• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-1

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.

Gambar 3.1 memaparkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, yang membagi amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan ruang/spasial, amanat pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum, serta amanat internasional.

Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta green economy. Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada masing-masing daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya sangat diperlukan.

III. ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA

STRATEGIS INFRASTRUKTUR

BIDANG CIPTA KARYA

RENCANA PROGRAM INFRASTUKTUR JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA

(2)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-2 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

Sumber: Direktorat Bina Program, 2014

Gambar 3. 1 Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.

A. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025

RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu:

a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti

(3)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-3 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.

b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.

d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPJMN, yaitu:

RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.

RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.

RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

(4)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-4 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

B. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019

Berdasarkan Peraturan Presiden No 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke-3 Tahun 2015-2019 diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Visi RPJMN 2015-2019 adalah “ Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong “. Dalam rangka meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional disusun sub agenda Pembangunan Nasional yang sesuai dengan prioritas pembangunan infrastruktur adalah :

1. Membangun konektivitas Nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan 2. Membangun transportasi massal perkotan

3. Membangun infrastruktur / prasarana dasar.

4. Meningkatkan efektivitas dan efesiensi dalam pembiayaan infrastruktur. 5. Menguatkan peran investasi

6. Mendorong BUMN menjadi Agen Pembangunan 7. Meningkatkan kapasitas inovasi dan teknologi

8. Meningkatkan akselerasi pertumbuhan ekonomi Nasional 9. Mengembangkan kapasitas perdagangan nasional. 10. Meningkatkan daya saing tenaga kerja

11. Meningkatkan kualitas data dan informasi statistik dalam sensus ekonomi tahun 2016.

Dari sub agenda Pembangunan Nasional, RPJMN ke -3, menetapkan sasaran yang sesuai dengan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yaitu :

 Pembangunan perumahan yang layak huni dan terjangkau untuk 2,2 juta rumah tangga dengan sasaran : Mendorong keswadayaan masyarakat dan dunia usaha dalam penyediaan hunian layak huni untuk 2,2 juta rumah tangga ; Peningkatan kualitas rumah tidak layak huni untuk 1,5 juta rumah tangga termasuk penanganan permukiman kumuh.

 Pembangunan Kawasan Permukiman dengan sasaran pengentasan permukiman kumuh ; Tercapainya 100 % pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia ; Optimalisasi penyediaan air minum melalui bantuan Program PDAM Sehat dan pengembangan jaringan SPAM MBR ; Peningkatan efesiensi layanan air

(5)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-5 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

minum ; Penciptaan lingkungan yang mendukung melalui penyusunan dokumen perencanaan air minum di seluruh kabupaten /kota sebagai rujukan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) ; Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi yang layak (air limbah domestik, sampah, drainase lingkungan) ; Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan.

C. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

(6)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-6 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

D. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan Indonesia

Dalam mencapai penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, tiga strategi MP3EI adalah:

a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh, terintegrasi dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan.

b. Meningkatan pelayanan dasar dasar bagi penduduk miskin dan rentan

c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livehood) masyarakat miskin.

E. Kawasan Ekonomi Khusus

UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.

F. Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan

Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan permukiman kumuh.

(7)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-7 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

G. Peraturan Perundangan Bidang PU/ Cipta Karya

1. UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan permukiman mempunyai tugas:

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.

f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional. i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum

perumahan dan kawasan permukiman.

j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

Wewenang pemerintah kabupaten/kota dalam menjalankan tugasnya yaitu : a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan permukiman

b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangan undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/ kota.

c. Memperdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan permukiman pada tingkat kabupaten / kota.

(8)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-8 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundangan serta kebijakan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

e. Menyediakan tanah, sarana dan prasarana untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

f. Memfasilitasi kerjasama pemerintah daerah dan badan hukum dalam penyelengaraan perumahan dan kawasan permukiman.

g. Menetapkan dan memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/ kota.

2. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Undang-Undang Bangunan Gedung menjelaskan bahwa penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran. Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Persyaratan administratif meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan. Sedangkan persyaratan teknis meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung. Persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan, yang ditetapkan melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

Disamping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai berikut: a. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan

lingkungannya harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya. Di samping itu, sistem penghawaan, pencahayaan, dan pengkondisian udara dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energy dalam bangunan gedung (amanat green building).

b. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan. Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan atas bangunan gedung dan lingkungannya hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai dan/atau karakter cagar budaya yang dikandungnya.

(9)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-9 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

c. Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung.

3. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

UU Sumber Daya Air pada dasarnya mengatur pengelolaan sumber daya air, termasuk didalamnya pemanfaatan untuk air minum. Dalam hal ini, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif. Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum dimana Badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah menjadi penyelenggaranya. Air minum rumah tangga tersebut merupakan air dengan standar dapat langsung diminum tanpa harus dimasak terlebih dahulu dan dinyatakan sehat menurut hasil pengujian mikrobiologi Selain itu, diamanatkan pengembangan sistem penyediaan air minum diselenggarakan secara terpadu dengan pengembangan prasarana dan sarana sanitasi.

4. UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

UU No. 18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan dengan pengurangan sampah, dan penanganan sampah. Upaya pengurangan sampah dilakukan dengan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah.

Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi:

a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah,

b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu,

c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir,

(10)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-10 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Undang-undang tersebut juga melarang pembuangan sampah secara terbuka di tempat pemrosesan akhir. Oleh karena itu, Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka dan mengembangkan TPA dengan sistem controlled landfill ataupun sanitary landfill.

5. UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta Karya turut serta dalam pembangunan Rusunawa yang dilakukan berdasarkan UU No. 20 Tahun 2011. Dalam undang-undang tersebut Rumah susun didefinisikan sebagai bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. Peraturan ini juga mengatur perihal pembinaan, perencanaan, pembangunan, penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan, pengelolaan, peningkatan kualitas, pengendalian, kelembagaan, tugas dan wewenang, hak dan kewajiban, pendanaan dan sistem pembiayaan, dan peran masyarakat.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

(11)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-11 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

A. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPIJM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

1. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:

a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional, b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

2. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:

a. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

3. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:

a. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,

b. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga

c. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

d. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

4. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

(12)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-12 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

a. Pertahanan dan keamanan

1) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,

2) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

3) merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

b. Pertumbuhan Ekonomi

1) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

2) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional,

3) memiliki potensi ekspor,

4) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, 5) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

6) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

7) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

8) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal c. Sosial Budaya

1) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional,

2) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri bangsa,

3) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan,

4) merupakan tempat perlindungan peninggalanbudaya nasional, 5) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau 6) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

(13)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-13 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi 1) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

2) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi, sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir 3) memiliki sumber daya alam strategis nasional

4) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa 5) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau 6) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. e. Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

1) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,

2) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan, 3) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun

berpeluang menimbulkan kerugian negara,

4) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro 5) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup

6) rawan bencana alam nasional 7) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Berdasarkan Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN. Provinsi Jawa Timur memiliki Perkotaan Trenggalek yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Jawa Timur.

