• Tidak ada hasil yang ditemukan

INKONSTITUSIONALITAS MASA JABATAN PRESIDEN SELAMA TIGA PERIODE, DITINJAU DARI SUDUT PANDANG KONSTITUSI. Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "INKONSTITUSIONALITAS MASA JABATAN PRESIDEN SELAMA TIGA PERIODE, DITINJAU DARI SUDUT PANDANG KONSTITUSI. Oleh :"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

INKONSTITUSIONALITAS MASA JABATAN PRESIDEN SELAMA TIGA PERIODE, DITINJAU DARI SUDUT PANDANG KONSTITUSI

Oleh :

Riska1

Universitas Jakarta E-mail: riska.rafi07@gmail.com

ABSTRACT

Ahead of the 2024 general election, the issue of adding a three-term presidential term was born from thoughts that produce social construction in the community, even though it does not yet have a strong legal basis. So that the author was moved to conduct research that is in-depth analysis using library data, with the approach of Laws and Regulations as the legal basis. Conduct literature studies with various literatures that are in accordance with the research object. Comparative studies also need to be done with other countries as analysis materials. The legal position of the presidential term has so far not been listed in the 1945 Constitution or referred to as unconstitutional. The addition of the term of office occurs if there is a constitutional change or amandment to the 1945 constitution to the the fifth first, precisely in article 7 of the 1945constitution. Looking at the comparison of the term of office of the President of Indonesia with other countries that adhere to the presidential system of government, it can be a comparison that, the presidential term is no more than two periods before the constitutional amendment is made, in order to avoid the use of power or referred to as abuse of power.

Keywords: unconstitutional, presidential office, three terms.

A. PENDAHULUAN

Pemilu mencerminkan bentuk demokrasi Negara Indonesia yang harus dilaksanakan setiap lima tahun sekali dalam satu periode. Tentu dinamika politik tidak terpisahkan dengan isu-isu ketatanegaraan dan isu sosial yang terus bergulir di tengah masyarakat yang majemuk. Masa jabatan presiden berangkat atas dasar konstitusi yang tidak terlepas dari pedoman pembukaan UUD 1945 alinea ke empat. Indonesia telah memasuki era demokrasi pancasila yang harus sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berkembang di dalam masyarakat. Nilai dan norma yang terintegrasi dengan konstitusi menjadi acuan dalam proses pemilu dari masa ke masa.

1 Dosen Fakultas Hukum Universitas Jakarta

(2)

Masa jabatan presiden telah tertuang dalam pasal 7 UUD 1945 “Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan”. Pasca reformasi yang dikenal dengan runtuhnya rezim kepemimpinan Soeharto 1998, Susilo Bambang Yudhono mengusulkan masa jabatan presiden selama dua perioden, dan Susilo Bambang Yudhoyono sendiri merupakan presiden pertama yang sukses menerapkan dua periode tersebut pada 2004-2009 dan dilanjutkan satu kali kepemimpinan pada 2009-2014.

Perubahan masa jabatan presiden tiga periode tidak serta merta dilakukan sesuai dengan isu yang bergulir, karena ada mekanisme jalur konstitusi yang harus ditinjau kembali. Indonesia merupakan Negara hukum yang harus mengambil keputusan sesuai dengan hukum yang telah disepakati di dituangkan dalam bentuk UU. Secara hierarkis, UU sebagai payaung hukum yang tidak bisa bertentangan dengan Peraturan Perundang-Undangan di atasnya sebagaimana prinsip lex imperior derogat legi superior. Jika Indonesia mengharuskan menambah masa jabatan presiden maka konstitusi harus dilakukan perubahan pada pasal 7 UUD 1945. Maka dari itu, isu amandemen UUD 1945 bergulir bersamaan dengan penambahan masa jabatan presiden dan penundaan pemilu 2024. Oleh karena itu, ketiga isu tersebut seolah satu rangkaian yang saling keterkaitan satu sama lain.

Gerakan pasca reformasi pada 1999 sampai 2022 terjadi amandemen konstitusi Indonesia dengan tujuan untuk mewujudkan amanah reformasi sebagai realisasi dan pengakuan pemerintah Indonesia bahwa, kedaulatan tetap berada ditangan rakyat dan dijalankan berdasarkan kehendak rakyat.2 Salah satu tujuan amandemen UUD 1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar dan ketatanegaraan. Urgensi ketatanegaraan saat ini bukan terletak pada masa jabatan presiden yang harus diperpanjang.

