• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM KEDUDUKANGENERAL MANAGER DALAM MEWAKILI PERSEROAN BAIK DI DALAM MAUPUN DI LUAR PENGADILAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS HUKUM KEDUDUKANGENERAL MANAGER DALAM MEWAKILI PERSEROAN BAIK DI DALAM MAUPUN DI LUAR PENGADILAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM KEDUDUKANGENERAL MANAGER DALAM MEWAKILI PERSEROAN BAIK DI DALAM MAUPUN DI LUAR

PENGADILAN

(Studi pada PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) Medan)

ARIUS PRIMA

ABSTRACT

The provisions regarding a director’s power in Indonesia is stipulated in UUPT (the Law on Limited Company) Article 103, its explanation and the company’s article of association. The director’s power shall be subject to the provisions in Article 123 of HIR and SEMA No. 1/1971 in conjunction with SEMA No. 6/1994 regarding Special Power of Attorney. The position of the General Manager of PT.Pelindo I (Persero) was considered as the Branch Head of the port appointed and terminated by the board of directors. The General Manager could represent the company in and out of the court based on the Decree of the General Manager’s Appointment, the power delegation was determined in the director’s decree, and a special power of attorney was granted from the board of directors to represent the company in and out of the court where the details written in the power of attorney. The legal consequence of this power transfer from the Board of Directors to the General Manager to represent the company was that the board of directors was obliged to fulfill the agreement made by the general manager based on his power.

Keywords: Position, General Manager, Represent the Limited Company in and out of the court.

I. PENDAHULUAN

Dalam rangka memperkokoh keberadaan Perseroan Terbatas sebagai salah satu bentuk badan usaha yang menjadi pilihan utama para pelaku usaha, pemerintah menertibkan ketentuan tentang PT yang lebih komprehenship, yakni Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT).

UUPT merupakan salah satu pilar yang telah memberikan landasan bagi dunia usaha dalam menghadapi pembangunan hukum nasional, pembangunan perekonomian nasional dan sekaligus perkembangan perekonomian dunia serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi pada masa-masa mendatang.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, menyebutkan :

(2)

“Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya”.

Perseroan Terbatas dikatakan sebagai badan hukum, yang bermakna bahwa Perseroan Terbatas merupakan subjek hukum, dimana Perseroan Terbatas sebagai sebuah badan yang dapat dibebani hak dan kewajiban seperti halnya manusia pada umumnya. Sebagai badan hukum, Perseroan Terbatas mempunyai kekayaan tersendiri yang terpisah dari kekayaan pengurusnya dan dapat mengikatkan diri serta melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti orang pribadi. Badan hukum sebagai subjek hukum mempunyai hak dan kewajiban sebagai manusia, dapat menggugat dan dapat digugat serta mempunyai harta kekayaan sendiri.

Dengan disahkannya akta pendirian PT, maka Anggaran Dasar PT tidak hanya mengikat para pendiri, pemegang saham dan pengurus, tetapi juga pihak lain yang melakukan transaksi dengan PT. Anggaran Dasar PT merupakan hukum positif bagi PT, karena hal-hal yang menyangkut tentang PT dijabarkan dalam Anggaran Dasar PT.

Di dalam Pasal 1 angka 2 UUPT disebutkan bahwa organ dalam perseroan terdiri dari: Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Dewan Komisaris. Setiap organ mempunyai tugas dan kewenangan yang wajib dilaksanakan oleh masing-masing organ yang fungsi dan tanggung jawabnya mempunyai kedudukan yang mandiri. Mandiri artinya tanpa adanya intervensi dari organ lain sepanjang dilakukan untuk kepentingan perseroan dan masih dalam batasan UUPT dan Anggaran Dasar.

Direksi adalah Dewan Direktur (Board of Directors) yang terdiri dari satu orang Direktur atau beberapa anggota Direksi yaitu satu orang sebagai Presiden Direktur atau Direktur Utama dan satu atau beberapa Wakil Presiden Direktur serta satu atau beberapa Direktur. Di samping berwenang melakukan pengurusan perseroan, anggota Direksi juga berwenang mewakili perseroan baik di dalam

(3)

maupun di luar pengadilan. Jika anggota Direksi lebih dari satu orang, maka yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar.

Di dalam anggaran dasar perseroan pada umumnya terdapat wewenang Direksi bahwa Direksi atas tanggung jawabnya sendiri diberi kewenangan untuk mengangkat seorang kuasa atau lebih dengan syarat-syarat dan kekuasaan yang ditentukan secara tertulis. Direksi mempunyai wewenang mewakili perseroan di muka dan di luar pengadilan serta berhak melakukan perbuatan pengurusan dan pemilikan atau penguasaan (beheer en beschkking) dengan batasan-batasan tertentu.

