BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill)
2.1.1 Pengertian dan Morfologi Tomat (Lycopersicon esculentum Mill)
Gambar 2. 1 Morfologi Tanaman Tomat
Tomat merupakan tumbuhan yang tergolong ke dalam famili Solanaceae, tanaman asli Amerika Tengah dan Selatan. Tanaman tomat memiliki siklus hidup yang singkat dan hanya bereproduksi satu kali dalam masa tanam (Sulardi, 2018).
Tomat termasuk sayuran yang populer di Indonesia yang paling digemari oleh setiap orang karena rasanya enak, segar dan sedikit asam. Bahkan, saat ini tomat tidak sekadar untuk sayuran tetapi sudah menjadi komoditas buah (Ambarwati, Indradewa, & Hapsari, 2017). Tanaman ini berbentuk perdu atau semak yang memiliki tinggi antara 1 hingga 3 meter (Wati, Damhuri, & Safilu, 2017). Pada umumnya tanaman tomat dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi (Sari et al., 2021).
Menurut (Lubis, 2020), morfologi tanaman tomat secara umum sebagai berikut:
a. Bunga
Bunga pada tanaman tomat berwarna kuning cerah dengan ukuran yang kecil mungil, umumnya berdiameter sekitar 2 cm. Pada bagian bawah ada 5 buah kelopak bunga yang berwarna hijau.
b. Buah
Buah tomat mempunyai ukuran cukup bervariasi, dengan diameter sekitar 2 cm sampai 15 cm. Warna buah tomat hijau ketika masih muda dan berwarna merah ketika buahnya matang.
c. Daun
Daun tomat memiliki bentuk yang unik yakni berbentuk oval, bergerigi, serta memiliki celah yang menyirip. Daunnya termasuk daun majemuk ganjil dengan jumlah daun sekitar 5-7 dan ukuran daunnya sekitar 15-30 cm× 10- 25 cm. Tangkai daun majemuk memiliki panjang antara 3-6 cm.
Kebanyakan di antara pasangan daun yang makro ada 1-2 daun mikro. Daun majemuk terangkai spiral mengelilingi batang.
d. Batang
Batang tanaman tomat lumayan kuat meskipun tidak sekeras tanaman tahunan. Batangnya berwarna hijau dan berbentuk persegi empat sampai bulat. Pada permukaan batangnya ditumbuhi rambut halus banyak apalagi dibagian yang berwarna hijau.
e. Akar
Tanaman tomat berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ke tanah.
2.1.2 Klasifikasi Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) Klasifikasi menurut Backer & Brink (1963) sebagai berikut:
Kingdom :Plantae
Classis :Dicotyledonae Ordo :Solanales Familia :Solanaceae Genus :Lycopersicon
Species :Lycopersicon esculentum Mill.
2.1.3 Kandungan Kimia dan Khasiat Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) Tomat mengandung vitamin yakni alkaloid solanin, asam malat, asam sitrat, adenine, vitamin B1, B2, B6, C dan E yang berfungsi untuk mengobati beberapa penyakit seperti sariawan, beri-beri, radang syaraf dan sebagainya (Dalimartha, 2011). Secara keseluruhan kandungan buah tomat per 100 gram adalah 30 kilo kalori, vitamin C 40 mg, vitamin A 1500 SI, sejumlah zat besi, kalsium, magnesium, kalium, yodium, zink, fluoride, dan asam organik. Likopen merupakan salah satu kandungan kimia paling banyak dalam tomat, Likopen merupakan suatu karotenoid non-provitamin A yang secara alamiah terdapat pada buah dan sayur berwarna merah, terutama dalam buah tomat dan produk-produk olahannya (Humam & Lisiswanti, 2015).
2.1.4 Syarat Tumbuh Tomat (Lycopersicon esculentum Mill)
Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 750 mm-1.250 mm/tahun. Tanaman tomat memerlukan intensitas cahaya matahari sekurang-kurangnya 10-12 jam/hari. Suhu udara rata-rata harian yang optimal untuk pertumbuhan tanaman tomat yaitu suhu siang hari 18-29°C dan pada malam hari 10-20 °C (Mardaus., 2019). Suhu ideal untuk pertumbuhan tanaman tomat yaitu sekitar 24-28°C dengan kelembapan relatif 80%. Tanaman tomat dapat ditanam disegala jenis tanah, mulai dari tanah berpasir sampai tanah lempung.
