Pengaruh kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemandirian belajar terhadap kemampuan kognitif siswa di SMA Negeri 7
Manado kelas XI IPS
Oleh:
CHINDANA MAGDALENA CELINE OROH Henry J. Tamboto
[email protected] Sjedie R. Watung [email protected]
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Manado, Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengethaui pengaruh kemampuan berpikir tingkat tinggi terhadap kemampuan kognitif siswa di SMA Negeri 7 Manado kelas XI IPS,pengaruh kemandirian belajar terhadap kemampuan kognitif siswa dan pengaruh kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemandirian belajar secara bersama-sama terhadap kemampuan kognitif siswa di SMA N 7 MANADO KELAS XI IPS. Dengan sampel seratus dua puluh lima siswa. mengunakan alat analisis regresi.Hasil dari penelitian ini yaitu: Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial kemampuan berpikir tingkat tinggi terhadap kemampuan kognitif siswa di SMA N 7 MANADO kelas XI IPS. Artinya, jika kemampuan berpikir tingkat tinggi seswa meningka maka kemampuan kognitif siswa juga akan meningkat.Terdapat pengaruh pengaru yang signifikan secara parsial kemandirian belajar terhadap kemampuan kognitif siswa di SMA N 7 MANADO kelas XI IPS.
Artinaya, jika kemandirian belajar siswa meningkat maka akan di ikuti oleh peningkatan kemampuan kognitif siswa.Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemandirian belajar terhadap kemampuan kognitif siswa di SMA N 7 MANADO kelas XI IPS. Artinya, jika kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemandirian belajar meningkat secara bersama-sama maka kemampuan kognitif siswa akan semakin baik.
Kata kunci: Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi, Kemandirian Belajar dan Kemampuan Kognitif.
Pengaruh kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemandirian belajar terhadap kemampuan kognitif siswa di SMA Negeri 7
Manado kelas XI IPS
Oleh:
CHINDANA MAGDALENA CELINE OROH Henry J. Tamboto
[email protected] Sjedie R. Watung [email protected]
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Manado, Indonesia
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of higher order thinking skills on students' cognitive abilities in SMA Negeri 7 Manado class XI IPS, the effect of independent learning on students' cognitive abilities and the influence of higher order thinking skills and independent learning together on students' cognitive abilities in SMA N. 7 MANADO CLASS XI IPS. With a sample of one hundred twenty five students. using regression analysis tools. The results of this study are:
There is a partially significant effect of higher order thinking skills on the cognitive abilities of students in SMA N 7 MANADO class XI IPS. This means that if the high-order thinking ability increases, the students 'cognitive abilities will also increase. There is a partially significant influence of independent learning on students' cognitive abilities in SMA N 7 MANADO class XI IPS. That means, if the student's learning independence increases, it will be followed by an increase in students' cognitive abilities. There is a significant effect jointly between higher order thinking skills and independent learning on the cognitive abilities of students in SMA N 7 MANADO class XI IPS. That is, if higher-order thinking skills and independent learning are increased together, the students' cognitive abilities will be better.
Key words: High Level Thinking Ability, Independent Learning and Cognitive Ability.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan Pendidikan Nasional di tuangkan dalam UU No.
20 Tahun 2003 Pasal 3 pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan Pendidikan di insitusi untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki manusia yaitu, mulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran agama dan pengetahuan umum, untuk selanjutnya dilanjutkan dengan tahapan afeksi, yaitu terjadinya proses internalisasi ajaran, nilai agama dan pengetahuan ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan menyakininya.
Kualitas pendidikan secara nasional menurut survei Political And Economic Risk Consultan (PERC), kualitas Pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke 12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada dibawah vietnam. Data yang di laporkan The World Economic Forum Swedia, Indonesia memiliki daya saing yang rendah yaitu hanya menduduki urutan ke 37 dari 57 negara yang disurvey di dunia. sedangkan Kualitas Pendidikan di daerah Pendidikan di Indonesia belum merata, Kesenjangan kualitas pendidikan antara di kota dengan di daerah terpencil masih tinggi.
Masih banyak sekolah-sekolah di daerah terpencil yang masih belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah Indonesia.Bangunan sekolah yang megah di perkotaan dengan fasilitas sarana dan prasarana belajar mengajar yang begitu lengkap menjdi hal wajib. Akan tetapi, semua itu menjadi hal yang langka ketika kita membandingkan dengan kondisi sekolah-sekolah di daerah terpencil serta guru-guru yang kurang kompeten, serta ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan bidang yang ditempuh, penerapan kurikulum di sekolah belum sesuai dengan mekanisme dan proses yang standarkan. idak ada fasilitas yang cukup memadai untuk menunjang kemajuan proses belajar mengajar yang mereka lakukan, dan juga tenaga didik yang mengajar dengan ilmu yang seadanya. Dalam proses pembelajaran dalam model pembelajaran tersebut masih banyak siswa yang kurang memahami model pembelajaran tersebut karena keterbatasan kualitas pendidik, dan sarana dan prasarana yang ada.
Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang di uraikan sebelumnya maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh kemampuan berpikir tingkat tinggi terhadap kemampuan kognitif siswa di SMA N 7 MANADO KELAS XI IPS?
2. Apakah terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap kemampuan kognitif siswa di SMA N 7 MANADO KELAS XI IPS?
3. Apakah terdapat pengaruh kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemandirian belajar secara bersama-sama terhadap kemampuan kognitif siswa di SMA N 7 MANADO KELAS XI IPS?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengethaui pengaruh kemampuan berpikir tingkat tinggi terhadap kemampuan kognitif siswa di SMA N 7 MANADO KELAS XI IPS.
2. Untuk mengetahui pengaruh kemandirian belajar terhadap kemampuan kognitif siswa di SMA N 7 MANADO KELAS XI IPS.
3. Untuk mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemandirian belajar secara bersama-sama terhadap kemampuan kognitif siswa di SMA N 7 MANADO KELAS XI IPS.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian dini diharapkan dapat menjadi refrensi yang berguna untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan kemampuan kognitif siswa dalam mencapai tujuan pendidikan.
b. Manfaat praktis 1) Bagi guru
Dapat digunakan sebagai penambahan wawasan dalam megelola pembelajaran dasar akuntansi dengan berbagai model pembelajaran
2) Bagi siswa
Diharapkan dapat melatih siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial diantaranya bekerja sama, bertanggungjawab dan berinteraksi dengan teman sebaya.
3) Bagi peneliti
Dapat menjadi bekal dalam mengelola pembelajaran dikelas dengan melihat kemampuan berpikir siswa dan kemandirian siswa saat memasuki dunia kerja sebagai guru.
Konsep kemampuan kognitif
a. Pengertian kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif adalah penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan melalui pengalaman sendiri (Sudijono , 2013: 4)
Kajian tentang ranah kognitif mencakup kategori dimensi pengetahuan dan kategori dalam dimensi kognitif. Dimensi pengetahuan merefleksikan konsep- konsep keilmuan yang harus dikuasai oleh peserta didik melalui proses belajar mengajar (Kunarto, 2013).
b. faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan kognitif 1. Faktor Hereditas/Keturunan
Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat Schopenhauer, mengemukakan bahwa manusia yang lahir sudah membawa potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan.Taraf intelegensi sudah ditentukan sejak lahir.
2. Faktor Lingkungan
John Locke berpendapat bahwa, manusia dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih yang belum ternoda, dikenal dengan teori tabula rasa.Taraf intelegensi ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya.
3. Faktor Kematangan
Tiap organ (fisik maupaun psikis) dikatakan matang jika telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Hal ini berhubungan dengan usia kronologis.
4. Faktor Pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi.Ada dua pembentukan yaitu pembentukan sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
5. Faktor Minat dan Bakat Minat
mengarahkan perbuatan kepada tujuan dan merupakan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Bakat seseorang akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya. Seseorang yang memiliki bakat tertentu akan semakin mudah dan cepat mempelajarinya.
6. Faktor Kebebasan
Keleluasaan manusia untuk berpikir divergen (menyebar) yang berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah dan bebas memilih masalah sesuai kebutuhan.
Melalui uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa yang berlandaskan grand teori di atas, Kemampuan kognitif adalah seseorang yang mampu mengingat kembali, membuat suatu pertimbangan terhadap situasi, mengerti dan memahami serta mampu menerapkannya.
Konsep kemampuan berpikir tingkat tinggi
a. Pengertian kemampuan berpikir tingkat tinggi
Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking Skill (HOTS) adalah proses berpikir kompleks dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling dasar. (Resnick:987)
Menurut (Gunawan, 2012:171) Kemampuan berpikir tingkat tinggi/ Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah proses berpikir yang mengharuskan murid untuk memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka pengertian dan implikasi baru. Sedangkan Menurut Ernawati (2017:196-197) berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan cara berpikir yang tidak lagi hanya menghafal secara verbalistik saja namun juga memaknai hakikat dari yang terkandung diantaranya, untuk mampu memaknai makna dibutuhkan cara berpikir yang integralistik dengan analisis, sintesis, mengasosiasi hingga menarik kesimpulan menuju penciptaan ide-ide kreatif dan produktif. Higher Order Thinking Skills (HOTS) bukan hanya sekedar mengingat, menyatakan kembali, dan juga merujuk tanpa melakukan pengolahan, akan tetapi kemampuan berpikir untuk menelaah informasi secara kritis, kreatif, berkreasi dan mampu memecahkan masalah. “Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan suatu kesanggupan untuk dapan memahami proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran ini menekankan pada pemahaman dan penalaran siswa.”
