• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MUTU SEDIAAN SHAMPO EKSTRAK DAUN BIDARA (Ziziphus spina-christ L) SKRIPSI OLEH : AGUS RISMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS MUTU SEDIAAN SHAMPO EKSTRAK DAUN BIDARA (Ziziphus spina-christ L) SKRIPSI OLEH : AGUS RISMAN"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MUTU SEDIAAN SHAMPO EKSTRAK DAUN BIDARA (Ziziphus spina-christ L)

SKRIPSI

OLEH : AGUS RISMAN

1422060127

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI D-IV

JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2018

(2)
(3)
(4)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, Nama Mahasiswa : Agus Risman

Nim : 14220601127

Program Studi : Agroindustri Sarjana Terapan

Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya ilmiah praktek akhir yang ditulis dengan Judul: ”Analisis Mutu Sediaan Shampo Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus spina-christ L)” shampo dengan penambahan ekstrak daun bidara adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pemikiran orang lain.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan karya ilmiah praktek akhir ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Pangkep, Agustus 2018 Yang Menyatakan

(Agus Risman)

(5)

ABSTRAK

Agus Risman, NIM 1422060127. Analysis of the quality of the preparation of bidara (Ziziphus spina-christ L) leaf extract shampoo. Supervised by Zulfitriany Dwiyanti Mustaka and Tasir.

Bidara (Ziziphus spina-christ L) is one of the most rare plants in Indonesia, Bidara (Ziziphus spina-christ L) is a fruit-growing tree that grows in north Africa, Western Asia and Southeast Asia. There are still many people who are not familiar with lote plants, especially the efficacy and chemical content. Chemical contents contained in the plant Bidara (Ziziphus spina-christ L) include : alkaloids, flavonoids, polyphenols, tannins and terpenoids. Fenol and flavonoid compounds have an effect on antioxidant activity.

This study aims to determine the quality of the preparation of the bidara (Ziziphus spina-christ L) leaf extract shampoo. Research stages include extraction, maseration and evaporation. Analysis of the quality of shampoo is done by analyzing the stability of pH, foam height, moisture content and organoleptic.

Treatment of Bidara leaf extract shampoo, with a concentration of 1%, 2%, 3%

Bidara (Ziziphus spina-christ L) leaf extract added as one of the ingridients for making shampoo.

Shampoo extract of dark green leaf leaves are homogeneous with a pH range of 5-5,1,moisture content 68-70% and 1-1,5 cm high foam and does not irritate the scalp and eyes. All shampoo formula meets the criteriaof a good shampoo based on SNI. F1 formula was chosen as the best formulation in terms of texture with an average value 3,4 from the panelist’s assessment, F0 is the chosen as the best formulation in terms of color and aroma and F1 as a good formulation in terms of foaming and soft impression. This is accordance with SNI where pH (5), moisture content (95%) meets the quality requirements of shampoo.

Keywords : Bidara Leaves (Ziziphus spina-christL), shampoo analysis, foam stability test, moisture content and pH.

(6)

RINGKASAN

Agus Risman, NIM 1422060127. Analisis mutu sediaan shampo ekstrak daun bidara(Ziziphus spina-christ L). Dibimbing oleh Zulfitriany Dwiyanti Mustaka dan Tasir.

Bidara (Ziziphus spina-christ L) merupakan salah satu tanaman yang masih sangat jarang dijumpai khususnya di Indonesia. Bidara adalah pohon penghasil buah yang tumbuh di daerah Afrika Utara, Asia Barat serta Asia Tenggara. Masih banyak sebagian masyarakat yang belum mengenal tanaman bidara khususnya khasiat dan kandungan kimianya. Kandungan kimia yang terdapat pada tanaman bidara antara lain alkaloid, flavonoid, polifenol, tanin, dan terpenoid. Senyawa fenol dan flavonoid berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan mutu sediaan shampo ekstrak daun bidara (Ziziphus spina-christ L). Tahapan penelitian meliputi ekstraksi, maserasi, evaporasi. Analisa mutu shampo dilakukan dengan analisis kestabilan pH, tinggi busa, kadar air, dan organoleptik. Perlakuan shampo ekstrak daun Bidara (Ziziphus spina-christ L), dengan konsentrasi 1%(F1), 2%(F2), 3%(F3) ekstrak daun Bidara yang ditambahkan sebagai salah satu ingridient pembuatan shampo.

Shampo ekstrak daun Bidara berwarna hijau tua dengan rentang pH 5-5,1, tinggi busa 1-1,5cm serta kadar air 70,80-70,92% dan tidak mengiritasi kulit dan mata. Hal ini sesuai dengan SNI dimana pH (5-5,1), tinggi busa (1,5-22 cm) dan kadar air (95%) yang memenuhi syarat mutu shampo. Seluruh formula shampo memenuhi kriteria shampo yang baik berdasarkan kadar air dan pH SNI. Formula F1 dipilih sebagai Analisis terbaik dari segi tekstur yaitu dengan nilai rata-rata 3,4 dari penilaian panelis, F0 dipilih sebagai analisis terbaik dari segi warna dan aroma, F1 sebagai analisis yang baik dari segi pembusaan dan kesan lembut. Hal ini sesuai dengan SNI dimana kadar air (95%), pH (5), yang memenuhi syarat mutu shampo.

Kata kunci : Daun Bidara (Ziziphus spina-christ L), Analisis shampo, Uji stabilitas busa, Kadar air, dan pH

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT berkat segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan penelitianyang berjudul “Analisis mutu sediaan shampo ekstrak daun bidara (Ziziphus spina-christ L)” Shalawat serta salam senantiasaa tercurah limpahkan kepada suri teladan kita Rasulullah Muhammad SAW.

Laporan penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Syamsuddin dan Ibu Rosmala yang selama ini menjadi orang tua yang hebat bagi perjalanan hidup penulis, kakak dan adik tercinta, segenap keluarga serta kepada Ibu Zulfitriany Dwiyanti Mustaka., SP. MP dan Bapak Ir. Tasir, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan telaten dalam memberikan arahan maupun bimbingan yang sangat membantu penulis dalam penyelesaian Laporan penelitian ini dan tak lupa pula semua pihak yang terlibat yang telah memberikan bantuan moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan penelitian ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Darmawan, MP selaku direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

2. Ir. Nurlaeli Fattah, M.Si selaku ketua jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan.

3. Zulfitriany Dwiyanti Mustaka., SP, MP selaku ketua program studi Agroindustri.

4. Seluruh staf, dosen dan teknisi Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan.

5. Seluruh staf, dosen dan teknisi program studi Agroindustri

6. Rekan-rekan mahasiswa program studi Agroindustri sebagai kawan seperjuangan, sahabat dan sebagai saudara selama perjalanan studi selama di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

7. Serta seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian Laporan penelitian ini.

(8)

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan olehnya itu kritik dan saran yang membangun tentunya penulis sangat harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis berharap Laporan penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin Ya Rabbal Alamin