Kadang kala Direksi PT tidak dapat menghadiri sendiri untuk melakukan perbuatan hukum tertentu seperti penandatangan Perjanjian Kredit atau menghadiri persoalan hukum PT yang menjadi tugas dan wewenangnya baik di dalam maupun di luar pengadilan. Berdasarkan Pasal 103 UUPT, Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada satu orang karyawan perseroan atau lebih untuk dan atas nama PT melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana diuraikan dalam surat kuasa. Kemudian penjelasan Pasal 103 UUPT bahwa surat kuasa tersebut merupakan surat kuasa khusus hanya mengenai satu kepentingan tertentu atau lebih, oleh karena itu diperlukan suatu pemberian kuasa yang menyebutkan dengan tegas perbuatan mana yang dapat dilakukan oleh penerima kuasa.

Di dalam praktik, Direksi seringkali memberikan kuasa kepada karyawan (bawahannya) atau kepada orang lain untuk mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Misalnya dalam kasus antara penggugat Yayasan Riau Madani melawan Terguggat I Walikota Dumai; Turut Tergugat I PT. Wilmar Nabati Indonesia; Turut Tergugat II PT. Inti Benua Perkasatama; Turut Tergugat III PT. Nagamas Palm Oil; dan Turut Tergugat IV PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) yang terjadi di Dumai. PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) berdasarkan surat kuasa khusus direksi PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) memberi kuasa kepada Biro Hukum PT. Pelindo I (Persero) dan General Manager PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) cabang pelabuhan Dumai untuk mewakili perseroan di dalam pengadilan untuk perkara tersebut.

(4)

General manager merupakan fungsi jabatan kerja tinggi pada sebuah perseroan terbatas yang bertugas memimpin, mengelola, dan mengkoordinasikan semua hal berkaitan dengan jalannya roda perusahaan. Dalam hal sebuah PT diwakili oleh General Manager untuk bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan sering kali terjadi perdebatan mengenai legal standing untuk bertindak atas nama perseroan. Apakah seorang General Manager dapat bertindak secara langsung mewakili perseroan atau harus dengan kuasa dari Direksi. Dalam berbagai kasus, General Manager dapat mewakili PT tanpa surat Kuasa dan ada juga yang mewajibkan General Manager mewakili PT harus dengan kuasa dari Direksi. Hal ini tergantung pada kedudukan General Manager dalam Anggaran Dasar dan struktur organisasi perseroan.

Sehubungan dengan uraian di atas, maka perlu suatu penelitian lebih lanjut mengenai perwakilan PT baik di dalam maupun di luar pengadilan yang akan dituangkan ke dalam judul tesis “Analisis Hukum Kedudukan General Manager Mewakili Perseroan Baik Di Dalam Maupun Di Luar Pengadilan (Studi pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Medan)”.

Rumusan masalah penelitian ini, adalah :

1. Bagaimana pengaturan tentang kuasa direksi di Indonesia?

2. Bagaimana kedudukan General Manager dalam mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Medan?

3. Bagaimana akibat hukum pemberian kuasa dari Direksi kepada General Manager untuk mewakili perseroan di dalam maupun di luar pengadilan pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Medan?

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaturan tentang kuasa direksi di Indonesia.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis kedudukan General Manager dalam mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan pada PT.

Pelabuhan Indonesia I (Persero) Medan;

(5)

3. Untuk mengetahui dan menganalisis akibat hukum pemberian kuasa oleh Direksi kepada General Manager untuk mewakili perseroan di dalam maupun di luar pengadilan pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Medan.

II. Metode Penelitian

Metode (Inggris: method, Latin: methodus, Yunani: methodos-meta berarti sesudah, diatas, sedangkan hodos, berarti suatu jalan, suatu cara). Mula- mula metode diartikan secara harfiah sebagai suatu jalan yang harus ditempuh, menjadi penyelidikan atau penelitian berlangsung menurut suatu rencana tertentu.1 1. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang menggunakan sumber data sekunder atau data yang diperoleh melalui bahan-bahan pustaka dengan meneliti sumber-sumber bacaan yang relevan dengan tema penelitian, meliputi penelitian terhadap asas- asas hukum, sumber-sumber hukum, teori hukum, buku-buku, peraturan perundang-undangan yang bersifat teoritis ilmiah serta dapat menganalisa permasalahan yang dibahas.2

Penelitian hukum normatif dikonsepkan sebagai apa yang tertulis di dalam peraturan perundang-undangan (law in the books) atau hukum yang dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berprilaku manusia yang dianggap pantas.3

Dalam hal ini dilakukan studi pustaka yang segala sesuatunya berkaitan dengan pengaturan hukum mengenai Analisis Hukum Kedudukan General Manager Mewakili Perseroan Baik Di Dalam Maupun Di Luar Pengadilan (Studi pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Medan).