Pasca reformasi, Indonesia masih berada pada fase perkembangan ketatanegaraan, di mana dasar Negara masih mengalami perubahan yang cukup signifikan sesuai dengan kebutuhan Negara dan bangsa. 1999 merupakan amandemen

2 Moh Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi Di Indonesia: Studi Tentang Interaksi Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, hlm, 13

(3)

pertama dilakukan sampai pada amandemen keempat 2022, salah satu aturan dasar yang mengalami perubahan yaitu berkaitan dengan pemilihan presiden dan wakil presiden yang semula pemilihannya berada ditangan parlemen, kemudian beralih dengan sistem pemilihan langsung dan partai politik ditempatkan sebagai peserta pemilu.3

Isu politik yang terus tergiring dikalangan masyarakat, menjadi bahan diskusi yang terus memberikan pandangan atau wawasan kebangsaan, untuk merefleksi kembali sejarah pemilu presiden pasca reformasi setelah amandemen konstitusi. Sudah waktunya kembali membuka kitab konstitusi UUD 1945 yang mengatur mengenai pemilu presiden hanya terbatas dua kali masa jabatan sebagaiman diatur dalam pasal 7.

Isu yang terus berkemabang menimulkan opini publik yang bervariasi, tergantung sudut pandang masyarakarakat, dan pisau analisis atau pendekatan apa yang dipakai.

Tentu ada yang menilai dari segi sisi negatif dan sisi positifnya.

Sejauh ini pendekatan konstitusilah yang menjadi paling utama untuk menganalisis isu penambahan masa jabatan presiden yang ke tiga. Meskipun segala aspirasi yang berbeda-beda dari masyarakat terus berkembang. Akan tetapi sebagai Negara demokrasi, aspirasi rakyat dapat ditampung dan diakomodir melalui legislatif dalam bentuk kodifikasi Peraturan Perundang-Undangan, yang dapat menjadi acuan berfikir dan bertindak. Maka selama konstitusi belum dilakukan amandemen yang ke lima, perubahan atas pasal 7 UUD 1945, maka masa jabatan presiden harus tetap sejalan dengan amanat konstitusi. Jadi sebagai pandangan awal adalah penambahan masa jabatan presiden selama tiga periode dinilai bertententangan dengan UUD 1945 atau inkonstitusional.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengaturan masa jabatan presiden dan wakil presiden menurut konstitusi?

2. Bagaimana perbandingan masa jabatan di berbagai Negara yang menganut sistem pemeriintahan presiensial?

3 Irfan Amir dan Mustafa, Aspek Hukum Dan Dinamika Pemilihan Umum Di Indonesia, Jakarta Selatan: Kreasi Cendikia Pustaka (KCP), 2021, hlm, 38

(4)

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengkaji masa jabatan presiden dan wakil presiden di Indonesia berdasarkan konstitusi. Dengan melakukan studi perbadingan dengan masa jabatan presiden dan wakil presiden yang ditepkan di Negara lain. Serta penelitian ini bertujuan sebagai bahan referensi perbandingan pola berfikir untuk menganalisis isu-isu politik yang berkembang.

D. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif yang identik dengan kajian berdasarkan kepustakaan. Penelitian yang diguakan berpusat kepada kajian bahan hukum seperti Peraturan Perundang-Undangan dan bahan-bahan kepustakaan lainnya.4 Penelitian ini lebih tepatnya jika melakukan pendekatan Peraturan Perundang-Undangan sebagai bahan hukum penelitian yang paling utama.

Teknik pengumpulan bahan hukum primer dan sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka (library research), yaitu metode pencarian dan inventarisasi bahan hukum primer dan sekunder dengan cara menulusuri dokumen, literatur buku, jurnal ilmiah, dan Peratuan Perundang-Undangan terkait dengan objek penelitian.5 Literatur yang telah diperoleh dari berbagai sumber akan diuraikan secara deskriptif yang terperinci dan sistematis. Selanjutnya akan disimpulkan dengan menggunakan metode deduktif, yakni menarik kesimpulan dari suatu hal yang sigfatnya umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi dalam penelitian ini.