Acuan makro bagi penataan ruang di Indonesia didasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Kebijakan pengembangan pembangunan kabupaten dan kebijakan penataan ruang kabupaten mengacu pada kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dalam RTRWN. Adapun kebijakan pada Kabupaten Trenggalek yang terdapat dalam RTRWN dapat ditinjau pada Tabel 3.1.

(14)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-14 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

Tabel 3. 1 Kebijakan Kabupaten Trenggalek dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional No. Rencana Sektoral

Kebijakan Pengembangan Rencana Struktur Ruang Wilayah

1. Rencana Pusat Kegiatan  Berdasarkan PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), pusat-pusat kegiatan dibagi 3 tingkatan, yaitu PKN (Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) dan PKL (Pusat Kegiatan Lokal).

2. Fungsi Wilayah  PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Kawasan perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKL berfungsi sebagai pusat pelayanan pada lingkup lokal, yaitu skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Kawasan perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori 1 dan 2 diharapkan dapat berkembang sesuai dengan potensi wilayah masing-masing. Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKW di Provinsi Jawa Timur yakni Perkotaan Jombang, Perkotaan Ponorogo, Perkotaan Ngawi, Perkotaan Nganjuk, Perkotaan Tulungagung, Perkotaan Lumajang, Perkotaan Sumenep, Perkotaan Magetan, Perkotaan Situbondo, Perkotaan Trenggalek, Perkotaan Bondowoso, Perkotaan Sampang, Perkotaan Kepanjen, Perkotaan Caruban, Perkotaan Kanigoro, dan Perkotaan Kraksaan.

3. Sistem Transportasi  jaringan prasarana transportasi yang melalui Kabupaten Trenggalek yaitu

a. Jaringan Jalan Lintas Nasional, yaitu Jalan Lintas Selatan yang melalui Kecamatan Watulimo, Kecamatan Munjungan dan Kecamatan Panggul.

b. Jaringan Jalan Kolektor Primer, yang termasuk dalam Jalan Nasional yaitu Ruas jalan Tulungagung-Trenggalek, Ruas jalan Trenggalek-Bts. Kabupaten Trenggalek, dan Ruas Jalan Raya Jarakan-Panggul.

Rencana Pola Ruang Wilayah

1. Kawasan Lindung  Di Wilayah Kabupaten Trenggalek temasuk dalam kawasan hutan lindung. 2. Fungsi Kawasan  Penetapan Kawasan Andalan Jawa Timur

Selatan (Purwokerto, Trenggalek, Cilacap dan sekitarnya) untuk sektor unggulan pertanian, pariwisata, pertambangan, industri dan perikanan.

Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

(15)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-15 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

B. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur

Acuan dasar lain yang digunakan dalam kebijakan pengembangan pembangunan kabupaten dan kebijakan penataan ruang adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2029 yang tertuang dalam Perda No 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur. Kebijakan kabupaten Trenggalek dalam bidang struktur ruang wilayah, pola ruang dan penetapan kawasan strategis Provinsi Jawa Timur dapat ditinjau pada Tabel 3.2.

Tabel 3. 2

Kebijakan Kabupaten Trenggalek dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Jawa Timur Tahun 2009-2029

No. Rencana Sektoral Kebijakan Pengembangan Rencana Struktur Ruang Wilayah

1. Sistem

Perkotaan Sistem Perkotaan sebagai PKL (Pusat kegiatan Lokal): Jombang, Ponorogo, Ngawi, Nganjuk, Tulungagung, Lumajang, Sumenep, Magetan, Situbondo, Trenggalek, Bondowoso, Sampang, Kepanjen, Mejayan, Kraksaan, Kanigoro dan Bangil.

Wilayah Perkotaan Trenggalek:  Rencana Fungsi

Wilayah/Perkotaan  Pusat pelayanan pemerintahan, pendidikan, kesehatan, industri pengolahan pertambangan, pariwisata, perdagangan dan jasa

 Rencana Pengembangan

fasilitas a. Fasilitas pemerintahan :  KantorKota/Kabupaten  Polres/Polresta

b. Fasilitas pendidikan :  SMA/MA/SMK c. Fasilitas kesehatan :

 Pengembangan rumah sakit tipe C

 Puskesmas rawat inap d. Fasilitas industri :

 Kawasan industri e. Fasilitas wisata :

 Pengembangan dan peningkatan fasilitas obyek wisata

f. Fasilitas perdagangan :

 Pengembangan pasar tradisional

 Peningkatan pasar umum  Pengembangan pasar ikan g. Fasilitas jasa :

 Lembaga keuangan (Bank, koperasi)

 Rencana Pengembangan

Infrastruktur  Pengembangan jalan arteri primer  Jalan lintas selatan, dan jalan internal terutama ke lokasi

(16)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-16 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

No. Rencana Sektoral Kebijakan Pengembangan

sentra produksi/kawasan strategis

 Terminal angkutan kelas A  Pengembangan pelabuhan Laut

Prigi dan pembangunan coldstorage

 Pengembangan terminal kargo Wilayah Pengembangan (WP):

 Kabupaten Trenggalek masuk

dalam WP (Wilayah

Pengembangan) Kediri dan sekitarnya, meliputi : Kota dan Kabupaten Kediri, Kabupaten

Nganjuk, Kabupaten

Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung, dengan pusat pelayanan di Kota Kediri

 Pusat WP: Kota Kediri  Fungsi:

Pertanian Tanaman Pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, pariwisata, perikanan dan industri.

2. Sistem

Perdesaan Strategi pengembangan wilayah akan diarahkan sebagai sub pusat industri pengolahan di Perkotaan Trenggalek dan sub pusat pengembangan pariwisata di Kecamatan Watulimo.

