• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengudusan Bait Allah Menurut 2 Tawarikh 29:3 31:1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pengudusan Bait Allah Menurut 2 Tawarikh 29:3 31:1"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 5, No 2, Agustus 2022 (94-104)

e-ISSN 2745-3766 https://e-journal.stteriksontritt.ac.id/index.php/logon

Pengudusan Bait Allah Menurut 2 Tawarikh 29:3 – 31:1

Luhut Pardomuan Lumbangaol

Sekolah Tinggi Teologi Erikson-Tritt Manokwari [email protected]

Abstract: The temple of God is a very strong foundation for the people of Israel because the temple of God talks about the presence of God and also about God's holiness in the life of the Israelites. In the journey of the Israelites from Egypt to the Promised Land, the concept of the Temple of God became very important, therefore the Israelites continued to build the Temple of God, and then dismantled and moved it where they then built the tent. This study discusses the reforms carried out by King Hezekiah when he wanted to remodel the existence of the temple. This was done because there was so much depravity in the faith of the Israelites from the time before Hezekiah's leadership.

The purpose of this discussion is to obtain the principles of the reformation carried out and also as a reference in renewal for the congregation at this time. The method used is hermeneutic by investigating relevant library sources. The result was that Hezekiah reformed God's people in the worship of that Lord without compromise. His actions made God's people blessed. Today's servants of God need to convey true teachings and not compromise on idolatry.

Keywords: Hezekiah, readiness, remodel, the temple

Abstrak: Bait Allah merupakan dasar yang sangat kental dengan umat Israel, sebab bait Allah berbicara tentang kehadiran Allah dan juga tentang kekudusan Allah dalam kehidupan bangsa Israel. Di dalam perjalanan bangsa Israel dari Mesir sampai ke tanah Perjanjian, konsep Bait Allah menjadi hal yang sangat penting, oleh sebab itu umat Israel tetap membangun Bait Allah tersebut, dan kemudian membongkar dan memindahkan dimana mereka kemudian membangun tenda.

Penelitian ini membahas reformasi yang dilakukan oleh raja Hizkia, ketika dia ingin merombak keberadaan Bait Allah tersebut. Hal ini dilakukan kerena begitu banyaknya kebobrokan iman bangsa Israel dari masa sebelum kepemimpinan Hizkia. Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk mendapatkan prinsip-prinsip reformasi yang dilakukan dan juga sebagai rujukan dalam pembaharuan bagi jemaat pada masa sekarang ini. Metode yang digunakan adalah hermeneutik dengan menyelidiki sumber-sumber pustaka yang relevan. Hasilnya adalah Hizkia mereformasi umat Allah dalam penyembahan kepada Tuhan itu dengan tanpa kompromi. Tindakannya membuat umat Allah diberkati. Hamba Tuhan masa kini perlu menyampaikan pengajaran yang benar dan tidak kompromi terhadap penyembahan berhala.

Kata kunci: Hizkia, kesiapan, merombak, bait Allah

PENDAHULUAN

Permasalahan yang sering timbul dalam kehidupan bangsa Israel, secara khusus dalam hal ini selalu dikaitkan hubungannya dengan Tuhan. Adanya siklus kehidupan bangsa Israel dari mulai diberkati, murtad, sampai kepada kehancuran dan kemudian bertobat dan diberkati menjadi semacam pola kehidupan bangsa ini terus menerus. Dari mulai masuknya ke tanah Perjanjian sampai masuk ke pembuangan, kehidupan kerohanian mereka terus naik turun dan sampai kepada puncaknya kesalahan mereka sudah tidak bisa ditoleran, sehingga harus mengalami penderitaan dengan dibuang ketanah pembuangan.

(2)

Luhut P. Lumbangaol: Pengudusan Bait Allah Menurut 2 Tawarikh 29:3 – 31:1

Copyright© 2022; Logon Zoes, e-ISSN 2745-3766 | 95

Kitab Tawarikh merupakan salah satu kitab yang cukup menarik untuk membahas mengenai pemimpin bangsa Yehuda, secara khusus dalam pembahasan ini berkaitan dengan raja Hizkia. Ia merupakan sosok pribadi yang sangat menarik. Selain sebagai tokoh reformasi dalam pembaharuan rohani umat, ia juga sebagai tokoh yang cukup bijaksana dalam kepemimpinannya. Kitab 2 Tawarikh menjadi bagian yang menekankan sisi gelap bangsa Israel. Banyak pesan Tuhan yang datang melalui nabi-nabi dan raja-raja untuk kembali bangkit melakukan pembaharuan dengan penuh pengharapan, bahkan fungsi imam menjadi penting dalam ibadah sebagai pribadi atau kelompok yang dipilih Tuhan.1

Penelitian ini akan menemukan prinsip hidup dan tindakan yang dilakukannya dalam membangun kerohanian umat Allah. Ada satu ketegasan yang luar biasa yang ditunjukkan oleh Hizkia dalam membangun suatu hubungan kembali dengan Tuhan.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah hermeneutik untuk menggali dan mengungkapkan makna teks 2 Tawarikh 29:3 – 31:1.2 Dengan menggunakan metode ini akan dijelaskan hubungan dalam pembangunan Bait Allah berdasarkan 2 Tawarikh 29:3 – 31:1. Adapun penyelidikan ini lebih banyak menggunakan metode kepustakaan yang di dalamnya banyak menggunakan sumber buku-buku. Dalam penggalian ini banyak menggunakan buku yang berhubungan dengan latar belakang, baik itu tokoh Hizkia dan juga berhubungan dengan kehidupan bangsa Israel sebelum Hizkia dan pada masa pemerintahannya.

