6 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Morfologi
Dalam ilmu kebahasaan terdapat beberapa macam ilmu yang mengkaji didalamnya, contohnya seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik, sosiolinguistik, dan psikolinguistk. Pada kesempatan penelitian ini, peneliti akan mengkaji ilmu kabahasaan yaitu; morfologi. Morfologi merupakan salah satu cabang kajian linguistik atau kebahasaan.
Morfologi adalah cabang linguistik atau kebahasaan yang mempelajari kata atau proses pembentukan kata. Terdapat beberapa penjelasan mengenai morfologi salah satunya yaitu
“Morphology, the study of the internal structure of words did not emerge as a distinct sub- branch of linguistics until the nineteenth century (Katamba, 1993)”. Menurutnya Morfologi adalah studi yang membahas tentang struktur internal kata-kata yang mana tidak muncul sebagai sub-cabang linguistik yang berbeda sampai dengan abad kesembilan belas.
Selain itu juga ada yang berpendapat bahwa “Morphology is the system of categories and rules involved in word formation and interpretation (O’Grady, 1997)”. Menurutnya Morfologi adalah suatu sistem atau aturan yang terlibat dalam pembentukan dan interpretasi (arti) sebuah kata. Jadi, menurut O’Grady (1997) morfologi adalah suatu sistem yang mengatur dalam pembentukan kata-kata tersebut yang dapat memunculkan interpretasi (arti) yang terdapat pada pembentukan kata tersebut.
Selanjutnya, ada juga yang menyatakan bahwa “Morphology is a study of the way words are built up from smaller parts (Burling, 1992)”. Menurutnya Morfologi adalah studi yang mempelajari tentang cara kata-kata dibangun atau di bentuk dari bagian-bagian yang lebih kecil. Dimana morfologi ini menganalisis bagian-bagian yang terkecil dalam pembentukan sebuah kata-kata dalam ilmu kebahasaan atau linguistik.
Ada juga yang menyatakan bahwa “Morphology is at the conceptual centre of linguistics. This is not because it is the dominant sub discipline, but because morphology is the study of word structure (Spencer, 1998)”. Menurutnya Morfologi adalah pusat konseptual linguistik. Yang mana ini bukan hanya karena morfologi merupakan sebuah sub disiplin yang dominan, akan tetapi karena morfologi adalah ilmu yang mempelajari struktur kata.
Dimana morfologi ini merupakan ilmu yang mempelajari konseptual struktur kata yang dibentuk. Selanjutnya beliau mengatakan bahwa “Morphology is the study of word structure, and words are at the interface between phonology, syntax, and semantics (Spencer, 1998)”.
Menurutnya Morfologi adalah studi yang mempelajari tentang struktur kata, dan kata-kata tersebut berada pada sebuah kalimat atau kata di antara ilmu kebahasaan yang membahas kajian kebahasaan lainnya seperti fonologi, sintaksis, dan semantik. Morfologi juga merupakan studi kebahasaan yang bahasannya bisa dikaitkan dengan kajian kebahasaan lainnya seperti fonologi, sintaksis, dan semantik. Karena dalam pembentukan kata atau struktur kata bisa memiliki arti atau tidak memiliki arti, memiliki cara pengucapan, juga terkadang memiliki makna yang berubah atau tidak berubah.
Adapun yang menyatakan mengenai pengertian morfologi adalah sebagai berikut
“Morphology is the study how words are structured and how they are put together from smaller part (McManis .et. al, 1987)”. Menurutnya morfologi adalah studi yang mempelajari tentang bagaimana kata-kata disusun dan bagaimana kata-kata itu disatukan dari bagian yang lebih kecil. Menurut McManis dkk. ini berpendapat bahwa morfologi adalah studi yang mempelajari tentang bagaimana kata-kata itu disusun atau disatukan dari bagian-bagian yang lebih kecil yang mana setelah kata-kata tersebut sudah disusun atau disatukan akan membuat kata-kata tersebut dapat menjadi kata-kata yang baru atau tetap.