Pertumbuhan tomat menghendaki tanah gembur dan kaya akan humus (Hamidi, 2017). Tanaman tomat dapat tumbuh didataran rendah dengan ketinggian 100-600 dpl maupun dataran tinggi dengan ketinggian 1000-2500 dpl. Tanah dengan derajat keasaman (pH) berkisar 5,5-7,0 sangat cocok untuk budidaya tomat.
2.2 Air Kelapa (Cocos nucifera L.)
2.2.1 Pengertian Air Kelapa dan Morfologi Kelapa
Gambar 2. 2 Morfologi Tanaman Kelapa
Air kelapa merupakan cairan endosperm atau cadangan makanan cair sumber energi, selain mengandung zat pengatur tumbuh (Surachman, 2011). Selain itu air kelapa juga merupakan salah satu di antara beberapa persenyawaan kompleks alamiah yang sering digunakan untuk kultur jaringan (Tuhuteru, Hehanussa, &
Raharjo, 2018). Menurut (Mardiatmoko, 2018), secara umum morfologi tanaman kelapa sebagai berikut:
a. Bunga
Bunga tanaman kelapa muncul dari ketiaak daun tumbuh mayang (manggar) yang sedang tertutup spadix (seludung). Mayang merupakan tangkai bunga yang memiliki cabang-cabang serta tumbuh banyak bunga yang mempunyai warna putih kekuningan. Pada pangkal cabang tumbuh bunga betina, lalu menyusul bunga jantan di bagian atas.
b. Daun
Daun tanaman kelapa terdiri dari tangkai serta pelepah daun dan dalam pelepah daun tampak helai daun yang berlidi berada ditengah. Helaian daun
Bunga Daun
Akar Batang
mempunyai panjang yang berbeda-beda, bergantung atas posisinya. Pada helaian daun yang tampak ada di sumbu daun tengah mempunyai ukuran makin panjang di banding yang tumbuh pada ujung sumbu daun.
c. Batang
Batang pohon kelapa dapat tumbuh lurus keatas serta bisa tumbuh melengkung ke arah matahari. Batang kelapa mempunyai warna kelabu, licin serta batang kelapa bisa mendekati 20 meter. Pada bagian batang yang sesungguhnya pada pohon masih muda yang baru kelihatan jelas apabila pohon sudah berumur 3-4tahun, ketika daun-daun terbawah sudah gugur.
d. Akar
Tanaman kelapa memiliki akar serabut dengan jumlah antara 2000-4000 helai. Akarnya termasuk bagian dasar dari batang kelapa yang bentuknya mengembang, lalu pada bagian dalam tanah menyusut kembali sehingga merupakan kerucut terbalik.
e. Buah
Pada saat tiga sampai empat minggu sesudah seludung membuka, maka bunga betina yang telah dibuahi akan tumbuh sebagai bakal buah. Buahnya mempunyai berat 3-4 kg pada umur 9-10 bulan dan berat 1,5-2,5 kg saat umur 12-14 bulan
2.2.2 Klasifikasi Kelapa
Klasifikasi dalam dunia tumbuh-tumbuhan tanaman kelapa termasuk ke dalam:
Kingdom :Plantae
Classis :Monocotyledoneae Ordo :Arecales
Familia :Arecaceae Genus :Cocos
Species :Cocos nucifera L. (Backer, C.A., & Brink, 1963) 2.2.3 Kandungan Kimia dan Khasiat Air Kelapa
Kandungan kimia pada air kelapa bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan dan pertumbuhan suatu tanaman antara lain kalium, mineral, gula, protein dan berbagai macam vitamin seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, asam folat, niacin, riboflavin, dan thiamin (Misfahak, 2014). Selain itu, air kelapa
juga bermanfaat bagi kesehatan seperti menetralisir racun, mengandung hormon auksin (Indole Acetic Acid – IAA), zeatin (sitokinin), dan giberlin sebagai media pertumbuhan, dan sebagai biokatalis untuk mikroorganisme dan tanaman (Burns, Johnston, & Walker, 2020). Air kelapa juga mengandung ZPT yang dapat digunakan untuk kultur jaringan sehingga meningkatkan inisiasi kalus dan perkembangan akar (Darlina et al., 2016). Kandungan gula pada air kelapa muda 3,23%, pada air kelapa setengah tua 5,73%, dan pada air kelapa tua (sembilan bulan) 5,19% (Kaveevendan, Krishnadasan, & Thushanthan, 2021). Air kelapa juga disinyalir mengandung banyak zat gizi. Hasil analisis air kelapa tua mengandung sekitar 91% Mineral, 0.3% Protein, 0.15% Lemak, 7.3%