2. Sumber Data Penelitian

Berhubung karena metode penelitian adalah penelitian hukum normatif maka sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari bahan penelitian yang berupa bahan-bahan hukum, yang terdiri dari bahan hukum

1Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, (Medan : Pustaka Bangsa Press, 2005), hal. 15.

2 Johny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang : Bayu Media Publishing, 2008), hal. 25-26.

3 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Pers, 2007), hal. 43.

(6)

primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier, seperti:

a. Bahan Hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum atau dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang berupa bahan pustaka yang berisikan peraturan Perundang-undangan, yang antara lain terdiri dari:

1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata;

2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer berupa hasil kajian seminar-seminar, jurnal-jurnal, buku-buku, serta karya tulis lainnya yang terdapat pada website yang terpercaya yang berhubungan dengan objek yang diteliti.

c. Bahan hukum tersier, yakni yang memberikan informasi lebih lanjut mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum ensiklopedia, dan kamus besar bahasa Indonesia.

Selain data sekunder sebagai sumber data utama, dalam penelitian ini juga digunakan data pendukung yang diperoleh dari wawancara dengan pihak yang telah ditentukan sebagai informan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk mendapatkan data yang diperlukan, pengumpulan data dilakukan melalui tahap-tahap penelitian antara lain sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan yaitu menghimpun data dari hasil penelaahan bahan pustaka atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Untuk memperoleh data sekunder yang berupa bahan hukum primer, hukum sekunder dan hukum tersier dalam penelitian ini akan menggunakan alat penelitian studi dokumen/pustaka atau penelitian pustaka (library research) yaitu dengan cara mengumpulkan semua peraturan Perundang- undangan, dokumen-dokumen hukum dan buku-buku yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.4

b. Pedoman Wawancara

4 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hal. 156-159.

(7)

Hasil wawancara yang diperoleh akan digunakan sebagai data pendukung dalam penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari pihak-pihak yang telah ditentukan sebagai informan. Wawancara dilakukan secara terstuktur dengan berpedoman pada pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu. Adapun pihak yang ditentukan sebagai informan adalah:

1) Basuki Widodo, S.H., M.M, Senior Menejer Bidang Hukum PT Pelabuhan Indonesia I (Persero), Medan;

2) Trisna Wardani dan Irwansyah, Divisi Perencanaan dan Pengembangan SDM PT Pelabuhan Indonesia I (Persero), Medan;

3) Khairul Ulya, Plh Menejer SDM dan Umum PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) Cabang Belawan;

4) Suprayitno S.H., M.Kn, Notaris di Kota Medan.

2. Analisis Data

Dalam suatu penelitian sebelumnya perlu disusun secara sistematis kemudian akan dianalisis dengan menggunakan prosedur logika ilmiah yang sifatnya kualitatif. Kualitatif berarti akan dilakukan analisa data yang bertitik tolak dari penelitian terhadap asas atau prinsip sebagaimana yang diatur di dalam bahan hukum primer.5

Semua data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (libraryresearch) kemudian disusun secara berurutan dan sistematis dan selanjutnya dianalisa dengan menggunakan metode kualitatif sehingga diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang gejala dan fakta yang terdapat dalam masalah yang akan diteliti. Selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif, yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang umum untuk selanjutnya menarik hal-hal yang khusus dengan menggunakan ketentuan berdasarkan pengetahuan umum seperti teori-teori, dalil-dalil atau prinsip-prinsip dalam bentuk proposisi-proposisi untuk menarik kesimpulan terhadap fakta-fakta yang bersifat khusus.6

5 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal. 105.

6 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Op.Cit., hal. 109.