Pangkep, 27 Agustus 2018

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

SAMPUL Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... iv

RINGKASAN ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bidara ... 4

2.2 Morfologi Tanaman Bidara ... 5

2.3 Manfaat Tanaman Bidara ... 6

2.4 Khasiat Tanaman Bidara ... 7

2.5 Kandungan Kimia Daun Bidara ... 12

2.6 Shampo ... 12

2.7 Fungsi Shampo ... 13

2.8 Macam-Macam Shampo ... 14

2.9 Formulasi Shampo ... 15

(10)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat ... 19

3.2 Alat dan bahan... 19

3.2.1 Alat ... 19

3.2.2 Bahan... 19

3.3 Rancangan Penelitian ... 19

3.3.1 Metode Penelitian... 19

3.4. Prosedur Kerja ... 20

3.4.1. Persiapan Sampel ... 20

3.4.2. Pembuatan Simplisia Daun Bidara... 20

3.4.3. Pembuatan Ekstrak daun Bidara ... 21

3.5 Formulasi Sediaan Shampo Ekstrak Bidara ... 22

3.6 Diagram Alir Formulasi Shampo Ekstrak Bidara ... 23

3.7 Cara Pembuatan Sediaan Shampo Ekstrak Daun Bidara ... 23

3.8 Parameter Pengamatan ... 24

3.8.1 Pengukuran pH ... 24

3.8.2 Pengukuran Stabilitas Busa ... 24

3.8.3 Pengukuran Kadar Air... 25

3.8.4 Pengamatan Organoleptik ... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Mutu ... 26

4.1.1 Kestabilan pH ... 26

4.1.2 Stabilitas Busa ... 27

4.1.3 Kadar Air ... 28

4.2 Organoleptik ... 29

4.2.1 Tekstur... 29

4.2.2 Warna ... 30

4.2.3 Aroma ... 30

4.2.4 Pembusaan... 31

4.2.5 Kesan Lembut ... 31

4.2.6 Kesan Kesat ... 32

(11)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 33

5.2 Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA

... 34

LAMPIRAN

... 35

RIWAYAT HIDUP

... 47

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Perbandingan ekstrak daun, biji dan buah Bidara ... 5

Tabel 2.2. Standar mutu shampo menurut SNI ... 16

Tabel 2.3. Formula sediaan shampo ... 17

Tabel 3.1. Formula sediaan shampo ekstrak daun Bidara ... 20

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Tanaman Bidara ... 11

Gambar 2.6. Shampo ... 13

Gambar 3.6. Diagram alir formulasi shampo dengan ekstrak Bidara ... 23

Gambar 4.1.1. Grafik pengujian pH shampo ekstrak bidara ... 27

Gambar 4.1.2. Grafik pengukuran stabilitas busa ... 28

Gambar 4.1.3. Grafik pengujian kadar air... 29

Gambar 4.2.1. Grafik pengujian tekstur ... 30

Gambar 4.2.2. Grafik pengujian warna ... 31

Gambar 4.2.3. Grafik pengujian aroma ... 31

Gambar 4.2.4. Grafik pengujian pembusaan ... 32

Gambar 4.2.5. Grafik pengujian kesan lembut ... 32

Gambar 4.2.6. Grafik pengujian kesan kesat ... 33

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Pengujian ... 36

Lampiran 2. Bahan Penelitian ... 38

Lampiran 3. Alat yang digunakan dalam penelitian ... 40

Lampiran 4. Proses Pelaksanaan Penelitian ... 39

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Shampo merupakan deterjen dalam bentuk dan kemasan yang cocok untuk mencuci rambut, dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang terdapat di kulit kepala tanpa mempengaruhi keaslian dan kesehatan rambut.

Sehingga diperoleh rambut yang bersih, harum, berkilau, halus dan mudah diatur (Yuniarti Sri, 2013).

Fungsi utama dari shampo adalah membersihkan rambut dan kulit kepala dari kotoran-kotoran rambut yang meliputi sebum (minyak hasil sekresi dari kelenjar sebaceous), sisa-sisa kulit kepala, polutan udara, dan residu dari produk perawatan rambut yang lain. Fungsi lain dari shampo adalah sebagai kondisioner, menghilangkan masalah kulit kepala (ketombe), menumbuhkan rambut, membuat rambut mudah disisir dan diatur, dan menjaga kilau rambut.

Kategori produk perawatan rambut yang memiliki mekanisme kerja secara fisika, dan tidak mempengaruhi kandungan kimia dalam rambut. Mekanisme kerja shampo pada dasarnya menggunakan The Chain float-away’ mechanism yaitu membersihkan rambut dengan mengangkat kotoran dan sebum yang dihasilkan dari sekresi kelenjar sebaceous dan membuatnya larut air. Dalam mekanisme ini, surfaktan dalam shampo atau free-detergen micelle dalam shampo menyebar di rambut dan kemudian berikatan dengan kotoran dan minyak membentuk co- micelle (detergen dan kotoran) sehingga kotoran terangkat melalui proses pembilasan.

Bahan yang digunakan dalam formulasi shampo dapat diperoleh dari alam maupun sintetik. Dalam formulasi sediaan shampo, komposisi terbesar bahan yang digunakan adalah surfaktan. Surfaktan inilah yang berperan besar dalam mekanisme kerja shampo sehingga dilakukan kombinasi berbagai jenis surfaktan untuk mendapatkan sebuah shampo dengan daya bersih dan mutu yang baik.

Kombinasi antara surfaktan sintetik dan surfaktan alami dapat dilakukan dalam formulasi pembuatan shampo.

(16)

Upaya untuk menghilangkan ketombe dengan shampo anti ketombe dengan bahan kimia yang telah disarankan dan yang telah beredar dipasaran dirasa belum cukup untuk dapat mengatasi masalah, karena ketombe dapat kembali pada kondisi rambut dan kulit kepala kotor dan minyak berlebih. Namun mengingat bahan kimia yang diterapkan pada kulit dapat membahayakan kesehatan seperti methylisothiazolinone (MIT). Kulit dapat mengabsorsi bahan kimiawi yang dipakaikan pada kulit kepala maka penggunaan bahan alami sebagai alternatife yang lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping untuk mengatasi dan mengobati masalah ketombe kering (Maesaroh Imas, 2016).

Beberapa tanaman telah dikembangkan untuk mengatasi masalah pada rambut, salah satunya adalah daun bidara ((Ziziphus spina-christ L).). Secara empiris, tanaman bidara digunakan oleh masyarakat umum hanya sebatas untuk obat demam serta biasanya pula digunakan untuk memandikan jenazah.

Dalam penelitian ini akan dibuat sediaan berupa shampo ekstrak daun bidara dengan konsentrasi ekstrak sebesar 1%, 2%, dan 3%. Shampo merupakan sediaan yang diformulasikan dengan tujuan utama untuk membersihkan rambut dan kulit kepala serta mencegah timbulnya ketombe dan rambut rontok. Shampo juga merupakan produk utama dalam sediaan kosmetik pada rambut.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini, yakni :

a. Bagaimana proses pembuatan sediaan shampo ekstrak daun bidara (Ziziphus spina-christ L)?

b. Bagaimana mutu sediaan shampo ekstrak daun bidara (pH, kadar air, tinggi busa dan organoleptik).

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, yakni :

a. Untuk menentukan mutu sediaan shampo ekstrak daun Bidara (Ziziphus spina-christ L).

