• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pematahan Dormansi dengan Perlakuan Invigorasi dan Skarifikasi Pada Benih Bunga Matahari (Helianthus annuus L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pematahan Dormansi dengan Perlakuan Invigorasi dan Skarifikasi Pada Benih Bunga Matahari (Helianthus annuus L)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pematahan Dormansi dengan Perlakuan Invigorasi dan Skarifikasi Pada Benih Bunga Matahari (Helianthus annuus L)

Taufiq Hidayat RS1, Anik Herwati2, Lutfi Ayunawati3

123Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, Malang email korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Benih bunga matahari memiliki kulit yang keras sehingga benih mengalami dormansi fisik pada beberapa aksesi tertentu. Dormansi benih dapat dipatahkan dengan perlakuan invigorasi benih. Perlakuan invigorasi diberikan terhadap benih dengan tujuan memperbaiki perkecambahan dan pertumbuhan kecambah benih. Tujuan penelitian adalah menguji teknik pematahan dormansi benih bunga matahari dengan perlakuan invigorasi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat pada bulan Februari – April 2020. Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor tunggal yaitu perlakuan invigorasi yang terdiri atas 5 perlakuan yaitu tanpa perlakuan, perendaman dengan giberelin 150 ppm, perendaman air suhu 27oC, perendaman air suhu 80 oC dan skarifikasi (pemotongan benih). Benih dikecambahkan menggunakan media kertas merang dan pasir. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan skarifikasi benih atau pemotongan pada salah satu sisi benih dapat meningkatkan persentase daya berkecambah hingga 11% dari benih tanpa perlakuan baik pada media kertas merang maupun pada media pasir. Perlakuan skarifikasi merupakan teknik invigorasi yang dapat mematahkan dormansi fisik dan meningkatkan viabilitas benih bunga matahari.

Kata kunci: dormansi, skarifikasi, kertas merang, pasir ABSTRACT

Sunflower seeds have hard skin so the seeds experience physical dormancy in certain accessions. Seed dormancy can be broken by seed invigoration treatment. Invigoration treatment is given to seeds with the aim of improving the germination and growth of seed sprouts. The purpose of this study was to examine the technique of breaking sunflower seed dormancy with invigoration treatment. The study was conducted at the seed laboratory and green house of the Sweetener and Fiber Crops Research Institute in February - April 2020. The research method used a completely randomized design of invigoration treatment consisting of 5 treatments namely no treatment, soaking in gibberellins 150 ppm, soaking in water 27oC, soaking in water 80oC and scarification (seed cutting). Seeds are germinated using straw paper and sand media. The results showed the treatment of seed scarification or cutting on one side of the seed can increase the percentage of germination to 12% of the seed without treatment both on straw paper and sand media. Scarification technique that can break physical dormancy and increase the viability of sunflower seeds.

Key words: dormancy, scarification, straw paper, sand

PENDAHULUAN

Bunga matahari (Helianthus annuus L.) merupakan tanaman penghasil minyak, pakan ternak, tanaman hias, bahan makanan, fitokimia.

Tanaman ini termasuk kedalam suku Asteraceca yang dibudidayakan menggunakan biji (generatif). Kandungan minyak dari biji bunga matahari berkisar antara 23 – 45% dan mengandung 13 – 20% protein (Katja, 2012).

Benih yang memiliki sifat fisik kulit yang keras dan tebal dengan kandungan minyak dan lemak

yang tinggi mempu memercepat terjadinya kemunduran mutu benih saat penyimpanan.

Selain itu, juga berdampak pada metabolisme biokimia dan fisiologi. Indikasi biokimia ditandai dengan terjadinya penurunan aktivitas enzim, penurunan cadangan makanan, dan meningkatnya nilai konduktivitas. Sedangkan indikasi fisiologi yaitu penurunan daya berkecambah dan vigor benih yang berdampak pada terjadinya dormansi fisik. Menurut Seiler, Qi, & Marek (2017), biji bunga matahari terutama aksesi lokal menunjukkan masa dormansi yang lebih lama.