(8)

III. HASIL PENELITIAN

Peran direksi terhadap perseroan sangatlah besar, karena yang membuat perseroan tetap eksis, berkembang dan menjadi besar bukan RUPS atau komisaris, melainkan direksi. Betapapun lengkap dan bagusnya keputusan RUPS, hal tidak akan ada artinya apabila direksi tidak mampu menerapkannya dengan baik untuk kepentingan perseroan. Oleh karena begitu besarnya peran direksi, agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan, maka perlu diatur secara tegas hak-hak dan kewajiban direksi.7

Hak (kewenangan) direksi berdasarkan UUPT adalah;

1. Untuk dan atas nama perseroan mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan;

2. Memberikan kuasa tertulis kepada seorang atau lebih karyawan perseroan atau orang lain untuk dan atas nama perseroan melakukan tindakan hukum tertentu seperti tertuang dalam surat kuasa tersebut;

3. Mengajukan usul kepada Pengadilan Negeri agar perseroan dinyatakan pailit setelah terlebih dahulu disetujui oleh RUPS;

4. Hak untuk membela diri dalam forum RUPS jika direksi diberhentikan sementara waktu oleh RUPS atau komisaris;

5. Hak untuk mendapatkan gaji dan tunjangan lain sesuai akta pendirian dan anggaran dasar.

UUPT mengatur tentang direksi dalam menjalankan pengurusan pada perseroan, yaitu:

1. Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.

2. Direksi berwenang menjalankan pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batasan yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar.

3. Direksi perseroan terdiri atas 1 (satu) orang anggota direksi atau lebih.

7Anisitus Amanat, Pembahasan Undang-Undang Perseroan Terbatas Dan Penerapannya Dalam Akta Notaris, (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), hal. 128

(9)

4. Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dana dan/atau mengelola dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat, atau perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota direksi.

5. Dalam hal direksi terdiri dari 2 (dua) orang anggota direksi atau lebih, pembagian tugas dan wewenang pengurusan diantara anggota direksi ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.

6. Dalam hal RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak menetapkan, pembagian tugas dan wewenang anggota direksi ditetapkan berdasarkan keputusan direksi.8

Implikasi dari pelaksanaan fungsi pengurusan, dengan sendirinya menurut hukum memberi wewenang (macht, authority or power) kepada direksi

“menjalankan” pengurusan. Dengan demikian , direksi mempunyai kapasitas (capaciteit, capacity), menjalankan pengurusan perseroan dengan batasan kewenangan dalam Pasal 92 ayat (2) UUPT.9

Direksi berkapasitas mewakili perseroan menurut undang-undang, dalam hal ini Pasal 98 ayat (1) jo. Pasal 1 angka 5 UUPT. Itulah sebabnya, kuasa yang dimilikinya untuk mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan disebut “ kuasa atau wakil menurut undang-undang”. Undang-undang sendirilah yang memberi kewenangan kepada direksi untuk bertindak mewakili perseroan dalam kerangka pengurusan kepentingan perseroan. Direksi tidak memerlukan surat kuasa dari organ perseroan manapun dalam melaksanakan fungsi tersebut.10

Pasal 98 ayat (2) UUPT menyebutkan bahwa jika anggota direksi lebih dari satu orang maka setiap anggota direksi berwenang mewakili perseroan, kecuali anggaran dasar menentukan lain. Demi kepentingan perseroan, anggaran dasar dapat menentukan bahwa perseroan hanya diwakili oleh direktur utama atau harus bersama-sama dengan anggota direksi lain. Pasal 98 ayat (3) UUPT menyebutkan bahwa kewenangan direksi untuk mewakili perseroan adalah tidak

8 Pasal 92 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

9 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015), hal. 346

10 M. Yahya Harahap, Op.Cit., hal. 389

(10)

terbatas dan tidak bersyarat, kecuali ditentukan lain dalam UUPT , anggaran dasar, dan keputusan RUPS.

Pasal 99 ayat (1) UUPT mengatur bahwa anggota direksi tidak berwenang mewakili perseroan apabila:

1. Terjadi perkara di pengadilan antara perseroan dengan anggota direksi yang bersangkutan; atau

2. Anggota direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan.

Sehubungan dengan itu maka berdasarkan Pasal 99 ayat (2) yang berhak mewakili perseroan sebagai penggantinya adalah;

1. Anggota direksi lain yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan;

2. Dewan komisaris dalam hal semua anggota direksi mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan; atau

3. Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota direksi atau dewan komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan.

Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada satu orang atau lebih karyawan perseroan atau kepada orang lain untuk dan atas nama perseroan melakukan perbuatan hukum tertentu. Hak Direksi dalam memberi kuasa kepada orang lain diatur pada Pasal 103 UUPT yang berbunyi:

Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada 1 (satu) orang karyawan perseroan atau lebih atau kepada orang lain untuk dan atas nama perseroan melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana diuraikan dalam surat kuasa.

Selanjutnya penjelasan Pasal 103 UUPT ini berbunyi:

Yang dimaksud “Kuasa” adalah kuasa khusus untuk perbuatan tertentu sebagaimana disebutkan dalam surat kuasa.