Karbohidrat dan 1.06% Abu. Air kelapa juga mengandung vitamin C 2.7 mg/100 mL (). Kandungan mineral kaliumpada air kelapa juga sangat tinggi yaitu 203,70 mg/100 g pada air kelapa muda dan 257,52 mg/100 g air kelapa tua. Air kelapa mengandung N (0,018%), P (13,85%), K (0,12%), Na (0,002%), Ca (0,006%), Mg (0,005%) dan C organik (4,52%) (Rosniawaty, Anjarsari, & Sudirja, 2018) 2.3 Pengertian Bonggol Pisang
Gambar 2. 3 Bonggol Pisang
Bonggol pisang merupakan bagian terbawah dari batang pohon pisang yang terletak didalam tanah (Sjofjan, 2020). Bonggol pisang masih kurang maksimal dimanfaatkan oleh masyarakat dibadingkan dengan pemanfaatan buahnya (Yuliani et al., 2020). Pada bonggol pisang terkandung karbohidrat yang cukup tinggi sebesar 66%, pati 45,4% dan kadar protein 4,35% (Belit et al., 2021).
Selain kandungan tersebut terdapat juga mikrobia pengurai. Mikrobia pengurai terletak pada bonggol pisang bagian luar maupun bagian dalam (Marsiningsih, Suwastika, & Sutari, 2015).
2.3.1 EM4
Mikroorganisme yang digunakan dalam pertanian untuk mendukung dalam pembuatan pupuk organik yaitu bioaktivator EM4. EM4 (Effective Microorganisme) merupakan bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk untuk mempercepat proses pembuatan pupuk dan dapat membantu meningkatkan kualitas pupuk (Ratrinia, Maruf, & Dewi, 2014). Fermentasi menggunakan EM4 berlangsung secara anaerob karena memerlukan sedikit udara dan cahaya pada metode ini, namun bau yang dihasilkan dapat hilang jika prosesnya berlangsung dengan baik (Fahlevi, Purnomo, & Mulia Shitophyta, 2021). Jumlah mikroorganisme fermentasi yang ada didalam EM4 banyak yaitu mengandung 80 jenis mikroorganisme yang dipilih sehingga dapat bekerja secara efektif dalam menfermentasikan bahan organik yang terdiri dari lima golongan yang pokok yaitu bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.), bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.), Streptomyces sp., ragi (yeast) dan Actinomycetes (Nur et al., 2018). Kelebihan penggunaan EM4 selain mempercepat proses fermentasi bahan organik yaitu dapat memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik, mampu menyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman, sebagai pestisida hayati dalam meningkatkan kesehatan tanaman (Meriatna, Suryati, & Fahri, 2019).
2.4 Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan tanaman merupakan proses yang mengakibatkan terjadinya perubahan ukuran tanaman yang dapat diukur maupun dapat dinyatakan dengan angka serta bersifat kuantitatif dari bertambah besar dan semakin tinggi organ tumbuhan (Song et al., 2021). Pertambahan ukuran tubuh tumbuhan secara keseluruhan karena hasil terjadinya pembelahan mitosis dari pembesaran sel (Hapsari et al., 2018). Pertumbuhan tanaman menunjukkan bahwa suatu proses yang diatur oleh zat yang berpindah dari satu bagian tanaman ke bagian lain disebut dengan hormon. Hormon yang membantu dalam pertumbuhan tanaman yaitu auksin, sitokinin, Asam Giberelat (GA), asam absisat (ABA), etilena (Pujiasmanto, 2020).