(2)

Dormansi benih merupakan kondisi benih yang tidak mampu berkecambah pada kondisi lingkungan yang optimum (Widadjati et al., 2014). Tipe dormansi ini biasanya berkaitan dengan sifat fisik kulit benih (seed coat). Hal ini mengakibatkan benih sulit untuk berimbibisi sehingga gagal berkecambah. Beberapa upaya untuk mengatasi hambatan fisik benih untuk meningkatkan perkecambahan yaitu metode invigorasi dengan perendaman dan skarifikasi benih. skarifikasi benih merupakan salah satu upaya pretreatment pada benih untuk mematahkan dormansi dan mempercepat terjadinya perkecambahan benih (Dharma, Samudin, Adrianton, & Eka, 2015).

Metode invigorasi melalui peredaman dengan air dan giberelin (GA3) diharapkan dapat menyeimbangkan potensial air benih untuk merangsang kegiatan metabolisme di dalam benih sehingga benih siap berkecambah tetapi struktur penting embrio yaitu radikula belum muncul. GA3 merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang mampu menghilangkan dormansi pada kulit biji dan mempercepat perkecambahan (Polhauoessy, 2014); meningkatkan perkecambahan benih gambas (Shahzad et al., 2014) dan jagung (Kumari, Rai, Bara, Singh, &

Rai, 2017). Perlakuan pemotongan pada salah satu sisi benih dapat meningkatkan daya berkecambah >90% pada dua aksesi benih kenaf (Hidayat RS & Marjani, 2018) dan perlakuan skarifikasi dapat meningkatkan tinggi bibit, rasio pucuk akar dan berat basah bibit pala (Irpandi, Zahanis, & Resigia, 2020).

Faktor lain yang dapat mempengaruhi perkecambahan benih yaitu media perkecambahan yang juga berperan penting dalam membantu mempercepat perkecambahan benih. Media kertas memiliki tingkat kesamaan 100% dalam pengujian keserempakan tumbuh (KST) (Sari, 2016) dan dilakukan juga dalam pengujian benih tembakau (Sumartini, Mulyani,

& Rochman, 2014); (Suroh, Rahayu, & Hayati, 2017). Pada media pasir, memudahkan akar benih untuk berkembang karena memiliki sifat yang porous. Pada benih kecipir yang dikecambahkan dalam metode in sand, media pasir merupakan substrat terbaik dengan persentase daya berkecambah mencapai 100%

(Rahayu & Suharsi, 2015).

Penelitian ini bertujun untuk menguji teknik pematahan dormansi benih bunga matahari dengan perlakuan invigorasi dan skarifikasi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium benih dan Rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas), Malang dan berlangsung pada bulan Februari – April tahun 2020. Bahan yang digunakan adalah benih bunga matahari (H. annuus L.) koleksi Balittas yaitu Ha. 20 dengan tahun panen 2011.

Perlakuan Invigorasi Benih

Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor tunggal yaitu perlakuan benih yang terdiri atas 5 perlakuan yaitu tanpa perlakuan, perendaman dengan giberelin(GA3) 150 ppm, perendaman air suhu 27oC, perendaman air suhu 80oC dan skarifikasi (pemotongan salah satu sisi benih). Benih dengan perlakuan perendaman GA3 150 ppm kemudian dibilas dengan air sebanyak tiga kali dan dikering anginkan selama 15 menit sebelum dilakukan pengujian benih.

Pengujian Benih di Laboratorium

Pengujian dilakukan dengan mengecambahkan benih pada media kertas merang. Pengujian menggunakan metode UKDdp (uji kertas digulung dalam plastik).

Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali dan setiap ulangan menggunakan 100 benih. Selama pengujian, benih bunga matahari diletakkan pada germinator IPB tipe 72 dengan suhu 25–

30oC (Sadjad, 1993)

Pengujian Benih di Rumah kaca

Pengujian dilakukan dengan media pasir steril. Bak plastik ukuran 45 cm x 35 cm x 15 cm diisi pasir steril setinggi 10 cm dan disiram dengan air hingga kapasitas lapang. Pengujian dilakukan dengan 4 ulangan. Tiap ulangan ditanam 100 benih sehingga total benih bunga matahari yang diuji sebanyak 400 benih pada tiap perlakuan. Benih bunga matahari kemudian ditempatkan dalam rak perkecambahan di rumah kaca dengan suhu rata-rata 280C.