(17)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini, yakni :

a. Memanfaatkan tanaman bidara (Ziziphus spina-christ L) di lingkungan sekitar yang selama ini dianggap tak memiliki nilai ekonomis

b. Menambah wawasan tentang pemanfaatan daun bidara (Ziziphus spina- christ L) sebagai bahan tambahan sediaan shampo.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Bidara (Ziziphus spina-christ L).

Bidara atau yang dikenal dengan bahasa latin (Ziziphus spina-christ L) banyak tumbuh di daerah kepulauan Pangkep (Pulau Sabutung). Senyawa utama yang terkandung dalam tanaman bidara arab yaitu flavonoid, alkaloid, triterpenoid, saponin, lipid dan protein. Daunnya diketahui mengandung batulinik, asam seanotik, berbagai senyawa flavonoid, saponin, tanin dan triterpenoid.

Ajeng (2017) melaporkan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya ekstrak daun bidara arab dengan pelarut etanol 96% mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, tanin. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa daun bidara arab memiliki aktivitas antioksidan paling baik dibandingkan dengan ekstrak buah dan biji dengan nilai IC50 sebesar 127,87 ppm (Kusriani, 2015).

Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak daun, buah dan biji bidara. Pengujian aktivitas antioksidan dari ekstrak daun, buah dan biji bidara dilakukan secara kuantitatif menggunakan metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH), langkah pertama pembuatan larutan induk sampel ekstrak kemudian dibuat seri konsentrasi, masing-masing tambahkan DPPH di tempat gelap, kemudian inkubasi selama 30 menit, setelah itu ukur absorbannya pada panjang gelombang DPPH (Kusriani dkk, 2015).

Penapisan fitokimia adalah pemeriksaan yang dilakukan sebagai skrining awal untuk mengetahui golongan senyawa yang terdapat dalam daun, buah, dan biji bidara (Ziziphus spina-christi). Penapisan fitokimia ini meliputi pemeriksaan alkaloid, flavonoid, saponin, kuinon, tanin dan stroid/triterpenoid. Ekstraksi daun, buah, dan biji bidara dilakukan dengan metode maserasi, menggunakan pelarut etanol. Rendemen ekstrak daun yang didapat 4,62 %, ekstrak buah 5,76 %, sedangkan ekstrak biji sebesar 2,49 % (Nawawi dkk, 2015).

Pada pengujian secara kualitatif dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan fase diam silika gel GF254 pra salut. Penampak bercak yang di gunakan yaitu DPPH 0,2%, AlCl3 5%, FeCl3 10% dan H2SO4 10%. Teknik penetapan kadar fenolat total adalah menggunakan reagen Folin Ciocalteu yang dilarutkan dalam aquades (1:10). Sebanyak 0,5 mL sampel ekstrak dari larutan

(19)

induk ditambahkan 5 mL reagen Folin Ciocalteu inkubasi 5 menit, kemudian larutan tersebut ditambahkan Na2CO3 1 M dan inkubasi selama 15 menit, kemudian ukur absorbansinya pada panjang gelombang 765 nm (Machter dkk, 2015).

Tabel. 2.1. Data hasil perbandingan pengujian ekstrak daun, buah, dan biji bidara

Ekstrak IC50 (ppm)

Daun 127,87

Buah 315,09

Biji 205,85

Sumber (Kusriani dkk, 2015)

Hasil pengujian aktivitas antioksidan yang didapatkan bahwa ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan paling baik adalah ekstrak daun bidara dengan nilai IC50 = 127,87 ppm sedangkan ekstrak buah dengan nilai IC50 = 315,09 ppm dan ekstrak biji dengan nilai IC50 = 205,85 menunjukan aktivitas sangat lemah karena

> 200 ppm (Kusriani dkk, 2015).

2.2. Morfologi Tanaman Bidara (Ziziphus spina-christ L)

Pohon bidara berbunga sekitar bulan Juli hingga Agustus, dan biji matang dari Oktober sampai Desember. Bunga-bunga wangi yang hermaprodit (memiliki jenis bunga jantan dan bunga betina). Tanaman ini memiliki bunga kecil berbulu putih yang sangat wangi. Komposisi kimia Tanaman ini telah diteliti secara luas dan telah diketahui komposisi kimianya. Konstituen utama dari minyak esensial adalah alpha-terpineol (16,4%) dan linalool (11,5%).

Hidrokarbon netral dalam bentuk n-pentacosane adalah (81%). Metil ester yang diisolasi dari daun bidara termasuk metil palmitat, metil stearat dan metil miristat. beta-sitosterol, asam oleanolic dan asam maslinic adalah aglikon utama dari glikosida terdapat dalam daun bidara. Kandungan gula dalam daun bidara adalah laktosa, glukosa, galaktosa, arabinosa, xilosa dan rhamnosa, dan juga berisi empat glikosida saponin. Kandungan flavonoid tertinggi ditemukan dalam daun (0,66%). Terdapat kandungan quercetin 3-O-rhamnoglucoside 7-O-rhamnoside yang merupakan senyawa flavonoid utama pada semua bagian tanaman.

(20)

Komposisi kimia tanaman bidara terbukti sangat kompleks dan lengkap, selain alkaloid, terdapat zizyphine-F, jubanine-A dan amphibine-H, sebuah peptida baru alkaloid spinanine-A telah diisolasi dari kulit batang pohon bidara.

Spinanine-A adalah salah satu dari 14 jenis cyclopeptide alkaloid jenis amphibine- B (Ziziphus spina-christ L) adalah semak atau pohon berduri dengan tinggi hingga 15 m, diameter batang 40 cm atau lebih.

Kulit batang abu-abu gelap atau hitam, pecah-pecah tidak beraturan. Daun tunggal dan berselang-seling, memiliki panjang 4-6 cm dan lebar 2,5-4,5 cm.

Tangkai daun berbulu dan pada pinggiran daun terdapat gigi yang sangat halus.

Buah berbiji satu, bulat sampai bulat telur, ukuran kira-kira 6x4 cm, kulit buah halus atau kasar, mengkilap, berwarna kekuningan sampai kemerahan atau kehitaman, daging buah putih, renyah, agak asam hingga manis (Goyal et al., 2012).

Adapun klasifikasi dari tanaman ini adalah sebagai berikut (Adzu, 2001):

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Rosales

Famili : Rhamnaceae Genus : Ziziphus Spesies : Christi

Spesies : Ziziphus Spina-christi L.

2.3. Manfaat Tanaman Bidara (Ziziphus spina-christ L).

Ajeng Raden S.P (2017) melaporkan bahwa secara umum Ziziphus Spina- christi L memiliki banyak kegunaan yang menguntungkan. Misalnya daun digunakan sebagai pakan untuk hewan dan ranting-ranting yang digunakan untuk pagar. Kayu digunakan untuk konstruksi dan furniture.semua bagian tanaman (buah, daun, akar dan kulit kayu) yang digunakan dalam obat tradisional. Untuk itu tanaman ini sering disebut tanaman serbaguna (Dafni dkk, 2005; Saied dkk., 2008; Stayeh dkk., 1998)).