b. Indikator Kemampuan berpikir tingkat tinggi
Menurut Krathwohl dalam Lewy (2009:16) menyatakan bahwa indikator untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi menliputi:
a. Menganalisis
1) Menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali polah atau hubungannya
2) Mampu mengenali serta membedaka faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit
3) Mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan b. Mengevaluasi
1) Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan dan metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya
2)Membuat hipotesis, mengkritik dan melakukan pengujian
3) Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
c. Mengkreasi
1) Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu 2) Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah
3) Mengorganisasikan usur-unsur atau bagian-bagian menjadi struktur baru yang belum pernah ada sebelumnya.
c. Karakteristik HOTS
Secara umum menurut Krulik &Rudnick 1999keterampilan berpikir terdiri atas empat tingkat yaitu: menghafal (recall thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical thinking) dan kreatif (creative thinking) sebagai berikut :
1. Menghafal (recall thinking)
Peserta didik mampu mendalami setiap materi yang disampaikan guru pada saat proses pembelajaran, setiap materi yang diberikan peserta didik mampu menangkap dan mempelajari hingga materi itu bisa di hafalkan.
2. Dasar (basic thinking)
Adanya pengetahuan dasar yang di dapatkan pesera didik agar nanti dalam memecahkan suatu masalah tidak mengalami kesulitan.
3. Kritis (critical thinking)
Dari suatu materi yang didapatkan dan untuk memcahkan suatu masalah sebaiknya dalam seseorang berpikir dan untuk mengambil keputusan sebaiknya berpikir kritis terlebih dahulu untuk mengambil langkah atau resiko kedepannya.
4. Kreatif (creative thinking)
Orang yang mampu berpikir dalam tingkat tinggi ia juga harus mampu melakukan segala sesuatu dalam pengambilan keputusan dan membuat itu menjadi kreatif.
d. Tingkatan kompetensi berpikir tingkat tinggi 1) Tingkat Aplikasi (aplication level)
Tingkat aplikasi mencakup beberapa kemampuan antara lain:
a. menggunakan informasi
b. menggunakan metode, konsep, teori dalam permasalahan baru
c. menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan.
2) Tingkat Analisis (analysis level)
Tingkat analisis mencakup beberapa kemampuanantara lain:
a. melihat polanya
b. mengorganisasi bagiannya
c. mengenal pengertian yang tersembunyi d. mengidentifikasi komponen
3) Tingkat Sintesis (synthesis level)
Tingkat sintesis mencakup beberapa kemampuan, antara lain:
a. mengeneralisasi fakta-fakta yang diberikan
b. menghubungkan pengetahuan dari beberapa area c. memprediksi, menarik kesimpulan
d. menggunakan ide lama untuk menciptakan hal yang baru.
4) Tingkat Evaluasi (evaluation level)
Tingkat evaluasi mencakup beberapa kemampuan, antara lain:
a. memberi penilaian terhadap teori
b. membuat pilihan berdasarkan pertimbangan pemikiran c. memperivikasi nilai bukti
d. mengenal kesubyektifan
e. membandingkan dan membedakan antara gagasan.
Konsep kemandirian belajar a. Pengertian Kemandirian Belajar
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia mandiri adalah ”berdiri sendiri”. Kemandirian belajar adalah belajar mandiri, tidak menggantungkan diri kepada orang lain, siswa dituntut untuk memiliki keaktifan dan inisiatif sendiri dalam belajar, bersikap, berbangsa maupun bernegara (Ahmadi & Uhbiyati, 1990:13).
Menurut Stephen (Brookfield 2000:130-133) mengemukakan bahwa kemandirian belajar merupakan kesadaran diri, digerakkan oleh diri sendiri, kemampuan belajar untuk mencapai tujuannya.