Tindakan pemberian kuasa yang dilakukan direksi tidak memerlukan persetujuan dari organ perseroan yang lain, yaitu tidak memerlukan persetujuan RUPS maupun dari dewan komisaris. Ketentuan ini adalah prinsip umum yang dapat dikesampingkan apabila dalam anggaran dasar ditentukan bahwa kuasa itu

(11)

harus dengan persetujuan RUPS. Kemungkinan ini terbuka karena Pasal 98 ayat (3) memberikan peluang untuk itu.

Pemberian kuasa merupakan perjanjian timbal balik karena menimbulkan hak dan kewajiban bagi pemberi dan penerima kuasa, tetapi apabila pemberian kuasa hanya mengandung kewajiban pada salah satu pihak saja, misalnya pemberian kuasa tanpa upah, maka hal ini merupakan perjanjian timbal balik tak sempurna dan digolongkan kepada perjanjian sepihak. Pemberian kuasa diatur dalam Pasal 1792 sampai dengan Pasal 1819 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).

Pemberian kuasa kepada pegawai untuk melakukan sebagian tugas dan kewenangan direksi mempunyai berbagai jenis model, antara lain berdasarkan surat keputusan, surat edaran, pemberian kuasa langsung, berdasarkan pemberian kuasa kepada jabatan ex officio, dan lain sebagainya, bahkan dengan menggunakan kuasa notariil. Pada hakekatnya, ketika seorang pegawai diangkat oleh direksi menjadi pegawai yang mempunyai ruang lingkup tugas dan jabatan tertentu, maka secara de facto dan de jure, yang bersangkutan telah diberikan kuasa untuk melakukan sebagian kewenangan direksi mengurus perseroan sesuai dengan ruang lingkup tugas dan jabatan yang tercantum dalam job description.

Pemberian kuasa model demikian tetap dianggap sebagai bagian pemberian kuasa sebagaimana diatur dalam Pasal 1792 sampai dengan Pasal 1819 KUH Perdata.11

Ketika yang mewakili perseroan adalah general manager, maka banyak aspek yang harus diperhatikan guna keabsahan mewakili perseroan. Kedudukan general manager pada setiap perusahaan tidak selalu sama, namun selalu berada di bawah Direksi. Pengangkatan dan pemberhentian seorang general manager biasanya dilakukan dengan Surat Keputusan Direksi tentang Mutasi, baik yang bersifat promosi, demosi dan pindah ke lain bidang. Pengertian general manager sendiri menjadi beragam karena kedudukannya. Bahkan jarang ditemui dalam peraturan yang mendefiniskan secara jelas tenang general manager.

11 Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas: Keberadaan, Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), hal. 63

(12)

Pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero), berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Nomor: PR.02/2/15/PI-15.TU Tentang Organisasi Dan Tata Kerja PT. Pelabuhan Indonesia I ( Persero) Cabang Pelabuhan Belawan, cabang belawan merupakan cabang pelabuhan di lingkungan perusahaan yang dipimpin oleh General Manager yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direksi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa general manager adalah kepala cabang pelabuhan yang ada pada PT. Pelindo I (Persero).

Sehingga setiap cabang pelabuhan yang ada di lingkungan PT. Pelindo I (Persero) akan dipimpin oleh seorang general manager.

Dasar keberadaan general manager pada PT. Pelindo I (Persero) adalah Surat Keputusan Direksi PT. Pelindo I (Persero) tentang Organisasi dan Tata Kerja baik pada kantor pusat maupun cabang pelabuhan. Surat keputusan tersebut akan selalu disesuaikan berdasarkan perkembangan lingkungan internal maupun eksternal perusahaan serta untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja di lingkungan PT. Pelindo I (Persero).

General manager berada di bawah Direktur sehingga bertanggung jawab kepada direktur. Tugas, fungsi, tanggung jawab, serta wewenang yang dimiliki seorang general manager akan dituangkan dalam Surat Keputusan Direksi baik dalam Pengangkatan, Organisasi Dan Tata Kerja, dan pendelegasian kewenangan untuk hal tertentu.

Selanjutnya pengaturan tentang general manager selaku kepala cabang pelabuhan diatur dalam beberapa surat keputusan direksi. Misalnya General Manager Cabang Pelabuhan Belawan, dasar pengaturannya antara lain:

1. Surat Keputusan Direksi PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Nomor:

PR.02/3/4/PI-15.TU tentang Organisasi Dan Tata Keja Pada Kantor Pusat PT.