E. PEMBAHASAN

1. Masa Jabatan Presiden Dan Wakil Presiden Di Indonesia Sesuai Dengan Konstitusi

Negara Indonesia sebagai penganut sistem pemerintahan presidensial tentu masa jabatan presiden merupakan suatu hal yang pokok dan harus diatur secara rinci dalam Peraturan Perundang-Undangan. Dalam politik kekuasaan ada banyak cara yang akan ditempuh oleh seseorang baik pemilih maupun politisi untuk

4 Johnny Ibrahim, Teori Dan Metodologi Penelitian Hukum Normative, Malang: Banyumedia Publishing, 2006, hlm, 57

5 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Surabaya: Kencana Prenada Media Group, 2005, hlm, 32

(5)

melakukan terobosan baru, apakah terkait dengan sistem yang akan dirubah atau metode pemilihannya. Maka hal tersebut tergantung dengan kebijakan yang berlaku sekarang. Peraturan Perundang-Undangan tidak selamanya bisa menjawab kepentingan-kepentingan masyarakat yang sedang berkembang, oleh karena itu ada harapan dan cita hukum yang sering dibangun oleh masyarakat. Sehingga sering terjadi ketidaksuaian antara dass sein dan dass sollen di dalam masyarakat.

Awal mula muculnya isu penambahan masa jabatan presiden, sejak tahapan pemilu 2024 dimulai, namun saat ini belum diatur dalam konstitusi terkait hal tersebut sehingga wacana-wacana yang dibangunoleh masyarakat tentu bertentangan dengan semangat konstitusi. Isu itu dinilai akan berdampak buruk terhadap regenerasi politik di Indonesia, juga terhadap politisi-politisi muda yang berpotensi dan berbakat sulit lagi terdeteksi di masyarakat karena masih banyaknya plolitisi senior yang tetap berkeinginan mencalonkan diri dalam momentum pemilu presiden dan wakil presiden.6

Pelaksanaan pemilu merupakan salah satu penyaluaran hak asasi warga Negara yang prinsipil. Oleh karena itu, dalam menjamin tersalurnya hak asasi warga maka keharusan bagi pemerintah untuk menjamin terlaksananya pemilihan umum sesuai dengan jadwal dan mekanisme ketatanegaraan yang telah ditentukan sebelumnya.7 Sesuai dengan prinsip kedaulatan rakyat, segala sesuatu dalam penyelenggaraan pemilu, disitulah rakyat berdaulat, dalam artian dikembalikan kepada rakyat untuk menentukannya arah politik.

Salah satu pemikir hukum dari inggris A.V. Dicey menguraikan bahwa Negara hukum adalah Negara yang memiliki the rule of law.8 konsep the rule of lawmenekankan pada tiga tolok ukur atau unsur utama dari suatu Negara hukum, yaitu (1) supremasi hukum (supremacy of law); (2) persamaan di hadapan hukum (equality before the law); konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perseorangan

6 Ihsannudin, Jika Gugatan Perindo dikabulkan SBY bisa Nyapres lagi, https://nasional.kompas.com/read/2018/07/23/16110281/jika-gugatan-perindo-dikabulkan-sby-bisanyapres- lagi (diakses pada tanggal 13/05/2022 pukul 18.00)

7 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, hlm, 416

8 Juhaya S. Praja, Teori Hukum Dan Aplikasinya, Bandung: Pustaka Setia, 2011, hlm, 135

(6)

(the constitution based on individual rights).9 Teori hukum tersebut di atas dapat diadopsi dan diterapkan di Indonesia.

Pertama, supremasi hukum (supremacy of law) dalam kaitannya masa jabatan presiden dan wakil presiden dilaksanakan sebagaimana Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, konstitusi di Indonesai pasca amandemen telah diatur terkait dengan pemilihan presiden. Pasal 7 UUD RI 1945 menguraikan bahwah, “presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan”. Konstitusi telah memberikan legalitas pemilihan presiden secara periodik, dua kali masa jabatan masing-masing lima tahun satu periode. Maka supremasi hukum tertinggi harus berdasarkan pada konstitusi Pasal 7 UUD 1945 tersebut. Kemudian menganai aturan pelaksanaan pemilu presiden diatur dalam pasal 167 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