b. Ciri-ciri Kemandirian Belajar
Anak yang mempunyai kemandirian belajar dapat dilihat dari kegiatan belajarnya, dia tidak perlu disuruh bila belajar dan kegiatan belajar dilaksanakan atas inisiatif dirinya sendiri.Untuk mengetahui apakah siswa itu mempunyai kemandirian belajar maka perlu diketahui ciri-ciri kemandirian belajar.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar
Menurut (Syam, 1999 : 10), ada dua faktor yang mempengaruhi, kemandirian belajar yaitu sebagai berikut: Pertama, faktor internal dengan indikator tumbuhnya kemandirian belajar yang terpancar dalam fenomena antara lain: a. Sikap bertanggung jawab untuk melaksanakan apa yang dipercayakan dan ditugaskan b. Kesadaran hak dan kewajiban siswa disiplin moral yaitu budi pekerti yang menjadi tingkah laku c. Kedewasaan diri mulai konsep diri, motivasi sampai berkembangnya pikiran, karsa, cipta dan karya (secara berangsur) d. Kesadaran mengembangkan kesehatan dan kekuatan jasmani, rohani dengan makanan yang sehat, kebersihan dan olahraga e. Disiplin diri dengan mematuhi tata tertib yang berlaku, sadar hak dan kewajiban, keselamatan lalu lintas, menghormati orang lain, dan melaksanakan kewajiban
d. Pengukuran Kemandirian Belajar
Pengukuran mengandung pengertian suatu keadaan dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas- tugasnya dan bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Pengukuran kemandirian belajar pada penelitian ini berdasarkan pada faktor internal (dari dalam diri) siswa yaitu percaya diri,disiplin, motivasi, inisiatif dan tanggung jawab. a. Percaya diri Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2005 : 85) menyebutkan bahwa “ Percaya kepada diri sendiri berarti yakin benar atau memastikan akan kemampuan atau kelebihan seseorang atau sesuatu (bahwa akan dapat memenuhi harapan-harapannya)” Menurut (Hakim , 2002 : 6) “ Rasa percaya diri juga dapat diartikan sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya”. Sedangkan menurut (Hakim, 2002 : 5-6) terdapat beberapa ciri-ciri tertentu dari orang-orang yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, yaitu: 1. Bersikap tenang didalam mengerjakan segala sesuatu 2. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai 3.Mampu menetralisai ketegangan yang muncul didalam berbagai situasi 4.Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi 5.Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya 6.Memiliki kecerdasan yang cukup 7.Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup 8.Memiliki keterampilan dan keahlian yang menunjang kehidupannya, misalnya keterampilan berbahasa asing 9.Memiliki kemampuan bersosialisasi 10.Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik 11.Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan didalam menghadapi berbagai cobaan hidup 12.Selalu bereaksi positif didalam menghadapi berbagai masalah, misalnya dengan tetap tegar, sabar dan tabah dalam menghadapi persoalan hidup.
Kerangka berpikir
Kemampuan kognitif siswa para siswa melalui proses berpikir, termasuk mengingat, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan, para siswa harus mampu melakukan ketiga hal tersebut.
dalam melihat kemampuan kognitif siswa dalam suatu proses pembelajaran kemampuan kognitif sangatlah menunjang agar suatu proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) para peserta didik di haruskan agar dapat berpikir ide-ide yang ada dan dapat mengembangkannya akan tetapi, bukan hanya sekedar mengingat dan menghafal saja tetapi kemampuan berpikir tingkat tinggi ini mengharuskan siswa agar dapat memahami, dapat berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif dengan menggunakan penalaran.Yang nantinya siswa dalam proses pembelajaran dalam kelas mampu menghadapi proses belajar baik itu berbentuk urain soal dan melengkapi uraian tersebut.
Kemandirian belajar pada suatu proses pembelajaran para peserta didik di tuntut agar bisa mandiri, tidak menggantungkan diri kepada orang lain, siswa dituntut untuk memiliki keaktifan dan inisiatif sendiri dalam belajar dan dalam bersikap. Karena pada proses pembelajaran saat ini sangatlah menekankan pada keaktifan siswa agar bisa lebih mandiri dalam proses pembelajaran.
Kemandiiran belajar Kemampuan berpikir
tingkat tinggi (HOTS)
Kemampuan kognitif siswa
METODOLOGI PENELITIAN
Metode dan Pendekatan Penelitian
Metode yang di gunakan dalam bab ini penelitian survey pendekatan kuantitatif, penulis menguraikan metodologi penelitian yang digunakan dalam memperoleh data pengaruh kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemandirian belajar terhadap kemampuan kognitif siswa di SMA N 7 MANADO kelas XI IPS. Penelitian survey adalah salah satu penelitian yang bersifat kuantitatif untuk meneliti perilaku individu atau kelompok, pada umumnya penelitian survey menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data (Siyoto dan Sodik ,2015)
Langkah kerja metode survey adalah sebagai berikut: 1. Menentukan masalah penelitian (sebuah fenomena atau gejala sosial yang akan diteliti), 2. Membuat desain survei (fenomena atau gejala sosial yang akan diturunkan menjadi variabel-variabel penelitian sampai ke tingkat indikator), 3.