Pelabuhan Indonesia I (Persero);

2. Surat Keputusan Direksi PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) Nomor:

KP.32/1/14/PI-15.TU tentang Profil Jabatan Pada Jabatan Satu Tingkat Dan Dua Tingkat Di Bawah Direksi PT Pelabuhan Indonesia I (Persero);

(13)

3. Surat Keputusan Direksi PT. Pelindo I (Persero) Nomor: UM.50/10/12/PI- 15.TU tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa Di Lingkungan PT Pelabuhan Indonesia I (Persero);

4. Surat Keputusan Direksi PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) nomor:

UM.50/10/13/PI-15.TU tentang Penunjukan Pejabat Yang Berwenang Di Lingkungan PT Pelabuhan Indonesia I (Persero);

5. Keputusan Direksi PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) Nomor: PR.02/2/15/PI- 15.TU tentang Organisasi dan Tata Kerja PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) Cabang Pelabuhan Belawan.

Pada PT. Pelindo I (Persero), prosedur general manager dapat mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan adalah berdasarkan Surat Keputusan Pengangkatan General Manager, pendelegasian kewenangan direksi kepada kepada general manager selaku kepala cabang, dan berdasarkan surat kuasa khusus dari direksi kepada general manager untuk dan atas nama perseroan melakukan suatu perbuatan hukum tertentu.

Ketentuan surat keputusan pengangkatan dan pendelegasian kewenangan kepada general manager selalu dituangkan dalam bentuk Surat Keputusan Direksi PT. Pelindo I (Persero). Untuk surat kuasa khusus dari Direksi kepada General Manager biasanya sudah terdapat format baku pada PT. Pelindo I (Persero).

Sehubungan dengan masalah pemberian kuasa, direksi harus benar-benar memperhatikan ketentuan Pasal 97 ayat (2) yang mewajibkan direksi melaksanakan pengurusan perseroan harus penuh tanggung jawab. Maksudnya pemberian kuasa wajib dilakukan dengan hati-hati (duty care) dan seksama (duty to be deligent) sesuai dengan prinsip reasonable diligent in all circumtances.

Pemberian kuasa tidak dilakukan dengan semberono. Oleh karena itu direksi harus memperhatikan kredibilitas dan reputasi serta tingkat profesionalisme yang akan diberi kuasa. Selanjutnya, direksi wajib terus menerus secara wajar dan layak menumpahkan perhatian terhadap tingkah laku dan langkah-langkah yang

(14)

dilakukan kuasa. Bila perlu harus segera mengakhiri pemberian kuasa apabila ada indikasi atau cukup bukti adanya itikad buruk pada diri kuasa.12

Akibat hukum dari hubungan yang demikian, segala tindakan yang dilakukan kuasa kepada pihak ketiga dalam kedudukannya sebagai pihak formil, sah dan mengikat kepada pemberi kuasa sebagai principal (pihak materiil). Pada PT. Pelindo I (Persero), kuasa Direksi kepada general manager untuk mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan memberi akibat hukum kepada direksi selaku pemberi kuasa yaitu:

1. Berdasarkan Pasal 1807 KUH Perdata, Direksi diwajibkan memenuhi perikatan yang diperbuat general manager berdasarkan kuasa yng telah diberikan kepadanya. Direksi tidak terikat pada perikatan yang dibuat general manager selebih dari kuasanya, kecuali telah disetujui olehnya.

2. Berdasarkan Pasal 1808 dan Pasal 1089 KUH Perdata, direksi wajib mengembalikan persekot dan biaya serta kerugian yang dikerluarkan general manager untuk melaksanakan kuasa direksi.

Akibat hukum terhadap general manager selaku kuasa dalam mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan adalah sah sebagai kuasa dan berhak bertindak atas nama Direksi dan Perseroan. Ketika timbul kerugian akibat tindakan general manager sebagai kuasa maka kerugian itu adalah kerugian dari perseroan. Tindakan general manager sebagai kausa direksi adalah untuk dan atas nama perseroan. Ketika tindakan itu sudah dilakukan sesuai dengan UUPT dan anggaran Dasar, maka amanlah direksi tersebut.

Sebagaimana halnya sebagai pemegang kuasa, general manager melaksanakan kewajibannya berdasarkan kepercayaan yang diberikan direksi untuk bertindak sesuai dengan isi perjanjian pemberian kuasa dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Isi kuasa yang telah disanggupi oleh seorang general manager haruslah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan dalam waktu yang secepatnya. Jika seorang general manager dianggap lalai atas kewajibannya maka ia dapat dituntut mengganti kerugian yang ditimbulkan karena kelalaian itu.