Proses dalam mendalami penelitian ini sebagai sumber yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai kebenaran Alkitab, maka untuk mencari penjelasan dalam ayat ini diperlukan berbagai sumber buku yang relevan dengan konteks tersebut dan juga harus memiliki azas yang sama tentang pemahaman bahwa Alkitab adalah sumber kebenaran yang merupakan firman Allah. Hizkia merupakan tokoh yang sangat berpengaruh pada zamannya ketika ia berusaha memperbaiki sistem dalam rumah ibadah sebagai bentuk penghormatannya kepada Allah sebagai pribadi yang harus disembah di dalam rumah ibadah pada masa itu.

PEMBAHASAN

Hizkia sebagai pribadi yang memiliki latar belakang keluarga yang tidak bersahabat dengan Allah mampu menunjukkan identitas yang dimilikinya melalui sikap hatinya terhadap Tuhan. Bagian ini akan melihat secara jelas sosok pribadi dari Hizkia dan juga tindakan pereformasian yang dilakukannya untuk memulihkan kembali hubungan dengan Allah yang telah lama rusak.

Latar Belakang

Sebenarnya ini hanya penceritaan ulang kembali sebab semua peristiwa ini sudah terjadi jauh sebelum pembuangan. Penulis kitab mau mengingatkan bangsa Israel akan kebesaran Tuhan yang telah memberkati bangsa itu dari mulai adanya kerajaan Israel.

Pasal 29:1-2 menceritakan masa pemerintahan Hizkia (2 Taw. 29-32) yang juga

1 Paulus Kunto dan Ester Yunita Dewi Baskoro, ‘Penyembahan Menurut Masa Kini’, JURNAL KADESI: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 1.1 (2021): 105–125.

2 Sonny Eli Zaluchu, “Metode Penelitian di dalam Manuskrip Jurnal Ilmiah Keagamaan,” Jurnal Teologi Berita Hidup 3, no. 2 (2021): 249-266.

(3)

LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial, dan Budaya, Vol 5, No 2 (Agustus 2022)

berkaitan dengan 2 Raja-raja 18-20 dan 2 Raja-raja 18:1-3, yang mengabaikan hubungan dengan kerajaan Utara.3 Ini terbukti dengan runtutan cerita yang ditulis dalam Tawarikh ini, supaya bangsa itu kembali kepada Tuhan dan tidak meninggalkan Tuhan, serta bagaimana pentingnya rumah Allah dalam hubungannya dengan kehadiran Allah.

Masa Pemerintahan Ahas

Tindakan yang paling jahat dilakukan oleh Ahas dengan mengeluarkan perkakas yang ada dalam Bait Allah dan kemudian menutup pintu rumah Tuhan, lalu membuat mezbah- mezbah bagi dirinya di segenap Yerusalem. Ahas membuat mezbah yang baru dan berbeda dengan mezbah yang telah dikuduskan oleh Allah. Mezbah yang dibuat olehnya ada kaitannya dengan mezbah yang dibuat bangsa lain, seperti Palestina. Mezbah- mezbah tersebut digunakan juga untuk mengorbankan korban bakaran sebagai persembahan kepada pihak yang berkuasa. Ahaz memberikan korban bakaran yang dilakukannya terhadap anaknya sebagai persembahan kepada baal (28:2).

Jika dilihat dari perbuatan Ahas, ia cukup lama menutup pintu rumah Tuhan dan ini berakibat tidak adanya kegiatan peribadatan kepada Tuhan. Tidak dijelaskan tahun berapa dari pemerintahan Ahas ketika ia menutup pintu rumah Tuhan. Paling tidak selama pemerintahannya selama 16 tahun, kegiatan peribadatan dialihkan kepada penyembahan berhala dan besar kemungkinan rakyatnya ikut dalam kegiatan penyembahan berhala. Jika pemimpin melakukan tindakan yang sesuai dengan keinginannya, maka hal itu juga diwajibkan kepada anggotanya. Dengan kondisi demikian dapat dipastikan rumah Tuhan tersebut dalam kondisi yang sudah tidak terawat, selain perkakas yang ada di dalamnya sudah ada yang diambil. Mengenai “baal,”

dalam komentarnya di pasal 17:3, “lembah bi Hinnom” ada di arah timur daerah selatan dekat Yerusalem; dan hal ini tepat digambarkan sebagai gambaran orang Yahudi yang sebagian memberontak dengan melakukan penyembahan berhala (33:6).4 Begitu jahatnya kehidupan Ahas, bahkan sampai kepada kematiannya ia tetap tidak mau bertobat. Ini bukti bahwa ia menyakiti hati Allah (28:27). Dalam keadaan krisis dan sangat gawat pada saat itu, Yesaya berusaha menghimbau Ahas untuk percaya kepada Allah, tetapi sia-sia (bnd. Yes. 7:1-12). Bahkan raja yang tidak beriman itu lebih suka meminta bantuan kepada Asyur. Sebagai imbalan dari bantuan Asyur, disamping upeti yang besar yang harus dibayar, Yehuda menjadi kerajaan bawahan selama satu abad.