Mengembangkan instrumen survei (mengembangkan isntrumen penelitian dari matriks menjadi daftar pertanyaan), 4. Menentukan sampel (memilih teknik dan metode yang akan digunakan untuk mengambil sampel yang didasarkan pada keadaan dan kebutuhan data penelitian), 5.
Mengumpulkan data, 6.Memeriksa data (editing) 7.Mengkode data 8.Data entry 9.Pengolahan dan analisis data 10.Interpretasi data dan 11.Membuat kesimpulan
Definisi Operasional Variabel
Secara operasional variabel penelitian dapat di definisikan sebagai berikut:
a. Kemampuan kognitif (y) adalah suatu kemampuan peserta didik dalam mengingat suatu pembelajaran yang di dapatkan dan dapat di pahami untuk di evaluasi setelah pembelajaran.
b. Kemampuan berpikir tingkat tinggi (x1) adalah kemampuan seseprang dalam menghubungkan, memanipulasi dan mentransformasi pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki untuk berpikir secara kritis dan kreatif dalam menentukan keputusan dan memecahkan masalah.
c. Kemandirian belajar (x2) adalah menggantungkan diri kepada orang lain, siswa dituntut untuk memiliki keaktifan dan inisiatif sendiri dalam belajar, dan dalam bersikap.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian.Instrumen sebagai alat pada waktu penelitian yang menggunakan suatu metode.Menyusun instrumen penelitian dapt dilakukan peneliti jika peneliti telah memahami benar penelitiannya. Pemahaman terhadap variabel atau hubungan antar variabel merupakan modal penting bagi peneliti agar dapat menjabarkan menjadi sub variabel, indikator, deskriptor dan butir-butir instrumennya.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah non tes. Non tes berupa angket di ukur dalam skala likert, yaitu suatu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseora ng atau kelompok orang tentang seperti: sangat setuju,setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono , 2011:80)
Penelitian Dalam kerangka penelitian terutama sekali penelitian kuantitatif, populasi merupakan salah satu hal yang esensial dan perlu mendapat perhatian dengan saksama apabila peneliti ingin menyimpulkan suatu hasil yang dapat dipercaya dan tepat guna untuk area atau objek penelitiannya.Populasi penelitian berhubungan dengan variabel penelitian. ( Yusuf, 2016).
populasi penelitian ini adalah seluruh siswa jurusan IPS kelas XI SMA N 7 Manado berjumlah 181 siswa.
Tabel 3.1
Populasi data siswa/siswi kelas XI jurusan Akuntansi
Kelas Jumlah
IPS 1 IPS 2 IPS 3 IPS 4 IPS 5
36 siswa 37 siswa 37 siswa 36 siswa 36 siswa
Jumlah 181 siswa
2. Sampel
(Sugiyono, 2008) Sampel merupakan suatu bagian dari keseluruhan serta karakteristik yang dimiliki oleh sebuah Populasi. Apabila Populasi tersebut besar, sehingga para peneliti tentunya tidak memungkinkan untuk mempelajari keseluruhan yang ada pada populasi tersebut beberapa kendala yang akan di hadapi di antaranya seperti dana yang terbatas, tenaga dan waktu maka dalam hal ini perlunya menggunakan sampel yang di ambil dari populasi itu.
Adapun untuk menentukan besarnya sampel menggunakan rumus dari Slovin : n = 𝑁
𝑁.𝑑2=+1
Keterangan :
n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi
𝑑2 = Presisi yang ditetapkan
Dengan menetapkan deviasi sebesar 0,05 dan ukuran unit populasi yang berjumlah 181 siswa, maka diperoleh ukuran sampel sebagai berikut:
n = 𝑁
𝑁.𝑑2=+1
n = 78
78 .0,052+1
n = 78
181 .0,0025+1
n = 181
0,45+1
n = 181
1,45
n = 125
sampel dapat dikatakan representatif dapat dilihat dari sebaran populasi penelitian, di tentukan unit sampel dari setiap kelas melalui formulasi sebagai berikut:
n = 𝑁𝑖
𝑁 x n
Mengacu pada sebaran populasi pada tabel 3.1 diperoleh ukuran unit sampel dari masing masing kelas sebagai berikut :
1. Siswa kelas IPS I di SMA N 7 Manado adalah : n= 36
181 x 125 = 25
Unit sampel yang di dapatkan berdasarkan data kelas IPS I sebanyak 24,66 dan di bulatkan menjadi 25.
2. Siswa kelas IPS II di SMA N 7 Manado adalah : n= 36
181 x 125 = 25
Unit sampel yang di dapatkan berdasarkan data kelas IPS II sebanyak 24,66 dan di bulatkan menjadi 25.
