9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Review Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini yang memiliki hubungan dengan pengaruh likuiditas, ukuran perusahaan, dan inventory intensity terhadap agresivitas pajak. Berikut beberapa penelitian yang berkaitan
dengan agresivitas pajak yaitu,
Yuliana dan Wahyudi (2018) melakukan penelitiaan terkait Likuiditas, Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Capital Intensity dan Inventory Intensity terhadap agresivitas pajak. Objek penelitian ini menggunakan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahan, leverage berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak sedangkan capital intensity
dan inventory intensity berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak.
Dinar et al. (2020) melakukan penelitian terkait pengaruh profitabilitas, likuiditas dan leverage terhadap agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2018. Hasil yang diperoleh bahwa variabel Profitabilitas dan leverage berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak untuk variabel likuiditas berpengaruh secara positif terhadap agresivitas pajak.
Allo et al. (2021) melakukan penelitian terkait pengaruh likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap agresivitas pajak. Objek penelitian perusahaan manufaktur
10
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak.
Setyoningrum dan Zulaikha (2019) melakukan penelitian terkait pengaruh corporate social responsibility, ukuran perusahaan, leverage, dan struktur
kepemilikan terhadap agresivitas pajak. Hasil penelitian menyatakan bahwa ukuran perusahaan dan kepemilikan publik berpengaruh negatif signifikan terhadap agresivitas pajak untuk variabel corporate social responsibility, leverage dan kepemilikan asing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap agresivitas pajak.
Hidayat dan Fitria (2018) melakukan penelitian terkait pengaruh capital intensity, inventory intensity, profitabilitas dan leverage terhadap agresivitas pajak.
objek penelitian perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa capital intensity dan Leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Sedangkan Inventory intensity dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak
Fahrani et al. (2017) melakukan penelitian tentang pengaruh kepemilikan terkonsentrasi, ukuran perusahaan, leverage, capital intensity dan inventory intensity terhadap agresivitas pajak pada perusahaan pertambangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014-2016. Hasil yang diperoleh bahwa variabel kepemilikan terkonsentrasi, leverage dan capital intensity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan, sedangkan
11
variabel ukuran perusahaan dan inventory intensity berpengaruh secara positif terhadap agresivitas pajak perusahaan.
B. Tinjauan Pustaka
1. Teori Agensi (Agency Theory)
Menurut Nurzaman et al. (2021) teori agensi merupakan suatu hubungan keagenan akibat dari adanya kontrak antara satu orang atau lebih pemilik sumber daya ekonomi (principle) yang melibatkan pihak lain (agent) guna mengelola sumber daya tersebut atas nama principal. Teori agensi menjelaskan terkait adanya hubungan antara pihak yang memberi wewenang (principal) dengan pihak yang diberi wewenang (agent). (Principal) diartikan sebagai pemilik perusahaan sedangkan (agent) diartikan sebagai manajemen, yang diberi wewenang untuk mengurus perusahaan. Menurut Widyari dan Rasmini (2019) sumber daya perusahaan dan berkewajiban untuk memberikan timbal balik sesuai dengan kepentingan pemilik perusahaan (principal). Informasi yang diperoleh sebagai pihak agen lebih banyak dibandingkan informasi pemilik itu sendiri. Ketimpangan antara informasi akan memunculkan suatu kondisi dimana sering disebut dengan asimetri informasi. Asimetri informasi ini dapat mendorong manajemen perusahaan dalam menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada pemilik perusahaan. kondisi ini akan memotivasi agent untuk bertindak menguntungkan dirinya sendiri (Setyoningrum dan Zulaikha, 2019).
Manajemen selaku agen melakukan tugas tertentu untuk pemilik perusahaan (principal) sedangkan (principal) memberikan imbalan kepada
12
agen berupa kompensasi bonus. Manajemen ingin memperoleh kompensasi yang tinggi sehingga mengharapkan biaya pajak yang rendah dengan melaporkan laba yang rendah. Demi menciptakan kekayaan bagi perusahaan, manajemen harus meningkatkan pertumbuhan penjualan perusahaan dan semaksimal mungkin berupaya menjaga agar perusahaan tetap berdiri sesuai dengan perjanjian yang disepakati dengan pihak perusahaan (principal).
Perbedaan tujuan, kepentingan dan informasi yang didapat antara pihak manajemen (agent) dengan pihak perusahaan (principal) yang dapat memicu pihak manajemen melakukan suatu tindakan yang tidak diketahui dan tidak diinginkan oleh pihak perusahaan. Banyak permasalahan yang memicu manajemen perusahaan mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan aturan pajak yang berlaku dalam meminimalkan beban pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan dengan melakukan tindakan agresivitas pajak. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan tindakan agresivitas pajak salah satunya, yaitu terkait likuiditas, ukuran perusahaan dan inventory intensity.