Gambar 3. 2. Rencana Struktur Kegiatan WP Kediri dan Sekitarnya

(17)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-17 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

No. Rencana Sektoral Kebijakan Pengembangan

3. Sistem

Transportasi Pengembangan nasional sebagai jalan kolektor ruas jalan primer Glonggong-Pacitan-Panggul- Durenan-Tulungagung-Blitar- Kepanjen-Turen-Lumajang- Wonorejo-Jember-Gentengkulon- Jajag-Benculuk-Rogojampi-Banyuwangi

Pengembangan ruas jalan propinsi sebagai jalan kolektor primer

Dengok-Trenggalek

Jalan Strategis Nasional rencana  Madiun-Ponorogo-Dengok-Trenggalek

 Durenan-Prigi Rencana Pengembangan jalan

Strategis Nasional yang belum tersambung

Panggul-Prigi-Ngrejo-Batas Kab. Tulungagung-Pantai Serang-Batas Kab. Blitar-Wonogoro-Sendang Biru-Tambak Asri

Rancana Pengembangan Terminal

Tipe B Kabupaten Trenggalek dan di 28 terminal di berbagai Kabupaten/kota lainnya.

Pengembangan Pelabuhan

Pengumpul Pelabuhan Prigi di Pantai Selatan Kabupaten Trenggalek 4. Rencana

Sistem

Jaringan Energi

Pengembangan energi baru dan

terbarukan Energi air untuk pembangkit listrik tenaga mikrohidro di Kabupaten Nganjuk, Bo jonegoro,

Banyuwangi, Situbondo,

Bondowoso, Jember, Lumajang, Malang, Probolinggo, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Pacitan, madiun, magetan, Pasuruan, Mojokerto, Ponorogo, Jombang K e te ra n g a n : P u s a t S S W P K o ta K e c a m a ta n D e s a P u s a t P e rtu m b u h a n P u s a t D e s a 1 : Pusat WP 2 : Pusat SWP

3 : Ibu Kota Kecamatan 4 : Pusat Pelayanan Desa

Gambar 3. 3 Sistem Pusat Permukiman Perdesaan

(18)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-18 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

No. Rencana Sektoral Kebijakan Pengembangan dan Kota Batu.

Energy surya di seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur. Energy gelombang laut di Kabupaten pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang, Jember, Banyuwangi, Tubang, Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep.

Energi Biomassa di Kabupaten Ponorogo, Trenggalek dan di 35 kabupaten/kota lainnya.

Pengembangan Gardu Induk

70/20 Blimbing, Tarik, Trenggalek dan di 24 lokasi lainnya. 5. Rencana

Sistem Jaringan

Sumber Daya Air

Pengembangan Jaringan Irigasi Wilayah Sungai Brantas: Bendungan Genteng I di Kabupaten Malang, Bendungan Tugu di Kabupaten Trenggalek, dan di 12 lokasi bendungan kabupaten/kota lainnya. Rencana Pola Ruang Wilayah

6. Kawasan

Lindung Kawasan Hutan Lindung  Kabupaten kawasan hutan lindung di 28 Trenggalek dan kabupaten/kota lainnya.

Kawasan Sempadan Pantai  Sempadan pantai selatan jawa timur

Kawasan pantai Berhutan Bakau  Pantai Selatan Jawa Timur serta wilayah pesisir kepulauan

Kawasan Rawan Tanah Longsor  Kabupaten Trenggalek dan di 19 kabupaten lainnya.

Kawasan Rawan gelombang

Pasang  Kawasan wilayah pantai Jawa Timur, baik pesisir sepanjang yang berbatasan dengan Laut Jawa, Selat Bali, Selat Madura, Samudera Hindia dan kawasan Kepulauan.

Kawasan Rawan Banjir  Kabupaten Trenggalek dan 29 di Kabupaten/kota lainnya

Kawasan Rawan Bencana Kebakaran hutan dan angin kencang

 Kabupaten Trenggalek dan 31 di Kabupaten/kota lainnya

Kawasan Karst Kelas 1  Kabupaten Trenggalek dan 11 di Kabupaten lainnya

Kawasan Rawan Gempa Bumi  Kabupaten Trenggalek dan 19 di Kabupaten lainnya

Kawasan Rawan Tsunami  Kabupaten Trenggalek dan 7 di Kabupaten lainnya

7. Kawasan

Budidaya Kawasan Produksi Peruntukkan Hutan  Kabupaten Trenggalek dan 29 di Kabupaten lainnya Kawasan Hutan Rakyat  Kabupaten Trenggalek dan 30 di

(19)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-19 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

No. Rencana Sektoral Kebijakan Pengembangan Kawasan Peruntukkan Pertanian

 Pertanian Lahan Basah  Kabupaten Trenggalek dan 28 di Kabupaten lainnya

 Pertanian Lahan Kering  Seluruh Wilayah kabupaten/kota di Jawa Timur

 Pengembangan Hortikultura Kabupaten Trenggalek meliputi:  Komoditas Pisang

 Komoditas Durian  Komoditas Manggis  Biofarmaka

Kawasan Perkebunan  Kabupaten Trenggalek dan 33 di Kabupaten/Kota lainnya

Kawasan Peternakan  Kawasan sentra ternak besar, Kabupaten Trenggalek dan 24 kabupaten lainnya.

Kawasan Peruntukkan Perikanan

 Peruntukan Perikanan Tangkap  Pengembangan Komoditi utama perikanan, meliputi Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek dan wilayah potensial di 7 kabupaten lain.

 Pengembangan Pelabuhan Nusantara (PPN) di Prigi Kabupaten Trenggalek dan Brondong di Kabupaten Lamongan.

 Kawasan Perikanan Budidaya  Budidaya perikanan air payau di Kabupaten Bangkalan,

Kabupaten Trenggalek dan 20 kabupaten/kota lainnya.  Budidaya perikanan air tawar

untuk budidaya komoditas ikan konsumsi, di Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Trenggalek, dan 35 kabupaten/kota lainnya.

 Kawasan budidaya perikanan air laut, di Kabupaten Trenggalek dan 17 Kabupaten lainnya.  Pengolahan dan pemasaran hasil

perikanan

Kawasan Peruntukkan

pertambangan mineral, minyak dan gas bumi

 Pertambangan mineral logam.  Pertambangan mineral non

logam

 Pertambangan batuan

Kawasan peruntukkan industri  Berada di seluruh kabupaten/kota

 Sentra industri direncanakan di seluruh kabupaten/kota

Kawasan peruuntukkan pariwisata

 Kawasan wisata alam  Pantai Prigi, Pantai

(20)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-20 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

No. Rencana Sektoral Kebijakan Pengembangan

Guwo Lowo dan Gunung Wilis  Rencana Pengembangan

Pariwisata, Jalur Pengembangan Koridor C

 Pantai Prigi, Pantai

Karanggongso, Tirta Jwalita dan Guwo Lowo.

Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman perdesaan  Tersebar di seluruh kawasan perdesaan di Jawa Timur.

Kawasan permukiman perkotaan  Tersebar di seluruh kawasan perkotaan di Jawa Timur.

Rencana Penetapan Kawasan Strategis 8. Kawasan

strategis dari Sudut

Kepentingan Ekonomi

Kawasan Industri Agribis

pendukung Agropolitan Sistem meliputi: Kabupaten Malang, Kota agropolitan Wilis II Surabaya, Kabupaten Blitar, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Kediri. Pusat industri pengolahan produk terdiri dari :

 Industri tepung di Kabupaten Trenggalek. Input terutama berasal dari Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Ponorogo.

 Industri yang potensial dikembangkan di masa

mendatang, yaitu industri kimia penyulingan cengkeh dan hasil minyak kulit kopi dan kakao di Kabupaten Trenggalek. Input terutama berasal dari Kabupaten Pacitan, Kediri, dan Ponorogo.

Kawasan perbatasan

antarprovinsi. Kawasan perbatasan antarprovinsi, yaitu Provinsi Jawa Timur-Jawa Tengah-DI Yogyakarta dilakukan melalui kerja sama regional meliputi Ratubangnegoro (Kabupaten Blora, Kabupaten Tuban, Kabupaten Rembang, dan Kabupaten Bojonegoro),

Karismapawirogo (Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen, Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Ponorogo), Pawonsari (Kabupaten Pacitan, Kabupaten Wonogiri, dan Kabupaten Wonosari), dan Golekpawon (Kabupaten Ponorogo, Kabupaten

Trenggalek, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Wonogiri)

9. Kawasan

(21)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-21 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

No. Rencana Sektoral Kebijakan Pengembangan sudut

kepentingan pertahanan dan keamanan

berhadapan dengan laut lepas pemerintah pusat sebagai KSN, berupa kawasan perbatasan negara pulau kecil terluar yang berhadapan dengan laut lepas meliputi:

a. Pulau Barung di Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember dengan luas

sekurang-kurangnya 8.008,83 Ha; b. Pulau Panehan di Kecamatan

Munjungan Kabupaten Trenggalek dengan luas sekurang-kurangnya 15,55 Ha; dan

c. Pulau Sekel di Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek dengan luas sekurang-kurangnya 14,11 Ha. Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Jawa Timur Tahun 2009-2029

C. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Trenggalek Fungsi dan manfaat dari RTRW Kabupaten menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 16/PRT/M tahun 2009 adalah sebagai pedoman :

1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah. 2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah.

3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten 4. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar

wilayah dalam kabupaten, serta keserasian antar sektor. 5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi 6. Penataan ruang kawasan strategi kabupaten.

7. Penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kabupaten.

Kebijakan RTRW terkait penataan ruang wilayah Kabupaten Trenggalek antara lain meliputi pengembangan :

a. Struktur ruang yang terdiri dari :

 Kebijakan pengembangan sistem pusat kegiatan wilayah a) Pembentukan sistem pekotaan.

b) Pengembangan sistem pedesaan.

 Kebijakan pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah dilakukan melalui upaya pengembangan prasarana wilayah.

(22)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-22 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

1. Kebijakan pemantapan kawasan lindung

a. Pemanfaatan fungsi dan pengendalian secara ketat berbasis pembangunan berkelanjutan.

b. Pengembangan pengaturan resiko pada kawasan rawan bencana. 2. Kebijakan pengembangan kawasan budidaya

a. Pengembangan industry berbahan baku local berdaya saing dan berpotensi b. Pengembangan kawasan budidaya berbasis pada pendayagunaan potensi wilayah c. Kawasan Strategis yang terdiri dari :

1. Kebijakan pengembangan kawasan strategis sudut kepentingan ekonomi. a. Pengembangan kawasan agribisnis berbasis potensi lokal.

b. Pengembangan kawasan minapotilatan dengan memperhatikan aspek lingkungan. 2. Kebijakan pengembangan kawasan strategis sudut kepentingan penyelamatan

lingkungan hidup dilakukan melalui upaya pelestarian dan peningkatan fungsi daya dukung lingkungan hidup.

3. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis lainnya meliputi pengendalian perkembangan kawasan budidaya.

d. wilayah pesisir dan pulau pulau kecil.

1. Pelestarian ekosistem wilayah pesisir dan pulau pulau kecil 2. Pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

Adapun arahan dalam RTRW Kabupaten Trenggalek yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPIJM Kabupaten Trenggalek adalah sebagai berikut :

1. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Trenggalek (KSK) yang didasari sudut kepentingan:

a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam RTRW Kabupaten Trenggalek tahun 2012-2032 terdiri dari:

1) Kawasan strategis kerjasama regional kerjasama regional antar kabupaten pada kawasan perbatasan Propinsi Jawa Timur dan Propinsi Jawa Tengah GOLEKPAWON meliputi: Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Wonogiri.

2) Kerjasama regional Selingkar Wilis, meliputi: Kabupaten Trenggalek; Kabupaten Tulungagung; Kabupaten Kediri; dan Kabupaten Nganjuk.Kabupaten Ponorogo.

(23)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-23 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

3) Kawasan strategis pariwisata; meliputi kawasan pariwisata pantai di Kecamatan Watulimo; kawasan pariwisata gua di Kecamatan Watulimo; kawasan pariwisata pantai di Kecamatan Panggul; kawasan pariwisata air terjun di Kecamatan Panggul; kawasan pariwisata pantai di Kecamatan Munjungan; kawasan pariwisata panjat tebing di Kecamatan Suruh; dan kawasan pariwisata panjat tebing di Kecamatan Watulimo.

4) Kawasan strategis agropolitan; meliputi Kecamatan Bendungan; Kecamatan Kampak; dan Kecamatan Watulimo.

5) Kawasan strategis minapolitan; meliputi perikanan tangkap berada di Kecamatan Watulimo; dan budidaya perikanan air tawar meliputi: Kecamatan Bendungan, Kecamatan Kampak; dan Kecamatan Trenggalek.

6) Kawasan strategis segitiga emas Durenan berada di Kecamatan Durenan. 7) Kawasan strategis pengembangan Bendungan Tugu berada di Desa Nglinggis

Kecamatan Tugu.

b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

1) Kawasan hutan lindung meliputi: Kecamatan Panggul; Kecamatan Munjungan; Kecamatan Watulimo; Kecamatan Kampak; Kecamatan Dongko; Kecamatan Pule; Kecamatan Pogalan; Kecamatan Bendungan; Kecamatan Tugu; dan Kecamatan Suruh.