Parameter Perkecambahan benih

Parameter pengamatan yaitu persentase daya berkecambah (%), potensi tumbuh maksimum (%), bobot kering kecambah normal (g), indeks vigor (%), dan kecepatan tumbuh (%KN/etmal). Pengamatan dilakukan pada hari ke-4 dan ke-10 hari setelah tanam (ISTA, 2020).

(3)

Analisa Data

Data dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) dengan software SAS 9. Hasil uji F yang berbeda nyata diuji lanjut dengan menggunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

HASIL

Pengujian benih dengan media kertas merang Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan benih berpengaruh sangat nyata terhadap semua parameter pengamatan. Tabel 1 menunjukkan rekapitulasi analisis ragam perlakuan benih di laboratorium. Parameter Bobot kering kecambah normal memiliki nilai koefisien keragaman terkecil yaitu 18.40%

dibandingkan dengan parameter yang lainnya.

Tabel 1. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh perlakuan invigorasi pada benih bunga matahari di Laboratorium

Keterangan: KK= Koefisien keragaman, ** = Sangat nyata Perlakuan skarifikasi menunjukkan persentase daya berkecambah (91%) dan potensi tumbuh maksimum (91%) meskipun tidak berbeda nyata dengan tanpa perlakuan.

Perendaman dengan air suhu 270C menunjukkan bobot kering kecambah normal tertinggi (1,79 g) dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan skarifikasi, tanpa perlakuan dan perendaman dengan larutan GA3 150 ppm (Tabel 2).

Tabel 2. Pengaruh perlakuan benih terhadap daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum dan bobot kering kecambah benih bunga matahari di Laboratorium

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada uji DMRT α0,05.

Parameter pengamatan pengujian mutu benih seperti persentase indeks vigor dan kecepatan tumbuh benih merupakan indikator vigoritas benih. Perlakuan benih menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap persentase indeks vigor benih (IV) dan kecepatan tumbuh benih (KCT). Pada Gambar 1 menunjukkan perlakuan skarifikasi memiliki persentase IV dan KCT yang tertinggi dan berbeda nyata denga perlakuan perendaman air suhu 80oC.

Gambar 1. Pengaruh perlakuan invigorasi terhadap indeks vigor dan kecepatan tumbuh benih bunga matahari di Laboratorium

Pengujian benih dengan media pasir

Rekapitulasi hasil analisis ragam (Tabel 3) menunjukkan semua parameter pengamatan berpengaruh sangat nyata terhadap teknik invigorasi yang diberikana untuk pengujian benih di rumah kaca. Dari kelima parameter yang digunakan, parameter potensi tumbuh maksimum menghasilkan persentase koefisien keragaman yang terkecil yatiu 11,42%

dibandingkan dengan parameter lainnya.

Namun, persentase KK yang dihasilkan tergolong besar.

Tabel 3. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh perlakuan invigorasi pada benih bunga matahari di Rumah kaca

Parameter Pengamatan

Perlakuan

Invigorasi KK (%) Rerata Daya berkecambah

(%) <,0001** 12,46 67,60

Potensi tumbuh

maksimum (%) <,0001** 11,42 70,20 Bobot kering

kecambah normal (g) 0,0002** 26,22 1,24 Indeks vigor (%) <,0001** 20,39 52,20 Kecepatan tumbuh

(%) <,0001** 14,65 21,85

Keterangan: KK= Koefisien keragaman, ** = Sangat nyata

Parameter Pengamatan Perlakuan benih KK

(%) Rerata Daya berkecambah (%) 0,0001** 19,14 69,80 Potensi tumbuh

maksimum (%) 0,0003** 20,02 71,20 Bobot kering kecambah

normal (g) 0,0005** 18,40 1,49 Indeks vigor (%) <,0001** 22,09 55,60 Kecepatan tumbuh (%) <,0001** 20,47 17,70

Perlakuan benih

Parameter pengamatan Daya

berkecambah (%)

Potensi tumbuh maksimum

(%)

Bobot kering kecambah normal (g) Tanpa

perlakuan 78 ab 79 a 1,68 a

GA3 150 ppm 68 b 72 a 1,52 a Air suhu 270C 81 ab 82 a 1,79 a Air suhu 800C 31 c 32 b 0,77 b

Skarifikasi 91 a 91 a 1,73 a

(4)

Berdasarkan hasil yang disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 2 menunjukkan bahwa perlakuan invigorasi menggunakan skarifikasi menghasilkan persentase daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh dan indeks vigor terbaik yaitu masing-masing 94%, 95%, 35% dan 78%. Sedangkan, untuk parameter bobot kering kecambah normal menunjukkan perlakuan perendaman air suhu 27oC yang terbaik dengan bobot 1,68 g tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan skarifikasi.