3. Siswa kelas IPS III di SMA N 7 Manado adalah : n= 37
181 x 125
= 25
Unit sampel yang di dapatkan berdasarkan data kelas IPS III sebanyak 25,34 dan di bulatkan menjadi 25.
4. Siswa kelas IPS IV di SMA N 7 Manado adalah : n= 36
181 x 125 = 25
Unit sampel yang di dapatkan berdasarkan data kelas IPS IV sebanyak 24,66 dan di bulatkan menjadi 25.
5. Siswa kelas IPS V di SMA N 7 Manado adalah : n= 36
181 x 125 = 25
Unit sampel yang di dapatkan berdasarkan data kelas IPS V sebanyak 24,66 dan di bulatkan menjadi 25.
Total sampel pada kelas XI IPS di SMA N 7 Manado sebanyak 125 siswa.
NO N ( Jumlah Populasi) n (Jumlah Sampel)
1 36 25
2 37 25
3 37 25
4 36 25
5 36 25
JUMLAH 181 125
Teknik Pengumpulan Data
Data adalah kumpulan informasi yang dapat digunakan untuk dianalisa lebih lanjut. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan dengan memperoleh data langsung di lapangan melalui Metode pengumpulan data Kuesioner dan Metode Observasi (Sugiyono, 2013:133). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Metode kuesioner dan Metode Obeservasi untuk mendapatkan data. Peneliti menjalankan Sekumpulan pertanyaan melalui Google Form.
a. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data yang kompleks kerena melibatkan berbagai faktor dalam pelaksanaanya.Metode pengumpulan data observasi tidak hanya mengukur ikap dari responden, namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi.Teknik pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk mempelajari prilaku manusia, proses kerja dan gejala-gejala alam.Metode ini juga tepat digunakan pada responden yang kuantitasnya tidak terlalu banyak sebagaimana penelitian yang telah dilakukan penulis. (Emzir, 2017)
b. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang efisien bila peneliti telah mengetahui
dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden.
(Emzir, 2017) Teknik Analisis Data
1. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukam fungsi ukurannya.Selain itu validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrument dikatakan Valid apabila mampu mengukur dan mengungkap variabel yang diteliti secara tepat.
2. Uji Reliabilitas
Reliability (reliabilitas) adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur yang dipakai untuk mengukur gejala yang sama dan hasil yang diperoleh relatif konsisten.
Dengan kata lain Reabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.
3. Uji ANAVA (Keberartian dan Linieritas)
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi dan regresi linear .
Tabel Ringkasan ANAVA untuk menguji Keberartian dan Linearitas Regresi ANAVA
Sumber Varians dk JK RJK F
Total n
∑ 𝑦
2
∑ 𝑦
2
Koefisien (a) Regresi (b/a)
Sisa
1 1 n-2
JK a JK (b/a)
JK (S)
JK a
RJK(b/a)= JK (b/a) RJK(S)= JK (S)
n−2
RJK(a/b) RJK(S) Tuna Cocok
Galat
k-2 n-k
JK (TC) JK (G)
RJK ( TC) = JK (TC)
k−2
RJK (G) = JK (G)
n−k
RJK(TC) RJK(G)
4. Analisis Regresi Sederhana
Analisis regresi sederhana digunakan untuk memprediksi variabel Y dari variabel X.
Analisis regresi digunakan untuk memprediksi variabel Y. Teknik analisis regresi memakai teknik analisis varians.
Mencari persaaam regresi dengan mengunakan rumus berikut:
𝑏 =𝑛. 𝛴𝑋𝑌 − 𝛴𝑋. 𝛴𝑌
𝑛. 𝛴𝑋2− (𝛴𝑋)2 𝑎 =𝛴𝑌 − 𝑏. 𝛴𝑋 𝑛 5. Uji Korelasi Sederhana
Uji korelasi sederhana digunakan untuk menguji hipotesis.Pengujian hipotesis korelasi menggunakan teknik korelasi Product Moment.