2) Kawasan strategi sempadan pantai meliputi: Kecamatan Watulimo; Kecamatan Munjungan; dan Kecamatan Panggul;

3) Sempadan sungai berada di seluruh kecamatan;

4) Kawasan karst meliputi: Kecamatan Bendungan; Kecamatan Panggul; dan Kecamatan Watulimo;

5) RTH perkotaan meliputi: Kecamatan Trenggalek; dan Kecamatan Durenan. c. Kawasan strategis lainnya berupa kawasan sempadan JLS meliputi: Kecamatan

Watulimo; Kecamatan Munjungan; dan Kecamatan Panggul.

1. Skenario Pengembangan Sistem Fungsi Dan Perwilayahan Kabupaten Trenggalek

Struktur tata ruang merupakan unsur yang terpenting dalam pengembangan sebuah kota. Perencanaan infrastruktur harus mengacu pada struktur ruang yang telah ditetapkan, hal ini agar tidak terjadi kesenjangan antar wilayah dalam satu kota.

(24)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-24 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

Sistem kepusatan suatu kota dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penduduk yang dilayani, yang digambarkan sebagai suatu struktur hirarki mula dari tingkat pelayanan yang tertinggi sampai terendah. Ditinjau dari skala suatu kota untuk membentuk suatu sistem kepusatan dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu skala regional, skala kota, dan skala lokal.

Struktur ruang di Kabupaten Trenggalek dipengaruhi oleh pusat pengembangan Kota Kediri dimana orientasi Kabupaten Trenggalek cenderung mengarah ke kota tersebut. Seperti kota-kota yang sedang berkembang arah perkembangan kota cenderung mengikuti jaringan jalan (ribbon development) dimana di Kabupaten Trenggalek dilalui jalan nasional yang menghubungkan kota-kota di pesisir selatan yaitu Tulungagung dan Pacitan. Jaringan jalan inilah yang menghubungkan pusat-pusat permukiman di Kabupaten Trenggalek.

Pusat-pusat permukiman di Kabupaten Trenggalek cenderung terpusat di ibukota kecamatan dimana pusat Kabupaten Trenggalek. Perkotaan Trenggalek merupakan PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Pengembangan PKL diharapkan menajadi pusat pertumbuhan bagi kabupaten. PKL perkotaan Trenggalek memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa skala regional, pengembangan permukiman, pelayanan sosial dan pertumbuhan wilayah kabupaten. Struktur ruang dengan hierarki dibawah PKL adalah Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp). PKLp di Kabupaten Trenggalek terdiri dari PKLp Durenan dan PKLp Watulimo. PKLp Durenan memiliki fungsi utama sebagai kawsan perdagangan dan jasa sedangkan PKLp Watulimo memiliki fungsi utama sebagai kawsan pariwisata. Pusat pelayanan skala beberapa kecamatan dijabarkan dengan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yaitu PPK Kampak dan PPK Panggul.

(25)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-25 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

Gambar 3. 4 Struktur ruang Kabupaten Trenggalek

Sumber: RTRW Kabupaten Trenggalek 2011-2031

2. Strategi / skenario Pengembangan Pola Ruang Kabupaten Trenggalek Dalam rangka kaitan dengan pembangunan jangka panjang Kabupaten Trenggalek, kebijaksanaan tata ruang merupakan bagian integrasi dari kebijaksanaan umum dan sektoral yang telah ditetapkan. Untuk pemerataan dan sosialisasi kegiatan pembangunan diseluruh wilayah Kabupaten Trenggalek perlu ditentukan Satuan Wilayah Pembangunan ( SWP ). Kebijaksanaan tata ruang Kabupaten Trenggalek yang tertuang dalam bentuk perwilayahan pembangunan bertujuan :

 Mengusahakan pemerataan pembangunan yang serasi di dalam dan antar wilayah serta sub wilayah.

 Mengusahakan dan mengarahkan kegiatan pembangunan sesuai dengan potensi, kondisi masing masing wilayah.

WP Barat WP Selatan WP Tengah WP Utara WP Timur Arah ke Ponorogo Arah ke Pacitan Arah ke T. Agung Arah ke T. Agung Batas Administrasi Tugu Dongko Suruh Karangan Pule Gandusari Pogalan Panggul Kampak Durenan Bendungan Trenggalek Munjungan Watulimo Kolektor primer Keterangan: Lokal Primer Arah Orientasi PKL PPK Sub Kota Wil. Pengembangan PKLp

(26)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-26 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

 Mengembangkan hubungan ekonomi antar wilayah dan sub wilayah yang harmonis sehingga terwujud ekonomi yang kuat dan mampu menunjang perkembangan regional.

 Mempertajam prioritas pembangunan pada daerah rawan, daerah tertinggal melalui program khusus dengan tetap memperhatikan upaya penyelamatan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Pembangunan wilayah pembangunan Kabupaten Trenggalek adalah sebagai berikut ; Wilayah Pengembangan Utara meliputi : Kecamatan Trenggalek, Kecamatan Bendungan, dan Kecamatan Tugu.

1. Wilayah Pengembangan Selatan meliputi : Kecamatan Watulimo, sebagian Kecamatan Panggul dan Kecamatan Munjungan.

2. Wilayah Pengembangan Timur meliputi : Kecamatan Durenan, Kecamatan Pogalan dan Kecamatan Gandusari.

3. Wilayah Pengembangan Barat meliputi : Kecamatan Pule dan sebagian Kecamatan Panggul.

4. Wilayah Pengembangan Tengah meliputi : Kecamatan Dongko, Kecamatan Kampak, Kecamatan Karangan dan Kecamatan Suruh.

3. Strategi / Skenario Pengembangan Pemantapan Kawasan Lindung Kabupaten Trenggalek.

Kriteria pemantapan kawasan lindung yang tertuang dalam Keppres No 32 Tahun 1990 pada prinsipnya menunjukkan adanya wilayah limitasi dan wilayah kendala yang berdasarkan kondisi fisik dasarnya tidak diarahkan untuk dikembangkan / dibudidayakan dalam rangka perlindungan dan pelestariannya. Kawasan Lindung di Kabupaten Trenggalek dibedakan dengan pengklasifikasian sebagai berikut :

 Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya.

 Kawasan perlindungan setempat

 Kawasan suaka alam dan cagar budaya.

 Kawasan rawan bencana alam.