Selain itu juga ada yang berpendapat bahwa Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa atau linguistik yang mempelajari morfem, selain itu morfologi mempelajari struktur, bentuk, dan klasifikasi kata-kata (Alwasilah, 1993). Dari penjelasan berikut penulis dapat menyimpulkan bahwa morfologi adalah ilmu kebahasaan yang mempelajari tentang morfem, juga mengenai struktur kata, bentuk kata, dan juga klasifikasi kata-kata seperti yang dituturkan oleh (Alwasilah: 1993).
2.2 Proses Morfologi
Adapun yang menjelaskan mengenai proses morfologi yaitu sebagai berikut “Word formation process is a way of forming new words or terms from the use of old word. The processes consist of affixation, compounding, blending, clipping, back-formation, conversion, acronyms, and derivation (Yule: 1985)”. Beliau mendefinisikan proses morfologi atau yang disebut Proses pembentukan kata merupakan cara pembentukan kata atau istilah baru dari penggunaan kata lama. Prosesnya terdiri dari affixation, compounding, blending, clipping, back-formation, conversion, acronyms, and derivation. Juga proses morfologi ini memurut beliau terdapat beberapa jenisnya.
2.2.1 Jenis-Jenis Proses Morfologi 2.2.1.1 Afiksasi
Afiksasi adalah salah satu jenis proses morfologi yang terdapat pada kajian ilmu kebahasaan yaitu morfologi. Adapun yang berpendapat mengenai penjelasan afiks yaitu “an affix is a morpheme which only occurs when attached to some other morpheme or morphemes such as a root or stem or base (Katamba, 1993)”. Menurutnya afiks adalah morfem yang hanya muncul jika melekat pada morfem atau morfem lain seperti root (akar) atau stem (batang) atau base (pangkal). Root (akar) maksudnya adalah artinya afiks atau imbuhan tersebut melekat pada kata dasar yang memiliki arti yang terdapat dalam sebuah morfem.
Ada juga yang menyatakan bahwa “Affix is a bound morpheme that attaches to a root or a stem to form a new lexeme (derived form) or an inflected form or stem of an existing lexeme (Aronoff, 1988)”. Menurutnya afiks adalah morfem terikat yang menempel pada akar atau batang untuk membentuk leksem (bentuk turunan) baru atau bentuk infleksi atau batang dari leksem yang sudah ada. Dimana afiks atau imbuhan adalah salah satu morfem terikat yang membentuk sebuah kata baru yang memiliki infleksi atau arti yang baru pada kata tersebut.
Selain itu, ada juga yang menyatakan bahwa “An extremely common morphological process in language is affixation, the addition of an affix (O’Grady, 1997)”. Menurutnya Proses morfologis yang sangat umum dalam bahasa adalah afiksasi, atau juga yang sering disebut penambahan afiks (imbuhan). Jadi, Afiksasi adalah proses morfologis yang sering dan sangat umum dalam peristiwa yang terjadi dalam ilmu kebahasaan yang mana lebih umum disebut dengan sebutan afiks atau penambahan afiks (imbuhan) pada sebuah kata.
2.2.1.2 Compounding
Adapun compounding, compounding juga merupakan salah satu jenis proses morfologi yang terdapat pada kajian ilmu kebahasaan yaitu morfologi. Adapun yang berpendapat mengenai penjelasan compounding yaitu “A compounding is a word formed by the combination of two independent words (McManis: 1987)”. Menurutnya pengertian compounding adalah kata-kata yang dibentuk atau terbentuk dikarenakan oleh adanya kombinasi dua kata independen.
Selain itu juga ada yang berpendapat mengenai pengertian compounding seperti berikut
“A compounding is a word formed by the combination of two independent word (Noel and
Staselavage: 2001)”. Menurut beliau pengertian compounding adalah kata-kata yang dibentuk atau terbentuk karena adanya kombinasi antara dua kata independen.
2.2.1.3 Blending
Selain itu juga ada yang dinamakan dengan blending dalam jenis proses morfologi yang terdapat pada kajian ilmu kebahasaan yaitu morfologi. Adapun yang berpendapat mengenai penjelasan blending yaitu “Blend also called portmanteau words, are formed by combining parts of more than one word (Aronoff: 2005)”. Menurut beliau pengertian blending merupakan kata yang disebut juga dengan kata portmanteau, dibentuk atau terbentuk dengan cara menggabungkan bagian-bagian yang lebih dari satu kata, sehingga membentuk kata-kata baru.