12 M. Yahya Harahap, Op. Cit., hal. 409

(15)

General manager selaku penerima kuasa bertanggung jawab tidak hanya atas perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, tetapi juga atas kelalaian yang dilakukan selama menjalankan kuasa. Penerima kuasa juga diwajibkan memberi laporan tentang apa yang telah diperbuatnya dan memberikan perhitungan kepada direksi selaku pemberi kuasa tentang segala apa yang telah diterimanya berdasarkan kuasanya. Sekalipun apa yang diterimanya itu tidak seharusnya dibayar kepada direksi selaku pemberi kuasa.

Berdasarkan ketentuan KUH Perdata yang menjadi kewajiban (akibat hukum) bagi general manager selaku penerima kuasa dari direksi untuk mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan pada PT Pelindo I (Persero) adalah:

1. General manager wajib melaksanakan dan menyelesaikan ketentuan isi kuasa direksi yang diterimanya. Segala kerugian dan bunga yang timbul akibat tidak dilakasanakannya kuasa tersebut menjadi tanggungan general manager (Pasal 1800 KUH Perdata).

2. General manager bertanggung jawab atas perbuatan yang disengaja dan kelalaian-kelalaian yang dilakukannya selama menjalankan kuasa direksi.

(Pasal 1801 KUH Perdata).

3. General manager wajib memberi laporan-laporan perbuatanyang telah dilakukannya dan memberi perhitungan tentang penerimaan yang telah dilakukan olehnya, termasuk segala apa yang tidak seharusnya dibayar kepada direksi selaku pemberi kuasa (Pasal 1802 KUH Perdata).

4. General manager bertanggung jawab untuk orang yang ditunjuk olehnya sebagai penggantinya dalam melaksanakan kuasanya apabila dalam kuasa tersebut tidak ditunjuk seorang lain sebagai penggantinya (Pasal 1803 KUH Perdata).

5. Apabila dalam kuasa ditunjuk berbagai kuasa (general manager dan orang lain), maka selain dinyatakan secara tegas, terhadap mereka tidak ada perikatan tanggung menanggung (Pasal 1804 KUH Perdata).

(16)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Pengaturan tentang kuasa direksi di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) Pasal 103 beserta penjelasannya serta anggaran dasar pada masing-masing perseroan. Kuasa direksi haruslah mengikuti ketentuan Pasal 123 HIR serta SEMA Nomor 1 Tahun 1971 jo. SEMA Nomor 6 Tahun 1994 tentang Surat Kuasa Khusus.

Ketentuan akibat hukum dari pemberian kuasa direksi, diatur dalam isi kuasa tersebut dan juga KUH Perdata Bab Ke Enam Belas tentang Pemberian Kuasa, Pasal 1792 sampai dengan Pasal 1819.

2. Kedudukan general manager pada PT Pelindo I (Persero), Medan adalah sebagai kepala cabang pelabuhan. General manager diangkat dan diberhentikan oleh direksi berdasarkan surat keputusan direksi, sehingga general manager bertanggung jawab kepada direksi. General manager dapat mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan berdasarkan Surat Keputusan Pengangkatan General Manager, pendelegasian kewenangan yang ditentukan dalam surat keputusan direksi, dan berdasarkan surat kuasa khusus yang diberikan oleh direksi kepada general manager untuk mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan yang rincian perwakilannya dimuat dalam isi surat kuasa terserbut.

3. Akibat hukum pemberian kuasa dari Direksi kepada General Manager untuk mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan pada PT Pelindo I (Persero) Medan adalah:

a. Akibat hukum terhadap direksi selaku pemberi kuasa diatur dalam isi kuasa direksi tersebut dan Pasal 1807 sampai dengan 1812 KUH Perdata, yaitu Direksi diwajibkan memenuhi perikatan yang diperbuat general manager berdasarkan kuasa yng telah diberikan kepadanya. Direksi tidak terikat pada perikatan yang dibuat general manager selebih dari kuasanya, kecuali telah disetujui olehnya. Direksi juga wajib mengembalikan persekot dan biaya serta kerugian yang dikerluarkan general manager untuk melaksanakan kuasa direksi.

(17)

b. Akibat hukum terhadap general manager selaku penerima kuasa direksi, yaitu General manager wajib melaksanakan dan menyelesaikan ketentuan isi kuasa direksi yang diterimanya; bertanggung jawab atas perbuatan yang disengaja dan kelalaian-kelalaian yang dilakukannya; memberi laporan- laporan perbuatan yang telah dilakukannya; bertanggung jawab untuk orang yang ditunjuk olehnya sebagai penggantiny aapabila dalam kuasa tersebut tidak ditunjuk seorang lain sebagai penggantinya.