Secara umum tujuan dari pemantapan kawasan lindung di Kabupaten Trenggalek adalah untuk mencegah timbulnya berbagai kerusakan fungsi lingkungan hidup serta mengamankan dari kemungkinan terjadinya intervensi penggunaan ke bukan kawasan lindung. Sasaran penetapan kawasan lindung di Kabupaten Trenggalek, adalah:

(27)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-27 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

2. Mempertahankan keanekaragaman flora, fauna, tipe ekosistem serta keunikan alam yang terdapat diwilayah ini.

4. Strategi / Skenario Pengembangan Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya di Kabupaten Trenggalek dapat dibedakan menjadi 9 kawasan yaitu kawasan hutan produksi, kawasan perkebunan, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan permukiman dan kawasan peruntukan lainnya.

1. Kawasan hutan produksi

Kawasan peruntukan hutan produksi merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi. Di wilayah Kabupaten Trenggalek, kawasan hutan produksi yang ada meliputi kawasan hutan produksi terbatas, yaitu kawasan yang diperuntukkan sebagai hutan produksi dimana eksploitasinya hanya dapat dilakukan dengan tebang pilih atau tebang habis dan tanam. Kawasan ini sebagian besar menyebar di Kecamatan Watulimo, Dongko, Tugu, Suruh, Pule, Panggul, Munjungan, Gandusari, Bendungan dan Trenggalek. Sebagian besar kawasan ini menempati lereng 25-40%, jenis tanah kambisol, mediteran, dan podsolik. Batuan permukaan sedang dan bahaya erosi sedang. Jenis tanaman kayu hutan yang dikembangkan berupa jati dan pinus.

2. Kawasan Perkebunan

Perkebunan di wilayah Kabupaten Trenggalek direncanakan dikembangkan untuk perkebunan rakyat (konversi dari jenis tanaman kebun perkarangan, kebun campuran dan perkebunan rakyat). Pengembangan lahan perkebunan diarahkan secara optimal dengan tidak merubah penggunaan tanah, dengan tetap memperhatikan kriteria penataan ruang terbuka hijau dan sesuai dengan RUTRK/ RDTRK/ RTRK.

3. Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan

Pengembangan lahan pertanian pedesaan diarahkan pada area yang tersedia dengan merubah penggunaan lahan dan memperhatikan pola penggunaan lahan optimal. Sedangkan untuk lahan sawah yang tidak memerlukan lahan diarahkan pada area lahan yang ada dengan memperhatikan kesesuaian kriteria teknis sektoral dan kesesuaian lahan. Untuk daerah perkotaan, pengembangan lahan pertanian memperhatikan pedoman

(28)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-28 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

RUTRK/RDTRK/RTRK yang ada dan penataan ruang terbuka hijau. Pengembangan lahan persawahan di Kabupaten Trenggalek dapat dilakukan di seluruh wilayah kecamatan dan untuk percetakan sawah baru diarahkan pada lahan di wilayah Kabupaten Trenggalek bagian utara.

4. Kawasan peruntukan perikanan

Sektor perikanan tangkap yang terdapat di Kabupaten Trenggalek, banyak dikembangkan didaerah pesisir diantaranya di Kecamatan Watulimo, Kecamatan Panggul dan Kecamatan Munjungan. Sektor perikanan darat yang dikembangkan di Kabupaten Trenggalek, diantaranya adalah perikanan kolam, yang dikembangkan di Kecamatan Bendungan, Kecamatan Suruh, Kecamatan Karangan, Kecamatan Kampak dan sebagian Kecamatan Trenggalek.

Rencana pengembangan infrastruktur pendukung kawasan perikanan berupa peningkatan fungsi pelabuhan perikanan di kabupaten Trenggalek yaitu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) di Kecamatan Watulimo

5. Kawasan peruntukan pertambangan

Kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten Trenggalek terdiri dari pertambangan mineral logam, pertambangan mineral bukan logam, pertambangan komoditas batuan dan batubara. Kawasan pertambangan mineral logam direncanakan di Kecamatan Bendungan, Kecamatan Tugu, Kecamatan Pogalan, Kecamatan Durenan, Kecamatan Gandusari, Kecamatan Kampak, Kecamatan Pule, Kecamatan Dongko, Kecamatan Panggul, Kecamatan Munjungan dan Kecamatan Watulimo. Kawasan pertambangan mineral bukan logam di seluruh kecamatan. Sedangkan pertambangan batubara di Kecamatan Watulimo, Kecamatan Dongko, Kecamatan Panggul dan Kecamatan Suruh. Dalam upaya memperkecil dampak yang ditimbulkan dari eksploitasi tambang maka diperlukan izin yang ketat dan harus sesuai dengan kriteria penambangan dan damapak lingkungan yang mungkin ditimbulkan.

6. Kawasan peruntukan industri

Arahan kegiatan industri Kabupaten Trenggalek diarahkan pada pengembangan zona agro industri serta pengembangan sentra kegiatan industri kecil di setiap wilayah kecamatan di kabupaten Trenggalek dengan disesuaikan dengan potensi yang ada .Kawasan peruntukan industri di Kabupaten Trenggalek

(29)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-29 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

direncanakan berupa industri menengah dan industri kecil. Industri menengah diperuntukkan di Kecamatan Trenggalek, Kecamatan Watulimo, Kecamatan Panggul, Kecamatan Durenan dan Kecamatan Karangan. Sedangkan kawasan industri kecil mikro berupa industri rumah tangga yang tersebar di seluruh kecamatan. Kelancaran aksesbilitas, sirkulasi / pergerakan barang masuk-keluar yang lancar menjadi prioritas untuk memperkecil biaya produksi sehingga mempengaruhi nilai jual dari komoditi industri yang dihasilkan.