Konsep Negara hukum telah tertuang dalam pasal 1 ayat (3) UUD 1945 bahwa, “Negara Indonesia adalah Negara hukum. Konsep Negara hukum jauh sebelum dibentuk konsitusi di Indonesia, konsep Negara hukum tersebut telah dikembangkan oleh para filsuf yunani kuno Aristoteles (384-322 SM), dalam konsep ini disebutkan bahwa negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan sebagai syarat tercapainya kebahagian hidup warga, oleh karena itu penting diajarkan rasa susila kepada setiap warga agar menjadi warga negara yang baik. Oleh karena itu menurut Aristoteles mengatakan bahwa, yang memerintah dalam suatu negara bukanlah manusia sebenarnya, melainkan pekiran yang adil, sedangkan penguasa yang sebenarnya hanya pemegang hukum dan keseimbangan saja.10

Adanya aturan mengenai masa jabatan presiden, diharapkan warga masyarakat Indonesia mempelajari secara seksama agar tidak tergiring dengan isu- isu yang berkembang tanpa berdasar atas hukum. Hukum hadir untuk mengarahkan pemikiran-pemikiran kritis manusia, bukan lagi hukum sebagai alat untuk menakut-

9 Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum, Jakarta: Bulan Bintang, 1992, hlm, 67

10 Juhadi S. Praja, hlm, 137, dalam Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: PSHTNFH UI dan Sinar Bakti, 1998, hlm, 153

(7)

nakuti. Dengan pemahaman tentang hukum, maka pemikiran sendiri yang akan menkontruksikan arah perkembangan dinamikan politik yang dihadapi. Bukan lagi penguasa yang terlibat aktif untuk mengkontruksikan tetapi terlibat sesuai dengan perannya sebagai pemegang hukum dan sebagai penyeimbang saja.

Penambahan masa jabatan presiden menjadi tiga periode akan melalui proses prombakan hukum yang panjang. Sedangkan jadwal tahapan-tahapan pemilu 2024 telah diputuskan oleh Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI). Proses konsolidasi yang panjang dimulai dari perubahan konstitusi, amandemen UUD 1945 ke lima dengan melakukan perubahan pada pasal 7 UUD 1945. Jika merefleksi kembali sejarah pergerakan pasca reformasi dilakukan amandemen konstitusi yang keempat kali dimulai dari amandemen 1999 samapai pada 2002 yang dilakukan secara berkala satu kali setahun terhitung sejak 1999, 2000, 2001, dan 2002 demi menata Negara dan bangsa yang jauh lebih baik.

Ada beberapa pasal-pasal yang mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah pasal yang mengatur mengenai masa jabatan presiden di Indonesia, perbahan tersebut merupakan aturan yang sifatnya fundamental karena menyangkut alat kelengkapan suatu organisasi negara yaitu jabatan presiden. Di mana pemilihan presiden yang awalnya berada dibawah kekuasaan parlemen kemudian beralih dengan sistem pemilihan langsung oleh rakyat dan partai politik (parpol) ditempatkan sebagai peserta pemilu11

2. Masa Jabatan Presiden Diberbagai Negara Yang Menganut Sistem Pemerintahan Presidensial

Masa jabatan presiden di indonesia sebagaimana telah diuraikan sebelumnya adalah hanya dua periode, tidak lebih. Hal tersebut sesuai dengan konstitusi. Adapun isu penambahan masa jabatan presiden itu hanya isu di luar dari perintah konstitusi atau disebut dengan inkonstitusional. Penambahan masa jabatan patut dicegah sebelum ada atauran hukum yang mendahului. Upaya ini untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power).

11 Moh Mahfud MD, Op.cit, Kutip, hlm, 72.

(8)

Konstitusi memuat aturan-aturan dasar yang dapat dijadikan pedoman oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan fungsinya, bukan atas kehendak kekuasaan belaka. Dalam konstitusi terdapat pembagian kekuasaan yang diadopsi dari pemikiran Montesquieu yang dikenal dengan teori trias politica yaitu pengertian pemerintah dalam arti luas yang mempunyai kekuasaan di dalamnya menurut Perundang-Undandangan (legislative power), kekuasaan pelaksanaan (executive power), dan kekuasaan peradilan (yudicial power) yang disebut sebagai tiga bagian pemerintah yang menjelma kedaulatan dalam bernegara.12

Negara dengan berdasar konstistusi yaitu UUD 1945 memiliki peranan penting sebagai pembatas kekausaan pemerintah dengan tujuan agar tidak ada yang menggunakan kekuasaan dengan sewenang-wenang sehingga hak-hak warga terlindungi.13 hal ini juga dianut pada pemerintahan di Indonesia yang terakomodir dalam UUD 1945. Oleh karena itu, konstitusi penting hadir untuk membrikan batasan-batasan dalam kekuasaan agar tidak terjadi abuse of power. Dua periode masa jabatan presiden merupakan batasan kekuasaan yang harus diindahkan oleh penguasa.