(21)

Banyak kegunaan tradisional untuk Z. spina-christi L, orang-orang arab dan Badui telah menggunakan pasta dari akarnya untuk pengobatan gusi. Orang Badui menggunakan the dari buahnya untuk meningkatkan produksi ASI dan untuk mengobati hati (Allan, 2012). Di Sudan ranting digunakan secara eksternal untuk mengobati rematik dan sengatan kalajengking. Selain itu, di Uni Emirat Arab air rebusan dari daunnya digunakan untuk mengobati rambut rontok.

Ada banyak laporan tentang efek medis dari ektraksi yang berbeda dari berbagai belahan dari Ziziphus Spina-christi L. Ekstrak methanol kulit batang mengurangi diare, sedangkan ekstrak methanol daun melindungi terhadap carcinogenicity pada tikus (Abdel-Wahhab dkk., 2007).

2.4. Khasiat Tanaman Bidara (Ziziphus spina-christ L)

Tanaman (Ziziphus spina-christ L) banyak memiliki kegunaan. Secara tradisional tanaman ini digunakan sebagai tonik. Biji dari (Ziziphus spina-christ L) dilaporkan memiliki efek sedatif dan direkomendasikan sebagai obat tidur.

Selain itu juga digunakan untuk menghentikan mual, muntah dan untuk meredakan nyeri dalam kehamilan dan untuk penyembuhan luka. Daun dari (Ziziphus spina-christ L) digunakan untuk mengobati diare, penurun panas dan sebagai antiobesitas.

Dalam ayurveda, dekoksi dari akar (Ziziphus spina-christ L) digunakan untuk mengobati demam, dan serbuknya digunakan untuk mengobati luka dan tukak Kulit batang digunakan untuk pengobatan diare dan bisul. Buah (Ziziphus spina-christ L) memiliki efek laksatif ringan. Semua bagian tanaman yang digunakan oleh orang-orang Arab setempat untuk membantu mempertahankan gaya hidup sehat. Tanaman ini juga telah digunakan untuk menginduksi tidur yang baik karena memiliki sifat menenangkan.

Di Arab Saudi digunakan untuk pengobatan bisul, luka, penyakit mata dan bronkitis. Orang–orang Badui menggunakannya untuk pengobatan luka, penyakit kulit dan sebagai anti-inflamasi. Mereka juga menggunakannya sebagai obat penurun panas dan diuretik. Pohon bidara banyak terdapat di Iran bagian selatan.

Pohon bidara secara lokal dikenal sebagai “Sidr” dan “Konar”, telah digunakan untuk mencuci rambut dan tubuh. Daun tanaman ini juga digunakan dalam obat rakyat Iran sebagai antiseptik, antijamur dan anti-inflamasi, dan untuk

(22)

menyembuhkan penyakit kulit seperti dermatitis atopik. Di China telah digunakan sebagai bentuk kontrol kelahiran. Air ekstrak daun bidara memiliki sifat antinociceptive dalam uji coba pada tikus dan memiliki efek menenangkan pada sistem saraf pusat. Ini telah dijelaskan sebagai anticathartic, diuretik zat, dan tonik.

Dalam agama islam sendiri, tanaman bidara banyak dimanfaatkan dalam beberapa kegiatan keagamaan, seperti memandikan jenazah, mandi wajib/junub, ruqyah, dan termasuk untuk shampo. Bahkan syeikh Ibnu Qoyyim Aljauzy menyatakan bahwa beberapa manfaat daun bidara, diantaranya adalah mengobati diare, buahnya bisa kita makan, obat sakit perut, mengembalikan fungsi hati dan empedu, serta meningkatkan nafsu makan dan masih banyak yang lainnya (Infosiana.net; ).

Ada beberapa Sunnah di dalam hadits yang menganjurkan kita untuk menggunakan daun bidara, diantaranya untuk mandi wajib, mandi haid, mandi ketika kita baru masuk agama Islam, bahkan untuk memandikan jenazah.

Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa kita sebagai pemeluk agama Islam masih banyak yang belum tahu tentang pohon yang satu ini, karena di Indonesia memang masih sangat jarang, kalaupun ada biasanya pohon bidara dari jenis yang berbeda, yaitu bidara arab, bidara laut, bidara gunung, bidara cina, dan bidara upas.

Sebagai umat Islam yang beriman, tentunya kita meyakini bahwa apa yang disunnahkan oleh Nabi kita Muhammad SAW, pasti banyak mengandung kebaikan, baik yang sudah dibuktikan secara ilmiah maupun yang belum terbukti.

Baiklah langsung saja saya akan mengutip beberapa hadits dan ayat Al-Quran, yang didalamnya disebutkan daun atau pohon bidara. Didalam Al-Quran pohon bidara disebutkan di beberapa ayat, dimana daun bidara ini sangat banyak manfaatnya buat manusia dimana pada QS Al-waqiah/56: 27-32 terdapat ayat tentang tumbuhan bidara yang artinya :

“27. dan golongan kanan, Alangkah bahagianya golongan kanan itu. 28.

berada di antara pohon bidara yang tak berduri, 29. dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), 30. dan naungan yang terbentang luas, 31. dan air yang

(23)

tercurah, 32. dan buah-buahan yang banyak” ( Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya 2011: 535).

QS:34.Saba‘ (Negeri Saba) “Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr/bidara”.

a) Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Bukhary- Muslim tentang kisah Tsumamah bin Utsal radhiyallahu ‘anhu yang sengaja mandi[2] kemudian menghadap kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam untuk masuk Islam.

b) Hadits Qois bin A’shim radhiyallahu ‘anhu :

َتََ ْتُ َل َّبََُِّص َىُ َُْعََ ََْْ َََََُْ َلَه َوَسْ ُمَ أتُِْْأَ َلإِسَ َل ُفُأَ ََسََِل ُفَْْسَِ أَ َِسَب َُِءِ أَ أدْْ َّْ

“Saya mendatangi Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam untuk masuk Islam maka Nabi memerintahkan kepadaku untuk mandi dengan air dan daun bidara”. (HR. Ahmad 5/61, Abu Daud no. 355, An-Nasa`i 1/91, At-Tirmidzy no.

605 dan dishohihkan oleh Al-Albany dalam Shohih At-Tirmidzy 1/187).

Adapun khasiat dari daun Bidara (Ziziphus spina-christ L) yaitu : a) Daun Bidara Untuk Anti-mikroba

Daun Bidara telah terbukti dapat membasmi bakteri, jamur dan juga patogen lain yang biasanya cukup tahan.

b) Antioksidan

The polyphenols of Yemeni plants telah melakukan uji coba dengan ferrylmyoglobin untuk menentukan kandungan antioksidan daun bidara yang ditujukan untuk mengurangi degradasi oksidatif. Efek pertahanan dari saponin pada daun bidara dari cultured myocardial yang terkena anoxia-reoxygenation ditentukan dan ditemukan bahwa peroksidasi lipid berkurang.

Antioksidan merupakan senyawa yang mampu menangkal dampak negative dari oksidan dalam tubuh seperti ROS dan radikal bebas lainnya (Winarsi, 2007).