7. Kawasan peruntukan pariwisata

Obyek wisata alam yang ada di Kabupaten Trenggalek tersebut berupa pantai, gua, pemandian, dan pegunungan yang cukup menarik untuk dikembangkan karena keindahan yang dimilikinya. Selain obyek wisata alam terdapat juga obyek wisata sejarah dan budaya yang tentunya apabila dikelola dengan baik akan memberikan kontribusi yang berarti bagi pemerintah kabupaten. Ada tiga jenis kawasan-kawasan wisata yang ada di Kabupaten Trenggalek yaitu kawasan wisata alam, kawasan wisata budaya dan wisata minat khusus. Wisata budaya dapat dilihat pada lokasi dan kegiatan budaya yang terdapat di Kabupaten Trenggalek seperti upacara labuh laut di Kecamatan Watulimo. Sementara untuk obyek wisata minat khusus di Kabupaten Trenggalek terbagi dalam dua bagian yaitu wisata buatan dan wisata sejarah. Hal ini mencakup Taman Rekreasi , hingga petilasan atau makam yang terdapat di Kabupaten ini. Namun beberapa lokasi wisata yang telah menjadi trade mark atau tetenger bagi wilayah Kabupaten Trenggalek saat ini adalah :

 Pantai Prigi di Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo

 Pantai pasir putih / karanggongso di Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo

 Pantai Damas di Desa Karanggandu, Kecamatan Watulimo  Gua Lawa di Desa Watuagung, Kecamatan Watulimo  Pantai Pelang di Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul

 Panjat tebing Gunung Linggo di Desa Nglebo, Kecamatan Karangan  Panjat tebing Gunung Sepikul di Desa Watuagung, Kecamatan

(30)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-30 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

8. Kawasan peruntukan permukiman

Rencana kawasan permukiman dibedakan menjadi rencana kawasan permukiman perkotaan dan pedesaan. Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan yang dominasi kegiatannya difungsikan untuk kegiatan yang bersifat kekotaan dan merupakan orientasi pergerakan penduduk yang ada pada wilayah sekitarnya. Kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Trenggalek merupakan bagian dari kawasan perkotaan dengan perkembangan dan kondisi yang sangat beragam. Kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Trenggalek direncanakan sebesar 4.376,72 ha.

Kawasan permukiman perdesaan adalah suatu kawasan untuk permukiman pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian, tegalan, perkebunan, lahan kosong, terbatasnya aksesibilitas, jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas atau hampir tidak ada. Rencana pengembangan permukiman pedesaan di Kabupaten Trenggalek sebesar 11.000,62 ha.

9. Kawasan peruntukan lahan kritis.

Penanganan kawasan lahan kritis di Kabupaten Trenggalek diarahkan pada beberapa langkah yaitu :

 Upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah pada lahan kritis,lahan rawan bencana alam, kegiatan penghijauan di tepi kanan dan kiri sungai yang masuk dalam Daerah Aliran sungai (DAS )

 Meningkatkan reboisasi pada hutan dan lereng yang pertumbuhan kurang pada kawasan hutan produksi serta pengkayaan jenis pada hutan lindung dan konservasi.

 Meningkatkan pengelolaan buffer zone atau wilayah penyangga melalui agroforestry, hutan kemasyarakatan, perlebahan, penanaman kayu bakar dan sebagainya.

 Meningkatkan peran serta masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan sekaligus meningkatkan ketrampilan.

5. Strategi Pengembangan Kependudukan.

Strategi pengembangan kependudukan dirumuskan sebagai dasar bagi perumusan strategi lainnya sebab pada dasarnya penduduk merupakan obyek utama dari pelaksanaan pembangunan di wilayah perencanaan yang akan terlayani oleh

(31)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-31 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

permukiman, fasilitas, utilitas, dan sistem transportasi yang akan dikembangkan serta sekaligus penggerak struktur penduduk yang seimbang dalam hubungannya dengan pola pengembangan kota yang direkomendasikan.Strategi pengembangan kependudukan di Kabupaten Trenggalek diarahkan untuk menyeimbangkan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat setiap tahun pada tiap kecamatan. Kepadatan penduduk tertinggi di kabupaten Trenggalek terdapat di wilayah Kecamatan Karangan, Pogalan, Durenan dan Trenggalek. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk di wilayah tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya strategi pemerataan penduduk agar tidak terjadi pemusatan kegiatan pada satu kecamatan saja.

Strateginya meliputi kebijakan distribusi penduduk, kebijakan pengendalian pertumbuhan dan kebijakan ketenagakerjaan. Persebaran penduduk diarahkan sesuai dengan arahan struktur ruang kabupaten. Pusat-pusat pertumbuhan wilayah yaitu PKL, PKLp dan PPK diharapkan menjadi embrio pertumbuhan dan pengembangan kawasan termasuk di dalamnya perkembangan jumlah penduduk.

Distribusi dan kepadatan penduduk dapat menunjukkan tingkat aktivitas suatu daerah. Kepadatan penduduk menunjukkan besar jumlah penduduk per luas lahan wilayahnya. Distribusi penduduk juga dapat sebagai usaha untuk mendukung pengembangan wilayah terutama bagi wilayah yang masih jarang penduduknya.

6. Strategi Pengembangan Fasilitas

Fasilitas dalam menunjang kehidupan suatu wilayah didasarkan pada jumlah penduduk yang ada, sehingga besar kecilnya jumlah penduduk akan mempengaruhi banyak sedikitnya jumlah fasilitas yang ada. Standar penyediaan fasilitas merupakan suatu pedoman yang digunakan untuk penyediaan fasilitas, sehingga penyediaan fasilitas tersebut akan sesuai dengan tingkat kebutuhan dari masyarakat. Ketersediaan fasilitas berupa sarana perdagangan dan jasa, pendidikan, peribadatan, kesehatan, dan olahraga di Kabupaten Trenggalek berdasarkan segi kuantitasnya yang didasarkan pada standart permukiman perkotaan untuk mencukupi kebutuhan penduduknya. Namun jika ditinjau dari persebarannya maka diperlukan pendistribusian pembangunan fasilitas umum secara merata di masing-masing kecamatan sehingga tidak terjadi kesenjangan pembangunan terutama fasilitas-fasilitas yang hingga saat ini masih cenderung terpusat di pusat-pusat pertumbuhan, serta peningkatan kulitas tiap-tiap jenis fasilitas yang sudah ada sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.

(32)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-32 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

7. Strategi Pengembangan Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Strategi/skenario pengembangan penyediaan dan pemanfaatan RTH di Kabupaten Trenggalek adalah untuk kelestarian keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan sosial dan budaya. Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, maka pada setiap wilayah perlu ditetapkan kawasan RTH sesuai dengan tata guna lahan dan sektor tertentu, dalam rangka penyelenggaraan RTH kota secara menyeluruh. Pengelolaan RTH sejak awal, yaitu dari proses penunjukan, pembangunan, penetapan, pemeliharaan merupakan pengelolaan menyeluruh (integratif) yang disesuaikan dengan fungsi pokok RTH kota tersebut yaitu antara lain untuk perlindungan lingkungan kota. Keberadaan RTH sangat penting dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan. Pengendalian pembangunan wilayah harus dilakukan secara proporsional dan berada dalam keseimbangan antara pembangunan dan fungsi-fungsi lingkungan. Dalam perencanaan RTH di Kabupaten Trenggalek, maka harus memperhatikan beberapa pertimbangan, yaitu:

1. Pola Pergerakan di Kabupaten Trenggalek

Perencanaan RTH Kabupaten Trenggalek akan memperhatikan pola pergerakan kabupaten yang dapat membentuk pola tata ruang Kabupaten Trenggalek.