rxy = n (∑XY)−(∑X).(∑Y)
√{n.∑X2−(∑X2)} . {n.∑Y2−(∑Y)2}
tHitung = r√n−2
√1−r2
6. Analisis Regresi Berganda
Untuk menentukan persamaan regresi berganda di lakukan dengan langkah-langkah berikut:
Masukkan hasil dari nilai-nilai statistic kedalam rumus:
𝑏1= (Σ𝑥22). (Σ𝑥1𝑦) − (Σ𝑥1𝑥2). (Σ𝑥2𝑦) (Σ𝑥12). (Σ𝑥22) − (Σ𝑥1𝑥2)2 𝑏2= (Σ𝑥12). (Σ𝑥2𝑦) − (Σ𝑥1𝑥2). (Σ𝑥1𝑦)
(Σ𝑥12). (Σ𝑥22) − (Σ𝑥1𝑥2)2 𝑎 =Σ𝑌
𝑛 − 𝑏1. (Σ𝑋1
𝑛 ) − 𝑏2. (Σ𝑋2 𝑛 ) 7. Analisis Korelasi Berganda
Menentukan koefisien korelasi ganda dilakukan untuk menentukan kekuatan hubungan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemandirian belajar dengan kemampuan kognitifsiswa dengan berdasarkan tebel interpretasi berikut:
0,00-0,1999 = sangat rendah 0,20-0,399 =rendah
0,40-0,599 =sedang 0,60-0,799 =kuat
0,80-1,000 =sangat kuat(sugiono:2007) rx1x2.y=√𝑏1.∑𝑥1𝑦+𝑏2.∑𝑥2𝑦
∑𝑦2
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
DESKRIPSI DATA
1. Variabel kemampuan berpikir tingkat tinggi X1
Varibel kemampuan berpikir tingkat tinggi X1 dilakukan dengan mengunakan angket/kuesioner dengan banyak yang valid dan suda reliabel dengan mengunakan skala likert dengan poin terendah 1 dan poin tertinggi 5 dengan demikian secara statistik data akan berada pada interval 15-75. Dari data yang diperoleh maka membentuk distribusi frekuensi sebagai berikut:
Min(data terendah) = 31 Max (data tertinggi) = 75
Jumlah kelas interval(JK) =1+3,3Log(125) = 8 Panjang kelas(PK) =(75-31)/7= 6
No Interval Frekuensi Absolut Relatif(%)
1 31 - 36 11 8,8
2 37 - 42 14 11,2
3 43 - 48 17 13,6
4 49 - 54 21 16,8
5 55 - 60 21 16,8
6 61 - 66 17 13,6
7 67 - 72 13 10,4
8 73 - 78 11 8,8
Total 125 100
Berdasarkan distribusi frekuensi diatas dapat dilihat nilai absolut tertinggi adalah nilai absolut 21 dengan nilai relatif 16,8%.
2. Variabel kemandirian belajar X2
Varibel kemandirian belajar X2 dilakukan dengan mengunakan angket/kuesioner dengan banyak 15 butir soal yang valid dan suda reliabel dengan mengunakan skala liker dengan poin terendah 1 dan poin tertinggi 5 dengan demikian secara statistik data akan berada pada interval 15-75. Dari data yang diperoleh maka membentuk distribusi frekuensi sebagai berikut:
Min(data terendah) = 45 Max (data tertinggi) = 75
Jumlah kelas interval(JK) =1+3,3Log(125) = 8 Panjang kelas(PK) =(75-45)/7= 4
No Interval Frekuensi Absolut Relatif(%)
1 45 - 48 11 8,8
2 49 - 52 13 10,4
3 53 - 56 18 14,4
4 57 - 60 22 17,6
5 61 - 64 21 16,8
6 65 - 68 17 13,6
7 69 - 72 12 9,6
8 73 - 76 11 8,8
Total 125 100
Berdasarkan distribusi frekuensi diatas dapat dilihat nilai absolut tertinggi adalah nilai absolut 22 dengan nilai relatif 17,6%.
3. Variabel kemampuan kognitif Y
Varibel kemampuan kognitif Y dilakukan dengan mengunakan angket/kuesioner dengan banyak 15 butir soal yang valid dan suda reliabel dengan mengunakan skala liker dengan poin terendah 1 dan poin tertinggi dengan demikian secara statistik data akan berada pada interval 15-75. Dari data yang diperoleh maka membentuk distribusi frekuensi sebagai berikut:
Min(data terendah) = 45 Max (data tertinggi) = 75
Jumlah kelas interval(JK) =1+3,3Log(125) = 8 Panjang kelas(PK) =(75-45)/7= 4
no interval frekuensi absolut relatif(%)
1 45 - 48 10 8
2 49 - 52 13 10,4 3 53 - 56 17 13,6 4 57 - 60 22 17,6 5 61 - 64 22 17,6 6 65 - 68 18 14,4 7 69 - 72 13 10,4
8 73 - 76 10 8
total 125 100
PEMBAHASAN
1. pengaruh kemampuan berpikir tingkat tinggi X1 terhadap kemampuan kognitif siswa Y Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan mengenai pengaruh kemampuan berpikir tingkat tinggi terhadap kemampuan kognitif siswa dapat memberikan penjelasan bahwa ada pengaruh antara kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan kemampuan kognitif siswa dan kemampuan berpikir tingkat tinggi terhadap kemampuan kognitif siswa. Artinya, Terdapat pengaruh kemampuan berpikir tingkat tinggi terhadap kemampuan kognitif siswa di SMA N 7 MANADO kelas XI IPS. jika kemampuan berpikir tingkat tinggi meningkat maka kemampuan kognitif siswadi SMA N 7 MANADO kelas XI IPS juga akan meningkat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Alfons Bunga Naen dkk (2020) hasil penelitian yang meberikan penjelasan ada pengaruh kemampuan berpikir tingkat tinggi terhadap hasil belajar. Hasil belajar terdiri dari tiga ranah yaitu kognitif,afektif dan psikomotorik.