2.5 Pupuk Organik Cair (POC)
2.5.1 Pengertian Pupuk Organik Cair (POC)
Pupuk merupakan sumber unsur hara utama yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal (Mansyur, 2021). Pupuk organik sendiri yaitu pupuk organik yang bahan dasarnya berasal dari makhluk hidup baik tumbuhan, hewan ataupun limbah organik lainnya. Sedangkan pupuk organik cair adalah pupuk organik yang berupa cairan sehingga dapat mudah larut saat digunakan. Pupuk organik cair mengandung beberapa unsur hara dan zat yang dibutuhkan tanaman. Zat-zat tersebut berasal dari bahan organik yang digunakan dalam pembuatannya terdiri dari mineral, baik makro maupun mikro, asam amino, hormon pertumbuhan dan mikroorganisme (Pane & Marwazi, 2020).
2.5.2 Kelebihan Pupuk Organik Cair
Pupuk organik berbentuk cair mudah untuk diaplikasikan secara merata, tidak akan terjadi penumpukan konsentrasi pupuk di satu tempat dan secara cepat dapat mengatasi defisiensi hara. Penggunaan pupuk organik cair memiliki kelebihan dengan pupuk yang lain, yakni walaupun sering digunakan tidak akan merusak tanah dan tanaman (Hadisuwito, 2012). Pupuk organik cair (POC) juga mengandung senyawa-senyawa tertentu seperti protein, selulose, lignin, dan lain- lain yang tidak terkandung dalam pupuk kimia (Kustiawan, Nurhiftiani, &
Ediyono, 2017).
2.6 Pengaruh POC air kelapa dan bonggol pisang terhadap pertumbuhan Pupuk organik cair air kelapa dan bonggol pisang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, tinggi, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman tomat dikarenakan pupuk organik cair air kelapa dan bonggol pisang memiliki unsur nitrogen, fosfor, kalium dan zat pengatur tumbuh alami yang menjadi unsur hara bagi tanaman.
Kandungan unsur-unsur hara makro dan mikro yang terdapat di dalam POC air kelapa mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif tinggi dan jumlah daun tanaman. Selain itu juga kaya dengan zat pengatur tumbuh berupa auksin, sitokinin dan giberelin (Saefas, Rosniawaty, & Maxiselly, 2017). Auksin yang terkandung di dalam ZPT air kelapa dapat merangsang pertumbuhan jaringan muda seperti daun, mempengaruhi perpanjangan batang, dan percabangan akar
(Nurman, Zuhry, & Dini, 2017). Sitokinin yang terkandung pada air kelapa mampu merangsang pembentukan daun dengan maksimal (Nana, 2014). Giberelin dapat mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup, perpanjangan batang dan pertumbuhan daun (Amsar, 2011). Sedangkan bonggol pisang sebagai sumber nitrogen dan fosfor bagi tanaman. Adanya zat pengatur tumbuh giberelin dan sitokinin yang ada dalam kandungan pupuk organik cair dapat merangsang pertumbuhan tanaman (Amir, 2021).
Ketersediaan hara untuk pertumbuhan vegetatif, N termasuk hara makro dimana jumlanya banyak diperlukan dalam proses pertumbuhan. Selain itu unsur hara makro lainnya P dan K juga berperan dalam merangsang pertumbuhan vegetatif. Unsur Nitrogen (N) adalah unsur esensial bagi tumbuhan, apabila unsur Nitrogen dalam jumlah yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan daun lebih banyak karena unsur tersebut bisa meningkatkan jumlah klorofil sehingga mampu meningkatkan aktivitas fotosintesis (Haq, Fauziah, & Karyudi, 2015). Menurut Siska (2000) dalam (Oviyanti (2016) Kandungan unsur hara Nitrogen mampu mendorong dan mempercepat pertumbuhan dan pertambahan tinggi tanaman.
Unsur Fosfor (P) bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu, Fosfor berfungsi sebagai bahan mentah untuk membantu asimilasi dan pernapasan, serta mempercepat pembungaan, pemasakan biji, dan buah, merangsang pembentukan akar dan membantu pembelahan sel (Mustaqim et al., 2016). Kalium (K) akan bermanfaat dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat serta sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit (Pinus., 2013).
