• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II TINJAUAN TEORI

A. Gastritis Dalam Kedokteran Barat 1. Definisi Gastritis

Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag atau tukak lambung berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/ lambung dan itis yang berarti inflamasi/ peradangan. Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang paling sering terjadi (Gustin, 2012).

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.

Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung samapai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung (Rika, 2016).

2. Anatomi dan Fisiologi Lambung

Gambar 2.1 Anatomi Lambung Manusia (Sherwood, 2016)

(2)

Lambung dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan perbedaan struktural dan fungsional fundus, korpus, dan antrum. Permukaan mukosa lambung dibagi menjadi mukosa oksintik dan daerah kelenjar pilorus berdasarkan perbedaan dalam sekresi kelenjar (Sherwood, 2016).

Lambung adalah rongga seperti kantung J yang terletak diantar esofagus dan usus halus. Organ ini dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan struktur dan fungsi. Fundus adalah bagian lambung yang terletak di atas lubang esofagus. Bagian tengah atau utama lambung adalah korpus.

Lapisan otot polos di fundus dan korpus relatif tipis, tetapi bagian bawah lambung, antrum, memiliki otot yang jauh lebih tebal (Sherwood, 2016).

3. Klasifikasi Gastritis

Klasifikasi Gastritis Menurut La Ode (2012) dan Abata (2014) gastritis dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Gastritis Akut

Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan dan dapat disembuhkan atau sembuh sendiri merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan local. Endotoksin, bakteri, alcohol kafein dan aspirin merupakan agen-agen penyebab yang sering, obat- obatan lain seperti NSAID juga terlibat. Beberapa makanan berbumbu termasuk cuka, lada, atau mustard dapat menyebabkan gejala yang mengarah pada gastritis.

(3)

b. Gastritis Kronik

Gastritis kronik ditandai oleh atropi progresif epitel kelenjar disertai dengan kehilangan sel pametel dan cref cell. Gastritis kronis diduga merupakan predisposisi timbulnya tukak lambung akut karsinoma. Insiden kanker lambung khususnya tinggi pada anemia pernisiosa. Gejala gastritis kronis umumnya bervariasi dan tidak jelas antara lain perasaan perut penuh, anoreksia, dan distress epigastrik yang tidak nyata.

4. Etiologi Gastritis

Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter pylori dan pada awal infeksi mukosa lambung menunjukkan respons inflamasi akut dan jika diabaikan akan menjadi gastritis kronik (Nurarif dan Kusuma, 2015).

Terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur yang mencakup frekuensi makan, jenis dan jumlah makanan. Pola makan yang baik mencegah terjadinya gastritis. Penyimpangan kebiasaan, cara, serta konsumsi jenis makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan gastritis (Wahyu dan Nurul, 2013)

Menurut La Ode (2012) gastritis disebabkan karena gastritis bakterialis, gastritis karena stress akut, gastritis erosif kronis, gastritis eosinofilik, gastritis hipotropi dan atropi, penyakit meniere, gastritis sel

(4)

plasma, penyakit bile refluk, radiasi dan kemoterapi, serta gastritis karena faktor – faktor lain seperti HIV dan infeksi oleh parasit.

5. Patofisiologi Gastritis

Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak di bagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga.. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan – lipatan tersebut secara bertahap membuka. Ketika makanan masuk kedalam esofagus dan lambung (Esophangeal Sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan lewat lambung. Setelah masuk ke lambung cincin ini menutup.

Dinding lambung terdiri dari lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar – kelenjar yang berada dimukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim – enzim dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.

Suatu komponen cairan lambung adalah Asam ini sangat korosif sehingga paku besipun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh mucosa – mucosa bicarbonat (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bikarbonat secara reguler sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif hidroklorida. Fungsi dari lapisan pelindung lambung ini adalah agar cairan asam dalam lambung tidak merusak dinding lambung.

(5)

Ketika terjadi proses gastritis perjalanannya adalah sebagai berikut ini lambung yang terkena paparan baik oleh bakteri, obat – obatan anti nyeri yang berlebihan, infeksi bakteri atau virus, maka hal tersebut akan merusak epitel – epitel sawar pada lambung. Ketika asam berdifusi ke mukosa, dengan keadaan epitel sawar yang dihancurkan tadi maka akan terjadi penghancuran sel mukosa. Dengan sel mukosa yang hancur ini mengakibatkan fungsi dari mukosa tidak berfungsi yang akhirnya asam tidak bisa dikontrol sehingga terjadi peningkatan asam hidroklorida di lambung dan ketika mengenai di dinding lambung yang inflamasi tersebut, masalah yang muncul adalah nyeri akut.

Ketika terjadi peningkatan asam hidroklorida akan merangsang kolinergik sehingga potilitas (sekresi) pepsinogen meningkat, yang kemudian akan diubah menjadi pepsin dan berakibat akan menurun fungsi sawar kemudian terjadinya hancurnya vena – vena kecil dan kapiler kemudian terjadi perdarahan. Masalah yang muncul seperti perfusi jaringan yang tidak efektif, keseimbangan nutrisi terkait pasien merasa perih lambung sehingga merasa tidak nafsu makan, kemudian bila disertai output cairan yang berlebih akan muncul resiko kekurangan volume cairan ataupun bahkan bisa muncul masalah kekurangan volume cairan (La ode, 2012; Nurarif dan Kusuma, 2015)

(6)

6. Pathway Gastritis

Tabel 2.1 Pathway Gastritis (Sharif La Ode, 2012)

HEMATEMESISA

MELENA

Asam dalam lumen + empedu, ASA, alkohol, bakteri lain - lain

Penghancuran epitel sawar

Asam kembali berdifusi ke mukosa

Penghancuran sel mukosa Asam

Pepsinogen – pepsin Histamin

Perangsangan kolinergik

Masalah yang muncul pada nyeriakut

Potilitas pepsinogen Fungsi sawar menurun

Penghancuran kapier dan vena kecil

Gangguan pola tidur perdarahan

Vasodilatasi Permeabilitas terhadap protein Plasma bocor ke intestinum Edema

Plasma bocor ke dalam lambung

(7)

7. Tanda dan Gejala Gastritis (Manifestasi Klinik)

Tanda dan gejala gastritis menurut Nurarif dan Kusuma, (2015) meliputi:

a. Gastritis akut

Nyeri epigastrium, mual, muntah, dan pendarahan terselubung maupun nyata. Dengan endoskopi terlihat mukosa lambung hyperemia dan udem, mungkin juga ditemukan erosi dan pendarahan aktif.

b. Gastritis kronik

Kebanyakan gastritis asimptomatik, keluhan lebih berkaitan dengan komplikasi gastritis atrofik, seperti tukak lambung, defisiensi zat besi, anemia pernisiosa, dan karsinoma lambung.