Tubuh manusia memiliki antioksidan alami di dalamnya yang dapat dikategorikan menjadi antioksidan enzimatik dan antioksidan nonenzimatik. Antioksidan enzimatik memanfaatkan sistem enzim dalam menangkal radikal bebas di dalam

(24)

tubuh, contohnya SOD (superoxide dismutase) dan enzim katalase lainnya.

Sedangkan antioksidan nonenzimatik melibatkan senyawa mikronutrien seperti vitamin C dan vitamin E (Birben et al., 2012).

c) Penggunaan Untuk Bahan Makanan

Konstituen kimia mengkonfirmasi penggunaan menguntungkan buah sebagai tonik, buah rasa seperti campuran kurma dan apel dan sangat dihargai oleh suku Badui karena memiliki nilai energi yang sangat tinggi. Buah dapat dimakan mentah atau dikeringkan dan buah bidara memiliki rasa sedikit asam menyegarkan, sedikit menyerupai apel kering. Biji bidara kaya protein, kalsium, zat besi dan magnesium. Makanan dari tanaman ini merupakan sumber energi, protein dan mineral yang sangat penting.

Sifat Tonik dari buah bidara dapat meningkatkan nafsu makan, dan dapat digunakan juga sebagai pencahar dan telah digunakan sebagai obat cacingan (vermifuge). Buah bidara juga menyegarkan dan mengembalikan, serta meningkatkan kecerdasan otak dan merupakan obat untuk tekanan darah tinggi.

Di bagian barat Sudan buah bidara dianggap makanan lezat, (Kordofan, Darfur):

pulp pahit-manis buah dikeringkan dan digiling untuk menghasilkan tepung. Salah satu metode untuk menggunakan tepung ini adalah menggunakan cangkir logam kecil dimasak dengan uap. Efek hipoglikemik dan antihyperglycemic dari bidara telah dibuktikan para peneliti.

d) Perawatan Kulit Dan Rambut

Tanaman ini sudah digunakan di banyak bagian dunia untuk perawatan kulit.

Komposisi kimia dan fitokimia yang terdapat pada bubuk daun bidara dapat menghitamkan dan memanjangkan rambut wanita.

e) Daun Bidara Melindungi Kulit

Sebuah penelitian dilakukan di mana air rendamam daun bidara (direndam dalam air selama 24 jam) Pengujian radiasi sinar UV pada kulit menggunakan simulator Oriel surya dan satu aplikasi dari produk gel. Warna kulit dievaluasi (khusus untuk kulit kemerahan) menggunakan Chromameter Minolta. 80% dari subyek menunjukkan penurunan dalam kulit memerah dan gel mengurangi kemerahan dengan 17,51% di semua percobaan.

(25)

Gambar 2.1. Tanaman bidara (Ziziphus spina-christ L)

f) Sebagai Antioksidan

Peroksidasi lipid memainkan peran penting dalam dalam masalah perawatan kulit dan memperbaiki kondisi kulit kepala. Peroksidasi dan kerusakan oksidatif lainnya dapat disebabkan oleh kerusakan lingkungan yang menghasilkan radikal bebas (seperti polusi knalpot, asap industri, ozon, sinar UV, asap rokok, dll,) dan oleh kerusakan biologis seperti mikro-organisme dan kondisi yang merugikan lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan masalah bagi kulit dan kulit kepala. Untuk menghindari efek samping dari peroksidasi lipid, penggunaan antioksidan adalah hal yang wajar.

g) Melindungi Kerusakan DNA

Khasiat bidara untuk melindungi sel DNA manusia yang disebabkan oleh kerusakan dari radiasi actinic diuji menggunakan alat tes kontrol dimodifikasi oleh Regentec, spin dari perusahaan riset dari Universitas Nottingham. Kerusakan DNA manusia dapat disebabkan oleh kerusakan yang telah dijelaskan dalam kerja antioksidan di atas.

h) Mengusir Ganguan Jin

Dalam Islam daun bidara dimanfaatkan untuk mengusir gangguan jin dan sebagai sarana pendukung terapi ruqyah. Wahb bin Munabih, salah seorang pemuka tabi’in yang ahli dalam sejarah dan ilmu kedokteran menyarankan untuk

(26)

meenggunakaan tujuh lembar daun bidara yang dihaluskan kemudian dilarutkan dalam air dan dibacakan ayat Kursi, surat al Kafirun, al ikhlas, al Falaq dan an Naas (Mushannaf Ma’mar bin rasyid 11/13)

2.5. Kandungan Kimia Daun Bidara (Ziziphus spina-christ L).

Tanaman Z. spina-chrisst L mengandung berbagai senyawa seperti pektin A, glikosida, alkaloid, asam triterpenoat dan lipid. Z. spina-chrisst L mengandung asam triterpenoat seperti asam kolubrinat, asam alpitolat, asam 3-O-cis-p kumaroilapitolat, asam 3-O-trans-p-kumaroilapitolat,3-O-cis-p kumaroilmaslinat, 3-O-trans-p-kumaroilmaslinat, asam oleanolat, asam betulonat, asam oleanonat, asam zizyberenalat dan asam betulinat. Saponin diisolasi dari biji Z. spina-chrisst L termasuk jujubosida A, B, A1, B1, C dan asetiljujubosida B. Protojujubosida A, B, B1 dan ziziphin terdapat dalam daun Z. spina-chrisst L. Perikarp dan biji Z.

spina-christ L mengandung fosfatidikolin, fosfatidilgliserol dan asam lemak seperti asam linoleat, oleat dan stearat (Goyal et al., 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jain et al. (2012) serta Bhatt and Dhyani (2013), kulit batang Z. spina-chrisst L mengandung golongan senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, fenolik, lignin, steroid dan tanin. Aktivitas antioksidan sering kali dihubungkan dengan kandungan senyawa fenolik pada tanaman, seperti flavonoid, asam fenolat dan asam triterpenoat (Javanmardi et al.,2003);(Martin and Appel, 2010). Senyawa fenolik merupakan senyawa penangkap radikal yang poten. Senyawa ini dapat menyumbangkan radikal hidrogen ke radikal bebas, dan bahkan memecah rantai reaksi oksidasi lipid pada tahap inisiasi awal (Gulcin et al., 2004).

2.6. Shampo

Shampo adalah salah satu kosmetik pembersih rambut dan kulit kepala dari segala macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel–sel yang sudah mati dan sebagainya (Latifah. F, 2007). Pengertian ilmiah shampo adalah sediaan yang mengandung surfaktan dalam bentuk yang cocok dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada rambut dan kulit kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan si pemakai (Wikipedia,2011).

(27)

Yuniarti Sri, (2013) melaporkan bahwa shampo merupakan deterjen dalam bentuk dan kemasan yang cocok untuk mencuci rambut, dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang terdapat di kulit kepala tanpa menmpengaruhi keaslian dan kesehatan rambut, sehingga diperoleh rambut yang bersih, harum, berkilau, halus dan mudah diatur (Mita et al, 2009).

Gambar 2.6. Shampo 2.7. Fungsi Shampo

Shampo pada umumnya digunakan untuk membersihkan rambut dan kulit kepala dari kotoran dan ketombe dengan cara mencampurkannya dengan air dengan tujuan sebagai berikut :

1) Melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi rambut dan membersihkan kotoran yang melekat.