Keadaan Yehuda tersebut makin digunakan oleh orang Filistin dan Edom untuk melancarkan serangan (2 Taw. 28:17,18).5

Ahaz merupakan salah satu raja yang sangat berbeda dengan raja yang ada di Yehuda. Hal ini bukan masalah mereka tidak menyembah Tuhan tetapi menyembah berhala dan ia mempersembahkan anak sebagai korban bakaran. Latar belakang persembahan anak sebagai persembahan yang diberikan kepda berhala itu justru banyak dipengaruhi oleh budaya atau kepercayaan dari bangsa asing. Ia mendorong bangsanya

3 Raymond B. Billard, Word Biblical Commentary: Chronicles, peny., David. A. Hubbard dan Glennd W. Baker (Waco: Word Book Publisher, 1984), 228.

4 J. Barton Payne, Zondevan NIV Bible Commentary, peny., Kenneth L. Baker dan John R.

Kohlenberger III (Grand Rapids: Zondervan Publishimg House, 1994), 664.

5 J. C. J. Waite, “Ahas,” Dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, pen., W.B. Sijabat (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1997), 1: 16.

(4)

Luhut P. Lumbangaol: Pengudusan Bait Allah Menurut 2 Tawarikh 29:3 – 31:1

Copyright© 2022; Logon Zoes, e-ISSN 2745-3766 | 97

mempersembahkan korban kepada ilah-ilah, menempatkan mezbah ilah Asyur di kuil istana, menggeser dan menyalahgunakan mezbah tembaga Salomo menjadi tempat meramal (28:2-4, 23-25; bnd. 2 Raj. 16:3, 4, 10-16).6 Jadi Ahas memiliki dasar pemahaman tentang penyembahan berhala itu didapat dari pengalamannya terhadap raja Asyur. Besar kemungkinan pengorbanan yang dilakukan Ahas dengan memberikan anaknya sebagai korban bakaran adalah pengaruh bangsa Asyur, baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Hizkia

Dalam bahasa Ibrani kata Hizkia hY^q!z+h! (j!z+q!y^h) atau WhY^q!z+j! (j!z+q!y^hW) atau bentuk lengkapnya WhY^q!z+j!y+ (y+j!z+q!y^hW) memiliki arti “TUHAN tempat kekuatanku.”7 Sebelum Hizkia menjadi raja, yang menjadi raja adalah Ahas. Selain Yosia, Hizkia merupakan keturunan Daud yang duduk di atas tahta yang paling saleh. Nama ibunya adalah yb!a& (a&bî) bentuk perjanjian yang benar hY*b!a& (a&b!y*h).8 Pemerintahannya mulai dengan kebangunan rohani besar yang mempengaruhi suku- suku utara. Hidup Ahas sangat berbeda dengan anaknya Hizkia, sebab ia hidup jauh dari Tuhan dengan membuat patung-patung tuangan untuk para baal (2 Taw. 28:3), bahkan membakar anaknya-anaknya sebagai korban dalam api (28:4).

Hizkia kemungkinan tidak mendapatkan pengajaran tentang aturan dalam ibadah kepada Allah, serta mengenai pelayanan dari para iman. Tetapi ada orang-orang yang mungkin memberitahukan hal itu kepadanya sehingga ia tahu siapa yang melayani dalam rumah Tuhan.

Lukisan tentang kesatuan Israel dibawah pemerintahan raja Daud juga terdapat salah satu aspek pribadi yang terdapat dalam Tawarikh yaitu Hizkia dalam hal yang berkaitan dengan pemerintahan mereka sebagai raja.9 Dalam catatan tentang pemerintahannya, Hizkia melihat adanya penonjolan konsep tentang ketundukan hati yang sebenarnya: istilah-istilah yang berkaitan dengan hati muncul sebelas kali dalam 2 Tawarik 29-32 (29:10, 31, 34; 30:12, 19, 22; 31:21; 32:6, 25, 26, 31).10 Hizkia memiliki pribadi yang sangat kontras dengan ayahnya dan memiliki kredibilitas sebagai raja yang dinyatakan melalui kesetiaannya kepada Allah dan sejarah bangsa Israel yang telah dibiarkan Allah dengan menggunakan mereka para pendahulu yang setia. Wujud dari kesetiaannya adalah berkat yang luar biasa dalam pemberkatan yang dinyatakan kepadanya.

Ia mulai melakukan suatu pemberesan dari dalam dan juga bertindak untuk memerangi bangsa yang telah mempengaruhi dan menguasai Yehuda dengan memberikan upeti. Orang-orang mulai timbul suatu penyesatan, Hizkia mengambil resiko (spekulasi untuk mengambil tindakan cepat untuk melawan Palestina dan menghasilkan rentetan kemenangan di mana keinginan mereka untuk mendapatkan

6 Waite, “Ahas,” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, pen., W.B. Sijabat (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1997), 16.

7 F.C. Keil and F. Delitzsch, Commentary on the Old Testament: I&II Kings, I&II Chronicles, Ezra, Nehemia and Ester (Gramd Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, tt), 431.

8 Ibid.

9 Billard, Word Biblical Commentary: Chronicles, 228.

10 David Howard, Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2002), 328,9.

(5)

LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial, dan Budaya, Vol 5, No 2 (Agustus 2022)

kota-kota besar kecuali daerah Gaza).11 Dengan tanggap Hizkia melakukan perlawanan yang mengerahkan pasukan mereka untuk memerangi mereka.