Tetapi secara umum tanda dan gejala gastritis menurut La Ode (2012) meliputi:

1) Hilangnya nafsu makan

2) Sering disertai rasa pedih atau kembung di ulu hati, mual dan muntah

3) Perih atau sakit seperti rasa terbakar pada perut bagian atasyang dapat menjadi lebih baik atau buruk ketika makan.

4) Kehilangan berat badan.

8. Pemeriksaan Penunjang

Bila pasien didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui secara jelas

(8)

penyebabnya, pemeriksaan ini meliputi (La Ode, 2012; Nuraif dan Kusuma, 2015):

a. Pemeriksaan Darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi Helicobakter Pylori dalam darah. Hasil test yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat Gastritis.

b. Pemeriksaan Pernafasan

Tes ini menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri Helicobakter Pylori atau tidak.

c. Pemeriksaan Feses

Tes ini memeriksa apakah terdapat Helicobakter Pylori atau tidak. Tes hasil yang positif mengindikasikan terjadi infeksi. Dengan hasil pemeriksaan seperti berikut warna feses merah kehitam – hitaman, bau sedikit amis, konsistensinya lembek tetapi ada juga agak keras terdapat lendir. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya perdarahan pada lambung.

d. Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketiknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat oleh sinar X.

(9)

Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel atau (endoskopi) melalui mulut dan masuk kedalam esofagus, lambung dan bagian atas ussus kecil.

Tenggorokan akan lebih dahulu diamati – dirasakan (anastesi) sebelum endoskopi dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman dalam melakukan tes ini.

Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsi) dari jaringan tersebut. Kemudian sampel tersebut akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika selesai tes ini, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesinya menghilang, karena kurang lebih satu atau dua jam.

Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.

e. Ronsen Saluran Cerna

Tes ini akan melihat adanya tanda – tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cariran barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dironsen.

(10)

9. Komplikasi Gastritis

Jika dibiarkan tidak ditangani, gastritis akan dapat menyebabkan ulkus dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan risiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung (La Ode, 2012).

Kebanyakan kanker lambung adalah Adenocarcinomos, yang bermula pada sel – sel kelenjar mukosa. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat Helicobakter Pylori adalah MALT (MukosaAsociated Lympoihoid Tissue), Lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan pada tahap awal.

Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis menurut Dermawan ( 2010) adalah:

a. Perdarahan saluran cerna bagian atas.

b. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamain B12.

10. Penatalaksanaan Gastritis

Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifikasinya dan mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang jarang pembedahan untuk mengobatinya (La Ode dan Ardiansyah, 2012) .

(11)

a. Jika penyebabnya adalah infeksi oleh Helicobakter Pylori, maka diberikan Bismuth, antibiotik (misalnya amoxcilin dan claritromycin) dan obat anti – tukak (misalnya omprazole).

b. Penderita gastritis karena stres akut banyak mengalami perubahan (penyakit berat, cedera atau perdarahan) berhasil diatasi. Tetapi sekitar 2% penderita gastritis karena akut mengalami perdarahan yang sering berakibat fatal. Karena itu dilakukan pencegahan dengan memberikan antasid (untuk menetralkan asam lambung) dan obat anti – ulkus yang kuat (untuk mengurangi atau menghentikan pembentukan asam lambung). Perdarahan hebat karena gastritis akibat stres akut bisa diatasi dengan menutup sumber perdarahan dengan tindakan endoskopi. Jika perdarahan masih berlanjut mungkin seluruh lambung harus diangkat.

c. Penderita gastritis erosif kronis bisa diobati dengan antasid. Penderita sebaiknya menghindari obat tertentu (misalnya aspirin atau obat anti peradangan non – steroid lainnya) dan makanan yang menyebabkan iritasi lambung. Misroprostol mungkin bisa mengurangi resiko terbentuknya ulkus karena obat anti peradangan non – steroid.

d. Untuk meringankan penyumbatan disaluran keluar lambung pada gastritis eosinofilik, bisa diberikan kortikosteroid atau dilakukan pembedahan.

e. Gastritis Atrofik tidak dapat disembuhkan, sebagian penderita harus mendapat suntikan tambahan vitamin B 12.

(12)

f. Gastritis Sel Plasma bisa diobati dengan obat anti – ulkus yang menghalangi pelepasan asam lambung.

g. Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan berlemak seperti sambal, bumbu dapur dan gorengan.

h. Kedisiplinan dalam pemenuhan jam – jam makan juga sangat membantu pasien dengan gastritis.

11. Pencegahan Gastritis

Berikut beberapa saran untuk dapat mengurangi risiko terkena gastritis menurut La Ode (2012) yaitu:

1) Makan secara benar

Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.

2) Hindari alkohol

Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.

3) Hindari merokok

Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis. Merokok juga

(13)

meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung.

4) Lakukan olahraga secara teratur

Aerobik dapat meningkatkan pernafasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.

5) Kendalikan stres

Stres meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stres juga dapat meningkatkan produksi asam lambung dan memperlambat kecepatan pencernaan. Karena stres bagi sebagian orang tidak dapat dilihat, maka kuncinya adalah dengan mengendalikannya secara efektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olahraga teratur dan relaksasi yang cukup.

6) Ganti obat penghilang nyeri sesuai resep/ medis

Jika memungkinkan hindari penggunaan obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) obat – obatan golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung Acthaminophen.