2. pengaruh kemandirian belajar X2 terhadap kemampuan kognitif siswa Y
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan mengenai pengaruh kemandirian belajar terhadap kemampuan kognitif siswa dapat memberikan penjelasan bahwa ada pengaruh antara kemandirian belajar dengan kemampuan kognitif siswa dan kemandirian belajar terhadap kemampuan kognitif siswa. Artinya, Terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap kemampuan kognitif siswa di SMA N 7 MANADO kelas XI IPS. jika kemandirian belajar meningkat maka kemampuan kognitif siswa di SMA N 7 MANADO kelas XI IPS juga akan meningkat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dilakukan Tri Purwanto (2013) yang meberikan penjalasan kemandirian belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar atau hasil belajar.Hasil belajar terdiri dari tiga ranah yaitu kognitif,afektif dan psikomotorik.
3. pengaruh kemampuan berpikir tingkat tinggi X1 dan kemandirian belajar X2terhadap kemampuan kognitif siswa
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan mengenai pengaruhberpikir tingkat tinggi dankemandirian belajarterhadap kemampuan kognitif siswa dapat memberikan penjelasan bahwa ada pengaruh antara berpikir tingkat tinggi dan kemandirian belajar dengan kemampuan kognitif siswa dan berpengaruh bersama-sama secara terhadap kemampuan kognitif siswa. Artinya, Terdapat pengaruh secara bersama-sama antara kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemandirian belajar terhadap kemampuan kognitif siswa di SMA N 7 MANADO kelas XI IPS. jika kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemandirian belajar meningkat secara maka kemampuan kognitif siswa di SMA N 7 MANADO kelas XI IPS juga akan meningkat
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab empat maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial kemampuan berpikir tingkat tinggi terhadap kemampuan kognitif siswa di SMA N 7 MANADO kelas XI IPS. Artinya, jika kemampuan berpikir tingkat tinggi seswa meningka maka kemampuan kognitif siswa juga akan meningkat.
2. Terdapat pengaruh pengaruh yang signifikan secara parsial kemandirian belajar terhadap kemampuan kognitif siswa di SMA N 7 MANADO kelas XI IPS. Artinaya, jika kemandirian belajar siswa meningkat maka akan di ikuti oleh peningkatan kemampuan kognitif siswa.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemandirian belajar terhadap kemampuan kognitif siswa di SMA N 7 MANADO kelas XI IPS. Artinya, jika kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemandirian belajar meningkat secara bersama-sama maka kemampuan kognitif siswa akan semakin baik.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini maka dapat di sarankan sebagai berikut:
1. Bagi guru-guru
Guru-guru di SMA N 7 MANADO dalam mengajar harus memilih metode atau cara mengajar yang bisa membuat siswa berpikir tingkat tinggi dan mandiri dalam belajar agar kemampuan kognitif siswa dapat meningkat karena berdasarkan hasil penelitian ini kemampuan kognitif siswa di SMA N 7 MANADO kelas XI IPS dapat dipengaruhi oleh berpikir tingkat tinggi dan kemandirian belajar siswa.
2. Bagi siswa
siswa-siswadi SMA N 7 MANADO harus meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemandirian belajar agar dpat memper oleh hasil belajar yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi & Uhbiyati, (1990:13)Kemandirian belajar, belajar mandiri, tidak menggantungkan diri kepada orang lain.
Gunawan, (2012:171) Kemampuan berpikir tingkat tinggi/ Higher Order Thinking Skills (HOTS) Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Online). Tersedia di kkbi.kemdikbud.go.id/entri/religious.
Diakses 1 November 2019
Kunarto, (2013)proses belajar mengajar
Siyoto dan Sodik ,(2015)Penelitian survey, penelitian yang bersifat kuantitatif, meneliti perilaku individu atau kelompok.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&B.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono , (2011:80) Populasi, wilayah generalisasi terdiri atas objek/subyek
Sudijono , (2013: 4)Kemampuan kognitif, penampilan-penampilan yang dapat diamati