Teori agensi dalam penelitian ini akan memacu seorang manajemen perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Salah satu akibat dari berkurangnya laba perusahaan oleh beban pajak menjadikan manajemen perusahaan berusaha mengelola beban pajaknya sendiri supaya tidak mengurangi kompensasi kinerja manajemen perusahaan. Tindakan agresivitas pajak yang dilakukan manajemen perusahaan tidak selamanya dapat dinilai sebagai tindakan yang tepat. Ketika seorang investor melihat dan menilai
13
tindakan tersebut yang merupakan sebagian dari bentuk manipulasi untuk memperkaya diri manajemen perusahaan dengan mementingkan pribadi dan mengesampingkan kepentingan investor.
2. Agresivitas Pajak
Agresivitas pajak merupakan isu yang fenomenal dan masih marak terjadi di lingkungan masyarakat. Perusahaan-perusahaan di seluruh dunia baik yang skala kecil maupun besar tidak menuntut kemungkinan untuk melakukan tindakan agresivitas pajak. Tujuan perusahaan melakukan tindakan agresivitas pajak adalah untuk meminimalkan besarnya biaya pajak dari biaya pajak yang telah diperkirakan.
Menurut Nurzaman et al. (2021) agresivitas pajak ialah suatu tindakan manipulasi pendapatan kena pajak melalui perencanaan pajak secara legal (Tax avoidance) maupun melanggar hukum (Tax evasion). Tax avoidance
merupakan suatu usaha untuk meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang. Tax evasion merupakan suatu usaha untuk meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang (menggelapkan Pajak). Pajak bagi perusahaan dianggap sebagai suatu tambahan beban biaya yang bisa mengurangi keuntungan perusahaan hal tersebut menyebabkan perusahaan akan berusaha meminimalkan tambahan beban biaya.
Beberapa dampak yang ditimbulkan ketika perusahaan melakukkan tindakan agresivitas pajak yaitu marginal benefit dan marginal cost. Marginal benefit berupa penghematan pajak dan keuntungan yang maksimal sedangkan
14
marginal cost berupa sanksi perpajakan dan reputasi perusahaan yang tercemar.
Bentuk-bentuk aktivitas yang mempengaruhi perusahaan melakuakan penghidaran pajak seperti aspek pendapatan, penjualan, finansial, penjualan, manajemen laba, likuiditas, profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, inventory intensity dan masih banyak lagi. Sebagian besar transaksi yang sering
dilakukkan dalam tindakan agresivitas pajak adalah secra efektif menambah pengurangan pajak melalui beban bunga, kerugian pajak dan biaya R&D yang dapat digunakan perusahaan untuk mengimbangi penilaian pendapatan, sehingga dapat mengurangi pajak penghasilan dan jumlah pajak yang terhutang perusahaan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa agresivitas pajak adalah bagian dari manajemen pajak dalam hal perencanaan pajak.
3. Likuiditas
Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (hutang) jangka pendek. Hal ini yang artinya apabila perusahaan ditagih perusahaan akan mampu untuk memenuhi hutang tersebut terutama hutang yang sudah jatuh tempo. Fungsi rasio likuidtas sendiri untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan ataupun pihak dalam perusahaan. Likuiditas perusahaan menandakan dalam kondisi keuangan yang sehat atau baik, sehingga perusahaan dapat dengan mudah menjual aset yang dimiliki jika dibutuhkan.
Perusahaan dengan kepemilikan rasio likuiditas yang tinggi mampu memenuhi kewajibanya disebut dengan perusahaan yang likuid sedangkan, perusahaan
15
tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut dikatakan perusahaan dalam keadaan ilikuid.
Likuiditas juga dapat digunakan untuk memperhitungkan dampak yang berasal dari ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, dengan ini likuiditas sangat penting bagi perusahaan. Ketika perusahaan mengalami suatu kesulitan keuangan, membuat perusahaan mulai lambat membayar tagihan (utang usaha), pinjaman bank, dan kewajiban lainnya termasuk tagihan dalam pembayaran pajaknya. Apabila kewajiban lancar perusahaan naik lebih cepat dari pada aset lancar, maka rasio lancar akan mengalami penurunan hal ini pertanda adanya suatu masalah. Masalah yang dialami oleh perusahaan jika tidak bisa membayar kewajiban yang harus dibayar, perusahaan akan melakukkan penghindaran pajak untuk mengurangi beban yang ditanggung oleh perusahaan sehingga akan semakin agresif terhadap pajaknya.
4. Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang mengklasifikasikan besar atau kecilnya suatu perusahaan dengan berbagai cara seperti dinyatakan dengan total aset, total penjualan, nilai pasar saham, nilai perusahaan dan aktiva tetap Ahsanu (2021). Ukuran perusahaan diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total aset perusahaan. Semakin besar total aset maka
16
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang panjang.
Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan dengan perusahaan yang total asetnya kecil.
Perusahaan yang memiliki total aset yang besar menunjukkan semakin tinggi aktivitas operasi perusahaan. Peningkatan operasi perusahaan berdampak pada kenaikan laba perusahaan dan tentunya pajak yang dibayarkan juga semakin besar sehingga akan semakin agresif terhadap beban pajaknya.
5. Inventory Intensity
Yuliana dan Wahyudi (2018) menyatakan inventory intensity atau intensitas persediaan merupakan salah satu komponen penyusun komposisi aktiva. Inventory intensity memberikan gambaran jumlah persediaan perusahaan yang dibutuhkan perusahaan untuk produksi yang diukur dengan membandingkan antara total persediaan dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Intensitas persediaan menggambarkan proporsi persediaan yang dimiliki perusahaan terhadap total aset perusahaan. Ketika perusahaan memiliki persediaan yang tinggi maka beban yang dikeluarkan untuk mengatur persediaan juga akan tinggi. Menurut Andhari dan Sukartha (2017) perusahaan yang berinvestasi pada persediaan di gudang akan menyebabkan timbulnya biaya penyimpanan dan biaya pemeliharaan, dimana hal tersebut membuat beban perusahaan meningkat yang secara otomatis dapat menurunkan jumlah laba perusahaan. Jika laba perusahaan mengalami penurunan dengan intensitas
17
persediaan yang tinggi, maka perusahaan lebih agresif terhadap tingkat beban pajak yang diterima.
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Likuiditas Terhadap Agresivitas Pajak
Likuiditas atau rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi hutang jangka pendeknya.
Menurut teori agensi ketika suatu perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk membayar hutang tersebut terutama hutang yang sudah jatuh tempo. Sebagai upaya menghindari beban pajak yang tinggi perusahaan akan cenderung mengurangi pendapatan yang dimiliki dengan menambah jumlah utang sehingga menggunakan sebagian pendapatannya untuk membayar beban bunga. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan cenderung menggunakan utang jangka pendeknya untuk mengurangi beban pajak dalam tahun operasional tertentu hal ini dapat diindikasikan tingkat agresivitas pajak perusahaan yang tinggi.
Jika rasio likuiditas perusahaan semakin tinggi, maka perusahaan akan terus berusaha mengalokasikan laba periode berjalan ke periode selanjutnya dengan alasan bahwa tingkat pembayaran pajak yang tinggi sedangkan perusahaan dalam keadaan yang baik. Semakin tingginya rasio likuiditas perusahaan, maka tindakan untuk mengurangi laba akan semakin tinggi dengan alasan untuk menghindari beban pajak yang lebih tinggi.
Sari dan Rahayu (2020) menyatakan likuiditas perusahaan diperkirakan dapat mempengaruhi tingkat agresivitas pajak perusahaan jika sebuah
18
perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi. Dapat digambarkan bahwa arus kas perusahaan tersebut berjalan dengan baik. Arus kas yang baik diharapkan mampu menciptakan laba perusahaan yang tinggi sehingga perusahaan yang melakukan agresivitas pajak sebagai upaya untuk menurunkan beban pajak perusahaan. JayantoPurba dan Dwi (2020) mengatakan semakin tinggi rasio likuiditas perusahaan, maka tindakan untuk mengurangi laba akan semakin tinggi dengan alasan untuk menghindari beban pajak yang lebih tinggi. Berdasarkan uraian dan hasil penelitian terdahulu dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
H1 : Likuiditas berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak
2. Pengaruh ukuran perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak
Yuliana dan Wahyudi (2018) mengatakan ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai skala perusahaan yang diklasifikasikan berdasarkan besar atau kecil dari berbagai sudut pandang salah satunya dinilai dari besar kecilnya aset yang dimiliki perusahaan. Teori agensi menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil.
Aset yang dimiliki perusahaan berhubungan dengan ukuran perusahaan, semakin besar aset yang dimiliki perusahaan maka semakin besar pula perusahaan tersebut. Teori agensi menyatakan bahwa antara agen dan prinsipal mempunyai kepentingan yang berbeda, dimana agen berusaha untuk berlaku agresif dalam pajak, namun di sisi lain sebagai pihak prinsipal menuntut perusahaan berlaku patuh pada peraturan terutama mematuhi perpajakan. Hal tersebut dilakukan karena semakin besar suatu perusahaan
19
maka akan semakin menjadi sorotan masyarakat, pemerintah maupun stakeholder. Perusahaan yang memiliki aset yang banyak diharapkan mampu menunjang kegiatan operasional yang ada sehingga dapat memaksimalkan perolehan laba perusahaan, perusahaan membutuhkan suatu perencanaan pajak yang agresif untuk menurunkan beban pajak perusahaan. Penelitian yang dilakukan Mgbame et al. (2017) menunjukkan bahwa ukuran perusahan dengan agresivitas pajak berpengaruh signifikan yang diketahui dari nilai ETR yang rendah dan berpengaruh pada agresivitas pajak yang meningkat.