7) Ikuti rekomendasi dokter

Untuk mengonsumsi makanan yang sehat, yang tidak merangsang asam lambung naik berproduksi lebih banyak dan dapat

(14)

menyebabkan perforasi dinding lambung sehingga mengakibatkan terjadinya perdarahan. Hindari minuman yang mengandung alkhohol, merokok, hindari penggunaan obat – obatan keras dalam jangka waktu yang panjang. Melakukan olahraga secara teratur.

12. Diet Penderita Gastritis

Menurut Jusup (2010) diet yang dapat dilakukan kepada pasien gastritis diantaranya yaitu:

a. Menjaga pola makan secara teratur

Meningkatkan asupan makanan yaitu setiap 3 – 4 jam sekali dengan porsi yang tidak terlalu banyak. Karena lambung yang penuh akibat makanan yang berlebihan akan memberikan tekanan ekstra pada katup Lower Esophageal Spinchter (LES) yang akan mengakibatkan terjadinya aliran balik asam lambung ke kerongkongan

b. Konsumsi makanan yang seimbang dan tinggi serat

Makanan yang mengandung karbohidrat dan protein, selain itu kandungan lemak harus dikurangi. Semua makanan yang dimakan harus mudah dicerna dan mengandung serat halus, seperti pada gado – gado. Gado – gado memiliki kandungan gizi yang cukup diwakili oleh sayur – sayuran yang ada didalamnya, protein pada ,bumbu kacang atau telur rebus, dan karbohidrat di dapat dari lontong atau kentang rebus.

(15)

c. Minum air putih yang banyak

Dengan minum air putih yang banyak akan membantu menetralkan keasaman di lambung

d. Kendalikan stres yang berlebihan

Stres akan mengeluarkan salah satu hormon endokrin yang sifatnya merangsang produksi asam lambung.

e. Pengaturan makanan bagi penderita gastritis (Kementrian Kesehatan RI, 2011) yaitu:

1) Makanan yang bersumber dari karbohidrat yang dianjurkan yaitu nasi, nasi tim, bubur roti gandum, makaroni jagung, kentang, ubi, talas, havermout, dan sereal (hidrat arang kompleks yang mengandung serat). Sedangkan yang harus dibatasi yaitu mie, roti putih, ketan, kue – kue, biskuit dan pastries.

2) Makanan yang bersumber dari protein hewani yang dianjurkan yaitu daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, ikan, putih telur, dan susu rendah lemak. Yang dibatasi yaitu daging tanpa lemak 1 kali perminggu, ayam 3 kali perminggu, bebek, sarden (makanan kaleng), dan kuning telur 1 kali perminggu. Sedangkan makanan protein hewani yang harus dihindari yaitu daging berlemak, jeroan, sosis, daging asap, gajih, otak kepiting, kerang, keju, dan susu full cream.

3) Makanan yang bersumber dari protein nabati yang dianjurkan yaitu tempe, tahu, kacang hijau dan kedelai. Untuk makanan pritein

(16)

nabati yang harus dibatasi berupa kacang tanah dan kacang bogor maksimal 25 gram. Sedangkan makanan protein nabati yang harus dihindari ialah kacang merah, oncom, dan kacang mete.

4) Sayuran yang dianjurkan ialah yang tidak menimbulkan gas yaitu bayam, buncis, labu kuning, labu siam, wortel, kacang pancang, tomat, gambas, kakung, kecipir, daun kacang panjang, daun kenikir, ketimun, daun selada, dan toge. Yang harus dihindari yaitu sayuran yang dapat menimbulkan gas, seperti kol, kembang kol, lobak, sawi, nangka muda dan sayuran mentah.

5) Buah – buahan atau sari buah yang dianjurkan untuk pasien gastritis yaitu jeruk, apel, pepaya, melon, jambu, pisang, alpukat, belimbing, dan mangga. Yang harus dibatasi adalah buah yang menimbulkan gas dan tinggi lemak seperti durian, nangka, cempedak, nanas, dan buah – buahan yang diawetkan.

6) Minuman yang harus dihindari untuk pasien gastritis ialah minuman beralkohol dan bersoda.

7) Bumbu yang dianjurkan untuk pasien gastritis yaitu garam, kecap, kunyit, laos, terasi, seledri, kayumanis, cengkeh, bawang merah dalam jumlah terbatas. Yang harus dihindari yaitu cuka, merica, cabai, dan acar.

8) Lemak yang dianjurkan untuk pasien gastritis yaitu santan encer, minyak (tidak untuk menggoreng), margarine, dan mentega. Yang harus dhindari ialah santan kental dan goreng – gorengan.

(17)

B. Konsep Nyeri

Pada pemeriksaan yang dilakukan dengan pengukuran nyeri menggunakan Visual Analog Scale (VAS) (Price and Wilson, 2006).

Gambar 2.2 Visual Analog Scale (Price and Wilson, 2006) Keterangan :

a. 0 : Tidak merasakan nyeri sama sekali/ normal

b. 1 : Nyeri hampir tidak terasa (sangat ringan) seperti gigitan semut.

c. 2 : Nyeri ringan seperti dicubit pada kulit dengan ringan.

d. 3 : Nyeri sangat terasa (bisa ditahan) seperti benturan pada hidung atau disuntik.

e. 4 : Kuat, nyeri yang dalam (nyeri menyedihkan) terasa nyut-nyut seperti sakit gigi dan nyeri disengat lebah/tawon.

f. 5 : Sangat menyedihkan (kuat, dalam, nyeri yang menusuk) seperti terkilir.

g. 6 : Intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga mengganggu panca indra) tidak bisa konsentrasi dan komunikasi tidak lancar.

(18)

h. 7 : Sangat intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat) sangat mengganggu indera sehingga tidak bisa berkomunikasi dengan baik dan tidak mampu melakukan perawatan sendiri.

i. 8 : Nyeri yang mengerikan (nyeri yang begitu kuat) Jika nyeri datang dan berlansung lama penderita tidak mampu berfikir secara rasional dan terjadi gangguan kepribadian.

j. 9 : Nyeri bigitu kuat hingga tidak dapat ditahan sampai-sampai harus segera menghilangkan rasa nyeri tanpa peduli lagi efek samping dan resikonya.

k. 10: Nyeri begitu kuat hingga tak sadarkan diri. Skala rasa sakit ini jarang dirasakan oleh seseorang karena sudah tak sadarkan diri (nyeri yang tidak bisa dibayangkan dan diungkapkan).