Isu tiga periode bukan isu yang baru mencul menjadi perbincangan dikalangan masyarakat, akan tetapi di rezim pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sudah pernah diisukan masa jabatan presiden akan mengalami penambahan menjadi tiga periode. Sebelumnya batasan masa jabatan presiden tercipta pada sistem pemilihan presiden di negara-negara yang menganut sistem pemerintahan presidensial, antara lain sebagai berikut :

1. Amerika Serikat, merupakan Negara yang menganut sistem pemrintahan presidensial, George Washington sebagai presiden pertama Amerika Serikat yang membuat kebijakan yang tidak tertulis ketika ia menolak masa jabatan ketiganya pada 1796, lalu untuk mengisi kekosongan jabatan presiden di Amerika Serikat pada saat itu, Frangkin D. Roosevelt lah yang mengisi jabatan

12 Thalib, D, & Hamidi, J., dalam Ni’matul Huda, Teori dan Hukum Konstitusi, Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada, 2008, hlm, 19.

13 Ismail Suny, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif: Suatu Penyelidikan Dalam Hukum Tatanegara, Malang: Aksara Baru, 1977, hlm, 42

(9)

presiden tersebut. Setelah masa jabatan Franklin berakhir maka terciptalah batasan dua periode masa jabatan presiden pada amandemen ke 22 dalam bentuk kodifikasi konstitusi Amerika Serikat pada 1951.14 Terlepas dari pemerintahan Amerika Serikat yang mengatur mengenai masa jabatan presiden, kemudian muncul dan tercipta kesadaran negara-negara lain yang menganut batasan masa jabatan presiden untuk menerapkan mada jabatan dua periode.

Dalam konstitusi Amerika Serikat, united stated constitution article II section I diuraikan the executive power shall be vested in aPresident of the United States of America. He shall hold his office during the Term of four Years, and together with the vice President, chosen for the same term, be elected, as follows15artinya, kekuasaan eksekutif menjadi hak presiden Amerika Serikat. Ia memegang kekuasaan selama masa jabatan 4 tahun bersama dengan wakil presiden yang terpilih pada periode yang sama, dan dapat mencalonkan kembali satu kali periode lagi (onlu one re-election). Pemilu presiden di Amerika Serikat lebih rinci mengatur mengenai batas pencalonan presiden yang tidak boleh lebih dari dua kali periode sekalipun presiden yang telah melewati masa jabatan dua periode, maka tidak dapat mencalonkan diri sebagai wakil presiden kembali.

2. Berbeda dengan Korea Selatan, mekanisme pemilihan presiden dilakukan berdasarkan pada Korea Constitution pada Article 70, menjelaskan “The term of office of the President is five years, and the President cannot be reelected.16 Pasal 70 tersebut dijelaskan bahwa, presiden Korea Selatan menjabat selama lima tahun dan tidak dapat terpilih lagi pada periode selanjutnya. Ini menjadi pembanding dengan masa periode di Indonesia yang mempraktikkan dua periode, sedangkan Korea Selatan hanya sau kali periode dalam masa jabatan lima tahun.

14 Elsan Yudhistira, Pembatasan Masa Jabatan Presiden Sebagai Upaya Menghindari Terjadinya Abuse Of Power, Al-Ishlah, Vol. 22, No. 2, (April, 2020), hlm, 134

15 United State, United State Constitution (1789), Pasal II Bagian I

16 South Korea Constitution, Pasal 70

(10)