Ada juga yang menyatakan bahwa mengenai pertian blending adalah sebagai berikut
“Blends are two words in which their non-morphemic components are mixed into one (O’Grady and Guzman:1996)”. Menurutnya blending adalah dua kata yang di mana komponen non-morfemiknya dicampur menjadi satu atau dalam kata lain blending adalah penggabungan dua kata yang digabung sehingga menjadi satu satuan kata yang baru.
2.3 Afiksasi
2.3.1 Definisi Afiksasi
Afiksasi adalah salah satu jenis proses morfologi yang terdapat pada kajian ilmu kebahasaan yaitu morfologi. Adapun yang berpendapat mengenai penjelasan afiks yaitu “an affix is a morpheme which only occurs when attached to some other morpheme or morphemes such as a root or stem or base (Katamba, 1993)”. Menurutnya afiks adalah morfem yang hanya muncul jika melekat pada morfem atau morfem lain seperti root (akar) atau stem (batang) atau base (pangkal). Root (akar) maksudnya adalah artinya afiks atau imbuhan tersebut melekat pada kata dasar yang memiliki arti yang terdapat dalam sebuah morfem.
Adapun yang menyatakan mengenai pengertian afiksasi bahwa “Affix is a bound morpheme that attaches to a root or a stem to form a new lexeme (derived form) or an inflected form or stem of an existing lexeme (Aronoff, 1988)”. Menurutnya afiks adalah morfem terikat yang menempel pada akar atau batang untuk membentuk leksem (bentuk turunan) baru atau bentuk infleksi atau batang dari leksem yang sudah ada. Dimana afiks atau imbuhan adalah salah satu morfem terikat yang membentuk sebuah kata baru yang memiliki infleksi atau arti yang baru pada kata tersebut.
Selain itu juga ada yang berpendapat lain mengenai afiksasi dan menyatakan bahwa “An extremely common morphological process in language is affixation, the addition of an affix (O’Grady, 1997)”. Menurutnya Proses morfologis yang sangat umum dalam bahasa adalah afiksasi, atau juga yang sering disebut penambahan afiks (imbuhan). Jadi, Afiksasi adalah proses morfologis yang sering dan sangat umum dalam peristiwa yang terjadi dalam ilmu kebahasaan yang mana lebih umum disebut dengan sebutan afiks atau penambahan afiks (imbuhan) pada sebuah kata.
Adapun yang berpendapat mengenai definisi afiksasi dengan menyatakan “Affixation is a process of attaching an affix to the root either to the left side or right side of the root. When an affix is attached to the end of the root or to the right side of the root, it is called a suffix (Rugaiyah, 2018)”. Afiksasi adalah proses menempelkan afiks (imbuhan) ke akar baik di sisi kiri (yang disebut prefiks) atau kanan (yang disebut sufiks) akar. Ketika sebuah imbuhan dikaitkan atau disatukan di ujung akar (kata dasar) yang disebut prefiks ataupun di sisi kanan akar (akhir kata dasar), yang biasanya disebut dengan sebutan sufiks.
Selain itu juga ada yang memberikan pendapat mengenai definisi atau pengertian afiksasi dengan menyatakan bahwa “affixation is morphological process in which an affix or affixes are added to one or more free morphemes (Srijono, 2010)”. Menurutnya afiksasi memiliki definisi seperti berikut, afiksasi adalah proses morfologis yang di mana afiks (imbuhan) ditambahkan ke satu dan atau lebih morfem bebas yang mengikatnya. Selain itu juga beliau menyatakan pendapat yang lain mengenai definisi afiksasi ini seperti berikut “affixes are bound morphemes; they are limited in number, though their numbers vary from language to language (Srijono, 2001)”. Menurutnya juga afiksasi memiliki definisi yaitu, Afiks atau yang sering disebut dengan kata imbuhan adalah morfem terikat yang dimana memiliki ciri berupa;
jumlahnya yang terbatas, meskipun jumlahnya bervariasi dari satu bahasa ke bahasa lainnya yang saling teikat maupun saling mengikat.
2.3.2 Jenis-Jenis Afiks
Afiks memiliki 3 (tiga) jenis afiks, yaitu; Prefiks, infiks, dan sufiks. Pertama adalah prefiks, seperti yang dijelaskan bahwa “A prefix is an affix attached after a root or stem or base (Katamba, 1993)”. Menurutnya Prefiks (imbuhan awalan) adalah imbuhan yang diletakkan atau yang terdapat setelah akar atau batang atau pangkal atau dengan kata lain yaitu imbuhan yang muncul pada awal kata dasarnya. Sedang pengertian sufiks yaitu, seperti yang dinyatakan berikut yaitu “Suffix is an affix that is attached to the end of its base
(Aronoff, 1988)”. Menurutnya Sufiks (imbuhan akhiran) adalah imbuhan yang diletakkan atau yang terdapat pada akhir kata dasar. Jadi menurutnya sufiks atau imbuhan akhiran adalah imbuhan yang mengikuti kata dasar yang letaknya terdapat diakhir pada kata dasr tersebut.
Selain itu juga ada yang berpendapat mengenai jenis-jenis afiks salah satunya yaitu Butt et al (2001), menurutnya afiks memiliki 3 (tiga) macam jenis yaitu; Prefixes (Prefiks, awalan), Suffixes (Sufiks, akhiran), dan Inffixes (Infiks, awalan akhiran) dalam bahasa Inggris.
a) Prefixes
Prefix is the affixes which can be added to the beginning of a word. Prefiks (Awalan) adalah afiks atau imbuhan yang dapat atau biasanya ditambahkan pada awal kata.
For example: dis-agree, ex-change, im-material, re-act, etc.
b) Suffixes
Suffix is the affixes which can be added to the end of a word. Sufiks (Akhiran) adalah afiks atau imbuhan yang biasanya ditambahkan atau terdapat pada akhir kata dasarnya.
For example: hoori-fy, execut- ion, care-less, etc.
c) Inffixes
Inffix is the affixes which can be added of both the prefix and suffix to any word. Infiks (Awalan Akhiran) atau biasa disebut dengan imbuhan yang disisipkan adalah afiks atau imbuhan yang dapat ditambahkan atau dengan kata lain imbuhan ini diletakkan pada prefiks (awalan) kata dasar dan juga sufiks (akhiran) kata dasarnya. For example: il- legal-ity, im-migrat-ion, inaccuracy, etc.
2.4 Morfem
2.4.1 Definisi Morfem
Banyak yang memberikan pendapat mengenai pengertian atau definisi morfem ini, seperti yang menyatakan bahwa morfem sebagai berikut “The term morpheme is used to refer to the smallest, indivisible units of semantic content or grammatical function which words are made up of (Katamba, 1993)”. Menurutnya Istilah morfem digunakan untuk merujuk pada unit terkecil, tak terpisahkan dari konten (isi) secara semantik atau fungsi tata bahasa yang terdiri dari kata-kata. Jadi, menurut beliau morfem adalah istilah dalam morfologi yang menunjukkan unit terkecil yang memiliki fungsi tata bahasa dalam sebuah kata-kata.
Ada pula yang memberi pendapat mengenai definisi morfem seperti yang menyatakan bahwa “The smallest pieces, those that can longer be divided into even smaller meaningful
bits are called morphemes (Burling, 1992)”. Menurutnya Potongan terkecil, yang dapat lagi dibagi menjadi bit bermakna yang lebih kecil disebut morfem. Jadi, menurut beliau morfem adalah unit terkecil yang dipotong atau dibagi-bagi untuk bisa di teliti dan juga unit potongan terkecil itu memiliki makna yang lebih detail lagi.
Sedang ada juga yang berpendapat lain mengenai definisi morfem yaitu menyatakan bahwa “Morpheme is the smallest linguistic unit that has meanings (Johnson, 1999)”.
Menurutnya Morfem adalah salah satu satuan kebahasaan atau linguistik terkecil yang memiliki arti pada kata tersebut. Jadi, penulis dapat menyimpulkan bahwa morfem merupakan satuan dari kebahasaan yang terkecil dimana setiap morfem (kata) tersebut pasti memiliki arti maupun makna.