Menurut Ismayanda (2014) bahwa Kalium (K) berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit, hama dan akan berpengaruh dengan hasil akhir berat basah dan berat kering suatu tanaman semakin besar tinggi, dan jumlah daun, maka berat basah dan berat kering tanaman akan meningkat.
2.7 Pemanfaatan Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dapat membantu siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai (Jailani, 2017). Sumber belajar disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran. Sumber belajar tidak terbatas hanya buku saja tetapi bisa berupa, orang, alat, bahan, dan lingkungan yang dapat mendukung proses pembelajaran. Menurut (Hafid, 2011), Komponen utama yang mendukung sumber belajar yaitu: Pesan yang merupakan informasi yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti, dan data; Komponen Orang sebagai penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan;
Komponen alat digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan di dalam bahan; Komponen teknik prosedur rutin untuk menggunakan bahan, peralatan, orang, dan lingkungan untuk menyampaikan pesan.
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan berdasarkan alat indra dan pengalamannya (Muslich, 2011). Kegiatan belajar adalah bentuk perubahan terhadap diri sendiri yang terjadi secara permanen akibat pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya (Pane, Darwis, & Muhammad, 2017).
Menurut (Susilo and Munajah, 2015), terdapat beberapa syarat agar penelitan dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Syarat-syarat tersebut yaitu: 1) kejelasan potensi, 2) kejelasan tujuan, 3) kejelasan sasaran, 4) kejelasan informasi, 5) kejelasan pedoman eksplorasi, dan 6) kejelasan perolehan yang diharapkan.
Tabel 2. 1 Syarat dan Deskripsi Pemanfaatan Hasil Penelitian sebagai sumber belajar
No Syarat Pemanfaatan Hasil
Penelitian sebagai sumber belajar Deskripsi Syarat
1 Kejelasan Potensi Potensi suatu objek untuk diungkapkan guna menghasilkan fakta-fakta dan konsep-konsep dari hasil penelitian yang harus dicapai dalam kurikulum dengan mempertimbangka objek dan permasalahan.
2 Kejelasan Tujuan Kesesuaian hasil penelitian dengan tujuan, kesesuaian yang dimaksud adalah hasil penelitian dengan kompetensi dasar (KD).
3 Kejelasan Sasaran Kejelasan sasaran kejelasan penelitian ini adalah objek dan subjek penelitian.
4 Kejelasan Informasi yang Diungkap Kejelasan Informasi meliputi dua aspek yaitu proses dan produk penelitian yang disesuaikan dengan kurikulum
5 Kejelasan Pedoman Eksplorasi Kejelasan pedoman eksplorasi meliputi penentuan sampel penelitian, alat dan bahan, carakerja, pengolahan data dan penarikan kesimpulan.
6 Kejelasan Perolehan yang Diharapkan
Kejelasan perolehan berupa proses dan produk penelitian yang meliputi perolehan kognitif, perolehan afektif, dan perolehan psikomotorik.
2.8 Kerangka Konseptual
Pertumbuhan tanaman tomat (Solanum lycopersicum)
Pemupukan
Secara Anorganik (Pupuk Kimia) Pupuk Organik
- Sulit didapatkan - Mahal harganya - Mengakibatkan
pencemaran lingkungan
POC dari bahan organik alam mengandung unsur hara dan zat yang dapat dimanfaatkan oleh pertumbuhan
Air Kelapa Bonggol Pisang
- Jumlah melimpah dan kurang dimanfaatkan
- Mudah didapatkan
- Tidak merusak tanah dan tanaman
- Sumber unsur hara -
Pertumbuhan tanaman tomat (tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah, dan
berat kering tanaman tomat)
Sebagai sumber belajar Biologi tentang Pertumbuhan dan Perkembangan Keterangan:
...: tidak diteliti : yang diteliti
Gambar 2. 4 Kerangka Konsep Penelitian
2.9 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan studi pustaka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada interaksi antara pupuk organik cair air kelapa (Cocos nucifera L.) dan bonggol pisang terhadap pertumbuhan tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill)
2. Ada konsentrasi efektif pupuk organik cair air kelapa dan bonggol pisang terhadap pertumbuhan tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill)