• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA ILMIAH TERAPAN PENERAPAN PENGATURAN WAKTU ISTIRAHAT DI ATAS KMP. PORTLINK VII GUNA MEMINIMALISIR RESIKO KECELAKAAN DALAM BEKERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KARYA ILMIAH TERAPAN PENERAPAN PENGATURAN WAKTU ISTIRAHAT DI ATAS KMP. PORTLINK VII GUNA MEMINIMALISIR RESIKO KECELAKAAN DALAM BEKERJA"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENGATURAN WAKTU ISTIRAHAT DI ATAS KMP. PORTLINK VII GUNA MEMINIMALISIR RESIKO

KECELAKAAN DALAM BEKERJA

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III

AFIFAH EKA WAHYUDI NIT. 05.17.027.2.41

AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA

TAHUN 2021

(2)

ii

PENERAPAN PENGATURAN WAKTU ISTIRAHAT DI ATAS KMP. PORTLINK VII GUNA MEMINIMALISIR RESIKO

KECELAKAAN DALAM BEKERJA

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III

AFIFAH EKA WAHYUDI NIT. 05.17.027.2.41

AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA

TAHUN 2021

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : AFIFAH EKA WAHYUDI

Nomor Induk Taruna : 05.17.027.2.41

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III

Menyatakan bahwa KIT (Karya Ilmiah Terapan) yang saya tulis dengan judul “PENERAPAN PENGATURAN WAKTU ISTIRAHAT DI ATAS KAPAL GUNA MEMINIMALISIR RESIKO KECELAKAAN DALAM BEKERJA”. Merupakan karya asli seluruh ide yang ada di dalam KIT tersebut, kecuali tema dan yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri.

Jika persyaratan di atas tersebut tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

Surabaya,...

AFIFAH EKA WAHYUDI NIT. 05.17.027.2.41

(4)

iv

PERSETUJUAN SEMINAR KARYA ILMIAH TERAPAN

Judul : PENERAPAN PENGATURAN WAKTU ISTIRAHAT

DI ATAS KMP.PORTLINK VII GUNA

MEMINIMALISIR RESIKO KECELAKAAN DALAM BEKERJA

Nama Taruna : AFIFAH EKA WAHYUDI NIT : 05.17.027.2.41

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan Surabaya, 04 Maret 2021

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Siti Fatimah, S.Si.T., M.Pd Penata Tk.1 (III/d) NIP: 19810317 200502 2 001

Capt. Tri Mulyatno B H, S.Si.T.,M.Pd.

Penata (III/c)

NIP: 19571101 200912 1 002

Mengetahui:

Ketua Jurusan Nautika

Capt. Tri Mulyatno B H, S.Si.T.,M.Pd.

Penata (III/c)

NIP: 19571101 200912 1 002

(5)

Disusun Dan Diajukan Oleh :

AFIFAH EKA WAHYUDI NIT. 05.17. 027.2.41 Ahli Nautika Tingkat III

Telah Dipertahankan Di Depan Panitia Ujian Karya Ilmiah Terapan Politeknik Pelayaran Surabaya

Pada Tanggal ... 2021 Menyetujui:

Penguji I Penguji II Penguji III

A.A Ngurah Ade D.P.Y,S.Si.T.,M.Pd Penata Tk.I (III/d) NIP. 198302262010121003

Siti Fatimah, S.Si.T., M.Pd Penata Tk.1 (III/d) NIP: 19810317 200502 2 001

Capt. Tri Mulyatno B H, S.Si.T.,M.Pd Penata Tk.1 (III/c)

NIP: 19571101 200912 1 002

Mengetahui:

Ketua Jurusan Nautika

Capt. Tri Mulyatno B H, S.Si.T.,M.Pd.

Penata Tk.1 (III/c) NIP: 19571101 200912 1 002

PENERAPAN PENGATURAN WAKTU ISTIRAHAT DI ATAS KMP. PORTLINK VII GUNA MEMINIMALISIR RESIKO

KECELAKAAN DALAM BEKERJA

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur akan kehadirat Allah SWT, karena atas segala kuasa, berkat, rahmat, dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul : ” PENERAPAN PENGATURAN WAKTU ISTIRAHAT DI ATAS KMP. PORTLINK VII GUNA MEMINIMALISIR RESIKO

KECELAKAAN DALAM BEKERJA”, karya tulis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat bagi taruna yang akan menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Politeknik Pelayaran Surabaya.

Penelitian ini dilaksanakan karena ketertarikan peneliti pada masalah yang sering terlupakan dan tidak dianggap menjadi masalah yang serius, padahal justru faktor yang sering diabaikan inilah yang menjadi salah satu faktor penghambat terwujudnya keselamatan dalam bekerja dan para pelaut dengan standar yang baik dari sebuah kapal.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang ditekankan pada penggambaran objek penelitian dan menganalisisnya. Penelitian ini mendalami masalah penerapan waktu istirahat sesuai STCW 1978 Amandemen 2010 diatas kapal. Peneliti telah melakukan pengumpulan data kemudian melakukan analisis dan menyusun simpulan sehingga tersaji fakta deskriptif sesuai tujuan penelitian.

Penulis sangat menyadari bahwa di dalam karya ilmiah terapan ini masih banyak terdapat kekurangan. Hal ini dikarenakan pengalaman yang dimiliki oleh penulis masih kurang.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah terapan ini dan juga rasa bangga yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Capt. Dian Wahdiana, M.M. selaku Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya

2. Bapak A.A Ngurah Ade D.P.Y,S/Si.T.,M.Pd Selaku Penguji I

(7)

3. Ibu Siti Fatimah, S.Si.T., M.Pd. selaku Dosen pembimbing materi serta Penguji II

4. Bapak Capt. Tri Mulyatno Budhi Hartanto, S.Si.T.,M.Pd selaku Ketua Jurusan Nautika serta Dosen pembimbing teknik tulisan dan Penguji III 5. Para dosen di Politeknik Pelayaran Surabaya pada umumnya dan para dosen

jurusan Nautika pada khususnya yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.