2. Pola Tata Guna Lahan

Dalam perencanaan RTH Kabupaten Trenggalek tidak lepas dari pola tata guna lahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah kabupaten. Sehingga penataan RTH akan tetap merujuk pada pola tata guna lahan yang ada.

3. Kondisi Fisik (Topografi)

Kondisi fisik dan topografi Kabupaten Trenggalek sangat berpengaruh dalam perencanaan RTH kabupaten, secara makro Kabupaten Trenggalek memiliki topografi yang dikelilingi oleh pegunungan, dimana bagian utara, selatan, timur dan barat kabupaten merupakan daerah yang tinggi, sedangkan bagian tengah merupakan daerah yang rendah. Pada daerah-daerah tertentu Kabupaten Trenggalek memiliki topografi yang tajam, sehingga perlu adanya penataan RTH yang mampu menahan limpasan air dan bahaya longsor, dan sebaiknya dijadikan kawasan konservasi.

(33)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-33 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

Kabupaten Trenggalek merupakan kabupaten yang sedang berkembang dan 2/3 bagiannya adalah pegunungan sehingga ketersediaan lahan merupakan faktor yang perlu diperhatikan, agar tidak terjadi masalah sosial. Penempatan RTH akan disesuaikan dengan ketersediaan lahan di lapangan.

Sedangkan strategi/skenario pengembangan penyediaan dan pemanfaatan RTH di Kabupaten Trenggalek adalah sebagai berikut:

1. Penataan dan penyediaan RTH sesuai fungsinya: ekologis, sosial-ekonomi, dan arsitektural.

2. Penanaman pohon sesuai jenis dan fungsi RTH.

3. Penempatan RTH sebagai pendukung identitas kawasan.

4. Pengelompokan RTH sesuai fungsi, hirarki, dan skala ruang lingkungannya. 5. Pembangunan hutan kota; lapangan olahraga terbuka; kebun bibit; taman

kota; taman lingkungan.

6. Pembangunan RTH pada ruas jalan utama kota. 7. Pembangunan RTH pada lokasi fasilitas umum kota. 8. Pembangunan RTH pada sempadan sungai; SUTET.

9. Penghijauan halaman/kavling rumah; perkantoran; dan perdagangan. 8. Deliniasi Zonasi Wilayah Kabupaten Trenggalek

A. Rencana Wilayah yang tidak boleh dibangun

Wilayah yang tidak boleh dibangun adalah kawasan lindung di Kabupaten Trenggalek. Kawasan lindung merupakan kawasan konservasi yang tidak dapat dimanfaatkan untuk kawasan budidaya. Kawasan lindung yang tidak boleh dibangun adalah :

a. Kawasan Hutan Lindung

Berdasarkan kondisi eksisting kawasan hutan lindung sebagian besar merupakan lahan milik Perhutani. Kawasan hutan lindung di Kabupaten Trenggalek sebagian besar masih berupa lahan kritis sehingga diperlukan upaya reboisasi yang insentif dalam rangka mengembalikan fungsi lindungnnya.

Kawasan hutan lindung ditetapkan menjadi kawasan strategis karena peran dan fungsi kawasan ini terhadap kelestarian alam, mitigasi bencana banjir dan tanah longsor sangatlah penting. Rencana luasan kawasan hutan lindung sebesar 23.141,39 ha yang tersebar di seluruh kecamatan.

(34)

RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 III-34 RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TRENGGALEK

Kawasan sempadan sungai yang dimaksud adalah sepanjang kiri-kanan sungai, termasuk sungai buatan atau kanal atau saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Lebar garis sempadan sungai ditetapkan dengan mempertimbangkan letak, kondisi, dan karakteristik sungai bersangkutan, maka:

 Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

 Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

 Garis sempadan sungai tak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada sungai besar (DAS ≥ 500 km2) ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter,

sedangkan pada sungai kecil (DAS<500 km2) ditetapkan sekurang-kurangnya 50

(lima puluh) meter, dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

 Garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman <3 (tiga) meter, ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter, dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

 Garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman 3-20 (tiga sampai duapuluh) meter, ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter, dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

 Garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan dengan kedalaman maksimum >20 (dua puluh) meter, ditetapkan sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter, dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

c. Kawasan sempadan pantai

Kawasan sempadan pantai adalah kawasan sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Kriteria penetapan sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Perlindungan ekosistem ini terdiri atas perlindungan hutan bakau (mangrove) yaitu pada pantai-pantai di kecamatan Watulimo, Panggul dan Munjungan dimana didominasi oleh jenis-jenis pioner yaitu Avicenia dan Sonneratia, sedangkan perlindungan kawasan estuaria sebagai tempat pertemuan sungai dan laut terdapat di berbagai kecamatan. Sedangkan untuk

Gambar

Gambar  3.1  memaparkan  konsep  perencanaan  pembangunan  infrastruktur  Bidang  Cipta Karya, yang membagi amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam  4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan ruang/spasial, amanat pembangunan nasional  dan
Gambar 3. 1 Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya  3.1.1  Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Tabel 3. 1 Kebijakan Kabupaten Trenggalek dalam Peraturan Pemerintah Republik  Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional  No
Gambar 3. 2. Rencana Struktur Kegiatan WP Kediri dan  Sekitarnya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mazhab Syafi’i, Hambali, dan para Ulama mazhab lainnya sepakat dengan pendapat Imam Abu Hanifah, yang mana mengatakan bahwa batas wasiat seseorang yang

Apabila dilihat dari lima kontruk kualitas belanja daerah, hampir semua kontruk belanja daerah Kabupaten Serang masuk dalam kategori tinggi dan sangat tinggi setiap

[r]

Limbah cair industri kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Limbah cair industri minyak kelapa

Simpulan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kadar kortisol pada kedua kelompok yang diberi obat analgetik ketorolak ataupun kelompok yang diberi

Adanya pendampingan dari berbagai pihak pada kelompok Sumber Rejeki diharapkan akan mempercepat proses produksi kelompok hingga kegiatan pengolahan singkong dari

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa aktivitas rerata gross β dalam cuplikan sedimen pada muara dan pesisir dipengaruhi oleh sedimen sungai yang mengandung

Euthanasia agresif, disebut juga eutanasia aktif, adalah suatu tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk mempersingkat