C. Gastritis Menurut akupunktur 1. Pengertian Gastritis

Menurut TCM gastritis disebut dengan weitong yang artinya nyeri lambung. Nyeri lambung adalah gejala yang sangat umum yang ditandai dengan konsep yang cepat dan nyer yang sering pada area epigastric. Nyeri lambung ini terutama dikarenakan diet yang tidak tepat, serangan dingin eksternal, malnutrisi lambung, dan serangan lambung oleh qi hati (Lui, 2000).

(19)

2. Etiologi Gastritis

Menurut Peng dan Xie (2007); Jie (2008), nyeri epigastrium atau gastritis disebabkan karena adanya patogen dingin yang menyerang lambung, hiperaktivitas Qi hati menyerang lambung, diet yang tidak tepat, serta defisiensi limpa dan lambung.

a. Patogen dingin menyerang lambung

Terlalu banyak makan makanan yang bersifat dingin, hal tersebut menyebabkan lambung mengkerut, hingga wei qi tidak lancar dan menyebabkan nyeri epigastrium.

b. Pola makan yang tidak teratur

Fungsi lambung adalah menampung dan mencerna makanan apabila makanan tidak teratur, terlalu kenyang atau terlalu lapar, atau terlalu banyak makan makanan asam, berlemak, pedas, minuman keras atau terlalu banyak minum obat – obatan yang dapat mengganggu lambung, maka hal tersebut akan melemahkan atau melukai wei qi dan menyebabkan nyeri di daerah epigastrium.

b. Hiperaktivitas hati menyerang lambung

Hati merupakan organ yang bersifat keras karena itu tidak mau diteka. Apabila terdapat berbagai emosi, misalnya khawatir, merenung, jengkel, dan marah dapat menyebabkan qi dalam hati tidak lancar. Kemudian dapat menyebabkan fungsi darah terganggu dan menyerang ke lambung.

(20)

c. Limpa dan lambung lemah

Fungsi limpa dan lambung adalah menapung, mencerna, transportasi dan transformasi makanan dan minuman dengan jingnya.

Apabila terlalu banyak atau terlalu kurang makan dan minum, atau terlalu lelah hal tersebut dapat menyebabkan Yang di dalam limpa dan lambung lemah sehingga menyebabkan nyeri. Karena lambung tidak dapat mendapat pasokan Jin Ye yang diperlukan.

3. Penatalaksanaan Akupunktur pada Gastritis a. Metode Pemeriksaan Menurut Akupunktur

Dalam Tradisional Chinese Medicine (TCM) hanya mengutamakan hasil observasi yang cermat dan teliti dari berbagai kelainan yang terlihat dari pasien. Pada pengobatan Traditional Chinese Medicine (TCM) ada berbagai istilah yang digunakan untuk melakukan observasi, istilah tersebut adalah Wang (Pengamatan), Wen (Pendengaran dan Penciuman), Wun (Anamnesa), Cie (Palpasi) (Saputra, 2017).

Wang adalah pemeriksaan pengamatan yang membutuhkan ketelitian dalam mengobservasi dari berbagai kelainan. Pengamatan ini meliputi Shen (semangat), Se (rona wajah), Sing Tay (bentuk tubuh), dan lidah beserta selaput lidah. Bila keadaan Shen (semangat) pasien baik, maka akan mendapatkan pasien dalam keadaan sadar, semangat masih ada, air muka bercahaya, mata bersinar dan berbicara jelas (Saputra,

(21)

2017). Shen (semangat) yang baik memanifestasikan Jing dan Qi dalam keadaan cukup.

Apabila Shen (semangat) baik dijumpai pada orang sakit, berarti ZhenQi (daya tahan tubuh) masih dalam keadaan tidak terlalu lemah (Jie, 1997). Se (rona muka) yang baik memanifestasikan Qi dan darah, dan berhubungan erat dengan kondisi kesadaran, warna yang terang dan cerah menunjukkan keadaan Qi lambung yang baik dan warna yang kusam dan kering menunjukkan keadaan Qi lambung telah rusak sehingga prognosis kurang baik. Warna patologis pada wajah terdapat warna hijau yaitu adanya gangguan di hati atau sindrom dingin dalam atau angin dalam, warna merah yaitu adanya panas atau ekses, warna kuning yaitu adanya defisiensi limpa dan retensi lembab, warna pucat yaitu adanya sindrom dingin, defisiensiYang, atau defisiensi darah, warna hitam yaitu adanya defisiensi Yin ginjal (Saputra, 2017).

Bentuk tubuh berkaitan erat dengan keadaan jasmani, keadaan bentuk tubuh biasanya mengekspresikan keadaan YinYang, Xue (darah) dan Zheng Qi (daya tahan tubuh). Tubuh yang tegap meupakan manifestasi dari organ lain yang kuat, Qi dan Xue yang cukup sehingga walaupun terserang penyakit, umumnya mempunyai prognosis yang baik (Jie, 1997; Maciocia, 2011). Keadaan tubuh yang sangat kurus merujuk adanya Xu (defisiensi) darah dan Yin yang menahun (Saputra, 2017). Shen (semangat) dan Sing Tay (bentuk tubuh) yang didapatkan dari pasien yang bersemangat, sinar mata bersinar, berbicara jelas dan bentuk tubuh tegap,

(22)

sedikit gemuk, dan dapat berjalan leluasa menunjukkan kondisi vital dan jasmani yang baim (Maciocia, 2011).