6. Rekan-rekan taruna dan pihak yang membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah terapan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya dan untuk pihak operasional pelabuhan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan petunjuk dan lindungan dalam melakukan penelitian yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk karya ilmiah.

Surabaya, ... 2021

AFIFAH EKA WAHYUDI

(8)

viii

ABSTRAK

AFIFAH EKA WAHYUDI, 2021. Penerapan Pengaturan Waktu Istirahat Di Atas KMP. PORTLINK VII Guna Meminimalisir Resiko Kecelakaan Dalam Bekerja. Dibimbing oleh Ibu Siti Fatimah, S.Si.T., M.Pd dan Bapak Tri Mulyatno Budhi Hartanto S.Si.T.,M.Pd

Faktor keselamatan merupakan suatu hal yang paling utama dalam berbagai bidang pekerjaan. Data statistik diketahui bahwa 80% dari kecelakaan yang pernah terjadi disebabkan oleh kesalahan manusia (human error) baik disengaja maupun karna kesehatan pelaut. Maka dari itu penerapan pengaturan waktu istirahat di atas kapal sangatlah penting untuk terciptanya pelayaran yang aman, karna jika perwira atau pelaut mengalami kelelahan saat bernavigasi maka akan berdampak pada faktor keselamatan.

Landasan teori dalam penulisan Karya Ilmiah Terapan ini berdasarkan peraturan-peraturan yang terdapat pada STCW 1978 Amendment 2010, IMO/ILO dan UU Pelayaran Pasal 21 PP No. 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan, serta buku- buku refrensi yang mengatur tentang pengaturan waktu istirahat di atas kapal.

Penulis dalam penyusunan karya ilmiah terapan ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan pendekatan induktif. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penilitian menggunakan metode kualitatif. Sesuai dengan pengertian tersebut penulis menganalisis data dengan menggunakan pendekatan induktif.

Dari pengalaman yang diperoleh penulis selama praktek dikapal, tidak banyak anak buah kapal yang memahami apa itu STCW 1978 amandement 2010 dan apa yang dimuat didalamnya. Terbukti pada saat melakukan wawancara kepada anak buah kapal bagaimana pembagian waktu istirahat dan waktu bekerja di atas kapal, kebanyakan anak buah kapal sangat puas dan tidak keberatan dengan pembagian waktu istirahat dan waktu bekerja di atas KMP. PORTLINK VII.

Setelah penulis melakukan pengamatan penelitian mengenai penerapan pengaturan waktu istirahat di atas KMP. PORTLINK VII guna meminimalisir kecelakaan dalam bekerja maka penulis dapat membuat kesimpulan dari pengamatan tersebut sangat pentingnya penerapan pengaturan waktu istirahat di atas kapal dan penerapannya telah sangat baik di terapkan pada kapal ini. Upaya meningkatkan kesadaran awak kapal untuk selalu menjaga kesehatannya dengan memanfaatkan waktu istirahatnya dengan baik dan menampung keluh kesah awak kapal.

Kata kunci : penerapan, waktu istirahat, STCW Manila Amandemen 2010

(9)

ABSTRACT

AFIFAH EKA WAHYUDI, 2020. Application of Rest Time Arrangements on Ships to Minimize the Risk of Accidents at Work. Supervised by Mrs. Siti Fatimah, S.Si.T., M.Pd and Mr. Tri Mulyatno Budhi Hartanto S.Si.T., M.Pd

The safety factor is the most important thing in various fields of work.

Statistical data shows that 80% of accidents that have occurred are caused by human error, whether intentional or due to the health of the seafarer. Therefore, the implementation of rest time arrangements on the ship is very important to create a safe voyage, because if an officer or sailor experiences fatigue while navigating it will have an impact on the safety factor.

The theoretical basis for the writing of this Applied Scientific Paper is based on the regulations contained in STCW 1978 Amendment 2010, IMO / ILO and Shipping Law Article 21 PP No. 7 of 2000 concerning safety, as well as reference books that regulate the arrangements for rest time on the ship.

The author in preparing applied scientific papers uses qualitative research. Qualitative research is descriptive research and tends to use an inductive approach. Process and meaning are emphasized more in research using qualitative methods. In accordance with this understanding, the authors analyzed the data using an inductive approach.

From the experience obtained by the author during the practice of shipping, not many crew members understand what STCW 1978 amandement 2010 is and what is contained therein. It was proven when conducting interviews with ship crew how the distribution of rest time and working time on the ship, most of the crew members were very satisfied and did not object to the distribution of rest time and working time on the MV.PORTLINK VII.

After the authors conducted research observations regarding the application of rest time arrangements on the ship to minimize accidents in working on MV. PORTLINK VII, the authors can make conclusions from these observations that it is very important to apply rest time arrangements on the ship, so its application has been very well applied to this ship. . Efforts to increase awareness of crew members to always maintain their health by making good use of their rest time and accommodating complaints from crew members.

Keywords: implementation, rest time, STCW 1978 Amendment 2010

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

PERSETUJUAN SEMINAR KARYA ILMIAH TERAPAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 3

C. BATASAN MASALAH ... 3

D. TUJUAN MASALAH ... 4

E. MANFAAT PENELITIAN ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. REVIEW PENELITIAN SEBELUMNYA ... 5

B. LANDASAN TEORI ... 5

C. KERANGKA PENELITIAN ... 22

BAB III METODE PENELITIAN... 23

A. JENIS PENELITIAN ... 23

B. LOKASI PENELITIAN ... 24

C. SUMBER PENELITIAN ... 24

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 25

E. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL ... 26

F. TEKNIK ANALISIS DATA ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PERMBAHASAN ... 29

A. GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DI TELITI ... 29

B. HASIL PENELITIAN ... 31

C. PEMBAHASAN ... 38

(11)

BAB V ... 41

PENUTUP ... 41

A. KESIMPULAN ... 41

B. SARAN ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 4. 1 KMP. PORTLINK VII ... 29

GAMBAR 4. 2 JAM KERJA ... 33

GAMBAR 4. 3 JADWAL DINAS JAGA ... 34

GAMBAR 4. 4 FORM REST PERIOD ... 35

(13)

DAFTAR TABEL

TABEL 2. 1 REVIEW PENELITIAN ... 5 TABEL 4. 1 WAWANCARA ... 36

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai salah satu negara maritim maka peranan sektor perhubungan khususnya perhubungan laut sangat menunjang kelancaran arus barang dari suatu daerah ke daerah lainnya. Dalam era pembanguan yang sedang giat-giatnya kita laksanakan saat ini peran tersebut sangat dibutuhkan, sehingga dengan demikian berarti tantangan akan semakin meningkat.

Menurut Drs. Daryanto (2003), sebab terjadinya kecelakaan sering terjadi diakibatkan oleh lebih dari satu sebab, kecelakaan dapat dicegah dengan menghilangkan hal-hal yang menyebabkan kecelakaan itu terjadi.

Terdapat dua sebab utama terjadinya suatu kecelakaan, pertama adalah tindakan yang tidak aman, kedua kondisi kerja yang tidak aman. Orang yang mengalami kecelakaan sering kali disebabkan oleh orang lain ataupun tindakan sendiri yang kurang memperhatikan keselamatan dan keamanan saat bekerja.

Manusia sebagai tenaga kerja yang akan selalu berhadapan dengan resiko kerja dan bentuk kecelakaan kerja yang berdampak cacat bahkan hingga meninggal dunia. Kecelakaan kerja adalah hal yang tidak diharapkan dan tidak terduga pada pekerja saat melakukan pekerjaannya.

Menurut Purwanto (2007), bahwa dari data-data statistik dunia terlihat bahwa 85% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan manusia yang

1

(15)

salah (human error) walau sebenarnya terdapat sebab-sebab lain. Oleh karena itu mengatasi hal-hal tersebut maka perlu adanya usaha pencegahan yaitu melalui usaha penerapan jam tidur yang benar di atas kapal, yang mana usaha ini merupakan salah satu kegiatan yang ditujukan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. Sangat penting apabila kita bekerja harus betul-betul memperhatikan keselamatan kerja dan kebugaran jasmani kita karena dapat menyebabkan resiko kecelakaan kerja.

Banyak kecelakaan kerja terjadi karena kurangnya waktu istirahat di atas kapal. Data KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) tahun 2018 sudah terjadi 5 kecelakaan kapal tubrukan akibat kurangnya waktu istirahat nahkoda sehingga mempengaruhi konsentrasi nakhoda dalam mengambil keputusan secara tepat, menunjukan bahwa dibutuhkannya penerapan pengaturan waktu istirahat yang benar di atas kapal untuk meminimalisir resiko terjadinya kecelakaan. Disinilah penerapan waktu istirahat yang benar dan yang di anjurkan setiap harinya dibutuhkan.

Pada penulisan kerja tulis ilmiah ini penulis ingin memberikan hasil dari karya tulis ilmiah ini diharapkan menjadi rekomendasi nakhoda atau perusahaan pelayaran untuk menerapkan waktu istirahat yang cukup untuk crew kapal, kajian ini meliputi identifikasi waktu istirahat yang cukup, identifikasi saran jam istirahat yang cukup untuk pelaut saat di atas kapal, evaluasi risiko. Harapan dari penulis adalah dengan adanya ini mampu memberikan suatu konsep pencegahan maupun penanggulangan kecelakaan kerja di atas kapal melalui pendekatan dari sisi nakhoda dan

(16)

3

anak buah kapal sehingga bahaya kecelakaan kerja di atas kapal dapat kita cegah dan meminimalisirnya. Maka berdasar uraian dari latar belakang tersebut penulis tertarik mengkaji lebih dalam dan mengemukakan dalam bentuk penelitian dengan judul “PENERAPAN PENGATURAN WAKTU ISTIRAHAT DI ATAS KMP. PORTLINK VII GUNA MEMINIMALISIR RESIKO KECELAKAAN DALAM BEKERJA”.

Semoga dengan penelitian ini bisa mengetahui pengaruh apa saja dari peranan waktu istirahat yang benar guna meminimalisir kecelakaan kerja.

B. RUMUSAN MASALAH

Berawal dari hal-hal di atas maka permasalahan yang di angkat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana peranan waktu istirahat yang benar guna meminimalisir kecelakaan kerja di atas kapal

2. Apakah penerapan pengaturan waktu istirahat yang benar berpengaruh dalam kinerja nakhoda dan anak buah kapal

C. BATASAN MASALAH

Sehubungan dengan masalah yang berkaitan dengan penerapan pengaturan waktu istirahat atau rest period di atas kapal maka dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan hanya pada penerapan pengaturan waktu istirahat sesuai yang di paparkan dalam STCW 1978 Amandement 2010.

(17)

D. TUJUAN MASALAH

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peranan waktu istirahat yang benar di atas kapal guna meminimalisir kecelakaan dalam bekerja

2. Untuk mengetahui pengaruh waktu istirahat yang benar dalam kinerja nakhoda dan anak buah kapal

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat memberi sumbangan dalam pentingnya penerapan waktu istirahat yang benar diatas kapal.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk nakhoda dan mualim jaga agar melaksanakan penerapan pengaturan waktu istirahat yang benar diatas kapal

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. REVIEW PENELITIAN SEBELUMNYA

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang rest period atau pengaturan waktu istirahat di atas kapal, bagaimana penerapannya dan apakah berpengaruh terhadap para pelaut. Berikut ini peneliti berikan salah satu review penelitian :

Tabel 2. 1 Review Penelitian

NO PENULIS JUDUL MASALAH HASIL

1. Sidiq (2018) Penerapan rest hour bagi crew kapal MV.

Marina star 3 sesuai Maritime Labour

Convention (MLC) 2006

Bagaimana pengaruh rest hour terhadap kinerja awak kapal

Mengetahui pengaruh rest hour terhadap kinerja grew kapal di atas kapal MV.

Marina star 3

B. LANDASAN TEORI

Pada landasan teori ini tentang sumber teori yang kemudian akan menjadi dasar dari pada penelitian. Hal ini penting karena pembaca akan dapat memahami mengapa masalah atau tema yang diangkat dalam penelitiannya. Disamping itu, landasan teori juga bermaksud untuk menunjukkan bagaimana masalah tersebut dapat dikaitkan dengan hasil penelitian dengan pengetahuan yang lebih luas. Pada landasan teori ini penulis memaparkan tentang kecelakaan kerja dan waktu istirahat kerja yang di tentukan STCW 1978 amandement 2010.

5

(19)

1. Definisi-definisi a. Penerapan

Penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan, baik secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Menurut para ahli penerapan adalah 1) Menurut Cahyononim dalam J.S Badudu dan Sutan Mohammad

Zain (2010:1487) “penerapan adalah hal, cara atau hasil”.

2) Menurut Lukman Ali (2004:14) “penerapan adalah mempraktekkan atau memasangkan”.

3) Menurut Riant Nugroho (2003:158) “penerapan pada prinsipnya cara yang dilakukan agar dapat mencapai tujuan yang dinginkan”.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa penerapan adalah mempraktekkan atau cara melaksanakan sesuatu berdasarkan sebuah teori.

b. Resiko

Definisi resiko menurut para ahli :

1) Menurut para ahli Arthur Williams Dan Richard, M.H. Resiko merupakan suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama priode tertentu.

2) Menurut Prof Dr.Ir. Soemarno, M.S. Suatu kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak

menguntungkan yang mungkin terjadi disebut resiko.

3) Menurut KBBI Resiko merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat merugikan perusahaan.

(20)

7

Menurut International Maritime Organization (IMO) resiko adalah kombinasi dari frekuensi dan keparahan konsekuensi, demikian mengartikulasikan dua komponen dari kemungkinan teradinya dan kemungkinan keparahan konsekuensi diprediksi.

Resiko seperti seseorang atau sesuatu yang berbahaya yang diketahui untuk diantisipasi, tapi satu yang umum diterapkan dan resolusi berwibawa dalam konteks industri, mendefinisikan resiko sebagai Kombinasi dari probabilitas, atau frekuensi, dari terjadinya bahaya didefinisikan dan besarnya konsekuensi kejadian tersebut.

Tujuan manajemen keselamatan perusahaan harus membangun perlindungan terhadap semua resiko yang teridentifikasi, itu telah dinyatakan dalam ISM (International Safety Management Code).

Namun hal ini tidak menentukan setiap pendekatan khusus untuk teori manajemen resiko, dan untuk perusahaan itu sendiri untuk memilih metode yang tepat sesuai dengan struktur organisasi kapal.

Metode dapat bervariasi sesuai tetapi bagaimana pernah lebih atau kurang formal mereka, mereka harus terorganisasi dengan baik dan direncanakan jika penilaian dan tanggapan dimaksudkan untuk selesai dan bertindak secara efektif, serta juga latihan seluruh harus didokumentasikan dalam konsep atau amandemen untuk memberikan bukti dari proses pengambilan keputusan.

Resiko untuk kapal harus berkesinambungan, di review secara berkala untuk meningkatkan keselamatan dan mencegah kecelakaan. Karena resiko tidak pernah merupakan identitas yang

(21)

konstan, perbedaan sifat persepsi dan antisipasi tingkat bahaya dari resiko yang dilakukan diselesaikan oleh pengalaman dan pelatihan.

Perilaku manusia terhadap isu-isu, kesadaran umum, dan kewaspadaan konstan mereka yang terlibat, semuanya memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan organisasi dalam penilaian resiko dalam operasi kapal.

2. Kecelakaan kerja

Kecelakaan didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tak terduga, semula tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik bagi manusia dan atau harta benda. Menurut beberapa sumber kecelakaan kerja adalah :

a. Menurut Per 03/Men/1994 mengenai Program JAMSOSTEK, pengertian kecelakaan kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja , termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui.( Bab I pasal 1 butir 7 ).

b. Menurut Permenaker No. 03/MEN/1998, Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

Berdasarkan pemaparan dari beberapa sumber, penulis menyimpulkan bahwa kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan dan tidak terencana yang mengakibatkan

(22)

9

luka, sakit, kerugian baik pada manusia, barang maupun lingkungan.

Penyebab kecelakaan kerja : a. Tempat Kerja

Tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja, seperti ukuran ruangan tempat kerja, penerangan, ventilasi udara, suhu tempat kerja, lantai dan kebersihan luangan, kelistrikan ruang, pewarnaan, gudang dan lain sebagainya. Jika tempat kerja tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, maka kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi.

b. Kondisi Peralatan

Mesin-mesin dan peralatan kerja pada dasarnya mengandung bahaya dan menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja. Misalnya karena mesin atau peralatan yang berputar, bergerak, bergesekan, bergerak bolak-balik, roda gigi yang bergerak, transmisi serta peralatan lainnya. Oleh karena itu, mesin dan perlatan yang potensial menyebabkan kecelakaan kerja harus diberi pelindung agar tidak membahayakan operator atau manusia.

c. Bahan-bahan dan peralatan yang bergerak

Pemindahan barang-barang yang berat atau yang berbahaya (mudah meledak, pelumas, dan lainnya) dari satu tempat ke tempat yang lain sangat memungkinkan terjadi kecelakaan kerja.

Untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, perlu dilakukan pemikiran dan perhitungan yang matang, baik metode

(23)

memindahkannya, alat yang digunakan, jalur yang akan di lalui, siapa yang bisa memindahkan dan lain-lain.

d. Tools (Alat)

Kondisi suatu peralatan baik itu umur maupun kualitas sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Alat-alat yang sudah tua kemungkinan rusak itu ada. Apabila alat itu sudah rusak, tentu saja dapat mengakibatkan kecelakaan.Melakukan perawatan pada alat-alat yang sudah tua dan melakukan kualitas kontrol pada alat- alat yang ada di tempat kerja

e. Transportasi

Kecelakaan kerja yang diakibatkan dari penggunaan alat transportasi juga cukup banyak. Dari penggunaan alat yang tidak tepat (asal-asalan), beban yang berlebihan (overloading), jalan yang tidak baik (turunan, gelombang, licin, sempit), kecepatan kendaraan yang berlebihan, penempatan beban yang tidak baik, semuanya bisa berpotensi untuk terjadinya kecelakaan kerja. Upaya untuk mengatasi hal tersebut di atas, diantaranya adalah memastikan jenis transportasi yang tepat dan aman, melaksanakan operasi sesuai dengan SOP (standart operational procedure), jalan yang cukup, penambahan tanda-tanda keselamatan, pembatasan kecepatan, jalur khusus untuk transportasi misalnya dengan warna cat dan lain sebagainya.