3. Bolivia, pada constituent assembly of Bolivia, section II mengenai presidency and vice president of the state, article 168 menjelaskan the period of the mandate of the president or vice president is five years, and they my be re- elected once for a constinous term.17 Artinya pada pasal 168 menjelaskan bahwa masa jabatan presiden adalah lima tahun, dan dapat terpilih kembali satu kali periode pada masa jabatan yang berurutan. Namun pada 2009, Bolivia president evo morales mengubah batasan masa jabatan presiden, ketentuan pada pasal 168 yang membuat ia dapat melanjutkan masa pencalonannya menjadi tiga periode.18 Tindakan atas tiga periode tersebut mengandung banyak persfektif dan menarik perhatian akademisi seluruh dunia, David Landau berpendapat bahwa amandemen konstitusi Negara tersebut dinilai tidak konstitusional karena untuk membatasi perubahan konstitusi yang berpotensi merubah negara menjadi anti demokrasi.19

Ketiga Negara yang menganut sistem presidensial tersebut di atas, masing- masing memiliki corak pemilihan presiden namun yang ditegaskan adalah masa jabatan presiden. Artinya, jika dianalisis penjelasan ketiga Negara di atas, masa jabatan presiden dua periode masih berada pada tahap ideal dengan rata-rata masa jabatan dalam satu periode yaitu lima tahun. Meskipun masih banyak Negara- negara lain yang memiliki aturan atau konstitusi yang berbeda namun tidak jauh berbeda dengan sistem yang dianut oleh Indonesia. Satu hal yang pasti bahwa, semua negara yang menjadi perbandingan di atas, tidak ada penguasa yang melakukan kesewenang-wenangan dalam proses pemilu presiden. Adapun negara yang menerapkan tiga kali masa pencalonan presiden atau bahkan hanya satu kali, dipastikan tidak terlepas dari perintah konstitusi masing-masing negara.

Jika penerapan masa pencalonan tiga periode pada calon presiden pada 2024 akan dilakukan, maka menurut penulis terlalu prematur, karena segala

17 Bolivia, Contituet Assembly Of Bolivia, Bagian Kedua, Pasal 168

18 Walsh, F.M. The Honduran Constitution Is Not A Suicide Pact: The Legality of Honduran President Manuel Zelaya’s Removal (2010) 38. Georgia Journal of International and Comparative Law, 38, 339. hlm, 348.

19 Lev Davidovich Landau, Presidential Term Limits In Latin America: A Critical Analysis Of The Migration Of The Unconstitutional Constitutional Amandement Doctrine. Law & Ethics of Human Right, 12 (2), 225-249. 2018, hlm, 225.

(11)

perangkat Peraturan Perundang-Undangan belum memadai untuk dijadikan sebagai pedoman dasar untuk melakukan tindakan pada pesta demokrasi pemilu 2024. Ada mekanisme atau atauran negara yang cukup menyita waktu dan tenaga bagi pemerintah dan legislatif untuk merancang kembali rencana tersebut. Tentu harus melawati dinamika panjang di tengah dinamika masyarakat yang masih banyak pro dan konta terhadap isu tersubut. Hal itu dapat memicu terganggunya stabilitas penyelenggaraan tahapan pemilu 2024, karena rakyat Indonesia dalam hal ini legislatif sebagai perwakilan rakyat dan presiden sebagai kepala pemerintah seharusnya fokus mengontrol jalannya dunia perpolitikan yang sedang berlangsung.

F. PENUTUP 1. Kesimpulan

a. Proses pencalonan presiden tetap sesuai dengan konstitusi, demi menghindari terjadinya penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power). Selama tidak dilakukan perubahan konstitusi terutama pada pasal 7 UUD 1945, maka penambahan masa jabatan presiden menjadi tiga periode dianggap bertentangan dengan konstitusi atau inkonstitusional. Indonesia sebagai negara yang menganut sistem pemerintahan presdiensial yang tidak terlepas dari sistem demokrasi, maka kedaulatan berada ditangan rakyat. Dan rakyat wajib taat terhadap Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Konsekuensinya adalah demi stabilitas suatu negara, maka segala bentuk penyelenggaraan ketatanegaraan dalam hal ini pemilu presiden, tidak dapat dihalangi dan harus sejalan dengan konstitusi yaitu maksimal dua kali masa pencalonan presiden.

b. Negara-negara yang menanut sistem pemerintahan presidensial juga sering mengalami dinamika politik. Seperti Amerika Serikat, Korea Selatan dan Bosnia masing-masing memiliki sistem pemilu yang berbeda-beda. Terutama mekanisme tahapan pencalonan presiden tidak terlepas dari konstitusi yang berlaku di negara masing-masing. Ada yang menerapkan satu periode, dua periode bahkan tiga periode, tetapi jelas dikonstitusi disuatu negara mengatur hal demikian. Karena konstitusi hadir untuk mengatur agar penguasa tidak

(12)

melampaui batas kewenangannya. Dan tidak terjadi tindakan yang sifatnya bertentangan dengan konstitusi atau inkonstitusional.

2. Saran

a. Desain pemilu presiden dilakukan sesuai dengan konstitusi, Presiden Republik Indonesia dan para mantan presiden harus tetap tunduk pada Peraturan Perundang-Undangan yang ada.

b. Negara Indonesia, semestinya melakukan studi perbandingan dengan negara- negara yang menganut sistem pemerintahan presidensial. Dengan mengkaji penerapan mekanisme pencalonan presiden yang tidak melebih batas yang telah ditentukan dalam konstitusi.

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Amir, Irfan dan Mustafa, Aspek Hukum Dan Dinamika Pemilihan Umum Di Indonesia, Jakarta Selatan: Kreasi Cendikia Pustaka (KCP), 2021.

Asshiddiqie, Jimly, 2013, pengantar ilmu hukum tata Negara, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.

Azhary, Muhammad Tahir, Negara Hukum, Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

Huda, Ni’matul, Teori dan Hukum Konstitusi, Jakrta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008.

Ibrahim, Johnny, Teori Dan Metodologi Penelitian Hukum Normative, Malang:

banyumedia publishing, 2006.

Kusnardi, Moh dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta:

PSHTNFH UI dan Sinar Bakti, 1998.

Mahfud MD, Moh, Demokrasi dan Konstitusi Di Indonesia: Studi Tentang Interaksi Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

Mahmud Marzuki, Peter, Penelitian Hukum, Surabaya : kencana prenada media group, 2005.

Praja, Juhaya S, Teori Hukum Dan Aplikasinya, Bandung: Pustaka Setia, 2011.

Suny, Ismail, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif: Suatu Penyelidikan Dalam Hukum Tatanegara, Malang: Aksara Baru, 1977.

(13)

Jurnal :

Elsan Yudhistira, Elsan, “Pembatasan Masa Jabatan Presiden Sebagai Upaya Menghindari Terjadinya Abuse of Power”, Al-Ishlah, Vol. 22, No. 2, (April, 2020).

Lev Davidovich Landau, Presidential Term Limits In Latin America: A Critical Analysis of The Migration of The Unconstitutional Constitutional Amandement Doctrine. Law

& Ethics of Human Right, 12 (2), 225-249. 2018.

Walsh, F.M. The Honduran Constitution Is Not A Suicide Pact: The Legality of Honduran President Manuel Zelaya’s Removal (2010) 38. Georgia Journal of International And Comparative Law, 38, 339.

Peraturan Perundang-Undangan

Bolivia, Contituet Assembly of Bolivia, Bagian Kedua, Pasal 168 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum United State, United State Constitution (1789), Pasal II Bagian I South Korea Constitution, Pasal 70.

Website

Ihsannudin, “Jika Gugatan Perindo dikabulkan SBY bias Nyapres lagi”, https://nasional.kompas.com/read/2018/07/23/16110281/jika-gugatan-perindo- dikabulkan-sby-bisanyapres-lagi (diakses pada tanggal 13/05/2022 pukul 18.00)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proporsi wanita yang melakukan percobaan bunuh diri pada fase folikular, fase pertengahan atau midcycle , dan fase luteal

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-1 3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak

5 adalah pada UU Pilpres ini tidak mengakomodir kepastian hukum apabila selama batas waktu masa tenggang pencalonan presiden dan wakil presiden, partai politik atau gabungan

Sedangkan pengaturan pemilu presiden dan wakil presiden di amerika serikat menurut konstitusi yaitu diatur dalam Article II - The Executive Branch Note, Section 1 (pasal

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder yang diambil dari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.Data yang

Perencanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sebagai strategi untuk meningkatkan hasil belajar siswa mendapat perhatian yang khusus. Kesiapan guru dalam

Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikan merupakan faktor yang sangat

Dengan fasilitas yang disediakan oleh Facebook, yaitu para pemasang iklan dapat memilih target pasar mereka sesuai dengan produk yang ditawarkan seperti umur, lokasi, hobi,