2) Meningkatkan tegangan permukaan kulit, umumnya kulit kepala sehingga dapat meluruhkan kotoran.

Shampo diproduksi dengan cara pencampuran yang sederhana dalam sebuah wadah disertai dengan pengadukan. Kadang-kadang perlu pengaturan suhu atau suhu dinaikkan untuk mengurangi viskositas dan mempermudah pencampuran.

Wadah yang digunakan harus berlapis stainless steel. Berikut gambar cara pembuatan shampo (Visvanatan, 2007).

(28)

2.8. Macam – Macam Shampo

Macam – macam shampo berdasarkan kegunaanya antara lain : a) Shampo untuk rambut diwarnai dan dikeriting.

Shampo ada yang dibuat khusus untuk rambut yang dicat atau diberi warna atau dikeriting karena rambut cukup menderita dengan masuknya cairan kimia hingga ke akar rambut dan hal ini bisa mempengaruhi kondisi kesehatan rambut.

b) Shampo untuk membersihkan secara menyeluruh.

Shampo untuk membersihkan secara menyeluruh yang biasanya mengandung acid atau asam yang didapat dari apel, lemon atau cuka yang berfungsi untuk menghilangkan residu atau sisa produk perawatan semacam creambath, busa untuk rambut, hairspray, lilin rambut, jelly rambut, dan produk lainnya yang tertinggal di kulit kepala. Jenis shampo ini sangat cocok digunakan saat rambut akan melalui proses kimiawi agar rambut dan kulit kepala benar-benar bersih dengan tujuan proses kimiawi yang digunakan pada pengeritingan atau pewarnaan dapat diserap dengan baik. Karena unsur asam mengurangi minyak maka jenis shampo ini dapat membuat rambut menjadi kering jika digunakan terlalu sering dan disarankan untuk menggunakannya paling banyak dalam jangka waktu satu kali seminggu.

c) Shampo penambah volume rambut.

Jenis shampo ini mengandung protein yang membuat rambut terlihat lebih berisi atau tebal. Bila dipakai terlalu sering maka akan terjadi penumpukan residu atau sisa shampo sehingga mengakibatkan rambut terlihat tidak bersih. Jika rambut termasuk jenis rambut yang halus, lepek atau tidak mengembang, tipis maka bisa digunakan jenis shampo ini. Tetapi sebaiknya dihindari penggunaan yang terlalu sering.

d) Shampo anti ketombe.

Shampo anti ketombe ini mengandung selenium, zinc atau asam salisilat yang telah terbukti cukup berhasil membantu menghilangkan lapisan ketombe, namun dapat menyebabkan kulit kepala menjadi kering

(29)

2.9. Formulasi Shampo

Formula shampo setidaknya harus mengandung bahan-bahan diantaranya surfaktan, thickeners dan foaming agent, dan conditioning agent (Mottram, 2000).

Formulasi ekstrak etanol menjadi bentuk sediaan shampo antiketombe terdiri dari zat aktif berupa ekstrak etanol daun (Ziziphus spina-christ L) pada berbagai tingkat konsentrasi yaitu 1% (F1) dan 2% (F2) dan 3% (F3) serta zat tambahan lainnya. Nilai pH shampo harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam SNI No. 06-2692-1992 yaitu berkisar 5,0-9,0. pH shampo yang terlalu asam maupun terlalu basa akan mengiritasi kulit kepala.

Berdasarkan hasil pengukuran pH menggunakan pH meter digital, penambahan ekstrak (Ziziphus spina-christ L) menyebabkan penurunan pH yang disebabkan pengaruh zat aktif (ekstrak (Ziziphus spina-christ L)) yang memiliki pH asam. Meskipun demikian nilai pH kedua formulasi shampo antiketombe yang didapat antara 5,75–5,80 memenuhi persyaratan SNI karena masih berada pada rentang pH sesuai persyaratan.

(30)

Tabel. 2.2. Standar mutu shampo menurut SNI

Karakteristik Syarat Cara Pengujian

Bentuk :

-Cair Tidak ada yang mengendap Organoleptik -Emulsi Rata dan tidak pecah Organoleptik -Pasta Tidak ada gumpalan keras Organoleptik -Batangan Rata dan seragam Organoleptik -Serbuk Rata dan seragam Organoleptik Zat aktif permukaan

Dihitung sebagai sodium

Lauril sulfat (SLS) 4,5

Atau non ionik, % (bobot/volume)

Nilai pH dengan larutan

10% (bobot/volume) 5,0-9,0 Kadar air dan zat lainnya

yang menguap, %(bobot/bobot) 95,5 maks

Sumber : SNI 06-2692-1992

Hasil pengukuran tinggi busa menunjukkan kemampuan surfaktan membentuk busa. Busa dari shampo merupakan hal yang sangat penting. Hal ini karena busa menjaga shampo tetap berada pada rambut, membuat rambut mudah dicuci, serta mencegah batangan-batangan rambut menyatu sehingga menyebabkan kusut (Mitsui, 1997). Tinggi busa yang dihasilkan dari kedua formulasi shampo berkisar 3,40-3,70cm memenuhi persyaratan tinggi busa menurut Wilkinson (1982) yaitu 1,3-22 cm.

Berdasarkan hasil pengukuran tinggi busa menunjukan bahwa adanya peningkatan daya pembusa antara shampo tanpa ekstrak (Ziziphus spina-christ L) dengan shampo dengan penambahan ekstrak, hal ini dikarenakan ekstrak (Ziziphus spina-christ L) mengandung Saponin diisolasi dari biji (Ziziphus spina- christ L) termasuk jujubosida A, B, A1, B1, C dan asetiljujubosida B.

Protojujubosida A, B, B1 dan ziziphin terdapat dalam daun Z. spina-chrisst L.

(31)

Perikarp dan biji Z. spina-chrisst L mengandung fosfatidikolin, fosfatidilgliserol dan asam lemak seperti asam linoleat, oleat dan stearat (Goyal et al., 2012).

Formula shampo setidaknya harus mengandung bahan-bahan diantaranya surfaktan, thickeners dan foaming agent, dan conditioning agent.

Berikut adalah contoh formula shampo (Mottram, 2000).

Tabel 2.3. Formula sediaan shampo

Frequent use Normal Shampo %w/w %w/w Sodium Laureth Sulfate (70%A) 7.70 13,50

Cocamidopropyl Betaine (30%A) 2.00 2.00

Tetrasodium EDTA 0.10 0.10

Preservative q.s. q.s.

Parfume q.s. q.s.

Colour q.s. q.s.

Citrid Acid to pH 6.0 to pH 6.0

Sodium Chloride q.s. q.s.

Water (deionized); Aqua (INCI) to 100.00 to 100.00 Sumber : Mottarm (2000)

Sodium lauril sulfat merupakan detergent yang berfungsi untuk membersihkan kotoran dikulit kepala. Mekanisme kerjanya dengan menurunkan tegangan muka antara lemak dan air yang ada di kulit kepala. Cocamidopropyl Betaine berperan sebagai surfaktan anionik. Cocamidopropyl betaine merupakan surfaktan sintetsis turunan dari minyak kelapa dan dimethylaminopropylamine yang bersifat switer ion.