(24)

11

3. Pengaturan waktu istirahat

Seperti yang terpapar dalam Perjanjian Kerja Laut (PKL) Pengaturan mengenai jam kerja awak kapal (schepeling, pelaut, “anak kapal”) tidak diatur dalam KUHD, akan tetapi menjadi coverage UU Pelayaran (cq. Pasal 21 PP No. 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan), sebagai berikut :

a. Ketentuan jam kerja (waktu kerja dan waktu istirahat/”WKWI”) bagi awak kapal menganut pola 6:1 dengan maksimum 44 jam per- minggu. Artinya, 6 (enam) hari kerja dan 1 (satu) hari istirahat mingguan, masing-masing 8 (delapan) jam/hari.

b. Apabila awak kapal bekerja melebihi ketentuan waktu kerja dimaksud dan dipekerjakan pada hari istirahat mingguan atau pada hari libur nasional, maka dihitung lembur.

c. Setiap awak kapal harus diberikan waktu istirahat paling sedikit 10 (sepuluh) jam dalam jangka waktu 24 (dua puluh empat) jam sehari.

Waktu istirahat tersebut dapat dibagi 2, yang salah satu di antaranya tidak kurang dari 6 (enam) jam kecuali dalam keadaan darurat.

d. Pengecualian dari WKWI dimaksud, antara lain pelaksanaan tugas- tugas darurat demi keselamatan berlayar dan muatan, termasuk latihan-latihan di kapal, atau untuk memberikan pertolongan dalam bahaya sesuai peraturan keselamatan pelayaran, dalam kaitan itu tidak dihitung lembur.

e. Demikian juga, bagi pelaut muda atau pelaut yang berumur antara 16 tahun sampai dengan 18 tahun dan dipekerjakan sebagai apapun di

(25)

atas kapal, tidak diperbolehkan untuk dipekerjakan melebihi 8 jam sehari dan 40 jam seminggu dan dipekerjakan pada waktu istirahat, kecuali dalam hal-hal tugas-tugas darurat demi keselamatan berlayar dan muatan.

Waktu istirahat di paparkan dalam STCW 1978 Amandement 2010. Jam kerja dan jam istirahat, Para perwira dan rating yang melaksanakan tugas jaga navigasi atau jaga kamar mesin, atau anak buah kapal lainnya yang diberi tugas berkaitan dengan keselamatan, pencegahan polusi, dan keamanan harus diberikan periode istirahat, minimum 10 jam istirahat dalam periode waktu 24 jam, 77 jam istirahat dalam 7 hari periode, jam istirahat dapat dibagi menjadi tidak lebih dari 2 periode, yang mana salah satunya harus berdurasi sedikitnya selama 6 jam dan interval waktu antara periode yang berlangsung secara terus menerus tidak boleh melampui 14 jam, pengurangan jam istirahat menjadi 70 jam istirahat dalam periode 7 hari diperbolehkan untuk waktu yang tidak melampaui 2 minggu berturut-turut.

Nakhoda harus menempatkan pengumuman yang memuat pembagian jam kerja di atas kapal, yang berisikan informasi jadwal kerja atau istirahat harian selama berlayar dan selama di pelabuhan, pada tempat yang mudah terlihat dan diakses di atas kapal, dalam bahasa yang dipergunakan di atas kapal dan dalam bahasa Inggris, untuk memudahkan bagi semua anak buah kapal.

Dokumentasi waktu istirahat harian harus terpelihara dengan baik dan ditandatangani oleh nakhoda, atau perwira yang ditunjuk oleh

(26)

13

nakhoda. Salinan dari catatan jam istirahat dan jadwal berkenaan crew kapal, yang sepatutnya disyahkan oleh nakhoda atau perwira yang diberi kewenangan oleh nakhoda, harus diberikan juga kepada crew yang bersangkutan.

Perusahaan pelayaran direkomendasikan untuk menggunakan format standar dalam menyiapkan tabel pengaturan jam kerja dan jadwal jam jaga dan record dari jam istirahat untuk memperlihatkan kesesuaian dengan persyaratan dalam STCW. Perusahaan pelayaran disarankan untuk menggunakan petunjuk dari IMO atau ILO (IMO/ILO Guidelines for the Development of Tables of Seafarers Shipboard Working Arrangements and Formats of Records of Seafarers Hours of Work and Rest) untuk mengatur jam kerja dan jam istirahat.

Dokumentasi dari record ini harus disimpan di atas kapal dalam masa setidaknya 2 tahun untuk memungkinkan monitoring dan verifikasi pemenuhan peraturan Seksi A-VIII/1.

Perusahaan pelayaran harus menyatakan prosedur untuk mempersiapkan jam jaga tersebut dan pencatatan jam istirahat harian ke dalam sistem manajemen keselamatannya (Safety Management System).

Ketentuan ini harus sudah mulai diimplementasikan pada tanggal 1 Januari 2012.

MLC (Maritim Labour Convention) juga memaparkan tetang waktu istirahat. Waktu istirahat harus diterapkan sesuai dengan peraturan negara yang berlaku. Maksimal jam kerja adalah 14 jam dalam sehari atau 72 jam dalam seminggu atau jam istirahat minimal

(27)

adalah 10 jam dalam sehari atau 77 jam dalam seminggu. Selanjutnya, waktu istirahat tidak boleh dibagi menjadi lebih dari 2 periode dimana setidaknya 6 jam waktu istirahat harus diberikan secara berurutan dalam satu dari dua periode.

Peraturan ini sangat penting bagi semua pelaut untuk memastikan bahwa pelaut telah mengatur jam kerja dan jam istirahatnya untuk meminimalisir kecelakaan kerja di atas kapal.

4. STCW 1978 Amandement 2010

Beberapa hal pokok terkait amandemen STCW 2010, adalah sebagai berikut:

a. Peraturan I / 2: Hanya Pemerintah yang dapat mengeluarkan Certificate of Competency (COC) dan menyediakan database elektronik untuk verifikasi keaslian sertifikat.

b. Peraturan I / 3: Persyaratan Near Coastal Voyage dibuat lebih jelas, termasuk principal yang mengatur pelayaran dan melakukan

"kegiatan usaha" dengan Pihak yang terkait (negara bendera dan negara pantai).

c. Peraturan I / 4: Penilaian/pemeriksaan Port State Control (PSC) terhadap pelaut yang melaksanakan tugas jaga dan standar keamanan - "Harus memenuhi Standar keamanan" dalam daftar.

d. Peraturan I / 6: Pedoman e-learning (pembelajaran elektronik) e. Peraturan I / 9: standar Medis diperbaharui sejalan dengan

Persyaratan ILO MLC.

(28)

15

f. Peraturan I/11: Persyaratan revalidasi dibuat lebih rasional dan termasuk persyaratan revalidasi atas endorsement sertifikat kapal tanker.

g. Peraturan I/14 : Perusahaan bertanggung jawab terhadap pelatihan penyegaran pelaut di kapal mereka

Konferensi diplomatik negara anggota Konvensi STCW, yang diselenggarakan di Manila Filipina, pada tanggal 21-25 Juni 2010, telah mengadopsi beberapa perubahan mendasar terhadap Konvensi STCW dan STCW code. Maksud dari amandemen-amandemen tersebut (dikenal sebagai Amandemen Manila) adalah untuk meningkatkan standar profesionalisme dari para pelaut serta untuk meningkatkan keselamatan pelayaran, keamanan dan perlindungan terhadap lingkungan laut.

Amandemen-amandemen tersebut memperbarui standard kompetensi untuk mengakomodir teknologi terbaru, memperkenalkan persyaratan dan metodologi baru untuk diklat dan sertifikasi, serta meningkatkan mekanisme untuk menjalankan ketentuan-ketentuan dalam konvensi STCW oleh administrasi Negara Bendera (Flag State) dan Negara Pelabuhan (Port State), serta menjelaskan secara spesifik persyaratan-persyaratan yang berkaitan ketentuan jam kerja dan istirahat, pencegahan penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan alkohol, serta standard medical fitness bagi para pelaut. Bahan sosialisasi ini dimaksudkan untuk memberikan informasi atas persyaratan-persyaratan inti dari Manila Amandemen, untuk membantu

(29)

komunitas maritim Indonesia guna mempersiapkan diri guna menghadapi perubahan-perubahan yang diperlukan sesuai ketentuan amandemen Manila tersebut.

5. Standar waktu istirahat sesuai bab viii section b – STCW 1978 Amandement 2010.

Waktu istirahat juga di atur dalam STCW Bab VII yang isinya : a. Administrasi harus mempertimbangkan bahaya yang ditimbulkan

oleh kelelahan para pelaut, terutama yang tugasnya melibatkan operasi kapal yang aman dan terlindungi.

b. Semua orang yang ditugaskan bertugas sebagai petugas atau sebagai perwira yang melaksanakan suatu tugas jaga atau yang bertanggung jawab atas keamanan harus diberikan istirahat per waktu kurang dari

1) Paling sedikit 10 jam istirahat dalam 24 jam 2) 77 jam dalam periode 7 hari

c. Jam istirahat dapat dibagi menjadi tidak lebih dari dua periode, salah satunya harus paling sedikit 6 jam, dan interval antara periode istirahat tidak boleh lebih dari 14 jam

d. Persyaratan untuk periode istirahat yang diatur tidak perlu diterapkan dalam keadaan darurat atau dalam kondisi operasional utama lainnya, contohnya seperti latihan bahu, pemadam kebakaran, sekoci, dan latihan yang ditentukan oleh hukum dan peraturan opsional dan oleh instrumen internasional, yang harus

(30)

17

dilakukan dengan cara meminimalkan gangguan pada waktu istirahat dan tidak menyebabkan kelelahan.

e. Administrasi mewajibkan agar jadwal kerja dan istirahat dipasang di tempat yang mudah diakses. Jadwal harus ditetapkan dalam format standar dalam bahasa kerja kapal dan dalam bahasa Inggris f. Ketika pelaut sedang dipanggil, seperti ketika ruang mesin tidak

dijaga, pelaut harus memiliki periode istirahat kompensasi yang tidak memadai jika periode istirahat normal terganggu oleh info untuk bekerja

g. Administrasi akan mensyaratkan bahwa catatan jam kerja harian para pelaut dipelihara dalam format standar, dalam bahasa kerja atau bahasa kapal dan dalam bahasa Inggris, untuk memungkinkan pemantauan dan verifikasi kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan pasal ini yang harus diterima oleh para pelaut. Salinan catatan yang berkaitan dengan mereka, yang akan disahkan oleh mereka atau oleh orang yang diberi wewenang oleh master dan oleh pelaut.

h. Tidak ada dalam bagian ini yang dianggap mengganggu hak master kapal untuk meminta pelaut untuk melakukan setiap jam kerja yang diperlukan untuk keselamatan langsung dari kapal, untuk tujuan memberikan bantuan kepada yang lain kapal atau orang yang kesulitan di laut. Oleh karena itu, master dapat menunda jadwal jam istirahat dan meminta pelaut untuk melakukan setiap jam kerja yang diperlukan sampai situasi normal telah dipulihkan. Sesegera mungkin setelah situasi normal dipulihkan, master harus