Pengamatan lidah merupakan suatu pilar diagnosis karena lidah memberikan tanda – tanda yang kelihatan jelas mengenai ketidakharmonisan pasien (Maciocia, 2011). Penampilan lidah yang normal merupakan lidah yang bertubuh lentur, dapat bergerak dengan leluasa, berwarna merah sedang dan cerah, tidak terlalu gemuk atau terlalu kurus, diatasnya terdapat tonjolan – tonjolan yang tersebar merata, tertutup oleh lapisan selaput lendir tipis dengan warna putih, tidak terlalu lembab dan tidak terlalu kering (Jie, 1997). Warna lidah yang pucat menandakan kekurangan Yang dan darah, lidah yang pucat menandakan sindrom dingin atau sindrom defisiensi (Jie, 1997; Maciocia, 2011). Lidah yang pucat dan gemuk umumnya merupakan pertanda dari kekurangan Yang limpa dan ginjal, sehingga menyebabkan JinYe (cairan tubuh) tidak dapat disalurkan, dan berakumulasi menjadi patogen.

Tapak gigi biasanya disebabkan lidah yang gemuk tertekan gigi sehingga meninggalkan bekas, tapak gigi pada lidah umumnya merupakan pertanda limpa lemah dan terdapat patogen lembab (Jie, 1997). Fisura menandakan ada panas atau kekurangan Yin, fisura lebar – dangkal digaris tengah yang tidak mencapai ujung menandakan kekurangan Yin perut (Maciocia, 2011). Selaput lidah mencerminkan keadaan organ – organ Yang dan khususnya perut. Lidah normal harus mempunyai selaput putih tipis. Suatu selaput yang tebal selalu

(23)

menandakan kehadiran patogen, dan semakin tebal selaput itu menandakan semakin kuat patogen tersebut (Maciocia, 2011).

Wen adalah merumuskan diagnosa dengan cara mendengarkan.

Cara ini merupakan mendengarkan tinggi rendahnya suara, batuk , suara nafas, hiccup, sendawa dan borborigmus, atau suara apapun yang dikeluarkan pasien. Sedangkan dalam pemeriksaan penciuman, yang dapat diperiksa dengan indra penciuman adalah bau mulut, bau tinja, dan baunya berbagai macam benda yang diekskresikan tubuh (Jie, 1997).

Pasien dengan suara yang tinggi dan jelas merupakan pertanda sindrom ekses, sedangkan suara yang rendah dan tidak bertenaga merupakan pertanda dari sindrom defisiensi (Saputra, 2017). Menurut Jie (1997) Suara sendawa yang disertai bau makanan busuk merupakan gejala pencernaan yang kurang baik. Mengeluarkan suara sendawa tidak disertai bau busuk merupakan pertanda dari hati dan lambung tidak serasi, atau Qi dari lambung lemah sehingga menyebabkan Qi tidak dapat turun. Bau mulut kurang sedap umumnya dikarenakan adanya gangguan pada sistem pencernaan.

Wun atau anamnesa adalah teknik bertanya kepada pasien tentang penyakit untuk mengetahui proses patologi yang sedang terjadi (Saputra, 2017). Anamnesa adalah cara mencari informasi dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan penyakit atau keluhan pada pasien atau keluarga pasien. Anamnesa juga untuk mengetahui lingkungan hidup, keadaan sebelum terserang penyakit, asal mula terjadinya penyakit dan

(24)

perkembangannya, kehidupan sehari – hari serta kebiasaa makan (Jie, 1997; Saputra, 2017). Menurut Jie (1997) pemasukan makanan dan minuman yang melampaui batas, baik kuantitas maupun kualitas berakibat sama, yaitu mengganggu fungsi limpa dan lambung, sehingga gerakan Qi lambung tidak lancar dan secara tidak langsung dapat mengganggu organ lain. Limpa menyukai kekeringan dan kehangatan didalam makanan dan tidak menyukai kelebihan air dan dingin. Konsumsi berlebih makanan dingin dan mentah sangat sulit dicerna dan melemahkan Yang limpa sehingga menyebabkan diare, kedinginan, sakit perut dan kembung. Konsumsi berlebih makanan gorengan dan berminyak dapat menimbulkan lembab sehingga menghalangi limpa dalam fungsi transportasi dan transformasi (Maciocia, 2011).

Cie adalah palpasi atau teknik meraba nadi atau bagian tubuh pada keluhan pasien. Lokasi perabaan nadi adalah diatas pergelangan tangan bagian ventral yang dibagi menjadi:

Tabel 2.2 Region Palpasi Nadi (Maciocia, 2011)

Region Nadi Tangan Kiri Tangan Kanan

Cun Jantung

Usus Kecil

Paru – Paru Usus Besar

Guan Liver

Kandung Empedu

Limpa Lambung

Chi Ginjal Perikardium

Palpasi nadi merupakan topik yang rumit dengan percabangan yang banyak, untuk dua alasan yaitu memberi informasi yang sangat rinci

(25)

mengenai keadaan organ dalam dan mencerminkan keseluruhan Qi dan darah yang kompleks (Maciocia, 2011). Nadi normal umumnya antara 60 – 80 kali per menit, sama dengan empat kali per sekali respirasi (satu kali menarik dan satu kali mengeluarkan udara). Nadi yang mempunyai Shen (semangat) yang baik adalah nadi tenang dan bertenaga. Nadi yang memanifestasikan adanya suatu penyakit disebut nadi patologis (Jie, 1997). Nadi benang adalah nadi yang menunjukkan adanya defisiensi Qi dan darah. Kegagalan Ying darah untuk menutrisi pembuluh darah. Qi terlalu lemah untuk menggerakkan darah, sehingga nadi seperti benang dan kecil (Gongwang, 1994). Nadi kurus menunjukkan defisiensi Qi dan darah, dan menunjukkan adanya penyakit yang disebabkan karena patogen lembab (Yanfu, 2002).

b. Diferensiasi Sindrom Gastritis

Gastritis akut dibedakan menjadi 3 sindrom yaitu (Xinghua, 1996 dan Xuemin, 2007):

1) Gastritis karena patogen dingin

Akut, ditandai dengan tiba – tiba mengalami sakit perut yang parah dikurangi oleh penghangatan dan diperparah oleh dingin, dan preferensi untuk minum panas, mual, dan muntah. Lapisan lidah keputihan dan denyut nadi kuat dan tegang seperti kawat.

2) Gastritis karena retensi makanan dalam lambung

Ditandai dengan sakit perut, distensi abdomen, regurgitasi asam, rasa sakit yang berkurang setelah muntah atau lewat gas,

(26)

konstipasi, BAB yang berbau busuk. Lapisan lidah tebal berminyak dan denyut nadi licin.

3) Gastritis karena hiperaktivitas qi hati menyerang lambung

Ditandai dengan sakit perut dengan distensi abdomen, sering sendawa, regurgitasi asam, konstipasi, gejalanya dipicu oleh gangguan emosional yang kuat dan mudah marah, sering mendesah. Lidahnya tipis dengan lapisan lidah putih dan denyut nadi kuat.

Gastritis kronis dibedakan menjadi 4 sindrom yaitu (Xinghua, 1996 dan Xuemin, 2007):

1) Gastritis karena defisiensi Yang limpa dan lambung

Ditandai dengan nyeri di perut dan epigastrium, enak ketika ditekan, diperparah ketika lapar, tetapi merasa lebih baik setelah makan, muntah cairan berair, nafsu makan yang buruk, kelesuan, kekurusan, kulit pucat, sensasi dingin pada tangan dan kaki, feces loos stoole lidah pucat dengan lapisan keputihan berlendir dan nadi lemah seperti benang.

2) Gastritis karena defisiensi Yin lambung

Ditandai dengan kusam, sakit perut seperti terbakar, sensasi lapar tetapi tidak ada keinginan untuk makan, mulut dan tenggorokan kering, konstipasi. Lidah merah dan kering, denyut nadi tipis seperti kawat dan cepat.

(27)

3) Gastritis karena stasis darah

Ditandai dengan sakit perut yang menetap dan menususk, sakit ketika ditekan, sesekali hematemesis dan hematochesia. Lidah ungu gelap dengan lapisan tipis, denyut nadi tegang.

4) Gastritis karena stagnasi Qi liver

Sakit perut yang berpindah dan menyebar ke hipokondria, sendawa, mual, dan mntah. Lidah dengan selaput putih tipis, denyut nadi kawat dan cepat.

5) Gastritis karena akumulasi lembab di jiao tengah

Distensi lambung dan perut terasa penuh, nyeri perut yang kusam, hilangnya selera makan, kelelahan, rasa tubuh yang berat, pusing, diare. Lapisan lidah tebal berminyak dan denyut nadi licin.

c. Pemilihan titik akupunktur untuk kasus gastritis menurut Xinghua (1996) dan Xuemin (2007):

1) Zhongwan (CV 12)

Terletak pada garis sagitalis medialis, 4 cun kranial umbilikus. Titik Zhongwan (CV 12) merupakan titik Mu Depan organ lambung dan merupakan titik yang berpengaruh pada organ Fu yang berfungsi untuk menguatkan organ limpa dan lambung, menghilangkan lembab dan juga titik ini pertemuan antara organ usus kecil, sanjiao, dan lambung.

(28)

2) Zusanli (ST 36)

Terletak 3 cun dibawah Dubi (ST 35), 1 jari fibular dari krista tibia. Titik Zusanli (ST 35) merupakan titik He meridian lambung yang berfungsi untuk memperkuat limpa dan lambung, menghilangkan lembab atau dingin dan merupakan titik utama yang dipilih untuk semua masalah perut dan usus.

3) Neiguan (PC 6)

Letaknya 2 cun proksimal lipat pergelangan tangan, antara tendon m. Palmaris longus dan tendon m. Fleksor karpi radialis.

Titik neiguan (PC 6) merupakan titik Luo meridian pericardium dan titik induk dari meridian Yin Wei. Yang berfungsi mengatur aliran Qi dan meredakan nyeri lambung, mual, dan muntah.

4) Sanyinjiao (SP 6)

Letaknya 3 cun proksimal prominens maleolus medialis, tepat di tepi posterior os tibia. Titik Sanyinjiao (SP 6) merupakan titik antar tiga meridian istimewa yaitu limpa, hati dan ginjal yang berfungsi untuk mendorong aliran Qi sehingga menjadi lancar.

5) Gongsun (SP 4)

Yang terletak pada sebuah lekukan anterir dan inferior dari basis ps metatarsal 1, titik Gongsun (SP 4) merupakan titik muara dari meridian ekstra, dan kombinasi dengan Neiguan (PC 6) efektif untuk mengobati gangguan lambung, hati, dan dada.

(29)

6) Yanglingquan (GB 34)

Yang terletak pada sebuah lekukan ventro distal dari kaput os fibula. Titik Yanglingquan (GB 34) merupakan titik He meridian kandung empedu dan merupakan titik dominan dari tendon yang dapat digunakan untuk mengharmoniskan hati dan melancarkan aliran Qi khususnya di dalam perut atas.

7) Taichong (LV 3)

Yang terletak pada lekuk distal dari pertemuan basis os metatarsal 1 dan 2. Titik taichong (LV 3) merupakan titik shu meridian hati dan titik Yuan meridian hati, yang digunakan untuk menenangkan organ hati karena hiperaktivitas Qi hati.

Menurut Saputra (2017) ada titik tambahan yang dapat digunakan untuk kasus gastritis yaitu:

1) Quchi ( LI 11)

Titik yang terletak pada lekuk diujung radial lipat melintang kulit siku, saat siku fleksi. Titik Quchi (LI 11) merupakan titik Hedari usus brsar yang berfungsi untuk mengeluarkan panas dalam tubuh.

2) Tianshu (ST 25)

Titik yang terletak pada dua cun lateral umbilikus, pada garis lateral perut. Titik Tianshu (ST 25) merupakan titik Mu Depan dari usus besar yang berfungsi untuk meregulasi usus.

(30)

3) Baihui (GV 20)

Titik yang terletak 7 cun dari batas rambut posterior atau 5 cun dari batas rambut. Titik Baihui (GV 20) merupakan titik pertemuan antara garis sagitalis medialis dengan garis yang menghubungkan kedua ujung kranial ujung telinga, titik ini merupakan titik istimewa karena mampu membawa rangsangan sampai ke hipotalamus untuk memberi respon adanya gangguan yang berupa nyeri.

4) Sishencong (EX HN – 1)

Titik yang terletak di verteks, 1 cun anerior, posterior, dan lateral dari meridian Baihui (GV 20). Titik Sishencong (EX HN – 1) merupakan titik istimewa karena mampu membawa rangsangan sampai ke hipotalamus untuk memberi respon adanya gangguan yang berupa nyeri.

5) Jianjing (GB 21)

Titik yang terletak pada pertengahan garis penghubung antara akromion klavikula dan tepi kaudal prosesus spinosuscervicalis VII. Titik Jianjing (GB 21) merupakan titik pertemuan meridian sanjiao, kandung empedu, dan Yin Wei.

Menurut Xinghua (1996) dan Xuemin (2007), titik akupunktur yang digunakan berdasarkan diferensiasi sindrom pada kasus gastritis, yaitu:

(31)

1) Patogen dingin menyerang lambung

Penusukan ditambah titik Lianqiu (ST 34) dengan metode pelemahan atau sedasi dengan frekuensi 70 Hz selama 20 menit dan titik Zhongwan (CV 12) dihangatkan dengan moksibusi yang bertujuan untuk mengusir patogen dingin dan menghangatkan perut.

2) Retensi makanan di lambung

Penusukan ditambah pada titik Tianshu (ST 25) dan titik Xiawan (CV 10) dengan metode pelemahan atau sedasi dengan frekuensi 70 Hz selama 20 menit yang bertujuan untuk mengaktifkan fungsi transformasi dan transportasi dari organ limpa.

3) Hiperaktivitas Qi hati menyerang lambung

Penususkan ditambah pada titik Taichong (LV 3), titik Sanyinjiao (SP 6) dan titik Yanglingquan (GB 34) menggunakan metode pelemahan atau sedasi dengan frekuensi 70 Hz selama 20 menit yang bertujuan untuk menenagkan hati dan mengatur aliran Qi.

4) Defisiensi Yang limpa dan lambung

Untuk menghangatkan limpa dan lambung ditambahkan penusukan pada titik Pishu (BL 20) dan titik Guanyuan (CV 4) dengan metode penguatan atau tonifikasi dengan frekuensi 10 Hz

(32)

selama 15 menit dan melakukan moksibusi pada titik Shenque (CV 8), titik Zhonwan (CV 12), dan titik Weishu (BL 21).

5) Defisiensi Yin lambung

Ditambahkan penusukan pada titik Weishu (BL 21), titik Sanyinjiao (SP 6) dan titik Taixi (KI 3) dengan metode penguatan atau tonifikasi dengan frekuensi 10 Hz selama 15 menit untuk menguatkan lambung dan Yin lambung.

6) Invasi lambung oleh api hati

Ditambahkan penusukan pada titik Xingjian (LV 2), titik Taichong (LV 3), dan titik Yanglingquan (GB 34) dengan metode sedasi atau pelemahan dengan frekuensi 70 Hz selama 20 menit yang bertujuan untuk menenangkan hati dan mengusir api.

4. Modalitas Terapi Sindrom Gastritis a. Elektrostimulator

Elektrostimulator merupakan suatu perangkat elektronik yang menghasilkan gelombang listrik dengan bentuk gelombang, intensitas, dan frekuensi tertentu, dimana setiap variabelnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis terapi yang dilakukan.Pada pengobatan akupunktur, stimulator digunakan untuk menciptakan keseimbangan energi (Chi) di dalam tubuh. Seperti halnya dalam bidang kedokteran modern, seni pengobatan akupunktur dengan

(33)

elektrostimulator juga memperhatikan bentuk pulsa (gelombang), intensitas, dan lama rangsangan (Suhariningsih, 2004).

Menurut Xinghua (1996); Saputra(2017), elektroakupunktur mempunyai tipe gelombang yang dapat dipilih dan masing – masing tipe mempunyai karakteristik. Pemilihan gelombang yang tepat dapat memberikan efek yang baik pada beberapa kasus.

Gelombang yang ada pada elektroakupunktur yaitu:

a. Dense Wave

Digunakan untuk mengurangi ekstabilitas dari sistem saraf.

Bekerja pada saraf sensorik dan motorik. Pada gelombang ini dapat digunakan untuk meminimalisir nyeri, meringankan pikiran, dan untuk akupunktur analgesia.

b. Dispersed Wave

Gelombang ini digunakan untuk mengurangi ketegangan pada otot dan ligamen. Pada gelombang ini dapat digunakan untuk terapi pada sindrom Wei dan cidera pada otot, sendi, ligamen, dan tendon.

c. Kombinasi Dense Wave dan Dispersed Wave

Kombinasi gelombang Dense Wave dan Dispersed Wave merupakan kombinasi gelombang alternatif yang bisa digunakan untuk terapi jaringan lunak, sciatika, facial paralisis, dan kekakuan.

(34)

d. Intermitten Wave

Gelombang ini merupakan gelombang dengan interval yang tetap. Fungsinya hampir sama dengan Dispersed Wave yang dapat digunakan terapi pada sindrom Wei.

Pada pemakaian frekuensi rendah yang berkisar 1 Hz – 10 Hz bertujuan untuk meningkatkan energi (tonifikasi) dan dapat digunakan sebagai pemulihan pada penyakit dengan kondisi kronis.

Pada pemakaian frekuensi tinggi 80 Hz – 120 Hz bertujuan untuk melemahkan (sedasi) dan dapat digunakan untuk penderita penyakit akut. Pemakaian frekuensi yang lebih tinggi sekitar 120 Hz – 240 Hz dengan jangka waktu 15 – 30 menit, dapat memberikan efek anestesi atau menghilangkan rasa nyeri. Frekuensi rangsang yang rendah dapat memicu pertumbuhan, sedang frekuensi rangsang yang tinggi dapat menekan nyeri, meniadakan kejang otot, menurunkan kegiatan simpatis serta memperbaiki sirkulasi darah (Suhariningsih, 2004).

b. Infrared

Lampu Infrared adalah salah satu jenis alat terapi dalam bidang Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi yang menggunakan gelombang elektromagnetik infra merah yang akan memberikan pemanasan superfisial pada daerah kulit yang diterapi sehingga menimbulkan beberapa efek fisiologis yang diperlukan untuk penyembuhan. Efek-efek fisiologis tersebut berupa mengaktifasi reseptor panas superfisial di kulit yang akan merubah transmisi atau

(35)

konduksi saraf sensoris dalam menghantarkan nyeri sehingga nyeri akan dirasakan berkurang, pemanasan ini juga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) dan meningkatkan aliran darah pada daerah tersebut sehingga akan memberikan oksigen yang cukup pada daerah yang diterapi, meningkatkan aktivitas enzim-enzim tertentu yang digunakan untuk metabolisme jaringan dan membuang sisa-sisa metabolisme yang tidak terpakai sehingga pada akhirnya akan membantu mempercepat proses penyembuhan jaringan. Terapi pemanasan dengan infrared ini juga dapat memberikan rasa nyaman dan rileks sehingga dapat mengurangi nyeri karena ketegangan otot- otot terutama otot-otot yang terletak superfisial, meningkatkan daya regang atau ekstensibilitas jaringan lunak sekitar sendi seperti ligamen dan kapsul sendi sehingga dapat meningkatkan luas pergerakan sendi terutama sendi-sendi yang terletak superfisial seperti sendi tangan dan kaki. Jarak penyinaran paling dekat minimal 30 cm untuk badan dan 55 cm untuk penyinaran wajah dengan waktu sekitar 15 menit (Kuntono, 2007 dan Pamungkas, 2012).

5. Diet TCM untuk penderita gastritis

Diet Traditional Chinese Medicine (TCM) yang diberikan pasien gastritis menurut Kastner (2004) dan Xuemin (2007) yaitu :

a. Rasa yang tidak diperbolehkan yaitu rasa asam dan pedas

b. Metode pengolahan yang diperbolehkan yaitu dikukus dan direbus

(36)

c. Menghindari asupan makanan dingin yang berlebihan

d. Selama menjalani terapi akupunktur pasien diharapkan untuk beristirahat sementara waktu

e. Emosi harus dijaga dan membuat pikiran senyaman mungkin.

D. Mekanisme Kerja Akupunktur

Menurut pendapat (Yong et al, 2012) mekanisme regulasi pergerakan pencernaan masih rumit, yang mungkin terwujud melalui dua cara yaitu melalui saraf (saraf adregenik, saraf kolinergik, dan non – andregenik saraf non – kolinergik oleh neurotransmiter) dan cairan tubuh (hormon dan neuroendokrin seperti motilin dan inhibisi polipeptida lambung). Perubahan sinyal fisiologis seperti frekuensi dan amplitudo elektrisitas lambung, serta fluks sekresi cairan lambung telah dipelajari dalam percobaan ini. Atropin adalah inhibitor spesifik M – reseptor yang dapat mengurangi sekresi lambung dengan memblokir jalan M – reseptor pada membran sel lambung dikombinasikan dengan asetikolin, dan cimetidine juga merupakan inhibitor reseptor H2, yang dapat mengurangi asam lambung, dengan menghalangi jalan reseptor H2 pada membran sel imbung selektif. Dengan demikian, kami menyimpulkan bahwa mekanisme aksi dan aktivitas lambung dengan akupunktur di Zusanli mungkin terjadi benar dengan dua jalur reseptorH2 dan reseptor M lambung. Dapat dikatakan, cimetidine dan atropin mungkin semua berlaku dalam aspek mengobati penyakit lambung, disebabkan oleh sekresi yang berlebihan yaitu asam lambung.

(37)

Ketika menusuk titik Zusanli (ST 36) sensasi tusukan jarum yang dihasilkan biasanya adalah merangsang ke dorsum kaki. Pada waktu itu, jika salah satu dapat menerapkan manipulasi spesifik, seperti bagian bawah Zusanli (ST 36) dengan tekanan dan tusukan jarum menjalar keatas. Sensasi tusukan jarum mungkin dapat menjalar ke paha atau bahkan perut bagian tengah, efek akan jadi jauh lebih baik. Akupoin penting lain pada area refleks lambung adalah Neiguan (PC 6). Metode penusukan jarum yang mana telah dianalisis pada bagian sebelumnya. Mekanisme akupunktur pada terapis gastritis, peptic ulcer, atau reflux esophagitis sangat berhubungan dengan peraturan tindakan pada sekresi asam lambung dan fungsi saluran pencernaan. Menurut pengamatan Yin dan Liu (2002), setelah penusukan jarum Zhongwan (CV 12), Neiguan (PC 6), dan Zusanli (ST 36), jumlah sel G fluoresensi dan intensitas fluoresensi gastrin pada sel G jelas mengurangi pada pasien ulkus duodenum seperti dibandingkan dengan terapi akupunktur sebelumnya (Yong et al, 2012).

Gambar

Gambar 2.1 Anatomi Lambung Manusia (Sherwood, 2016)
Tabel 2.1 Pathway Gastritis (Sharif La Ode, 2012)
Gambar 2.2 Visual Analog Scale (Price and Wilson, 2006)  Keterangan :
Tabel 2.2 Region Palpasi Nadi (Maciocia, 2011)

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini hanya ditentukan kisaran ukuran sel udara saja, hasil pengukuran menunjukkan bahwa diameter partikel udara dari sampel sangat kecil (0,91 –

Survei ekologi terumbu karang dilakukan pada 20 titik yang tersebar di dalam (11 titik) maupun di luar KKP (9 titik) Pulau Koon dan Pulau Neiden dan 1 titik untuk

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan ekstrak daun ubi jalar (I. batatas.) dan benih ikan jelawat(L.hoeveni, Blkr) ukuran 5-8 cm yang

221110 - Perkhidmatan / Guna Tenaga / Khidmat Latihan, Tenaga Pengajar dan Moderator/ Negotiator 221803 - Perkhidmatan / Perkhidmatan Kewangan dan Insuran / Penyediaan akaun

Di samping ke tiga komponen yang telah disebutkan itu, dalam model linear goal programming kadang-kadang terdapat komponen yang lain, yaitu, kendala struktural artinya

Kegiatan praktikum mengangkat persoalan persoalan elementer aktivitas fisiologi tumbuhan agar mahasiswa dapat memiliki keterampilan memecahkan masalah dan memiliki

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai gambaran