu oleh
kekuasaan oleh Belanda secara turun temurun (di Batak Toba = Raja
Ihutan)
4. Kolonial Belanda juga menggunakan sistem politik pecah belah
(devide et impera) dimana nilai-nilai, pola dan struktur Pemerintahan
di Sumbul Pegagan mengalami perubahan yang sangat cepat dengan
mengacu pada system dan pembagian wilayah Kerajaan Belanda
sesuai dengan kepentingan yang ada.
5. Belanda mencipakan pusat-pusat pemerintahan baru guna menjaring
seluruh wilayah secara hirarkis, dan berpusat pada seorang kontroler
Belanda. Dengan sistem ini Belanda mengambil alih dan menguasai
tanah-tanah marga. Oleh sebab itu ketika Belanda angkat kaki dari
nusantara, sistem-sistem pemerintahan yang terpusat, yang merupakan
bentukan Belanda itu, tidak bisa bertahan. Lama-kelamaan sistem
sistem itu menghilang dan kembali lagi ke bentukan semula (asli),
hingga akhirnya berubah lagi setelah masa kemedekaan.
B. Saran
Didalam melakukan penelitian ada beberapa masalah yang dihadapi, maka
peneliti mengambil saran sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dan teliti tentang
pengaruh pemerintahan Belanda terhadap perubahan sistem kekuasaan
2. Pelestarian nilai-nilai budaya dari setiap etnis sangat diharapkan
khususnya penduduk Pakpak, dimana nilai-nilai budaya Pakpak mulai
hilang seiring adanya pengaruh dari etnis lain
3. Untuk kedepannya kepedulian pemerintah dan masyarakat sangat
diharapkan untuk melestarikan kebudayaan yang kita miliki sebab
negara kita terkenal karena kebudayaannya yang unik agar tidak di
klaim negara asing sebagai budaya mereka
4. Bagi kita kaum muda penerus bangsa, penerus budaya dan suku agar
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu
Berutu, Lister dkk. 1998. Tradisi Dan Perubahan Konteks Masyarakat Pakpak Sumbul. Medan: Monora
BPS. 2013. Kecamatan Sumbul Dalam Angka. Sidikalang: Badan Pusat Statistik Kabupaten dairi
Budiardjo, Miriam. 1994. Demokrasi Di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Geertz, Hildred. 1981. Aneka Budaya Dan Komunitas Di Indonesia. Jakarta: Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial & FIS-UI
Gottschalk, Louis. 1975. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI-Press
Juniawati, Nia. 2008. Sejarah Perkembangan Sistem Pemerintahan Di Indonesia. Bandung: CV. P&G Kilat Jaya
Kartodirdjo, Sartono. 1981. Elite Dalam Perspektif Sejarah. Jakarta: P.T. Djaya Pirusa
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pengantar Sejarah Indonesia Baru:1500-1900 Dari Emporium Sampai Imperium Jilid I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Makmur, Mariana. dkk. 2002. Aspek-Aspek Kultural Etnis Pakpak Suatu Eksplorasi Tentang Potensi Lokal. Medan: Monora
Perret, Daniel. 2010. Kolonialisme Dan Etnisitas. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Reid, Anthony. 1987. Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan Di Sumatera. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Sarundajang. 2002. Arus Balik Kekuasaan Pusat Ke Daerah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Siahaan, E.K, dkk. 1978. Survai Monografi Kebudayaan Pakpak-Sumbul di
Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak
Suhartono. 1994. Sejarah Pergerakan Nasional Dari Budi Utomo Sampai Proklamasi 1908-1945. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suwarno, P.J. 1989. Sejarah Birokrasi Pemerintahan Indonesia Dahulu dan Sekarang. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Tanjung, Flores.dkk. 2011. Dairi Dalam Kilatan Sejarah. Medan: Perdana