Mosis membuktikan dalam Tawarikh tersebut bahwa Hizkia menjadi orang kedua setelah Daud. Ini dilihat dari perbandingan dalam Tawarikh tersebut tentang pemerintahan Saul, Daud dan Salomo. Pemerintahan itu merupakan pola dalam sejarah Israel yang berkaitan dengan kepribadian mereka: waktu kemurtadan (Saul), waktu berbuat baik dan diberkati (Daud) dan juga berkat terakhir kepada Israel juga di dapati dalam pengharapan iman (Salomo).12 Adanya sifat Daud yang mementingkan Tuhan dalam kepemimpinannya itu juga terdapat pada Hizkia. Dari tiga tokoh raja pertama, kedua dan ketiga merupakan gambaran kepemimpinan raja-raja yang kemudian diikuti oleh raja lain. Hizkia dalam hal ini melakukan hal yang besar, seperti yang dilakukan Daud nenek moyangnya.

Kehebatan dan kemampuan seseorang tidak menjadi jaminan bahwa ia dapat memimpin bangsa tersebut kepada keberhasilan yang diberkati Tuhan, tetapi dalam hal ini lebih kepada kemauan dan itikad baik yang keluar dari perasaan yang dalam dari lubuk hati. Demikian jelas dari rujukan-rujukan di atas, sikap hati adalah perkara yang penting sekali dihadapan Allah: dia membenci orang yang berhati angkuh, tetapi akan orang yang rendah hati, mempunyai kerelaan yang sungguh-sungguh.13

Raja yang takut akan Tuhan merupakan raja yang berkenan kepada-Nya dan tindakan yang dilakukan itu pasti berkaitan dengan perintah Allah. Mereka akan mendapatkan berkat dari Tuhan, baik itu kepada personal, keluarga dan secara umum kepada bangsa. Kebahagiaan dari Allah yang luar biasa sebagai raja besar yang saleh akan diteguhkan di dalam usahanya sebagai wujud dari kesetiaannya.14 Itulah bukti yang sangat nyata yang diberikan Allah kepada mereka yang tetap setia dan kesetiaan yang dilakukan Hizkia dengan tidak mau kompromi dengan dosa dan penyembahan kepada berhala dan pengorbanan anak yang dijadikan tumbal untuk kepentingan pribadi dengan tanpa berperikemanusiaan.

Pemulihan Fisik Rumah Allah (29:3; 31:1)

Rumah Tuhan tersebut mulai dibuka oleh Hizkia, anak dari Ahas, yaitu pada awal masa pemerintahannya dan memperbaikinya (29:3). Pada awal pemerintahannya, Hizkia berusaha memberantas kesalahan-kesalahan. Bait suci dibuka lagi dan dibersihkan dari segala kecemaran. Tahun pertama dari pemerintahannya pada tahun 726, lebih dahulu dengan mengarahkan ke arah pembaharuan fisik selama dua tahun dan mencapai suatu perkembangannya.15

Jika dilihat dari fisik bangunan, maka ada beberapa bagian yang rusak dan hilang karena diambil oleh mereka yang tidak bertanggung jawab atas perkakas rumah Tuhan

11 John McClentock dan James Strong, “Hezeki’ak,” dalam Cyclopedia of Biblical, Theological and Ecclessiastical (Grand Rapids: Baker Book House, 1981), 4: 226.

12 Billard, Word Biblical Commentary: Chronicles, 229.

13 Howard, Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama, 329.

14 McClentock dan James, “Hezeki’ak,” dalam Cyclopedia of Biblical, Theological and Ecclessiastical, 4: 226.

15 Untuk dapat melihat keberhasilan dari awal pemerintahan Hizkia dalam melakukan

pemulihan fisik bangunan bait Allah maka dapat melihat dapat melihat komentar dalam pasal 28:27.

Payne, Zondevan NIV Bible Commentary, 664.

(6)

Luhut P. Lumbangaol: Pengudusan Bait Allah Menurut 2 Tawarikh 29:3 – 31:1

Copyright© 2022; Logon Zoes, e-ISSN 2745-3766 | 99

tersebut. Tindakan yang dimaksud terutama tindakan yang dilakukan oleh Ahas dengan merusak seluruh isi perkakas ibadah, sehingga perlu orang-orang untuk memperbaiki bangunan bait Allah tersebut. Hal ini dilakukan oleh Hizkia karena ia adalah orang yang takut akan Tuhan. Salah satu perkara dalam Tawarikh adalah antara Hizkia dengan Salomo yang berkaitan dengan tempat ibadah yang biasanya dilakukan setiap waktu untuk menghampirinya (bnd. 2 Taw. 1-2). “Bagian Timur” mungkin sama dengan daerah

“bagian perairan dekat pintu gerbang” dalam Nehemia 8:1, 3, daerah sebelah luar halaman Bait Suci.16

Memang tidak dijelaskan seberapa besar kerusakan yang dialami oleh bait Allah tersebut. Tetapi dengan waktu selama bertahun-tahun, ada kemungkinan bangunan tersebut tidak terawat dan lebih mudah rusak jika tidak ada yang merawatnya. Jika melihat sebuah bangunan sekalipun kuat dan cukup megah, tetapi jika tidak ditempati oleh penghuninya selama beberapa tahun, pasti bisa dibayangkan seberapa besar kerusakan yang dialami. Bait Allah tersebut juga sama, sebab selama masa pemerintahan Ahaz, maka sangat mungkin bahwa fisik bangunan dan seluruh perabotan tersebut akan mengalami kerusakan yang cukup parah. Pembukaan pintu bait Allah memberikan kesempatan untuk menarik setiap pribadi untuk membuka kembali dan membersihkan bait Allah. pembersihan di rumah ibadah memerlukan waktu selama dua minggu, satu minggu di sebelah luar dan satu minggu lagi diri mereka sendiri.17

Orang-orang yang memiliki wewenang atau tanggung jawab dalam hal ini adalah mereka yang sudah ditetapkan Allah dari semula, yaitu mereka yang sudah dikhususkan menjadi bagian dari pelayan Tuhan, yaitu orang Lewi. Mereka bertanggung jawab atas inventaris perlengkapan ibadah yang ada di dalam Bait Suci; pada bagian fisik, di mana mereka para imam mengangkut barang-barang kudus serta mengamati barang tersebut dengan hati-hati (bnd. 2 Taw. 5:4-11).18

Reformasi yang dilakukan Hizkia bukan hanya di daerah kekuasaannya atau pemerintahannya saja, tetapi juga masuk ke wilayah lain dimana melewati tembok- tembok Yerusalem. Tempat-tempat pembakaran bagi dewa-dewa (bamot) di seluruh Yehuda, Benyamin, Efraim dan manasye dihancurkan (31:1; bnd. 2 Raj. 18:4). Raja-raja Yehuda perang melawan “dewa Polis” dan “tempat tinggi” terbukti dalam ringkasan yang terdapat dalam 2 Raja-raja 18:4a. Dia juga dapat membinasakan Nehustan, ular tembaga milik Musa, di mana orang-orang telah disesatkan karena mereka menjadikan benda tersebut sebagai objek yang disembah. Ular itu disebut “Nehustan” yang berarti barang tembaga.19 Hizkia menunjukkan keberanian luar biasa dengan membuang ular tembaga yang telah menjadi ilah sembahan. Ia membongkar tugu-tugu berhala dan menghancurkan ular tembaga yang dibuat oleh Musa karena telah menjadi berhala. Ia menghiasi bait suci (bnd. 2 Raj. 18:15) dan menggunakan harta benda yang ada dalam bait suci tersebut untuk membayar sekutu-sekutunya atau untuk membayar upeti.20

16 Keil and Delitzsch, Commentary on the Old Testament: I & II Kings, I & II Chronicles, Ezra, Nehemia and Ester, 431.

17 Ibid., 435.

18 Ibid.

19 Andrew C. Bowling, Baker Commentary on the Bible, peny., Walter A. Elwell (Grand Rapids:

Baker Books, 1984), 229.

20 A.R. Millard, “Bait Suci,” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, pen., M.H. Simanungkalit dan R.J. Mckelvey (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1997), 138.

(7)

LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial, dan Budaya, Vol 5, No 2 (Agustus 2022)

Hizkia melakukan banyak renovasi dan pembaharuan, baik dari fisik dan juga spiritual mereka. Dalam hal ini ada tahapan yang dilakukan olehnya untuk menyempurnakan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pembaharuan rohani.

Tahapan itu akan dijadikan suatu dasar yang sangat penting agar Allah berkenan kepada mereka dan menghasilkan pembaharuan kembali, serta berkat yang Tuhan akan nyatakan. Tindakan yang dilakukan raja dalam membersihkan tempat ibadah berhasil dengan empat tahapan: pertama, pendamaian pribadi para imam (29:4-14). Kedua, mereka melakukan pembersihan terhadap bait Allahnya (29:15-19). Ketiga, perbaikan dari tempat suci dan altar (29:20-30), dan keempat, mendorong rakyat untuk mulai mempersembahkan korban bakaran (29:31-36).21

Penyucian Para Imam dan Umat (29:4-5, 13-17)

Mulai ia mengumpulkan para imam dan orang Lewi yang selama ini sudah tidak melakukan pelayanan. Sikap Hizkia sangat jelas kepada mereka supaya menguduskan diri dan juga menguduskan rumah Tuhan (29:4-5). Ini bukti bahwa ada dua objek yang harus dikuduskan. Pertama, mereka para imam dan orang Lewi. Kedua, rumah Tuhan sebab di dalam rumah Tuhan sudah terdapat kecemaran yang dilakukan Ahas, sehingga Hizkia menyuruh untuk mengeluarkan seluruh perabotan atau hal yang berhubungan dengan kecemaran (29:5). Ini membuktikan betapa pentingnya ibadah itu bagi Hizkia dan ia juga bisa melihat serta belajar dari pengalaman orang tuanya yang meninggalkan Tuhan, sehingga banyak mengalami kesusahan. Hizkia memerintahkan untuk membersihkan bait Allah dengan berkata: harus mengikuti “firman Allah” dari mereka yang memiliki permasalahan dalam penyesuaian diri dengan semangat kepada hukum Musa (bnd. Ul. 12:2-4).22

Pada dasarnya pengudusan zaman Perjanjian Lama itu sangat penting, sebab orang yang melayani Tuhan tidak boleh najis karena ia akan mendapatkan penghukuman dari Tuhan. Sedangkan tempat ibadah adalah bagian yang tidak bisa lepas dari kekudusan Allah. Allah adalah kudus maka rumah Tuhan itu juga harus kudus, sebab Ia akan bersemayam di dalamnya. Barangkali gagasan asli mengenai kesucian didapat pada perubahan menurut tata cara yang diperintahkan kepada seseorang saat ia melakukan kewajiban-kewajiban keagamaan.23

Pengudusan Rumah Tuhan

Melalui Kemah Suci dan Bait Allah ini Allah hadir ditengah-tengah umat Allah dan umat Allah beribadah kepada Allah. Menurut Gregory Beale, Kemah Suci dan Bait Allah merupakan rancangan yang secara simbolis menggambarkan realitas di akhir zaman nanti ketika kehadiran Allah, yang sebelumnya hanya terbatas di Ruang Maha Kudus, akan memenuhi seluruh alam semesta.24

21 Payne, Zondevan NIV Bible Commentary, 666.

22 J. Barton Payne, The Expositor’s Bible Commentary, jil. 4, peny., Frank E. Gaebelein (Grand Rapids: Zodervan Publishing Company, 1984) 534,5.