Tabel 4. Pengaruh perlakuan invigorasi benih terhadap daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum dan bobot kering kecambah benih bunga matahari di Rumah kaca

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada uji DMRT α0,05.

Gambar 2. Pengaruh perlakuan invigorasi terhadap indeks vigor dan kecepatan tumbuh benih bunga matahari di Rumah kaca

PEMBAHASAN

Pengujian benih dengan media kertas merang Perlakuan benih berpengaruh sangat nyata untuk semua parameter pengamatan yaitu daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, bobot kering kecambah normal, indeks vigor, dan kecepatan tumbuh. Parameter Bobot kering kecambah normal memiliki nilai koefisien keragaman terkecil yaitu 18.40% dibandingkan

dengan parameter yang lainnya. Nilai koefisien keragaman yang semakin kecil menunjukkan derajat kejituan dan keandalan akan semakin tinggi sehingga menghasilkan validitas kesimpulan yang dihasilkan semakin baik. Nilai KK yang semakin kecil menunjukkan derajat ketelitian semakin tinggi dan validitas kesimpulan yang diperoleh dari percobaan tersebut juga tinggi.

Perlakuan Invigorasi merupakan perlakuan yang diberikan sebelum penanaman untuk memperbaiki perkecambahan dan pertumbuhan kecambah. Beberapa perlakuan invigorasi benih juga dapat digunakan untuk menyeragamkan dan meningkatkan laju pertumbuhan kecambah (Arief & Koes, 2010). Invigorasi dapat dilakukan dengan cara perendaman dengan air (hydropriming) (Herlina dan Aziz, 2017;

Purnawati et al., 2014; Asfiruka, 2010); dengan larutan kimia (osmopriming) seperti kalium nitrat (KNO3) (Lee et al., 2017; Singh et al., 2014) dan giberelin (GA3) (Barbosa et al., 2016; Asra, 2014).

Perlakuan invigorasi menggunakan skarifikasi menghasilkan daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, indeks vigor dan kecepatan tumbuh terbaik yaitu 91%, 91%, 76%, dan 23%. Namun, berbeda dengan perlakuan invigorasi menggunakan air suhu 270C menghasilkan bobot kering kecambah normal terbaik yaitu 1,79g tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan skarifikasi. Hal ini disebabkan karena ketersediaan air mampu menghilangkan inhibitor perkecambahan. Air berperan dalam penguraian karbohidrat dalam kotiledon biji untuk dapat digunakan bagi pertumbuhan embrio.

Perlakuan skarifikasi pada satu sisi benih bunga matahari mampu mematahkan dormansi mekanik dan sekaligus memudahkan air dan gas masuk kedalam biji sehingga biji terpacu untuk berkecambah dengan cepat dan maksimal (Romdyah, Indriyanto, & Duryat, 2017). Teknik invigorasi melalui skarifikasi juga dapat membantu terjadinya imbibisi air akibat impermeabilitas kulit benih. Febriyan & Widajati (2015), melaporkan bahwa skarifikasi fisik diduga mampu mempercepat pertumbuhan radikula kecambah sehingga membantu dalam penyerapan air lebih baik yang kemuadian mampu memicu pemanjangan dan perkembangan sel. Widyawati, Tohari, Yudono,

& Soemardi, (2009), pada benih aren yang menggunakan skarifikasi melalui pengamplasan Perlakuan

benih

Parameter pengamatan Daya

berkecambah (%)

Potensi tumbuh maksimum

(%)

Bobot kering kecambah normal (g) Tanpa

perlakuan 83 ab 83 ab 1,37 a

GA3 150 ppm 73 b 76 b 1,26 a Air suhu 270C 80 b 84 ab 1,68 a Air suhu 800C 8 b 13 c 0,29 b

Skarifikasi 94 a 95 a 1,62 a

(5)

benih pada bahian operculum berpengaruh nyata mampu meningkatkan pemumculan embrio pada 7 hari setelah semai (HSS) sebesar 36,67%.