Tetrasodium EDTA berfungsi sebagai khelating agent atau antioksidan.

Penambahan bahan ini agar senyawa-senyawa yang mudah teroksidasi tetap stabil. Preservative digunakan sebagai pengawet. Parfume berfungsi untuk memeperbaiki bau agar harum dan menyenangkan saat dipakai. Colour berfungsi agar tampilan shampo menjadi lebih bagus dan memberikan warna pada shampo.

Asam sitrat berfungsi sebagai pengatur pH. pH perlu diatur agar pH shampo dan pH kulit kepala sama.

(32)

Kadar air shampo menurut persyaratan SNI No. 06-2692-1992 yaitu maksimum 95%. Nilai kadar air sangat penting untuk diketahui dalam sebuah produk shampo, karena kadar air terkait dengan fisik shampo serta mempengaruhi daya simpan suatu produk shampo.

(33)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan mulai Mei - Juli 2018 di laboratorium Biokimia TPHP dan Desa Pitue Kec. Ma’rang. Tanaman bidara yang cukup melimpah di Desa Pitue (Pangkep) sehingga dengan mudah didapatkan sebagai bahan baku untuk penelitian.

3.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Alat

Adapun alat yang digunakan yaitu : Erlenmeyer, gelas ukur, timbangan digital, aluminium foil, cawan petri, pulpen, gelas arloji, blender, spatula, ayakan 60 mesh, kertas saring, wadah shampo, oven, hot plate, rotary evaporator dan pH meter.

3.2.2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan yaitu: Daun bidara, Na2CO3, SLS, Methil Paraben, Pewarna, Parfum, Emal, Aquadestdan Etanol 96%.

3.3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan daun bidara sebagai bahan utama untuk membuat formulasi shampo dengan berbagai konsentrasi yang berbeda.

3.3.1. Metode Penelitian

Formulasi fraksi aquades menjadi bentuk sediaan shampo antiketombe terdiri dari zat aktif berupa fraksi aquades daun bidara pada berbagai tingkat konsentrasi yaitu 1%, 2%, dan 3%.% serta zat tambahan. Formulasi shampo tersaji pada tabel dibawah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan bentuk desain factoral design.

Dengan faktor adalah jenis penambahan ekstrak daun bidara (Ziziphus spina- christ L), formulasi ekstrak etanol menjadi bentuk sediaan shampo antiketombe terdiri dari zat aktif berupa ekstrak etanol daun bidara (Ziziphus spina-christ L)

(34)

pada berbagai tingkat konsentrasi yaitu (F0 control), (F1 1%), (F2 2%),dan (F3 3%) serta beberapa zat tambahan lainnya.

Tabel 3.1. Formula sediaan shampo ekstrak daun bidara

Bahan

Formulasi Shampo Anti Ketombe Dengan Konsentrasi Ekstrak Daun Bidara

((Ziziphus spina-christ L) ) Fungsi F0/Control F1 F2 F3

Ekstrak daun bidara - 1 2 3 Zat aktif SLS 30 30 30 30 Detergen Emal 30 30 30 30 Pengental Na2Co3 1 1 1 1 Soda Methil Paraben 6 6 6 6 Pengawet Parfum qs qs qs Qs Pewangi Pewarna qs qs qs Qs Pewarna Aquadest 130 130 130 130 Pelarut Keterangan :

F : Penambahan ekstrak daun bidara F0 : Kontrol

F1 : 1%

F2 : 2%

F3 : 3%

3.4. Prosedur Kerja 3.4.1. Persiapan Sampel

Tahap awal dilakukan pengumpulan daun bidara segar. Kemudian daun bidara segar dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang menempel. Daun bidara dikeringkan dengan cara diangin-anginkan selama 2 hari.

3.4.2. Pembuatan Simplisia Daun Bidara

Daun bidara segar yang diperoleh dilakukan sortasi basah, untuk memisahkan bahan-bahan asing dan kotoran dari daun tanaman bidara.

(35)

Selanjutnya daun bidara dicuci bersih dalam wadah dibawah air mengalir hingga benar-benar bersih, lalu disimpan pada talenan. Daun bidara yang telah dicuci bersih kemudian dikeringkan dengan cahaya matahari secara tidak langsung, lalu kembali dilakukan sortasi kering untuk memisahkan benda asing dan pengotor lain yang masih tertinggal. Sampel yang telah kering kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender hingga menjadi serbuk yang halus kemudian di saring dengan ayakan 65 mesh, hingga diperoleh serbuk simplisia daun bidara yang benar-benar halus sehingga dapat menghasilkan ekstrak daun bidara yang maksimal.

3.4.3. Pembuatan Ekstrak daun bidara

Simplisia daun Bidara (Ziziphus spina-christi L.) disediakan sebanyak 68 g lalu dimasukkan ke dalam wadah maserasi. Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Alasan pemilihan pelarut etanol 96% dikarenakan sifat etanol yang universal, sehingga senyawa metabolit sekunder seperti flavoid (polar), asam linoleat (semi polar), dan saponin (non polar) dapat tersari secara sempurna. Selain itu, etanol 96% akan lebih mudah masuk berpenetrasi kedalam sel simplisia daripada pelarut etanol dengan konsentrasi yang lebih rendah, sehingga ekstrak yang dihasilkan akan pekat (Jusnita, 2017).

Nugrahwati, (2016) melaporkan bahwa Maserasi adalah cara penyarian yang sederhana. Meserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari. Pada penyarian dengan cara maserasi, perlu dilakukan pengadukan. Pengadukan diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan diluar butir serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi yang

(36)

sekecil-kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel (Dirjen POM, 1986: 10).

Hingga seluruh simplisia terbasahi dan ditambahkan kembali etanol 96%

hingga batas pelarut 2 cm di atas simplisia. Wadah maserasi ditutup dan disimpan selama 3x24 jam di tempat terlindung dari sinar matahari sambil diaduk sekali- kali setiap harinya. Selanjutnya disaring, dipisahkan antara ampas dan filtratnya.

Ampas diekstraksi kembali dengan etanol 96% dengan jumlah yang sama. Hal ini terus dilakukan hingga cairan penyari tampak bening. Filtrat dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 45°C, lalu diuapkan dengan cawan uap pada waterbath pada suhu 40°C hingga diperoleh ekstrak kental.