23 R.A. Finlayson, “suci,” dalam ensiklopedi Alkitab Masa Kini, peny., H.A. Oppusunggu, pen., M.H. Simanungkalit (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1997), 421.

24 Jhon Leonardo Presley Purba, ‘Makna Kemah Suci Hingga Bait Allah Bagi Kehidupan Religius Kristen Masa Kini’, Danum Pambelum: Jurnal Teologi Dan Musik Gereja, 1.1 (2021): 21–36

<https://doi.org/10.54170/dp.v1i1.33>.

(8)

Luhut P. Lumbangaol: Pengudusan Bait Allah Menurut 2 Tawarikh 29:3 – 31:1

Copyright© 2022; Logon Zoes, e-ISSN 2745-3766 | 101

Kata Ibrani m!qd^sy dan yang terkait tentang hal itu qod#sy, menghujat pada suatu tempat yang dikhususkan untuk menyembah Allah atau ilah-ilah. Penggunaan kata-kata ini hampir semuanya untuk tempat dimana Yahweh disembah, walaupun istilah ini juga digunakan dalam ibadah-ibadah penduduk Palestiana sebelumnya. Penyelewengan yang terjadi pada zaman pemerintahan raja mengakibatkan masuknya tata ibadah lain ke dalam bait Allah. Hizkia sebagai perantara doa pada ketaatan perayaan Paskah Yahudi (30:18-20) mengingat adanya kesamaan doa Salomo dalam ibadah di bait Allah (bnd. 2 Taw. 6). Janji Allah tentang adanya “pemulihan” sebagai jawaban terhadap doa-doa Salomo (bnd. 7:14) dan berkaitan juga dengan pemulihan terhadap jawaban kepada Hizkia (30:20).25

Maksud pengudusan dalam hal ini adalah dipisahkan atau disendirikan dari kenajisan. Hal ini dikaitkan dari arti posisi. Rumah Tuhan telah dijadikan tempat penyembahan berhala olah raja Ahas. Dengan inisiatif dari raja Hizkia kemudian menguduskan rumah Allah dari segala kecemaran, sebab hal ini berkaitan dengan kekudusan Allah. Para orang Lewi dengan sangat bersemangat melakukan pembersihan tersebut. Segala kenajisan dibersihkan dari seluruh ruangan yang ada di dalam dan yang ada disekitarnya.

Sekalipun rumah Allah itu tidak bergerak dan sebagai benda mati dan tidak memiliki pengaruh secara langsung dari fisik bangunannya, karena tidak ada wujud yang bisa diubahkan dalam kaitannya dengan spiritual mereka yang beribadah, tetapi persoalan yang terkait di sini bukan masalah fisik bangunan tersebut. Tempat kehadiran Allah dalam Perjanjian Lama itu selalu dikaitkan dengan bait suci yang diwujudkan dengan fisik bangunan, sehingga ketika bangunan menjadi cemar, maka tidak mungkin bisa menyatu dengan sifat Allah. Contoh yang sangat sederhana, jika ada tempat pemujaan berhala yang sudah dipakai, maka secara tidak langsung penguasa-penguasa kecemaran akan masuk di dalamnya sehingga dengan sifat Allah tidak mungkin bisa menyatukan hal ini. Tindakan yang harus dilakukan adalah dengan menguduskan bait Allah tersebut. Permbaharuan inilah yang dilakukan oleh Hizkia kepada seluruh perangkat serta yang berkaitan dengan komponen dalam penyembahan kepada Tuhan sehingga layak untuk dipakai kembali.

Korban Pengudusan

Ada sikap yang ditunjukkan Hizkia dalam pengudusan para imam serta rumah Tuhan dengan memberikan korban berupa binatang sebagai pengudusan yang berkaitan dengan persembahan kepada Tuhan. Kelayakan dan pemberian rasa hormat serta pujian karena nama-Nya dilakukan melalui gerak-isyarat, tindakan dan gerakan yang meliputi tindakan korban curahan, persembahan korban sembelihan dan korban bakaran, bersujud, membakar ukupan, memberikan korban syukur dan membayar nazar, berdoa dengan bermacam-macam sikap tubuh (berlutut, jatuh tersungkur, mengangkat tangan, sujud dengan muka sampai ketanah), berpuasa, upacara-upacara pembasuhan dan penyucian, tarian, mengoyak pakaian (dalam pertobatan), merayakan dan melaksanakan hari-hari raya agama yang besar (bnd. 2 Taw. 29:12-19, 31-36; 32:12-27: 34:12, 22-28).26

25 Billard, Word BiblicalCommentary: Chronicles, 228.

26 Andrew E. Hill dan John H. Walton, Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2001), 360.

(9)

LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial, dan Budaya, Vol 5, No 2 (Agustus 2022)

Jumlah korban bakaran yang dibawa jemaah ialah: lembu tujuh puluh ekor, domba jantan seratus ekor dan domba muda dua ratus ekor. Semua itu diberikan sebagai korban bakaran kepada Tuhan (29:32). Belum termasuk persembahan khusus yang jumlahnya ribuan ekor (29:33). Ada banyak jumlah korban bakaran yang diberikan oleh mereka, mulai dari pemimpin-pemimpin dan juga umat Yahudi secara umum, baik dari yang miskin sampai kepada orang yang memiliki harta berlimpah.

Hal ini diperbuat Hizkia untuk membuka kembali rumah Tuhan dan umat-Nya beribadah kepada-Nya. Jelas bahwa pengorbanan dari Hizkia tidak dengan perhitungan, tetapi ia dengan sangat peduli akan kehidupan kerohanian mereka sebagai bangsa yang sudah dipilih Allah. Pengorbanan yang diberikan Hizkia dalam pengudusan itu cukup banyak dan hal itu membuktikan betapa rakyat masih peduli dan ingin kembali kepada Allah mereka, yaitu Allahnya Daud.

Dampak dari Pengudusan (29:36; 31:1)

Seluruh rakyat tersebut bersukaria dengan sangat luar biasa dan hal ini sangat berbeda seperti pemerintahan Ahas. Peristiwa yang membuat mereka lebih heran adalah sesuatu yang luar biasa yang tidak diduga bisa terjadi dengan tidak adanya beban, tetapi sukacita yang begitu luar biasa (29:36). Hizkia dan orang-orangnya bergembira karena menuruti apa yang Tuhan katakan untuk mereka lakukan, di mana dari analisa terakhir mereka memiliki prestasi rohani yang murni dalam sukacita Allah (30:12; 1 Raj. 18:17; bnd. Kis.

11:18).27 Ada pujian yang mereka naikkan kepada Tuhan sebagai tanda syukur mereka atas pertolongan yang sudah Tuhan berikan kepada mereka dan Tuhan berkenan menerima mereka kembali sebagai umat yang diberkati. Seluruh kota di Yerusalem harus memberikan perhatian khusus kepada bait Allah, baru dalam setiap saat akan membawa perubahan langsung agama tersebut dengan dimulainya perayaan paskah.28

Mereka kembali kepada Allahnya dan semua berhala, patung penyembahan itu diremukkan dan dihancurkan oleh bangsa Yehuda, termasuk Efraim dan Manasye menghancurkan para kumpulan berhala tersebut. Adanya suatu pembaharuan besar- besaran yang dilakukan oleh raja untuk pemulihan kembali hubungan mereka yang sudah lama terputus. Ini merupakan satu tekad yang sangat besar dari mereka untuk kembali beribadah kepada Tuhan dan mengembalikan identitas bangsa semula yang diberkati oleh Tuhan (31:1). Orang-orang Lewi, para pemuji dan semua jemaat bersukacita terhadap pembaharuan yang diperintahkan Hizkia (29:30, 36; 30:21, 23, 25).29

Kehidupan yang sudah hancur dan berantakan kembali mengalami pembaharuan dan reformasi secara besar-besaran. Ada suatu kebangunan rohani yang luar biasa.

Hizkia merasakan sesuatu yang baru dalam bangsanya dan juga kehadiran Tuhan mulai nyata dalam kehidupan mereka dengan adanya berkat yang begitu melimpah dalam kehidupan bangsa itu. Hizkia dengan kebijaksanaannya akan menjadikan tuntutan dengan cepat tentang apa yang sudah dicapainya. Dia bersemangat untuk mereformasi dengan tidak toleransi terhadap penundaan. Pada bulan pertama tahun pertama

27 Payne, Zondevan NIV Bible Commentary, 667.

28 Bowling, Baker Commentary on the Bible, 229.

29 Howard, Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama, 327.

(10)

Luhut P. Lumbangaol: Pengudusan Bait Allah Menurut 2 Tawarikh 29:3 – 31:1

Copyright© 2022; Logon Zoes, e-ISSN 2745-3766 | 103

pemerintahannya ia melihat dengan bersemangat dan mengajak bernyanyi dihadapan dia.30 Ada sikap yang ditunjukkan raja tersebut sebagai rasa syukurnya kepada Tuhan atas semua keberhasilan dan pertobatan yang dilakukan oleh umat tersebut, sehingga berkat dan pertolongan dari Tuhan nyata dalam kehidupan mereka.

Segala berkat dari Allah itu dasarnya adalah kebergantungan dari umat Yehuda kepada Tuhan. Selama dekade yang mereka alami jelas sekali bahwa ketika mereka mengandalkan Tuhan, maka ada suatu sukacita luar biasa yang Tuhan berikan, tetapi jika meninggalkan Tuhan maka penghukuman dan penderitaan akan terus mereka alami.

Hizkia sebagai pribadi yang membawa berkat bagi mereka dan umat ini mengalami kemenangan dan keamanan dari serangan musuh, sehingga kedamaian dalam masa pemerintahannya sungguh sangat nyata dan terbukti. Tuhan tetap memelihara dan memberkati mereka.

KESIMPULAN

Dalam kehidupan bangsa Israel pertumbuhan iman mereka itu tidak pernah bertahan, tetapi justru menjadi semakin merosot dan bahkan masuk kepada penyembahan berhala.