Pengujian benih dengan media pasir

Koefisien keragaman pada parameter potensi tumbuh maksimum menghasilkan persentase yang terkecil yatiu 11,42%

dibandingkan dengan parameter lainnya.

Hanafiah (2010), menyatakan bahwa kriteria KK terbagi atas 3 yaitu KK besar (minal 10%), KK sedang (5 – 10%) dan KK kecil (maksimal 5%).

KK menunjukkan keandalan kesimpulan suati percobaan. Nilai KK yang semakin kecil mka derajat kejituan dan keandalan akan semakin tinggi, demikian pula validitas kesimpulan yang diperoleh semakin tinggi. Tinggi dan rendahnya persentase KK yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh keheterogenitasan control lokal, selang perlakuan dan ulangan percobaan (Harsojuwono, Arnata, & Puspawati, 2011).

Berdasarkan hasil yang disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 2 menunjukkan bahwa perlakuan invigorasi menggunakan skarifikasi menghasilkan persentase daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh dan indeks vigor terbaik yaitu masing-masing 94%, 95%, 35% dan 78%. Sedangkan, untuk parameter bobot kering kecambah normal menunjukkan perlakuan invigorasi menggunakan air dingin 27oC yang terbaik dengan bobot 1,68 g tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan skarifikasi. Skarifikasi (pelukaan kulit benih) merupakan metode untuk mengubah benih yang impermeable menjadi permeable salah satunya melalui memotong salah satu sisi pada benih. Putra, Sumadi, &

Nuraini (2019), meyatakan bahwa teknik invigorasi melalui skarifikasi dapat memengaruhi proses peretakan benih macadamia tercepat denga rerata 3,27 hari dan meningkatkan peretakan benih mencapai 87,67%.

Hal ini sejalan dengan penelitian Hastuti, Purwanti, & Ambarwati (2015), teknik skarifikasi melalui pemotongan benih menghasilkan persentase berkecambah 88% dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan perendaman air 24 jam.

Perkecambahan benih menggunakan media pasir mampu memicu perkecambahan benih. Hal ini disebabkan karena kondisi media yang mampu mempertahan tingkat kelembaban setelah penyiraman. Murniati & Marlia Suminar (2006), melaporkan bahwa erkecambahan benih

mengkudu dengan media pasir mampu meningkatkan daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum menjadi 74,40% dan 80,20%.

Lestari, Ebert, & Huyskens-Keil (2011) juga menyatakan bahwa media pasir sangat baik bagi pertumbuhan tanaman karena memberikan aerasi untuk pertumbuhan akar dan memberikan ketersediaan nutrisi yang cukup.

SIMPULAN

Dormansi fisik terjadi pada benih yang memiliki kulit yang keras seperti halnya biji bunga matahari. Teknik pematahan dormansi yang dapat digunakan yaitu skarifikasi benih dengan melakukan pemotongan ke salah satu sisi benih. Perlakuan skarifikasi mampu memperbaiki perkecambahan dan pertumbuhan kecambah benih menggunakan media kertas merang dan pasir berdasarkan parameter daya berkecambah (91% dan 94%) , potensi maksimum (91% dan 95%), indeks vigor (76% dan 35%), dan kecepatan tumbuh (23% dan dan 78%).

Perlakuan skarifikasi merupakan teknik pematahan dormansi yang dan meningkatkan perkecambahan benih bunga matahari.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, R., & Koes, F. (2010). Invigorasi Benih. In Prosiding Pekan Serealia Nasional (pp. 473–

477). Maros, Sulawesi Selatan: Balitsereal.

Asfiruka, C. K. (2010). Priming untuk Meningkatkan Viabilitas Benih Padi Gogo (Oryza sativa L.) pada Kondisi Optimum dan Sub Optimum. Skiripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Asra, R. (2014). Pengaruh Hormon Giberelin (GA 3 ) Terhadap Daya Kecambah dan Vigoritas Calopogonium caeruleum. Biospecies, 7(1), 29–

33.