(31)

memastikan bahwa setiap pelaut yang telah melakukan pekerjaan dalam periode istirahat yang dijadwalkan diberikan periode istirahat yang memadai

i. Pihak dapat mengizinkan pengecualian dari jam istirahat yang diperlukan asalkan periode istirahat tidak kurang dari 70 jam dalam periode 7 hari, pengecualian dari periode istirahat mingguan yang diatur tidak boleh lebih dari dua minggu berturut-turut. Interval antara dua periode pengecualian di papan harus tidak kurang dari tiga durasi pengecualian jam istirahat yang diatur dapat dibagi menjadi tidak lebih dari tiga periode, yang salah satu di antaranya harus setidaknya 6 jam, dan tak satu pun dari dua periode lainnya harus kurang dari satu jam. Interval antara periode istirahat berturut-turut tidak boleh melebihi 14 jam. Pengecualian tidak akan melampaui dua periode 24 jam dalam periode 7 hari perkecualian, sejauh mungkin, mempertimbangkan pedoman tentang pencegahan kelelahan pada bagian B/VIII

j. Setiap administrasi harus menetapkan untuk tujuan mencegah penyalahgunaan alkohol batas tidak lebih tinggi dari 0,05% kadar alkohol dalam darah (BACi atau 0,52 mg / l alkohol dalam napas atau sejumlah alkohol yang mengarah ke konsentrasi alkohol seperti itu untuk para master, petugas dan pelaut lainnya saat melakukan tugas-tugas keselamatan, keamanan dan lingkungan laut yang ditunjuk.

(32)

19

6. Seafarers’ hours of work and hours of rest sesuai pedoman IMO/ILO a. Seorang anggota yang meratifikasi konvensi ini mengakui bahwa

standar jam kerja normal untuk pelaut, seperti halnya untuk pekerja lain, harus didasarkan pada delapan hari dengan satu hari istirahat per minggu dan istirahat pada hari libur umum. Namun hal ini tidak akan menghalangi anggota untuk memiliki prosedur untuk autorisasi atau mendaftarkan perjanjian bersama yang menentukan jam kerja pelaut normal atas dasar yang tidak kalah menguntungkan dari standar ini.

b. Batas jam kerja atau istirahat adalah sebagai berikut

1) Jam kerja maksimum tidak akan melebihi 14 jam dalam periode 24 jam dan 72 jam dalam periode 7 hari , atau

2) Minimum jam istirahat tidak boleh kurang dari 10 jam dalam periode 24 jam dan 77 jam dalam periode 7 hari

c. Tidak ada yang akan mencegah anggota dari memiliki undang- undang atau peraturan nasional atau prosedur bagi otoritas yang kompeten untuk mengotorisasi atau mendaftarkan perjanjian kolektif yang mengizinkan pengecualian pada batasan yang ditentukan. Pengecualian seperti periode cuti yang lebih sering atau lebih lama atau pemberian cuti kompensasi untuk pelaut pengawas atau pelaut yang bekerja di kapal kapal dalam perjalanan singkat.

d. Jadwal layanan di laut dan layanan di pelabuhan dan jam kerja maksimum atau jam istirahat minimum yang disyaratkan oleh undang-undang, peraturan, atau kesepakatan bersama yang berlaku

(33)

di negara harus di letakan di tempat yang mudah diakses dari meja dengan pengaturan kerja kapal dan harus dibuat dalam format standar dalam bahasa kerja atau bahasa kapal dan dalam bahasa Inggris.

e. Pelaut di bawah 18 tahun tidak akan bekerja pada malam hari.

Untuk keperluan paragraph ini, "malam" berarti periode setidaknya sembilan jam berturut-turut, termasuk interval dari tengah malam hingga jam lima pagi. ketentuan ini tidak perlu diterapkan ketika pelatihan efektif pelaut muda antara usia 16 dan 18 tahun sesuai dengan program dan jadwal yang ditetapkan akan terganggu.

f. Tidak ada sesuatu pun dalam konvensi ini yang dianggap mengganggu hak master kapal untuk meminta pelaut untuk melakukan setiap jam kerja yang diperlukan untuk keselamatan langsung kapal, orang di atas kapal atau kargo atau untuk tujuan memberikan bantuan ke kapal lain atau orang dalam kesulitan di laut. Master dapat menunda jadwal jam kerja atau jam istirahat dan meminta pelaut untuk melakukan jam kerja yang diperlukan sampai situasi normal telah dipulihkan sesegera mungkin. Setelah situasi normal dipulihkan, master harus memastikan bahwa setiap pelaut yang telah melakukan pekerjaan dalam periode istirahat yang dijadwalkan diberikan periode istirahat yang memadai.

g. Anggota harus meminta agar catatan jam kerja pelaut harian atau pekerjaan atau jam istirahat harian mereka dipelihara untuk memungkinkan pemantauan kepatuhan terhadap ketentuan. Pelaut

(34)

21

harus menerima salinan catatan yang berkaitan dengannya yang akan disahkan oleh orang yang diberi wewenang oleh master.

h. Otoritas yang kompeten harus menentukan prosedur untuk menyimpan catatan tersebut di atas kapal, termasuk interval di mana informasi harus direkam. Otoritas yang berkompeten harus menetapkan format catatan jam kerja pelaut atau jam istirahatnya dengan mempertimbangkan pedoman organisasi buruh internasional yang tersedia atau menggunakan format standar apa pun yang disiapkan oleh organisasi, formatnya harus dibuat dalam bahasa kerja laut dan bahasa inggris. Salinan ketentuan yang relevan dari perundang-undangan nasional yang berkaitan dengan konvensi ini dan perjanjian kolektif terkait harus disimpan di atas kapal dan mudah diakses oleh awak kapal.

i. Otoritas yang kompeten harus memeriksa dan mengesahkan rekaman sebagaimana dimaksud dalam paragraph 8, pada interval yang sesuai, untuk memantau kepatuhan dengan ketentuan yang mengatur jam kerja atau jam istirahat yang berdampak pada konvensi ini.

j. Jika catatan atau bukti lain menunjukkan pelanggaran ketentuan yang mengatur jam kerja atau jam istirahat, pihak yang berwenang akan mewajibkan langkah-langkah, termasuk jika perlu revisi manning kapal, diambil untuk menghindari pelanggaran di masa depan.

(35)

Mengapa terjadi masalah ?

Bagaimana penangananya?

