• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TENTANG PENJATUHAN HUKUMAN OLEH MAJELIS PENGAAWAS NOTARIS DENGAN DASAR PELANGGARAN KODE ETIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS TENTANG PENJATUHAN HUKUMAN OLEH MAJELIS PENGAAWAS NOTARIS DENGAN DASAR PELANGGARAN KODE ETIK"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS TENTANG PENJATUHAN HUKUMAN OLEH MAJELIS PENGAAWAS NOTARIS DENGAN DASAR

PELANGGARAN KODE ETIK

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar SARJANA HUKUM (S.H.)

OLEH :

ANGGIAT PERDAMEAN PARSAULIAN 02101001073

PROGRAM STUDI HUKUM DAN BISNIS FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA

2014

(2)

ii

UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS HUKUM KAMPUS INDRALAYA

HALAMAN PENGESAHAN PERSETUJUAN MENGIKUTI UJIAN KOMPREHENSIF

Nama : ANGGIAT PERDAMEAN PARSAULIAN NIM : 02101001073

Program Studi : Ilmu Hukum

Program Kekhususan : Studi Hukum dan Bisnis

Judul Skripsi : Analisis Tentang Penjatuhan Hukuman Oleh Majelis Pengawas Notaris Dengan Dasar Pelanggaran Kode Etik

Inderalaya, Juli 2014

Menyetujui,

Pembimbing Pembantu, Pembimbing Utama,

H. Albar Sentosa Subari, S.H.,S.U H. Amrullah Arpan,S.H.,S.U NIP. 195501011981031007 NIP. 195305091980031001

Dekan,

Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya,

Prof. Amzulian Rifai, S.H.,LL.M., Ph.D.

NIP. 196412021990031003

(3)

iii Lampiran: Pernyataan Anti Plagiat

UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS HUKUM

INDRALAYA PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Anggiat Perdamean Parsaulian Nomor Induk Mahasiswa : 02101001073

Tempat/ Tgl Lahir : Karimun, 04 Desember 1991

Fakultas : Hukum

Strata Pendidikan : S1

Program Studi : Ilmu Hukum

Program Kekhususan : Studi Hukum dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini tidak memuat bahan–bahan yang sebelumnya telah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun tanpa mencantumkan sumbernya. Skripsi ini juga tidak memuat bahan–bahan yang sebelumnya telah dipublikasikan atau ditulis oleh siapapun tanpa mencantumkan sumbernya dalam teks.

Demikianlah pernyataan ini telah saya buat dengan sebenarnya. Apabila terbukti saya telah melakukan hal-hal yang bertentangan dengan pernyataan ini, saya bersedia menanggung segala akibat yang timbul dikemudian hari sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Indralaya, Juli 2014

Anggiat Perdamean Parsaulian.

NIM 02101001073

(4)

iv Motto :

Satu-Satunya Kesalahan Yang Paling Bodoh Adalah Berdiam Diri.

Kupersembahkan kepada : 1. Allah SWT

2. Ayah dan Ibu tercinta 3. Saudara-saudari tersayang 4. Orang tersayang

5. Almamater

6. Sahabat-Sahabat paling berharga

(5)

v

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat dan ridho-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Tentang Penjatuhan Hukuman Oleh Majelis Pengawas Notaris Dengan Dasar Pelanggaran Kode Etik.” penulisan skripsi merupakan sebagai prasyarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

Skripsi ini mengetegahkan permasalahan mengenai kewenangan Majelis Pengawas Notaris dalam penjatuhan sanksi kepada anggota Notaris yang diduga melakukan pelanggaran Kode Etik. Peran penting jabatan Notaris sangat berarti didalam kehidupan masyarakat Indonesia. Di Indonesia, aturan mengenai Jabatan Notaris diatur didalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 (UUJN). Setiap anggota Notaris tidak hanya terikat pada ketentuan-ketentuan yang ada didalam Undang-Undang Jabatan Notaris, tetapi juga harus mentaati ketentuan-ketentuan yang terdapat didalam Kode Etik Notaris.

Dengan bimbingan dan pengarahan Dosen Pembimbing, penulis berusaha sebaik mungkin menyelesaikan skripsi ini, namun dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis maka tidak melepaskan kemungkinan skripsi ini jauh dari sempurna. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis mohon maaf atas kekurangan dalam penulisan skripsi yang ada, serta senantiasa mengharapkan bimbingan dari Bapak/Ibu sekalian.

(6)

vi

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam Kajian Ilmu Hukum Pidana. Semoga Allah SWT selalu meridhoi kita semua. Amin.

Indralaya, Juli 2014

ANGGIAT PERDAMEAN PARSAULIAN

(7)

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Yth. Bapak Prof. Amzulian Rifai, S.H, L.LM., Ph.D selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

2. Yth. Bapak Fahmi Yoesmar AR, S.H., M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

3. Yth. Ibu Meria Utama, S.H., L.LM., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

4. Yth. Bapak RD. Moch Ikhsan, S.H., M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

5. Yth. Bapak Dr. Muhammad Syaifuddin, S.H.,M.Hum., selaku Ketua Bagian Studi Hukum dan Bisnis;

6. Yth. Bapak H. Amrullah Arpan, S.H.,S.U., selaku Dosen Pembimbing I dalam penulisan skripsi ini;

7. Yth. Bapak H. Albar Sentosa Subari, S.H.,S.U., selaku Dosen Pembimbing II dalam penulisan skripsi ini;

8. Seluruh Dosen dan Asisten Dosen yang telah memberikan pengajaran selama saya berada di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

9. Seluruh Staff dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

10. Ayah dan Ibu saya tercinta, Togar Sitorus dan Israwati Sinambela yang selalu memberikan dukungan, nasehat dan mendoakan agar anaknya sukses serta dapat dibanggakan keluarga;

(8)

viii

11. Teman-teman seperjuangan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya angkatan 2009 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah bersama-sama menempuh pendidikan dari awal mula perjalanan kuliah sampai akhirnya menjadi Sarjana Hukum seperti ini, Viva Justicia!!!.

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN...………... ii

PERNYATAAN ANTI PLAGIAT……….. iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN……….. iv

KATA PENGANTAR………. v

UCAPAN TERIMA KASIH……… vii

DAFTAR ISI……… ix

ABSTRAK……… xii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….. 1

B. Perumusan Masalah ……… 10

C. Tujuan Penelitian ……… 10

D. Ruang Lingkup Penelitian ……… 10

E. Manfaat Penelitian ………. 11

F. Kerangka Teori ……….. 12

G. Metode Penelitian ………. 17

1. Tipe Penelitian ...………. 17

2. Sumber Data ...………... 17

3. Teknik Pendekatan Penelitian ...……… 18

4. Analisis Data ...……… 21

(10)

x BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Notaris……….. ………... 23

1. Sejarah Notaris………... 23

2. Pengawasan Notaris menurut UUJN………...………...…… 28

3. Pengawasan Notaris Oleh Dewan Kehormatan Notaris ..………...……... 32

4. Kewenangan dan Kewajiban Notaris ………..………... 39

5. Larangan-Larangan Notaris……….……… 51

BAB III PEMBAHASAN A. Fungsi Kode Etik Notaris Dalam Kaitannya Dengan Pelaksanaan Jabatan Notaris ………... 56

B. Kode Etik sebagai (aturan internal) Aturan Hukum Berdasarkan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2014 (UUJN) ...…... 63

C. Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Dalam Penjatuhan Sanksi Terhadap Notaris Yang Diduga Melakukan Pelanggaran Kode Etik………...…..65

1. Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Tingkat Pertama……….……73

2. Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Tingkat Banding………76

3. Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Tingkat Akhir….………78

4. Eksekusi Atas Sanksi-Sanksi Dalam Pelanggaran Kode Etik………..80

5. Pemecatan Sementara………81

(11)

xi BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan……… 83

B. Saran ……… 86

DAFTAR PUSTAKA ……… 87

LAMPIRAN ………... 90

(12)

xii ABSTRAK

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau Undang-Undang lainnya. Didalam pelaksanaan tugas jabatan itu, Notaris harus

berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 (UUJN) dan Kode Etik Notaris. Badan yang berwenang untuk mengawasi dan membina Notaris agar tetap melaksanakan tugas jabatannya sesuai dengan yang diamanahkan oleh Undang- Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik tadi adalah Dewan Kehormatan Notaris yang terdiri dari : Majelis Pengawas Daerah, Majelis Pengawas Wilayah, Majelis

Pengawas Pusat. Penulisan skripsi ini mengkhususkan kepada analisis tentang

penjatuhan hukuman oleh Majelis Pengawas Notaris dengan dasar pelanggaran Kode Etik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian normatif. Hasil penelitian ini adalah bahwa Majelis Pengawas Notaris berwenang menjatuhkan sanksi kepada setiap anggota perkumpulan Notaris yang melakukan pelanggaran Kode Etik sesuai dengan tata cara penegakan Kode Etik.

Kata Kunci : Kewenangan Majelis Pengawas Notaris, Pelanggaran Kode Etik, Notaris

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kehidupan masyarakat Indonesia tidak terlepas dari peran penting seorang Notaris. Notaris sebagai pejabat umum yang diangkat oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia bertugas untuk melayani kepentingan masyarakat dalam hal pembuatan akta otentik mengenai perbuatan hukum yang masyarakat inginkan. Di era globalisasi saat ini, peran Notaris semakin dibutuhkan masyarakat untuk dapat melakukan perbuatan hukum, sebagai contoh : jual-beli, membuat perjanjian utang- piutang dan sebagainya. Hal ini dikarenakan semakin tingginya kesadaran masyarakat tentang hukum. Adapun tujuan dari pembuatan akta yang dibuat oleh Notaris ialah bahwa akta yang dibuat oleh Notaris (akta otentik) merupakan alat bukti yang sempurna. Menurut Muhammad Adam menyebutkan bahwa :1 “suatu akta akan memiliki suatu karakter yang otentik, yaitu jika hal itu akan mempunyai daya bukti antara pihak-pihak dan terhadap pihak ketiga, maka perbuatan-perbuatan atau keterangan-keterangan yang dikemukakan akan memberikan suatu bukti yang tidak dapat dihilangkan”.

1 Muhammad Adam, Asal Usul dan Sejarah Akta Notaris, Sinar Baru Bandung, 1985

(14)

2

Apabila suatu akta merupakan akta otentik, maka akta tersebut akan mempunyai tiga (3) fungsi terhadap para pihak yang membuatnya, yaitu :2

1. Sebagai bukti bahwa para pihak yang bersangkutan telah mengadakan perjanjian tertentu;

2. Sebagai bukti bagi para pihak bahwa apa yang tertulis dalam perjanjian adalah menjadi tujuan dan keinginan para pihak;

3. Sebagai bukti kepada pihak ketiga bahwa pada tanggal tertentu kecuali jika ditentukan sebaliknya para pihak telah mengadakan perjanjian dan bahwa isi perjanjian adalah sesuai dengan kehendak para pihak.

Berdasarkan hal tersebut maka apabila terjadi sengketa dimana salah satu pihak mengajukan akta otentik sebagai bukti di pengadilan maka :3 pengadilan harus menghormati dan mengakui isi akta otentik , kecuali jika pihak yang menyangkal dapat membuktikan bahwa bagian tertentu dari akta telah diganti atau bahwa hal tersebut bukanlah yang disetujui oleh para pihak.

Kesadaran Hukum yang semakin tinggi dikalangan masyarakat inilah yang menjadikan peran seorang Notaris semakin terlihat di sekitar kita. Hampir di setiap tempat kita dapat melihat bangunan Ruko yang ada papan nama Notarisnya. Notaris diangkat oleh Negara untuk melayani kepentingan masyarakat, oleh karena itu Notaris harus mempunyai pengetahuan hukum yang luas, agar dapat meletakan pihak-pihak yang datang menghadap kepadanya secara proporsional dan tidak ada

2 Salim HS, Hukum Kontrak-Teori dan Teknik Penyusun Kontrak, (Sinar Grafil Jakarta, 2006), Hal. 43)

3 Ibid, hal. 43

(15)

3

pihak-pihak yang merasa dirugikan saat melakukan perbuatan hukum yang mereka inginkan, seperti : membuat perjanjian, jual-beli, sewa-menyewa, pembagian harta waris, dan lain sebagainya.

Selain daripada peningkatan mutu kesadaran hukum masyarakat Indonesia, peranan penting seorang Notaris menjadi begitu terlihat juga dikarenakan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia, sehingga semakin sering terjadi transaksi-transaksi dari masyarakat yang menggunakan jasa para Notaris di Indonesia, perbuatan-perbuatan hukum tersebut mereka tuangkan kedalam akta yang dibuat oleh/atau dihadapan Notaris selaku pejabat umum yang berwenang untuk itu.

Pada dasarnya peranan hukum dalam mengatur tatanan kehidupan dalam masyarakat sudah dikenal sejak masyarakat mengenal hukum itu sendiri. Hubungan antara masyarakat dan hukum diungkapkan dengan sebuah adagium yang sangat terkenal dalam ilmu hukum yaitu : “ubi so cietes ibi ius” yang artinya dimana ada masyarakat disana ada hukum.4 Kehidupan masyarakat yang memerlukan kepastian hukum memerlukan sektor pelayanan jasa publik, diantaranya ialah pelayanan jasa publik yang diberikan oleh seorang Notaris terhadap masyarakat yang mempercayainya untuk mengurusi perbuatan hukum sebagaimana yang mereka inginkan. Pelayanan jasa publik yang diberikan oleh seorang Notaris yakni berupa pembuatan akta otentik.

Profesi Notaris sangatlah penting, karena sifat dan hakikat dari pekerjaan Notaris yang sangat berorientasi pada legalisasi, sehingga dapat menjadi fundamen

4 Satjipto Raharjo, Masalah Penegakan Hukum, (Bandung : Sinar Baru, 1983), hlm.127

(16)

4

hukum yang utama menyangkut hal : harta benda, hak dan kewajiban para pihak yang terlibat.

Didalam menjalankan tugas profesinya setiap Notaris harus berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang jabatan Notaris. Undang-Undang ini berlaku secara eksternal bagi setiap mereka yang berprofesi sebagai Notaris dalam hal menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pejabat umum negara.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris ini diharapkan dapat menjadi payung bagi setiap Notaris dalam menjalankan tugasnya seperti tentang pembuatan akta.

Dengan adanya peraturan-peraturan yang tertulis dan tata cara didalam Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 ini bertujuan agar akta-akta otentik yang dibuat oleh Notaris mampu menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum. Ketiga hal inilah yang menjadi landasan filosofis dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang jabatan Notaris yang berintikan kebenaran dan keadilan melalui akta-akta yang dibuatnya. Notaris berkewajiban menjamin kepastian hukum kepada masyarakat yang menggunakan jasanya dalam pembuatan-pembuatan akta yang dibuatnya.5

5 Biro Humas dan HLN. Hasbullah, Notaris dan Jaminan Kepastian Hukum, (www.wawasanhukum.blogspot.com, 3 Juli 2007)

(17)

5

Notaris di Indonesia tergabung dalam satu perkumpulan yang disebut dengan Ikatan Notaris Indonesia. Ikatan Notaris Indonesia sebagai suatu organisasi memiliki Kode Etik bagi setiap anggota dan setiap orang yang berprofesi dan menjabat sebagai pejabat umum Notaris. Kode Etik ini wajib dijunjung tinggi bagi setiap anggota organisasi Notaris, Kode etik notaris yang berlaku saat ini adalah kode etik notaris berdasarkan keputusan kongres luar biasa Ikatan Notaris Indonesia (INI) tanggal 27 Januari 2005 di Bandung.6

Adapun kewenangan pengawasan pelaksanaan Kode Etik Notaris ada pada Dewan Kehormatan Notaris : tingkat daerah, wilayah, dan pusat

Dalam menjalankan tugas dan kewenangan jabatannya sebagai Notaris, adakalanya seorang Notaris melakukan kesalahan, seperti : kesalahan mengurusi surat yang ternyata bukan didalam kewenangannya. Kesalahan-kesalahan seperti ini bisa saja berasal dari kesalahan diri pribadi Notaris (kesalahan profesi/beroepsfout), sehingga mengakibatkan Notaris dapat dimintakan pertanggung jawabannya oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan kepentingannya atas kesalahan yang dibuat oleh si Notaris tersebut.

Untuk itu perlu adanya Badan yang mengawasi dan membina organisasi Notaris agar pertanggungjawaban Notaris terhadap masyarakat dapat dikontrol dalam kaidah yang tepat. Pembinaan dan pengawasan terhadap tugas Notaris diberikan secara terus-menerus agar tugasnya selaku pejabat umum selalu sesuai dengan kaidah

6 Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Jati Diri Notaris Indonesia Dulu, Sekarang, Dan Di Masa Datang (Jakarta : PT Gramedia Pustaka), hlm. 37.

(18)

6

hukum yang mendasari kewenangannya dan dapat terhindar dari penyalahgunaan kewenangan dan kepercayaan yang diberikan.

Oleh karena itu, yang menjadi tugas pokok pengawas adalah hak dan kewenangan, maupun kewajiban yang diberikan kepada Notaris dalam menjalankan tugasnya, sebagaimana yang diberikan oleh peraturan dasar yang bersangkutan, senantiasa dilakukan dijalur hukum yang telah ditentukan, juga atas dasar moral dan etika profesi, demi terjaminnya perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004, tugas pengawasan terhadap Notaris merupakan salah satu bagian dari tugas Pengadilan yang dilakukan bersama-sama Mahkamah agung dan Departemen Kehakiman, aparaturnya adalah Pengadilan Negeri.7 Akan tetapi setelah munculnya undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004, yang menjadi pengawas Notaris diatur didalam pasal 67 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004, yakni Menteri.8 Ketentuan tersebut ditinjaklanjuti dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris.

Majelis Pengawas Notaris merupakan bagian penting dalam hal pengawasan dan pembinaan Notaris bagi masyarakat yang merasa dirugikan haknya atas kinerja

7 Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Jati Diri Notaris Indonesia Dulu, Sekarang, Dan Di Masa Datang (Jakarta : PT Gramedia Pustaka), hlm. 9.

8 Pasal 67 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

(19)

7

maupun pelayanan jasa publik seorang Notaris. Kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh Notaris baik itu berupa penyalahgunaan kewenangan yang tercantum di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris maupun kesalahan-kesalahan yang dibuat Notaris karena bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku di dalam Kode Etik Notaris. Sedangkan apabila ada permohonan pemanggilan dari pihak yang berkepentingan untuk proses peradilan, penyidikan atau penuntut umum, pemanggilan oleh Majelis Pengawas bertujuan untuk menentukan apakah Notaris yang bersangkutan bisa memenuhi panggilan pihak yang berkepentingan atau tidak.

Kode Etik Notaris merupakan aturan lain yang terpisah dari aturan-aturan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Akan tetapi walaupun keduanya merupakan kaidah-kaidah yang terpisah, kedua kaidah tersebut harus melekat didalam diri setiap pejabat umum Notaris saat menjalankan kewenangan dan jabatannya itu. Dengan kata lain, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris merupakan kaidah hukum yang bersifat eksternal bagi setiap profesi Notaris, sedangkan Kode Etik adalah kaidah-kaidah hukum yang bersifat internal bagi setiap pejabat umum Notaris.

Setiap orang yang berprofesi sebagai Notaris tidak mungkin pernah terlepas dari aturan-aturan yang berlaku baik itu dari pasal-pasal yang tercantum di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30

(20)

8

Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, maupun aturan-aturan yang ada didalam tiap pasal Kode Etik Notaris. Keduanya harus dan wajib dijunjung tinggi bagi setiap pejabat umum Notaris. Terdapat Kewajiban yang harus dilaksanakan dan Larangan yang tidak boleh dilakukan oleh setiap pejabat umum Notaris didalam menegakan martabatnya selaku pejabat umum yang diberikan kewenangan dan kepercayaan untuk mengurusi kepentingan masyarakat Indonesia yang ingin melakukan perbuatan hukum tertentu.9

Keterkaitan antara Kode Etik Notaris dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris ini tidak disebutkan secara ekstrinsik, namun dapat ditafsirkan dari beberapa pasal yang ada di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Keduanya memuat aturan-aturan tentang bagaimana seharusnya profesi Notaris itu.

Profesi Notaris diharuskan memiliki Integritas dan bertindak professional.

Notaris wajib menjalankan jabatan dengan amanah, jujur, seksama, mandiri, dan tidak berpihak, serta menjaga sikap, tingkah laku sesuai dengan kode etik profesi, kehormatan, martabat, dan tanggung jawab sebagai notaris.10Untuk dapat mengawasi apakah seorang Notaris telah menjalankan jabatannya dengan benar, untuk itu maka pemerintah membentuk Majelis Pengawas Notaris.

9 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

10 Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Jati Diri Notaris Indonesia Dulu, Sekarang, Dan Di Masa Datang (Jakarta : PT Gramedia Pustaka), hlm. 16.

(21)

9

Pengawasan Notaris, sebagaimana diatur dalam pasal 67 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, dilakukan oleh Menteri dan dalam pelaksanaan pengawasannya Menteri membentuk Majelis Pengawas. Majelis Pengawas ini dibentuk dari mulai tingkat kabupaten/kota, disebut Majelis Pengawas Daerah (MPD), tingkat provinsi disebut dengan Majelis Pengawas Wilayah (MPW), sampai tingkat nasional disebut Majelis Pengawas Pusat.11

Dari uraian-uraian diatas, maka timbul pertanyaan apakah sebagai lembaga yang mengawasi pejabat umum Notaris, Majelis Pengawas Notaris berhak menjatuhkan hukuman kepada setiap Notaris yang melanggar Kode Etik Notaris ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi yang berjudul “Analisis Tentang Penjatuhan Hukuman Oleh Majelis Pengawas Notaris Dengan Dasar Pelanggaran Kode Etik”.

11 Ibid, hlm. 239.

(22)

10

B. Rumusan Masalah

1. Apa fungsi Kode Etik Notaris dalam kaitannya dengan pelaksanaan jabatan Notaris ?

2. Dapatkah Kode Etik sebagai (aturan internal) Ikatan Notaris Indonesia dijadikan sebagai aturan hukum sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris ?

3. Apakah Majelis Pengawas Notaris berwenang menjatuhkan hukuman terhadap Notaris yang dilaporkan atas dugaan pelanggaran Kode Etik ? C. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk menjelaskan fungsi Kode Etik Notaris dalam kaitannya dengan pelaksanaan jabatan Notaris.

2. Untuk menjelaskan apakah Majelis Pengawas Notaris berwenang untuk menjatuhkan hukuman terhadap Notaris yang dilaporkan atas dugaan pelanggaran Kode Etik.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam Penelitian ini agar tidak meluas maka peneliti hanya membatasi pada ruang lingkup permasalahan di Majelis Pengawas Wilayah dan Majelis Pengawas Daerah Notaris di Palembang yang membahas tentang proses pelanggaran Kode Etik Notaris yang dilakukan oleh Notaris di Palembang.

(23)

11

E. Manfaat Penelitian

Selain tujuan di atas, penulisan skripsi ini diharapkan memberikan manfaat seperti berikut :

1. Secara Teoritis

a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran baru bagi pengembangan Ilmu Hukum pada umumnya dan Hukum Perdata pada khususnya.

b. Dapat dipergunakan sebagai bahan bacaan (literatur) disamping literatur-literatur yang sudah ada tentang Pelanggaran Kode Etik Notaris yang dilakukan oleh Notaris khususnya mengenai penjatuhan hukuman oleh Majelis Pengawas Notaris dengan dasar pelanggaran Kode Etik.

2. Secara Praktis

Dapat berguna bagi masyarakat umum atau pembaca yang mencari jalan keluar terhadap masalah yang sedang dihadapi atau sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak tertentu dalam menentukan suatu kebijakan yang menyangkut topik penelitian dan semoga hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada praktisi hukum dalam rangka pengembangan ilmu hukum kearah yang lebih progresif.

(24)

12

F. Kerangka Teori

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini atau berdasarkan Undang-Undang lainnya.12 Dalam hal ini notaris berlaku sebagai penengah dari beberapa pihak subjek hukum yang akan melakukan perbuatan hukum seperti : jual-beli, sewa-menyewa, utang-piutang, hibah, proses balik nama, perkara waris, dan beberapa perbuatan hukum lainnya.

Kewenangan Notaris :13

(1) Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.

(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Notaris berwenang pula :

a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;

12 Pasal 1, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

13 Pasal 15 Angka (1), (2), (3), Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

(25)

13

b. membukukan surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;

c. membuat kopi dari asli surat dibawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan;

d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;

e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta;

f. membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau g. membuat akta risalah lelang.

(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam peraturan perundang- undangan.

Notaris sebagai profesi juga tidak terlepas dari organisasi notaris. Di Indonesia berdasarkan pasal 1 angka (13) keputusan Mentri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Nomor M-01.H.T.03.01 Tahun 2003 tentang kenotarisan, organisasi notaries satu-satunya yang diakui oleh pemerintah adalah Ikatan Notaris Indonesia (INI).

Organisasi Notaris14 adalah organisasi profesi jabatan notaris yang berbentuk perkumpulan yang berbadan hukum. Sebagai suatu organisasi, Ikatan Notaris

14 Pasal 1 Angka (5) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

(26)

14

Indonesia (INI) memiliki kode etik bagi setiap anggotanya. Setiap mereka yang berprofesi sebagai notaris berkewajiban menjunjung tinggi kode etik tersebut.

Kode etik notaris yang berlaku saat ini adalah kode etik notaris berdasarkan keputusan kongres luar biasa Ikatan Notaris Indonesia (INI) tanggal 27 Januari 2005 di Bandung.

Kode Etik Notaris dan untuk selanjutnya akan disebut Kode Etik adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut “Perkumpulan” berdasar keputusan Kongres Perkumpulan dan/atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang- undangan yang mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota Perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris, Notaris pengganti, dan Notaris pengganti Khusus.15

Adapun kewenangan pengawasan pelaksanaan Kode Etik Notaris ada pada Dewan Kehormatan Notaris : tingkat daerah, wilayah, dan pusat.16

Pasal 83 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa “organisasi notaris menetapkan dan menegakan Kode Etik Notaris”. Ketentuan tersebut ditinjaklanjuti dengan ketentuan pasal 13 ayat (1) Anggaran Dasar Ikatan Notaris Indonesia yang menyatakan : “Untuk menjaga kehormatan dan keluhuran martabat jabatan notaris, Perkumpulan mempunyai Kode Etik Notaris yang ditetapkan oleh Kongres dan merupakan kaidah moral yang wajib

15 Pasal 1 Angka (2), Kode Etik Notaris.

16 Pasal 1 Angka (8), Kode Etik Notaris.

(27)

15

ditaati oelh setiap anggota Perkumpulan”. Ketentuan tersebut secara instrinsik menyatakan tentang fungsi Kode Etik Notaris.

Definisi kedudukan :17 1. Tempat kediaman;

2. Tempat Pegawai (pengurus perkumpulan dan sebagainya);

Tinggal untuk melakukan pekerjaan atau jabatannya;

3. Letak atau tempat suatu benda;

4. tingkatan atau martabat;

5. keadaan yang sebenarnya;

6. status (keadaan atau tingkatan orang; badan atau Negara);

Keterkaitan Kode Etik Notaris dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 : Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 : “sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi sebagai berikut : “saya bersumpah/berjanji : Bahwa saya akan patuh dan setia kepada Negara Republik Indonesia, Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang tentang jabatan notaris seria peraturan perundang-undangan lainnya.

Bahwa saya akan menjalankan jabatan saya dengan amanah, jujur, seksama, mandiri, dan tidak berpihak.

Bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan menjalankan kewajiban saya sesuai dengan kode etik profesi, kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya sebagai notaris.

17 www.artikata.com

(28)

16

Bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatan saya.

Bahwa saya untuk dapat diangkat dalam jabatan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan nama atau dalih apapun, tidak pernah dan tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada siapapun”.

Pasal 70 : Majelis Pengawas Daerah berwenang :

a. menyelenggarakan siding untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris.

Pasal 83 angka (1) : Organisasi Notaris menetapkan dan menegakan Kode Etik Notaris.

Kode Etik Notaris dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 merupakan kedua kaidah-kaidah hukum yang terpisah satu sama lain bagi setiap pejabat umum Notaris, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan dari Jabatan Notaris, karena kedua aturan tersebut sama-sama mengatur tentang kewajiban yang harus dibuat setiap pejabat umum Notaris dan Larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan sebagai pejabat umum Notaris.

Adapun badan yang mengawasinya tadi ialah Badan Pengawas Notaris baik itu : tingkat Pusat, Wilayah, atau Daerah.

(29)

17

G. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat Normatif, yaitu bermaksud mengkaji bahan hukum primer, sekunder, tersier. Atas ketidakjelasan apa yang diatur, akan dilakukan penelitian empiris yaitu menemukan data primer Ketua Majelis Pengawas, Ketua Ikatan Notaris Indonesia Kota Palembang, dan Ketua Ikatan Notaris Indonesia Wilayah Palembang.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara maupun observasi.

b. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan obyek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan, skripsi dan peraturan perundang- undangan. Data sekunder dapat dibagi menjadi :

a) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat seperti peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yaitu : Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.

(30)

18

b) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang diperoleh dari buku-buku literatur dan tulisan-tulisan ilmiah hukum yang terkait dengan objek penelitian.

c) Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan penjelasan maupun petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus hukum, jurnal, majalah, indeks komulatif, makalah, surat kabar, media internet.

3. Teknik Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan perundang-undangan (statute approach), suatu penelitian hukum tentu harus menggunakan pendekatan perundang-undangan, karena yang akan di teliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian.18 dan pendekatan kasus (case approach) yang bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktek hukum.19 Pendekatan perundang-undangan digunakan untuk mengetahui aturan-aturan yang mengatur mengenai jabatan Notaris. Sedangkan, pendekatan kasus untuk mengetahui fenomena pelanggaran-pelanggaran Kode Etik Notaris yang terjadi sekarang yang dalam

18 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, Malang, 2008, Hlm. 302.

19 Ibid,. Hlm 321.

(31)

19

hal ini dilakukan oleh pejabat umum Notaris. Dari data tersebut kemudian dianalisis dan dirumuskan sebagai data penunjang didalam penelitian ini.

Pengolahan bahan hukum dilakukan secara dedukatif, yaitu dengan menarik kesimpulan dari masalah yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi.

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam pengumpulan data penulisan skripsi ini dilakukan di kantor Sekretariat Majelis Pengawas Notaris Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Palembang.

Dipilihnya Kantor Sekretariat Majelis Pengawas Notaris Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Palembang karena pelanggaran Kode Etik Notaris yang diteliti adalah pelanggaran Kode Etik Notaris yang dilakukan oleh pejabat umum Notaris dikota Palembang.

b. Popolasi dan Sampel Penelitian

a) Populasi

Populasi dalam penelitian adalah suatu kumpulan perantara yaitu Majelis Pengawas Notaris kota Palembang, Majelis Pengawas Daerah maupun Majelis Wilayah Kota Palembang dalam

(32)

20

melakukan proses terhadap pejabat Notaris kota yang diduga melakukan pelanggaran Kode Etik Notaris di kota Palembang.

b) Sampel

Dalam penelitian skripsi ini teknik sampel digunakan adalah

1. Ketua Majelis Pengawas Daerah kota Palembang

2. Ketua Majelis Pengawas Wilayah kota Palembang

c. Teknik Pengumpulan Data

Ada pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa :

a) Penelitian Lapangan (Field Research)

Pengumpulan data yang dilakukan melalui sumber wawancara untuk mendapatkan informasi kemudian dilakukan editing terhadap informasi tersebut. Dengan melakukan wawancara secara langsung dengan Ketua Majelis Pengawas Daerah Kota Palembang dan Ketua Majelis Pengawas Wilayah kota Palembang.

b) Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan (library Research) terhadap teori-teori serta pendapat dari para sarjana dan para ahli hukum pada buku-buku

(33)

21

tentang Kenotarisan, juga peraturan perundang-undangan serta sumber-sumber lain yang berkaitan dengan skripsi ini.

d. Teknik Analisis Data

Data sekunder dan data primer yang diperoleh, kemudian dikumpulkan lalu dianalisis dengan metode kualitatif yakni upaya untuk menghasilkan data deskriptif dalam arti menganalisa apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan, serta perilakunya yang nyata, pada akhirnya hasil dari kedua metode ini kemudian diuraikan dalam bentuk kata-kata guna penarikan kesimpulan dengan metode deduktif yaitu menguraikan hal-hal umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian khusus.20

e. Teknik Pengambilan Kesimpulan

Kesimpulan merupakan hasil akhir dari sebuah penelitian yang disusun sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam teknik pengambilan kesimpulan skripsi ini adalah dilakukan secara induktif-deduktif yaitu menarik

20 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2008, Hlm.35

(34)

22

kesimpulan dari masalah yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi.

(35)

92

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Adam, Muhammad1985. Asal-UsuldanSejarahAktaNotaris.Bandung :SinarBandung.

Adjie, Habib. 2005. Undang- UndangJabatanNotarisSebagaiUnifikasiHukumPengaturanNotaris.

Renvoi.

Bartens, K. EtikaK.Bartens. GramediaPustakaUtama.

H.R. Ridwan. 2002. HukumAdministrasi Negara. Jakarta :Rajawali Press.

H.S, Salim. 2006.HukumKontrak-TeoridanTeknikPenyusunKontrak, Jakarta :SinarGrafil Jakarta.

Ibrahim, Johnny. 2008. TeoridanMetodologiPenelitianHukumNormatif, Malang :Bayumedia Publishing.

Koentjoro, Diana Hakim. 2004. HukumAdministrasi Negara. Bogor :Ghalia Indonesia.

Lubis, Suhawardi K. 1993. EtikaProfesiHukum. Jakarta :SinarGrafika.

Prayitno, Roesnastiti. 2008. KodeEtikProfesiHukum.Yogyakarta :Makalah PPAT Raharjo, Satjipto. 1983. MasalahPenegakanHukum, Bandung :SinarBaru.

Nasution, Bahder Johan. 2008. MetodePenelitianIlmuHukum, Bandung : MandarMaju.

Notohamidjojo, O. 1975.Soal-SoalPokokFilsafatHukum.Jakarta :GunungMulia.

PengurusPusatIkatanNotaris Indonesia (2008).JatiDiriNotaris Indonesia Dulu, Sekarangdan di MasaDatang.Jakarta : PT. GramediaPustaka.

PeraturanPerundang-undangan

(36)

93

Undang-UndangDasarRepublik Indonesia Tahun 1945.

Undang-UndangNomor 30 Tahun 2004 tentangJabatanNotaris.

Undang-UndangNomor2 Tahun 2014 PerubahanAtasUndang-UndangNomor 30Tahun 2004tentangJabatanNotaris.

PeraturanMenteriHukumdanHakAsasiManusiaRepublik Indonesia Nomor M.02.PR08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara PengangkatanAnggota, PemberhentianAnggota, SusunanOrganisasi, Tata Kerjadan Tata Cara PemeriksaanMajelisPengawasNotaris.

KeputusanMenteriKehakimandanHakAsasiManusiaRepublik Indonesia Nomor : M-OL.H.T.03.01 Tahun 2003 tentangKenotarisanPasal 1 ayat (8).

KeputusanMenteriHukumdanHakAsasiManusia : M.39-PW.07.10 Tahun 2004 tentangPedomanPelaksanaanTugasMajelisPengawasNotaris.

SuratDirektoratJenderalAdministrasiHukumUmumDepartemenHukumdanHakAs asiManusiaRepublik Indonesia Nomor : C.HT.03.10-05.

TentangPembentukanMajelisPengawas Daerah Notaris. Nomor 7 bagian 1 dan 2.

KodeEtikNotarisIkatanNotaris Indonesia.

Media Internet/Website

http:www.depkumham.go.id/xDepkumhamWeb/xBerita/xUmum/notaris+dan+ja minan+kepastian+hukum.htm(DiaksesMinggu 23 Maret 2014, pukul 23.58 WIB)

http://m.artikata.com/, (DiaksesMinggu 23 Maret 2014, pukul 23.32 WIB)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Keinginan kuat ini tertuang pada salah satu sasaran Rencana Strategis UGM 2012- 2017, yaitu meningkatnya produktivitas Unit Usaha UGM serta industrialisasi

Karakterisasi komposit HDPE - HAp hasil sintesis, analisis fase dengan XRD , dan identifikasi gugus fungsi yang terbentuk pada sampel dengan Fourier Transform Infrared

Adapun yang menjadi sasaran pengabdian masyarakat ini adalah para jamaah dan takmir masjid Muhammadiyah di Malang, sebab selama ini para pengurus Muhammadiyah tersebut

Penggunaan sistem ini dapat mengatur pembukaan awalan katup masuk sesuai dengan kondisi beban engine sehingga dapat memperbesar rendemen volumetris disaat yang

Dengan adanya Technology Acceptance Model (TAM) yang telah dibahas sebelumnya, peneliti menggunakan kelima variabel TAM sebagai penelitian yaitu pengguna web

merupakan Tabel Perhitungan nilai koefisien korelasi Pearson’s yang dilakukan untuk nilai MAPE terkecil dari hasil penelitian, yaitu hasil prakiraan yang menggunakan fungsi

Dalam penelitian ini angket digunakan sebagai alat pengumpul data yang pokok tentang pengaruh praktik kerja industri terhadap minat bekerja di industri... Kiki

Pemeriksaan kualitas dari produk hasil coran dilakukan oleh bagian quality control (QC), dimana produk-produk yang cacat akan disisihkan seawall mungkin supaya tidak mengalami