Barbosa, W. F. S., Steiner, F., Leandro, C. M. de O., Henrique, P., & Menezes, das C. (2016).

Comparison of seed priming techniques with regards to germination and growth of watermelon seedlings in laboratory condition. African Journal of Biotechnology, 15(46), 2596–2602. https://doi.org/10.5897/

ajb2016.15279

Dharma, S., Samudin, S., Adrianton, & Eka, I. P.

(2015). Perkecambahan Benih Pala (Myristica Fragrans Houtt.) Dengan Metode Skarifikasi Dan Perendaman Zpt Alami. Agrotekbis, 3(2), 158 – 167.

(6)

Febriyan, D. G., & Widajati, E. (2015). Pengaruh Teknik Skarifikasi Fisik dan Media Perkecambahan terhadap Daya Berkecambah Benih Pala (Myristica fragrans).

Bul. Agrohorti, 3(1), 71–78.

Hanafiah, K. A. (2010). Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi (3rd ed., Vol. 1). Palembang:

Rajawali Pers.

Harsojuwono, B. A., Arnata, I. W., & Puspawati, G. A. K. D. (2011). Rancangan Percobaan : Teori, Aplikasi SPSS dan EXCEL (1st ed.).

Malang: Lintaskata Publishing.

Hastuti, E. Y., Purwanti, S., & Ambarwati, E.

(2015). Pengaruh Skarifikasi dan Lama Perendaman Air terhadap Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Bibit Sawo (Manilkara zapota (L.) van Royen). Jurnal Vagetalika, 4(2), 30–38.

Herlina, N., & Aziz, S. A. (2017). Peningkatan Viabilitas Benih Jintan Hitam (Nigella sativa) Dengan Hidropriming dan Pemberian Asam Giberelat. Buletin Penelitian Tanaman Rempah Dan Obat, 27(2), 129.

Hidayat RS, T., & Marjani, M. (2018). Teknik Pematahan Dormansi Dua Aksesi Benih Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) Untuk Meningkatkan Daya Berkecambah Benih.

Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri, 10(1), 72–81.

Irpandi, H., Zahanis, & Resigia, E. (2020).

Pengaruh Metode Skarifikasi dan Perendaman ZPT Alami Urin Sapi terhadap Perkecambahan Benih Tanaman Pala (Myristica fragrans Houtt). Jurnal Embrio, 12(1), 38–49.

ISTA. (2020). International Rules for Seed Testing.

International Rules for Seed Testing (1st ed., Vol. 2020). Online ISSN 2310-3655 Zürichstr.

50, CH-8303 Bassersdorf, Switzerland.

Katja, D. G. (2012). Kualitas Minyak Bunga Matahari Komersial dan Minyak Hasil Ekstraksi Biji Bunga Matahari (Helianthus annuus L.). Jurnal Ilmiah Sains, 12(1), 59.

Kumari, N., Rai, P. K., Bara, B. M., Singh, I., &

Rai, K. (2017). Effect of halo priming and hormonal priming on seed germination and seedling vigour in maize (Zea mays L) seeds.

Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, 6(4), 27–30.

Lee, I.-S., Kang, C.-H., & Lee, K.-K. (2017). Effect of KNO3 Priming on Various Properties of

Kenaf Seed under Non-Saline and Saline Conditions. Korean J. Crop Sci., 62(4), 373–

381.

Lestari, R., Ebert, G., & Huyskens-Keil, S. (2011).

Growth and Physiological Responses of Salak Cultivars (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss) to Different Growing Media. Journal of Agricultural Science, 3(4), 261–271.

Murniati, E., & Marlia Suminar, D. (2006).

Pengaruh Jenis Media Perkecambahan dan Perlakuan Pra Perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan Hubungannya dengan Sifat Dormansi Benih. Jurnal Agronomi Indonesia, 34(2), 119–123.

Purnawati, Ilyas, S., & Sudarsono. (2014).

Perlakuan Invigorasi untuk Meningkatkan Mutu Fisiologis dan Kesehatan Benih Padi Hibrida Intani-2 Selama Penyimpanan Invigoration Treatment to Improve Seed Physiological Quality. J. Agron. Indonesia, 42(3), 180–186.

Putra, S., Sumadi, & Nuraini, A. (2019).