B. Saran

1. Mengingat bahwa di Indonesia pengaturan tentang kuasa direksi, baik teknik pembuatan dan akibat hukum kuasa direksi tersebut telah diatur dalam UUPT, Anggaran Dasar Perseroan, HIR, SEMA, serta KUH Perdata maka sebaiknya untuk memperlancar proses pelaksanaan pemberian kuasa direksi haruslah sesuai dengan ketentuan hukum tersebut. Sehingga ketika general manager mewakili direksi berdasarkan kuasa khusus direksi, tidak ada kendala dan hambatan serta penolakan dari pihak-pihak yang berkaitan dengan kuasa tersebut.

2. Mengingat kedudukan general manager tidak ada diatur dalam UUPT dan Anggaran Dasar perseroan, maka sebaiknya ketentuan kedudukan general manager diatur dalam anggaran dasar perseroan bukan hanya berdasarkan Surat Keputusan Direksi saja. Dalam hal general mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sebaiknya juga mengikuti ketentuan UUPT dan Anggaran Dasar perseroan bahwa haruslah dengan kuasa khusus dari direksi sehingga tidak terjadi perdebatan lagi dalam praktek general manager mewakili perseroan.

3. Direksi dan general manager sebagai pihak dalam pemberian kuasa haruslah mengetahui akibat hukum dari pemberian kuasa tersebut, baik kepada pemberi kuasa maupun penerima kuasa. Direksi selaku pemberi kuasa haruslah melaksanakan kewajiban-kewajibannya sehingga dapat menuntut haknya dari si penerima kuasa. Demikian juga general manager selaku penerima kuasa haruslah melaksanakan kewajiban sebagai akibat penerimaan kuasa yang

(18)

dilakukannya. General manager haruslah beritikad baik dalam melaksanakan kuasa direksi sehingga tidak terjadi kerugian dalam pelaksanaan pemberian kuasa dan general manager berhak untuk meminta haknya berdasarkan isi kuasa dan ketentuan KUH Perdata yang menjadi kewajiban kewajiban pemberi kuasa.

V. DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Yulianto dan Mukti Fajar ND, 2010. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Ali, Zainuddin, 2009. Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika.

Amanat, Anisitus, 1996, Pembahasan Undang-Undang Perseroan Terbatas Dan Penerapannya Dalam Akta Notaris, Jakarta, Raja Grafindo.

Harahap, M.Yahya, 2015, Hukum Perseroan Terbatas Cetakan Ketika, Sinar Grafika, Jakarta.

Ibrahim, Johny, 2008. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang, Bayu Media Publishing.Harahap, M.Yahya, 2015, Hukum Perseroan Terbatas Cetakan Ketika, Sinar Grafika, Jakarta.

Kadarisman, Arifin, 1989 Direksi Sebagai Pekerja Pada Perseroan Terbatas, Makalah Dalam Konferensi Tentang “Direktur Perusahaan Di Indonesia”, Jakarta, Center For Management Technology.

Meliala, Djaja S., 2008, Penuntutan Praktis Perjanjian Pemberian Kuasa Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Bandung, Nuansa Aulia.

Siregar, Tampil Anshari, 2005. Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, Medan, Pustaka Bangsa Press.

Soekanto, Soerjono, 2007. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press.

(19)

Referensi

Dokumen terkait

df -h (=disk free) Melihat informasi pemakaian disk pada seluruh system (in human-readable form) du / -bh (=disk usage) Melihat secara detil pemakaian disk

Feltehetjük az alapkérdést, hogy vajon egy ember hány hagyományban képes gyökeret verni (s ez nem azonos a többes identitás lehetõségével)? A válaszunk az lehet, hogy

Sementara ada beberapa jenis terapi komplementer yang dapat diberikan sebagai pengganti terapi aktivi- tas yang umum dilakukan yaitu, dengan pemberian murotal terapi dengan

Ciamis 13021402010300 RAHMMAWATI TK AZ-ZAHRA Guru Kelas PAUD/TK 6 MENGULANG KE-2 URAIAN FIS.12.. PELAKSANAAN UJIAN: MINGGU, 15

Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di

Masalah utama berkaitan dengan proses pertumbuhan adalah bila eksplan yang ditanam mengalami stagnasi, dari mulai tanam hingga kurun waktu tertentu tidak mati tetapi tidak

Hal ini diduga karena diameter batang bawah sedang memiliki jumlah meristem yang cukup banyak sehingga laju pertumbuhan tunas akan meningkat serta pemberian hormon BAP

Goal Administrator dapat menambah data, merubah dan menghapus data Admin, Wisata, Hotel, Restoran, Berita, dan Komentar di halaman administrator.. Pre-Conditions