Terwujudnya Pelaksanaan penerapan peraturan waktu istirahat seperti yang dipaparkan STCW 1978 Amandement 2010

PENERAPAN PENGATURAN WAKTU ISTIRAHAT DI ATAS KMP. PORTLINK VII GUNA MEMINIMALISIR RESIKO

KECELAKAAN KERJA Penerapan waktu

istirahat yang kurang tepat

Kurangnya waktu istirahat MASALAH POKOK

Kurangnya konsentrasi Perwira Jaga sehingga kurang tepat mengambil keputusan dalam bernavigasi

Menerapkan waktu istirahat yang cukup untuk Perwira jaga dan Crew kapal C. KERANGKA PENELITIAN

Kerangka dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Sesuai dengan pengertian tersebut kami menganalisis data dengan menggunakan pendekatan induktif. Selain itu kami juga memberikan data data yang sesuai dengan landasan teori yang kami gunakan. Sehingga penelitian kami dapat menjadi penelitian yang benar dan tepat.

Metode ini peniliti dapat memahami dan mengungkapkan tentang masalah yang peniliti tulis, dan juga metode kualitatif ini peniliti dapat melakukan interview dengan objek yang peniliti tulis. Dapat dipahami bahwa menganalisa deskriptif kualitatif adalah memberikan prediket pada variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi sebenarnya (Koentjaraningrat, 1993:89). Maksudnya adalah untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya antara keserasian teori dan praktek.

Dalam menganalisis dan mendeskripsikan mengenai penerapan pengaturan waktu istirahat di atas kapal. Penelitian menggunakan landasan teori sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan

23

(37)

gambaran umum tentang latar penelitian serta bahan pembahasan hasil penelitian.

B. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini peniliti lakukan di KMP. PORTLINK VII tempat melaksanakan praktek berlayar peneliti. POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA merupakan lembaga pendidikan yang di buat oleh BPSDM (Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia) melalui Dinas Perhubungan Matra Laut yang letaknya di Jl. Gunung Anyar Boulevard No. 1 Surabaya.

C. SUMBER PENELITIAN

Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penyusunan proposal ini adalah data yang merupakan informasi yang diperoleh penulis melalui pengamatan langsung dan wawancara. Dari sumber-sumber ini diperoleh data sebagai berikut

1. Data Primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah artikel tentang STCW 1978 Amandement 2010 yang memaparkan tentang pengaturan jam kerja dan jam istirahat. Di harapkan dari sumber artikel tersebut dapat mengetahui tentang pentingnya penerapan waktu istirahat di atas kapal.

(38)

25

2. Data sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah Dosen Pembimbing, Dosen Metodologi Penelitian, crew kapal dan seluruh teman taruna di POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Maka data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan spesifik. Selanjutnya dijelaskan oleh Saritra (2008:213) cara-cara yang dapat digunakan oleh peniliti untuk mengumpulkan data. Untuk memperoleh data dilapangan yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti maka peniliti menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi menurut Kemal Satya (1989:13) adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu atau obyek lain yang diselidiki. Observasi pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan. Untuk memperoleh data yang autentik dalam pengumpulan data tentang pengaturan waktu istirahat sesuai STCW 1978 Amandement 2010

Pengumpulan data dengan angket ini penulis mengajukan daftar pertanyaan secara tertulis kepada responden, dimana jawabannya sudah disediakan. Angket ini penulis tujukan kepada orangtua.

(39)

2. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi adalah data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip nilai, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Data yang akan dicari dapat berupa arsip-arsip tertulis, guna mengetahui panduan sistem kerja yang terjadi.

3. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (I.Djumhur dan Muh.Surya, 1985).

E. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Dalam pengolahan data peniliti akan memahami dan menganalisis dengan deskriptif kualitatif yang memberikan prediket pada variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, hasil ini akan diperoleh dari pelaksanaan observasi dan wawancara dianalisis dengan uraian dan penjelasan narasi. Adapun tahap-tahap analisis data yang penulis gunakan terdiri dari :

1. Seleksi data, yaitu menyeleksi data yang sudah terkumpul, apakah sudah terjawab masalah penelitian yang akan disajikan atau belum.

2. Klasifikasi data yaitu mengklasifikasikan data yang telah terkumpul sesuai dengan masalah yang telah ditetapkan.

3. Menarik kesimpulan yaitu menarik kesimpulan dari data yang ditulis.

(40)

27

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan lebih banyak bersifat uraian dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Data yang telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif. Menurut Peter (Manchester, 2001:113), analisis data adalah “Proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar”. Definisi tersebut memberikan gambaran tentang betapa pentingnya kedudukan analisis data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah menemukan teori dari data.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Basuki Cahyadi (2003:71), yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara dan studi dokumentasi.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo

(41)

dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak relevan.

3. Display Data

Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan.

(42)

29

DAFTAR PUSTAKA

Dosen pendidikan (01 Maret 2019) tinjauan tentang pengertian resiko (Online),https://www.dosenpendidikan.com/10-pengertian-risiko- menurut-para-ahli-lengkap/ (Diakses pada Februari 2019)

Daryanto (2003). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bengkel. Penerbit Kerjasama Bina Adiaksara dan Rineka Cipta. Jakarta

Kasim umar (5 Juli 2011) tinjauan KUHD tentang perjanjian kerja laut (Online),https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl6186 /perjanjian-kerja-laut (Diakses pada April 2019)

Pedoman IMO/ILO (1999) Seafarers’ Hours Of Work And Hours Of Rest . London

Pelaut indonesia (2015) tinjauan tentang STCW amandemen 2010 manila (Online), http://pelautind.blogspot.com/2016/03/stcw.html (Diakses pada Maret 2019)

Politeknik Pelayaran Surabaya (2017), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Terapan. Surabaya: Politeknik Pelayan Surabaya

Permenaker No. 03/MEN/1998 (2015) tinjauan tentang pegertian jam kerja (Online),http://www.definisi-pengertian.com/2015/07/definisi- pengertian-faktor-kecelakaan-kerja.html (Diakses pada Maret 2019)

(43)

STCW Amandemen 2010 (2010) tinjauan tentang Standar Waktu Istirahat . Manila

Gambar

Tabel 2. 1 Review Penelitian

Referensi

Dokumen terkait