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian terdahulu dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
H2 : Ukuran Perusahaan Berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak
3. Pengaruh Inventory Intensity terhadap Agresivitas Pajak
Inventory intensity atau intensitas persediaan adalah ukuran seberapa
besar persedian yang dimiliki perusahaan. Yuliana dan Wahyudi (2018) memberikan gambaran terkait jumlah persediaan yang dibutuhkan perusahaan untuk beroperasi yang diukur dengan membandingkan antara total persediaan dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Ketika inventory intensity tinggi menyebabkan penurunan pada laba perusahaan dikarenakan timbulnya biaya tambahan atas adanya persediaan.
Berdasarkan PSAK No.14 tahun 2018 biaya tersebut diakui sebagai beban pada periode terjadinya biaya sehingga perusahaan akan membayar pajak yang lebih rendah ketika labanya turun. Kondisi seperti ini, sesuai yang diinginkan oleh perusahaan dimana inventory intensity tinggi akan mampu
20
meminimalkan beban pajaknya dan keuntungan pada periode saat ini dapat digantikan oleh stok persediaan yang dialokasikan diperiode mendatang. Oleh karena itu, perusahaan memilih berinventasi pada persediaan dan memilih kebijakan yang menguntungkan dengan asumsi bahwa perusahaan akan memperoleh manfaat pajak yang rendah dan laba yang tinggi diperiode mendatang.
Penelitian Isnanto et al. (2019) membuktikan bahwa inventory intensity berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak. Jika perusahaan mempunyai tingkat persedian yang tinggi maka, akan menimbulkan pemborosan biaya.
Biaya tersebut diantaranya seperti biaya penyimpanan dan biaya pemeliharan.
Biaya yang ditimbulkan dari tingginya tingkat persediaan akan mengurangi laba perusahaan, sehingga akan mengurangi beban pajaknya. Berdeba dengan penelitian yang dilakukan Hidayat dan Fitria (2018) menunjukkan bahwa inventory intensity tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Berdasarkan
uraian dan hasil penelitian terdahulu maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut. Berdasarkan uraian dan hasil penelitian terdahulu dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
H3 : Inventory Intensity Berpengaruh terhadap agresivitas pajak
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan suatu model konseptual terkait bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang didefinisikan sebagai suatu masalah penting. Adapun masalah penting dalam penelitian ini adalah likuiditas, ukuran perusahaan, dan inventory intensity yang merupakan
21
faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas pajak. Penelitian ini mengkaji likuiditas (X1), ukuran perusahaan (X2), inventory intensity (X3) dan agresivitas pajak (Y). Kerangka penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 1.1 sebagai berikut :
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Teori agensi mendefinisikan bagaimana hubungan antara prinsipal dengan agen. Hubungan ini merupakan sebuah kontrak dalam bentuk pendelegasian wewenang yang diberikan oleh pihak pemilik (principal) kepada pihak perusahaan atau organisasi (agent). Peningkatan pembayaran pajak perusahaan adalah salah satu yang menyebabkan terjadinya suatu perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen. Salah satu faktornya yaitu likuiditas, bahwa untuk menghindari beban pajak yang tinggi perusahaan akan cenderung mengurangi pendapatan yang dimiliki dengan menambah jumlah utang sehingga menggunakan sebagian pendapatannya untuk membayar beban bunga. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan cenderung menggunakan utang jangka pendeknya untuk mengurangi beban pajak dalam tahun operasional tertentu. Semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan dapat
Likuiditas (X1)
Ukuran Perusahaan (X2)
Inventory Intensity (X3)
Agresivitas Pajak (Y)
22
melakukan tindakan agresivitas pajak karena semakin kecil ETR yang disebabkan oleh kecilnya beban pajak yang dibayarkan dibandingkan dengan laba sebelum pajak yang diperoleh. inventory intensity menggambarkan bahwa jika perusahaan berinvestasi pada persediaan di gudang maka menyebabkan beban meningkat yang secara otomatis dapat menurunkan jumlah laba perusahaan. Ketika laba perusahaan menurun dengan intensitas persediaan yang tinggi membuat perusahaan akan lebih agresif terhadap tingkat beban pajak yang diterima.