3.5. Formulasi Sediaan Shampo Ekstrak Daun Bidara

Prosedur penelitian shampo dengan penambahan ekstrak daun Bidara dengan terlebih dulu dilakukan sortasi, penghilangan tangkai, pencucian, pengeringan, penghalusan, ekstraksi dengan metode maserasi, penyaringan evaporasi, dan formulasi shampo dengan ekstrak daun bidara (Ziziphus spina- christ L), dengan proses sebagai berikut :

1. Alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat shampo disiapkan 2. Daun bidara disortasi kemudian dicuci bersih dan ditiriskan

3. Daun bidara dikeringkan

4. Simplisia serbuk daun bidara dihaluskan

5. Serbuk simplisia daun bidara diekstraksi dengan metode maserasi 6. Serbuk simpilsia daun bidara dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 7. Larutan direndam dengan etanol 96%

8. Larutan ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 5 hari sambil sesekali diaduk

9. Larutan etanol ditambahkan dan ditutup kembali dengan aluminium foil 10. Sampel disaring dengan kertas saring sehingga menghasilkan filtrat dan ampas 11. Larutan dievaporasi dengan menggunakan rotary evaporator sampai seluruh

pelarut etanol menguap

12. Larutan ekstrak daun bidara diformulasikan dengan bahan sediaan shampo

(37)

3.6. Diagram Alir Formulasi Shampo Ekstrak Bidara(Ziziphus spina-christ L)

Gambar 3.6. Diagram alir formulasi shampo ekstrak bidara 3.7. Cara Pembuatan Sediaan Shampo Ekstrak Daun Bidara

1. Semua bahan dimasukkan, kemudian semua bahan dicampurkan (kecuali Emal) hingga menyatu (benar-benar homogen).

2. Cawan porselen yang berisi Emal disiapkan kemudian memasukkan campuran tadi kedalamnya, lalu diaduk hingga semua Emal terlarut atau homogen.

3. Parfum dan pewarna ditambahkan secukupnya apabila semua campuran sudah homogen.

4. Kemasan botol shampo disiapkan lalu hasil olahan dimasukkan ke dalamnya, jangan lupa untuk memberi tutup yang rapat pada botol.

Penyortiran dan pencucian

Pengeringann

Penghalusan

Maserasi

Evaporasi Daun Bidara (68 g)

Formulasi Shampo Ekstrak daun Bidara +C2H5OH (680 ml)

+C2H5OH (680 ml) Perendaman selama 3 hari

Penyaringan

(38)

3.8. Parameter Pengamatan 3.8.1. Pengukuran pH

Menggunakan pH meter digital yang telah dikalibrasi, sediaan shampo diukur nilai pH-nya sebanyak 2 kali pengulangan. Pengukuran pH sediaan shampo ekstrak bidara antiketombe dilakukkan untuk melihat tingkat keasaman sediaan shampo dan menjamin sediaan tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Sediaan shampo ekstrak daun bidara diukur pH nya dengan mencelupkan kertas indikator pH ke dalam sediaan shampo, setelah itu sesuaikan warna yang terjadi pada kertas indikator dengan spektrum warna pada indikator pH. Sediaan shampo ekstrak daun bidara harus memenuhi kriteria pH kulit yaitu dalam interval 4,5-6,5.

Pemeriksaan pH dilakukan sesaat setelah pembuatan sediaan dan selama periode penyimpanan tertentu.

3.8.2. Pengukuran Stabilitas Busa

Memasukkan larutan sediaan shampo cair ekstrak daun bidara dan aquadest ke dalam gelas beaker 250ml dengan perbandingan 3:1 (v/v) lalu ditutup dengan plastik atau aluminium foil, mengaduk larutan selama 30 detik dan 60 detik dengan menggunakan alat mixer 600 rpm, mencatat tinggi busa setelah 30 detik (T0) dan 60 detik (Ts), membandingkan tinggi busa pada setiap larutan shampo pada 30 detik dan 60 detik, hasilnya dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

Rumus : Keterangan :

Tb : Tinggi Busa shampo (cm) Ts : Tinggi Busa pada detik ke 60 T0 : Tinggi busa pada detik ke 30

Metode pengukuran tinggi busa dengan teknik manual yaitu shampo sebanyak 0,1 g dilarutkan dalam 10 mL air, kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditutup dan dikocok selama 20 detik dengan cara membalikkan tabung reaksi secara beraturan. Kemudian diukur tinggi busa yang terbentuk (Ratnawulan, 2009).

Tb: Ts/T0

(39)

3.8.3. Pengukuran Kadar Air

Kondisikan oven pada suhu yang akan digunakan hingga mencapai kondisi stabil, masukkan cawan kosong ke dalam oven minimal 2 jam kemudian pindahkan cawan kosong ke dalam desikator sekitar 30 menit sampai mencapai suhu ruang dan timbang bobot kosong (Ag), timbang sampel yang telah diformulasikan sebanyak ±2 g ke dalam cawan (Bg) masukkan cawan yang telah diisi dengan sampel ke dalam oven vacuum pada suhu 950C-1000C, dengan tekanan udara tidak lebih dari 100 mmHg selama 5 jam atau masukkan ke dalam oven tidak vakum pada suhu 1050C selama 16 jam-24 jam. Pindahkan cawan dengan menggunakan alat penjepit ke dalam desikator selama ±30 menit kemudian ditimbang (Cg) lakukan pengujian minimal duplo (dua kali).

3.8.4. Pengukuran Organoleptik

Analisis organoleptik dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan dengan mengamati perubahan-perubahan tekstur, bau, dan warna sediaan shampo ekstrak daun bidara anti ketombe. Pemeriksaan organoleptik dilakukan sesaat setelah pembuatan dan selama penyimpanan tiga minggu. Pengamatan organoleptik dilakukan dengan mengamati tekstur, bau/aroma dan warna sediaan formulasi shampo antiketombe yang mengandung berbagai konsentrasi ekstrak daun bidara (Ziziphus spina-christ L).

Keempat formula sediaan shampo ekstrak daun bidara memiliki wujud cair dengan aroma parfum. Warna dan konsistensi dari sediaan shampo bergantung pada konsentrasi ekstrak daun bidara yang digunakan. Pada warna, makin besar konsentrasi ekstrak daun bidara pada sediaan shampo maka makin pekat warna yang dihasilkan. Warna dari sediaan shampo F0 yaitu merah tua, F1 yaitu hijau tua, F2 yaitu hijau kecoklatan, dan F3 yaitu hijau kehitam-hitaman. Pada konsistensi, semakin kecil konsentrasi ekstrak daun bidara maka akan semakin kental.

Gambar

Gambar 2.1. Tanaman bidara (Ziziphus spina-christ L)
Gambar 2.6. Shampo  2.7.   Fungsi Shampo

Referensi

Dokumen terkait

a) Fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk agregat dari bulatan-bulatan dengan cepat. b) Jika agregat dari bulatan naik ke permukaan atau turun

60 Tahun 2008 sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakuakan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai

Dengan yang demikian, pemodelan geometri menggunakan teori set kabur akan menjadi lebih penting dan bersifat universal kerana modelnya dapat mewarisi sifat ketakpastian data ke

Penguasaan materi pelajaran kelas eksperimen lebih tinggi dari pada penguasaan materi kelas kontrol, peningkatan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan rangkaian

Penegasan Judul Untuk mendapatkan gambaran jelas dan menghindari agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam mengambil arti dan maksud istilah yang digunakan dalam judul proposal,

Produksi pesan program pojok kampung JTV dalam level konteks, Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dalam produksi pesan program Pojok Kampung di JTV dalam level konteks

(4) Dalam hal informasi publik yang dimohon, diputuskan untuk diberikan baik sebagian atau seluruhnya namun tidak disampaikan pada saat permohonan dilakukan, PPID wajib

Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim menjelaskan, bahwa total pendapatan (income) industri asuransi jiwa di kuartal ketiga 2016 meningkat tinggi sebesar 78,1%, menjadi Rp 158,65 triliun