Morfem dalam bahasa memiliki 2 (dua) jenis, yaitu; morfem bebas dan morfem terikat, seperti pernyataan berikut mengenai jenis-jenis morfem seperti berikut menyatakan bahwa
“Bound Morpheme, which are those forms that cannot normally stand alone and are typically attached to another form. Free Morphemes, morpheme thas can stand by themselves as single word, for example open and tour (Yule, 2006)”. Bound Morpheme atau yang di sebut morfem terikat, yaitu bentuk-bentuk yang biasanya tidak dapat berdiri sendiri dan biasanya melekat pada bentuk lain. Free Morphemes atau morfem bebas, morfem itu bisa berdiri sendiri sebagai satu kata, misalnya kata open dan kata tour.
2.4.2 Jenis-jenis Morfem 2.4.2.1 Morfem Bebas
Adapun yang beberapa berpendapat mengenai definisi mengenai morfem bebas salah satunya ada yang menyatakan bahwa “Many words contain a root standing on its own. Roots which are capable of standing independently are called free morphemes (Katamba, 1993)”.
Menurutnya Banyak kata mengandung akar yang berdiri sendiri. Akar yang mampu berdiri sendiri disebut morfem bebas. Sehingga menurutnya morfem bebas adalah akar atau kata dasar yang berasal dari kamus atau kata-kata yang sudah ada dan dapat berdiri sendiri tanpa adanya kata yang mengikat.
Adapun yang menyatakan mengenai definisi morfem bebas seperti menyatakan bahwa
“Free morpheme is a morpheme that can be a word by itself (O’Grady, 1997)”. Menurutnya Morfem bebas adalah morfem yang bisa menjadi kata dengan sendirinya, atau dengan kata lain morfem bebas itu adalah kata yang berasal dari kata dasar yang sudah ada di kamus dan bisa berdiri sendiri tanpa ada kata yang mengikatnya.
Selain itu juga ada yang menyatakan mengenai definisi morfem bebas seperti berikut
“free morpheme, A morpheme that can stand alone as a word without another morpheme. It does not need anything attached to it make a word (Kirsten Mills, 1998)”. Menurutnya morfem bebas, adalah Suatu morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kata tanpa morfem lain. Tidak memerlukan apapun atau kata maupun afiks (imbuhan) yang melekat padanya untuk membuat sebuah kata.
2.4.2.2 Morfem Terikat
Selain morfem bebas terdapat satu lagi yaitu, morfem terikat. Ada beberapa definisi mengenai morfem terikat ini diantaranya yaitu menyatakan bahwa “Bound morpheme, A sound or a combination of sounds that cannot stand alone as a word (Kirsten mills, 1998)”.
Menurutnya Morfem terikat, Bunyi atau kombinasi bunyi yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kata. Sehingga menurutnya morfem terikat adalah kombinasi atau penyatuan kata yang dimana kata tersebut saling terikat untuk membentuk sebuah kata dikarenakan tidak dapat berdiri sendiri.
Kirsten Mills juga berpendapat bahwa morfem terikat memiliki 2 (dua) jenis, yaitu;
Infleksional morfem dan derivasional morfem.
A. Pada jenis morfem terikat ini beliau menyatakan bahwa “An Inflectional morpheme creates a change in the function of the word (Kirsten Mills, 1998)”. Menurutnya Morfem Infleksi dapat menciptakan perubahan fungsi kata pada saat kata yang ditambahkan afiks (imbuhan). Dengan demikian, menurutnya Morfem Infleksi adalh jenis morfem terikat yang mana saat kata tersebut ditambahkan afiks (imbuhan) dapat merubah fungsi kata dasarnya.
Adapun juga yang berpendapat lain mengenai infleksional morfem ini dengan menyatakan “inflectional morphemes are only able to modify the form of a word so that it can fit into a particular syntactic slot (Katamba, 1993)”. Menurutnya morfem infleksi memiliki definisi yaitu, morfem infleksi hanya mampu memodifikasi bentuk kata sehingga dapat masuk ke dalam celah sintaksis tertentu. Sehingga menurut Katamba (1993) menyatakan Morfem Infleksi adalah jenis morfem terikat yang mana dapat merubah makna kata dasarnya ketika ditambahkan afiks (imbuhan).
B. Beliau juga menyatakan mengenai jenis morfem yang kedua bahwa terdapat
“Derivational morpheme, This type of morpheme changes the meaning of the word or the part of speech or both. Derivational morphemes often create new words (Kirsten Mills, 1998)”. Menurutnya Morfem Derivasi adalah jenis morfem yang dapat
mengubah arti kata maupun kelas kata atau keduanya. Morfem Derivasi sering kali menciptakan kata-kata baru. Dengan demikian menurut Kirsten Mills (1998) menyatakan bahwa morfem derivasi adalah jenis morfem terikat yang mana saat kata tersebut ditambahkan afiks (imbuhan) dapat mengubah arti atau kelas kata bahkan mengubah keduanya sehingga dapat menciptakan kata-kata yang baru.
Adapun yang memberikan pendapat mengenai definisi morfem derivasi ini menyatakan bahwa “derivation get the effect of a change in a particular word of the lexical meaning (Aronoff, 2011)”. Menurut beliau morfem derivasi memiliki definisi sebagai berikut, derivasi mendapatkan atau memberikan efek dari perubahan pada kata tertentu dari makna leksikal (arti atau makna pada kata dasar dalam kamus).
Sehingga menurutnya morfem derivasi dapat memberikan efek yaitu, merubah kata tertentu dari makna yang terdapat pada kata dasar yang ada dalam kamus.
2.5 Kata
Kata merupakan bagian dari bahasa, dalam ilmu kebahasaan atau linguistik pada cabang morfologi kita banyak membahas tentang kata. Dalam definisi Kata ini juga banyak yang memberikan pendapatnya mengenai definisi kata diantaranya menyatakan bahwa “Words refers to a particular physical realization of that lexeme in speech or writing. Word can also be seen as a representation of a lexeme that is associated with certain morph-syntactic such as noun, adjective, verb, tense, gender, number, etc (Katamba, 1993)”. Menurutnya Kata- kata mengacu pada realisasi fisik tertentu dari leksem itu dalam bentuk lisan atau tulisan.
Kata juga dapat dilihat sebagai representasi dari leksem yang dikaitkan dengan morfem- sintaksis tertentu seperti kata benda, kata sifat, kata kerja, jenis kelamin, angka, dan lain-lain.
Sehingga menurutnya kata adalah realisasi nyata dari leksen yang muncul dalam bentuk lisan atau tulisan.
2.5.1 Kelas Kata
Dalam kata juga terdapat yang dinamakan dengan kategori kata atau kelas kata. Kelas kata ini juga ada beberapa yang memberikan pendapatnya mengenai definisi kelas kata ini salah satunya berpendapat bahwa “Lexical categories may be defined in terms of core notions or ‘prototypes’. Given Forms may or may not fit neatly in one of the categories (see Analyzing lexical categories). The category membership of a form can vary according to how that form is used in discourse (Payne, 1997)”. Menurutnya Kategori leksikal dapat
didefinisikan dalam istilah gagasan inti atau 'prototipe'. Bentuk yang diberikan mungkin atau mungkin tidak cocok dengan rapi di salah satu kategori (lihat Menganalisis kategori leksikal).
Keanggotaan kategori suatu bentuk dapat bervariasi sesuai dengan bagaimana bentuk itu digunakan dalam wacana. Dengan demikian menurutnya kelas kata adalah istilah dari gagasan kata utamanya yang membentuk sebuah kata yang mungkin akan cocok dan atau tidak cocok ketika masuk kategori atau kelas kata tertentu.
Ada juga yang memberikan pendapat mengenai kelas kata ini, seperti berikut berpendapat bahwa “Roots typically belong to a lexical category –noun(N), verb(V), adjective(A), or preposition(P) (O’Grady dan Guzman, 1997)”. Menurutnya Akar biasanya termasuk dalam kategori leksikal (kata dasar yang sudah ada dan terdapat dalam kamus) yang mana kategori atau kelas kata tersebut memiliki jenis dan atau sebutan seperti berikut yaitu, noun (N / Nomina), verb (V / Kata Kerja), adjektive (Adj / Kata Sifat), atau preposition (P / Preposisi). Sehingga menurutnya setiap kata yang terdapat dalam kamus atau setiap kata dasar pasti memiliki kategori atau kelas kata masing-masing.