Untuk kondisi seperti ini sangat dibutuhkan reformasi yang mengubah konsep mereka yang benar tentang Allah. Lebih dari pada itu, agar setiap umat tetap menyembah kepada Allah yang benar. Keberhasilan umat Yehuda akan sangat dipengaruhi oleh pemimpin tersebut, dalam hal ini terlihat jelas, di mana peran Hizkia untuk mereformasi umatnya dalam penyembahan kepada Tuhan itu dengan tanpa kompromi. Hizkia melakukan apa yang benar dan berkenan kepada Tuhan. Sehingga dampak dari sikap hidupnya yang benar itu, sangat berpengaruh kepada berkat yang diberikan kepada umat tersebut.

Kaitan kepada orang percaya sekarang ini juga masih banyak melakukan penyembahan kepada illah lain, oleh sebab itu sebagai hamba Tuhan bertanggung jawab untuk memberikan pengajaran yang benar dan mereformasi kehidupan orang percaya yang melakukan penyembahan kepada illah yang tidak benar supaya kehidupan orang Kristen diberkati dan memjadi berkat bagi banyak orang, terutama dalam kehidupan sehari-hari.

REFERENSI

Bennett, W.H. The Expositor’s Bible: Allah Complete Exposition of the Bible. Disunting oleh W. Robedson Nicoll. 2: 574. Grand Rapids: Baker Book House, 1982.

Billard, Raymond B. Word Biblical Commentary: Chronicles. Disunting oleh David. A.

Hubbard dan Glennd W. Baker. Waco: Word Book Publisher, 1984.

Bowling, Andrew C. Baker Commentary on the Bible. Disunting oleh Walter A. Elwell.

Grand Rapids: Baker Books, 1984.

Finlayson, R.A. “Suci.” Dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini. Disunting oleh H.A.

Oppusunggu. Diterjemahkan oleh M.H. Simanungkalit. 1: 421. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1997.

Hill, Andrew E. dan John H. Walton, Survei Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 2001.

Keil, F.C. and Delitzsch, F. Commentary on the Old Testament: I&II Kings, I&II Chronicles, Ezra, Nehemia and Ester. Gramd Rapids: William B. Eerdmans Publishing

Company, tt.

Howard, David. Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 2002.

30 W.H. Bennett, The Expositor’s Bible: Allah Complete Exposition of the Bible, peny. W.

Robedson Nicoll (Grand Rapids: Baker Book House, 1982), 2: 574.

(11)

LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial, dan Budaya, Vol 5, No 2 (Agustus 2022)

Kunto, Paulus dan Ester Yunita Dewi Baskoro, ‘Penyembahan Menurut Masa Kini’, JURNAL KADESI: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 1.1 (2021): 105–

125.

McClentock, John dan Strong, James. “Hezeki’akan.” Dalam Cyclopedia of Biblical, Theological and Ecclessiastical. 4: 226. Grand Rapids: Baker Book House, 1981.

Millard, A.R. “Bait Suci.” Dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini. Diterjemahkan oleh M.H.

Simanungkalit dan R.J. Mckelvey. 1:138. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1997.

Payne, J. Barton. The Expositor’s Bible Commentary. Disunting oleh Frank E. Gaebelein.

4:534, 5. Grand Rapids: Zodervan Publishing Company, 1984.

________. Zondevan NIV Bible Commentary. Disunting oleh Kenneth L. Baker dan John R.

Kohlenberger III. Grand Rapids: Zondervan Publishimg House, 1994.

Purba, Jhon Leonardo Presley. "Makna Kemah Suci Hingga Bait Allah Bagi Kehidupan Religius Kristen Masa Kini." Danum Pambelum: Jurnal Teologi Dan Musik Gereja, 1.1 (2021): 21–36 <https://doi.org/10.54170/dp.v1i1.33>.

Waite, C.J. “Ahas.” Dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini. Diterjemahkan oleh W.B.

Sijabat.1: 16. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1997.

Zaluchu, Sonny Eli. “Metode Penelitian di dalam Manuskrip Jurnal Ilmiah Keagamaan.”

Jurnal Teologi Berita Hidup 3, no. 2 (2021): 249-266.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi berjudul “Pengaruh Prestasi Belajar Kewirausahaan dan Praktek Kerja Industri Terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII SMK Negeri 2 Lumajang Tahun 2012” telah

➢ Tim kegiatan Fasilitasi Penyusunan Naskah Akademik Tahun 2019 dalam kegiatan ini lebih memfokuskan kepada koordinasi dengan Pemerintah Daerah khususnya Pemerintah

c) Jika diketahui larutan amonia 10%massa dengan densitas ~1 berapa konsentrasi amonia(Mol/Liter) yang terkandung dalam 10 mL larutan tersebut..

AKSES yang lebih terhadap lembaga keuangan sepeti koperasi sangat diperlukan oleh masyarakat setempat dan usaha pedesaan yang terkena dampak letusan Gunung Sinabung.. Masyarakat

Dari 20 hasil frekuensi yang ditunjukan terdapat 3 hasil frekuensi yang menunjukan respon sebagai global vibration, yaitu 4,7158 Hz menunjukan 2-node vertical

Hasil pengujian dalam basis data kedipan menunjukkan sistem yang diajukan dapat mendeteksi durasi kedipan mata dengan tingkat keakuratan 99,4% dan 1% false

Sardjito terhadap pengobatan dan memperbaiki kontrol glikemik kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompokkontrol dengan masing-masingnilai p adalah 0,023(p&lt;0,05)

Seekor ayam nampak kelibat musang dan memberitahu ayam jantan yang ditugaskan untuk menghalau musang.. Ayam jantan itu pun bertenggek di atas sebatang pokok