Skarifikasi Benih Makadamia (Macadamia integrifolia Maiden & Betche) Menggunakan Suhu Perendaman dan Pengeringan Secara Bergilir. Jurnal Tanaman Industri Dan Penyegar, 6(2), 79–88.

Rahayu, A. D., & Suharsi, T. K. (2015).

Pengamatan Uji Daya Berkecambah dan Optimalisasi Substrat Perkecambahan Benih Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L. (DC)).

Buletin Agrohorti, 3(1), 18–27.

Romdyah, N. L., Indriyanto, I., & Duryat, D.

(2017). Skarifikasi dengan Perendaman Air Panas dan Air Kelapa Muda Terhadap Perkecambahan Benih Saga (Adenanthera pavonina L.). Jurnal Sylva Lestari, 5(3), 58.

Sadjad, S. (1993). Dari benih kepada benih (1st ed.).

Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sari, I. (2016). Pengaruh Penggunaan Kertas sebagai Media Tanam terhadap Kandungan Cr dalam Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Journal Student UNY, 1(1), 1–10.

Seiler, G. J., Qi, L. L., & Marek, L. F. (2017).

Utilization of sunflower crop wild relatives for cultivated sunflower improvement. Crop Science, 57(3), 1083–1101.

Shahzad, R., Khan, J., Gurmani, A. R., Waqas, M., Hamayun, M., Khan, A. L., Lee, I.-J. (2014).

Seed Priming with Gibberellic Acid (GA3) in

(7)

Sponge Gourd Modulated High Salinity Stress. Pakhtunkhwa J. Life Sci., 2(1), 75–86.

Singh, A., Dahiru, R., Musa, M., & Haliru, B. S.

(2014). Effect of Osmopriming Duration on Germination, Emergence, and Early Growth of Cowpea (Vigna unguiculata (L.) Walp.) in the Sudan Savanna of Nigeria. International Journal of Agronomy, 1(1), 4.

Sumartini, S., Mulyani, S., & Rochman, F. (2014).

Pengaruh Perendaman Terhadap Viabilitas Benih Tembakau (Nicotiana tabacum L).

Littri, 20(2), 87–92.

Suroh, M., Rahayu, T., & Hayati, A. (2017).

Pengaruh Lama Penyimpanan Benih Tembakau (Nicotiana tabacum) terhadap Viabilitas Benih dengan Menggunakan Metode UDK. Biosaintropis, 3(1), 15–22.

Widadjati, E., Muniarti, E., Palupi, E. R., Kartika, T., Suhartanto, M. R., & Qadir, A. (2014).

Dasar Ilmu dan Teknologi Benih (1st ed.).

Bogor: IPB Press. m

Widyawati, N., Tohari, Yudono, P., & Soemardi, I. (2009). Permeabilitas dan Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr).

J. Agron. Indonesia, 37(2), 152–158.

Referensi

Dokumen terkait

Pada kondisi sub-optimum semua perlakuan invigorasi tidak mampu meningkatkan viabilitas benih melon berdasarkan semua tolok ukur yang diamati yaitu daya berkecambah, indeks

Tabel 14 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan pematahan dormansi benih Angsana berpengaruh sangat nyata terhadap parameter daya berkecambah, nilai perkecambahan, kecepatan

Pada kondisi sub-optimum semua perlakuan invigorasi tidak mampu meningkatkan viabilitas benih melon berdasarkan semua tolok ukur yang diamati yaitu daya

simpan empat bulan terlihat pula bahwa nilai K CT relatif untuk pembanding tetap tidak berbeda nyata (p &lt; 0.05) dengan K CT relatif benih sebelum simpan (0 bulan) dan memiliki

Perlakuan invigorasi benih yang terbaik adalah kombinasi perlakuan cahaya dan GA 3 yang menghasilkan daya berkecambah tertinggi yaitu 66.52% untuk benih yang disimpan 2

Dormansi pada benih delima dapat diatasi dengan perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan pematahan dormansi berpengaruh nyata terhadap panjang axis embrio 5 MST, waktu berkecambah, daya kecambah, panjang kecambah,

Pada kondisi sub-optimum semua perlakuan invigorasi tidak mampu meningkatkan viabilitas benih melon berdasarkan semua tolok ukur yang diamati yaitu daya